TUGAS PESTISIDA & BIOPESTISIDA
MEKANISME JAMUR TRICHODERMA SP. SEBAGAI AGEN PENGENDALI HAYATI
DISUSUN OLEH:
JERRY TOVA RAMADHAN
141 0401 059
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2015
Pengertian Jamur Trichoderma sp. Sebagai Jamur Antagonis / Agenhayati
Jamur antagonis didefinisikan sebagai kelompok jamur yang dapat menekan/menghambat pertumbuhan dan perkembangan patogen tanaman. Di alam, risosfer tanaman banyak dihuni oleh antagonis, sehingga aktivitas patogen di dalamnya dapat ditekan. Keadaan tanah seperti ini sering diistilahkan sebagai tanah berpenekanan (supressive soil).
Trichoderma sp. termasuk kedalam jenis jamur imperfekti (tak sempurna) dari Subdivisio Deuteromycotinae, Klassis Hyphomycetes, Ordo Moniliaceae. Konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau (Cook & Baker, 1989). Bentuk Sempurna dari jamur ini secara umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales, Clacipitales dan Spheriales. Spesies dalam satu kelompok yang sama dari Trichoderma dapat menunjukkan spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari Trichoderma, sebagai contoh misalnya pada T. harzianum dapat menunjukkan enam perbedaan bentuk seksual yang masing-masing bentuk ini menunjukkan anamorf yang berbeda (Chet, 1987).
Beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen (Chet, 1987). Beberapa penelitian yang telah dilakukan, Trichoderma sp. memiliki peran antagonisme terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai mikoparasit terhadap beberapa tanaman inang.
Chet (1987), berpendapat bahwa bahwa mikoparasitisme dari Trichoderma sp. merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma sp. yaitu dengan cara hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya. Ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik pada Trichoderma sp. karena adanya rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure), mikoparasit ini juga terkadang memenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding sel inang.
Beberapa Peranan Jamur Trichoderma sp. Dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Patogen (Sebagai Pengendali Hayati)
Hasil-hasil penelitian tentang Trichoderma sp. dan kemampuannya sebagai agen pengendalian hayati telah banyak dilaporkan. Trichoderma sp. yang dinfestasikan kedalam tanah dilaporkan oleh Rifai, dkk. (1996), mampu menekan serangan Phytium sp. pada tanaman kedelai. Data mereka menunjukkan bahwa semakin panjangnya jarak antara infestasi Trichoderma sp. dengan saat saat datang Phytium cenderung semakin menurunkan intensitas dan persentase bibit dan benih yang terserang Phytium sp. Penelitian lainnya dilakukan oleh Sulistiyowati, dkk. (1997), dengan menggunakan cendawan uji Sclerotium rolfsii. Hasil pengujian secara in vitro Trichoderma sp. mampu menghambat pertumbuhan S. rolfsii sebesar 53,89%. Sedangkan hasil pengujian di rumah kaca menunjukkan bahwa cara aplikasi Trichoderma sp. melalui tanah yang menyebabkan saat penyakit lebih lambat yakni 12-14 hari dibandingkan dengan cara penyelaputan benih (7-8 hari). Talanca, dkk., (1998) dengan mengutip beberapa penulis lain memberikan penjelasan bahwa kemampuan antagonis Trichoderma sp. berhubungan dengan mekanisme-mekanisme berikut:
Trichoderma sp. mengeluarkan toksin yang menyebabkan terlambatnya
pertumbuhan bahkan mematikan inangnya.
Trichoderma sp. menghasilkan enzim hidrolitik -1,3 glukanase, kitinase dan
selulase (Kriwandi, 2013).
Menurut Ismujiwanto, et.al., (1996) dalam Kriwandi (2013), mengungkapkan bahwa aplikasi Trichoderma sp. dengan kompos jerami dapat menurunkan intensitas serangan Fusarium oxysporum pada pangkal batang dan akar tanaman panili. Penelitian yang dilakukan oleh Darmono (1994) tentang aplikasi Trichoderma sp. dengan menggunakan dedak ternyata dapat menekan serangan Phytophthora sp. di dalam jaringan buah kakao. Hasil penelitian Djatmiko dan Rohadi (1997) menunjukkan pelet T. harzianum yang diperbanyak dalam sekam padi dan bekatul mempunyai kemampuan menekan patogenitas Plasmodiophora brassicea dan penyakit akar gada
Jamur Trichoderma sp. Sebagai Agen Pengendali Hayati
Jamur Trichoderma sp. merupakan satu dari sekian banyak agen pengendali hayati yang telah dikembangkan dan diaplikasikan secara luas. Keberhasilan penggunaan agen hayati ini telah banyak dilaporkan di berbagai penelitian diantaranya untuk mengendalikan penyakit akar putih Rigidoporus micropus di perkebunan karet dan teh. Jamur ini juga sebagai agen hayati untuk mengendalikan patogen penyebab rebah kecambah Rhizoctania solani, busuk batang Fusarium sp., akar gada Plasmodiophora brassicae, dan patogen Pythium yang merupakan patogen tular tanah yang dapat menyebabkan penyakit rebah kecambah (Dumping off) pada kacang-kacangan.
Jamur ini selain bersifat hiperparasitik terhadap beberapa patogen, diketahui pula dapat menghasilkan antibiotik yang dapat mematikan dan menghambat pertumbuhan jamur lain, dalam hal ini dikenal dengan mikopatogen. Mekanisme penekanan patogen oleh Trichoderma sp. terjadi melalui proses kompetisi, parasitisme, antibiosis, atau mekanisme lain yang merugikan bagi patogen. Selain itu, jamur ini mempunyai sifat-sifat mudah didapat, penyebarannya luas, toleran terhadap zat penghambat pertumbuhan, tumbuh cepat, kompetitif dan menghasilkan spora yang berlimpah, sehingga mempermudah penyediaan jamur sebagai bahan pengendali hayati dalam proses produksi massal.
Jamur Trichoderma sp. mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama kemampuannya untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan meningkatkan angka kedalaman akar (lebih dalam di bawah permukaan tanah). Akar yang lebih dalam ini menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan, seperti pada tanaman jagung dan tanaman hias. Trichoderma sp. merupakan jamur yang paling banyak terdapat di dalam tanah dan bersifat antagonistik terhadap jamur lain. Selain daya adaptasinya luas, Trichoderma sp. mempunyai daya antagonis tinggi dan dapat mengeluarkan racun, sehingga dapat menghambat bahkan mematikam patogen lain.
DAFTAR PUSTAKA
Chet, I. 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. USA: John Wiley and Sons,
A Wiley-Interscience Publication.
Cook, R..J. & K.F. Baker, 1989. The Nature on Practice of Biological Control of Plant
Pathogens. The American Phytopathological Society, St. Paul. America : ABS Press.
Kelana, Adi. 2010. Antagonisme Jamur Trichoderma sp. Dalam Mengendalikan Jamur
Patogen Phytophthora infestans Penyebab Penyakit Umbi Tanaman Kentang.
https://klanapujangga.wordpress.com/2010/12/13/pengendalian_hayati/ (diunduh
tanggal 6 Desember 2015)
Kriwandi, Ade. 2013. Pemanfaatan Trichoderma sp. Dalam Mengendalikan Penyakit
Tanaman. http://www.slideshare.net/ukmkesenian/trichoderma-27573055 (diunduh tanggal 6 Desember 2015)
http://evagrow.weebly.com/jamur-trichoderma-sebagai-agen-pengendali-hama.html
http://indonesiabertanam.com/2015/01/05/mengisolasi-jamur-antagonis-atau-agenhayati/