Mwekanisme Demam dan Keringat Malam pada Pasien Li mfoma Hodgkin.
Respon demam merupakan suatu kompleks fisiologi yang melibatkan peran sitokin, peningkatan suhu tubuh, dan respon fisiologi kompleks yang menyebabkan men yebabkan aktivasi berbagai respon fisiologis, endokrinologis, dan sistem imun. Suhu tubuh pusat diregulasi secara ketat terhadap mekanisme kontrol intrinsik yang dikendalikan oleh sistem otonom dan endokrin. Hipotalamus berperan sbagai pusat regulasi ini dengan berfungsi sebagai thermostat yang menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas. Area preoptik pada anterior hipotalamus lebih spesifik berperan dalam proses ini. Reseptor pada daerah ini sensitive terhadap peningkatan suhu tubuh. Ketika suhu tubuh naik, repson simpatis akan diinhibisi, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan stimulasi kelenjar keringat untuk memfasilitasi proses evaporasi. Hal yang sebaliknya ketika suhu tubuh berada pada subtermal maka akan terjadi respon vasokonstriksi untuk menginhibisi proses berkeringat dan mengaktivasi mekanisme menggigil. Demam merupakan suatu penanda aktivasi sistem imun. Fenomena ini berhubungan erat dengan protein imunoregulator yang disebut sebagai sitokin yang berperan sebagai pirogen dan antipiretik. Lipopolisakarida, suatu dinding sel dari bakteri gram negative, superantigen, peptidoglikan, muramilpetida dapat berperan sebagai pirogen eksogen. Pirogen eksogen ini dapat menginduksi diproduksinya pirogen endogen seperti IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary neurotropic factor (CNTF), (CNTF), and interferon (IFN) α. Interleukin 1 dan IL-6 yang dapat memasuki hipotalamus dan menstimulasi pelepasan prostaglandin secara lokal dan menyebabkan peningkatan setpoint hipotalamus. (Dalal S., Zhukovsky, D. S., 2006)
Gambar 1. Skema Mekanisme Demam
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan Demam pada malam hari yang muncul pada tumor juga merupakan respon imun. Respon imun ini ditimbulkan dengan target antigen asing yang muncul akibat proses mutasi gen, sehingga terdapat target antigen asing yang kemudian diekspresikan melalui molekul MHC I untuk memancing respon dari sel CD8 (Abbas, A. K., Lichtman, A. H.,2007) Pada tubuh manusia terdapat irama sirkadian yang mengatur proses fisiologis, termasuk dalam respon imun. Pusat pengaturan irama sirkadian ini terdapat pada nukleus suprakiasmatik pada anterior hipotalamus. Irama sirkadian ini juga berpengaruh pada sistem imun. Dikatakan pada respon imun mencapai puncak pada malam hari. Hal ini disebabkan oleh karena sekresi hormon melatonin yang berasal dari pineal gland yang berada pada
hipotalamus. Hormon ini kemudian dapat memberikan efek imunomodulator dengan meningkatkan sel limfosit T, sekresi sitokin IL-2, IL-12, dan TNF-α, yang kemudian menyebabkan respon inflamasi terhadap tumor yang berakhir pada disekresikannya berbagai sitokin yang dapat berperan sebagai pirogen endogen. Variasi diurnal pada temperatur tubuh yang mulai mengalami peningkatan sejak pukul 6 sore kemudian mengalami peningkatan sepanjang malam lalu mencapai titik nadir pada pukul 4 pagi juga berperan pada peningkatan suhu tubuh pada malam hari (Del Bene, V.E., 1990). Kedua hal ini menyebabkan peningkatan suhu tubuh pada malam hari, peningkatan suhu tubuh ini kemudian akan disertai dengan mekanisme kehilangan panas, yakni dengan aktivasi kelenjar keringat.
Daftar Pustaka
1. Abbas, A. K., Lichtman, A. H., 2007. Cellular and Molecular Immunology. 5th ed. Elseviers Saunders: New York.
2. Dalal S., Zhukovsky, D. S., 2006. Patophysiology and Management of Fever. Article Review.
Journal
of
Surgical
Oncology:Vol
4.
Available
online
from
:
http://d.yimg.com/kq/groups/15854266/652670728/name/feb%2520neu%25202.pdf . [Accessed on 29 April 2014]
3. Del Bene, V.E., 1990. Temperature in Walker, K., Hall, D., Hurst, J.W., Clinical Methods.
3rd
ed.
Boston
:
Butterworsth.
Available
online
from
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK201/
4. Mavroudis, P. D., Scheff, J. D.,Calvano, S. E., & Androulakis, I. P . Systems Biology of Circadian-Immune
Interactions.
Available
online
from
http://www.jeremyscheff.com/files/papers/2012-systems-biology-circadian.pdf.
: