Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
PERTEMUAN KE-10
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1) Mempelajari Islam sebagai agama Rahmatan lil „Alamien. 2) Mempelajari ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah 3) Mempelajari kebersamaan dalam pluralitas agama
B. URAIAN MATERI 1. Islam Agama Rahmatan Lil ‘Alamien Spektrum
agama Islam sebagai Rahmat sebenarnya secara eksplisit
tergambar secara jelas dalam Islam dengan mendeklarasikan dirinya sebagai agama penebar kasih sayang secara universal (rahmatan li al-„âlamin).1 Realisasi dari deklarasi tersebut tentu tidak hanya dalam konteks teologis, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan budaya. Hal ini tercermin dalam sikap Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah terhadap eksistensi kemajemukan budaya dan agama. Islam adalah agama yang diturunkan Tuhan untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam teksteks Islam baik al Qur-an maupun hadits. Kata Rahmah, Rahman, Rahim dan derivasinya disebut berulang-ulang dalam jumlah yang begitu besar. Jumlahnya lebih dari 90 ayat. Makna genuinnya adalah kasih dan sayang. Dalam sebuah hadits Qudsi Tuhan menyatakan : “Ana Al-Rahman. Ana al-Rahim” (Aku Sang Maha Kasih. Aku Sang Maha Sayang). Sumber
Islam
paling
otoritatif
tersebut
dengan
sangat
tegas
menyebutkan bahwa agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah agama “rahmatan li al „alamin” :
وما ارسلناك اال رمحة للعاملني 1
QS. Al-Anbiyâ‟[21]: 170:
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
1
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
“Aku tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai (penyebar) kasih sayang bagi semesta” (Q.S. al-Anbiya, 107). Fungsi kerahmatan ini dielaborasi oleh Nabi dengan pernyatannya yang terang benderang: :”bu‟itstu li utammima makarim al akhlaq” (Aku diutus Tuhan untuk menyelenggarakan pembentukan moralitas kemanusiaan yang luhur). Atas dasar inilah Nabi Muhammad saw selalu menolak secara tegas caracara kekerasan dan sekaligus tidak pernah melakukannya. Nabi Muhammad Saw. mengatakan :
ما بعثت لعاان وامنا بعثت رمحة “Aku tidak diutus sebagai pengutuk melainkan sebagai rahmat bagi semesta”. Tuhan telah memberikan kesaksian sekaligus merestui cara-cara atau metode penyebaran Islam yang dijalankan Nabi Saw tersebut sambil menganjurkan agar dia meneruskannya:
فاعف عنهم واستغفر هلم. ولو كنت فظا غليظ القلب ال نفضوا من حولك. فبما رمحة من هللا لنت هلم
وشاورهم ىف االمر
“Maka disebabkan rahmat (kasih sayang) Tuhanlah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu, maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampunan bagi mereka dan bermusyawaralah dengan mereka dalam segala urusan”.(Q.S. Ali Imran, 3 :159). Ayat al-Qur‟an di atas dengan sangat jelas dan lugas bahwa Tuhanlah yang menganugerahkan kepada Nabi sifat dan karakter kasih dan sayang itu, sekaligus menegaskan bahwa metode mengajak orang lain kepada Islam dengan cara kasar dan kekerasan, justeru tidak menghasilkan apa-apa, bahkan kegagalan. Allah swt juga memberikan jalan lain; dialog dan bermusyawarah untuk menyelesaikan atau jalan keluar bagi segala konflik dan ketegangan antar warga masyarakat. Pernyataan ini tentu saja seharusnya menginspirasi kita untuk melakukan langkah-langkah atas kehendak Islam universal itu. Yakni mewujudkan sebuah tatanan kehidupan manusia yang didasarkan pada pengakuan atas kesederajatan manusia di hadapan hukum, penghormatan atas martabat, persaudaraan,
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
2
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
penegakan keadilan, pengakuan atas pikiran dan kehendak orang lain, dialog secara santun serta kerjasama saling mendukung untuk sebuah perwujudan kehendak-kehendak bersama. Ini adalah pilar-pilar kehidupan bersama yang selalu dirindukan oleh setiap manusia di manapun dan kapanpun, tanpa harus mempertimbangkan asal usul tempat kelahiran, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, keturunan, keyakinan agama dan sebagainya. Pilar-pilar ini dikemukakan dengan sangat jelas dalam al Qur-an pada banyak ayat dan dalam banyak tafsir otoritatifnya: Hadits Nabi saw. Dari AlQur‟an, antara lain adalah :
, وخلق منها زوجها وبث منهما رجاال كثريا ونساء, اي ايها الناس اتقوا ربكم الذى خلقكم من نفس واحدة
إن هللا كان عليكم رقيبا.واتقوا هللا الذى تسائلون به واالرحام
“Wahai manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari satu entitas unsur (nafs wahidah) dan dari situ Dia ciptakan pasangannya dan dari keduanya berkembang manusia laki-laki dan perempuan dalam jumlah banyak. Dan bertaqwalah kepada Tuhan Allah yang dengannya kamu saling berkomunikasi dan saling menjalin persaudaraan sedarah”.(QS. al Nisa [4]: 1). Ayat lain :
إن أكرمكم عند هللا اتقامكم. إان خلقناكم من ذكر وانثى وجعلناكم شعواب وقبائل لتعارفوا,اي ايها الناس “Wahai manusia, Kami jadikan kamu dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling memahami (sebenar-benarnya). Sesungguhnya manusia yang paling terhormat adalah dia yang paling dekat dengan Tuhan”.(QS. Al Hujurat 13). Siapapun yang membaca dengan pikiran cerdas pernyataan-pernyataan teologis di atas niscaya akan dapat menyimpulkan dengan tanpa ragu bahwa teksteks suci kaum muslimin ini adalah bukti paling nyata dari missi dan doktrin kemanusiaan Islam. Sangat diyakini bahwa tidak ada teks-teks keagamaan lama maupun baru yang membicarakan prinsip-prinsip kemanusiaan secara begitu mempesona berani, mendalam, fasih dan genuin seperti teks-teks Islam di atas. Ini semua sesungguhnya merupakan konsekwensi paling logis dari doktrin Tauhid, sebuah kredo monoteisme paling sentral dalam sistem Islam. Sejauh yang dapat ditelurusi dari kehidupan Nabi Muhammad, kita menemukan fakta-fakta historis bahwa prinsip-prinsip kemanusiaan Islam
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
3
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
(kerahmatan Islam) tidak hanya muncul sebagai wacana yang dikhutbahkan atau dipidatokan di mana-mana, melainkan juga telah menjadi sikap dan perilaku keseharian beliau dan para sahabat-sahabatnya. Bahkan Tuhan sungguh-sungguh memberikan kesaksian atas perilaku pribadi Nabi sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya : “Wa innaka la‟ala Khuluqin „Azhim”,(kamu,sungguh, berjalan di atas moral yang luhur). Bukti lain tentang kerahmatan Islam ditunjukkan oleh apa yang dikenal dengan “Piagam Madinah” atau “Traktat Madinah”, sebuah konstitusi yang dikeluarkan di Madinah. Para sarjana hari ini sering menyebut Piagam ini merupakan Traktat atau perjanjian konstitusional tentang hak-hak asasi manusia universal yang pertama di dunia. Salah satu butir isinya menyatakan : “Orang Islam, Yahudi dan warga Madinah yang lain, bebas memeluk agama dan keyakinan mereka masing-masing. Mereka dijamin kebebasannya dalam menjalankan ibadah. Tidak seorangpun dibenarkan mencampuri urusan agama orang lain. Orang Yahudi yang menandatangani (menyetujui) piagam ini berhak memperoleh pertolongan dan perlindungan serta tidak diperlakukan zhalim. Orang Yahudi bagi orang Yahudi dan orang Islam bagi orang Islam. Jika di antara mereka beruat zhalim, itu akan menyengsarakan diri dan keluarganya. Setiap bentuk penindasan dilarang. Mereka sama-sama wajib mempertahankan negerinya dari serangan musuh”. Bernard Lewis, seorang orintalis beragama Yahudi, mengakui dengan terus terang missi kerahmatan Islam ini. Dia mengatakan: “Pada masa-masa permulaan, banyak pergaulan sosial yang lancar terdapat di antara kaum muslimin, Kristen dan Yahudi. Sementara menganut agama masing-masing mereka membentuk masyarakat yang satu di mana perkawanan pribadi, kerjasama bisnis hubungan guru-murid dalam ilmu pengetahuan dan bentukbentuk afktifitas bersama lainnya berjalan normal dan sungguh,umum di manamana. Kerjasama budaya ini dibuktikan dalam banyak cara”. (Nurcholis Madjid, Islam Agama Peradaban, hlm.60).
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
4
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Lima Prinsip Kerahmatan Semesta Islam Pesan-pesan kemanusiaan Islam yang diungkap dalam begitu banyak teks-teks suci Islam di atas kemudian dielaborasi secara sangat mengesankan oleh Imam Abu Hamid Al Ghazali (w. 1111 M) dan dikembangkan lebih lanjut oleh antara lain Abu Ishaq al Syathibi (w. 790 H). Al-Imam Al-Ghazali, pemikir muslim sunni klasik terbesar mengatakan bahwa tujuan agama adalah kesejahteraan sosial (kemaslahatan). Al-Ghazali selanjutnya merumuskan makna ini : “kemaslahatan menurut saya adalah mewujudkan tujuan-tujuan agama yang memuat lima bentuk perlindungan. Yaitu perlindungan terhadap ; agama (hifzh al din), jiwa dan tubuh (hifzh al nafs), akal-pikiran (hifzh al „aql), keturunan (hifzh al nasl) dan harta benda (hifzh al maal). Segala cara yang dapat menjamin perlindungan
terhadap
lima
prinsip
ini
adalah
kemaslahatan
dan
mengesampingkannya adalah kerusakan (mafsadah), menolak kerusakan adalah kemaslahatan” (Al Mustashfa min Ilm al Ushul, I, 286). Pandangan al Ghazali tersebut harus dielaborasi secara lebih jauh dalam konteks yang lebih luas dan sejalan dengan gagasan besar Islam tentang kerahmatan universal, termasuk di dalamnya tentang kebebasan dan kesetaraan manusia serta penghapusan pandangan-pandangan dan praktik-praktik yang mendiskriminasikan manusia atas manusia. Kita harus mampu keluar dari tafsir tradisional yang tertutup, eksklusif, menuju tafsir yang lebih terbuka, inklusif. Pertama, perlindungan terhadap keyakinan agama dan kepercayaan, mengandung implikasi bahwa perlindungan bukan hanya terhadap agama dan keyakinan dirinya melainkan juga terhadap keyakinan orang lain, sehingga tidak seorangpun boleh memaksa atau menindas orang lain hanya karena keyakinan atau agamanya atau kepercayaannya yang berbeda dengan dirinya. Kedua, perlindungan terhadap jiwa, mengimplikasikan perlindungan terhadap nyawa dan tubuh siapapun, sehingga tidak boleh ada seorangpun yang berhak melukai, membunuh atau melakukan kekerasan terhadap orang lain yang tidak melakukan kesalahan apapun. Ketiga perlindungan terhadap akal pikiran, mengandung implikasi penyediaan ruang yang bebas untuk mengekspresikan pendapat,
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
5
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
pikiran, gagasan dan kehendak-kehendak yang lain, sehingga tidak boleh terjadi pemasungan dan penjegalan terhadap pikiran dan pendapat orang lain oleh siapapun serta tidak boleh dirusak oleh apapun, seperti minuman keras, narkoba dan lain-lain. Keempat perlindungan terhadap kehormatan dan keturunan, membawa konsekwensi perlindungan dan penghormatan terhadap alat-alat reproduksi dalam rangka menjaga kesehatannya, sehingga tidak boleh terjadi pemerkosaan, pelacuran dan pelecehan atau eksploitasi seksual lainnya. Kelima, perlindungan terhadap hak milik pribadi maupun masyarakat, mengandung implikasi adanya jaminan atas pilihan-pilihan pekerjaan, profesi, hak-hak atas upah sekaligus jaminan keamaanan atas hak milik tersebut, sehingga tidak boleh terjadi adanya larangan terhadap akses pekerjaan, perampasan hak milik pribadi, korupsi, penyelewengan, penggelapan, penggusuran, perusakan lingkungan dan alam serta eksploitasi-eksploitasi haram lainnya oleh siapapun; individu, masyarakat, institusi keagamaan, sosial, maupun institusi negara. Dr. Abdullah Darraz dalam pengantarnya terhadap kitab “Al Muwafaqat fi Ushul al Syari‟ah” karya brilian Abu Ishaq al Syathibi mengatakan bahwa “lima prinsip perlindungan ini (al dharuriyat al khamsah) adalah “usus al „umran al mar‟iyyah fi kulli millah wa allati lawlaaha lam tajri mashalih al dunya „ala istiqamah wa lafatat al najah fi al akhirah” (dasar-dasar kemakmuran rakyat yang diyakini setiap agama. Tanpa semua itu kesejahteran dunia tidak akan berjalan mantap dan tidak akan mendapatkan keselamatan di akhirat” (al-Syathibi, Almuwafaqat, I, hlm. 4). Pernyataan mengenai tujuan syari‟ah (Maqashid al Syari‟ah) di atas adalah merupakan formulasi al Ghazali dari seluruh sumber otoritatif Islam. Formulasi sang Hujjah al Islam tersebut pada hari ini telah diterima sebagai prinsip-prinsip dasar kemanusiaan universal atau yang dikenal dengan hak-hak asasi manusia (HAM). Bahkan HAM Universal telah mengelaborasinya secara lebih luas.
2. Ukhuwah Islamiyah dan Insaniyah
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
6
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Toleransi dan penghormatan terhadap kelompok lain, akan melahirkan sebuah ikatan yang kuat dan kokoh, yaitu persaudaraan (ukhuwah). Persatuan dan kesatuan antar sesama manusia tidak mungkin dapat terwujud kalau tidak ada semangat persaudaraan. Dalam konteks ke-indonesiaan, persaudaraan tidak hanya dilakukan terhadap non-muslim, namun juga terhadap sesama muslim.2 Istilah Ukhuwah islamiyah, yang sering kita dengar, menurut Quraish Shihab akan rancu jika dimaknai sebagai “persaudaraan yang dijalin oleh sesama muslim” atau “persaudaraan antar sesama muslim”. Pemaknaan semacam ini menurutnya kurang tepat, kata islamiyah lebih tepat jika dimaknai sebagi edjektifa bukan subjek, sehingga makna yang tepat adalah “persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam”. 3 Persaudaraan sesama muslim secara tegas dinyatakan Allah dalam QS. al-Hujurát [49]: 10: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. alHujurát [49]: 10) Abdullah Yusuf Ali dalam menafsirkan ayat tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan atau perwujudan persaudaraan Muslim (Muslim Brotherhood) merupakan ide sosial yang paling besar dalam Islam. Islam tidak dapat direalisasikan sama sekali hingga ide besar ini berhasil diwujudkan.4 Kata ikhwah dalam bahasa arab diterjemahkan dengan saudara atau sahabat. Kata ini pada mulanya berarti yang sama. Persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, demikian juga persamaan dalam sifat
2
Departemen Agama RI, Hubungan Antar Umat Beragama ;Tafsir Al-Qur‟an Tematik, (Departemen Agama RI, 2008), 2008), hal. 44 3 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an, Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2007), hal. 486-487 4 Abdullah Yusuf Ali, The Holly Qur‟an, (Beirut: Dárul Fikr, t.th), hal. 1341. Lihat Hubungan Antar Umat Beragama ;Tafsir Al-Qur‟an Tematik, (Jakarta: Departemen Agama RI, Cet. 1, 2008), hal. 45
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
7
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
dan bentuk apa pun. Persamaan kelakuan pemboros dengan setan menjadikan pemboros adalah saudara setan (QS. al-Isrá [17]: 27).
ﭽ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽﯾ ﯿ ﰀ ﰁ ﰂ ﰃ ﭼ Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar terhadap Tuhan-nya. (QS. al-Isrá [17]: 27). Persamaan dalam kesukuan atau kebangsaan pun mengakibatkan persaudaraan (QS. al-A‟ráf [7]: 65). Ada juga persaudaraan karena persamaan kemakhlukan, seperti Rasulullah menyatakan jin adalah saudara-saudara manusia. Beliau melarang menjadikan tulang sebagai alat beristinjá‟ karena itu adalah makanan saudara-saudara kamu dari jenis jin.5 Menurut Quraish Shihab, interaksi manusia dengan sesamanya harus didasari keyakinan bahwa semua manusia adalah bersaudara, dan bahwa anggota
masyarakat
Muslim
juga
saling
bersaudara.
6
Persaudaraan
mengandung arti persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Karenanya persamaan dalam keturunan mengakibatkan persaudaraan, dan persamaan dalam sifat-sifat juga membuahkan persaudaraan.7 Karena persaudaraan itu mendorong kearah perdamaian, maka Allah menganjurkan agar terus diusahakan di antara saudara seagama seperti perdamaian di antrara saudara seketurunan, supaya mereka tetap mejaga ketaqwaan kepada Allah. Mudah-mudahan mereka mendapat rahmat, ampunan Allah sebagai balasan terhadap usaha-usaha perdamaian dan ketaqwaan mereka. Dari ayat tersebut dapat dipahami perlu adanya kekuatan sebagai pencegah untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai.8
5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbáh: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), Vol. 12, hal. 599 6 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an, (Mizan: Bandung, 1992), hal. 357 7 Muhammad Chirzin, Ukhuwah dan Kerukunan dalam Perspektif Islam, (Aplikasi, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu agama: vol. VIII, No. 1, Juni 2007), hal. 2 8Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta, Widya Cahya, 2012), hal. 407
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
8
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Proses berlangsungnya atau bagaimana diterapkannya ukhuwah ini tentunya tak lepas dari persamaan yang dimiliki antarpihak sebagai faktor penunjang yang secara signifikan membentuk persaudaraan. Semakin banyak persamaan yang ada, baik kesamaan rasa maupun kesamaan cita-cita atau target capaian, maka ukhuwah yang terjalin cenderung menguat. Ukhuwah umumnya melahirkan aksi solidaritas, dapat berupa aksi yang positif dan negatif. Contoh ukhuwah yang melatarbelakangi sebuah aksi positif yakni ketika terjadi banjir misalnya, sebuah kelompok masyarakat yang sebelumnya mungkin berselisih paham atau tidak akur antar anggotanya, dapat timbul ukhuwah saat semuanya menjadi korban banjir. Banjir ini menyatukan perasaan mereka, berupa rasa sama-sama menderita dan sepenanggungan. Kesamaan rasa itulah yang kemudian memunculkan kesadaraan untuk saling membantu. Sedangkan contoh ukhuwah yang berakibat aksi negatif ialah pemberontakan oleh sekelompok orang terhadap pemerintahan, akibat rasa persaudaraan yang timbul sesama mereka karena berbagai motif, seperti landasan atau paham Islam yang melenceng sehingga menimbulkan tindakan pengeboman oleh kalangan teroris. Di dalam Al-Qur‟an, terdapat penjelasan atau petunjuk mengenai pelaksanaan ukhuwah sebagaimana mestinya, sehingga bentuk aksi yang negatif dapat terhindari. Berikut adalah beberapa poin pedoman ukhuwah yang disebutkan dalam kitab suci tersebut: 1. Tetaplah berkompetisi secara sehat dalam melakukan kebajikan, meski berbeda agama, ideologi, maupun status (QS. al-Mâidah [5]: 48). Janganlah berpikir untuk menjadikan manusia tersatukan dalam keseragaman, dengan memaksa orang lain untuk berpendirian seperti kita misalnya, karena Allah menciptakan perbedaan itu sebagai rahmat, untuk menguji siapa di antara umatNya yang memberikan kontribusi terbesar dalam kebaikan. 2. Amanah atau tanggung jawab sebagai khalifah Alah di bumi harus senantiasa
dipelihara,
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
mengingat
manusia
memiliki
keharusan
9
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
menegakkan kebenaran dan keadilan (QS. Shâd [38]: 26) serta menjaga keseimbangan lingkungan alam (QS. ar-Rûm [30]: 41). 3. Kuat pendirian, namun tetap menghargai pendirian orang lain. Lakum dinukum waliyadin (QS 112:4), tidak perlu bertengkar dengan asumsi bahwa kebenaran akan terbuka nanti di hadapan Allah (QS. al-Syûra [42]: 15). 4. Meski terkadang kita berbeda ideologi dan pandangan, tetapi harus berusaha mencari titik temu, kalimatin sawa, tidak bermusuhan, seraya mengakui eksistensi masing-masing (QS. Ali Imrân [3]: 64). 5. Tidak mengapa bekerja sama dengan pihak yang berbeda pendirian, dalam hal kemaslahatan umum, atas dasar saling menghargai eksistensi, berkeadilan dan tidak saling menimbulkan kerugian (QS. al-Mumtahanah [60]: 8). Dalam hal kebutuhan pokok (mengatasi kelaparan, bencana alam, wabah penyakit, dan sebagainya) solidaritas sosial dilaksanakan tanpa memandang agama, etnik, atau identitas lainya (QS. al-Baqarah [2]: 272). 6. Tidak memandang rendah (mengolok-olok) kelompok lain, tidak pula meledek atau membenci mereka (QS. al-Hujurât [49]:11). 7. Jika ada perselisihan diantara kaum beriman, penyelesaian yang akan dirumuskan haruslah merujuk kepada petunjuk Al Qur'an dan Sunnah Nabi (QS. al-Nisâ [4] :59). Al Qur'an menyebut bahwa pada hakekatnya orang mu'min itu bersaudara (seperti saudara sekandung), innamal mu'minuna ikhwah (QS. alHujurât [49]: 10). Hadist Nabi bahkan memisalkan hubungan antara mukmin itu bagaikan hubungan anggota badan dalam satu tubuh dimana jika ada satu yang menderita sakit, maka seluruh anggota badan lainnya solider ikut merasakan sakitnya dengan gejala demam dan tidak bisa tidur misalnya. Nabi juga mengingatkan bahwa hendaknya di antara sesama manusia, tidak ada pikiran negatif (buruk sangka), tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tidak
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
10
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
saling mendengki, tidak saling membenci, tidak saling membelakangi, tetapi kembangkanlah persaudaraan. Meski demikian, persaudaraan dan solidaritasnya harus berpijak kepada kebenaran, bukan mentang-mentang saudara lalu buta terhadap masalah. Al Qur'an mengingatkan kepada orang mu'min, agar tidak tergoda untuk melakukan perbuatan melampaui batas ketika orang lain melakukan hal yang sama kepada mereka. Sesama mukmin diperintakan untuk bekerjasama dalam hal kebajikan dan taqwa dan dilarang bekerjasama dalam membela perbuatan dosa dan permusuhan, ta'âwanû 'alal birri wat taqwâ walâ ta'âwanû 'alal itsmi wal 'udwân. (QS. Al-Maidah [5]:2). Islam adalah agama yang cinta perdamaian, tetapi akhir-akhir ini Islam diidentikan dengan terorisme dan kekerasan. Hal ini menjadi tantangan para ulama di Indonesia menghadapi gerakan terorisme bukan hanya untuk mengembalikan citra Islam yang diidentikkan dengan kekerasan, tapi juga bagaimana mengurangi aksi-aksi kekerasan. Mengingat terorisme adalah dampak dari kekeliruan memahami teks-teks agama disertai konteks kebijakan global negara-negara Barat yang tidak adil, maka program melawan kekerasan itu tidak hanya diarahkan pada pelurusan terhadap paham keagamaan kaum muslim, tetapi juga harus berupaya menciptakan tatanan global yang adil. Genderang perang melawan kekerasan sampai pada titik tertentu menjadikan Islam sebagai pusat perhatian masyarakat international. Hal ini disebabkan oleh kekerasan yang membuat masyarakat dihantui rasa takut dan agama Islam dijadikan pembenar atas aksi-aksi kekerasan. Tentu pandangan ini menyebabkan masyarakat barat menganggap Islam mengajarkan kekerasan dan terorisme. Tentu pandangan masyarakat Barat ini membuat "sakit hati" kaum muslim. Padahal Islam mengajarkan sikap sopan santun dan berbuat baik pada semua orang, kecuali yang memusuhi agama Islam. Mayoritas masyarakat muslim Indonesia ramah, dan santun. Makanya di masa lalu Islam masuk Indonesia dengan jalan yang damai, tidak masuk dengan jalan peperangan seperti di tempat lain di dunia.
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
11
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Maka dari itu sangat lucu jika Islam diidentikkan dengan kekerasan dan terorisme. Apalagi jika hal itu dikaitkan dengan keadaan umat Islam Indonesia yang sangat ramah dan santun. Jelas tuduhan bahwa Islam adalah agama yang keras dan identik dengan terorisme tidak berdasar. Mungkin hanya karena ulah sekelompok oknum tertentu yang menamakan gerakan Islam yang radikal, maka Islam dikatakan teroris. Sungguh kesimpulan yang tidak
berdasar
dan
hanya
sebuah
rekayasa
wacana
yang
sangat
mendiskreditkan Islam itu sendiri. Mestinya kalangan pelaku teror menganggap bahwa jalan kekerasan merupakan pilihan melawan ketidakadilan barat atas kaum muslim, namun menurut Syafii Maarif radikalisme umumnya berakhir dengan malapetaka dan bunuh diri. Sebab, prinsip kearifan dan lapang dada yang diajarkan agama tidak lagi dihiraukan dalam mengatur langkah dan strategi. Sejarah perjuangan Rasul yang pahit dan getir, tapi ditempuh dengan ketabahan, seharusnya menginsafkan umat Islam bahwa cara-cara radikal-emosional akan membawa kita kepada kegagalan dan kesalahan. Faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas maupun sempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan, semakin kokoh pula sebuah persaudaraan. Persamaan dalam cita dan rasa merupakan faktor yang sangat dominan yang menjadikan seorang saudara merasakan derita saudaranya.9 Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman berada bersama jenisnya dan dorongan kebutuhan ekonomi bersama juga menjadi faktor penunjang rasa persaudaraan itu. Islam menekankan hal-hal tersebut dan menganjurkan untuk mencari titik singgung dan titik temu, baik terhadap sesama muslim, maupun terhadap non – muslim.10 Dimensi persaudaraan manusia sangat luas, menembus sekat-sekat keberagaman. Dalam Islam sendiri dikenal beberapa dimensi persaudaraan; 9
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1992), hal. 359 Muhammad Chirzin, Ukhuwah dan Kerukunan dalam Perspektif Islam, (Aplikasi, Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu agama, Juni 2007), vol. VIII, No. 1, hal. 2 10
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
12
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
(1) persaudaraan sesama manusia; ukhuwah insáiyah, (2) persaudaraan nasab dan perkawinan; ukhuwah nasabiyah shihriyah, (3) persaudaraan suku dan bangsa; ukhuwah sya‟biyah wathaniyah, (4) persaudaraan sesama pemeluk agama; ukhuwah díniyah, (5) persaudaraan seiman-seagama; ukhuwah ímániyah. Firman Allah dalam QS. al-Hujurát [49]: 10: Menurut Quraish Shihab ayat dalam QS. al-Hujurát [49]: 10: mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa persatuan dan kesatuan serta hubungan harmonis antar-anggota masyarakat kecil atau besar akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan dan keretakan hubungan mengundang lahirnya bancana buat mereka, yang pada puncaknya dapat melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara sebagaimana dipahami dari kata qitál yang puncaknya adalah peperangan.11 Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia di dunia. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki kelebihan dalam akal dan pikiran. Dengan, manusia bisa membedakan mana yang benar dan salah, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak, serta mana yang menguntungkan dan mana yang merugikan. Namun demikian, kelebihan akal terkadang justru menjadikan manusia sebagai makhluk yang eksploitatif terhadap lainya. Bahkan dengan kemampuan akalnya manusia melakukan pengrusakan secara sistemik terhadap alam dan yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan. Bahkan, manusia dengan kesadaran akalnya juga mengeksploitasi manusia lain untuk memenuhi tuntutan kebutuhan. Sesungguhnya, manusia memiliki tiga tugas utama di dalam kehidupannya. Yaitu yang tersurat dalam konsep hablun minallah, hablum min an-nâs dan hablun minal‟âlam. Manusia harus menjaga melakukan dan
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbáh: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), Vol. 12, hal. 601
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
13
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
menjaga hubungan erat dengan Allah. Hubungan yang tercermin dalam kepatuhan menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya.12 Manusia harus menjaga hubungan baik dengan sesam manusia. Memelihara tali hubungan kemesraan berdasar humanitas adalah bagian terpenting di dalam perjalan hidup manusia. Sebagai delegasi Tuhan di muka bumi, manusia dapat melaksanakan peran yang sangat penting agar hubungan antar manusia tidak didistorsi oleh kepentingan atas nama kelompok, golongan, dan lainya. Mengisi “ruang kosong” humanitas adalah tugas manusia di tengah pergulatan kehidupan yang penuh dengan tarikan-tarikan kepentingan yang sering menggelora. Inti kemanusiaan adalah equalitas, keadilan, kemerdekaan, dan keselamatan yang didasari oleh ajaran agama. Oleh karena itu, agama yang benar selalu menenpatkan humanitas sebagai inti ajarannya. Agama yang dipahami dengan tidak mengedepankan humanitas tentunya bukan menjadi inti dari misi manusia.13 Para ulama memperkenalkan tiga konsep untuk memantapkan persaudaraan menyangkut perbedaan pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Pertama, konsep tanawwu‟ al-„ibadah (keragaman cara beribadah). Konsep ini mengakui adanya keragaman yang diperaktikkan Nabi dalam bidang pengamalan agama, yang
mengantarkan kepada pengakuan akan
kebenaran semua praktik keagamaan. Selama semuanya itu merujuk kepada Rasulullah saw. Kedua, konsep al-mukhthi‟ fi al-ijtihad lahu ajr (yang salah dalam berijtihad dalam menetapkan hukum mendapat pahala). Ini berarti bahwa selama seseorang mengikuti pendapat seorang ulama, dia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberikan ganjaran oleh Allah swt. Walaupun hasil ijtihadnya yang diamalkan keliru. Hanya saja disini perlu dicatat bahwa penentuan yang 12 13
Nur syam, Tantang Multikulturalisme Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hal. 196 Nur syam, Tantang Multikulturalisme Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hal. 196
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
14
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
benar dan salah bukan wewenang makhluk, tetapi wewenang Allah swt. sendiri. Yang baru akan diketahui pada hari kemudian. Sebagaimana pula perlu digarisbawahi, bahwa yang mengemukakan ijtihad maupun orang yang pendapatnya
diikuti,
haruslah
memiliki
otoritas
keilmuan,
yang
disampaikanya setelah melakukan ijtihad setelah mempelajari dengan seksama dalil-dalil keagamaan (al-Qur‟an dan hadits). Ketiga, konsep la hukma lillâh qabla ijtihâdil mujtahid, (Allah belum mentukan hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan oleh seorang mujtahid). Ini berarti bahwa hasil ijtihad itulah yang merupakan hukum Allah bagi masingmasing mujtahid. Walaupun hasil ijtihadnya berbeda-beda. Sama halnya dengan gelas-gelas kosong yang disodorkan oleh tuan rumah dengan berbagai macam minuman yang berbeda-beda. Apa dan berapapun isinya, menjadi pilihan yang benar bagi masing-masing pengisi. Jangan mempermasalahkan seseorang yang mengisi gelasnya dengan kopi, dan kitapun tidak wajar dipermasalahkan jika mengisi setengah air jeruk yang disediakan oleh tuan rumah.14 Hubungan persaudaraan erat kaitannya dengan sikap toleransi, bersaudara berarti saling memahami, mengahrgai dan menyayangi. Islam telah memberikan langkah-langkah solutif untuk mengatasi setiap masalah perbedaan (ikhtilâf) antar sesama. Bahwa jika terdapat ikhtilâf antar dua/beberapa golongan mengenai persoalan agama, baik ushûl ataupun furû„ maka Islam mengajarkan agar masalah tersebut diselesaikan dengan dialog (musyawarah).15 Dengan mendialogkan setiap masalah yang timbul akibat danpak kebinekaragaman yang menjadi sunnatullah, maka akan tercipta harmonisasi hubungan antar sesama manusia. Dengan dialog, setiap ketegangan akan mencair dan langkah-langkah solutif akan didapat. Sebab, seringkali gesekan-
14
M. Quraish Shihab, Wawsan al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 2008) , hal 497 Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam; Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan Ummatnya, (Bandung: Perpustakaan Salman ITB, 1983), hal. 63 15
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
15
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
gesekan yang terjadi, timbul akibat mis-komunikasi, yang kemudian berlanjut menjadi isu negativ dan diakhiri dengan tindakan-tindakan negativ destruktif. Agaknya, situasi yang disebut keragaman, perbedaan, heterogenitas, dan berbagai bentuk idiom yang setara dengannya sudah menjadi keniscayaan dalam tiap sendi kehidupan sosial, sehingga dewasa ini sangat sulit atau bahkan sudah tidak mungkin menemukan sebuah tatanan social yang seragam, homogen, dan setara dalam tiap sisi kehidupanya. Heterogenitas tersebut memasuki ruang-ruang kehidupan manusia dengan berbagai bentuk variasi, pola, dan karakternya masing-masing sehingga menampilkan sebagai wujud berbeda sesuai dengan konteks situasi perbedaan tersebut. Kebudayaan yang dihasilkan manusia adalah salah satu tema perbedaan yang dapat dilihat dan dicermati variasi bentuknya.
3. Toleransi; Memupuk Kebersamaan dalam Pluralitas Agama
Dalam Pembahasan ini akan dibahas tentang bagaimana pandangan Islam atau al-Qur‟an tentang sikap toleransi, khususnya terhadap pemeluk agama lain. Pembahasan ini dipandang memiliki urgensi yang sangat penting, karena toleransi menjadi salah satu kunci terciptanya relasi yang harmonis, dinamis dan menyejukan, dimana Islam sendiri memiliki perhatian yang besar terhadap nilai-nilai humanitas. Di lain sisi, identitas agama menjadi sumber kohesi. Sentimen agama bisa memperparah konflik di masyarakat yang sedang berlangsung. Walau secara kuantitas jumlahnya kecil, identitas agama bisa menjadi sumber ketegangan sosial, bahkan kekerasan masih terjadi diberbagai tempat. Agama seringkali juga menjadi komoditas dalam hal politik terutama saat pilkada berlangsung. Kemudian, yang menjadi korban dari kebijakan-kebijakan setelahnya adalah kelompok minoritas. Terutama terkait dengan Perda syariah maupun ijin pendirian tempat ibadah.
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
16
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Hal yang yang tidak kalah pentingnya adalah literasi tentang demografi agama dengan harapan dapat menumbuhkan kesadaran tentang kenyataan diversitas agama masyarakat Indonesia. Sehingga mempermudah dalam membangun sikap dan karakter toleransi. Secara etimologi, toleransi berasal dari kata tolerance, yang berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasámuh, yang berarti saling mengizinkan, saling memudahkan.16 Dalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran tentang konsep tersebut. Pertama, penafsiran negativ yang menyatakan bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain, baik yang berbeda maupun yang sama. Kedua, penafsiran positif yang menyatakan bahwa toleransi tidak hanya sekedar seperti pertama tetapi menuntut adanya bantuan dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain.17 Pada umumnya toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarkat.18
A). Toleransi Islam dalam Perspektif Sejarah. Dalam konteks beragama, Islam secara tegas melarang untuk melakukan pemaksaan terhadap orang lain agar memeluk agama Islam. Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 256: 16
Said Aqil al-Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press, 2009), hal.
13 17
Maskuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta: Buku Komas, 2001), hal. 13 18 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragamna dalam Islam sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama, (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), hal. 22
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
17
Modul Pendidikan Agama Islam
ﰇ ﰈﰉ ﰊ ﰋ ﰌ ﰍ ﭼ
Teknik Mesin
ﰁ ﰂﰃ ﰄ ﰅ ﰆ
ﭽﯿ ﰀ
ﰎ ﰏ ﰐ ﰑ ﰒ ﰓ ﰔ ﰕﰖ ﰗ ﰘ ﰙ
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 256) Dalam ayat ini dinyatakan secara gamblang bahwa tidak ada paksaan dalam menganut agama; Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai, karena itu tidak ada paksaan dalam menganut akidah Islam. Konsideran yang dijelaskan ayat tersebut adalah karena telah jelas jalan yang lurus. 19 Hal ini tidak dimaksudkan sebagai perintah untuk mengakui kebenaran anutan akidah dan paham mereka, tetapi lebih kepada mempersilahkan mereka untuk menganut apa yang mereka yakini. 20 Sebuah sikap menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan yang dianut oleh kelompok lain. Sehingga sikap toleransi semacam ini akan mampu menghadirkan suasana yang nyaman dan kondusif dalam menjalankan syari‟at masing-masing. Asbâb an-nuzŭl ayat ini, sebagai mana dinukil oleh Ibnu Katsîr yang bersumber dari sahabat Ibnu „Abbâs, bahwa terdapat laki-laki Ansar dari Bani Sâlim bin „Aŭf yang dikenal dengan nama Husain mempunyai dua anak laki-laki yang beragama Nasrani. Sedang Ia sendiri seorang muslim. Beliau berkata kepada Rasulullah; Apakah saya harus memaksa keduanya (untuk masuk Islam)?, kemudian turunlah ayat tersebut untuk meresponnya. 21
19
Departemen Agama RI, Hubungan Antar Umat Beragama ;Tafsir Al-Qur‟an Tematik, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2008), Cet. 1, hal. 27 20 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbáh: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), Vol. 15, hal. 685 21 Ali as-Shâbûnî, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsîr, (t.t: t.p, t.th), Jilid 1, hal. 232
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
18
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Menurut Quraish Shihab, mengapa harus ada paksaan padahal Allah tidak membutuhkan sesuatu; mengapa ada paksaan, padahal sekiranya Allah menghendaki , niscaya manusia akan dijadikannya satu umat saja. (QS. al-Máidah [5]: 48). Menurut beliau; yang dimaksud tidak “ada paksaan” dalam menganut agama dalam ayat tersebut adalah menganut akidahnya. Allah menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Agama-Nya dinamai Islam yang bermakna damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak damai, sehingga tidak ada paksaan dalam menganut keyakinan agama Islam. 22 Komunitas masyarakat Madinah sebelum dan menjelang Nabi Muhammad saw. diutus mayotitas adalah kaum kafir musyrik. Mereka bersikap oposisi terhadap dakwah Rasulullah, bahkan terkadang sikap mereka sudah melampaui batas, terhadap kelompok mereka ini tidak ada toleransi. Apakah memang tidak ada catatan sejarah yang menggambarkan hubungan harmonis antara umat Islam pada saat itu dengan kelompok lain? Ternyata ada, bahkan ketika Nabi hijrah ke Madinah toleransi tersebut tergambar sangat jelas. Demikian juga pada masa-masa Khulafâ ar-râsyidîn. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas potret toleransi dalam sejarah Islam klasik. a. Imam al-Bukhârî meriwayatkan sebuah hadis yang bersumber dari Ummul Mu‟minîn, „Aisyah, yang menggambarkan peristiwa turunya wahyu pertama. Bahwa setelah menerima wahyu pertama QS. Al„Alaq ayat 1-5 di Gua Hira, Nabi diajak oleh Khadijah untuk menemui pendeta Waraqah bin Naufal yang tak lain saudara sepupu Khadijah. Waraqah digambarkan sebagai seorang pendeta pemeluk agama Nasrani yang amat memahami ajaran agamanya, dan menulis kitab injil dalam bahasa Ibrani. Mendengar apa yang dialami Nabi di Gua Hira, Waraqah berkata; “Itu adalah Namŭs yang juga telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa. Alangkah beruntungnya apabila aku masih hidup dan masih kuat ketika kamu diusir oleh kaummu”. 22
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbáh: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), Vol. 1, hal. 668
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
19
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Mendengar ungkapan tersebut Nabi terkejut dan bertanya; “Apakah mereka akan mengusirku?”, Waraqah menjelaskan; “Ya, tidak seorangpun yang mendadapat tugas seperti kamu kecuali dimusuhi oleh kaumnya. Sekiranya saya masih hidup saya akan membela kamu semampuku”. Demikian ungkap Waraqah yang ternyata tidak lama kemudian meninggal dunia.23 Dari riwayat di atas kita mendapat kesan betapa seorang tokoh Nasrani telah bersikap amat simpati terhadap dakwah Rasulullah. Bahkan ada sementara ahli yang melihat dari perspektif bahwa khadijah istri Nabi, berasal dari penganut Nasrani yang masuk Islam. Hal ini dimungkinkan apabila dilihat dari kepercayaan anggota keluarga seperti Waraqah sebagaimana disinggung di atas.24 Kisah ini juga memberikan penegasan bahwa agama tidak menjadi penghalang seseorang untuk berinteraksi, baik mengenai urusan agama, lebih-lebih urusan sosial budaya dan sebagainya, justru bisa menjadi wahana untuk saling menguatkan. b. Kisah hijrahnya 16 orang sahabat ke Habsyah pada tahun kelima kenabian, 615 M. dimana saat itu suasana kota Makah tidak kondusif. Nabi memerintahkan kepada 16 sahabat tersebut untuk hijrah, seraya berargumen; “Di sana ada seorang penguasa yang tidak pernah berbuat zalim kepada siapa pun”. Setelah dua bulan tinggal disana, dan suasana makah belum juga kondusif, maka Rasulullah memerintah lagi 83 laki-laki dan 11 perempuan untuk berhijrah lagi ke Habsyah. Mereka mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sangat baik dari penguasa Najasyi. 25 Peristiwa sejarah ini dapat dipetik hikmah bahwa kaum muslimin dapat hidup berdampingan dengan mayoritas Nasrani dan 23
Al-Bukharî, Sahîh al-Bukharî, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th), jilid 1, hal. 4 Hubungan Antar Umat Beragama ;Tafsir Al-Qur‟an Tematik, (Departemen Agama RI, Cet. 1, 2008), hal. 59 25 Muhammad Rida, Muhammad Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam, (Beirut: Dar alKutub al-Ilmiyah, t.th), hal. 108 24
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
20
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
bahkan mereka diperlakukan dengan baik, meskipun berstatus pendatang.
Catatan
pentingnya
adalah
bahwa
masing-masing
kelompok tersebut, umat muslim dan kaum Nasrani tetap dalam aqidah mereka masing-masing tanpa ada pemaksaaan terhadap kelompok lain.26 Atas dasar toleransi kehidupan yang berbeda kelompok tersebut berhasil meciptakan suasana kehidupan harmonis dan dinamis. c. Sikap toleransi Rasulullah saw. terhadap kelompok Yahudi. Agama Yahudi sudah ada sejak lama sebelum datang agama Islam. Para sejarawan menyimpulkan bahwa komunitas Yahudi yang ada di jazirah Arab atau lebih khusus di Yatsrib terdiri dari dua kelompok yaitu; keturuan Yahudi asli, mereka di sana sebagai pendatang; dan Yahudi keturunan Arab yaitu orang Arab yang menganut agama Yahudi. Setelah orang-orang Yahudi ini datang ke Yasrib hadir pula dua suku Arab yang merupakan migrant dari Yaman yaitu Aus dan Khazraj terjadi sekitar tahun 300 M.27 Di antara potret hubungan antara Nabi dengan orang-orang Yahudi ini yang untuk diapresiasi di antaranya: Pada tahun 7 H. Nabi menikahi Sháfiyah binti Huyai putri dari salah seorang kepala suku Yahudi Bani Quraidhan yang bernama Huyai bin Akhtab. Sháfiyah masuk Islam dan bahkan kemudian mendapat gelar ummul-mu‟minin, namun orang tuanya masih tetap Yahudi, bahkan sampai meninggal belum masuk Islam. Mungkin bagi sementara umat Islam informasi ini cukup mengejutkan bahwa Rasulullah memiliki seorang mertua Yahudi. Yang perlu mendapat perhatian adalah ternyata Nabi tidak memaksa mertuanya
untuk masuk Islam. Dapat dibayangkan betapa
toleran sikap Nabi yang tetap dapat menjalin hubungan kekeluargaan
26 27
Departemen Agama RI, Hubungan Antar Umat Beragama ;.... Cet. 1, hal. 60 Departemen Agama RI: Hubungan Antar Umat Beragama ;....,Cet. 1, hal. 62
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
21
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
melalui perkawinan meskipun keluarga besar sang istri masih tetap memeluk agama Yahudi.28 Inilah bagian kecil dari sejarah panjang tentang pragmen toleransi Nabi dengan kelompok, paham dan agama lain. Yang menjadi kunci sukses dakwah Rasul dalam rangka menjalin dan menjalin relasi tetap harmonis, tanpa terhalang oleh agama, ras, suku dan sebaginya. Sikap toleran dalam beragama tidak perlu dibentuk dengan menyatakan bahwa semua agama sama karena kenyataannya masing-masing agama memang berbeda. Anak didik harus disadarkan bahwa suatu agama berbeda dengan agama lain serta diajari bagaimana memilih agama secara benar dan bertanggung jawab. Setiap penganut agama harus dididik setia dan yakin sepenuhnya akan kebenaran dan keunggulan agama yang dianutnya. Anak-anak harus dididik untuk mencintai dan menegakkan agama yang dianutnya dengan ikhlas dan penuh kesungguhan. Ia harus selalu konsisten untuk tunduk pada agamanya serta menjalani hidup sesuai dengan agama yang dianutnya. Hanya saja, perlu diingat bahwa menjadi penganut agama yang baik tidak mesti bertentangan dengan sikap toleran. Sikap militan dan fanatik dalam membela agama yang dianut sama sekali tidak mengharuskan hilangnya sikap toleran. Hal itu tak ubahnya bagaikan seorang suami yang baik. Ia mesti berpandangan bahwa istrinya adalah wanita paling cantik yang memberikan kepuasan kepadanya. Tidaklah baik bila ia menyatakan istrinya sama saja dengan wanita-wanita lain. Semakin baik penilaian suami terhadap istrinya dan semakin ia puas dengan istrinya, niscaya stabilitas sosial akan semakin mantap. Untuk bersikap toleran, seseorang hanya dituntut kesediaannya untuk menghargai dan menghormati pilihan orang lain terhadap sesuatu yang dianggapnya benar, tanpa mereduksi keyakinan dan pilihannya terhadap agamanya sendiri. Bukanlah toleransi lagi namanya jika seorang penganut agama dituntut bersikap dan berprilaku seperti penganut agama lain. Apalagi, 28
Departemen Agama RI, Hubungan Antar Umat Beragama ;.... cet. 1, hal. 53
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
22
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
bila ia disuruh mengikuti dan mengamalkan ajaran agama lain demi toleransi. Dalam toleransi, setiap penganut suatu agama harus tetap konsisten dengan agamanya sendiri. Bahkan, dalam Islam, bersikap baik terhadap penganut agama yang lain merupakan salah satu indikator dari kesempurnaan keberislaman seseorang. Toleransi harus ditanamkan dengan pengertian yang benar dan kesadaran yang penuh, bukan dengan pengelabuan, paksaan, dan intimidasi. Dalam konteks ini, al-Quran mengajarkan bahwa dalam beragama tidak boleh ada pemaksaan (lâ ikrâha fi al-dȋn). Agama harus dilandasi syahadat, pengakuan yang tulus atas dasar pemahaman yang benar. Di samping itu, Islam juga mendorong umatnya untuk selalu berbuat baik terhadap orang lain tanpa melihat perbedaan agama atau keyakinan. Tidak ada satu ayat al-Quran atau Sunnah Nabi pun yang mengajarkan untuk membenci dan mencela orang lain yang tidak seagama. Dari segi agama, penyerangan dan intimidasi terhadap orang-orang yang tidak seiman adalah dosa. Keinginan untuk menyebarkan paham atau agama sendiri kepada orang lain harus dilakukan dengan penuh kasih sayang dan sikap terbuka, bukan dengan marah, kebencian, intimidasi atau berbagai umpan yang menggiurkan. Kesuksesan dakwah Nabi Muhammad justru ditentukan oleh sikap beliau yang sangat toleran terhadap mereka yang belum beriman. Islam sendiri datang sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Perintah perang dalam Islam adalah untuk menciptakan kedamaian, yaitu ketika pihak lain melanggar hak-hak seorang Muslim, bukan sebagai cara untuk mengislamkan orang lain. Dalam toleransi, diperlukan saling menghargai dan menghormati paham dan pandangan masing-masing. Betapapun kita yakin akan kekeliruan dan kesalahan paham atau agama seseorang, tidak ada hak kita untuk membenci dan memarahinya. Tidak ada hak seseorang untuk menghukum orang lain atas kekeliruan paham dan kesalahan agamanya. Tugas seorang „alim, dalam Islam, hanyalah menyampaikan dan mengingatkan selama peringatan masih berguna
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
23
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
bagi yang bersangkutan. Jika tidak, maka berlaku ayat lakum dȋnukum waliyadȋn.
C. SOAL UJI KOMPETENSI 1.
Apa yang anda ketahui tentang konsepsi “Islam Rahmatan Lil „Alamien”, ?
2. Bagaimana pandangan Barat (non muslim) tentang konsepsi “Islam Rahmatan Lil „Alamien”, ? 3. Jelaskan secara singkat tentang urgensi toleransi antar umat beragama! 4. Apakah menurut pandangan Anda, umat muslim di Indonesia sudah toleran? 5. Menurut pandangan anda, hal apa saja yang harus dikembangkan di Indoensia terkait dengan toleransi?
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Maskuri. Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, Jakarta: Buku Komas, 2001 Aqil al-Munawar, Said. Fikih Hubungan Antar Agama, Jakarta: Ciputat Press, 2009 Arkoun, Muhammad, Islam Kontemporer, Menuju Dialog antar Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Ghazali, Muqsith. Argumen Pluralisme Agama, Membangun Toleransi Berbasis AlQur‟an, Depok: KataKita, 2009 Hakim, Lukman. Perlawanan Islam Kultural; Relasi Asosiatif Pertumbuhan Civil Society dan Doktrin Aswaja, Surabaya: Eureka, 2003 Hasyim, Syafiq, dkk. Islam dan Multikulturalisme, Jakarta: ICIP, 2008 Hasyim, Umar. Toleransi dan Kemerdekaan Beragamna dalam Islam sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama, Surabaya: Bina Ilmu, 197 Imarah, Muhammad. Islam dan Pluralitas; Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan, Jakarta: Gema Insani, 1999 Kementerian Agama RI. Tafsis al-Qur‟an Tematik: al-Qur‟an dan Kebinekaan, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2011 Molan, Bakamin, et al., Multikulturalisme : Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, Jakarta: 2011 Muhammad, Arif. Agama dan Konflik Sosial, Bandung: Marja, 2013
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
24
Modul Pendidikan Agama Islam
Teknik Mesin
Shihab, Alwi. Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung: Mizan, 1999 Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur‟an, Tafsir Maudhu‟i Atas Perbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1997 Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur‟an dan Dinamika Kehidupan masyarakat, Ciputat, Lentera Hati, 2006 Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur‟an, Ciputat: Lentera Hati, 2012 Membumikan al-Qur‟an; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan, Ciputat: Lentera Hati, 2011 Sobary, Muhammad. Merombak Primordialisme dalam Agama, dalam spritualitas Agama dan Aspirasi Rakyat, Yogyakarta: Institut Dian, 1994 Syam, Nur, Tantangan Multikulturalisme Indonesia, Dari Radikalisme Menuju Kebangsaan,Yogyakarta: Kanisius, 2010 Husein Muhammad, www.as-salafiyyah.com/2011/02/islam-agama-rahmat.html
S1 Teknik Mesin Universitas Pamulang
25