1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan mulai dari pendidikan pendidikan dasar, menengah hingga hingga pendidikan pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, namun dalam kenyataannya pengajaran berbahasa di jenjang TK - pendidikan dasar umumnya dalam hal membaca di kelas hasilnya masih kurang, bahkan masih banyak siswa yang sudah berada di tingkat sekolah dasar pun masih belum dapat membaca. membaca. Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah memilih metode yang tepat dan dan bena benarr sehin sehingg ggaa muda mudah h dipa dipaha hami mi anak anak yang yang mung mungki kin n selam selamaa ini cara cara penyampaian penyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran pengajaran baik metode metode maupun maupun strategi pendekatan hasil yang diperoleh siswa relatif rendah serta anak kurang berminat berminat dalam pengajaran pengajaran membaca. membaca. Kegi Kegiata atan n belaj belajar ar meng mengaja ajarr adala adalah h sebuah sebuah inter interak aksi si yang yang berni bernilai lai pendidikan. pendidikan. Didalamnya Didalamnya terjadi interaksi edukatif edukatif antara guru dan anak didik, ketika guru menyampaika menyampaikan n bahan pelajaran kepara kepara anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya penyampaiannya menggunakan menggunakan strategi yang kurang
2
tepa tepat. t.
Disin isinil ilah ah
keha kehad diran iran
metod etodee
mene menemp mpat atii
posis osisii
pent pentin ing g
dala dalam m
penyampaian penyampaian pelajaran. pelajaran. Bahan pelajaran yang disampaikan disampaikan tanpa memperhatikan memperhatikan metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuk membuktika tikan n bahwa bahwa
kegaga kegagalan lan pengajaran pengajaran salah satunya satunya disebab disebabkan kan oleh
pemilihan pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah bergairah dan kondisi kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami dipahami bahwa bahwa metode metode dengan dengan tujuan pengajaran. pengajaran. Karena itu, dapat dipahami dipahami bahwa metode metode adalah suatu suatu cara yang memiliki memiliki nilai strategis dalam dalam kegi kegiata atan n bela belajar jar meng mengaja ajar. r. Nilai Nilai strate strategis gisny nyaa adala adalah h meto metode de dapat dapat memp mempen enga garu ruhi hi jalan jalanny nyaa kegi kegiata atan n bela belajar jar meng mengaja ajar. r. Oleh Oleh seba sebab b itu, itu, guru guru sebaikn sebaiknya ya memper memperhatik hatikan an dalam dalam pemiliha pemilihan n dan penentu penentuan an metode metode sebelum sebelum kegiatan belajar dilaksanakan didalam kelas Dari berbagai permasalahan di atas maka layanan bimbingan dirasakan amat berpera berperan n dalam dalam membant membantu u proses proses dan pencapa pencapaian ian tujuan tujuan pendid pendidikan ikan secara bertahap diantaranya pendidikan peran guru.
B. Masalah lah
Bertolak dari latar belakang terdapat beberapa fakta yang berhubungan dengan masalah membaca yaitu : 1. Keterb Keterbatasa atasan n siswa tentang tentang penge pengenala nalan n huruf-hu huruf-huruf. ruf. 2. Kura Kurang ngny nyaa mina minatt baca baca sisw siswa. a.
3
3. Rendahnya kemampuan membaca siswa.
C. Rumusan Masalah
Dari berbagai permasalahan di atas maka rumusan masalahnya adalah : “Apakah dengan metode stuktural analitik sintetik (SAS) dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa TK. Sabilil Huda Sumorame Candi Sidoarjo?”
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca siswa TK. Sabilil Huda Sumorame Candi Sidoarjo melalui pembelajaran dengan metode stuktural analitik sintetik (SAS).
E. Manfaat Penelitian Setiap kegiatan minimal tentu memberikan manfaat, demikian halnya bimbingan belajar membaca permulaan ini juga memberikan manfaat antara lain: 1.
Sebagai wacana bagi rekan guru dalam pengajaran membaca untuk
memberikan bimbingan membaca permulaan agar berhasil secara maksimal. 2.
Dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa yang akan
berpengaruh pula terhadap hasil belajar, guna persiapan pendidikan berikutnya.
BAB II
4
LANDASAN TEORI
Pendidikan Pra Sekolah di Taman Kanak-kanak
1.
Definisi Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan
prasekolah
adalah
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Salah satu satuan pendidikan awal yang dikenal oleh anak prasekolah adalah taman kanak-kanak (TK). Pada
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajarannya
TK
mengembangkan 6 aspek perkembangan yaitu aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/ motorik, dan seni (Depdiknas, 2004:5). Aspek-aspek perkembangan tersebut dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan bidang pengembangan kemampuan dasar. 2.
Tujuan
Pendidikan
Taman
Kanak-
kanak.
Pendidikan prasekolah dengan bentuk satuan pendidikan taman kanak-kanak adalah wadah dimana anak mendapat kesempatan yang terarah menuju perkembangan seluruh aspek kepribadiannya melalui cara yang sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Pendidikan prasekolah diselenggarakan dalam upaya membantu meletakkan dasar perkembangan semua aspek tumbuh kembang bagi anak usia sebelum memasuki pendidikan dasar. Usia 5
5
prasekolah merupakan masa peka untuk menerima rangsangan dan sangat menentukan bagi tumbuh kembang anak pada masa selanjutnya. Anak yang memperoleh pendidikan prasekolah diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk memasuki pendidikan dasar secara lebih baik. Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak dalam penyesuaian dirinya berupa ( Diah Harianti, 2003:1): a. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, menghargai orang lain, bekerjasama, kesadaran akan adanya perbedaan pendapat, termasuk kemampuan untuk berfungsi secara baik sebagai anggota tim. b. Kemampuan untuk melakukan analisa terhadap situasi, membuat pertimbangan yang masuk akal, dan memecahkan permasalahan baru yang dihadapi. c. Kemampuan untuk mengakses berbagai sinformasi melalui berbagai cara, termasuk kemampuan dalam bahasa lisan maupun tertulis, serta mampu menggunakan secara baik alat dan teknologi yang terus berkembang. d. Kemampuan untuk secara terus menerus belajar pendekatan yang baru, keterampilan-keterampilan baru, dan pengetahuan-pengetahuan baru sesuai kebutuhan perubahan. Sebagaimana kita ketahui dalam menuju kedewasaan, setiap anak memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri itu memerlukan fasilitas dan saran pendukungnya dalam berbagai bentuk seperti sarana dan prasarana, guru, program program terencana serta suasana yang menunjang.
6
Semua fasilitas dan kesempatan mengembangkan diri anak tersebut tersedia di TK. 3.
Ruang
Lingkup
Pendidikan
Taman
Kanak-Kanak
Dalam ruang lingkup kurikulum taman kanak-kanak meliputi 6 aspek pengembangan, yaitu : (a) Aspek moral dan nilai agama, (b) Sosial, dan
kemandirian,
(c)
Kemampuan
berbahasa,
(d)
Kognitif,
(e)
Fisik/motorik, (f) Seni. Depdiknas (2004:8) menjelaskan bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang lebih baik. Lebih lanjut dalam Depdiknas dijelaskan bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial, dan kemandirian, sedangkan pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuaan dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pengembangan kemampuan dasar tersebut meliputi: a. Kemampuan berbahasa, b kognitif, c. fisik/motorik, d .seni.
Metode mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai pendidikan. Didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik,
7
ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepara anak didik di kelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi) kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat.
Disinilah
kehadiran
metode
menempati
posisi
penting
dalam
penyampaian pelajaran. Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mendekatkan pengertian metode kearah yang lebih jelas akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut: 1.
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tertentu (Sugito, 1994:30). 2.
Metode itu cara untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini bersifat prosedural, artinya menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan pembelajaran Safari (1997:29). 3.
Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mewujudkan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar (Sudjana, 2004:76).
8
4.
Hasibuan dan Mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa “Metode
mengajar adalah alat yang merupakan bagian dari seperangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar”. Dari beberapa pendapat diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa metode adalah: 1.
Suatu yang dipakai untuk mencapai tujuan.
2.
Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencarai ilmu
pengetahuan dari suatu materi tertentu. 3.
Suatu ilmu dalam merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur. Mengajar adalah salah satu tugas utama guru, yang disebut dengan
fungsi instruksional. Dalam menggunakan fungsi instruksional itu, penggunaan dan penerapan metode pengajaran merupakan salah satu faktor yang penting yang ikut andil dalam kegiatan belajar mengajar. Usman (1995:6) menyatakan mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup berat, karena berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk setiap pelajaran atau bidang studi. Metode mengajar itu bisa diterapkan untuk setiap pelajaran. Karena itu guru akan dapat memahaminya tanpa suatu keahlian khusus. Misalnya, menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, ekspositori, dan demonstrasi itu adalah cara-cara
9
penyampaian materi yang berlaku secara umum. Untuk menguasainya tidak diperlukan keahlian khusus. Karena itu, ceramah dan sebagainya itu disebut metode mengajar. Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno Surachmad (1961), mengatakan bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada murid-murid di sekolah. Nana Sudjana (2000; 77), mengatakan ada 14 metode dalam mengajar yang dapat digunakan guru dalam melakukan proses mengajar, yaitu : 1.
Metode ceramah
ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. 2.
Metode tanya Jawab
tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara siswa dan guru. 3.
Metode diskusi
diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsurunsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. 4.
Metode tugas belajar dan resitasi
10
tugas belajar dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebiih luas dari itu. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. 5.
Metode kerja kelompok
kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompokkecil (subsub kelompok. 6.
Metode demonstrasi dan eksperimen
demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sebdiri berdasarkan fakta data) yang benar. 7.
Metode sosio drama (role playing)
metode sosiodrama dan role plying dapat dikatakan sama artinya dan dalam pemakaiannya
sering
disilihgantikan.
Sosiodrama
pada
dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. 8.
Metode problem solving
problem solving (pemecahan masalah) g\bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
11
9.
Metode sistem regu (team teaching)
sistem regu adalah metode mengajar yang terdiri dari dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. 10.
Metode latihan (drill)
umumnya
digunakan
untuk
memperoleh
suatu
ketangkasan
atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. 11.
Metode karyawisata (field trip)
karya wisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini bererti kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. 12.
Metode resource person (Manusia Sumber)
manusia sumber ialah orang luar (bukan guru) memberikan pelajaran kepada siswa. Orang luar ini diharapkan memiliki keahlian khusus. 13.
Metode survai masyarakat
survai berarti cara untuk memperoleh informasi atau keterangan dari sejumlah unit tertentu dengan jalan observasi dan komunikasi langsung. 14.
Metode Simulasi.
Simulasi adalah sara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermainperanan mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.
12
B.
Pengertian dan Hakikat Pengajaran Berbahasa di
Taman Kanak-kanak
Bahasa merupakan alat komunikasi melalui bahasa manusia dapat saling berkomunikasi (Depdikbud, 1993: 5). Artinya melalui bahasa manusia saling berbagi pengalaman saling belajar dari yang lain serta dapat meningkatkan kemampuan intelektual sehingga lebih komunikatif. Pengajaran berbahasa pada hakekatnya adalah pengajaran ketrampilan berbahasa bukan pengajaran tentang pengetahuan bahasa yang meliputi tata bahasa, pengembangan kosa kata dan teori Sastra sebagai alat penyetor saja (Depdikbud, 1993:2). Ketrampilan berbahasa yang ditekankan adalah ketrampilan reseptif yang mencakup tiga aspek yaitu pemahaman, kebahasaan, dan penggunaan yang bentuknya seperti mendengarkan dan membaca bercerita dan menulis. Kebanyakan anak memiliki keragaman latar belakang sebelum memasuki jenjang pendidikan diantaranya latar belakang bahasa ibu dan berapa persen siswa yang mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan TK apalagi bila di desa kedua faktor tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, untuk itu guru perlu mempertimbangkan strategi mengajarnya.
C.
Metode-metode Membaca Permulaan
Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBBI, 1984 : 649).
13
Sedangkan yang dimaksud membaca permulaan adalah pengajaran membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas B dengan tujuan agar siswa trampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan ketrampilan berbahasa guna menghadapi kelas berikutnya (Depdikbud, 1995/196:6). Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29). Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar (1994), materi pembelajaran membaca yang tertuang dalam GBPP untuk siswa kelas B Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut : 1. Persiapan (pra membaca) Pada tahap awal ini, pada awal Semester I, kepada siswa diajarkan: a.
Sikap duduk yang baik,
b.
Cara meletakkan atau menempatkan buku di meja,
c.
Cara memegang buku,
d.
Cara membalik halaman buku yang tepat,
e.
Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan.
2. Setelah pra membaca, siswa diajarkan : a. Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru), b. Huruf-huruf yang digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah di kenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf), 1)
a, i, m dan n ; misalnya kata : ini, mama; kalimat : ini mama.
2)
u, l, b ; misalnya kata : ibu, lala; kalimat : ibu lala.
14
3)
e, t, p ; misalnya kata : itu, pita, ema; kalimat : itu pita ema.
4)
o, d ; misalnya kata : itu, bola, didi; kalimat : itu bola didi.
5)
k, s ; misalnya kata : kuda, papa, satu; kalimat : kuda papa
satu. c. Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya : toko, ubi, boneka, mata, tamu. Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang dapat digunakan, antara lain : (1) metode abjad, (2) metode bunyi, (3) metode kupas rangkai suku kata, (4) metode kata lembaga, (5) metode global, dan (6) metode struktural analitik sintetik (SAS) (Alkhadiah, 1992 :32 – 34). 1.
Metode Abjad dan Metode Bunyi Menurut
Akhadiah
kedua
metode
ini
sudah
sangat
tua,
menggunakan kata - kata lepas. Misalnya : a. Metode abjad
: bo – bo – bobo la – ri – lari
b. Metode bunyi
: na – na – nana lu – pa – lupa
2.
Metode Kupas Rangkai suku kata dan Metode Kata
Lembaga Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya : a. Metode kupas rangkai suku kata : ma ta – ma – ta
15
pa pa – pa – pa b. Metode kata lembaga : Bola – bo – la – b – o – l – a – b – o – l – a – bola 3.
Metode Global Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran
psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna dari pada jumlah bagian-bagiannya. Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca. 4.
Metode SAS Metode ini dibagi menjadi dua tahap, yakni : (1) tanpa buku, (2)
menggunakan buku. Mengenai itu Momo (1979) mengemukakan beberapa cara yaitu : a.
Tahap tanpa buku, dengan cara : 1)
Merekam bahasa siswa
2)
Menampilkan
gambar
sambil
bercerita. 3)
Membaca gambar.
4)
Membaca
gambar
dengan
kartu
kalimat. 5)
Membaca kalimat secara struktural
(S). 6)
Proses Analitik (A).
7)
Proses Sintetik (S).
16
b.
Tahap dengan buku, dengan cara : 1)
Membaca buku pelajaran
2)
Membaca majalah bergambar.
3)
Membaca bacaan yang disusun oleh
guru dan siswa 4)
Membaca bacaan yang disusun oleh
siswa secara berkelompok. 5)
Membaca bacaan yang disusun siswa
secara individual.
D.
Metode Drill 1.
Pengertian
Zuhairini mendefinisikan metode drill sebagai metode dalam pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan (Zuhairini, 1983 : 106). Menurut Roestiyah NK (1991:125), metode drill adalah suatu tekhnik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan latihan-latihan agar memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. Metode drill/ latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar anak didik: a. Memiliki
keterampilan
mempergunakan
alat,
gerak,
menulis,
melaksanakan gerak dalam olah raga.
seperti membuat
menghafal suatu
kata-kata,
bentuk
atau
17
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalihkan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam menghitung, dan sebagainya. c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan lambang/ symbol dalam peta dan lain-lain. d. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah baik. e. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam. 2.
Syarat-syarat metode drill
Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Sebeleum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan pemberian pengertian dasar. b. Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang bersifat dan otomatis. c. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal ini dimungkinkan agar tidak membosankan siswa. d. Maksud diadakannya latihan harus memiliki tujuan yang lebih luas. e. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat menimbulkan motivasi belajar anak didik.
18
3.
Langkah-langkah
penggunaan metode drill/ latihan
a.
Drill hanyalah bahan atau tindakan yang bersifat
otomatis. b.
Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih
luas. 1) Sebelum diadakan latihan, anak didik perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu sendiri. 2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan mereka selanjutnya. 3) Siswa harus memiliki sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar. c.
Latihan-latihan itu pertama-tama harus ditekankan
kepada diagnosa: 1)
Pada
taraf-taraf
permulaan
jangan
diharapkan
reproduksi ynag mengurus. 2)
Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan
yang timbul. 3)
Respon yang benar artinya harus dikenal siswa
sedangkan respon ynag salah harus dipebaiki. 4)
Siswa memerlukan waktu untuk mewarisi latihan
perkembangan arti dan kontrol.
19
5)
Di dalam latihan, pertama-tama ketepatan, kemudian
kecepatan, dan pada akhirnya keduanya harus tercapai. d.
Masa latihan harus relative singkat, tetapi harus
sering dilksanakan pada waktu lain. e.
Masa
latihan
harus
menarik,
gembira
dan
menyenangkan. 1)
Agar
hasil
latihan
memuaskan, minat intristif diperlukan. 2)
Setiap kemajuan siswa harus
jelas. 3)
Hasil latihan terbaik, dengan
sedikit menggunakan emosi. 4)
Pada waktu latihan, harus
mendahulukan proses yang essensial. f.
Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan
dengan perbedaan individu. 4.
Kelebihan dan Kekurangan
Metode Drill
Kelebihan metode drill adalah sebagai berikut: a. Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan pelajaran sebanyak-banyaknya. b. Organisasi lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokan murid pada metode ini.
20
c. Guru dapat menguasai kelas lebih mudah walau jumlah murid cukup banyak. Sedangkan kekurangan metode drill ini adalah sebagai berikut: a. Guru sukar mengetahui sampai dimana batas kemampuan murid dan memahami pelajaran yang telah disampaikan. b. Tidak jarang guru terlalu mengejar target sejumlah bahan yang banyak, sehingga pelaksanaannya lebih bersifat pemompaan. c. Murid menjadi pasif dan menganggap segala hal yang diceramahkan itu benar sehingga bentuk pengajaran bisa menjadi verbalisme. d. Apabila guru tidak memperhatikan dari segi psikologis dan didaktis pembicaraan dapat melantur dan bertele-tele sehingga membosankan bagi murid, lalu banyak humor dalam membangkitkan minat dan perhatian anak yang terlalu berlebih-lebihan.
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
21
Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, yang bertolak dari suatu permasalahan dalam pembelajaran di dalam kelas. Permasalahan itu berupa kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari bahan ajar membaca. Kesulitan-kesulitan tersebut oleh guru dipelajari, dicermati, dan ditentukan berbagai penyebabnya, untuk selanjutnya ditemukan cara pemecahannya. Cara pemecahannya berupa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode SAS. Dengan demikian, penelitian ini menitikberatkan pada suatu permasalahan yang dihadapi siswa, sekaligus menentukan cara pemecahannya berupa suatu proses dan hasil pembelajaran yang lebih baik. Rancangan
pembelajaran
disajikan
untuk
menghasilkan
bentuk
pembelajaran yang berkualitas, dengan proses pembelajaran yang dinamis, bergairah, dan bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran yang baik. Untuk mencapai maksud di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan dua kali siklus dalam bentuk siklus I dan siklus II. Pembelajaran siklus I dirancang berdasarkan kondisi awal siswa dalam membaca permulaan. Siklus I dan II merupakan tindakan dalam memecahkan masalah dalam membaca permulaan melalui metode SAS.
B.
Subyek Penelitian
33 Subyek adalah faktor yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Tanpa adanya subyek tentunya penelitian tidak dapat dilakukan. Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah 10 siswa TK. Sabilil Huda Sumorame
22
Candi Sidoarjo yang di dalam kelas mengalami kesulitan belajar dan lamban dalam membaca. Teknik penentuan subyek penelitian dengan purposive sampling.
C.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK. Sabilil Huda Sumorame Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Waktu penelitian adalah pada semester 2 tahun pelajaran 2009-2010. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2010 dan dilakukan pada saat jam pembelajaran membaca berlangsung.
D.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mengetahui hasil pembelajaran digunakan tes sebagai tolak ukurnya. Tes adalah latihan ketrampilan dan kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. (Arikunto, 1996: 138) Macam-macam tes: 1.
Tes Awal (Pre Tes) Tes awal dilakukan sebelum pembelajaran inti dimulai. Tes awal
dimaksudkan untuk menjajagi kemampuan siswa.
2.
Tes Akhir (Post Tes) Tes akhir dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran
mencapai tujuan yang ditetapkan. Tes ini untuk mengetahui keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasilnya digunakan sebagai acuan
23
untuk melihat kemajuan prestasi siswa dalam mengikuti program pembelajaran. Serta untuk menganalisa data dan merefleksi tindakan berikutnya. Hasil pembelajaran siswa diperiksa, dianalisa untuk menentukan letak kesulitan dalam menyelesaikan soal.
E.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini lebih menitikberatkan pada proses pembelajaran yang pada gilirannya juga berpengaruh pada hasil pembelajaran. Tingkat kualitas proses pembelajaran dapat diketahui guru melalui pengamatan. Untuk mengetahui kualitas hasil pembelajaran digunakan kriteria penskoran sebagai berikut : (1) Skor 80 s/d 100
= baik sekali
(A)
(2) Skor 70 s/d 79
= baik
(B)
(3) Skor 60 s/d 69
= cukup
(C)
(4) Skor 50 s/d 59
= kurang
(D)
(5) Kurang dari 50
= kurang sekali (E)
Rumus untuk menentukan kualitas hasil pembelajaran rata-rata kelas digunakan rumus:
X M= N Keterangan : M = Skor rata-rata kelas X = Jumlah skor satu kelas
24
N = Jumlah siswa satu kelas Skor rata-rata
kelas
tersebut selanjutnya
ditentukan persentase
keberhasilannya dengan rumus sebagai berikut : X M=
x 100% N
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta.
25
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Kurikulum Sekolah Dasar, Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, SLB. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995/1996. Metode Bahasa Indonesia, Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, SLB. Jakarta. Kartadinata, Sunaryo dkk, 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar . Bandung : CV Maulana. Mugiarto, Heru dkk, 2004. Bimbingan dan Konseling . Semarang : UPT MKK Universitas Negeri Semarang. Surana, 2004. Aku Cinta Bahasa Indonesia. PT Tiga Serangkai. Suyudi, 1998. Pandai Membaca Menulis IA. WJS Purwodarminto, 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih, 2004. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.