GEOLOGI DAN POTENSI SUMBERDAYA MINERAL SULAWESI SUL AWESI TENGAH TENGAH Irianto Uno Seminar Ilmu Kebumian Fak. MIPA Univ. Tadulako
Palu, 25 April 2015
GEOLOGI UMUM SULAWESI Secara garis besar geologi Sulawesi da dapat dibedakan dalam empat kompleks geologi, yaitu : Zona Bagian Barat (Sulawesi bagian Selatan dan Utara), terdiri dari kompleks basemen akibat subduksi pada zaman Kapur, kemudian terdapat juga endapan tersier dan kompleks volkanik volkanik tersier dengan dengan beberapa intrusi granitik, yang merupakan ujung timur dari paparan sunda. Zona Sulawesi Bagian B agian Tengah, Tengah, (Central Sulawesi Metamorphioc Belt), terutama terdiri dari jalur batuan metamorf metam orf dan ophiolite melange (bancuh). Zona Sulawesi Bagian Timur (Sulawesi bagian Timur dan Tenggara), Tenggara), terdiri dari fragmen ophiolit dan komplek subduksi. Batuan di zona tersebut didominasi oleh melange dan batuan sedimen serta metamorf sebagai akibat subduksi ke arah barat pada masa Neogen. Fragmen batuan kontinental menempati zona sisa daerah Sulawesi, seperti terdapat di Banggai Sula dan Tukang Besi.
GEOLOGI UMUM SULAWESI TENGAH
Referensi : Sompotan, 2011
MANDALA TENGAH
MANDALA TIMUR (EAST SULAWESI OPHIOLITE BELT)
Berupa ophiolite yang merupakan bagian dari kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias sampai Miosen
MANDALA BANGGAI SULA
Di bagian Sulawesi Tengah Mandala ini terdapat di Banggai Sula dan Tukang Besi. Mandala ini terdiri dari fragmen batuan kontinental menempati zona sisa daerah Sulawesi.
KONDISI GEOLOGI WILAYAH SULAWESI TENGAH (Berdasarkan Sebaran Litologi dan Struktur Geologi)
Pengertian Bahan Galian — Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. (Psl 1 Angka 2 UU 4/2009 ttg Pertambangan). — (Sukandarrumidi), “Bahan galian adalah bahan yang dijumpai di dalam, baik berupa unsur kimia, mineral, bijih atau pun segala macam batuan .”
Penggolongan Bahan Galian Peraturan pemerintah No. 27 Tahun 1980 ttg Penggolongan bahan galian. Bahan galian dibagi menjadi 3 macam:
1. Bahan galian strategis. 2. Bahan galian vital. 3. Bahan galian yg tidak termasuk bahan galian strategis dan vital.
1.1. Bahan Galian Menurut UU No.11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan pasal 2, yang disebut bahan galian adalah bahwa unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk mulia yang merupakan endapan-endapan alam. Termasuk sebagai bahan galian adalah batubara, gambut, minyak bumi, gas alam, panas bumi, bahan galian logam, bahan galian industri, serta batu mulia. Bahan galian yang ada di bumi ini pada dasarnya adalah unsur atau senyawa, yang dapat berupa materi padat, cair, atau gas. Terdapat beberapa klasifikasi tentang bahan galian, yang mencerminkan tujuan yang berbeda. Pada pasal 3 ayat 1 UU No.11 Tahun 1967, bahan galian dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: a. Golongan bahan galian yang strategis, b. Golongan bahan galian yang vital, dan c. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan a dan b. Pengelompokan jenis bahan galian dalam tiga golongan di atas, kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1980. Strategis artinya strategis untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara. Vital artinya dapat menjamin hajat hidup orang banyak. Tidak strategis dan vital artinya ti dak langsung memerlukan pasar yang bersifat internasional. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, dasar penggolongan bahan galian meliputi: • Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara • Terdapatnya sesuatu bahan gal ian dalam alam (genesa) • Penggunaan bahan galian bagi industry • Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak • Pemberian kesempatan pengembangan pengusahaan • Penyebaran pembangunan di daerah
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun internasional, UU No.11 Tahun 1966, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi, maka kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara. Undang-undang ini hanya mengatur tentang pertambangan mineral dan batubara diluar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah. Selanjutnya pertambangan mineral dan batubara dibagi dan diatur menjadi :
• Pertambangan Mineral Radioaktif
• Pertambangan Mineral Logam
• Pertambangan Mineral Bukan Logam
• Pertambangan Batuan • Pertambangan Batubara
Dengan dikeluarkannya UU No. 25 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah serta UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah , maka Peraturan Pemerintah tersebut mungkin menjadi tidak relefan lagi. Prakteknya, Bahan Galian Golongan A dan bahan Galian Golongan B, dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat, sedangkan bahan Galian Golongan C dikelola oleh Pemerintah daerah. Setelah Otonomi Daerah, Pemerintah daerah punya peranan yang lebih besar dalam mengelola bahan Galian, termasuk Bahan Galian Golongan A dan Golongan B. Bahan Galian Logam seperti Emas atau Tembaga, sebelum otonomi daerah, untuk mendapatkan hak Kuasa Penambangan harus mendapatkan izin persetujuan dari pusat, sekarang Pemerintah Kabupaten dapat memberi izin penambangan. Oleh karena itu penggolongan tersebut di atas tidak sesuai lagi. Kalaupun masih digunakan, penggunaan istilah Golongan A, Golongan B, atau Golongan C sebaiknya terbatas pada penggolongan secara diskriftif
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun i nternasional, UU No.11 Tahun 1966, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi, maka kemudian pemerintah mengeluarkan UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara. Undang-undang ini hanya mengatur tentang pertambangan mineral dan batubara diluar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah. Selanjutnya pertambangan mineral dan batubara dibagi dan diatu r menjadi: • Pertambangan Mineral Radioaktif • Pertambangan Mineral Logam • Pertambangan Mineral Bukan Logam • Pertambangan Batuan • Pertambangan Batubara
KAITAN KONDISI GEOLOGI DENGAN POTENSI SUMBERDAYA MINERAL Di SULAWESI TENGAH
Pada dasarnya proses, terbentuk, waktu, posisi (letak), kualitas , kuantitas bahan galian sangat tergantung dari aktifitas geologi yang telah dan sedang terjadi pada pada wilayah-wilayah dimana aktifitas geologi tersebut terjadi.
Proses-proses geologi akan menghasilkan terbentuknya mineral, batuan dan bahan galian cair serta gas.
Pulau Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah pembentukannya tidak terlepas dari aktifitas tektonik dan vulkanik serta sedimentasi di masa lampau dimana aktifitas ini mengontrol bentuk bentang alam dan berperan dalam terbentuk dan tersebarnya potensi sumberdaya geologi, dimana potensi yang terbentuk ini memiliki karakteristik yang sangat spesifik wilayah pembentukannya.
Adanya 3 atau empat Mendala Geologi di Wilayah Sulawesi sangat berhubungan dengan karakteristik bahan galian di masing-m asing mendala tersebut.
KAITAN KONDISI GEOLOGI DENGAN POTENSI SUMBERDAYA MINERAL Di SULAWESI TENGAH
Punggungan wilayah barat Sulawesi Tengah merupakan bagian dari rangkaian busur volkanik, sehingga mineralisasi di wilayah ini sangat terkait dengan unsur logam berupa besi primer, emas, tembaga dan sejenisnya.
Wilayah bagian barat ini juga terdapat jejak tektonik dengan adanya kompleks basement dan batuan metamorf yang merupakan bagian dari lempeng samudera di bagian timur.
Wilayah Tengah yang merupakan bagian dari Mendala Sulawesi Timur terdiri dari Kompleks Metamorf dan Batuan Ultrabasa serta sedimen Laut Dalam. Batuan metamorf mengindikasikan adanya potensi batu permata dan galian C, sedangkan ultrabasa menghasilkan nikel dan bijih besi laterit serta krom..
Wilayah Banggai Sula, secara litologi merupakan wilayah dengan sebaran granit yang relatif luas. Dari aspek tampilan batuan ini sangat potensi sebagai bahan ornamen dan bahan untuk lantai.
Hasil fragmentasi dari semua batuan diatas dihasilkan dalam bentuk material Galian C, yang merupakan salah satu primadona ekonomi.
Berdasarkan hasil penyelidikan lapangan, hasil inventarisasi data sekunder dari berbagai sumber, baik instansi pemerintah maupun swasta dan masyarakat, secara umum ditampilkan potensi SDM menurut wilayah.
SINGKAPAN BIJIH BESI DI SUNGAI MOSOLOGI, KAB. TOJO UNAUNA DAN DI LOKODOKA, BUOL
Besi sekunder, Mosologi, Tojo Unauna,
Besi primer, Lokodoka Buol
Mineralisasi, urat kuarsa Buol
Kwarsit, source rock emas Poboya
Batuan Kwarsit, Poboya
Kwarsit, source rock emas Poboya
KAITAN KONDISI GEOLOGI DENGAN POTENSI SUMBERDAYA MINERAL
Singkapan mineralisasi pada urat kwarsa, Lokodoka, Buol
Bagaimana dengan Tambang Galian di Perbukitan Palu Barat, sampai dengan Banawa Selatan ?
Bahan Galian C berupa batu gunung di sekitar Kota Palu secara kuantitatif dan kualitatif sangat potensil, namun pola eksploitasi bahan galian ini harus dalam pengawasan yang ketat. o Material terdiri dari lava andesit, granit dan diorit. Penggalian dilakukan di perbukitan dan gunung di wilayah barat Palu dan o Banawa Selatan, dengan metode tambang terbuka. Artinya potensi longsoran sangat mungkin menyertai aktifitas ini. Daerah bawah dari lokasi galian sebagian merupakn wilayah hunian, o sehingga desain lereng galian harus memenuhi Faktor Keamanan kestabilan lereng.
Tambang Galian C andesit di Perbukitan Buluri
Mengapa Batu (semi) Permata Mudah Dijumpai di Wilayah Palu/Sulteng ? Sebagian besar mineral yang berpotensi untuk diberdayakan menjadi permata/ batumulia berasal dari mineral-mineral pembentuk batuan beku,malihan dan sedimen, sering juga ditemukan sebagai komponen rombakan didalam endapan placer sungai atau pantai apabila mineral-mineral tersebut memiliki ketahanan terhadap prosespelapukan dan erosi.
Variasi jenis batuan di Sulteng sangat lengkap Batu permata terjadi dalam bentuk kristal tunggal, mineral dan batuan Variasi jenis batuan membawa pengaruh pada variasi mineral, tekstur, warna (corak) dari batuan yang dihasilkan. Jenis batuan yang berperan dalam kategorisasi batu permata adalah batuan beku dan metamorf, yang secara geologis terdapat sangat luas di Sulteng. Proses pembekuan dalam terbentuk batuan beku memungkinkan terdapatnya kwarsa, jade, opal dan topaz dan lain-lain. Proses epitermal memungkinkan terdapatnya malasit, kalsedon dan azurit Proses metamorfisme memungkinkan terbentuknya garnet, ruby (ddelima), safir dan opal Batuan metamorf kwarsit, gneis dan sekis terdapat luas di Sulteng
Mengapa Batu (semi) Permata Mudah Dijumpai di Wilayah Palu/Sulteng ?
Mineral-mineral permata dapat juga berasal dari batuanbatuan malihan tertentu,yang terbentuk sebagai respon terhadap perubahan tekanan dan suhu. Batuan malihan itu sendiri dibagi menjadi duajenis,yaitu: regional dankontak
Kompleks Pompangeo dan Batuan ultrabasa termasuk juga dalam tubuh batuan yang menghasilkan permata seperti krisobel, jade dan olivin,
Pada batuan metamorf genes di sekitar Kota Palu dijumpai sebaran mineral garnet
Indonesia terletak pada pertemuan lempeng tektonik atau batas lempeng konvergen (convergent plate boundaries), memiliki keragaman ciri geologi yang dibentuk oleh proses magmatisme, volkanisme, sedimentasi, metamorfisme dan deformasi. Seluruh proses tersebut berjalan sepanjang waktu geologi dan menghasilkan beragam litologi dan ubahannya dengan umur geologi berbeda, sehingga dimungkinkan membentuk aneka batuan sumber mineral-mineral yang berpotensi untuk dijadikan permata atau batu mulia
a g r a h r e B n i k a m e S s a r e K n i k a m e S
Be Aware :
Be wise with natural resources exploitation, because those are unrenewable
Be aware with the environmental impact of natural resources exploitation, because once you exploit there always change in the natural equilibrium on the environment where activity is massively operated.
Nowadays Gemstone is no longer pure naturally occur because Synthetic and Imitation ones are everywhere available.
Terima Kasih