MEKANISME PERSALINAN NORMAL
I. PENDAHULUAN
Mengetahui mekanisme persalinan adalah suatu hal yang sangat
penting dalam praktek obstetri. Mekanisme persalinan ini berkaitan dengan
urutan gerakan-gerakan fetus selama persalinan. Gerakan-gerakan ini terdiri
dari suatu seri urutan perubahan yang sesuai dengan diameter panggul pada
saat fetus berada pada bagian tertentu jalan lahir.
Persalinan adalah proses dimana hasil konsepsi dikeluarkan
oleh uterus dan vagina ibu dengan kekuatan kontraksi otot-otot rahim yang
disertai kekuatan mengejan dari ibu.
Persalinan merupakan proses yang dinamis yang mengandung
risiko yang cukup tinggi baik itu bagi ibu maupun bayi. Oleh karena itu
memahami persalinan yang normal adalah penting untuk dapat membawa ibu dan
anak dengan selamat.
Lamanya suatu kehamilan rata-rata adalah 38 minggu sejak
konsepsi. Data tentang konsepsi jarang sekali diketahui, oleh karena itu
untuk menghitung lamanya kehamilan sering digunakan data dari hari pertama
haid terakhir. Suatu kehamilan dikatakan aterm bila kehamilan sekitar 37-42
minggu, dan biasanya dalam waktu-waktu tersebut akan terjadi persalinan.
Meskipun untuk memperkirakan suatu persalinan secara pasti
adalah sangat sulit akan tetapi ada beberapa tanda yang akan mendahului
suatu persalinan.
Tanda-tanda tersebut adalah :
1. Selama kehamilan ditemukan kontraksi rahim yang spontan, biasanya
dirasakan terutama menjelang akhir kehamilan, disebut Kontraksi
Braxton Hicks atau his palsu. His palsu meningkat hingga menjelang
akhir kehamilan dan sering sulit membedakan dengan his persalinan yang
sebenarnya, oleh karena itu ada karakteristik dari his palsu yang
sifatnya lebih pendek dengan kekutan kontraksi yang sedang dan hanya
menyebabkan perasaan tidak enak sekitar abdomen bawah. Berbeda dengan
his persalinan yang dirasakan mulai dari sekitar fundus kemudian
menjalar keperut bawah dan bokong , dengan intensitas dan
progresivitasnya serta frekuensi yang terus meningkat. His persalinan
akan menyebabkan perubahan pada serviks sedang his braxton hicks tidak
menyebabkan perubahan pada serviks.
2. Bloody show atau keluarnya lendir bercampur sedikit darah dari jalan
lahir. Hal ini disebabkan oleh karena adanya dilatasi serviks yang
menyebabkan keluarnya sekresi mukus dari kelenjar-kelenjar serviks.
Adanya lendir ini menunjukkan persalinan akan berlangsung dalam 24-48
jam kemudian.
3. Pecah ketuban spontan sering terjadi pada fase aktif persalinan.
II. MEKANISME TERJADINYA PERSALINAN
Dua teori utama dalam proses persalinan yang hingga kini
masih banyak diteliti adalah :
Hipotesis terhentinya proses pemeliharaan kehamilan. Dalam hal ini
fetus akan mengeluarkan sinyal-sinyal tertentu yang memicu rangsangan
persalinan, namun bukti-bukti untuk mendukung hipotesis ini masih
kurang.
Teori induksi persalinan oleh uterotonin. Peneliti lain mengemukakan
bahwa sejenis uterotonin atau bahan aktif lainnya yang meningkat
secara tiba-tiba atau adanya peninkatan reseptor untuk subsrat dan
miometrium menjadi pemicu persalinan. Fenomena ini dalam banyak teori
lebih banyak dipakai, baik sebagai penyebab utama maupun penyebab
sekunder induksi persalinan.
III. FAKTOR PENTING DALAM PERSALINAN
Keberhasilan persalinan ditentukan oleh tiga faktor yang berinteraksi,
yaitu :
1. Passage.
2. Power .
3.Passenger
1. PASSAGE
Untuk lebih mengenal mekanisme persalinan perlu bagi seorang dokter
mengetahui anatomi panggul. Sebagai klinisi harus berhati-hati dalam
mengevaluasi berbagai variasi dari bentuk pelvis. Sebab kemajuan persalinan
ditentukan oleh sikap dan posisi janin yang dihubungkan dengan jalan lahir.
Untuk itu sangat penting melakukan pemeriksaan jalan lahir. Jalan lahir
ditentukan oleh ukuran-ukuran :
Pintu atas panggul
Bidang sempit panggul
Pintu bawah panggul
Pintu atas Pangggul
Dibatasi oleh ramus superior simphisis pubis, linea inominata dan
promontorium. Diameter anteroposterior (konjugata vera) bukan merupakan
diameter terpendek. Konjungata obstetrika, diameter terpendek merupakan
bagian yang penting yang harus dilewati oleh kepala bayi. Konjugata vera
dapat diukur secara tidak langsung yaitu dengan mengukur konjugata diagonal
yaitu jarak antara bagian bawah simpisis ke promontorium. Konjugata vera
dapat diperoleh dengan mengurangi konjugata diagonal dengan 1,5-2 cm.
Konjugata vera yang normal lebih dari 11 cm .
Diameter transversa adalah jarak terjauh antara linea
iliopektineal. Normal, diameter ini memotong konjugata vera pada 5 cm dari
sakral promontorium.
Pintu atas panggul digambarkan sebagai permukaan datar dengan
membentuk sudut 55 dengan garis horizontal dengan posisi ibu berdiri, sudut
ini disebut pelvis inklinasi. Sudut yang lebar merupakan prognosis yang
lebih baik bagi persalinan.
Bidang Tengah Panggul.
Dibentuk oleh bagian bawah simfisis, spina ischiadika dan sakrum pada
S2-S4. Bidang tengah panggul merupakan bidang yang paling sempit dengan
ukuran antero posterior kurang lebih 11 cm dan diameter transversa kurang
lebih 10 cm.
Pintu Bawah panggul
Dibentuk oleh dua segitiga dengan dasar kedua segitiga itu
garis antara tuber ischiadikum dan segitiga anterior dibentuk oleh arkus
pubis dan segitiga posterior puncaknya pada puncak sakrum. Jarak antara
kedua ischiadikum 11 cm. Diameter antem posterior 9,5-11,5 cm.
2. POWER
Berbagai studi mengatakan kontraksi otot rahim terjadi selama
masa kehamilan: Kontraksi dengan intensitas 10-15 mmHg selama 30 detik
disebut kontraksi Braxton Hicks yang terjadi 12-13 - minggu kehamilan
dengan frekwensi meningkat sampai awal persalinan.
Kurang lebih selama 48 jam sebelum persalinan terjadi
kontraksi dengan amplitudo 20-30 mmHg per 5-10 menit: -Selama fase
persalinan 2-4 kontraksi dengan amplitudo 20-30 mmHg terjadi selama 10
menit. Pada fase aktif intensitas kontraksi meningkat dan kemajuan dilatasi
serviks meningkat yaitu 35 mmHg-48 mmHg.
Dengan kekuatan mengejan ibu dan tekanan intra amnion mencapai 100 mmHg-150
mmHg. Kontraksi uterus meningkat dari 2-4 kontraksi per 10 menit pada awal
persalinan hingga 4-5 kontraksi per 10 menit pada akhir persalinan.
3. PASSENGER "
Diameter kepala bayi aterm biasanya lebih besar dari
tubuhnya, sehingga kepala merupakan bagian yang tersulit pada persalinan.
Kepala janin terdiri dari bagian muka dan tulang kepala.
Tulang kepala terdiri dari : dua buah tulang frontal, dua buah tulang
pariental dan satu buah tulang oksipital. Antara satu tulang dengan tulang
yang lain dipisahkan oleh tulang sutura. Pertemuan antara sutura disebut
fontanelTerjadi perubahan pada bentuk kepala saat melewati pelvis akibat
tekanan dari ja!an lahir yang menyebabkan molding. Diameter biparietal
ratarata 8,5-9,5 cm pada umumnya kepala memasuki pelvis dengan sutura pada
bidang transversa. Jika sutura berada ditengah antara pubis dan sakrum
disebut sinklitismus . Bila terjadi deviasi dari sutura sagitalis ini
disebut
asinklitismus. Meskipun asinklitismus merupakan indikasi bahwa pelvis
terlalu ' kecil untuk turunnya kepala janin.
Untuk mempermudah pemahaman keberadaan passenger dalam hubungannya
dengan proses parsalinan maka dikemukakan istilah – istilah :
letak,presentasi,sikap dan posisi. Penentuan letak, presentasi, sikap dan
posisi dapat diperoleh secara klinis yaitu dengan pemeriksaan Leopold,
pemeriksaan dalam, dengan auskultasi dan secara sonografi.
Letak : Hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu dan dapat
memanjang atau melintsng. Kaqdangkala sumbu janin dan ibu melintang
pada sudut 45 derajat, disebut letak oblik,yang dapat bereubah
menjadi memanjang stsu melintsng dalam proses persalinan. Letak
memanjang terjadi psds lebih dari 99% persalinan cukup bulan.
Presentasi janin : Adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan
didalam jalan lahir atau berada paling dekat dengan bagian proksimal
jalan lahir, yatu bagian Jnin yang diraba pada pemeriksaan dalam.
Pada letak memanjang ,bagian presentasi adalah kepala atau bokong
janin, sehingga disebut presentasi kepala atau bokong. Kalau letak
janin melintang maka bahu merupakan bagian presentasinya.
Sikap : Setelah janin tumbuh dan berkembang membesar, ruang dalam uterus
menjadi sempit dubandingkan besar tubuh janin. Pada bulan-bulan
akhir kehamilan janin harus menyesuaikan diri terhadap bentuk ruang
dalam kavum uteri yang berbentuk ovoid. Bentuk penyesuaian diri
tersebut dalam bentuk postur yang khas yang disebut sikap atau
habitus. Sesuai dengan bentuk kavum uteri,janin membentuk sebuah masa
ovoid jaga, dengan menekukkan badannya, sehingga punggung
melengkung/konveks, kepala menunduk/fleksi penuh sehingga dagu hampir
menyentuh dada, keduapaha fleksi terhadap abdomen, tungkai terlipat
pada lutut, dan tumit bersandar pada permukaan anterior kaki. Lengan
biasanya menyilang didepan dada dan tali pusat terletak pada ruang
antara lengan dan ektermitas bawah.
Posisi : Posisi menggambarkan hubungan bagian terendah janin dengan
panggulibu, yaitu sebelah kiri atau kanan ibu dan sebelah depan atau
belakang ibu. Sehingga untuk setiap presentasi terdapat dua posisi
yaitu kiri atau kanan dan depanetu belakang. Sebagai contoh pada
belakang kepala dengan ubun-ubun kecil sebaghai denominatorakan
ditemukan posisi kepala uuk kiri depan, uuk kiri belakang,uuk kanan
depan atau uuk kanan belakang.
IV. MEKANISME PERSALINAN NORMAL
Janin dengan presentasi oksiput (ubun-ubun kecil) ataupun
vertex (belakang kepala) diperkirakan 96%, presentasi bokong 3,% , muka
0,3% , dan bahu 0,4% dari seluruh persalinan.
1. Faktor yang menyebabkan presentasi belakang kepala paling banyak
adalah : Pada
akhir kehamilan bentuk uterus lonjong, ukuran atas bawah lebih panjang
daripada ukuran melintang,hal ini disebabkan terbentuknya segmen bawah
rahim.
2. Fundus uteri lebih lebar dari bagian bawahnya.
3. Air ketuban pada akhir kehamilan relatif sedikit sehingga dinding
uterus mendekati badan anak, dengan demikian bentuk uterus lebih
mempengaruhi letak anak. Akibatnya anak menyesuaikan diri (akomodasi)
dengan bentuk uterus, ukuran panjang anak akan sesuai dengan ukuran
panjang uterus. Bokong dengan tungkai bawah merupakan ujung yang lebih
besar daripada kepala, maka akan menempatkan diri di fundus uteri yang
lebih lebar sedangkan kepala di bagian bawah uterus yang lebih sempit.
4. Jika kepala sudah di bawah sering terpegang oleh pintu atas panggul
sehingga presentasi tidak dapat berubah lagi. Presentasi janin dapat
dipastikan atau diketahui dengan palpasi abdomen dan dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan dalam kadang sebelum atau saat persalinan. Pada
kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk kedalam pelvis
dengan sutura sagitalis dalam diameter transvera (Caldwell ass, 1934).
DIAGNOSIS PRESENTASI BELAKANG KEPALA
Janin masuk kedalam panggul 40 % dengan posisi LOT (left
occiput transvera atau ubun-ubun kecil kiri melintang) dan 20% dengan
posisi ROT (right occiput transvera atau ubun-ubun kecil kanan melintang).
Pada posisi ubun-ubun kecil kiri melintang
Diagnosis dengan pemeriksaan abdomen digunakan dengan pemeriksaan Leopold,
ditemukan :
1. Leopold I : Fundus terisi oleh bokong, bagian yang lunak, kurang
melenting dan kurang bundar.
2. Leopold II : Bagian yang memberikan tahanan terdapat diperut kiri ibu,
punggung terdapat sebelah kiri. Bagian-bagian kecil sebelah kanan.
3. Leopold III : Negatif bila kepala sudah engaged (diameter biparietal
sudah masuk pintu atas panggul) atau kepala dapat bergerak/masih dapat
dideteksi bila masih diatas pintu atas panggul.
4. Leopold IV : Negatif bila kepala sudah engaged atau tonjolan kepala
ada disisi kanan ibu.
Posisi ubun-ubun kecil kanan melintang
Diagnosis dengan pemeriksaan abdomen hampir sama dengan posisi
ubun-ubun kecil kiri melintang, kecuali tahanan terbesar ada di sebelah
kanan- dan bagian kecil dan tonjolan kepala ada di sebelah kiri.
Pada pemeriksaan dalam sutura sagitalis menempati diameter
transvera dari pelvis lebih banyak atau sedikit dari pertengahan sakrum dan
simfisis.
2. GERAKAN KARDINAL PADA PRESENTASI BELAKANG KEPALA
Gerakan kardinal adalah gerakan utama yang dilakukan janin saat kepala
memasuki jalan lahir yang tidak lurus, sebagai akibat bentuk anatomisnya
dan penyesuaian kepala terhadap ukuran-ukuran panggul yang berbeda-beda
pada tiap tingkatan bidang panggul.
Oleh karena bentuk jalan lahir pada panggul tidak teratur, seperti
bagian atas dari jalan lahir merupakan silinder yang lurus tapi ujung
bawahnya melengkung ke depan dan ukuran kepala fetus yang matur relatif
besar, maka tidak seluruh diameter kepala bisa melewati seluruh diameter
panggul. Penyesuaian atau adaptasi kepala terhadap bagian-bagian panggul
pada jalan lahir diperlukan supaya terjadi kelahiran.
Bentuik saluran pelvis yang iregular dan besarnya kepala janin relatif
menunjukkan bahwa tidak semua diameter kepala dapat melewati pelvis. Oleh
karena itu diperlukan adanya adaptasi kepala terhadap jalan lahir.
Kepala akan berusaha mengubah posisi agar diameter kepala yang
melewati jalan lahir adalah diameter yang terkecil dan jalan lahir yang
dilewati mempunyai diameter yang terbesar sehingga menghasilkan gerakan-
gerakan kardinal.
Gerakan kardinal terdiri dari :
1. Engagement
2. Descent
3. Fleksi (Fleksion Interna)
4. Rotasi Interna (Interna Rotation)
5. Ekstensi (Ekstension)
6. Rotasi Eksterna (Eksternal Rotation)
7. Ekspulsi (Ekspulsion)
Untuk memudahkan pengertian gerakan tersebut dijelaskan seolah-
olah terjadi terpisah dan berdiri sendiri. Tetapi dalam kenyataannya
mekanisme persalinan terdiri dari kombinasi gerakan yang berlangsung
bersamaan. Sebagai contoh pada proses engagement terdapat turunnya kepala
dan fleksi dan tidak mungkin gerakan tersebut lengkap jika kepala tidak
turun bersamaan.
1. Engagement
Adalah mekanisme dimana diameter biparietal yaitu diameter terbesar
transvera janin pada presentasi belakang kepala telah melewati pintu atas
panggul (pelvic inlet) dan dapat dinilai dengan sampainya bagian terendah
kepala pada bidang H III atau station 0 setinggi spina ischiadika. Fenomena
ini terjadi pada minggu-minggu akhir kehamilan. Pada multipara dan sebagian
nulipara kepala janin masih mudah digerakan di pintu atas panggul pada saat
persalinan dan keadaan ini disebut floating. Kepala janin biasanya masuk
pada pintu atas panggul dengan diameter transversa. Masuknya kepala ke
dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Kepala dengan ukuran normal biasanya tidak
engaged dengan sutura sagitalis pada posisi anteroposterior. Kepala
biasanya memasuki pintu atas panggul pada diameter transversa atau diameter
serong.
Secara klinis engegement diketahui dengan 2 cara yaitu :
1. Pemeriksaan luar, kepala sudah terfiksasi pada panggul.
2. Pemeriksaan dalam, bagian terendah pada atau di bawah spina
ischiadica atau station 0.
Penyebab terjadinya engegement adalah pengaruh otot uterus dan tonus
otot otot abdomen. Pada tiap kontraksi uterus, sumbu panjang uterus
bertambah panjang sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang
berkurang. Akibat perubahan bentuk uterus ini tulang punggung anak melurus
dan kutub atas anak tertekan pada fundus sedangkan kutub bawah ditekan ke
dalam pintu atas panggul.
Sinklitismus
Masuknya kepala bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan
lahir, tepat di antara simpisis dan promontorium. Sedangkan bila masuknya
kepala dengan sutura sagitalis mendekati simpisis atau agak ke belakang
mendekati promontorium disebut asinklitismus.
Ada 2 macam asinklitismus :
1. Asinklitismus anterior : bila sutura sagitalis mendekati
promontorium dan
os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
2. Asinklitismus posterior : bila sutura sagitalis mendekati simpisis
dan os
parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang.
Pada posisi asinklitismus posterior yang ekstrim dapat teraba telinga dan
disebut Litzmann's obliquity.
2. Descent
Turunnya kepala pada nullipara terjadi sebelum persalinan sedangkan
pada multipara descent biasanya terjadi bersamaan dengan engagement.
Turunnya kepala ini disebabkan oleh 4 faktor :
1. Tekanan karena cairan amnion
2. Tekanan langsung fundus terhadap bokong
3. Kontraksi otot abdomen
4. Melurusnya tubuh janin.
Mekanisme turunnya kepala biasanya dengan sutura sagitalis
kepala fetus lebih dekat ke simfisis yang mengakibatkan bagian terendah
adalah os parietale posterior. Disebabkan kontraksi uterus berlangsung
turunnya kepala mengalami kemajuan dan akibat fleksi lateeral leher fetus,
sutura sagitalis berorientasi ke sumbu bidang tengah panggul.
3. Fleksi
Pada saat memasuki pintu atas panggul, maka kepala akan berada
da!am posisi sutura sagitalis melintang . Karena diameter terlebar pada
pintu atas panggul adalah diameter transversal. Dengan turunnya kepala
lebih jauh, maka kepaia akan mengalami tekanan dari :
1. Se rviks
2. Dinding panggul
3. Otot-otot dasar panggul
Dengan demikian resultan gaya yang bekerja pada bagian sinsiput (ubun-
ubun besar) lebih besar dari oksiput ( ubun-ubun kecil ) sehingga kepala
menjadi fleksi dan diameter frontooccipitlis 11,5 cm akan digantikan
diameter yang kecil yaitu diameter suboccipito bregmatika 9,5 cm. Dengan
demikian kepala memasuki panggul dengan ukurannya yang terkecil.
Penyebab pasti fleksi belum diketahui, tetapi kemungkinan besar
disebabkan oleh respon pasif kepala terhadap tahanan panggul saat kepala
turun. Adanya dorongan dari atas menyebabkan anak maju tetapi mendapat
tahanan dari pinggir atas pintu atas panggul, serviks, dan dinding panggul
atau dasar panggul. Akibat moment yang menimbulkan fleksi lebih besar
daripada moment yang menimbulkan defleksi, sehingga terbentuk resultante
gaya atau kopel yang menghasilkan fleksi kepala.
4. Rotasi Interna
Disebut juga putcran paksi dalam, yaitu pemutaran bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan
ke bawah simpisis. Pada oksiput terjadi gerakan dari posisi aslinya
anterior terhadap simpisis atau posterior terhadap sakrum. Saat bagian
terendah kepala janin telah melewati station 0 dan biparietal plane
mencapai spina, kepala akan mengalami hambatan oleh kedua tonjolan spina
ischiadika kiri dan kanan, sehingga akan mengalami putaran paksi dalam.
Pada sebagian besar persalinan normal, kepala akan berputar ke depan
sehingga ubun-ubun kecil berada didepan ( kiri ataukanan ) karena diameter
oblik pada station +3 lebih besar dari pada diameter transversa, sehingga
kepala dapat lebih jauh dan terus berputar ke depan hingga ubun ubun kecil
akan bergerak ke arah simpisis .
Putaran paksi dalam mutlak perlu untuk keiahiran kepala karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.
Bila putaran paksi dalam gagal terjadi sampai kepala telaih mencapai
dasar panggul, maka putaran paksi dalam akan terjadi pada satu atau dua
kontraksi uterus berikutnya(multipara) dan tiga sampai lima kontraksi
berikutnya (nullipara). Putaran paksi dalam sebelum kepala mencapai dasar
panggul lebih sering terjadi pada multipara dibandingkan nullipara.
Sebab-sebab putaran paksi dalam :
1. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah
dari kepala.
2. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat di sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara
m. levator ani kiri dan kanan.
3. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter ante
roposterior.
5. Ekstensi
Setelah rotasi interna kepala masih dalam possisi fleksi mencapai
vulva sehingga oksiput !angsung berkontak dengan bagian anterior simfisis.
Oleh karena vulva arahnya ke atas dan ke depan maka ekstensi harus terjadi
sebelum kepala melewatinya.Jika fleksi kepala yang tajam mencapai dasar
pelvis maka akan mengenai posterior perineum. Ketika kepala menekan dasar
panggul terdapat dua kekuatan :
1. Tekanan yang dihasilkan oleh uterus
2. Adanya tekanan dari dinding panggul dan simfisis akan menghasilkan
resultan yang menyebabkan ekstensi.
Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah_simfisis maka
yang dapat maju karena kekuatan tersebut diatas, bagian yang berhadapan
dengan subocciput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir perineum ubun
ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
6. Rotasi eksterna
Ketika kepala sudah lahir maka oksiput kembali ke posisi semula .
selanjutnya kepala akan mengadakan putaran restitusi untuk menghilangkan
torsi pada leher, sehingga ubun-ubun terletak sesuai dengan punggung,
diikuti putaran dimana bahu dengan diameter bisakromial akan terletak pada
diameter anteroposterior pintu bawah panggul yang kemudian satu bahu
terletak di anterior di bawah simfisis dan bahu lainnya di posterior.
Gerakan rotasi ekstema yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu
(diameter bisakromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior di
pintu bawah panggul.
7. Ekspulsi
Terjadi segera setelah rotasi eksterna, bahu depan akan tampak dibawah
simfisis dan perineum akan diregang oleh bahu belakang dan dengan datangnya
his maka bahu depan akan lahir serta menjadi hipomokhlion bagi lahirnya
bahu belakang dan bagian tubuh lainnya segera dikeluarkan.
Kelahiran bahu dapat terjadi secara spontan, tetapi sering memerlukan
bantuan tangan. Dengan sedikit menekan kepala tanpa melakukan tarikan akan
membantu bahu depan berada di bawah simfisis. Selanjutnya dengan mengangkat
kepala akan mengakibatkan kelahiran bahu belakang terkendali.
Diatas telah diuraikan jalannya persalinan dengan positio occipito
transverssa ialah dengan ubun-ubun kecil kiri melintang. Kalau ubun-ubun
kecil kanan melintang maka jalannya persalinan sama, hanya ubun-ubun kecil
sekarang memutar ke kanan artinya searah jarum jam. Putaran paksi luar
terjadi ke arah tuber ischiadikum sebelah kanan. Pada positio occipito
anterior putaran paksi hanya 45 derajat ke kanan atau ke kiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF: Williams Obstetrics 20th ed.
London: Apleton and Lange,1997: 277-81.
2. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF: Williams Obstetrics 21st ed.New
York: McGraw-Hill,2001: 291-307.
3. Wiknjosastro , Ilmu Kebidanan, ed 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 1991
4. Wiknjosastro, Ilmu Bedah Kebidanan, ed 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 1991