PETUNJUK PRAKTIKUM
ELEKTRONIKA ANALOG LABORATORIUM D3 ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014 1
Tertib Praktikum Elektronika Analog
A. Umum 1. Praktikan diharuskan mengenakan pakaian rapi/sopan (kemeja). Menggunakan sepatu tertutup (bukan sandal). Praktikan yang berambut panjang harus diikat dengan karet rambut. 2. Kartu Praktikum di pegang oleh masing – masing praktikan dan harus selalu di bawa setiap kali praktikum dan penyerahan laporan. Sebelum praktikum, praktikan di wajibkan menyerahkan kartu praktikum dan tugas pendahuluan kepada asisten. 3. Jika terjadi kehilangan, kerusakan dan sebagainya pada alat yang digunakan selama praktikum maka praktikan harus mengganti alat tersebut dengan kualitas dan kuantitas yang sama dalam jangka waktu satu minggu. 4. Selama berada di ruang Laboratorium, praktikan tidak diperkenankan menerima atau menyalakan alat komunikasi, makan dan minum, merokok, membuang sampah tidak pada tempatnya, membuat gaduh sehingga mengganggu jalannya praktikum, merubah dan mengambil alat-alat yang ada di Laboratorim. 5. Tas, jaket dan alat-alat yang tidak digunakan selama praktikum disimpan ditempat yang telah di tentukan. Kehilangan atas barang-barang berharga milik praktikan tidak menjadi tanggung jawab asisten. 6. Bila ada pengoperasian alat yang tidak dimengerti, sebaiknya bertanya kepada asisten. 7. Asisten berhak mengeluarkan praktikan atau memberikan tugas tambahan bila praktikan dianggap belum siap untuk mengikuti suatu praktikum dan atau melanggar peraturan yang ada. 8. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperkenankan meninggalkan ruangan tanpa seizin asisten. 9. Pelanggaran terhadap tata tertib akan dikenakan sangsi. B. Kehadiran 1. Praktikan harus hadir tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan,serta mengisi daftar hadir. 2. Praktikan yang berhalangan hadir karena suatu alasan yang dapat diterima, maka wajib memberitahukan kepada koordinator 2 hari sebelumnya. 3. Pelaksanaan Praktikum Praktikan tidak membawa laporan praktikum sebelumnya, tidak diperkenankan mengikuti praktikum. Toleransi keterlambatan 15 menit, setelah 15 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
I
BAB I TEOREMA THEVENIN, TEOREMA NORTON, DAN ASAS SUPERPOSISI
I. TUJUAN Dapat mengerti tentang teorema Thevenin, teorema Norton, dan asas superposisi. Dapat mengaplikasikan teorema Thevenin, teorema Norton, dan asas superposisi. Dapat mengetahui dua keadaan open device dan shorted device. II. DASAR TEORI A. Teorema Thevenin Tegangan Thevenin VTH adalah tegangan yang melewati terminal beban ketika hambatan beban terbuka, yang didefinisikan dengan persamaan 1.1. Tegangan Thevenin: VTH = VOC
(1.1)
Sedangkan hambatan Thevenin adalah hambatan yang diukur dengan Ohmmeter melewati terminal beban ketika semua sumber sama dengan nol dan hambatan beban terbuka, seperti yang didefinisikan pada persamaan 1.2. Hambatan Thevenin: RTH = ROC
(1.2)
B. Teorema Norton Arus Norton IN adalah arus beban ketika hambatan terhubung singkat, yang didefinisikan pada persamaan 1.3. Arus Norton: IN = ISC
(1.3)
Tahanan Norton adalah hambatan yang diukur melalui terminal beban ketika semua sumber sama dengan nol dan hambatan beban terbuka, yang didefinisikan pada persamaan 1.4. Hambatan Norton: RN = ROC
(1.4)
Karena Hambatan Thevenin sama dengan ROC, maka dapat dituliskan seperti yang ditunjukkan pada persamaan 1.5. RN = RTH
(1.5)
1
C. Hubungan Antara Rangkaian Thevenin dan Norton Hambatan Thevenin dan Norton adalah sama, akan tetapi berbeda lokasi. Hambatan Thevenin dihubungkan cara seri dengan tegangan sumber, dan hambatan Norton dipasang secara paralel dengan arus sumber. Dengan kedua hubungan tersebut jika rangkaian Thevenin dihubungkan secara singkat pada terminal hambatan beban yang dilepas maka didapatkan arus Norton, sehingga dapat dituliskan seperti pada persamaan 1.6. 𝑉
𝐼𝑁 = 𝑅𝑇𝐻
(1.6)
𝑇𝐻
Rangkaian Norton juga dapat diubah menjadi rangkaian Thevenin, sehingga dapat dituliskan seperti yang ditunjukkan pada persamaan 1.7. 𝑉𝑇𝐻 = 𝐼𝑁 𝑅𝑁
(1.7)
D. Asas Superposisi Asas superposisi digunakan untuk menemukan tegangan dan arus yang ada pada sebuah hambatan apabila rangkaian ada lebih dari satu sumber. Asas superposisi ini hanya berlaku hanya untuk jaringan linier. Jaringan linier adalah jaringan yang mengandung tahanan dan di mana sumber mengeluarkan tegangan yang konstan, dan hambatan dalam sumber tersebut juga konstan. E. Dasar Perancangan Teorema Thevenin
Teorema Norton
Tegangan Thevenin
Hambatan Thevenin
2
Arus Norton
Hambatan Norton
III. PRAKTIKUM a. Gambar Rangkaian Eksperimen Thevenin dan Norton
Gambar 1.1
Langkah Percobaan 1. Rangkailah rangkaian sesuai dengan Gambar 1.1. 2. Untuk menghitung nilai V Thevenin lepas komponen R4 dan hitung menggunakan multimeter. 3. Untuk menghitung R Thevenin lepas sumber tegangan dan R4 masih dalam kondisi langakah nomor 3. Kemudian ukur kembali hambatan total dengan multimeter. 4. Setelah dicatat hasil dari percobaan dengan teorema Thevenin dengan dengan menggunakan multimeter, lakukanlah perhitungan secara teori kemudian bandingkan hasilnya. 5. Hitung kembali secara teori dengan teorema Norton.
b. Gambar Rangkaian Eksperimen Asas Superposisi
Gambar 1.2
Langkah Percobaan 1. Rangkailah rangkaian seperti pada Gambar 1.2. 2. Hubungkan singkat BAT2. 3
3. Hitung R2||R3. 4. Hitung tegangan dan arus dengan multimeter yang mengalir R2||R3. 5. Hubungkan singkat BAT1. 6. Hitung R1||R2. 7. Hitung tegangan dan arus dengan multimeter yang mengalir R1||R2. 8. Hitung tegangan dan arus yang mengalir di R2. c. Gambar Rangkaian Eksperimen Troubleshooting
VCC= 12 V, R1=R3= 10 Ohm, R2=R4=100k Ohm. Gambar 1.3
Langkah Percobaan 1. Rangkailah rangkaian sesuai dengan Gambar 1.3. 2. Isi tabel berikut ini. Trouble Circuit OK R1 Open R2 Open R3 Open R4 Open C Open D Open R1 shorted R2 shorted R3 shorted R4 shorted
VA (Volt)
VB (Volt)
4
BAB II KARAKTERISTIK DIODA I. TUJUAN Dapat mengerti prinsip kerja diode ideal. Dapat mengimplementasikan komponen diode pada suatu rangkaian. Dapat mengerti karakteristik dari diode. Mengamati karakteristik diode zener. Mengamati watak diode zener sebagai penstabil tegangan. II. DASAR TEORI Dioda adalah suatu komponen yang dapat melewatkan arus pada satu arah saja. Dioda memiliki 2 elektroda yaitu anoda (A) dan katoda (B). Lambang umum dioda adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Dioda ideal akan bertindak forward biased jika dengan sempurna dapat menghantarkan arus dengan baik dan sempurna atau dapat dikatakan zero resistance (R = 0). Sedangkan, reverse biased jika dioda tersebut menahan arus secara total dengan kata lain hambatannya tak hingga (R=∞). A. Forward Region
Gambar 2.2
5
Gambar 2.2 menunjukkan grafik dari arus dioda dengan tegangan dioda. Grafik tersebut didapat setelah menghubungkan dioda ke rangkaian dan diukur arus dioda dan tegangan dioda. Saat pengukuran tersebut dapat juga dilakukan dengan membalikkan polaritas dari sumber tegangan sehingga dioda akan berperilaku menjadi reverse bias. Dari Gambar 2.2 tersebut ketika dioda forward bias tidak ada arus yang meningkat dengan cepat sampai tegangan dioda mencapai batas potensial dioda. Disisi lain, ketika dioda reverse bias, tidak ada arus balik sampai tegangan dioda mencapai tegangan breakdown. B. Tegangan Knee Pada bagian forward region, tegangan yang mana terdapat arus yang meningkat dengan cepat disebut dengan tegangan knee dioda. Tegangan knee sama dengan batas potensial dari dioda. Tegangan knee untuk dioda silicon adalah mendekati sama dengan 0,7 Volt sedangkan tegangan knee dioda germanium adalah mendekati sama dengan 0,3 Volt. C. Power Dissipation Untuk dapat menghitung daya yang hilang dari dioda dapat digunakan persamaan 2.1. 𝑃𝐷 = 𝑉𝐷 𝐼𝐷
(2.1)
Dioda zener biasa disebut sebagai dioda tegangan regulator karena mempertahankan tegangan keluaran meskipun arus yang melewatinya berubah. Gambar 2.3 menunjukkan gambar simbol dari dioda zener.
Gambar 2.3 Dioda zener jika dipasang secara reverse bias akan bekerja seperti baterai. Hal tersebut dikarenakan arus tidak terus-menerus mengecil tetapi mulai suatu tegangan tertentu yang disebut tegangan zener (tegangan dadal=tegangan breakdown) arusnya mendadak menjadi besar, sampai batas tertentu dioda zener ini dapat bertahan. Karena pada keadaan ini arusnya cepat bertambah sedangkan tegangnnya hampir-hampir tetap, maka tegangan zener ini dapat dipergunakan sebagai tegangan referensi pada pengaturan tegangan (voltage regulator).
6
D. Dasar Perancangan Dioda
Dioda Zener
7
III. PRAKTIKUM a. Gambar Rangkaian Eksperimen Diode Ideal
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang tersedia sesuai dengan Gambar 2.4. 2. Dengan sumber tegangan 12 Volt, RL= 1k Ohm. 3. Carilah nilai tegangan, arus, dan daya diode yang mengalir pada Hambatan RL. 4. Variasikan nilai RL sesuai pada tabel. 5. Catatlah hasil dari percobaan sesuai dengan tabel berikut ini. Forward Bias: No. RL (Ω) 1 1k 2 1k5 3 6k8 4 10k 5 68k
VL (Volt)
IL (A)
PD (Watt)
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang tersedia sesuai dengan Gambar 2.5. 2. Dengan sumber tegangan 12 Volt, RL= 1k Ohm. 3. Carilah nilai tegangan, arus, dan daya diode yang mengalir pada Hambatan RL. 8
4. Variasikan nilai RL sesuai pada tabel. 5. Catatlah hasil dari percobaan sesuai dengan tabel berikut ini. Reverse Bias: No. RL (Ω) 1 1k 2 1k5 3 6k8 4 10k 5 68k
VL (Volt)
IL (A)
PD (Watt)
Gambar 2.6
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan seperti pada Gambar 2.6. Dengan nilai sumber tegangan = 12 Volt, R1= 6k8 Ohm, R2= 3k3 Ohm, R3= 1k Ohm. 2. Ukur tegangan di titik A, B, C 3. Carilah nilai tegangan dan arus yang mengalir di R3 dan juga cari nilai dan cari nilai daya dari diode. 4. Variasikan nilai R3 sesuai dengan tabel dan catat hasil percobaan sesuai dengan tabel.
No.
R3 (Ω)
1 2 3 4 5
1k 1k5 6k8 10k 68k
VA (Volt)
VB (Volt)
VC (Volt)
V3 (Volt)
I3 (A)
PD (Watt)
9
b. Gambar Rangkaian Eksperimen Dioda Zener
Gambar 2.7
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan sesuai dengan gambar 2.7. 2. Carilah nilai VA, VB, dan IZ dengan multimeter. 3. Variasikan diode dan resistor dengan nilai 820 Ohm, 1k Ohm, dan 10k Ohm yang tersedia dan catat hasil percobaan sesuai dengan tabel. No. 1 2 3 4
Supply (Volt) 5 10 12 24
VA (Volt)
VB (Volt)
IZ (Ampere)
Gambar 2.8
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang disediakan seperti pada Gambar 2.8. RS= 200 Ohm, RL=1k Ohm. 2. Carilah nilai IS, IL, dan IZ dengan multimeter. 10
3. Variasikan nilai RL dengan nilai 1k5 Ohm, 2k2 Ohm, dan 10k Ohm dan kemudian catat hasilnya sesuai dengan tabel berikut. No. 1 2 3 4
Supply VA (Volt) (Volt) 5 10 12 24
VB VC IS IL IZ (Volt) (Volt) (Volt) (Ampere) (Ampere)
11
BAB III KARAKTERISTIK TRANSISTOR
I. TUJUAN Dapat menjabarkan hubungan antara arus basis, emitter, dan collector dari transistor. Dapat mengerti cara kerja dari transistor. Dapat troubleshooting rangkaian transistor. II. DASAR TEORI Transistor memiliki 3 kaki yaitu emitter, basis, dan kolektor. Transistor memiliki 2 junction yaitu satu berada diantara emitter dan basis, satu yang lain berada diantara kolektor dan basis seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 pn junction yang berada diantara basis dan emitter disebut dengan dioda emitter. Sedangkan, pn junction yang berada diantara basis dengan kolektor disebut dengan dioda kolektor. Pada saat digunakan, pada umumnya dioda emitter pada posisi forward bias dan dioda kolektor pada posisi reverse bias. Kondisi tersebut emitter mengirimkan elektron bebas pada basis. Kebanyakan elektron bebas tersebut melewati basis menuju ke kolektor. Hal tersebut menyebabkan arus kolektor mendekati sama dengan arus emitter dan arus pada basis akan lebih kecil. Perbandingan arus kolektor dengan arus pada basis disebut sebagai penguatan arus (current gain). Penguatan arus tersebut biasa dituliskan dengan 𝛽𝑑𝑐 atau ℎ𝐹𝐸 . Arus yang terdapat pada emitter adalah yang paling besar dari pada arus pada kolektor dan basis. Sedangkan, arus pada kolektor sedikit lebih besar daripada arus yang terdapat di arus basis, dan arus basis sendiri memiliki arus yang paling kecil.
12
A. Dasar Perancangan
13
III. PRAKTIKUM a. Gambar Rangkaian Eksperimen Transistor
Gambar 3.2
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan seperti pada Gambar 3.2. Nilai komponen R1= 330k Ohm, R2= 470 Ohm, sumber tegangan = 10 Volt, dan transistor seri 2N4424. 2. Ukurlah tegangan di titik A, B, C, D, E dengan multimeter. 3. Ukurlah arus yang mengalir di basis dan collector dengan multimeter. 4. Tentukan nilai penguatan arus (βdc). 5. Ulangi langkah 1-4 dengan nilai R1 diganti dengan 560k Ohm. 6. Bandingkan hasil praktikum dengan secara teori.
14
b. Gambar Rangkaian Eksperimen Transistor 2
Gambar 3.3
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan seperti pada Gambar 3.3. Nilai komponen R1= 2k Ohm, R2= 1k Ohm, sumber tegangan BAT1 = 24 Volt, BAT2 = 10 Volt, dan transistor seri 2N3904. 2. Ukurlah tegangan di titik A, B, C, D, E dengan multimeter. 3. Ukurlah arus yang mengalir di collector dan emittor dengan multimeter. 4. Tentukan nilai penguatan arus (αdc). 5. Ulangi langkah 1-4 dengan nilai BAT2 diubah menjadi 5 Volt . 6. Bandingkan hasil praktikum dengan secara teori.
15
c. Gambar Rangkaian Eksperimen LED Driver
Gambar 3.4
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan seperti pada Gambar 3.4. Nilai R1= 1k5 Ohm, BAT1= 24 Volt, BAT2= 12 Volt, dan transistor seri 2N3904. 2. Carilah nilai tegangan yang berada dititik A, B, C, dan E dengan multimeter. 3. Carilah arus yang melewati LED dengan multimeter. 4. Bandingkan nilai yang didapat di eksperimen dengan secara teori! 5. Jika kita ingin arus 25 mA mengaliri LED, Bagaimana yang seharusnya kita lakukan?
16
d. Gambar Rangkaian Eksperimen Voltage Divider Bias
Gambar 3.5
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan sesuai dengan Gambar 3.5. Nilai R1= 3k6 Ohm, R2= 1k Ohm, R3= 10k Ohm, R4= 2k2 Ohm, BAT1= 10 Volt, dan transistor seri 2N3904. 2. Carilah nilai tegangan A, B, C, D, E, F dengan multimeter. 3. Carilah nilai arus yang mengalir di basis, emitter, dan collector dengan multimeter. 4. Carilah tegangan yang mengalir diantara collector-emitor, collector-basis, dan basis-emittor! 5. Bandingkan hasil eksperimen dengan hasil secara teori! 6. Ubahlah tegangan dari 10 Volt menjadi 15 Volt dan ikuti langkah 1-5.
17
e. Gambar Rangkaian Eksperimen Two Supply Emitter Bias
Gambar 3.6
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan sesuai dengan Gambar 3.6. Nilai R1= 3k6 Ohm, R2= 1k Ohm, R3= 2k7 Ohm, BAT1= 10 Volt, BAT2= -5 Volt, dan transistor seri 2N3904. 2. Carilah nilai tegangan dari titik A, B, C, dan E dengan menggunakan multimeter. 3. Carilah nilai arus emitor, basis, dan collector dengan multimeter. 4. Carilah nilai tegangan VRE dan VCE. 5. Bandingkan hasil eksperimen dengan hasil secara teori.
18
f. Gambar Rangkaian Eksperimen PNP Transistor
Gambar 3.7
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang disediakan sesuai dengan Gambar 3.7. Nilai R1= 3k6 Ohm, R2= 1k Ohm, R3= 10k Ohm, R4= 2k2 Ohm, dan BAT1= -12 Volt. 2. Carilah nilai tegangan dititik A, B, C, D, E, F dengan multimeter. 3. Carilah nilai arus yang mengalir di basis, collector, dan emitter dengan multimeter. 4. Carilah tegangan yang mengalir diantara collector-emitor, collector-basis, dan basis-emittor! 5. Bandingkan hasil eksperimen dengan hasil cara teori. 6. Sumber tegangan BAT1 diubah arahnya yang semula dari collector di ubah dari emitter dengan nilai + 10 Volt. Kemudian lakukan langkah 1-5.
19
BAB IV VOLTAGE AMPLIFIERS
I. TUJUAN Mampu menyelidiki watak amplifier transistor dalam rangkaian common emitter, rangkaian common base, dan rangkaian common collector, yang meliputi frekuensi response dan voltage gain.
II. DASAR TEORI Penguat tegangan (Voltage Amplifier) adalah penguat yang digunakan untuk menghasilkan penguatan tegangan maksimum. Ada 3 macam penguat tegangan yang akan dibahas, yaitu: CE (Common Emitter) amplifier, CC (Common Collector) amplifier, dan CB (Common Base) amplifier. CE amplifier adalah penguat yang mana sinyal masukkan dimasukkan ke dalam basis dan sinyal keluaran diambil dari kolektor. CC amplifier adalah penguat yang mana sinyal masukkan dimasukkan ke basis dan sinyal keluaran diambil dari emitter. Sedangkan, CB amplifier adalah penguat yang mana sinyal masukkan dimasukkan ke emitter dan sinyal keluaran diambil dari kolektor.
II. PRAKTIKUM a. Gambar Rangkaian Eksperimen Common Emitter
Gambar 4.1
20
Langkah Percobaan 1. Hubungkan output AFG dan CH-1 pada CRO pada input rangkaian. Nilai R1= 10k Ohm, R2= 2k2 Ohm, R3= 1k Ohm, R4= 3k6 Ohm, R5= 600 Ohm, RL= 10k Ohm, Vcc = 10 Volt, dan C1=C2=C3= 10 nF. 2.
Hubungkan CH-2 pada CRO pada output rangkaian.
3.
Atur frekuensi AFG pada 100 Hz – 10 kHz.
4.
Hitung nilai Voltage Gain
5.
Buat grafik 20 log |Av| vs f beserta frekuensi-frekuensi batasnya
b. Gambar Rangkaian Eksperimen Common Collector
Gambar 4.2
Langkah Percobaan 1. Hubungkan output AFG dan CH-1 pada CRO pada input rangkaian. Nilai R1= 10k Ohm, R2= 10k Ohm, R3= 4k3 Ohm, R4= 600 Ohm, RL= 10k Ohm, Vcc = 10 Volt, dan C1=C2= 10 nF. 2.
Hubungkan CH-2 pada CRO pada output rangkaian.
3.
Atur frekuensi AFG pada 100 Hz – 10 kHz.
4.
Hitung nilai Voltage Gain
21
5.
Buat grafik 20 log |Av| vs f beserta frekuensi-frekuensi batasnya
c. Gambar Rangkaian Eksperimen Common Base
Gambar 4.3
Langkah Percobaan 1. Hubungkan output AFG dan CH-1 pada CRO pada input rangkaian. Nilai R1= 50 Ohm, R2= R3= 2k2 Ohm, R4= 10k Ohm, R5= 3k6 Ohm, RL= 10k Ohm, Vcc = 10 Volt, C1=C2= 47 uF, dan C3= 1 uF. 2.
Hubungkan CH-2 pada CRO pada output rangkaian.
3.
Atur frekuensi AFG pada 100 Hz – 10 kHz.
4.
Hitung nilai Voltage Gain
5.
Buat grafik 20 log |Av| vs f beserta frekuensi-frekuensi batasnya
22
BAB V DIFFERENTIAL AMPLIFIERS
I.
TUJUAN Dapat menunjukkan analysis dc dari differential amplifier. Dapat menunjukkan analysis ac dari differential amplifier. Mengerti cara kerja dari differential amplifier.
II.
DASAR TEORI Differential amplifier (diff amp) adalah rangkaian penguat yang tidak terdapat bypass kapasitor. Rangkaian diff amp digunakan sebagai input stage untuk hampir setiap IC op amp. A. Analisis DC Diff Amp Diff amp disebut juga long-tail pair karena memiliki dua transistor yang dibagi pada resistor RE (Common resistor) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Pada Gambar 5.1 tersebut arus melewati resistor RE yang disebut sebagai tail current. Jika tegangan dari emiter transistor diabaikan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1, maka titik pertemuan dari resistor emiter idealnya sebagai ground. Sehingga arus yang mengalir pada tail current dapat dicari dengan persamaan 5.1. 𝐼𝑇 =
𝑉𝐸𝐸 𝑅𝐸
(5.1)
23
Sedangkan, arus yang mengalir pada emiter transistor dapat ditentukan dengan persamaan 5.2. 𝐼𝐸 =
𝐼𝑇
(5.2)
2
Dan tegangan pada setiap kolektor dari transistor adalah 𝑉𝐶 = 𝑉𝐶𝐶 − 𝐼𝐶 𝑅𝐶
(5.3)
Selanjutnya analisis dc ini dapat dikembangkan dengan menghitung dari arus yang mengalir pada masing-masing emiter transistor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2, maka tail current: 𝐼𝑇 =
𝑉𝐸𝐸 −𝑉𝐵𝐸
(5.4)
𝑅𝐸
Gambar 5.2 B. Analisis AC Diff Amp Pada bagian ini akan membahas bagaimana mendapatkan penguatan tegangan pada diff amp. Untuk analisis AC diff amp terdapat dua cara yang digunakan untuk mencari penguatan, yaitu single-ended output gain dan diffrential-output gain. Untuk mendapatkan nilai penguatan dari single-ended output dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 5.5. Sedangkan, untuk penguatan diffrential-output dapat dengan menggunakan persamaan 5.6. 𝑅
𝐴𝑣 = 2𝑟′𝐶
𝑒
(5.5)
24
𝑅
𝐴𝑣 = 𝑟′𝐶
𝑒
(5.6)
C. Dasar Perancangan
25
III. PRAKTIKUM 1. Gambar Percobaan DC Differential Amplifier
Gambar 5.3
Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan sesuai dengan Gambar 5.3. 2. Nilai komponen R1,R2 = 5k6 Ohm, R3 = 6k8 Ohm, dan transistor 2N3904. 3. Kemudian hubungkan rangkaian tersebut dengan sumber tegangan ± 12 Volt. 4. Carilah nilai IT, IC, IE, VA, VB, dan VC dengan menggunakan alat ukur multimeter. 5. Variasikan nilai R3 dengan 1k Ohm, 2k2 Ohm, 3k3 Ohm, dan 4k7 Ohm. R3 IT IC IE VA VB VC No. (Ohm) (Ampere) (Ampere) (Ampere) (Volt) (Volt) (Volt) 1 1k 2 2k2 3 3k3 4 4k7 5 6k8
26
2. Gambar Percobaan AC Differential Amplifier
Gambar 5.4 Langkah Percobaan 1. Rangkailah komponen yang sudah disediakan sesuai dengan Gambar 5.4. 2. Nilai R1=R2= 10k Ohm dan transistor seri 2N3904. 3. Hubungkan rangkaian tersebut ke VCC dengan nilai ± 12 Volt. 4. Vin dihubungkan dengan CH 1 CRO dan AFG. Sedangkan Vout dihubungkan dengan CH 2 pada CRO. 5. Carilah penguatan tegangan dari rangkaian tersebut dengan melakukan variasi frekuensi sesuai dengan table dibawah ini: Frekuensi (Hz)
Vout (Volt)
Av
100 300 500 700 1000 2000 4000 6000 8000 10000 6. Hitung input impedance dari basis!
27
BAB VI OPERATIONAL AMPLIFIERS
I. TUJUAN Mampu mengetahui cara dasar-dasar kerja dari penguat operational amplifier Mampu mengetahui cara kerja dari penguat balik (Inverting Amplifier), Penguat non-inversi (Noninverting Amplifier), Pengikut Tegangan (Voltage Follower), Penguat Penjumlah (Summing Amplifier), dan Integrator. II. DASAR TEORI Penguat operasional atau op-amp, merupakan blok pembangun dasar untuk rangkaian penapis aktif. Pada Gambar 6.1 berikut merupakan gambar IC op-amp yang banyak digunakan, yaitu 741.
Gambar 6.1 Penguat operasional yang disimbolkan seperti pada Gambar 6.2 biasanya digunakan untuk operasi-operasi aritmetika, seperti penjumlahan, integrasi, dan lainlain. Karakteristik ideal dari penguat operasional sebagai berikut: 1. Lebar pita yang tak berhingga (infinite bandwidth). 2. Impedansi masukkan yang tak berhingga (infinite input impedance). 3. Impedansi keluaran sama dengan nol (zero output impedance).
Gambar 6.2
28
Pada Gambar 6.2 tersebut terlihat bahwa op-amp memiliki 2 masukan yaitu masukan positif dan masukkan negatif. Op-amp memiliki catu daya dengan polaritas ganda dengan jangkauan ±5 hingga ±15 Volt. Karena memiliki dua masukkan maka perbedaan antara keduannya sebagai berikut: a) Jika sinyal melalui masukan non-inversi maka keluarannya sefase (in phase) dengan masukkannya. Jika masukkannya positif begitu juga dengan keluarannya. b) Jika sinyal melalui masukkan inversi maka keluarannya berbeda fase 1800 (out phase 1800 ) atau setengah siklus. Jika sinyalnya positif maka keluarannya menjadi negatif (diinversi). Dasar Perancangan a. Penguat Inversi (Inverting Amplifier) 𝑉
𝑅
𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝑉𝑜 = − 𝑅𝐵 𝑖
(6.1)
𝐴
b. Penguat Non-Inversi (Noninverting Amplifier) 𝑉
𝑅
𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝑉𝑜 = 1 + 𝑅𝐵 c.
(6.2)
𝐴
𝑖
Pengikut Tegangan (Voltage Follower) 𝑉
𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝑉𝑜 = 1
(6.3)
𝑖
d. Penguat Penjumlah (Summing Amplifier) 𝑉𝑜 = 𝑉𝟏 + 𝑉𝟐 𝑅 𝑅 = − 𝑅𝐵 𝑉1 − 𝑅𝐵 𝑉2 1
e.
(6.4)
2
Integrator Op-amp 𝑅𝐴 𝐶 = 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑑𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑑𝑖𝑖𝑛𝑡𝑔𝑟𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛); 1 =𝑓 𝑖
𝑅𝑠 = 10. 𝑅𝐴 𝑅 𝑆𝑎𝑎𝑡: 𝑓 < 𝑓𝑖 , 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑘: 𝑉𝑜 = − 𝑅 𝑆 𝑉𝑖 𝑓 > 𝑓𝑖 , 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟: 𝑉𝑜 = − 𝑅
1 𝐴𝐶
𝐴
∫ 𝑉𝑖 𝑑𝑡
29
III. PRAKTIKUM A. PENGUAT BALIK (INVERTING AMPLIFIER)
Gambar 6.3 1. Kalibrasi terlebih dahulu CRO sesuai dengan standar CRO. Lakukan pengaturan osiloskop dengan setting sebagai berikut: - Channel 1 & 2 : 0.1 Volt/Division - Time base : 1 ms/Division - AC Coupling 2. Rangkailah komponen yang telah disediakan sesuai dengan gambar diatas. R1 = R2 = 10 k Ohm. 3. Hubungkan tegangan positif +5 Volt pada kaki 7 dan tegangan negative -5 Volt pada kaki 4 IC 741. 4. Hubungkan CH1 CRO dan kabel probe output dari AFG ke Vin. 5. Hubungkan CH2 CRO ke Vout. 6. Atur keluaran dari generator fungsi sehingga tegangan masukan ke dalam rangkaian inversi menjadi 0,2 Volt peak to peak. 7. Lakukan pengaturan pada control frekuensi (diosiloskop) sehingga pada layar osiloskop hanya ditampilkan sekitar dua gelombang saja dan kemudian tuliskan penjelasan dari perbedaan dua sinyal tersebut. 8. Ukurlah penguatan tegangan dari sinyal keluaran. 9. Atur tegangan puncak ke puncak tetap pada 0,2 Volt, kemudian lakukan perubahan pada R2 serta lengkapi table dibawah ini dan bandingkan hasil pengamatan dengan persamaan teoritis. R1 15k 27k 47k 100k
V0 puncak ke puncak
Gain
30
B. PENGUAT NON-INVERSI (NONINVERTING AMPLIFIER)
Gambar 6.4 1. Kalibrasi terlebih dahulu CRO sesuai dengan standar CRO. Lakukan pengaturan osiloskop dengan setting sebagai berikut: - Channel 1 & 2 : 0.1 Volt/Division - Time base : 1 ms/Division - AC Coupling 2. Rangkailah komponen yang telah disediakan sesuai dengan gambar diatas. R1 = R2 = 10 k Ohm. 3. Hubungkan tegangan positif +5 Volt pada kaki 7 dan tegangan negative -5 Volt pada kaki 4 IC 741. 4. Hubungkan CH1 CRO dan kabel probe output dari AFG ke Vin. 5. Hubungkan CH2 CRO ke Vout. 6. Atur keluaran dari generator fungsi sehingga tegangan masukan ke dalam rangkaian inversi menjadi 0,2 Volt peak to peak. 7. Lakukan pengaturan pada control frekuensi (diosiloskop) sehingga pada layar osiloskop hanya ditampilkan sekitar dua gelombang saja dan kemudian tuliskan penjelasan dari perbedaan dua sinyal tersebut. 8. Ukurlah penguatan tegangan dari sinyal keluaran. 9. Atur tegangan puncak ke puncak tetap pada 0,2 Volt, kemudian lakukan perubahan pada R2 serta lengkapi table dibawah ini dan bandingkan hasil pengamatan dengan persamaan teoritis.
R1 15k 27k 47k 100k
V0 puncak ke puncak
Gain
31
C. PENGIKUT TEGANGAN (VOLTAGE FOLLOWER)
Gambar 6.5 1. Kalibrasi terlebih dahulu CRO sesuai dengan standar CRO 2. Lakukan pengaturan osiloskop dengan setting sebagai berikut: - Channel 1 & 2 : 0.1 Volt/Division - Time base : 1 ms/Division - AC Coupling 3. Rangkai komponen yang sudah disediakan seperti pada gambar diatas. 4. Catu daya pada rangkaian dihidupkan dan atur tegangan puncak ke puncak sinyal masukkan sebesar 200 mV serta atur juga tampilan pada osiloskop hingga hanya sekitar 2 gelombang saja. Jelaskan perbedaan antara sinyal masukan dengan sinyal keluaran serta berapa tegangan sinyal keluarannya? 5. Dari pengamatan tidak dijjumpai adanya perbedaan antara kedua sinyal tersebut karena sefasa. Teganagna keluaran sekitar 200 mV, konsekuensinya penguatan tegangan dari rangkaian pengikut tegangan selalu sama dengan 1 atau unitas! 6. Buktikan bahwa penguatan tegangan dari rangkaian pengikut tegangan selalu sama dengan 1 dengan cara mengubah tegangan masukan secara acak dengan menghitung tegangan keluarannya.
32
D. PENGUATAN PENJUMLAH (SUMMING AMPLIFIER)
Gambar 6.6 1. Lakukan pengaturan osiloskop dengan setting sebagai berikut: - Channels 1 & 2: 0.1 Volt/Division - Time base : 1 ms/Division - AC Coupling 2. Rangkai komponen yang sudah disediakan sesuai dengan gambar diatas. R1 = R2 = R3 = 1 k Ohm 3. Aktifkan catu daya yang telah terhubung ke rangkaian dan atur tegangan puncak ke puncak dari generator fungsi sebesar 1 volt dan frekuensinya sekitar 300 Hz. 4. Tegangan keluaran diukur dari rangkaian op-amp yang pertama, berapa? 5. Tegangan keluaran dari rangkaian op-amp yang kedua diukur, berapa? E. INTEGRATOR
Gambar 6.7 1. Rangkailah komponen yang telah disediakan sesuai dengan gambar diatas. R1 = R2 = 10 k Ohm, R3 = 100 k Ohm, C= 0.01 uF. 33
2. Lakukan pengaturan pada osiloskop dengan setting sebagai berikut: - Channels 1 & 2 : 0.5 Volt/Division; - Time base : 0.5 ms/Division (500 us/Division); - AC Coupling 3. Aktifkan catu daya ke rangkaian dan atur frekuensi hingga yang tampak pada layar osiloskop sekitar 5 gelombang, selain itu atur juga tegangan puncak ke puncak dari generator fungsi menjadi 0.5 Volt. Sinyal keluaran harus berbentuk menyerupai segitiga. Karena op-amp digunakan dalam konfigurasi inversi, maka gelombang segitiga, yang merupakan integral dari gelombang kotak, dibalik. 4. Sekarang naikkan frekuensi dengan mengatur frekuensi pada generator fungsi yang digunakan. Apakah tegangan keluaran dari integrator semakin naik atau semakin turun? Dalam hal ini tegangan keluaran seharusnya menurun, karena impedansi dari kapasitor umpan balik sekarang berkurang dari tahanan 100 Ohm. 5. Atur time base osiloskop menjadi 2 ms/division serta atur frekuensi generator fungsi sehingga hanya Nampak pada layar osiloskop sekitar 2 gelombang tiap 10 bagian horizontal (100 Hz). Ganti AC coupling menjadi DC coupling.
34
BAB VII RANGKAIAN FILTER PASIF
I.
TUJUAN PRAKTIKUM Mengenal dan mengamati watak dari beberapa rangkaian filter, termasuk rangkaian filter resonansi (resonansi filter) dan filter jembatan (bridge filter).
II. DASAR TEORI Rangakaian filter adalah suatu rangkaian listrik yang pada umumnya berisi elemen aktif (L,C), yang didesain untuk meneruskan atau menahan sinyal pada daerah frekuensi tertentu. Atas dasar daerah frekuensinya, filter dibedakan atas: A. Low pass filter
: meneruskan sinyal dengan frekuensi lebih rendah dari frekuensi tertentu fH, sebaliknya menahan sinyal dengan frekuensi lebih tinggi dari fH.
B. High pass filter
: meneruskan sinyal dengan frekuensi lebih tinggi dari frekuensi tertentu fL, sebaliknya menahan sinyal dengan frekuensi lebih rendah dari fL.
C. Band pass filter
: meneruskan sinyal dengan frekuensinya terletak diantara dua buah frekuensi tertentu, fL dan fH.
D. Band rejection Filter
: menahan sinyal yang frekuensinya terletak diantara buah frekuensi tertentu.
Gambar 1
35
Secara ideal watak dari masing-masing filter tersebut diatas dilukiskan pada Gambar 1, dimana |Av| adalah hanya mutlak dari perbesaran sedang f adalah frekuensi dari sinyal hanya saja pada kenyataannya bentuk penurunan atau kenaikan |Av| tidak setajam pada gambar diatas melainkan akan berubah secara perlahan-lahan.
III. PRAKTIKUM A. LOW PASS FILTER Buat rangkaian seperti Gambar 2 a dan Gambar 2b seperti berikut:
10K
10K 15n
10K 15n
15n
a) Hubungkan Output AFG pada input masing-masing rangkaian b) Hubungkan masing-masing input rangkaian pada CH-1 CRO c) Hubungkan masing-masing output rangkaian pada CH-2 CRO d) Atur frekuensi AFG pada: Frekuensi 100 Hz – 1 KHz, tiap 200 Hz catat outputnya Frekuensi 1 KHz – 10 KHz, tiap 2 KHz catat outputnya Frekuensi 10 KHz – 100 KHz, tiap 20 KHz catat outputnya e) Buat grafik |Av| Vs f dan tentukan frekuensi-frekuensi batasnya f) Buat grafik 20 log |Av| vs log f beserta frekuensi-frekuensi batasnya
B. HIGH PASS FILTER Buatlah rangkaian seperti Gambar 3 a dan Gambar 3 b seperti berikut:
15n
15n 10K
15n 10K
10K
36
a) Hubungkan Output AFG pada input masing-masing rangkaian b) Hubungkan masing-masing input rangkaian pada CH-1 CRO c) Hubungkan masing-masing output rangkaian pada CH-2 CRO d) Atur frekuensi AFG pada: Frekuensi 1 KHz – 10 KHz, tiap 2 KHz catat outputnya Frekuensi 10 KHz – 100 KHz, tiap 20 KHz catat outputnya Frekuensi 100 KHz – 1 MHz, tiap 200 KHz catat outputnya e) Buat grafik |Av| Vs f dan tentukan frekuensi-frekuensi batasnya f) Buat grafik 20 log |Av| vs log f beserta frekuensi-frekuensi batasnya
C. BAND PASS FILTER I. BAND PASS FILTER SEDERHANA Buatlah rangkaian seperti Gambar 4 a dan Gambar 4 b seperti berikut:
10K
15nF 15nF
a)
15nF 10K
10k 10k
15nF
Hubungkan Output AFG pada input masing-masing rangkaian
b) Hubungkan masing-masing input rangkaian pada CH-1 CRO c)
Hubungkan masing-masing output rangkaian pada CH-2 CRO
d) Atur frekuensi AFG pada: Frekuensi 1 KHz – 10 KHz, tiap 2 KHz catat outputnya Frekuensi 10 KHz – 100 KHz, tiap 20 KHz catat outputnya Frekuensi 100 KHz – 1 MHz, tiap 200 KHz catat outputnya e)
Buat grafik |Av| Vs f dan tentukan frekuensi-frekuensi batasnya
f)
Buat grafik 20 log |Av| vs log f beserta frekuensi-frekuensi batasnya
37
II. FILTER RESONANSI Buatlah rangkaian seperti Gambar 4 a dan Gambar 4 b seperti berikut:
10n
10K a) Hubungkan Output AFG pada input masing-masing rangkaian
b) Hubungkan masing-masing input rangkaian pada CH-1 CRO 10n 10K c) Hubungkan masing-masing output rangkaian pada CH-2 CRO d) Atur frekuensi AFG pada: Frekuensi 1 KHz – 10 KHz, tiap 2 KHz catat outputnya Frekuensi 10 KHz – 100 KHz, tiap 20 KHz catat outputnya Frekuensi 100 KHz – 1 MHz, tiap 200 KHz catat outputnya e) Buat grafik |Av| Vs f dan tentukan frekuensi-frekuensi batasnya f) Buat grafik 20 log |Av| vs log f beserta frekuensi-frekuensi batasnya
IV.
HASIL PERCOBAAN A. Low Pass Filter
Frekuensi (Hz)
Rangkaian Gambar 2 a Vin
Vout
(Volt)
(Volt)
|Av|
Rangkaian Gambar 2 a
20 log
Vin
Vout
|Av|
(Volt)
(Volt)
|Av|
20 log |Av|
100 200 400 600 800 1000 2000 4000 6000 8000 10000 20000 30000
38
40000 60000 80000 100000
Frekuensi batas (Cut Off) =
1 2𝜋𝑅𝐶
=………Hz
B. High Pass Filter Frekuensi (Hz)
Rangkaian Gambar 2 a Vin
Vout
(Volt)
(Volt)
|Av|
Rangkaian Gambar 2 a
20 log
Vin
Vout
|Av|
(Volt)
(Volt)
|Av|
20 log |Av|
1000 2000 4000 6000 8000 10000 20000 40000 60000 80000 100000 200000 300000 400000 600000 800000 1000000
39
C. Band Pass Filter I. Band pass filter sederhana Frekuensi (Hz)
Rangkaian Gambar 2 a Vin
Vout
(Volt)
(Volt)
|Av|
Rangkaian Gambar 2 a
20 log
Vin
Vout
|Av|
(Volt)
(Volt)
|Av|
20 log |Av|
1000 2000 4000 6000 8000 10000 20000 40000 60000 80000 100000 200000 300000 400000 600000 800000 1000000
II. Filter resonansi Frekuensi (Hz)
Rangkaian Gambar 2 a Vin
Vout
(Volt)
(Volt)
|Av|
Rangkaian Gambar 2 a
20 log
Vin
Vout
|Av|
(Volt)
(Volt)
|Av|
20 log |Av|
1000 2000 4000
40
6000 8000 10000 20000 40000 60000 80000 100000 200000 300000 400000 600000 800000 1000000
41
BAB VIII RANGKAIAN FILTER AKTIF
I.
TUJUAN PRAKTIKUM Menunjukkan cara kerja dari penapis aktif lolos rendah order pertama dengan penguatan positif. Menunjukkan cara kerja dari penapis aktif lolos tinggi order pertama dengan penguatan positif. Menunjukkan cara kerja dari penapis aktif lolos pita.
II. PRAKTIKUM A. LOW PASS FILTER
Dasar Perancangan:
Frekuensi cutoff : fc = 𝑅𝐵
1 2𝜋𝑅𝐶
Gain: G = 1+
Tanggap Amplitudo : 20 log [
𝑅𝐴 𝐺 √1+𝑓2
]
1. Komponen yang sudah disediakan dirangkai sesuai dengan gambar diatas. R1= 4k7 Ohm, R2 = R3 = 10 k Ohm, C1 = 0.033 uF. 2. Lakukan pengaturan osiloskop dengan setting: Channel 1 : 200 mV/division; Channel 2 : 500 mV/division; Time base : 1 ms/division, dan AC Coupling.
42
3. Hidupkan catu daya dan atur tegangan masukkannya 1 Volt (puncak ke puncak) serta frekuensinya 100 Hz. Dengan nilai-nilai komponen yang ada pada rangkaian tersebut, berapa seharusnya penguatan passband dan frekuensi cutoff-nya? 4. Variasikan frekuensi pada generator fungsi dan catat tegangan masukan dan tegangan keluarannya dan kemudian tentukan nilai penguatannya.
B. HIGH PASS FILTER
1. Komponen yang sudah disediakan dirangkai sesuai dengan gambar diatas. R1= 4k7 Ohm, R2 = R3 = 10 k Ohm, C1 = 0.033 uF. 2. Lakukan pengaturan osiloskop dengan setting: Channel 1 : 200 mV/division; Channel 2 : 500 mV/division; Time base : 1 ms/division, dan AC Coupling. 3. Hidupkan catu daya dan atur tegangan masukkannya 1 Volt (puncak ke puncak) serta frekuensinya 100 Hz. Berapa frekuensi cutoff-nya? 4. Variasikan frekuensi pada generator fungsi dan catat tegangan masukan dan tegangan keluarannya dan kemudian tentukan nilai penguatannya.
43
C. PENAPIS LOLOS PITA
Dasar Perancangan:
Frekuensi tengah : 𝑓0 =
1
[
1
(
1
+
1
)]
1⁄ 2
2𝜋𝑅𝐶 𝑅3 𝑅1 𝑅2 Komponen – komponen ditentukan dengan persamaan berikut ini: 𝑄 𝑅1 = 𝐺𝐶 2𝜋𝑓 2
𝑅2 = 𝑅3 =
0
𝑄 2𝜋𝑓0 𝐶2 (2𝑄2 −𝐺) 2𝑄 2𝜋𝑓0 𝐶2
Penguatan frekuensi tengah: 𝐺
=
𝑅5
2𝑅1 Menggeser frekuensi tengah, dengan mempertahankan penguatan passband 𝑓0 2 ′ dan lebar pita : 𝑅2 = 𝑅2 [ ] 𝑓′ 0
Tanggap amplitude : 20 log 𝐺 − 10 𝑙𝑜𝑔 [1 + 𝑄2 (
𝑓2 −1 𝑓
2
) ]
1. Lakukkan pengaturan osiloskop dengan setting sebagai berikut: - Channel 1 & 2: 0.2 mV/division; - Time base : 0.2 ms/division; - AC Coupling. 2. Rangkai komponen yang sudah disediakan sesuai dengan gambar diatas. Nilai komponennya R1= 68k Ohm, R2= 2k7 Ohm, R3 = 180k Ohm, C1= 0.01 uF, dan C2 = 0.01 uF. Catu daya diaktifkan dan atur tegangan masukkan menjadi 1,4 volt (7 bagian vertical osiloskop). Buatlah pengaturan ini seakurat mungkin!
44
3. Ubahlah generator fungsi sedemikian hingga tegangan keluaran, sebagaimana yang ditunjukan kanal 2 osiloskop, mencapai amplitude maksimum. Ukurlah tegangan keluaran dan tentukan penguatan tegangan pada kondisi ini. Bila diperlukan dapat mengurangi dari snesitivitas kanal 2 menjadi 0.5 volt/division. Bagai mana penguatan yang dihasilkan dan bandingkan penguatan dengan secara teoritis. 4. Sekarang tentukan frekuensi-frekuensi 3 dB atas dan bawah dengan cara mengukur frekuensi pada saat tanggap amplitude-nya drop 0,707 kali penguatan tegangan maksimum (sama dengan penurunan 3 dB). Untuk melakukan hal tersebut, kalikan penguatan frekuensi tengah terukur dengan 0,707. Kemudian kalikan nilai antara ini dengan 1,4 volt (tegangan masukkan penapis) untuk mendapatkan tegangan keluaran yang tanggapannya 3 dB lebih rendah penguatan frekuensi tengah. Setelah itu hitung nilainya, berapa frekuensi 3 dB atas dan bawah (dapatditemukan dengan cara mengubah-ubah generator fungsi untuk frekuensi diatas dan dibawah frekuensi tengah hingga tegangan puncak ke puncak mencapai nilai tegangan yang telah dihitung sebelumnya). fL = …………. Hz fH = ………..... Hz 5. Kurangkan nilai bawah dari nilai atas (lebar pita 3 dB) dan bagi-lah nilai frekuensi tengah yang telah dihitung, maka akan ditemukan Q atau factor kualitas: 𝑄=
𝑓0 𝑓𝐻 − 𝑓𝐿
6. Tentukan rata-rata geometri dari penapis tersebut dengan persamaan: 𝑓0 = √𝑓𝐻 𝑓𝐿 Bandingkan dengan hasil yang diperoleh pada langkah 3. 7. Ubah nilai 𝑅2 apakah frekuensi tengah baru yang telah diukur sesuai persamaan pada “Dasar Perancangan” dengan nilai 𝑅2 diganti 1k5 Ohm?
45
DAFTAR PUSTAKA Putro, A. E., 2002, Penapis Aktif Elektronika Teori dan Praktek, C.V. Gava Media, Yogyakarta. Malvino, Albert dan Bates, David J., Electronic Principles, Seventh Edition. Wasito, 1985, Vademekum Elektronika, PT Gramedia, Jakarta.
46