Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian tugas Dinas Jaga adalah suatu kegiatan pengawasan selama 24 (duapuluh empat ) jam di atas kapal, yang dilakukan dengan tujuan
mendukung
operasi pelayaran supaya terlaksana dengan
selamat. Ini dilakukan dengan mengkondisikan pelayaran supaya dapat
berjalan
dengan
keselamatan pelayaran,
kewaspadaan
sesuai
dengan
kaidah
yang didalamnya memuat antara lain
kegiatan pengamatan kondisi sekeliling kapal
sesuai dengan
Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) – (P2TL) – 1972 Seiring berkembangnya teknologi penangkapan ikan dan jumlah armada penangkapan ikan yang makin bertambah, serta kondisi alam yang
sulit
terprediksi,
mendorong
pelaksana
kegiatan
operasi
penangkapan ikan merancang suatu kerjasama tim yang solid di atas kapal,
agar tercapai tujuan operasi kegiatan kapal ( Kegiatan
penangkapan ikan) yang maksimal. Berangkat dari permasalahan tersebut di atas, di dalam kegiatan operasi penangkapan ikan diperlukan suatu aturan yang baku serta dapat dijadikan acuan atau patokan dalam pelaksanaan kegiatan, yang melibatkan seluruh personel yang bekerja diatas kapal. Oleh karena itu dibuatlah suatu tata urutan kerja (Job Discription) terutama dalam pelaksanaan pelaksanaan kegiatan dinas jaga di atas kapal kapal yang bertujuan agar : 1. Kegiatan operasi operasi kapal penangkap penangkap ikan dapat berjalan dengan dengan baik dengan memperhatikan keselamatan jiwa manusia, kapal, muatan dan lingkungan, baik saat kapal berada di pelabuhan maupun saat berlayar di laut. 2. Penerapan tugas jaga kapal sesuai sesuai dengan aturan aturan P2TL – P2TL – 1972. 3. Pembagian tugas tugas dan tanggung jawab yang jelas sesuai sesuai dengan jabatan yang ada ada di atas kapal. Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 1 dari dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Gambar 1:
Persiapan
usaha
penangkapan yang
Ikan
membutuhkan
kesiapan
sebelum kapal
bertolak menuju samudera
dan laut lepas.
B. Tujuan Modul ini bertujuan agar para peserta diklat mampu memahami & melakukan Dinas Jaga di Atas Kapal, baik saat berada di pelabuhan maupun saat berlayar.
C. Ruang Lingkup Ruang lingkup modul modul ini terdiri dari 2 pemelajaran, yaitu : 1. Melakukan Dinas Jaga di Kapal 2. Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut Tahun 1972
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 2 dari dari 24
matang
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
BAB II LEMBAR INFORMASI
A.
Melakukan Dinas Jaga di Atas Kapal 1. Jaga Laut (Watch at Sea ) Dalam satu hari, jaga laut dibagi 3 regu dengan masing – masing regu bertugas 4 jam siang dan 4 jam malam, sehingga tiap regu bertugas 8 jam perhari. Bagian deck dan bagian mesin sama – sama menggunakan pembagian tersebut di atas, tetapi bagian radio biasa menggunakan sistem 2 regu saja ( petugas radio terbatas). Petugas jaga adalah perwira – perwira deck (mualim) dan ahli mesin kapal (masinis ) serta anak buah kapal (ABK) yang ditunjuk. Pembagian tugasnya atas perintah Nakhoda (Master) . Sebuah contoh daftar jaga di atas kapal besar dapat dilihat pada daftar berikut ini :
DAFTAR JAGA Regu
Jam Jaga
Nama Jaga
1
04.00 – 03.00
16.00 – 20.00
Jaga Subuh
Jaga Sore
Petugas
Petugas Kamar
deck
Mesin
Mualim 1
A.M.K. 1
dengan juru
dengan tukang
mudi dan
minyak
panjarwala 2
08.00 – 12.00
20.00 – 24.00
Jaga Pagi
Jaga Malam
Mualim 3
A.M.K. 3
dengan juru
dengan tukang
mudi dan
minyak
panjarwala 3
00.00 – 04.00
12.00 – 16.00
Jaga tengah
Mualim 2
A.M.K. 2
malam
dengan juru
dengan tukang
Jaga Siang
mudi dan
minyak
panjarwala
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 3 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
2. Pembagian Tugas Deck dan Mesin 2.a. Tugas – tugas Perwira Jaga (Mualim) 1) Bernavigasi sesuai peraturan pencegahan tubrukan dilaut
(P2TL), peraturan – peraturan pedalaman dan peraturan – peraturan setempat, guna menjamin keselamatan. 2) Berolah gerak terhadap kapal lain sesuai instruksi dan perintah
Nakhoda. 3) Adakan pengamatan keliling dengan seksama, laporkan ke pada
nakhoda bila terjadi kelainan – kelainan dan laksanakan perintahnya. 4) Dalam keadaan darurat bilamana perlu ambil tindakan terlebih
dulu dan segera laporkan kepada nakhoda. 5) Usahakan kapal selalu pada haluan yang telah ditentukan dan
ambil posisi secara teratur. 6) Peralatan – peralatan nautika dijaga agar selalu dalam keadaan
baik dan diperiksa kesalahannya ( error ) setiap saat. Bila dapat dikerjakan, buatlah koreksi – koreksi dari pedoman magnit (magnetic compass ). 7) Pelajari ramalan cuaca dan laporkan bilamana perlu. 8) Mengirim dan menerima isyarat. 9) Bertanggung jawab atas keselamatan dilaut. 10) Menghitung dan mengukur kedalaman laut. 11) Catat dalam buku harian kapal ( Deck Log Book ), segala
kejadian selama penjagaan. 12) Waktu
timbang
terima
jaga,
dilaksanakan
sebagaimana
mestinya.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 4 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Gambar 2. Ruang Anjungan di atas kapal
2.b. Tugas – tugas jaga ahli Mesin Kapal (Engineer ) 1) Mengatur kecepatan kapal dan melakukan pekerjaan kamar
mesin sesuai yang diperintahkan. 2) Mengerjakan hal – hal tersebut ini : -
Pembaraan ketel
-
Persiapan uap
-
Pengaturan pesawat / motor Bantu
-
Pengaturan penggunaan listrik
3) Menjaga kelancaran bekerja mesin – mesin dan kemudi. 4) Mengukur bahan bakar dan air ketel serta menghitung
pemakaiannya. 5) Menghitung putaran/kecepatan mesin induk ( main engine ) dan
kontrol suhu dari mesin pendingin. 6) Mencegah terjadinya kebakaran di kamar mesin, ketel dan
tangki bahan bakar, membuang air got bila perlu. 7) Bila ragu – ragu atau ada kelainan pada keadaan dan
bekerjanya mesin – mesin, laporkan kepada Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer ). Dalam
keadaan
darurat,
A.M.K.
jaga
akan
mengambil
kebijaksanaan sendiri untuk mengatasinya. Bila kerusakan mesin Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 5 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
akan mempengaruhi olah gerak kapal, beritahukan mualim jaga dianjungan.
3. Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum dan sesudah jaga 1) Mempelajari alur
perjalanan dan
keadaan cuaca,
untuk
mengetahui lebih dulu apa – apa yang akan dijumpai nanti selama jaga, agar tidak terlalu sering melihat peta waktu jaga. 2) Memeriksa dengan seksama Buku perintah Nakhoda dan cocokan segala sesuatunya yang diserah terimakan oleh petugas jaga sebelumnya. 3) Tiba
dianjungan paling
sedikit
5
menit
sebelum waktu
pergantian dan menerima jaga dengan memahami semua catatan dan perhatian yang
belum dibuat oleh petugas jaga
sebelumnya. Pada malam hari, datanglah ke anjungan lebih awal untuk menyesuaikan penglihatan mata dalam kegelapan.
4. Hal – hal yang perlu diperhatikan serta diserahterimakan 1) Posisi kapal yang tepat pada saat itu. 2) Haluan, kecepatan, jarak yang ditempuh, keadaan alat – alat navigasi dan kemudi. 3) Koreksi kompas magnit bila ada. 4) Informasi tentang kapal – kapal lain, obyek baringan, lampu – lampu suar dan sebagai yang kelihatan saat itu. 5) Obyek – obyek yang akan kelihatan berikutnya. 6) Nama obyek – obyek terakhir yang baru diamati, posisi dan waktu pengambilan posisi. 7) Data cuaca, keadaan laut, arus pasang surut dan pengaruhnya terhadap kemudi kapal. 8) Keadaan lampu navigasi (bila malam hari) dan bagian – bagian yang dibuka, seperti palka dan sebagainya. 9) Perintah – perintah lisan, perintah khusus atau perintah – perintah dari nakhoda.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 6 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
5. Hal – hal penting lainnya Pada waktu serah terima jaga, petugas jaga yang baru melapor kepada nakhoda bilamana siap. 1) Mengamati cuaca dan mengambil tindakan untuk mengatasi cuaca buruk sesuai kebutuhan yang diperlukan. 2) Meronda keliling kapal, periksa air got dan kemungkinan banjir, kebakaran dan pencurian atau masuknya orang yang tidak di kenal (kapal asing merapat tanpa diketahui dinas jaga) . 3) Pemeliharaan kapal sesuai ketentuan yang baik. 4) Melaksanakan pengiriman berita bendera – bendera semboyan kode internasional secara tepat. 5) Laporkan keadaan khusus selama dalam penjagaan. 6) Ikuti tugas – tugas yang diinstrusikan. Apabila didapati ada hal – hal yang tidak normal atau terjadi hal – hal yang mencurigakan, harus segera dilaporkan kepada perwira jaga atau mualim 1.
6. Komunikasi dengan stasiun lainnya dan pengamatan keliling 1) Perhatikan keluar dan masuknya (hilir mudik) sampan – sampan (perahu kecil). 2) Mengatur tenaga akomodasi dan berikan „perhatian‟ kepada pemakai tangga, juga memperhatikan orang yang keluar dan masuk pada pintu dekat tangga. 3) Melakukan semboyan – semboyan atau komunikasi lain dengan kapal – kapal disekitarnya atau kantor – kantor di darat bila diperlakukan. 4) Pada waktu memuat perbekalan atau membongkar peralatan kapal, berikan catatan bilamana perlu dan diawasi pemuatan dan pembongkaran yang sedang berlangsung.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 7 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
B. PERATURAN PENCEGAHAN TUBRUKAN DI LAUT, 1972 B.1. ICHTISAR P2TL-1972 Bagian A Umum
Aturan
1 – 3
Bagian B Aturan mengemudi dan melayarkan Kapal Seksi I
Aturan
4 – 10
Seksi II
Aturan
11 – 18
Seksi III
Aturan
19
Aturan
20 – 31
Aturan
32 – 37
Aturan
38
Bagian C Penerangan dan sosok benda Bagian D Isyarat2 bunyi dan isyarat2 Cahaya Bagian E Pembebasan
Ketentuan Tambahan I : Kedudukan dan perincian teknis penerangan Dan sosok benda Ketentuan Tambahan II : Isyarat2 tambahan untuk Kapal nelayan Yang sedang menangkap ikan berdekatan Ketentuan Tambahan III : Perincian teknis alat2 isyarat bunyi Ketentuan Tambahan IV
: Isyarat bahaya
B.2 . DEFINISI UMUM ( Beberapa aturan penting) ATURAN 3 Untuk memahami maksud peraturan – peraturan ini, kecuali apabila diisyaratkan lain : a. “Kapal” meliputi semua jenis pesawat air termasuk pesawat yang tidak memindahkan air dan pesawat terbang laut yang dipakai atau dapat dipakai sebagai alat pengangkutan di atas air. b. “Kapal tenaga” berarti setiap kapal yang digerakan dengan mesin. c. “Kapal layar” berarti setiap kapal yang digerakan dengan bantuan layar dengan ketentuan jika dilengkapi dengan mesin, mesinnya tidak dipakai.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 8 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
d. “Sedang menangkap ikan” berarti tiap kapal yang sedang menangkap ikan dengan jaring, jaring dogol atau alat penangkap ikan lain yang membatasi kemampuan olah geraknya, tetapi tidak termasuk sebuah kapal yang menangkap ikan dengan pancing atau alat penangkap ikan yang lain yang tidak membatasi kemampuan olah gerak. e. “Pesawat terbang laut” berarti pesawat terbang yang dirancang untuk dapat mengolah gerak di air. f.
Istilah “kapal yang tidak dapat diolah gerak“ berarti kapal yang oleh sesuatu keadaan tertentu tidak mampu mengolah gerak seperti diisyaratkan oleh
aturan – aturan ini sehingga tidak mampu
menyimpang jalannya kapal lain. g. “Kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya” berarti kapal yang oleh sifat pekerjaannya, yang mengakibatkan terbatas kemampuan olah geraknya. Seperti diisyaratkan oleh aturan – aturan ini, sehingga tidak mampu menyimpangi kapal lain.
1. Kapal – kapal yang berikut dianggap sebagai kapal yang terbatas kemampuan olah geraknya. a. Kapal yang sedang memasang, merawat atau mengangkat rambu navigasi, kabel laut atau pipa laut. b. Kapal yang sedang mengeruk, meneliti atau melakukan kegiatan dalam air. c. Kapal yang sedang menambah atau memindahkan orang – orang, perbekalan atau muatan sementara berlayar. d. Kapal yang sedang meluncurkan atau melandaskan pesawat terbang (Kapal Induk). e. Kapal yang sedang melakukan kegiatan menyapu ranjau. f.
Kapal
yang
sedang
menunda
sedemikian
rupa
sehingga
membuatnya tidak mampu menyimpang dari haluannya.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 9 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
2. “Kapal yang terkekang oleh syaratnya” berarti kapal tenaga yang karena saratnya sehubungan dengan kedalaman air yang ada menyebabkan kemampuannya sangat terbatas untuk menyimpang dari haluan yang diikutinya. 3. “Berlayar” berarti bahwa kapal tidak berlabuh, jangkar tidak diikat pada daratan dan tidak sedang kandas. 4. “Panjang” dan “Lebar” dari sebuah kapal
berarti panjang
seluruhnya dan lebar yang terbesar. 5. Kapal – kapal harus dianggap saling melihat hanya bilamana yang satu dapat dilihat oleh yang lain secara visual/mata. 6. “Tampak terbatas” berarti setiap keadaan dimana penglihatan dibatasi oleh kabut, halimun, hujan salju, hujan badai, badai pasir atau setiap keadaan lain yang serupa.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 10 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
B.3. DEFINISI MENGENAI PENERANGAN – PENERANGAN ATURAN 21 a. Penerangan
tiang
berarti
sebuah
penerangan
putih
yang
ditempatkan pada bidang lunas linggi memeperlihatkan cahaya 0
yang tidak terputus meliputi busur cakrawala 225 dan dipasang sedemikian rupa sehingga memperlihatkan cahaya dari lurus ke muka sampai 22,50 di belakang arah melintang pada setiap sisi. b. “Penerangan – penerangan lambung” berarti sebuah penerangan hijau dilambung kanan dan sebuah penerangan merah dilambung kiri, masing – masing memperlihatkan cahaya yang tidak terputus meliputi busur cakrawala 112,5
0
dan dipasang sedemikian rupa
sehingga memperlihatkancahaya lurus ke muka sampai 22,5
0
dibelakang arah melintang pada masing – masing sisi. Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter penerangan – penerangan lambung boleh digabung dalam satu lentera, dipasang pada bidang lunas linggi. c. “Penerangan buritan” berarti sebuah penerangan putih yang ditempatkan sedapat mungkin yang dapat dilaksanakan diburitan memperlihatkan cakrawala
1350
cahaya
yang
tidak
dan
dipasang
terputus
sedemikian
meliputi rupa,
busur
sehingga
memperlihatkan cahaya 67,50 dari lurus ke belakang pada setiap sisi. d. “Penerangan tunda” berarti sebuah penerangan kuning yang mempunyai
ciri – ciri yang sama dengan penerangan buritan
yang didefinisikan dalam paragrap (c). e. “Penerangan
keliling”
memperlihatkan
cahaya
berarti yang
sebuah tidak
penerangan
terputus
meliputi
yang busur
cakrawala 3600. f.
“Penerangan cerlang” berarti sebuah penerangan yang berkedap kedip dengan selang benturan pada frekuensi 120 kedipan atau lebih setiap menit.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 11 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Gambar 2:
Penerangan A. Tiang B. Lambung kiri C. Lambung kanan D. Keliling E. Tunda F. Buritan
0
= 225 putih 0 = 112,5 merah 0 = 112,5 hijau 0 = 360 merah, Putih, hijau 0 = 135 kuning 0 = 135 putih
Busur Penerangan – 2 B.4. DAYA TAMPAK PENERANGAN – PENERANGAN ATURAN 22 Penerangan yang ditetapkan dalam peraturan ini harus mempunyai intensitas seperti yang dirinci dalam seksi 8 ketentuan tambahan I sehingga kelihatan pada jangkauan minimum sebagai berikut : a. Di kapal – kapal yang panjangnya 50 meter atau lebih (> 50 m) : -
Penerangan tiang, 6 mil ;
-
Penerangan lambung, penerangan buritan, penerangan tunda, 3 mil ;
-
Penerangan putih, merah, hijau atau kuning keliling 3 mil
b. Di kapal – kapal yang panjangnya 1 meter atau lebih tetapi kurang dari 50 meter (>12m<50m) : -
Penerangan tiang, 5 mil ; kecuali apabila panjang kurang dari 20 meter, 3 mil
-
Penerangan lambung, penerangan tunda, 2 mil;
-
Penerangan keliling putih, merah, hijau atau kuning 2 mil.
c. Di kapal yang panjang kurang dari 12 meter (<12m) : -
Penerangan tiang, 2 mil;
-
Penerangan lambung, 1 mil;
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 12 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
-
Penerangan buritan, penerangan tunda, 2 mil;
-
Penerangan keliling putih, merah, hijau atau kuning 2 mil.
-
B.5. JENIS PENERANGAN DAN DAYA TAMPAKNYA
Jenis Penerangan
Daya tampak bagi kapal-kapal a
b
c
a. Penerangan tiang, putih – 225
6‟
5‟/3‟=<20m
2‟
b. Penerangan lambung, merah/ hijau –
3‟
2‟
1‟
c. Penerangan buritan, putih - 135
3‟
2‟
2‟
d. Penerangan tunda, kuning - 1350
3‟
2‟
2‟
e. Penerangan keliling, putih, mrtah, hijau
3‟
2‟
2'
0
112,50 0
kuning – 3600
a – Panjang kapal 50 meter atau lebih b – Panjang kapal 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 50 meter c – Panjang kapal kurang dari 12 meter
B.6. KEDUDUKAN DAN PERINCIAN TEKNIS DARI PENERANGAN – PENERANGAN DAN SOSOK – SOSOK BENDA B.6. 1. KETENTUAN TAMBAHAN I 1. Definisi Istilah “tinggi di atas bahara” berarti ketinggian di atas geladak jalan terus paling atas. 2. Kedudukan dan jarak tegak dari penerangan – penerangan a. Di kapal tenaga yang panjang 20 meter atau lebih penerangan tiang ditempatkan sebagai : 1) Penerangan tiang depan, atau jika hanya satu penerangan yang dipasang, maka penerangan tersebut pada ketinggian tidak kurang dari 6 meter di atas bahara, dan jika lebar kapal lebih Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 13 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
dari 6 meter maka ketinggiannya tidak kurang dari lebar tersebut, tetapi bagaimanapun juga tidak perlu lebih dari 12 meter. 2) Bilamana dipasang dua penerangan tiang, penerangan belakang sekurang – kurangnya 4,5 meter tegak lurus di atas penerapan depan. Gambar 3:
“h” tidak kurang dari 6 meter, jika lebar lebih dari 6 meter “h” = lebar, tetapi “h” tidak perlu lebih dari 12 meter. b. Pemisahan tegak penerangan tiang kapal tenaga sedemikian rupa sehingga dalam keadaan – keadaan trim normal penerangan dibelakang kelihatan di atas dan terpisah dari penerangan di depan pada jarak 1000 meter depan bilamana dilihat dari permukaan laut.
Gambar 4:
Penerangan belakang kelihatan terpisah dan diatas penerangan depan
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 14 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
c. Penerangan tiang kapal tenaga yang panjangnya 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter ditempatkan pada ketinggian 2,5 meter di atas tutup tajuk (Bullwark) Gambar 5: „h‟ tidak kurang dari 2,5 m di atas tutup tajuk
Panjang 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter
d. Kapal tenaga yang panjangnya kurang dari 12 meter boleh memasang penerangan yang tertinggi pada ketinggian kurang dari 2,5 meter di atas tutup tajuk. Bagaimanapun juga bilamana penerangan tiang dipasang sebagai tambahan penerangan lambung dan buritan, penerangan tiang tersebut harus dipasang sekurang – kurangnya 1 meter lebih tinggi di atas penerangan lambung.
Gambar 6: „h‟ boleh kurang dari 2,5 m
Panjang 12 meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter
e. Satu dari dua atau tiga penerangan tiang yang diatur untuk kapal tenaga bilamana sedang menunda atau mendorong kapal lain, harus ditempatkan pada kedudukan yang sama dengan penerangan tiang depan.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 15 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Gambar 7: Salah satunya ditempatkan Pada kedudukan penerangan Tiang depan
Kedudukan lampu tiang bagi kapal tenaga yang sedang menunda atau mendorong
f.
Pada semua keadaan penerangan (2) tiang harus ditempatkan lebih tinggi dan bebas dari penerangan – penerangan lain dan rintangan – rintangan.
g. Penerangan – penerangan lambung kapal tenaga harus ditempatkan pada ketinggian di atas bahara tidak lebih dari tiga perempat ketinggian penerangan tiang depan. Dan tidak boleh terlalu rendah sehingga terganggu oleh penerangan – penerangan geladak. h. Penerangan – penerangan lambung, jika digabung berupa lentera kombinasi dan dipasang dikapal tenaga yang panjangnya kurang dari 20 meter, harus ditempatkan pada ketinggian tidak kurang dari 1 meter di bawah penerangan tiang. Gambar 8 : Penerangan tiang depan
Tidak kurang dari 1 meter
h H
M Tidak lebih tinggi Dari ¾ h
H
M
Panjang kapal kurang Dari 20 meter, bilamana Memasang lentera kombinasi
“kedudukan tegak penerangan2 lambung”
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 16 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
i.
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
Bilamana peraturan – peraturan mengharuskan memasang dua atau tiga penerangan bersusun tegak, penerangan – penerangan itu harus dipisahkan sebagai berikut : 1) Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan – penerangan tersebut harus dipisahkan tidak kurang dari 2 meter, dan penerangan yang terbawah kecuali bila penerangan tunda, tidak kurang dari 4 meter di atas bahara. 2) Di kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter, penerangan – penerangan itu harus dipisahkan tidak kurang dari 1 meter, dan penerangan yang terbawah, kecuali bila penerangan tunda tidak dan 2 meter di atas tutup. 3) Bilamana memasang tiga penerangan, penerangan – penerangan tersebut harus dipisahkan pada jarak yang sama. Gambar 9: terpisah pada arak yang sama, tidak kurang dari 1 meter
terpisah pada arak yang sama, tidak kurang dari 2 meter
tidak kurang dari 4 meter
tidak kurang dari 2 meter
Bilamana panjang kapal 20 meter atau lebih Bilamana panjang kapal kurang Dari 20 meter
j.
Penerangan yang lebih rendah dari dua penerangan keliling yang diharuskan bagi kapal ikan bilamana sedang bertugas, harus dipasang di atas penerangan lambung pada ketinggian dari dua kali jarak dari dua penerangan tegak itu. Gambar 10:
Tidak kurang dari 2h
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 17 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
“Tinggi penerangan keliling untuk kapal yang sedang menangkap ikan” k. Penerangan labuh depan, bilamana dipasang dua penerangan, harus dipasang tidak kurang dari 4,5 meter di atas penerangan labuh belakang. Di kapal yan panjangnya 50 meter atau lebih penerangan labuh depan harus dipasang pada ketinggian tidak kurang dari 6 meter di atas bahara.
l. m. Tidak kurang dari 4,5 meter
Tidak kurang dari 6 meter
Bilamana panjang kapal 50 meter atau lebih “Pemisahan penerangan labuh”
Gambar 11:
3. Kedudukan dan jarak mendatar penerangan – penerangan a. Apabila kapal tenaga menurut peraturan diisyaratkan memasang dua penerangan tiang, jarak mendatar antara kedua penerangan itu tidak kurang dari setengah panjang kapal, tetapi tidak perlu lebih dari 100 meter. Penerangan yang didepan ditempatkan tidak lebih dari seperempat panjang kapal di ukur dari linggi depan. Gambar
Tidak kurang dari 1/2L tetapi tidak Perlu lebih dari 100 meter
Tidak lebih dari 1/4B
“Pemisah mendatar penerangan2 tiang”
Gambar 12: b. Dikapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, penerangan – penerangan lambung tidak boleh ditempatkan di
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 18 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
depan penerangan tiang depan. Penerangan – penerangan itu ditempatkan di lambung atau di dekat lambung kapal. di atau didekat sisi
Gambar 13: tidak lebih kedepan dari penerangan tidak
H
M
Bilamana panjang kapal 20 meter atau lebih
4. Rincian tentang kedudukan penerangan pengenal untuk kapal penangkap ikan, kapal keruk dan kapal yang melakukan kegiatam dalam air. a. Penerangan yang menunjukkan arah menjulurnya alat penangkap ikan dari kapal yang sedang menangkap ikan seperti diatur dalam aturan 26 (c ) (ii), harus ditempatkan dengan jarak mendatar tidak kurang dari 2 meter dan tidak lebih dari 6 meter jaraknya dari dua penerangan keliling merah dan putih. Penerangan ini ditempatkan tidak lebih tinggi dari penerangan keliling putih yang diatur dalam aturan 26 (c ) (i) dan tidak lebih rendah dari penerangan – penerangan lambung.
Gambar 14:
b. Penerangan dalam sosok benda di kapal yang sedang mengeruk atau melakukan kegiatan dalam air, untuk menunjukkan sisi yang terhalang dan / atau sisi yang bebas dilewati seperti dalam aturan Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 19 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
27 (d) (ii), harus ditempatkan pada jarak mendatar yang maksimum, tetapi bagaimanapun juga tidak kurang dari 2 meter dari penerangan – penerangan dan sosok – sosok benda yang diatur dalam aturan 27 (d) (i) dan (ii). Bagaimanapun juga penerangan atau sosok benda yang teratas tidak lebih tinggi daripada tiga penerangan atau sosok benda yang diatur dalam aturan 27 (b) (ii). Gambar 15: “ Kedudukan penerangan dan sosok benda untuk kapal yang sedang mengeruk “
5. Tedeng untuk penerangan – penerangan Penerangan – penerangan lambung harus dilengkapi dengan tedeng dengan dibagikan sebelah dalamnya dicat dengan warna hitam suram, dan sesuai dengan persyaratan – persyaratan seksi 9 ketentuan tambahan ini. Apabila memakai lentera kombinasi dengan sebuah kawat pijar tegak dan penjekat yang sempit antara bagian yang hijau dan merah, tidak dilngkapi dengan tedeng bagian luar.
6. Sosok – sosok benda a. Sosok benda harus berwarna hitam dan dengan ukuran – ukuran sebagai berikut : i.
Bola harus mempunyai garis tengah tidak dikurangi dari 0,6 meter.
ii.
Kerucut harus mempunyai las dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama dengan garis t engahnya.
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 20 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
iii. Selinder harus mempunyai garis tengah sekurang – kurangnya 0,6 meter dan tingginya dua kali garis tengahnya. iv. Belah ketupat ( Diamond Shape ) harus terdiri dari dua buah kerucut seperti ditentukan dala (ii) diatas dengan bidang alasnya berimpit. b. Jarak tegak antara sosok – sosok benda sekurang – kurangnya 1, 5 meter c. Di
kapal
yang
panjangnya
kurang
dari
20
meter
boleh
mempergunakan sosok benda dengan ukuran yang lebih kecil tetapi sebanding dengan ukuran kapalnya, dan juga jaraknya diantaranya
Gambar 16:
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 21 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
B.6.2 Mengetahui kondisi kapal dari posisi tata lampu. Putih
Putih
Merah
Portside view Hasil Pengamatan : Kapal tenaga panjang lebih dari 50 meter, memiliki laju terhadap air dilihat dari lambung sebelah kiri. Jarak + 3 mil.
Putih Merah
Portside view Hasil Pengamatan : Kapal tenaga panjang kurang dari 50 meter, memiliki laju terhadap air dilihat dari lambung sebelah kiri. Jarak + 3 mil.
Putih
Hasil Pengamatan : Hijau
Merah
Kapal tenaga panjang kurang dari 50 m, memiliki laju terhadap air dilihat dari depan (haluan) jarak + 3 mil.
Bow view
Hasil Pengamatan : Putih
Kapal tenaga panjang tidak diketahui, laju tidak diketahui, dilihat dari belakang / (Buritan).
Stern view
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 22 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
2003. International Code Of Signal. National Imagery and Mapping Agency, USA Tim IKIP Semarang
Anonim. 2002. STCW –
F’95.
Departemen Kelautan dan Perikanan.
Jakarta Anonim. 2001. Watch keeping Dinas Jaga . STIP, Jakarta. Anonim, ___________ Olah Gerak Kapal, -------------------, Semarang. Anonim, 2000. Keselamatan Pelayaran & Perlindungan Lingkungan Laut . Departemen
Perhubungan
&
Pusat
Penerangan
Lingkungan Hidup Indonesia, Jakarta. Anonim., 1999. SCTW
’95.
IMO (International Maritime Organization)
Subekti, Capt. 2000. P2TL – 1972. YPP Djadajat. Jakarta Anonim,
1997.
STCW’
1995
dan
Amandement
1997. _________,
_________ Sutiyar, Dage La; Thamrin Rais. 1994. Kamus Istilah Pelayaran &
Perkapalan . Pustaka Beta, Jakarta Parlindungan
S,
Capt,
Drs,
MM,
dkk.
1999.
Kompetensi
dan
Keterampilan Pelaut. STIP. Jakarta
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 23 dari 24
Kode : PTK.NP01.006.01
MELAKUKAN DINAS JAGA
DEPARTEMEN PENGELOLAAN SUMBERDAYA KELAUTAN
GLOSSARY
IMO
:
International
Maritime
Organization,
lembaga
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengelola masalah kemaritiman dunia. P2TL-1972
:
Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut
STCW-F
:
Standar
Training
Certificate
Of
Watch
Keeping ,
pelatihan terstandar yang mendapat pengawasan IMO
Watch Keeping
:
Pengawasan / Dinas Jaga di atas kapal baik saat kapal berlayar ataupun sedang tidak berlayar
Disusun : R.Diyan Krisdiana,A.Pi,M.Si
Edisi Revisi : A
Tanggal : 12 Januari 2007
Revisi ke : 1 ; Tanggal : 1 April 2009
Halaman 24 dari 24