LALU LINTAS RENCANA ESAL 4. Jumlah nilai lalulintas rencana ESAL selanjutnya dikali dengan faktor distribusi arah dan lajur. 5. Nilai DD biasanya ditentukan sebesar 0,5 (50%) pada kebanyakan jalan. 6. Pembuktian telah menunjukan bahwa DD dapat bervariasi dari 0,3 sampai 0,7 tergantung pada arah yang “terisi beban” dan yang “tidak terisi beban”. 7. Sedangkan DL ditentukan berdasarkan jumlah lajur seperti ditunjukan pada Tabel 6.
LALU LINTAS RENCANA ESAL Tabel 6. Distribusi kendaraan berdasarkan jumlah lajur
LALU LINTAS RENCANA ESAL 8. Faktor distribusi arah ditetapkan sebesar 0,5 dan faktor distribusi lajur sebesar 1 untuk mendapatkan lalulintas rencana kumulatif (w18). 9. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
dengan: DD= faktor distribusi berdasarkan arah DL = faktor distribusi berdasarkan jumlah lajur = nilai kumulatif prediksi ESAL
RELIABILITAS 1. Reliabilitas adalah nilai probabilitas dari kemungkinan tingkat pelayanan yang dipandang dari sudut pemakai jalan. 2. Dapat juga diartikan sebagai cara menggabungkan beberapa tingkat kepastian pada proses perencanaan untuk memastikan bahwa berbagai alternatif rencana akan bertahan pada periode analisa. 3. Tingkat reliabilitas yang disarankan untuk berbagai klasifikasi jalan sesuai dengan fungsinya ditunjukan pada Tabel 7.
RELIABILITAS Tabel 7. Tingkat reliabilitas berdasarkan fungsi jalan
RELIABILITAS 4. Tingkat reliabilitas berdasar pada nilai rencana ESAL dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai rencana ESAL
RELIABILITAS 5. Korelasi antara nilai deviasi standar normal (Z R) dan reliabilitas (R) ditunjukan pada Tabel 9. Tabel 9. Deviasi standar normal (ZR) yang mewakili tingkat reliabilitas (R)
RELIABILITAS 6. Berdasarkan Tabel 7 untuk jalan kolektor pada daerah rural, maka nilai reliabilitas berkisar antara 75 – 95 %. 7. Dengan pendekatan nilai rencana ESAL antara 898.726,2 sesuai Tabel 8 nilai reliabilitas dapat ditetapkan sebesar 85 %. 8. Untuk nilai reliabilitas 85% sesuai pada Tabel 9 maka nilai ZR sebesar -1,037.
MODULUS RESILIENT TANAH DASAR 1. Karakteristik mutu tanah dasar pada perencanaan perkerasan lentur ditentukan oleh nilai resilient modulus (MR). 2. Resilient Modulus adalah nilai hubungan dinamis antara tegangan dan regangan yang mempunyai karakteristik nonlinear. 3. Dari hasil perhitungan kumulatif 90 % sebelumnya, didapat nilai CBR rencana sebesar 3,25%.
MODULUS RESILIENT TANAH DASAR 4. Heukelom and Klomp (1962) korelasi antara nilai CBR Corps of Engineer dan nilai resilient modulus (MR) dihitung seperti berikut: ()=1500× ()=1500×3,25 = 4875
dengan: MR= resilient modulus CBR = california bearing ratio
STRUCTURAL NUMBER RENCANA 1. SN yang sebelumnya digunakan untuk menentukan faktor ESAL (LEF) dimasukan pada persamaan dasar AASHTO untuk menentukan SN rencana. 2. Apabila tidak memenuhi, maka nilai SN ditentukan ulang dari SN yang digunakan untuk menentukan faktor ESAL (LEF).
STRUCTURAL NUMBER RENCANA 3. Pembuktian nilai SN memenuhi persamaan dasar AASHTO dengan memasukan nilai dan asumsi yang telah ditentukan sebelumnya adalah sebagai berikut:
STRUCTURAL NUMBER RENCANA dengan: w18= perkiraan nilai kumulatif ekivalen beban kendaraan dari aplikasi ESAL (Equivalent Single Axle Load ) Z R= deviasi normal yang mewakili nilai relialibilitas (R) S0= gabungan kesalahan baku dari perkiraan beban lalulintas dan kinerja suatu perkerasan jalan SN = Structural number , Nilai korelasi total suatu tebal perkerasan yang dibutuhkan ΔPSI = selisih antara indeks pelayanan awal dan akhir MR = resilient modulus (psi) Nilai SN 3,65181 memenuhi persamaan dasar AASHTO , maka nilai tersebut dapat digunakan sebagai nilai SN rencana.
TEBAL LAPIS PERKERASAN 1. Menurut AASHTO 1993 nilai tebal minimum setiap lapis perkerasan ditunjukan Tabel 10. Tabel 10. Tebal minimum lapis perkerasan
TEBAL LAPIS PERKERASAN 2. Material yang digunakan oleh setiap lapisan antara lain adalah sebagai berikut: a. Lapis permukaan menggunakan aspal beton (AC) 2000 MPa dengan tebal minimum 3” sesuai Tabel 10 (Volume lalulintas ESAL 898726,2) dan koefisien kekuatan relatif 0,4 menurut Siegfried & Rosyidi (2007). b. Fondasi atas menggunakan bahan butiran (granular) dengan CBR 70% (modulus sekitar 27500 psi) dengan tebal minimum 6” sesuai Tabel 10 (Volume lalulintas ESAL 898726,2) dan ditetapkan memiliki nilai koefisien drainasi (m2) 1,0 serta koefisien kekuatan relatif (a2) sebesar 0,13 seperti ditunjukan pada plot nomogram pada Gambar 2.
TEBAL LAPIS PERKERASAN
Gambar 2. Hasil plot nomogram kekuatan relatif bahan butiran untuk fondasi atas (a2)
TEBAL LAPIS PERKERASAN c. Fondasi bawah menggunakan bahan butiran (granular) dengan CBR 70% (modulus sekitar 18500 psi) dan ditetapkan memiliki nilai koefisien drainasi (m3) 1,0 serta koefisien kekuatan relatif (a3) sebesar 0,13 seperti ditunjukan pada plot nomogram pada Gambar 3.
TEBAL LAPIS PERKERASAN
Gambar 3. Hasil plot nomogram kekuatan relatif dengan bahan butiran untuk fondasi bawah (a 3)
TEBAL LAPIS PERKERASAN 3. Tebal lapis perkerasan ditetapkan sebesar 4,330709” (11 cm), fondasi atas 7,874016” (20 cm) dan fondasi bawah dihitung seperti berikut: =1+2+3 =11+222+333 3,65181=(0,4×4,330709)+(0,13×7,874016×1)+(0,13 ×3×1)
TEBAL LAPIS PERKERASAN dengan: SN = Structural number, Nilai korelasi total suatu tebal perkerasan yang dibutuhkan ai = koefisien kekuatan relatif lapis ke-i Di = tebal lapis ke-i (inch) mi = koefisien drainasi lapis ke-i Besarnya nilai D3 minimum adalah 6,891573” atau 17,5046 cm, maka digunakan D3 sebesar 18 cm atau 7,086614” kemudian SN perkerasan dihitung kembali seperti berikut:
TEBAL LAPIS PERKERASAN =11+222+333 SN=(0,4×4,330709)+(0,13×7,874016×1)+(0,13×7,086614×1)
=1,732283+1,023622+0,92126=3,677165
Tebal masing – masing lapis perkerasan dapat diterima karena SN perkerasan lebih besar dari SN rencana. Tebal masing – masing lapisan perkerasan yaitu:
TEBAL LAPIS PERKERASAN a. Lapis permukaan menggunakan bahan aspal beton (AC) 2000 MPa dengan tebal 11 cm (4,330709”) dan koefisien kekuatan relatif 0,4. b. Fondasi atas menggunakan bahan butiran (granular) dengan CBR 70 % (modulus sekitar 27500 psi) dengan tebal 20 cm (7,874016”) dan memiliki nilai koefisien drainase (m 2) 1,0 serta koefisien kekuatan relatif (a 2) sebesar 0,13.
TEBAL LAPIS PERKERASAN c. Fondasi bawah menggunakan bahan butiran (granular) dengan CBR 70% (modulus sekitar 18500 psi) dengan tebal 18 cm (7,086614”) dan memiliki nilai koefisien drainase (m 2) 1,0 serta koefisien kekuatan relatif (a 2) sebesar 0,13. Gambar susunan tebal masing – masing lapisan perkerasan dengan menggunakan metode AASHTO dapat dilihat pada Gambar 4.
TEBAL LAPIS PERKERASAN
Gambar 4 Susunan tebal lapis perkerasan dengan metode AASHTO
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN
FAKTOR EKIVALEN BEBAN