METODE PENGUJIAN STABILITAS
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan zat obat atau produk obat untuk tetap di dalam spesifikasi yang dibentuk untuk menjaga identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian. Tujuan Tujuan penelit penelitian ian stabil stabilita itass adalah adalah untuk untuk menent menentuka ukan n umur umur simpan, simpan, yaitu yaitu jangka jangka waktu waktu penyimpanan pada kondisi tertentu di mana produk obat masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan perusahaan. Dari hasil uji stabilitas, maka kita dapat mengetahu masa edar dari suatu obat. Masa edar didefinisikan sebagai periode waktu yang ditetapkan pada tingkat konfidensi 95% bahwa dalam periode waktu tersebut produk tetap mengandung zat aktif tidak kurang dari batas bawah spesifikasi dari jumlah yang tertera pada label. Stabilitas merupakan faktor penting dari kualitas, keamanan dan kemanjuran dari produk obat. Sebuah produk obat, yang kestabilan tidak cukup, dapat mengakibatkan mengakibatkan perubahan fisik (seperti kekerasan, laju disolusi, fasa pemisahan) serta karakteristik kimia (pembentukan zat dekomposisi risiko tinggi). Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif jika mengalami degradasi. Dekomposisi juga dapat menghasilkan obat beracun yang berbahaya bagi pasien. Mikrobiologi yang tidak stabil pada suatu produk obat steril juga bisa berbahaya. Lima tipe kestabilan kestabilan obat, diantaranya diantaranya : stabilita stabilitass kimia kimia (mempertaha (mempertahankan nkan stabilita stabilitass kimia/ kimia/ket ketida idak-ca k-campu mpuran ran secara secara kimia) kimia),, stabil stabilit itas as fisika fisika (melip (meliputi uti sifat sifat fisik, fisik, organol organolept eptik, ik, kelarutan, polimorfisme, kristalisasi, dll), stabilitas mikrobiologi (mempertahankan sterilitas atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme), stabilitas farmakologi (tidak menyebabkan perubahan efek terapetik) terapetik) dan stabilita stabilitass toksikologi toksikologi (tidak menyebabkan menyebabkan peningkatan peningkatan toksisita toksisitass secara secara signifikan).
Uji stabilitas sendiri ada 2 jenis, yaitu : 1. uji uji stab stabil ilit itas as dipe diperc rcep epat at 2. uji stabil stabilit itas as jangka jangka panjan panjang g
1.
Uji stabilitas dipercepat Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang
disebut climatic chamber, obat dalam kemasan aslinya dipaparkan pada suhu 40 ± 2oC dan kelembaban 75 ± 5%.
Metode uji stabilitas dipercepat untuk produk-produk farmasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip kinetika kimia ditunjukkan oleh Garret dan Carper. Menurut teknik ini, nilai k untuk penguraian obat dalam larutan pada berbagai temperatur yang dinaikkan diperoleh dengan memplot beberapa fungsi konsentrasi terhadap waktu. Logaritma laju spesifik kemudian diplot terhadap kebalikan dari temperatur mutlak dan hasil berupa garis lurus diekstrapolasi sampai temperatur ruang digunakan untuk memperoleh pengukuran kestabilan obat pada kondisi penyimpanan biasa. Pendekatan yang lebih maju untuk evaluasi kestabilan adalah kinetika nonisotermal, yang diperkenalkan oleh Rogers pada tahun 1963. Energi aktivasi, laju reaksi dan kestabilan yang diperkirakan diperoleh dalam satu percobaan dengan mengatur temperature untuk berubah pada laju yang telah ditentukan sebelumnya. Temperatur dan waktu dihubungkan melalui fungsi yang sesuai, seperti : 1/T = 1/T0 + at Dimana To adalah temperatur awal dan a adalah kebalikan dari konstanta laju pemanasan. Pada setiap waktu, dalam proses, persamaan Arrhenius untuk waktu nol dan t dapat ditulis: ln k1= ln ko - Ea/R (( 1)/(T1 ) - 1/T0 ) Karena temperatur merupakan fungsi dari waktu t, suatu pengukuran kestabilan k secara langsung diperoleh pada kisar temperatur tersebut. Sejumlah variasi telah dibuat pada metode dan
sekarang
memungkinkan
untuk
mengubah
laju
pemanasan
selam
proses
atau
menggabungkan laju pemanasan terprogram dengan penelitian isothermal dan menerima print out energi aktivasi, dan kestabilan memperkirakan waktu yang direncanakan dan pada berbagai temperatur.
2.
Uji stabilitas jangka panjang Pada uji stabilitas jangka panjang, obat dipaparkan pada suhu 25±20oC dan kelembaban
60±5%. Pada bulan-bulan tertentu, obat yang disimpan dalam lemari climatic chamber (pada uji stabilitas dipercepat) maupun pada uji stabilitas jangka panjang, akan diuji kualitas fisika, kimia maupun mikrobiologinya. Data hasil pengujian tersebut akan diolah secara statistika, sampai akhirnya kita menemukan tanggal kadaluarsa (masa edar) secara kuantitatif, dan tanggal
tersebutlah yang akan dijadikan patokan kadaluarsa obat yang nantinya harus dicantumkan dalam kemasan obat.
a.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas setiap bahan baku, baik bahan yang memberikan efek terapi atau bahan tambahan dapat mempengaruhi stabilitas.
Faktor utama lingkungan yang dapat menurunkan stabilitas diantaranya : •
temperatur yang tidak sesuai
•
cahaya, kelembaban, oksigen dan karbondioksida.
Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas adalah : 1. ukuran partikel, 2. pH, kelarutan, 3. ketercampuran anion dan kation, 4. kekuatan larutan ionik, 5. bahan tambahan kimia 6. bahan pengikat molekular dan difusi bahan tambahan.
b.
Pengujian Stabilitas Pengujian stabilitas akan menentukan usia guna (shelf life) dari sediaan.
Data stabilitas yang digunakan untuk menetapkan usia guna sediaan adalah data stabilitas pada suhu kamar. Untuk melakukan evaluasi data stabilitas dan menetapkan usia gun a (shelf life) dilakukan cara analisis regresi (statistik). Cara yang sesuai untuk menetapkan perkiraan waktu usia guna adalah dengan melakukan analisis secara kuantitatif dengan menentukan waktu yang paling awal pada limit kepercayaan 95% dari kurva regresi. Jika digunakan kondisi temperatur lebih rendah, maka penelitian stabilitas dipercepat harus dilakukan selama 6 bulan pada suhu 15°C di atas suhu penyimpanan yang diperkirakan (dengan sendirinya dengan RH yang sesuai dengan temperatur).
STABILITAS TOKSIKOLOGI
Stabilitas toksikologi adalah ukuran yang menujukkan ketahanan suatu senyawa/bahan akan adanya pengaruh kimia, fisika, mikrobiologi dan farmakologi yang tidak menyebabkan peningkatan toksisitas secara signifikan. Toksikologi dapat dibedakan, diantaranya: 1. Efek toksik akut, mempunyai korelasi langsung dengan absorpsi zat toksik 2. Efek toksik kronis, zat toksik dalam jumlah kecil diabsorpsi sepanjang jangka waktu lama, terakumulasi, mencapai konsentrasi toksik akhirnya timbul keracunan. Toksisitas jangka waktu panjang, efek toksik baru muncul setelah periode waktu laten yang lama sebagai contoh kerja karsinogenik dan mutagenik. Penggolongan toksikologi dengan cara lain berdasarkan jenis zat dan keadaan yang mengakibatkan kerja toksik, yaitu : kerja / efek tidak diinginkan, keracunan akut pada dosis berlebih, pengujian terhadap toksisitas dan toleransi pada fase praklinik.
Pengujian Stabilitas
Uji stabilitas toksikologi dapat dilakukan sejak awal, dengan memperhatikan adanya perubahan secara kimia, fisika, mikrobiologi maupun farmakologi. Dengan berbagai parameter parubahan masing-masing tipe kestabilian, uji toksisitas dapat mejadi acuan apakah pengujian selanjutnya harus dilakukan atau dihentikan karena jika telah terbukti toksik maka pengujian selanjutnya tidak perlu dilakukan sebelum dilakukan modifikasi. Jika suatu bahan memperlihatkan perubahan fisik yaitu perubahan warna dan bau, maka dapat langsung dilakukan uji toksik, jika terbukti toksik maka dapat dilakukan evaluasi fisika dengan didasarkan pada ketentuan organoleptik. Atau contoh lain jika terjadi perubahan stabilitas kimia misalnya oksidasi, maka langsung dilakukan uji toksisitas dilihat dari uji mutu dan langsung dievaluasi dan modifikasi kimia . Hal yang sama dapat dilakukan pada setiap ada perubahan stabilitas mikrobiologi dan perubahan efek terapetik. Uji stabilitas toksikologi dapat dilakukan tergantung pada perubaha n yang terjadi pertama kali, baik sebelum maupun sesudah kondisi dipercepat dengan langsung melakukan evaluasi tergantung perubahan apa terjadi sehingga tidak perlu menunggu semua pengujian stabilitas selesai.
Jika sebelum uji stabilitas dipercepat tidak memeperlihatkan adanya perubahan stabilitas maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji terhadap penyimpanan yang berguna untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama proses pendistribusian, pada proses transportasi apabila produk ini akan dipasarkan dan juga pada saat produk sampai di tangan konsumen. Untuk memastikan berbagai fungsi sediaan telah sesuai maka sangatlah penting untuk mengamati setiap perubahan yang terjadi, baik perubahan fisik maupun perubahan struktur kimia. 1. Perubahan kimia: perubahan warna, perubahan bau dan pembentukan kristal, perubahan kadar dapat dilakukan uji toksisitas dengan melakukan evaluasi kimia dilihat dari uji mutu. 2. Perubahan fisik: pemisahan, pengendapan, agregasi, penguapan, cracking dapat dilakukan uji toksisitas dengan melakukan evaluasi fisika. 3. secara mikrobiologi: terjadinya pertumbuhan bakteri, jamur dapat dilakukan uji toksisitas dengan melakukan evaluasi mikrobiologi. Dalam prakteknya, diperlukan waktu yang lama untuk menyelidiki degradasi suatu bahan aktif suatu produk. Untuk pengujian stabilitas biasanya dilakukan uji yang dipercepat untuk meningkatkan degradasi kimia dan fisika produk dibawah kondisi yang berlebihan. Pengujian yang dipercepat biasanya dengan meningkatkan temperatur. Penggunaan pengujian yang dipercepat jangka pendek bertujuan menentukan formulasi yang paling stabil untuk suatu produk dari beberapa formula yang diusulkan. Jika formula yang paling stabil sudah dipastikan, stabilitas jangka panjangnya diramalkan dari data yang diturunkan dari pengujian stabilitas. Pengujian seperti itu akan menghasilkan ramalan shelf-life dari suatu produk. Disamping pengujian stabilitas yang dipercepat, produk juga disimpan dibawah kondisi transpor dan penyimpanan biasa yang diharapkan selama distribusi. Pengkajian yang dipertimbangkan bersama dengan pengujian stabilitas yang dipercepat dapat menentukan stabilitas produk, shelf-life dan tanggal kadaluarsa yang lebih tepat. Tanggal kadaluarsa menunjukan waktu selama mana suatu produk dapat diharapkan mempunyai potensi yang tetap dan tetap stabil pada kondisi penyimpanan yang dimaksud.
Cara Stabilisasi
Cara menstabilkan suatu bahan berdasarkan stabilitas toksikologi dilakukan pada setiap keadaan dimana menunjukkan adanya perubahan stabilitas secara kimia, fisika maupun mikrobiologi. Sehingga tidak ada batasan waktu untuk melakukan uji toksisitas karena jika terjadi perubahan salah satu parameter stabilitas maka uji toksisitas langsung dapat dilakukan, misalnya terjadi oksidasi yang menyebabkan perubahan warna suatu bahan maka langsung dilakukan uji toksisitas dengan melakukan pengujian kadar dengan melihat batasan mutu bahan, bila kadar yang didapat melewati range dan menyebabkan toksik maka evaluasi dan modifikasi secara kimia dapat langsung dilakukan. Untuk menstabilkan system yang labil secara fisika dapat digunakan metode dan stabilisator fisika, misalnya dengan merubah harga pH Semakin rendah harga pH, maka potensial reaksi oksidasi semakin turun, solusinya pH diturunkan. Perubahan pH selama proses penyimpanan dipengaruhi oleh : oksidasi, hidrolisa, air, udara, mikroorganisme, wadah dan suhu. Penambahan antioksidan dimana antioksidan bereaksi dengan memberikan elektron dan dengan mudah atom-atom hidrogen yang tersedia yang diterima lebih mudah oleh radikal-radikal bebas. Untuk upaya pencegahan kontaminasi mikroorganisme adalah dengan penambahan bahan pengawet yang sesuai dan memenuhi persyaratan GRAS serta tidak menyabakan toksisitas. Jika hasil uji toksisitas terbukti berdasarkan uji mutu, maka yang dilakukan adalah evaluasi tergantung perubahan yang terjadi, apakah evalusi kimia, fisika ataupun evaluai secara mikribiologi. Dengan melakukan pengujian toksisitas maka secara tidak langsung kita telah melakukan penghematan biaya dan waktu kerja karena parameter toksisitas sangat penting untuk mengetahui apakah pengujian yang dilakukan dapat dilanjutkan ataupun dilakukan modifikasi untuk mempertahankan agar suatu bahan stabil terutama secara toksisitas.