Metode Garis potongan antara (Intersection line methode) Cara ini adalah cara untuk menyederhanakan cara isohyet. Garisi potong yang merupakan kotak – kotak pada gambar peta isohyet . curah hujan pada titik -titk perpotongan dihitung dari perbandingan jarak titik itu ke garis – garis isohyet yang terdekat. Harga rata – rata aljabar dari curah hujan pada titik – titik perpotongan diambil sebagai curah hujan daerah. Ketelitian cara ini adalah kurang dari ketelitian cara isohyet.(Suyono, 1980) 5. Metode dalam-Elevasi (depth – elevation methode) Umpamanya curah hujan itu bertambah jika elevasi bertambah tinggi. Dengan demikian, maka dapat dibuatkan diagram mengenai hubungan antara elevasi tititk pengamatan dan curah hujan. Cara ini cocok untu menentukan curah hujan jangka waktu yang panjang seperti curah hujan bulanan, cyrah hujan tahunan dan sebagainya. Terkadang keadaan pegunungan dan arah angin, hubungan antara dalamnya curah hujan dan elevasi itu berbeda – beda dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Jika terdapat keadaan ini, maka daerah itu harus dibagi dalam bagian – bagian daerah yang kecil, sehingga hubungan antara dalamnya curah hujan dan elevasi itu dapat diterapkan. Curah hujan pada tiap – tipa bagian daerah yang kecil ini kemudian dihitung lalu dirata- ratakan. (Suyono,1980) 6. Metode elevasi daerah rata – rata (Mean areal elevation methode) Cara ini dapat digunakan jika hubungan antara curah hujan dan elevasi daerah bersangkutan dapat dinyatakan dengan sebuah persamaan linier, curah hujan Ri pada elevasi h, didaerah itu kira – kira dinyatakan dengan persamaan berikut : Ri = a + b.hi Diantara metode perhitungan diatas (rata – rata hitung, Theissen, dan isohyet), cara aritmetik dianggap paling mudah. Pengukuran serempak untuk lama waktu hujan tertentu dari semua alat penakar hujan dijumlahkan, kemudan dibagi dengan jumlah alat penakar hujan yang digunakan akan menghasilkan rata – rata curah hujan daerah pengamatan. Disisi lain, hasil penelitian lapangan menunjukan bahwa cara isohyet lebih teliti, tapi cara perhitungannya memerlukan banyak waktu karena garis – garis isohyet yang baru perlu ditentukan untuk setiap curah hujan. Metode isohyet terutama berguna untuk mempelajari pengaruh curah hujan terhadap perilaku aliran air sungai terutama di daerah dengan tipe hujan orografik. (chay, 1995)
BAB III METODE PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan
Objek Peta Daerah Aliran Sungai Citanduy
Penggaris
Busur
Alat tulis ( pulpen, pensil, penghapus)
Kalkulator
Kertas Milimeter blok
3.2. Prosedure a. Rata – rata hitung
Hujan wilayah didapat dengan menjumlahkan curah hujan pada semua tempat pengukuran selama satu periode tertentu dan membaginya dengan banyaknya tempat pengukuran b. Thiessen
Stasiun penakar diplot pada sebuah peta.
titik penakar hujan terluar saling dihubungkan.
dari maing-masing stasiun terluar dihubungkan dengan stasiun yang paling dekat.
mencari titik tengah dari tiap garis pengubung antar stasiun, kemudian menarik garis tegak lurus terhadap garis penghubung pada titik tengah yang diperoleh. menentukan garis polygon, yaitu garis yang terbetuk dari langkah
Garis Poligon merupakan batas wilayah yang dipengaruhi oleh penakar hujan.
hitung luas daerah yang dibatasi oleh polygon dengan menggunakan milimeter blok curah hujan wilayah dihitung dengan persamaan :
c. Isohyet
Menghubungkan masing-masing stasiun terdekat dengan gais lurus.
Garis isohyet dibuat dengan cara menginterpolasi garis penghubung antar stasiun sesuai isohyt yang dibuat sehingga diperoleh titik-titik interpolasi yang merupakan titik dengan ketinggian hujan tertentu.
Menghubungkan titik-titik interpolasi yang mempuyai ketinggian hujan yang sama.
Menghitung luas antara dua isohyt yang berurutan dengan milimeter blok
Menghitung tebal hujan rerata antara dua isohyt yang berurutan.
Menghitung curah hujan wilayah dengan persamaan :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil
Tabel 1. Data curah hujan tahunan di DAS citanduy 1
2
3
4
5
6
7
8
St.
St.
St.
St.
St.
St.
St.
St.
Pada
Gn
Langensari
Rawa
Ciamis
Cimulu
Subang
Panjalu
herang
Putri
Onom
Kota
1989
3178,62
3249,26
2966,71
3107,98
3319,89
3390,53
3037,35
3531,80
1990
2606,82
2664,75
2433,03
2548,89
2722,68
2780,60
2490,96
2896,46
1991
2693,16
2753,01
2513,62
2633,32
2812,86
2872,71
2573,47
2992,40
1992
3102,75
3171,70
2895,90
3033,80
3240,65
3309,60
2964,85
3447,50
1993
2698,83
2758,80
2518,91
2638,86
2818,78
2878,75
2578,88
2998,70
1994
2490,93
2546,28
2325,29
2436,02
2602,11
2655,55
2380,65
2768,20
1995
3650,22
3731,34
3406,87
3569,10
3812,45
3893,57
3487,99
4055,80
1996
2639,99
2698,66
2463,99
2581,32
2757,32
2815,99
2522,66
2933,32
1997
1334,88
1364,54
1246,31
1302,58
1394,21
1423,87
1273,40
1483,70
1998
2246,94
2296,87
2097,14
2197,01
2346,80
2396,74
2147,08
2496,60
1999
2187,27
2235,88
2041,45
2138,66
2284,48
2333,09
2090,06
2430,30
2000
1736,68
1775,27
1620,90
1698,09
1813,86
1852,46
1659,49
1929,64
2001
2433,33
2487,40
2271,11
2379,26
2541,48
2595,55
2325,18
2703,70
2002
1392,37
1423,32
1299,55
1361,43
1454,26
1485,20
1330,49
1547,08
2003
1851,95
1893,10
1728,48
1810,79
1934,26
1975,41
1769,64
2057,72
2004
2521,10
2577,13
2353,03
2465,08
2633,15
2689,18
2409,05
2801,22
2005
3223,10
3294,73
3008,23
3151,48
3366,35
3437,97
3079,85
3581,22
2006
2008,48
2053,12
1873,74
1963,85
2096,81
2142,38
1914,06
2231,65
Rata-
2444,3
2498,62
2281,35
2389,86
2552,91
2607,175
2335,28
2715,95
Tahun
rata
tabel 2. Tabel Stasiun pengamat No
Stasiun Pengamat Hujan (mm)
1
St. Langensari
2230
2
St.Subang
2330
3
St.Rawa Onom
2390
4
St.Padaherang
2450
5
St.Gn Putri
2490
6
St.Ciamis Kota
2550
7
St.Cimulu
2600
8
St.Panjalu
2700
1. Hitung Curah hujan tahunan rata – rata di masing – masing stasiun pengamat a.
Untuk Stasiun Padaherang
b. Untuk Stasiun Gn Putri
c.
Untuk Stasiun Langensari
d. Untuk Stasiun Rawa Onom
e.
Untuk Stasiun Ciamis Kota
f.
Untuk Stasiun Cimulu
g. Untuk Stasiun Subang
h. Untuk Stasiun Panjalu
2. Hitung curah hujan daerah aliran dengan metode rata – rata hitung
3. Hitung curah hujan daerah aliran dengan metode thiessen a.
Tentukan daerah polygon thiessen (lihat Gambar 3)
b.
Hitung luas daerah polygon AN = A per kotak x Jumlah kotak x skala A1 = 0,000025 x 41,5 x 250000 = 259.375 m A2 = 0,000025 x 61x 250000 = 381.25 m
2
2
A3 = 0,000025 x 39.5 x 250000 = 246.875 m
2
A4 = 0,000025 x 28.5 x 250000 = 178.125 m
2
A5 = 0,000025 x 29.5 x 250000 = 184.375 m
2
A6 = 0,000025 x 30 x 250000 = 187.5 m
2
A7 = 0,000025 x 21.5 x 250000 = 134.375 m A8 = 0,000025 x 11 x 250000 = 68.75 m
2
2
Jadi, Luas daerah poligon adalah Atotal = A1+A2+A3+A4+A5+A6+A7+A8 = 259.375+381.25+246.875+178.125+184.375+187.5+134.375+68.75 = 1640.625 m c.
2
Hitung curah hujan daerah aliran dengan metode theissen
2420 mm 4. Hitung curah hujan daerah aliran dengan metode isohyets a.
Buat kontur hujan isohyets (lihat gambar 4)
b.
Hitung luas daerah isohyets An = Luas per kotak x jumlah kotak x skala A1 = 45 x 0,000025 x 250000 = 281.25 m
2
A2 = 65 x 0,000025 x 250000 = 406.25 m
2
A3 = 69 x 0,000025 x 250000 = 431.25 m A4= 35 x 0,000025 x 250000 = 218.75 m A5 = 15 x 0,000025 x 250000 = 93.75 m
2
2
2
A6 = 27.5 x 0,000025 x 250000 = 171.875 m
2
A7 = 20.5 x 0,000025 x 250000 = 128.125 m
2
A8 = 11 x 0,000025 x 250000 = 68.75 m
2
Jadi, Luas daerah isohyetnya adalah Atotal
= A1+A2+...+A8 = 281.25+406.25+...+68.75 = 1800 m
c.
2
Hitung rata- rata hujan daerah isohyet 1=R1/A1=(2.23)/(281.25) = 7.93 mm
5=R5/A5=(2.49)/(93.75)= 26.56 mm
2=R2/A2=(2.33)/(406.25)= 5.74 mm
6=R6/A6=(2.55)/(171.875)=14.84mm
3=R3/A3=(2.39)/(431.25)= 5.54 mm
7=R7/A7=(2.6)/(128.125)=20.29 mm
4=R4/A4 =(2.45)/(218.75)=11.2 mm
8=R8/A8=(2.7)/(68.75)=39.27 mm
d. Hitung curah hujan daerah aliran dengan metode isohyet
2406 mm Pembahasan
Dalam praktikum ini praktikan diminta untuk menghitung jumlah curah hujan wilayah yang mewakili wilayah yang luas (Citanduy). Metode yang digunakan antara lain metode ratarata hitung, metode Polygon Thiessen, dan metode garis Isohyet. Ketiganya mempunyai cara yang berbeda dalam menentukan jumlah curah hujan suatu wilayah. Pada metode rata-rata rata – rata hitung, curah hujan diperoleh dengan menjumlahkan curah hujan dari masing-masing stasiun kemudian dibagi dengan banyaknya jumlah stasiun penangkar hujan.
Dari ketiga metode pengukur curah hujan wilayah, metode rata-rata hitung merupakan cara yang paling sederhana dan mudah digunakan. Namun, tingkat ketelitian dari metode ini sangat rendah. Metode rata-rata hitung pada umunya hanya dipergunakan untuk daerah dengan variasi hujan yang sekecil mungkin. Dari hasil pengamatan sebanyak 18 stasiun penangkar hujan diperoleh hasil curah hujan adalah 2478.18 mm. Hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara rata-rata hitung ini hampir sama dengan cara lain apabila jumlah stasiun pengamatan cukup banyak dan tersebar. merata di seluruh wilayah. Keuntungan perhitungan dengan cara ini adalah lebih obyektif. Metode yang kedua adalah Polygon Thiessen. Langkahnya adalah menghubungkan tiga stasiun penakar terdekat dengan pola segitiga, kemudian diambil garis tegak lurus terhadap masing-masing sisi kemidian garis tegak lurus tersebut dihubungkan dengan garis lainnya sehingga membentuk sebuah pola wilayah yang masing-masing mempunyai satu stasiun penakar hujan. Untuk menghitung luas digunakan kertas millimeter blok agar lebih mudah. Setelah luas diperoleh maka dicari besarnya curah hujan tiap poligon dengan besarnya curah hujan yang ada pada masing-masing poligon. Kemudian hasilnya dijumlah dan dibagi dengan total luas wilayah. Dari hasil perhitungan diperoleh curah hujan wilayah 2420 mm. Metode poligon Thiessen dapat dilakukan pada daerah yang memiliki distribusi penakar hujan yang tidak merata atau seragam dengan mempertimbangkan luas daerah pengaruh dari masing-masing penakar. Pada metode ini dianggap bahwa pada data curah hujan dari suatu tempat pengamatan dapat dipakai pada daerah pengaliran di sekitar tempat itu. Metode poligon Thiessen ini akan memberikan hasil yang lebih teliti daripada cara rata-rata aljabar, akan tetapi penentuan stasiun pengamatan dan pemilihan ketingggian akan mempengaruhi ketelitian hasil. Metode ini termasuk memadai untuk menentukan curah hujan suatu wilayah, tetapi hasil yang baik akan ditentukan oleh sejauh mana penempatan stasiun pengamatan hujan mampu mewakili daerah pengamatan. Metode yang ketiga adalah Isohyet (garis ketinggian hujan yang sama). Metode ini dipandang lebih baik tetapi bersifat subyektif dan tergantung pada keahlian, pengalaman dan pengetahuan pemakai terhadap sifat curah hujan di wilayah setempat. Perhitungan dilakukan dengan menghitung luas wilayah yang dibatasi garis isohyet melalui millimeter blok. Curah hujan wilayah dihitung berdasarkan jumlah perkalian antara luas masing-masing bagian isohyet dengan curah hujan dari setiap wilayah yang bersangkutan kemudian dibagi luas total daerah tangkapan air Caranya adalah mencari interpolasi bagi jarak yang tidak sama sehingga akan didapat titik-titik yang akan mempunyai curah hujan yang sama. Kemudian titik-titik tersebut dihubungkan dan pada akhirnya akan membentuk garis-garis yang memilah masing-masing ketinggian. Untuk mencari luasannya sama dengan metode Poligon Thiessen yaitu melalui kertas millimeter blok. Setelah itu didapat hasil perhitungan curah hujan yaitu sebesar 2406 mm.
Metode ini dapat menjadi tidak akurat jika garis isohyet tidak teliti dalam membuatnya dan pengukuran luas di millimeter pun kurang telliti. Hasil yang bebeda dengan data yang sama diperoleh dari ketiga metode tesebut. Untuk metode rata-rata hitung dan metode Isohyt selisih hasilnya cukup tipis, sedangkan dengan hasil dari metode Polygon Thiessen diperoloeh selisih hasil yang cukup banyak. Dari sini kita dapat mengetahui adanya kesalahan dalam penghitungan ketiga metode tersebut. Dalam menentukan luas dengan millimeter blok sering kali terjadi kesalahan karena banyak yang menentukan luasnya dengan kira – kira sehingga akan mempengaruhi perhitungan. Selain itu, kesalahan bisa terjadi saat menggambar polygon, saat menentukan garis-garis isohyet dan polygon pada saat menentukan banyaknya luasan pada gambar sketsa.
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa 1. Hasil perhitungan dengan metode rata – rata hitung sebesar 2478.18 mm. 2. Hasil perhitungan dengan metode poligon Thiessen sebesar 2420 mm. 3.
Hasil perhitungan dengan metode Isohyet sebesar 2406 mm.
4. Metode Isohyet merupakan metode yang mempunyai hasil yang paling valid. Dalam metode ini besarnya luas daerah yang mempunyai tebal curah hujan yang sama sangat diperhitungkan sehingga hasil yang diperoleh lebih teliti. 5. Metode rata-rata hitung mempunyai tingkat ketelitian yang paling rendah. Metode ini cocok untuk daerah yang curah hujannya merata dan mempunyai perbedaan curah hujan yang kecil. 6. Pada metode Polygon Thiessen lebih teliti jika dibandingkan dengan metode rata-rata hitung karena perhitungan hujan wilayah memperhatikan luas area tangkapan hujan pada masingmasing stasiun sehingga hujan wilayah yang didapat meruakan rata-rata hujan wilayah per luas area tangkapan.