Studi Kelayakan (feasibility study) adalah suatu penelitian, akan tetapi
penelitian belum tentu merupakan studi kelayakan. Studi kelayakan
(feasibility study) adalah suatu penelitian yang ditujukan atau dimaksudkan
untuk meneliti apakah suatu usulan proyek/kegiatan bersifat feasible
(layak) atau tidak. Data yang dicari, kualitatif maupun kuantitatif
diarahkan untuk mendukung ataupun tidak atau lebih tepat yang diperlukan
bagi berdirinya suatu proyek/gagasan, input proyek/gagasan, proses
proyek/gagasan itu sendiri serta untuk perkembangan atau perluasan
proyek/gagasan.
Data yang diperlukan adalah data mengenai kuantitas dan kualitas bahan
baku sebagai input, iklim dan lingkungan usaha dan social yang mendukung,
tenaga kerja, supply sumber daya, pengangkutan peralatan dan pengangkutan
untuk pemasaran, serta luas pasar yang tersedia, disamping potensi
proyek/gagasan apabila ditinjau dari aspek keuangan.
A. PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY)
Menurut Sutrisno (1982;75) Studi Keyakan (Feasibility study) adalah suatu
studi atau pengkajian apakah suatu usulan proyek/gagasan usaha apabila
dilaksanakan dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan tujuannya atau
tidak. Objek atau subjeck maters studi kelayakan adalah usulan
proyek/gagasan usaha. Usulan proyek/gagasan usaha tersebut dikaji,
diteliti, dan diselidiki dari berbagai aspek tertentu apakah memenuhi
persyaratan untuk dapat berkembang atau tidak. Dalam studi kelayakan yang
distudi (diteliti) misalnya aspek pemasaran, aspek tehnik, aspek proses
termasuk input, out put dan pemasaran, aspek komersial, aspek yuridis,
aspek social budaya, aspek paedagogis dan aspek ekonomi.
Sementara itu, Yacob Ibrahim (1998;1) mengemukakan bahwa Studi Kelayakan
(feasibility study) adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang
dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha /proyek dan
merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah
menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha /proyek yang direncanakan.
Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan
usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik
dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya
suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu
menggambarkan dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari segi
penilaian yang dilakukan.
Dari kedua pendapat tentang pengertian Studi Kelayakan diatas dapatlah
disimpulkan bahwa studi kelayakan adalah kegiatan menganalisa, mengkaji dan
menelilti berbagai aspek tertentu suatu gagasan usaha/proyek yang akan
dilaksanakan atau telah dilaksanakan, sehingga memberi gambaran layak
(feasible-go) atau tidak layak (no feasible-no go) suatu gagasan
usaha/proyek apabila ditinjau dari manfaat yang dihasilkan (benefit) dari
proyek/gagasan usaha tersebut baik dari susut financial benefit maupun
social benefit (Iwan Mardi; 2003).
B. TAHAPAN STUDI KELAYAKAN
Tujuan setiap studi kelayakan adalah mengadakan penilaian terhadap
suatu gagasan usaha/proyek. Penilaian tersebut kemudian dianalisan dan
dievaluasi atau dibandingkan dengan yang baik atau dengan yang ideal
termasuk dibandingkan dengan tujuan yang hendak dicapai, persyaratan yang
bai serta standar yang seharusnya.
Sutrisno (1982;75) menyatakan, dalam melakukan analisa studi
kealayakan terbagi atas beberapa tahap yaitu :
1. Tahap Persiapan
Tahap ini adalah tahap untuk menentukan apakah studi kelayakan untuk
suatu atau beberapa usulan proyek perlu diadakan atau tidak. Pada tahap
ini merupakan bahagian dari desain penelitian (Research Design) yang
meliputi seluruh proses perencanaan dan pelaksanaan studi penelitian.
2. Tahap Penelitian
Tahap penelitian adalah tahap bekerja dilapangan untuk pengumpulan data
baik kuantitatif maupun kualitatif.
3. Tahap Tabulasi dan Penyusunan Data
Tahap ini sesungguhnya tidak memerlukan tersendiri melainkan dapat
dilakukan segera setelah penelitian dimulai. Sesudah mendapatkan data,
data dikukmpulkan dan dikelompokan menjadi dua yaitu data primer dan data
skunder. Data-data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi atau disusun
berdasarkan sistematika atau tujuan penelitian.
4. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
Sesudah semua data terkumpul dan ditabulasi, data-data tersebut diolah
dan dianalisa kemudian disusun kedalam sebuah laporan. Berhasilnya suatu
penelitian dan juga studi kelayakan terutama ditentukan pada kualitas
laporan yang dibuat.
5. Tahap Evaluasi Proyek/Gagasan usaha
Tahap ini adalah membandingkan data-data yang telah terkumpul dengan
persyaratan-persyaratan bagi berdiri dan berkembangnya proyek/gagasan
usaha yang diusulkan. Evaluasi ini merupakan tehnis penghitungan untuk
membandingkan data yang terkumpul dengan criteria yang digunakan.
Inti dari tahapan tersebut adalah segala macam aspek yang relevan
dengan studi kelayakan dianalisa dengan membandingkan antara persyaratan
atau standar yang ideal dengan data yang terkumpul, dipaparkan
permasalahannya dan dikemukakan saran-saran untuk pemecahannya.
C. SISTEMATIKA STUDI KELAYAKAN
Tugas Studi Kelayakan dalam arti luas meliputi penilaian terhadap
aspek komersial, aspek ekonomis dan aspek manajemen. Aspek komersial
memperhitungkan seluruh penerimaan uang serta perkiraan penerimaan
penjualan output yang dihasilkan, baik output utama dan output tambahannya
dibandingkan dengan seluruh pengeluaran uang atau yang dinyatakan dengan
uang oleh proyek yang bersangkutan. Aspek financial memperhitungkan sumber
apakah yang dapat dipergunakan untuk membiayai proyek/gagasan usaha yang
diusulkan dan bagaimana pengembaliannya apabila menggunakan kredit atau
modal asing (Sutrisno, 1982;111).
Yacob Ibrahim dalam bukunya yang berjudul Studi Kelayakan Bisnis
(1998) menguraikan bahwa untuk menyusun studi kelayakan dilakukan penilaian
dari beberapa aspek antara lain aspek marketing (pemasaran), aspek teknis
produksi, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek keuangan (1998;3).
Pendapat Yacob Ibrahim senda dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Siswanto Sutojo (2000;8) bahwa sanya focus utama studi kelayakan terpusat
pada empat (4) macam aspek, yaitu :
1. Pasar dan pemasaran barang dan jasa yang akan dihasilkan proyek/gagasan
usaha.
2. Produksi, tekhnis dan teknologis
3. Manajemen dan Sumber daya manusia
4. Keuangan dan ekonomi.
Dari kedua pendapat diatas dapat digeneralisasikan bahwasanya dalam
menyusun sebuah studi kelayakan harus meliputi sekurang-kurangnya aspek-
aspek sebagai berikut :
1. Aspek pasar dan pemasaran
2. Aspek tehnis dan tekhnologis
3. Aspek organisasi dan manajemen
4. Aspek ekonomi dan keuangan
Keempat aspek penelitian studi kelayakan diatas mempunyai bobot yang
sama. Kesimpulan dan kelayakan proyek/gagasan usaha yang direncanakan harus
didasarkan pada integrasi hasil temuan semua aspek. Kalau penelitian aspek
pemasaran ditempatkan pada urutan pertama pada kegiatan studi kelayakan,
hal itu disebabkan karena tanpa kepastian jumlah permintaan dipasar yang
cukup guna menyerap barang atau jasa yang akan dihasilkan proyek/gagasan
usaha tidak ada gunanya meneliti kelayakan investasi lebih lanjut. Oleh
karena itu, penelitian aspek demi aspek tersebut diatas akan diuraikan
secara rinci dan mendalam.
Berdasarkan Mathematic of Finance, perhitungan bunga dan nilai uang dapat
dilakukan dengan menggunakan perhitungan Simple Interest (Bunga Biasa),
Compound Interest (Bunga Majemuk) dan Annuty (Anuitas/cicilan). Dilihat
dari sifatnya, Annuity dapat digolongkan atas 2 bagian yaitu : Simple
Annuity dan Complex Annuity. Simple Annuity apabila dilihat dari tanggal
pembayaran dari sebuah Annuity atau anuitas dapat dibagi atas Ordinary
Annuity, Annuity Due dan Deferred Annuity. Sementara itu apabila ditinjau
dari tanggal pembayaran pada Complex Annuity, dapat dibagi atas ; Complex
Ordinary Annuity, Complex Annuity Due dan Complex Diferred Annuity.
1. Simple Interest
- Untuk Menghitung Bunga (B) :
B = P. i. n atau B = S – P
- Untuk Menghitung Besarnya Modal / Principal (P) :
atau P = S – B
- Untuk menghitung tingkat bunga / Interest (i) :
- Untuk Menghitung jangka waktu (n) :
- Untuk Menghitung Jumlah Pengembalian (S) :
S = P + B atau S = P + (P.i.n)
2. Compound Interest (Bunga Majememuk)
Bunga majemuk adalah bunga yang terus menjadi modal apabila tidak diambil
pada waktunya. Perhitungan bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan
interval tertentu. Seperti setiap bulan (12/12), setiap kuartal (12/4),
setiap 6 bulan atau semester (12/6) atau setiap tahun (12/1).
Apabila tingkat bunga setahun sebesar 12% dan interval bunga majemuk
selama 1 bulan, maka tingkat bunga setiap interval adalah sebesar 12%/12
kali = 1%, atau jika intervalnya selama 1 kuartal (empat bulanan) maka
bunga setiap interval adalah sebesar 12%/3 kali = 4%, atau apabila
intervalnya selama 1 semester (enam bulanan), maka bunga setiap interval
adalah sebesar 12%/2 kali = 6%. Begitu pula halnya apabila intervalnya
selama 1 tahun, maka bunga setiap interval adalah sebesar 12%/1 kali = 12%.
Dengan demikian, perhitungan bunga ini dapat dilakukan dengan membagikan
jumlah bunga 1 tahun dengan berapa kali terjadinya interval selama 1 tahun.
Formula-formula yang digunakan :
- Untuk mengetahui jumlah pembayaran (S) :
S = P (1+i)n
- Untuk menghitung besarnya modal (P) :
P = S (1+i)-n atau
- Untuk menghitung besarnya tingkat bunga (i) :
- Untuk menghitung jangka waktu (n) :
- Untuk menghitung tingkat bunga efektif (f) :
F = (1+i/m)m
Dimana : F = Effektif Rate (tingkat bunga efektif)
m = Frekuensi bunga majemuk dalam 1 (satu) tahun.
Catatan :
- Nilai (1+i)n adalah Compounding Factor, yaitu suatu bilangan yang
dipergunakan untuk menilai nilai uang dimasa yang akan datang (future
value).
- Nilai (1+i)-n adalah Discount Factor (df), yaitu suatu bilangan yang
dipergunakan untuk menilai uang dalam bentuk present value (nilai
sekarang).
Besar kecilnya jumlah uang dimasa yang akan datang (future value) maupun
jumlah uang pada saat ini tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga (i)
dan jangka waktu yang digunakan (n).
3. Annuity (Anuitas / Cicilan)
Annuity adalah suatu rangkaian pembayaran yang dilakukan dalam jumlah
yang sama besar pada setiap interval pembayaran. Besar kecilnya jumlah
pembayaran pada setiap interval tergantung pada jumlah pinjaman, jangka
waktu dan tingkat bunga. Tingkat bunga pada setiap interval tergantung pada
interval bunga majemuk yang dilakukan, bisa terjadi pada setiap bulan,
setiap kuartal, setiap 6 bulanan, maupun setiap tahun.
Dilihat dari bentuknya, annuity ini dapat digolongkan atas 2 bagian,
yaitu :
1. Simple Annuity
2. Complex Annuity
A. Simple Annuity.
Simple annuity adalah anuitas yang mempunyai interval yang sama antara
waktu pembayaran dengan waktu dibunga majemukan. Apabila ditinjau dari
tanggal pembayarannya, Simple Annuity terbagi atas 3 bagian yaitu :
1. Ordinary Annuity
2. Annuity Due
3. Deferred Annuity
a. Ordinary Annuity
Ordinary Annuity adalah sebuah anuitas yang diperhitungkan pada setiap
akhir interval, seperti akhir bulan, akhir kuartal, akhir semester maupun
akhir setiap tahun.
Formulasi perhitungan yang dipergunakan :
- Untuk menghitung nilai sekarang (present value) yang identik dengan
nilai awal dari penanaman
modal (An) :
- Untuk menghitung Annuity /anuitas (cicilan) dari setiap present value
( R ) :
- Untuk menghitung jumlah penerimaan (future amount) pada akhir periode
pinjaman (Sn) :
- Untuk menghitung besarnya tingkat bunga (i) :
Apabila present value (An) yang diketahui :
Apabila jumlah penerimaan (Sn) yang diketahui :
- Untuk menentukan jangka waktu (n) :
Apabila present value (An) yang diketahui :
Apabila jumlah penerimaan (Sn) yang diketahui :
b. Annuity Due
Annuity Due adalah anuitas yang pembayarannya dilakukan pada setiap awal
interval. Awal interval pertama merupakan perhitungan bunga yang pertama
dan awal interval kedua merupakan perhitungan bunga yang kedua, dan
seterusnya. Formula yang dipergunakan pada Annuity Due tidak jauh berbeda
dengan formula yang dipergunakan pada ordinary annuity. namun dalam Annuity
Due ditambahkan satu Compounding Factor (1+i), baik untuk present value
maupun future value.
Pertambahan satu compounding factor ini adalah sebagai akibat pembayaran
yang dilakukan pada awal setiap interval, dengan demikian nilai yang
dihitung dengan menggunakan Annuity Due lebih besar apabila dibanding
dengan Ordinary Annuity.
Formula yang dipergunakan :
- Untuk menghitung nilai sekarang (present value) dari sebuah Annuity
Due (Anad) :
atau :
atau :
- Untuk menghitung Annuity /anuitas (cicilan) dari setiap present value
( Rad ) :
Jika Present value diketahui :
Jika Future Value diketahui :
- Untuk menghitung jumlah penerimaan (future amount) dalam Annuity Due
(Snad) :
atau :
atau :
- Untuk menentukan jangka waktu (n) :
Apabila present value (An) yang diketahui :
Apabila jumlah penerimaan (Sn) yang diketahui :
c. Deferred Annuity
Deferred Annuity adalah suatu series anuitas yang diakukan pada setiap
akhir interval. Perbedaanya dengan Ordinary Annuity terletak dalam hal
penanaman modal. Dimana dalam perhitungan Deferred Annuity ada masa
tenggang waktu (grace periode) yang tidak diperhitungkan bunga.
Formula yang dipergunakan :
- Untuk menghitung nilai Present Value (Anda) :
Dimana : t = tenggang waktu yang tidak dihitung bunga.
- Untuk menghitung Jumlah penerimaan (future value) dari sebuah annuity
(Snda) :
- Untuk menghitung anuitas /cicilan (Rad) pada Deferred Annuity :
Jika nilai present value diketahui :
Jika nilai future value diketahui :
B. Complex Annuity (anuitas kompleks)
Anuitas kompleks adalah merupakan sebuah rentetan pembayaran dari sebuah
pinjaman dengan jumlah yang sama pada setiap interval. Perbedaan antara
anuitas kompleks dengan anuitas biasa terletak pada sistim perhitungan
bunga majemuk pada setiap interval pembayaran. Didalam anuitas biasa,
perhitungan bunga majemuk dengan interval pembayaran mempunyai interval
yang sama, sedangkan dalam anuitas kompleks antara pembayaran dengan
interval bunga majemuk mempunyai interval yang berbeda.
Apabila interval pembayaran dilakukan pada setiap bulan, mungkin dibunga
majemukan pada setiap kuartal atau sebaliknya apabila interval pembayaran
dilakukan setiap kuartal, perhitungan bunga majemuk dilakukan setiap
bulan, demikian untuk interval-interval lainnya.
Ditinjau dari tanggal pembayaran, Complex Annuity atau anuitas kompleks
terbagi atas 3 bagian, yaitu :
1. Complex Ordinary Annuity
2. Complex Annuity due
3. Complex Deferred Annuity
a. Complex Ordinary Annuity
Complex Ordinary Annuity adalah pembayaran anuitas yang dilakukan pada
akhir setiap interval, dimana besar kecilnya anuitas tergantung pada besar
kecilnya pinjaman (Principal), tingkat bunga, jangka waktu dan frekuensi
bunga majemuk dalam 1 tahun.
Formula yang dipergunakan :
- Untuk menghitung Present value dari Complex Ordinary Annuity (Anc) :
atau :
dimana : c = Perbandingan antara frekuensi bunga majemuk dalam 1
tahun dengan frekuensi pembayaran dalam 1 tahun
r = tingkat bunga pada setiap pembayaran.
- Untuk menghitung cicilan perbulan berupa akumulasi biaya dan pricipal
:
dimana : B = Cicilan per periode pembayaran
- Untuk menghitung jumlah penerimaan (Snc) :
atau :
dimana : r = Tingkat bunga pada setiap pembayaran
1 + r = (1+I)n
r = (1+r)n – 1
b. Complex Annuity Due
Complex Annuity due adalah pembayaran yang dilakukan pada setiap awal
interval. Perbedaanya dengan Simple Annuity Due terletak pada Interval
bunga, dimana dalam Complex Annuity Due frekuensi bunga majemuk tidak sama
dengan frekuensi pembayaran didalam 1 tahun. Oleh karena itu, dalam
perhitungan nilai present value maupun future value harus dikaitkan dengan
discount factor sebagai kompensasi.
Formula yang digunakan :
- Untuk menghitung present value (Anc) :
- Untuk menghitung future value (Snc) :
c. Complex Deferred Annuity
Complex Deferred Annuity adalah pembayaran anuitas yang dilakukan pada
setiap akhir interval, seperti akhir bulan, akhir kuartal, akhir semester
maupun akhir tahun. Perbedaan anuitas ini dengan anuitas kompleks
sebelumnya terletak pada tenggang waktu (grace periode) yang tidak
diperhitungkan bunga.
Formula perhitungannya :
- Untuk menghitung present value (Anc(ad)) :
- Untuk menghitung future value /jumlah penerimaan (Snc (ad))
- Untuk menghitung Anuitas / cicilan (Rc (ad)) :
Tugas :
1. Tuan Amir meminjam uang kepada Koperasi Fakultas Ekonomi sejumlah Rp.
18.000.000,- dengan tingkat bunga sebesar 6 % pertahun. Berapakah jumlah
bunga yang harus dibayar Tuan Amir apabila jangka waktu yang diberikan
selama 5 tahun 10 bulan 20 hari. Dan berapakah jumlah penerimaan Koperasi
Fakultas Ekonomi setelah pinjaman Tuan Amir tersebut jatuh tempo ?
2. Jika diketahui Nyonya Asih meminjam uang sebesar Rp. 10.000.000,- dan
jumlah yang harus dibayarkan nyonya asih (future value) sebesar Rp.
16.288.946,27,- selama 5 tahun dan dimajemukan setiap 6 bulan. Berapakah
besarnya tingkat bunga setahun ?
3. Bank BPD menetapkan tingkat bunga pinjaman sebesar 21 % pertahun dan
dimajemukan setiap kuartal (empat bulanan). Bank BRI juga menetapkan
bunga pinjaman sebesar 21 % pertahun dan dimajemukan setiap semester
(enam bulanan). Bank manakah yang akan anda pilih untuk melakukan kredit
(pinjaman)? Selesaikan dengan menghitung effektif rate-nya.
4. UD. Benara berencana akan meningkatkan usahanya yang bergerak dibidang
penggilingan kopi. Untuk mengembangkan usaha tersebut membutuhkan dana
sebesar Rp. 200.000.000,-. Dimana untuk membiayai pengembangan usaha
tersebut sebanyak 70 % berasal dari kas UD.Benara dan sisanya sebesar 30
% diharapkan dapat diperoleh dari kredit bank dengan tingkat bunga
sebesar 18% pertahun untuk jangka waktu selama 10 tahun. Berapa besar
nilai cicilan/anuitas jika interval pinjaman dihitung setiap satu tahun
pada setiap akhir interval? Susunlah jadwal pelunasannya.
Pendahuluan
Investasi adalah pengeluaran sektor perusahaan untuk membeli atau
memperoleh barang-barang modal yang baru, yang lebih modern atau untuk
menggantikan barang-barang modal lama yang sudah tidak digunakan lagi atau
sudah usang.
Deprisiasi / penyusutan adalah salah satu kebijakan dalam pengadaan
dana untuk pengantian asset baru. Cara untuk melakukan deprisiasi /
penyesutan pada umumnya dapat dilakukan dengan 4 metode antara lain :
Metode Penyusutan secara rata-rata terdiri dari :
- Metode Garis lurus
- Metode yang didasarkan pada jumlah produksi
- Metode yang didasarkan pada jumlah jam kerja mesin
Metode Bunga Majemuk terdiri dari :
- Metode Anuitas (Anuity)
- Metode Penyisihan dana (Sinking Fund Methode)
Metode Penurunan terdiri dari :
- Metode jumlah angka tahunan (Sum of year digit methode)
- Metode Persentase ( tetap dan rata-rata)
Metode Gabungan
Pemilihan salah satu dari metode diatas adalah sangat tergantung
kepada penyusun studi kelayakan bisnis dan jenis asset serta keinginan dari
pimpinan proyek.
Penetapan penyusutan ini dimaksudkan untuk mrmprthitungkan dana pengganti
dari asset yang dianggap tidak ekonomis lagi, disamping itu dana penyusutan
juga dapat dianggap sebagai laba dalam perhitungan rugi laba karena dana
yang disisihkan sebenarnya merupakan penerimaan usaha yang dapat digunakan
untuk berbagai kepentingan.
A. Metode Rata – rata
Metode penyusutan rata – rata adalah salah satu cara yang dilakukan dalam
penyusutan asset dengan cara rata – rata
1. Metode Garis Lurus ( Straight Line Methode)
Jumlah Penyusutan tahunan :
Dimana : P = Jumlah Penyusutan Per tahun
B = Harga beli asset ( original cost )
S = Nilai Sisa (Sraft Value)
n = Umur ekonomis asset
Contoh soal :
Sebuah perusahaan membeli bus dengan harga Rp. 80.000.000,- , bus ini
dapat beroperasi secara ekonomis selama 5 tahun dan pada akhir tahun
kelima, masih dapat dijual dengan harga Rp. 25.000.000,- ( Scraft
value). Maka jumlah penyusutan yang harus dilakukan pada setiap akhir
tahun selama 5 tahun dan jadwal penyusutannya adalah :
P = Rp. 11.000.000,-
Jadwal penyusutan dengan menggunakan Metode Garis Lurus
"Akhir "Penyusutan Tahunan "Jumlah "Nilai Buku "
"Tahun "(Rp) "Penyusutan "(Rp) "
"(Rp) " "(Rp) " "
"0 "- "- "80.000.000 "
"1 "11.000.000 "11.000.000 "69.000.000 "
"2 "11.000.000 "22.000.000 "58.000.000 "
"3 "11.000.000 "33.000.000 "47.000.000 "
"4 "11.000.000 "44.000.000 "36.000.000 "
"5 "11.000.000 "55.000.000 "25.000.000 "
2. Metode Jam Kerja Mesin
Jumlah Penyusutan Per jam (J) =
Dimana j = Jumlah jam kerja ekonomis.
Contoh soal :
Harga beli sebuah mesin Rp. 10.000.000,- dan diperkirakan Scrap value
(nilai sisa) sebesar Rp. 2.000.000,- . mesin ini secara tehnis dapat
bekerja secara efektif selama 80.000 jam dengan usia ekonomis selama 5
tahun.
Maka jumlah penyusutan tahunan berdasarkan pada jam kerja mesin dan
jadwal penyusutannya adalah :
Untuk menyusun jadwal penyusutan tahunan hendaknya diketahui dan
disesuaikan dengan rencana produksi yang direncanakan setiap tahun
dalam kasus ini rencana produksi tahunan adalah sebagai berikut :
Jadwal Penyusutan dengan menggunakan Metode Jam Kerja Mesin
"Akhir "Penyusutan Tahunan "Jumlah "Nilai Buku "
"Tahun "(Rp) "Penyusutan "(Rp) "
"(Rp) " "(Rp) " "
"0 "- "- "10.000.000 "
"1 "800.000 "800.000 "9.200.000 "
"2 "1.200.000 "2.000.000 "8.000.000 "
"3 "1.600.000 "3.600.000 "6.400.000 "
"4 "2.000.000 "5.600.000 "4.400.000 "
"5 "2.400.000 "8.000.000 "2.000.000 "
3. Metode Berdasarkan Jumlah Produk (Product Unit Methode)
Besar kecilnya jumlah penyusutan pada setiap tahun tergantung pada
jumlah produk yang diproduksi setiap tahun. Jumlah produksi setiap
pada tahun tergantung pada permintaan pasar serta jenis barang yang
dihasilkan.
Untuk mengetahui jumlah penyusutan per unit produk dapat dipergunakan
formula sebagai berikut :
Dimana : U = Jumlah unit selama umur ekonomis mesin
Contoh soal
Perusahaan Kilang Kopi membeli sebuah mesin dengan harga Rp.
10.000.000,-. Mesin ini mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan
kapasitas produksi/ jumlah unit produksi selama umur ekonomis mesin
sebanyak 100.000 unit. Pada akhir tahun ke 5 mesin ini masih memiliki
nilai sisa (scrap value) Rp. 2.000.000,-, maka jumlah penyusutan per
unit produk dan jadwal penyusutannya adalah ….
Diketahui : B = 10.000.000,- S = 2.000.000,-
N = 5 tahun U = 100.000 unit
Untuk menentukan / menyusun jadwal penyusutan tahunan terhadap mesin yang
dibeli tersebut, harus disusun rencana produksi tahunan terlebih dahulu.
Dalam kasus ini rencana produksi adalah sebagai berikut :
Tahun I 25.000 unit = 25.000 x 80 = Rp. 2.000.000,-
Tahun II 25.000 unit = 25.000 x 80 = Rp. 2.000.000,-
Tahun III 20.000 unit = 20.000 x 80 = Rp. 1.600.000,-
Tahun IV 15.000 unit = 15.000 x 80 = Rp. 1.200.000,-
Tahun V 15.000 unit = 15.000 x 80 = Rp. 1.200.000,-
Jumlah 100.000 unit Rp. 8.000.000,-
Jadwal penyusutan dengan menggunakan Metode Jumlah Produk
"Akhir "Penyusutan Tahunan "Jumlah "Nilai Buku "
"Tahun "(Rp) "Penyusutan "(Rp) "
"(Rp) " "(Rp) " "
"0 "- "- "10.000.000 "
"1 "2.000.000 "2.000.000 "8.000.000 "
"2 "2.000.000 "4.000.000 "6.000.000 "
"3 "1.600.000 "5.600.000 "3.400.000 "
"4 "1.200.000 "6.800.000 "2.200.000 "
"5 "1.200.000 "8.000.000 "1.000.000 "
B. Metode Bunga Majemuk ( Product Unit Methode)
Metode ini memperhitungka penyusutan berdasarkan tingkat bunga yang
berlaku pada masyarakat atau Opportunity Cost of Capital (OCC).
1. Metode Anuitas (Anuity)
Metode ini identik dengan perhitungan annuity yang didasarkan nilai
asset atau original cost sebagai present value. Dalam metode ini juga
mempersiapkan dana cadangan sebesar OCC dari nilai asset setiap tahun
sebagai akibat kenaikan inflasi maupun perubahan tekhnologi.
"Nilai asset yang disusut : "Perhitungan penyusutan "
"An = B – P "per tahun : "
"Dimana An = Nilai asset yang " "
"mengalami penyusutan " "
" "R = Jumlah Penyusutan per "
" "tahun "
" Present value dari scrap " "
"value " "
"P = S ( 1 + i ) –n " "
"Dimana P = Present Value " "
Contoh soal :
Harga beli sebuah mesin Rp. 50.000.000,- dengan scap value
diperkirakan sebesar Rp. 10.000.000,- dan umur ekonomis asset selama 5
tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar 18 % pertahun.
Maka besar penyusutan yang harus diperhitungkan serta jadwal
penyusutannya adalah sebagai berikut :
Diketahui :
B = Rp. 50.000.000,- S = Rp. 10.000.000-
n = 5 tahun i = 18 %
maka present value asset tersebut adalah :
P = S ( 1 + i ) –n
P = 10.000.000 ( 1 + 0,18 ) –5
P = 10.000.000 (0.43710922)
P = 4.371.092
Nilai asset yang disusut :
An = B – P
An = 50.000.000 – 4.371.092
An = Rp. 45.628.908
Penyusutan per tahun :
R = 45.628.908 . (0.31977784)
R = Rp. 14.591.114,-
Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat disusun jadwal penyusutan
berdasarkan metode Anuitas
Jadwal Penyusutan Berdasarkan Metode Anuitas
"(1) "(2) "(3) "(4) "(5) "(6) "
"Tahun "penyusutan "Bunga 18 %"Penyusutan "Jumlah "Nilai Sisa"
" "per – tahun "(6) x "bersih "Penyusutan "(6) – (4) "
" "(Rp) "(18%) "(2) – (3) "(4) +(5) " "
"0 "- "- "- "- "50.000.000"
"1 "14.591.114 "9.000.000 "5.591.114 "5.591.114 "44.408.886"
"2 "14.591.114 "7.993.599 "6.597.515 "12.188.629 "37811.371 "
"3 "14.591.114 "6.806.047 "7.785.067 "19.973.696 "30.026404 "
"4 "14.591.114 "5.404.735 "9.186.378 "29.160.074 "20.839.925"
"5 "14.591.114 "3.751.188 "10.839.926 "40.000.000 "10.000.000"
"72.955.570 "32.955.570"40.000.000 " "
2. Metode Penyisihan Dana (sinking Fund Methode)
Penyusutan ini dilakukan dengan melalui deposito yang ada pada lembaga
keuangan (bank) setiap akhir tahun. Besar kecilnya deposito yang
dilakukan tergantung pada besar kecilnya asset, tingkat bunga dan umur
ekonomis asset tersebut.
Perhitungan penyusutan pada akhir tahun =
Sn = B – S
Dimana Sn : Future value
Contoh Soal :
Harga beli sebuah mesin Rp. 50.000.000,- dengan scap value
diperkirakan sebesar Rp. 10.000.000,- dan umur ekonomis asset selama 5
tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar 18 % pertahun.
Maka besar penyusutan yang harus diperhitungkan serta jadwal
penyusutannya adalah sebagai berikut :
Diketahui :
B = Rp. 50.000.000,- S = Rp. 10.000.000-
n = 5 tahun i = 18 %
Sn = B – S = 50.000.000 – 10.000.000
Sn = 40.000.000
R = Rp. 5.591.113,-
Berdasarkan perhitungan Jumlah penyusutan pada setiap akhir tahun (R)
dapat disusun jadwal penyusutan dengan mengunakan metode penyisihan
dana
Jadwal Penyusutan Dengan Menggunakan Metode Penyisihan Dana
"(1) "(2) "(3) "(4) "(5) "(6) "
"Tahun "penyusutan "Bunga 18 %"Penyusutan "Jumlah "Nilai Sisa"
" "per – tahun "(5) x (18 "bersih "Deposito "(6) – (4) "
" "( Rp ) "%) "(2) + (3) "(4) +(5) " "
"0 "- "- "- "- "50.000.000"
"1 "5.591.113 "- "5.591.114 "5.591.114 "44.408.886"
"2 "5.591.113 "1.006.400 "6.597.515 "12.188.629"37811.371 "
"3 "5.591.113 "2.193.954 "7.785.067 "19.973.696"30.026404 "
"4 "5.591.113 "3.595.267 "9.186.378 "29.160.074"20.839.925"
"5 "5.591.113 "5.248.814 "10.839.926 "40.000.000"10.000.000"
"27.955.564 "12.044.436"40.000.000 " "
C. Metode Penurunan
Metode penurunan adalah jumlah penyusutan yang dilakukan setiap tahun
pada asset yang mengalami penurunan dari tahun ketahun sesuai dengan
keadaan asset yang makin lama makin tua.
1. Metode Jumlah Angka Tahunan
Jumlah dana penyusutan yang harus dikeluarkan pada setiap tahun
didasarkan pada jumlah angka tahunan dari umur ekonomis asset.
Nilai asset yang disusut = ( B – S )
Jumlah angka tahunan = n ke 1 + …..+……+ ….+ n… = ……
Contoh soal :
Sebuah asset mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun, dengan harga beli
(original cost) asset sebesar Rp. 10.000.000,- dan scrap value
diperkirakan Rp. 2.000.000,- maka besarnya jumlah penyusutan pada
setiap tahun dihitung sebagai berikut :
Nilai asset yang disusut :
( B – S ) = 10.000.000 – 2.000.000 = 8.000.000
jumlah angka tahunan :
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Maka penyusutan setiap tahun adalah :
- Tahun I = 5/15 x Rp. 8.000.000,- = Rp. 2.666.667,-
- Tahun II = 4/15 x Rp. 8.000.000,- = Rp. 2.133.333,-
- Tahun III = 3/15 x Rp. 8.000.000,- = Rp. 1.600.000,-
- Tahun IV = 2/15 x Rp. 8.000.000,- = Rp. 1.066.667,-
- Tahun V = 1/15 x Rp. 8.000.000,- = Rp. 533.333,-
Rp. 8.000.000,-
Jadwal Penyusutan Atas Dasar Angka Tahunan
"Tahun "Penyusutan Tahunan "Jumlah Penyusutan "Nilai Asset "
"0 "- "- "10.000.000 "
"1 "2.666.667 "2.666.667 "8.333.333 "
"2 "2.133.333 "4.800.000 "5.200.000 "
"3 "1.600.000 "6.400.000 "3.600.000 "
"4 "1.066.667 "7.466.667 "2.533.333 "
"5 "533.333 "8.000.000 "2.000.000 "
2. Metode Persentase
a. Metode Penyusutan Persentase rata – rata
Penerapan metode ini adalah melalui hasil pembagian dari nilai
asset yang dinilai masih dalam keadaan baru (100%) dengan umur
ekonomis asset.
Contoh soal :
Harga beli asset sebesar Rp. 10.000.000,- dengan umur ekonomis
selama 5 tahun. Untuk memprediksikan pembelian asset yang baru
dimasa yang aka datang tentu saja mengalalami peningkatan harga
yang lebih mahal akibat inflasi dan perubahan tekhnologi, maka
persentase penyusutan rata – rata ditingkatkan dengan cara
kelipatan dua. Berapa jumlah penyusutan setiap tahun dan buat
jadwal penyusutannya.
Besarnya penyusutan tahunan adalah ( 100 % / n)
100% 5 tahun = 20 %
persentase penyusutan rata – rata : ( 100 % / n ) . 2 = 40 %
- Tahun I = 40 % x Rp. 10.000.000,- = Rp.
4.000.000,-
Rp. 10.000.000 – Rp. 4.000.000 = Rp.
6.000.000,-
- Tahun II = 40% x Rp. 6.000.000,- = Rp.
2.400.000,-
Rp. 6.000.000 – Rp. 2.400.000 = Rp.
3.600.000,-
- Tahun III = 40 % x Rp. 3.600.000,- = Rp.
1.440.000,-
Rp. 3.600.000 – Rp. 1.440.000 = Rp.
2.160.000,-
- Tahun IV = 40 % x Rp. 2.160.000,- = Rp.
864.000,-
Rp. 2.160.000 – Rp. 864.000 = Rp.
1.296.000,-
- Tahun V = 40 % x Rp. 1.296.000,- = Rp.
518.000,-
Rp. 1.296.000 x Rp. 518.000 = Rp.
778.000,-
Jadwal Penyusutan dengan Menggunakan Metode Persentase Rata - rata
"Tahun "Penyusutan Tahunan "Jumlah Penyusutan "Nilai Asset "
"0 "- "- "10.000.000 "
"1 "4.000.000 "4.000.000 "6.000.000 "
"2 "2.400.000 "6.400.000 "3.600.000 "
"3 "1.440.000 "7.840.000 "2.160.000 "
"4 "864.000 "8.704.000 "1.296.000 "
"5 "518.000 "9.222.000 "778.000 "
b. Metode Penyusutan Persentase Tetap
Untuk menghitung dasar penyusutan dari asset :
dimana : r = Dasar penyusutan dari asset
S = Nilai sisa
n = Jumlah masa usia ekonomis dari asset.
B = Harga beli asset
Contoh soal :
Harga beli asset sebesar Rp. 10.000.000, dengan nilai sisa Rp.
2.000.000,- dengan umur ekonomis selama 5 tahun. Maka besarnya
persentase penyusutan :
r = 1 – (0,2)1/5
r = 1 – (0,72477966)
r = 0,27522034 = 27,522034 %
Untuk menghitung jumlah penyusutan tahunan :
- Tahun I = Rp. 10.000.000,-x 27,522034 % = Rp.
2.752.203,-
Rp. 10.000.000 – Rp. 2.752.203 = Rp.
7.247.796,-
- Tahun II = Rp. 7.247.796,-x 27,522034 % = Rp.
1.994.741,-
Rp. 7.247.796 – Rp. 1.994.741 = Rp.
5.253.055,-
- Tahun III = Rp. 5.253.055,-x 27,522034 % = Rp.
1.445.748,-
Rp. 5.253.055 – Rp. 1.445.748 = Rp.
3.807.307,-
- Tahun IV = Rp. 3.807.307,-x 27,522034 % = Rp.
1.047.848,-
Rp. 3.807.307– Rp. 1.047.848,- = Rp.
2.759.459,-
- Tahun V = Rp. 2.759.459,-x 27,522034 % = Rp.
759.459,-
Rp. 2.759.459 - Rp. 759.459 = Rp.
2.000.000,-
Jadwal Penyusutan Berdasarkan Metode Persentase Tetap
"Tahun "Penyusutan Tahunan "Jumlah Penyusutan "Nilai Asset "
"0 "- "- "10.000.000 "
"1 "2.752.203 "2.752.203 "7.247.787 "
"2 "1.994.741 "4.746.994 "5.253.058 "
"3 "1.445.748 "6.192.692 "3.807.308 "
"4 "1.047.848 "7.240.540 "2.759.460 "
"5 "759.459 "8.000.000 "2.000.000 "
D. Metode Penyusutan Gabungan
Metode ini biasanya dipergunakan apabila asset yang disusut lebih dari
satu, mempunyai umur ekonomis yang berbeda dan harga beli serta scrap
value yang berbeda pula,
Jumlah penyusutan dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan
penyusutan tetap adalah :
Jumlah penyusutan yang dilakukan setiap tahun :
P x ( Harga beli seluruh asset yang mempunyai umur ekonomis yang
berbeda
Lamanya waktu untuk melakukan penyusutan :
Jumlah penyusutan seluruh asset
Jumlah Penyusutan Yang Dilakukan Setiap Tahun
Contoh soal :
Sebuah perusahaan mempunyai 3 buah mesin, mesin I harga belinya Rp.
10.000.000,- mesin II Rp. 7.000.000,- dan mesin III harga belinya Rp.
5.000.000,-. Umur ekonomis mesin I, II dan III masing – masing 5 tahun, 4
tahun dan 10 tahun. Scrap value dari ketigamesin tersebut diduga Rp.
2.000.000,-, Rp. 1.000.000,-, dan mesin ketiga Rp. 400.000,- uraian
tentang ketiga mesin tersebut dapat dijelaskan melalui table berikut :
Harga Beli, Umur Ekonomis dan Nilai sisa dari 3 Mesin
"Mesin "Harga Beli "Scrap Value"Jumlah "Umur Mesin"Penyusutan "
" "(Rp) "(Rp) "Penyusutan "(Rp) "Tahunan "
" " " "(Rp) " "(Rp) "
"I "10.000.000 "2.000.000 "8.000.000 "5 "1.600.000 "
"II "7.000.000 "1.000.000 "6.000.000 "4 "1.500.000 "
"III "5.000.000 "400.000 "4.600.000 "10 "460.00 "
"Jumlah "22.000.000 "3.400.000 "18.600.0000"19 "3.560.000 "
Jumlah penyusutan dalam satu tahun yang dihitung berdasarkan penyusutan
tetap adalah :
P = 0,161818181 = 16,81 %
Jumlah penyusutan yang dilakukan setiap tahun :
16,81 % x Rp. 22.000.000,- = Rp. 3.600.000,-
Lamanya waktu untuk melakukan penyusutan dihitung sebagai berikut :
Untuk menentukan umur asset secara rata-rata dari sekolompok asset, juga
dapat diselesaikan dengan menggunakan Sinking Fund Method. Dengan
menggunakan metode ini, kita asumsikan tingkat bunga efektif
diperhitungkan sebesar 18 % pertahun.
Mesin I (
= 6.000.000 (0,1397777837) = Rp. 1.118.223,-
Mesin II (
= 6.000.000 (0,191738667) = Rp. 1.150.432,-
Mesin III (
= 4.000.000 (0,04251464) = Rp. 195.567,-
Jumlah Deposito per tahun = Rp. 2.464.222,-
Untuk menentukan umur asset secara rata-rata dari sekelompok asset yang
berbeda dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut :
Diketahui : R = 2.464.222,- Sn = 18.600.000,-
i = 18%, n = ?
Untuk menentukan umur asset rata-rata dapat dilihat pada appendix (table
keuangan ) dengan nilai 7,548021241 pada tingkat bunga 18% dimana n
= 5 nilainya 7,15421 dan pada n = 6 nilainya 9,44196777. Dengan demikian
umur asset rata-rata adalah lebih besar dari 5 tahun dan lebih kecil dari
6 tahun, atau (5
Kegiatan dalam menyusun Studi Kelayakan Bisnis adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan perkiraan, penafsiran dan peramalan tentang bermacam-
macam peluang serta kemungkinan yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Metode pengukuran dan alat proyeksi yang digunakan pada umumnya menggunakan
peralatan statistik seperti Trend, Regresi, korelasi, koefesien
determinasi, dan berbagai teori probabilitas yang disesuaikan dengan
keadaan dan masalah yang dihadapi.
1. Trend.
Trend adalah peralatan statistik yang dapat digunakan untuk memperkirakan
keadaan dimasa yang akan datang berdasarkan data pada masa lalu. Kejadian
pada masa yang akan datang biasanya tidak jauh berbeda dengan kejadian masa
lalu., hanya saja dalam hal ini perlu penyesuaian berbagai Independent
variable, seperti sikap konsumen, pendapatan, konsumsi dan berbagai
independent variable lainnya. Kita juga menyadari tidak semua peristiwa
dimasa yang terjadi dimasa yang lampau terjadi secara tepat pada masa yang
akan datang, tetapi beberapa ketentuan dan pola-pola tertentu tidak jauh
berbeda dengan masa lalu.oleh karena itu, penyusunan SKB banyak menggunakan
trend sebagai alat proyeksi untuk memperkirakan tentang permintaan dan
penawaran (supply) dari berbagai kegiatan dimasa yang akan datang.
Bentuk trend terdiri dari trend linear dan trend non linear. Metode trend
linear pada umumnya terdiri dari least square methode, freehand methode,
semi average methode dan moving average methode. Dalam hal ini akan hanya
membahas trend linear pada metode least square methode.
a. Trend Linear.
Persamaan trend dengan menggunakan metode Least Square dijabarkan dengan
persamaan sebagai berikut :
Yc = a + b (x)
Dimana :
Yc = nilai yang diperkirakan
a,b = nilai konstanta dan coefecient dalam sebuah persamaan trend
x = serangkaian tahun yang diperhitungkan
Contoh kasus :
Berikut ini disajikan data perkembangan jumlah Penduduk Kabupaten Aceh
Tengah pada Tahun 1994 s/d 2001. (dalam satuan jiwa)
"NO "TAHUN "JUMLAH "
" " "( Y ) "
"1 "2001 "148.421 "
"2 "2002 "149.983 "
"3 "2003 "156.848 "
"4 "2004 "159.426 "
"5 "2005 "164.402 "
"6 "2006 "170.766 "
"7 "2007 "180.299 "
" " "
Sumber : Aceh Tengah Dalam Angka (2009)
Ditanya :
Berapakah perkiraan jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tengah pada
tahun–tahun tersebut dan penyimpangannya antara data proyeksi dengan data
sebenarnya. Serta hitunglah berapa perkiraan jumlah Penduduk Kabupaten
Aceh Tengah pada tahun 2008, 2009 dan 2010?
Penyelesaian :
Tabel Jumlah Penduduk Aceh Tengah dan Penyimpangan Antara data Proyeksi
dengan data sebenarnya.
"NO "TAHUN "JUMLAH "X "X2 "XY "Yc "Penyimpangan "
" " " " " " " "Proyeksi "
" " "( Y ) " " " " "Tinggi "
"Rata - Rata Penyimpangan "2,163.45"1,572.3"
" " "7 "
Sumber : Data Diolah (2010)
Perhitungan Konstanta a dan b :
Maka persamaan trend : Yc = a + b (x)
Yc = 161.449 + 5.170 (x)
Yc 2008 = 161.449 + 5.170 (4) = 182.128
Yc 2009 = 161.449 + 5.170 (5) = 187.298
Yc 2010 = 161.449 + 5.170 (6) = 192.468
b. Trend Non Linear
Tend non linear adalah trend yang mempunyai persamaan berbentuk fungsi
kuadrat dengan bentuk grafik seperti parabola. Apabila perkembangan data
pada mulanya mengalami perkembangan yang relative besar dan pada suatu
masa laju pertubuhan rata – rata pertahun bertambah lama semakin kecil,
baik sebagai akibat factor jenuhnya kegiatan maupun disebabkan factor-
faktor lainnya, maka perkiraan laju pertumbuhan pada masa yang akan
datang penggunaan trend non linear akan memberikan hasil yang lebih
representative daripada penggunaan trend linear. Demikian pula
sebaliknya, apabila data masalalu mengalami penurunan pada awalnya dan
kemudian pada suatu masa mengalami perkembangan secara drastis, keadaan
ini apabila diproyeksikan dengan menggunakan trend non linear hasilnya
juga lebih baik daripada penggunaan trend linear.
Yc = a + bx + cx2
Untuk menghitung parameter a, b dan c digunakan persamaan normal sebagai
berikukt :
( (Y) = na + c ( (X2)
( (XY) = b( (X2)
( (X2Y) = a ( (X2) + c ( (X4)
Contoh Kasus :
Berikut disajikan data jumlah mahasiswa STIE Gajah Putih Takengon Tahun
1997 s/d 2006.
"NO "TAHUN "JUMLAH "
" " "( Y ) "
"1 "1997 "11 "
"2 "1998 "27 "
"3 "1999 "64 "
"4 "2000 "115 "
"5 "2001 "133 "
"6 "2002 "179 "
"7 "2003 "228 "
"8 "2004 "193 "
"9 "2005 "124 "
"10 "2006 "135 "
"JUMLAH " 1,209 "
Sumber : Bagian Kemahasiswaan STIE (2006)
Penyelesaian :
"NO "TAHUN "JUM"X "XY "X2 "X2Y "X4 "
" " "LAH" " " " " "
Sumber : Data Diolah (2006)
Untuk menghitung parameter a, b dan c digunakan persamaan normal sebagai
berikukt :
( (Y) = na + c ( (X2)
( (XY) = b( (X2)
( (X2Y) = a ( (X2) + c ( (X4)
Berdasarkan persamaan diatas, nilai parameter a, b dan c dihitung sebagai
berikut :
1.209 = 10 a + 330 c (1)
2.825 = 330 b (2)
29.049 = 330 a + 19.338 c (3)
Untuk nilai b :
( (XY) = b( (X2)
Untuk nilai a dan c :
1.209 = 10 a + 330 c (1)
29.049 = 330 a + 19.338 c (3)
70.847 = 586 a + 19.338 c /x 58,60
29.049 = 330 a + 19.338 c -
41.798 = 256 a + 0
Nilai a :
Nilai c :
= 10 (163,28) + 330 c
1.209 = 1.633 + 330 c
1.209 – 1.633 = 330 c
Y = a + b (x) + c (x2)
Y = 163,28 + 8,56 (x) + (-1,28) (x2)
2. Regresi
Proyeksi/ perkiraan dengan menggunakan analisis regresi menjelaskan
hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Adakalanya menyusun
studi kelayakan dengan menggunakan regresi hasilnya lebih representatif
daripada menggunakan trend, dan adakalanya trend lebih baik daripada
regresi dalam menafsir dari nilai sesuatu variabel dimasa yang akan datang.
Dalam analisis regresi adakalanya naik turun dependent variabel
dipengaruhi oleh beberapa independent variabel. Dengan menegtahui hubungan
dan pengaruh dari berbagai independent variabel terhadap dependent variabel
para perencana akan mudah menentukan variabel mana diantara independent
variabel yang sangat dominan mempengaruhi dependent variabel.
Dengan mengetahui hubungan diantara berbagai variabel terhadap kegiatan
yang sedang direncanakan tentu akan sangat membantu para penyusun studi
kelayakan dalam mengambil kesimpulan atau keputusan yang diperlukan.
Apabila perkembangan data yang dimiliki terdiri atas satu variabel
independent, perhitungan regresi lebih baik dengan menggunakan regresi
linear sederhana, dan jika data yang dimiliki terdiri atas lebih dari satu
variabel independen sebaliknya menggunakan regresi linear berganda atau
memakai regresi non linear.
a. Regresi Linear Sederhana ( satu variable independent)
Ŷ = a + b (x)
Contoh kasus :
Sebuah perusahaan memiliki data jumlah produksi terhadap biaya variabel
mulai tahun 2005 s/d 2010
"TAHUN "JUMLAH "BIAYA "
" "PRODUKSI "VARIABLE "
" "(X) "(Y) "
"2005 "14.000 "746.000 "
"2006 "16.000 "808.000 "
"2007 "17.000 "829.000 "
"2008 "18.000 "848.000 "
"2009 "20.000 "900.000 "
" "85.000 "4.131.000 "
Penyelesaian
"THN "JML "BIAYA "X "Y "X2 "XY "Ŷ "
" "PROD "VAR " " " " " "
" "(X) "(Y) " " " " " "
"2005 "14.000 "746.000 "(3.000"(80.200)"9.000.00"240.600.00"324.200 "
" " " ") " "0 "0 " "
"2006 "16.000 "808.000 "(1.000"(18.200)"1.000.00"18.200.000"374.400 "
" " " ") " "0 " " "
"2007 "17.000 "829.000 "- "2.800 "- "- "399.500 "
"2008 "18.000 "848.000 "1.000 "21.800 "1.000.00"21.800.000"424.600 "
" " " " " "0 " " "
"2009 "20.000 "900.000 "3.000 "73.800 "9.000.00"221.400.00"474.800 "
" " " " " "0 "0 " "
" "85.000 "4.131.00"- "- "20.000.0"502.000.00"1.997.500 "
" " "0 " " "00 "0 " "
Ŷ = a + b (x)
399.500
Ŷ = 399.500 + 25,10 (x)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diketahui bahwa biaya tetap (fixed
cost) adalah sebesar Rp. 399.500,- dan biaya variable perunit adalah
sebesar Rp. 25,10,-. Cara untuk melakukan peramalan dilakukan dengan cara
menetapkan perkiraan pada jumlah produksi (x). misalnya perkiraan jumlah
produksi sebesar 22.000 unit, maka perkiraan biaya yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut :
Ŷ = a + b (x)
Ŷ = 399.500 + 25,10 (22.000) = Rp. 951.700,-
b. Regresi Linear Berganda (Independent Variabel Lebih dari satu)
Apabila data yang dimiliki saling terkait untuk melakukan peramalan
terdiri atas lebih daripada satu variabel independent, maka penyelesaian
proyeksi haruslah dilakukan dengan menggunakan perhitungan regresi linear
berganda. (secara kuantitatif penggunaan regresi ini beberapa pendapat
menyatakan sebagai regresi non linear).
Sebagai contoh volume penjualan sangat dipengaruhi oleh promosi yang
dilakukan dan harga barang itu sendiri. Nah dalam hal ini volume penjualan
merupakan variabel dependent, sementara itu promosi dan harga barang
merupakan variabel independent (terdapat dua variabel independent). Secara
sederhana persamaan regresi non linear adalah sebagai berikut :
Persamaannya : Ŷ = a + bx + cx2
Y = a+b1X1+b2X2+ ................. bnXn
Untuk menemukan parameter a, b dan c, dipergunakan persamaan
normal. Secara sederhana persamaan tersebut dapat di rumuskan sebagai
berikut :
(Y) = n.a + b1 X1 + b2X2
...................................................... (1)
(X1Y) = a X1 + b1 X2 + b2 X1X2
...................................................... (2)
(X2Y) = a X2 + b1 X1X2 + b2 X22
...................................................... (3)
Contoh kasus untuk peramalan :
"TAHUN "OMZET PENJUALAN"BIAYA PROMOSI "HARGA JUAL "
" "Y "X1 "X2 "
"2005 "Rp. 200.000.000"Rp. 5.000.000 "3.000.000 "
"2006 "Rp. 250.000.000"Rp. 8.000.000 "2.400.000. "
"2007 "Rp. 220.000.000"Rp. 6.000.000 "2.500.000 "
"2008 "Rp. 240.000.000"Rp. 7.000.000 "2.300.000 "
"2009 "Rp. 280.000.000"Rp. 12.000.000 "2.200.000 "
Penyelesaian :
Tabel. Matrik Regresi (dalam Jutaan rupiah)
"THN "PE"PROMOS"HA"X1.Y "X2"X1.X2 "X22 "
" "NJ"I (X1)"RG" ".Y" " "
" "UA" "A " " " " "
" "LA" "(X" " " " "
" "N " "2)" " " " "
" "(Y" " " " " " "
" ") " " " " " " "
"9.360 "= "38.a "+ "318.b1 "+ "91,70.b"……..………………………… (2) "
" " " " " " "2 " "
"2.918 "= "12,40."+ "91,70.b1"+ "31,14.b"……..………………………… (3) "
" " "a " " " "2 " "
Hilangkan a pada persamaan (1) dan (2) untuk mendapatkan persamaan (4)
"1.190 "= "5.a "+ "38.b1 "+ "12,40.b" ".……………………… (1) "
" " " " " " "2 " " "
"9.360 "= "38.a "+ "318.b1 "+ "91,70.b" ".……………………… (2) "
" " " " " " "2 " " "
"9.044 "= "38.a "+ "288,8.b1"+ "94,24.b"x 7,6 " "
" " " " " " "2 " " "
"9.360 "= "38.a "+ "318.b1 "+ "91,70.b"_ " "
" " " " " " "2 " " "
"- 316 "= " "- "29,2.b1 "+ "2,54.b2" ".……………………… (4) "
Hilangkan a pada persamaan (1) dan (3) untuk mendapatkan persamaan (5)
"1.190 "= "5.a "+ "38.b1 "+ "12,40.b" ".……………………… (1) "
" " " " " " "2 " " "
"2.918 "= "12,40."+ "91,70.b1"+ "31,14.b" ".……………………… (3) "
" " "a " " " "2 " " "
"2.951,"= "12,40."+ "94,24.b1"+ "30,75.b"x 2,48" "
"2 " "a " " " "2 " " "
"2.918 "= "12,40."+ "91,70.b1"+ "31,14.b"_ " "
" " "a " " " "2 " " "
"33,2 "= " " "2,54.b1 "+ "0,39.b2" ".……………………… (5) "
Hilangkan b1 pada persamaan (4) dan (5) dengan melakukan kali kurang
"- 316 "= " "- "29,2.b1 "+ "2,54.b" "…………………… (4) "
" " " " " " "2 " " "
"- 316 "= " "- "29,2.b1 "+ "2,54 "(0-33,77" "
" " " " " " " ") " "
"802,64"= " " "74,17.b1"- "6,45.b"x - 2,54" "
" " " " " " "2 " " "
"969,44"= " " "74,17.b1"- "11,39."x " "
" " " " " " "b2 "29,2 " "
"- "= " " " "+ "0,39.b"- " "
"166,8 " " " " " "2 " " "
"b2 "= "- " " " " " " "
" " "166,8 " " " " " " "
" " "0,39 " " " " " " "
"b2 "= "-33,77" " " " " " "
Nilai b2 diatas, dimasukan kedalam salah satu persamaan (4) atau (5). Dalam
hal ini persamaan yang dipergunakan adalah persamaan (4).
- 316 = - 22,9.b1 + 2,54.b2
............................................................................
.............. (4)
- 316 = - 22,9.b1 + 2,54 (-33,77)
- 316 = - 22,9.b1 - 85,78
22,9b1 = - 85,78 + 316
22,9b1 = 230,22
b1 =
b1 = 7,88
Kemudian Nilai b1 dan b2 dimasukkan pada persamaan (1)
1.190 = 5.a + 38.b1 + 12,40.b2 ……………………………………………………… (1)
1.190 = 5.a + 38(7,88) + 12,40 (-33,77)
1.190 = 5.a + 299,44 – 418,75
- 5.a = 299,44 – 418,75 – 1.190
- 5a = - 1.309,31
a =
a = 261,86
Dengan demikian persamaan regresinya :
Ŷ = a + bx + cx2 atau Y = a+b1X1+b2X2
Ŷ = 261,86 + 7,88.X1 – 33,77 X2
Apabila pada tahun 2010 diramalkan untuk meningkatkan omzet penjulan dengan
cara menambah biaya promosi (X1) sebesar Rp. 14.000.000,- dan menurunkan
harga jual sebesar Rp. 2.000.000,- per unit maka omzet penjualan yang dapat
dicapai adalah :
Ŷ = 261,86 + 7,88.X1 – 33,77 X2
Ŷ = 261,86 + 7,88 (14) – 33,77 (2)
Ŷ = 261,86 + 110,32 – 67,54
Ŷ = 304,64 atau Rp. 304.640.000,-
PENDAHULUAN
Sifat Khusus Laporan
Sebuah laporan studi kelayakan sangat dibutuhkan oleh beberapa pihak yang
berkepentingan (Stake holder).
Pertama, laporan itu dibutuhkan oleh pemrakarsa gagasan usaha, sebagai
bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah mengurungkan rencana
investasi, merevisi rencana investasi atau meneruskan rencana investasi.
Pihak kedua yang memerlukan laporan itu adalah para penyandang dana baik
calon pemegang saham maupun para calon kreditur. Disamping itu, kadang-
kadang laporan studi kelayakan juga diperlukan oleh badan atau instansi
pemerintah yang akan memberikan izin atau fasilitas yang bersangkutan
dengan pembangunan dan pengoperasian gagasan usaha. Oleh karena laporan
studi kelayakan diperlukan oleh lebih dari satu pihak, dalam penyusunannya
perlu diusahakan agar kebutuhan semua pihak itu dapat dipenuhi.
Petunjuk Umum
Dalam menyusun Studi Kelayakan hendaknya diperhatikan kaitan antara satu
bab dengan bab yang lain. Demikian juga kaitan antara pembahasan aspek yang
satu dengan yang lainnya. Disamping itu hendaknya diperhatikan pula tehnik
penyajian laporan yang berikut :
Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sedapat mungkin hindarilah pemakaian kalimat yang terlalu panjang.
Kalimat yang terlalu panjang, biasanya susah dimengerti pembacanya.
Janganlah mempergunakan kalimat yang samar-samar, atau dapt diartikan
bermacam-macam.
Jangan mempergunakan kata atau kalimat yang sifatnya emosional.
Apabila hal tertentu memerlukan ulasan atau pendapat, hendaknya
diberikan secara objektif dan singkat. Jangan mengajukan kesimpulan,
pendapat atau saran yang bersifat spekulatif.
Bilamana dalam laporan dipergunakan asumsi, hendaknya asumsi tersebut
dapat dipertanggung jawabkan.
GARIS BESAR ISI LAPORAN
Laporan Studi Kelayakan merupakan gambaran kegiatan usaha yang dirancanakan
sesuai dengan kondisi, potens serta peluang yang tersedia dari berbagai
aspek. Bab demi bab disajikan secara sistematis dan saling menguatkan bab
sebelumnya yang secara berurutan dilaporkan uraian dan hasil temuan yang
bersangkutan dengan sistematika sebagai berikut :
Pendahuluan / Latar belakang gagasan usaha / gambaran umum gagasan
usaha
Aspek pasar dan pemasaran produk / jasa yang akan dihasilkan,
Aspek produksi, tehnis dan teknologis gagasan usaha yang direncanakan.
Aspek sumber daya manusia yang diperlukan untuk mengoperasikan gagasan
usaha.
Aspek keuangan dan ekonomi,
Kesimpulan dan saran
Lampiran-lampiran
BAB – I : PENDAHULUAN / LATAR BELAKANG / GAMBARAN UMUM GAGASAN USAHA
Bab ini menyajikan ringkasan data dan informasi tentang gagasan usaha,
pemrakarsanya jenis – jenis kegiatan gagasan usaha yang akan direncanakan
alasan-alasan dalam pemilihan gagasan usaha serta manfaat apa saja yang
dapat diperoleh dengan adanya gagasan usaha tersebut baik financial benefit
maupun social benefit.
Isi bab ini kurang lebih sebagai berikut :
Uraian deskriptif tentang gagasan usaha dan pemrakarsanya
Sifat rencana investasi apakah gagasan usaha baru atau perluasan.
Untuk gagasan usaha perluasan, hendaknya diuraikan hubungan timbal
balik antara gagasan usaha baru dengan usaha yang telah ada.
Jenis produk pokok dan sampingan (bilamana ada) yang akan dihasilkan
Siapa calon konsumennya
Daerah pemasaran yang akan dijangkau (local, nasional atau ekspor)
Bagaimana sumbangan gagasan usaha kepada kehidupan ekonomi /multiplier
effect bagi masyarakat (tergantung kepada daerah pemasaran yang
dijangkau; local, nasional, ekspor).
Pandangan pemerintah (daerah atau pusat – tergantung kepada luas
jangkauan) terhadap status gagasan usaha yang direncanakan serta
bantuan apa yang dapat diharapkan dari pemerintah.
BAB II – ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pembahasannya :
Trend perkembangan permintaan produk pada masa yang lampau,
Perkiraan jumlah permintaan produk dimasa yang akan datang
Perusahaan pesaing utama
BAB III – ASPEK PRODUKSI, TEHNIS DAN TEKNOLOGIS
Kapasitas produksi yang direncanakan
Sumber bahan baku dan pembantu (apabila gagasan usaha menghasilkan
produk/barang).
Jenis teknologi yang dipilih.
Jenis dan jumlah barang modal yang diperlukan
Lokasi dan tempat gagasan usaha yang direncanakan.
BAB IV – ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan,
Sumber pengadaan tenaga kerja,
Program training yang diperlukan,
BAB V – ASPEK EKONOMI DAN KEUANGAN
Jumlah kebutuhan dana modal tetap (barang modal) dan modal kerja awal
yang diperlukan,
Struktur pembiayaan, perbandingan antara modal sendiri dan peinjaman ;
sumber pinjaman dan yang diharapkan dan persyaratannya,
Kemampuan gagasan usaha memenuhi kewajiban finansial kepada pihak
ketiga, mendatangkan laba dan manfaat social ekonomi lainnya.
BAB VI – KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan tentang pemrakarsa dan gagasan usaha ditinjau dari masing-
masing aspek dan secara keseluruhan.
Saran atas rencana investasi gagasan usaha
Penelitian atau penilaian terhadap aspek pasar dan pemasaran menempati
urutan pertama dalam pelaksanaan analisa kelayakan. Hal itu disebabkan
karena agar dapat beroperasi secara berhasil, proyek yang akan dibangun
harus dapat memasarkan hasil produksinya secara kompetitif dan
menguntungkan. Salah satu syarat agar pemasaran produk dapat berhasil
adalah terdapat jumlah permintaan pasar pasar yang cukup untuk menyerap
produk tersebut.
Menurut Yacob Ibrahim (1998;100) pembahasan yang dilakukan dalam aspek
pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai sejauhmana
pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan gagasan
usaha yang direncanakan. faktor utama yang perlu dinilai dalam aspek pasar
dan pemasaran antara lain :
a. Jumlah permintaan produk dimasa lalu dan masa kini serta kecenderungan
permintaan dimasa datang.
b. Berdasarkan pada angka proyeksi (perkiraan), berapa besar kemungkinan
market space (market potensial) yang tersedia dimasa yang akan datang.
c. Berapa besar market share yang direncanakan berdasarkan pada rencana
produksi.
d. Faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi permintaan dimasa yang
akan datang.
e. Strategi apa saja yang perlu dilakukan dalam meraih market share yang
telah direncanakan.
Baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat dilihat
dari segi daya serap pasar, kondisi pemasaran dan besarnya persaingan
dimasa yang akan datang.
Sedangkan menurut Siswanto Sutojo (2000;19), fokus analisa aspek pasar
dan pemasaran produk yang dihasilkan gagasanu saha yang akan dibangun,
mencakup tiga hal yaitu :
a. Memperoleh gambaran apakah pada masa yang akan datang terdapat cukup
permintaan pasar yang dapat menyerap barang atau jasa yang akan
dihasilkan.
b. Memperoleh gambaran bagaimana suasana persaingan dipasar pada masa yang
akan datang, siapa saja perusahaan pesaing, dan apakah produk yang akan
dihasilkan mampu memperoleh pangsa pasar (market share) yang memadai.
c. Memperoleh gambaran tentang prospek perkembangan faktor ekstern
perusahaan yang dapat mempengaruhi permintaan produk dan suasana
persaingan dipasar.
Aspek tehnis produksi adalah aspek yang berhubungan dengan pembangunan
dari gagasan usaha yang direncanakan, baik dilihat dari faktor lokasi, luas
produksi, proses produksi, penggunaan tekhnologi (mesin/peralatan), maupun
keadaan lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi (Yacob Ibrahim,
1998;118).
Pertimbangan dan perhitungan yang dilakukan pada aspek ini akan
menentukan perkembangan dari gagasan usaha dimasa yang akan datang. Karena
memperhitungkan aspek tehnis secara tepat dan benar pada saat pendirian
gagasan usaha seperti tidak tepatnya lokasi perusahaan, terbatasnya bahan
baku, besarnya ongkos angkut, tidak cocoknya tekhnologi yang digunakan,
mahalnya biaya tenaga kerja dan lain sebagainya akan mengakibatkan
perusahaan pengelola gagasan usaha ini mengalami kegagalan.
Agar gagasan usaha dapat memasarkan produknya secara menguntungkan,
gagasan usaha itu harus menghasilkan produk yang bermutu dan harganya dapat
bersaing. Disamping itu, gagasan usaha harus dapat memenuhi jadwal
pengadaan atau pengiriman produk sesuai dengan pesanan pelanggan. Harga
(price) mutu (quality) dan pengadaan atau pengiriman produk (delivery) yang
kompetitif, diperoleh oleh faktor produksi tertentu seperti :
a. Kapasitas produksi ekonomis gagasan usaha.
b. Tekhnologi dan peralatan produksi yang dipergunakan
c. Pengadaan bahan baku, bahan pembantu dan bahan pendukung lainnya
d. Lokasi dan letak gagasan usaha.
e. Kualitas sumber daya manusia yang mengelola dan mengoperasikan gagasan
usaha.
Oleh karena itu, lokasi gagasan usaha, penyediaan bahan baku, tenaga
kerja, fasilitas pengangkutan serta fasilitas tenaga listrik dan air
haruslah benar-benar diteliti didalam penyusunan aspek tehnis dan
tekhnologis.
Tanah, gedung, mesin dan peralatan, tekhnologi serta dana adalah
faktor produksi yang bersifat pasif. Tanpa dukungan sumber daya manusia
yang mumpuni, jujur dan dedukatif, sukar diharapkan gagasan usaha yang
akan dibangun dapat beroperasi secara berhasil dan mencapai tujuan seperti
yang diharapkan, termasuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan.
Selama analisa kelayakan dilakukan, perlu diteliti jenis keahlian dan
jumlah jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengelola dan
mengoperasikan gagasan usaha, tiap tingkat jumlah rencana produksi dan
pemasaran produk, banyak tenaga kerja langsung seperti tenaga kerja
produksi dan penjualan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yang mempunyai
hubungan langsung dengan kapasitas produksi gagasan usaha.
Berdasarkan pada uraian ini, tugas pokok yang harus dilakukan adalah
menyangkut dengan fungsi manajemen, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pengarahan pekerjaan dan
pelaksanaan pengawasan.
Dalam ilmu manajemen keuangan, evaluasi aspek keuangan dan rencana
investasi merupakan suatu cabang ilmu tersendiri yang disebut ilmu
pembiayaan investasi atau capital budgeting. Dalam analisa kelayakan,
analisis aspek keuangan baru dilakukan setelah penilaian terhadap aspek-
aspek lain. Hal itu disebabkan karena banyak keputusan dan analisa aspek
keuangan belum dapat dilakukan sebelum berbagai macam keputusan penting
aspek-aspek tertentu diambil.
Dalam aspek ekonomi dan keuangan, menyangkut penilaian terhadap biaya
investasi, modal kerja, sumber pembiayaan, proses perputaran keuangan, azas
perbelanjaan, titik pulang pokok, perhitungan provit maupun dampak gagasan
usaha terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan.
Dengan adanya pembahasan dan penilaian yang dilakukan dari aspek
ekonomi dan keuangan akan menjamin kontinuitas dan kelancaran gagasan usaha
yang direncanakan.
A. Mengelola Keuangan
Hal yang paling penting bagi setiap usaha adalah bagaimana mengelola
keuangan dengan baik, khususnya uang tunai. Oleh karena itu uang tunai
dalam bentuk kas janganlah dianggap sebagai laba, karena penggunaan uang
tersebut dapat menyebabkan pemborosan dan kerugian bagi usaha.
Agar tindakan pemborosan yang berakibat kepada kerugian usaha,
dibutuhkan kiat atau kunci sukses dalam pengelolaan keuangan dengan cara
membuat pembukuan yang tertib dan teratur. Pemilik usaha yang langsung
menjadi pengelola hendaknya dapat memisahkan harta pribadi dan keuangan
perusahaan karena sifat kebutuhan sangatlah tidak terbatas sehingga sewaktu-
waktu keuangan perusahaan dipergunakan untuk kebutuhan konsumtif keluarga,
yang pada akhirnya menyebabkan kurangnya kas pada keuangan perusahaan.
Pengelola harus secara rutin memeriksa keabsahan bukti pembayaran untuk
mengetahui bentuk pembayaran apakah tunai, hutang atau kredit (piutang)
serta dapat diketahui beberapa bukti pembayaran yang akan jatuh tempo atau
dapat menghindari kemungkinan yang dapat terjadi dari mitra usaha.
Pengelola harus membuat anggaran usaha setiap bulannya seperti dalam
menentukan gaji para tenaga kerja dan semua aspek keuangan dan bandingkan
realisasinya pada bulan didepan. Agar pengelolaan keuangan tersebut dapat
lebih sempurna, lakukanlah pemeriksaan secara tetap dan teratur serta
gunakan jasa bank dengan sebaik-baiknya agar dapat mengurangi berbagai
resiko yang mungkin saja terjadi.
B. Menyusun Cash Flow (Arus Kas)
Cash flow adalah aliran kas antara kas masuk dengan kas keluar. Dalam
membuat cash flow, perlu dibuat ramalan-ramalan dalam bentuk ramalan
penerimaan seperti rencana penjualan, piutang (kapan piutang akan dibayar),
bunga bank, dan penerimaan lain-lain serta ramalan pengeluaran seperti
pembelian, upah/ gaji tenaga kerja, perawatan barang-barang modal usaha,
biaya penjualan, biaya promosi/ iklan, pembayaran bunga pinjaman dan
pinjaman (kalau memiliki pinjaman atau kredit pada pihak lain), pajak dan
pengeluaran lain-lain. Oleh sebab itu, pengalaman masa lalu merupakan bahan
yang bermanfaat.
C. Laporan Keuangan
Penilaian prestasi suatu usaha dapat diukur melalui laporan keuangan.
Secara sederhana, laporan keuangan dapat disajikan dalam bentuk Neraca dan
atau Laporan Laba/ Rugi.
1. Neraca
Neraca adalah bentuk laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan perusahaan seperti posisi harta/ kekayaan, hutang/ kewajiban dan
modal usaha pada suatu saat (suatu periode) atau tanggal tertentu. Dimana
nilai antara kelompok harta (aktiva) dan kelompok hutang (pasiva) adalah
seimbang (balance). Dalam neraca ini yang diseimbangkan adalah Harta disisi
kiri dengan Utang dan Modal disisi kanan.
Unsur-unsur atau pos-pos yang perlu ditulis dalam neraca adalah :
Kelompok Harta (Disebelah Kiri)
Harta Lancar, terdiri dari :
Uang tunai yang ada dalam kas perusahaan, di Bank, cek yang
segera dicairkan dan sebagainya.
Surat-surat berharga yang dapay segera dijual
Piutang dagang yang dapat terjadi akibat penjualan barang
dagangan secara kredit dan piutang lainnya.
Sediaan barang dagangan, yaitu barang yang diperjual belikan.
Pembayaran dimuka, yaitu pembayaran yang telah dibayarkan lebih
dahulu.
Persediaan keperluan kantor seperti ATKm bon, kuitansi dan lain-
lain.
Harta Tetap, yaitu harta perusahaan yang tidak diperjual belikan/
diperdagangkan. Kegunaannya lebih dari satu tahun. Selain tanah,
harta tetap ini harus disusutkan (dilakukan penghitungan penyusutan
harta tetap). Harta tetap terdiri dari :
Tanah yang dipakai untuk usaha.
Bangunan; berupa kantor, toko, gudang dan sebagainya.
Perlengkapan toko,pabrik, dan kantor seperti meubel, rak,
etalase, mesin tulis dan sebagainya.
Kendaraan yang dimiliki perusahaan.
Harta Tidak Berwujud, yaitu harta yang tidak terwujud tetapi diakui
nilainya. Tetapi nilainya harus disusutkan, seperti :
Hak Patent
Merek Dagang
Biaya Pendirian, termasuk izin usaha dan sebagainya.
Kelompok Utang dan Modal (Disebelah Kanan)
Hutang jangka pendek/ hutang lancar. Yaitu kewajiban atau hutang
perusahaan yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu
tahun, seperti :
Hutang dagang yang terjadi akibat adanya pembelian barang
dagangan secara kredit.
Kredit jangka pendek, atau dikenal dengan nama kredit modal
kerja yang pelunasannya kurang dari satu tahun.
Hutang uang muka, yaitu adanya uang muka yang telah diterima
atas pesanan barang yang dijual.
Utang lain-lain, yang tidak termasuk jenis utang diatas.
Utang jangka panjang, yaitu kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan
yang pembayaran, pelunasannya lebih dari satu tahun, seperti :
Kredit Investasi, bisa berupa Kredit Investasi Kecil (KIK)
Kredit Investasi (KI) yang diperoleh dari Bank.
Kredit Lainnya yang pelunasannya lebih dari satu tahun.
Modal, yaitu hak pemilik perusahaan, biasanya disebut modal sendiri
atau modal badan usaha. Dalam modal ini terdapat laba/ rugi yang
diperoleh selama kegiatan usaha.
Cara menyusun pos dalam neraca :
Jumlahkan seluruh Harta Lancar, Harta Tetap dan Harta Tidak Berwujud
sehingga diperoleh jumlah Harta/ Kekayaan perusahaan.
Pindahkan jumlah harta ini ke sisi kanan Neraca yaitu Jumlah Modal dan
Kewajiban.
Rincilah semua Hutang Jangka Pendek, masukan kedalam pos masing-masing
Neraca dan jumlahkan.
Rincilah semua Hutang Jangka Panjang, catat dan masukan kedalam pos
masing-masing dan jumlahkan.
Jumlahkan semua Hutang Jangka Pendek dan Jangka Panjang.
Rincilah jumlah modal yang dipergunakan pada waktu pertama kali
membuka usaha.
Kurangilah jumlah Modal dan Kewajiban dengan Jumlah Hutang. Hasilnya
dimasukan kedalam pos Jumlah Dana Pemilik.
Contoh bentuk Neraca
NERACA
TOKO ZULIA PONSEL & FHOTO COPY
Per 31 Desember 2009
(dalam ribuan rupiah)
"AKTIVA (HARTA) "PASIVA "
" "(HUTANG DAN MODAL) "
" " "
"HARTA LANCAR "HUTANG "
"Kas ……………………………… 5.000 "Utang Jangka Pendek …………….. 0 "
"Barang Dagangan …………….. 20.000 " "
"Jumlah Harta Lancar …………. 25.000 "Utang Jangka Panjang …………….. 0 "
" " "
"HARTA TETAP " "
"Perlengkapan Usaha " "
"(Etalase, Mesin, dan lain-lain) " "
"…45.000 " "
" "MODAL "
"HARTA TIDAK BERWUJUD "Akumulasi Laba/ Rugi "
"Biaya Pendirian "(1 Jan – 31 Des 2008) …….. 72.000 "
"Izin Usaha, SITU, TDP …..…… " "
"2.000 " "
"JUMLAH HARTA "72.000 "JUMLAH MODAL "72.000 "
" " "DAN KEWAJIBAN " "
2. Laporan Laba/ Rugi
Laporan Laba/ Rugi adalah laporan yang menggambarkan keberhasilan
perusahaan dalam suatu periode dengan membandingkan seluruh pendapatan yang
dicapai dengan seluruh biaya yang dikeluarkan, selisihnya adalah laba atau
rugi.
Laporan Laba/ Rugi biasanya dibuat untuk periode 3 (tiga) bulanan, 6
(enam) bulanan atau paling lama untuk periode tahunan. Dengan kata lain,
laporan Laba/ Rugi merupakan hasil pengurangan pendapatan dengan semua
biaya yang timbul untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu,
laporan Laba/ Rugi terdiri dari unsur Pendapatan dan Biaya.
Pengelompokkan Pendapatan
Pendapatan usaha, yaitu semua pendapatan yang diperoleh dari hasil
penjualan barang/ jasa yang diperdagangkan.
Pendapatan lain-lain, yaitu penerimaan yang diperoleh bukan dari
hasil penjualan barang/ jasa yang diperdagangkan seperti bunga
deposito dan pendapatan dari komisi barang titipan.
Pengelompokkan Biaya
Biaya Operasi
Biaya Penjualan
- Biaya Pengadaan Barang/ Jasa
- Biaya Iklan/ promosi
- Biaya distribusi/ transport penjualan
- Honor tenaga penjual
- Komisi penjualan dan sebagainya.
Biaya Umum dan Administrasi
- Gaji Pemilik Usaha (Owners Fee)
- Gaji Tenaga Administrasi
- Sewa (Toko, kantor, gudang, dsb)
- Biaya listrik, air, telpon dan sebagainya
- Penyusutan peralatan/ perlengkapan
- Biaya lain, dan sebagainya
Biaya Non Operasi
Yang termasuk kedalam biaya non operasional adalah biaya bunga yang
harus dibayar jika pengusaha menggunakan modal pinjaman (kredit).
Cara Penyusunan Laporan Laba/ Rugi
Ada dua cara dalam menyusun Laporan Laba/ Rugi, yaitu penyusunan dengan
Langkah Tunggal dan Langkah Ganda.
Langkah Tunggal
Semua Pendapatan dikumpulkan dan dijumlahkan
Semua biaya dikumpulkan dan dijumlahkan
Laba atau Rugi = Jumlah Pendapatan dikurangi dengan Jumlah Biaya
Contoh Laporan Laba/ Rugi dengan menggunakan Langkah Tunggal
LAPORAN L/ R
TOKO ZULIA PONSEL & FHOTO COPY
Per 01 Jan – 31 Maret 2009
(dalam rupiah)
"PENDAPATAN "
"Paket Rental dan Pengetikan "
"5.500.000,- "
"Paket Photo Copy "
"2.500.000,- "
"Paket Penjualan ATK "
"6.000.000,- "
"Paket Penjualan Pulsa "
"3.000.000,- "
"Paket Penjualan HP "
"8.000.000,- "
"Jumlah Pendapatan "
"25.000.000,- "
" "
"BIAYA "
"Gaji Karyawan 2 orang "
"3.000.000,- "
"Perlengkapan Rental "
"1.500.000,- "
"Baya Pembelian barang "
"8.000.000,- "
"Biaya Listrik dan Air "
"600.000,- "
"Biaya Servis dan Reparasi "
"500.000,- "
"Biaya Sewa Tempat "
"1.750.000,- "
"Biaya Penyusutan "
"1.000.000,- "
"Biaya Lainnya "
"500.000,- "
"Jumlah Biaya "
"16.850.000,- "
" "
"LABA SEBELUM PAJAK "
"8.150.000,- "
Ket : Hanya untuk Ilustrasi
Langkah Ganda
Langkah Pertama
Menghitung Penjualan Bersih, yaitu dengan mengurangkan nilai
total penjualan dalam periode tersebut (baik secara tunai maupun
kredit) dengan return penjualan serta potongan penjualan.
Menghitung Harga Pokok Penjualan, yang berarti harga beli dari
barang yang terjual pada periode tersebut. Unsur-unsur
perhitungannya adalah persediaan barang awal, pembelian ditambah
biaya transport selama periode tersebut dan persediaan barang
akhir.
Menghitung Laba kotor = Penjualan Bersih – Harga Pokok
Penjualan
Langkah Kedua
Menghitung Biaya Operasi, yaitu biaya yang timbul selama periode
tersebut yang terdiri dari biaya penjualan, biaya umum dan biaya
administrasi.
Menghitung Laba Operasi = Laba Kotor – Biaya Operasi.
Langkah Ketiga
Menghitung Penghasilan lain, yaitu penerimaan yang diperoleh bukan
dari operasi normal perusahaan.
Menghitung biaya lain, yaitu biaya yang timbul untuk memperoleh
penghasilan lain atau bukan biaya-biaya operasional.
Langkah Keempat (Terakhir)
Menghitung Laba Bersih Sebelum Pajak = Laba Operasi + Penghasilan
Lain – Biaya
Menghitung Besarnya Pajak Penghasilan
Menghitung Laba Bersih = Laba Bersih Sebelum Pajak dikurangi Pajak
Penghasilan
Contoh Laporan Laba/ Rugi dengan menggunakan Langkah Ganda
LAPORAN L/ R
TOKO ZULIA FHOTO COPY, ATK DAN RENTAL
Per 01 Jan – 31 Maret 2009
"HASIL PENJUALAN " " " "
"- Penjualan Kotor " " "34.330 "
"- Return Penjualan " " "0 "
"- Potongan Penjualan " " "0 "
"Penjualan Bersih " " "34.330 "
"HARGA POKOK PENJUALAN " " " "
"- Persediaan Awal " "9.000 " "
"- Pembelian "27.000 " " "
"- Transport Pembelian "0 " " "
"Harga Pokok Pembelian " "27.000 " "
"Barang Siap Jual " "36.000 " "
"- Persediaan Barang Akhir " "10.000 " "
"Harga Pokok Penjualan " " "26.000 "
"Laba Kotor " " "8.300 "
"BIAYA OPERASI : " " " "
"1. Biaya Penjualan " " " "
"- Biaya Promosi "0 " " "
"- Honor Tenaga Penjualan "1.250 " " "
"- Transport Penjualan "0 " " "
"Jumlah Biaya Penjualan " "1.250 " "
"2. Biaya Umum dan Adm " " " "
"- Gaji Tenaga Adm "0 " " "
"- Gaji Pemilik "2.940 " " "
"- Sewa Toko "600 " " "
"- Penyusutan "500 " " "
"- Biaya lainnya "240 " " "
"Jumlah Biaya Umum dan Adm " "4.280 " "
"Total Biaya operasi " " "5.530 "
"Laba Operasi " " "2.800 "
"PENGHASILAN LAIN " " " "
"- Komisi Barang Titipan "1.750 " " "
"- Bunga Tabungan "250 " " "
"Jumlah Penghasilan Lain " " "2.000 "
"BIAYA NON OPERASIONAL " " "0 "
"Laba Bersih Sebelum Pajak " " "4.800 "
"Pajak Penghasilan " " " "
"LABA BERSIH " " "4.800 "
D. Analisa Laporan Keuangan
Berdasarkan data yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dilakukan
analisis tentang perkembangan keuangan usaha. Analisa dapat dilakukan
dengan membandingkan data laporan keuangan saat ini dengan tahun
sebelumnya, atau melakukan perbandingan dengan perusahaan sejenis.
Membandingkan rencana yang ditargetkan dengan realisasi atau analisa
laporan keuangan dapat dapat juga dilakukan dengan mempergunakan rasio-
rasio seperti :
1. Rasio Likuiditas, yakni rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat
dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos
aktiva lancar dan hutang lancar. Apabila hasil perhitungan rasio ini
menunjukkan > 1:1 atau > 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi
semua hutang lancar. Artinya aktiva lancar harus jauh diatas jumlah
hutang lancar.
2. Rasio rentabilitas/ Profitabilitas, menggambarkan kemampuan usaha untuk
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba disebut juga operating ratio. Beberapa jenis rasio rentabilitas :
Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik
karena dianggap dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
cukup tinggi.
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat
lebih cepat berputar dan meraih laba.
Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur
dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila
diukur dari nilai aktiva.
Rasio keuangan ini berfungsi untuk menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan
penyederhanaan tersebut, dapat dinilai secara cepat hubungan antara
berbagai pos sehingga dapat diperoleh informasi dan memberikan penilaian.
Analisa Pulang Pokok atau Titik Pulang Modal adalah titik pertemuan
jumlah hasil penjualan sama dengan biaya-biaya yang diperhitungkan.
Dalam keadaan ini perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak
memperoleh laba. Oleh karena itu mengetahui titik impas dapat membantu
pengambilan keputusan bagi pengelola untuk melakukan perencanaan seperti
perencanaan produksi, laba/ keuntungan dan lain-lain dengan mengaitkan
hubungan antara biaya tetap, biaya tidak tetap (variabel) dan nilai
penjualan serta keuntungan, dengan demikian untuk menghitung titik impas
tidak bias memakai laporan Laba/ Rugi.
A. Komponen Biaya Dalam Penghitungan Pulang Pokok
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya relatif tidak berubah atau
tidak terpengaruh oleh besarnya nilai penjualan. Biaya tetap tersebut
terdiri dari :
Biaya Penyusutan/ Penyisihan Harta Tetap
Biaya sewa tempat usaha
Biaya bunga pinjaman
Gaji pemilik, pengelola, pimpinan
Gaji atau upah karyawan
Biaya-biaya lainnya
2. Biaya Tidak Tetap (variabel)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah menurut nilai
pembelian dan penjualan barang. Semakin besar input atau output akan
semakin besar pula biayanya. Biaya tidak tetap tersebut seperti :
Biaya pembelian bahan baku
Upah buruh langsung untuk memproduksi
Komisi penjualan yang diberikan kepada tenaga penjualan.
Nilai beli atau harga pokok barang yang terjual.
B. Perhitungan Pulang Pokok (Break Even Point-BEP)
Secara umum perhitungan pulang pokok (Break Even Point) didasarkan atas
persamaan :
PENJUALAN = TOTAL BIAYA + LABA
Karena pulang pokok adalah keadaan dimana perusahaan tidak mengalami
kerugian dan tidak memperoleh keuntungan/ laba, maka laba adalah sama
dengan nol (laba=0). Maka persamaan diatas berubah menjadi :
PENJUALAN = TOTAL BIAYA
Kemudian menjadi :
PENJUALAN = BIAYA TETAP + BIAYA TIDAK TETAP
Perhitungan Pulang Pokok (Break even Point) pada prinsipnya dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Atas Dasar Unit
Yaitu melihat kondisi pulang pokok dalam kontribusi unit/ jumlah berapa
pulang pokok tersebut terjadi. Rumusnya adalah :
PENJUALAN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL + LABA
PTi = BT + BVi + 0
PTi = BT + (BV/P) PTi + 0
PTi Unit = BT/ (Harga Penjualan – Biaya Variabel per unit)
Dimana : PTi = Penjualan
BT = Biaya Tetap
BV = Biaya Variabel
BVi = Biaya Variabel per unit
P = Harga Jual per unit
Atau :
Contoh :
Perusahaan Percetakan Zulia Takengon beroperasi dengan biaya tetap
sebesar Rp. 6.000.000,- biaya tidak tetap (variabel) per unit sebesar Rp.
1.000,-. Produk perusahaan diproduksi oleh mesin yang berkapasitas
maksimal 8.000 unit. Kemudian produk tersebut dijual seharga Rp. 4.000,-
per unit, maka perusahaan tersebut mencapai pulang pokok pada saat jumlah
unit sebanyak :
Karena biaya tetap yang harus ditutupi adalah Rp. 6.000.000,- sedangkan
sumbangan dana setiap unit produk untuk menutupi biaya tetap sebesar Rp.
3.000,- (diperoleh dari harga jual per unit dikurang biaya variabel per
unit), maka untuk menutupi biaya tetap sebesar Rp. 6.000.000,- / 3.000 =
2.000 unit.
2. Atas Dasar Penjualan Dalam Rupiah
Yaitu melihat keadaan pulang pokok dalam keadaan kontribusi total atau
dalam berapa rupiah pulang pokok tersebut terjadi.
Rumusnya :
Dengan menggunakan contoh diatas dapatlah dihitung pulang pokok dalam
rupiah sebagai berikut :
Keterangan :
Nilai Rp. 8.000.000,- diperoleh dari biaya variabel per unit dikali
kapasitas maksimum (Rp. 1.000,- x 8000 unit)
Nilai Rp. 32.000.000,- diperoleh dari harga jual perunit dikali
dengan kapasitas maksimum (Rp. 4.000,- x 8.000 unit).
Dari perhitungan diatas, diketahui bahwa volume penjualan akan pulang
pokok dalam rupiah adalah Rp. 8.000.000,- apabila volume penjualan
tersebut dibagi dengan harga jual per unit, hasilnya menunjukkan break
even poin dalam unit yaitu Rp. 8.000.000,- / Rp. 4.000,- = 2.000 unit
Suatu gagasan usaha adalah suatu rencana atau bagiannya untuk
mengadakan investasi yang berupa penggunaan sumber daya ekonomi yang dapat
dianalisa dan dievaluasi.
Kriteria untuk menentukan apakah suatu usulan gagasan usaha setelah
diadakan evaluasi merupakan suatu go – project atau no – go project adalah
bermacam-macam, termasuk keuntungan absolut, tingkat keuntungan, tingkat
pengembalian (rate return), net present value, net benefit cost ratio dan
cost evectiveness. Tujuan dari penghitungan analisis criteria investasi
tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha dapat memberikan
manfaat (benefit), baik dilihat dari financial benefit maupun social
benefit.
Kriteria investasi yang sering digunakan dalam menganalisis benefit
dalam studi kelayakan adalah :
1. Present Value (PV)
Present Value (PV) atau nilai sekarang adalah nilai sejumlah uang
tertentu pada masa depan yang dinyatakan sebagai nilai masa kini. Dalam
pendekatan present value ini, sesuatu gagasan usaha dikatakan menguntungkan
apabila nilai sekarang dari pendapatan netto gagasan usaha tersebut adalah
melebihi biaya yang dibelanjakan untuk untuk mewujudkan proyek tersebut
(Sadono Sukirno ; 2000). Dengan demikian perhitungan present value ini akan
membantu investor/pengusaha dalam menentukan apakah sesuatu proyek tertentu
memiliki prospek mengembalikan modal yang ditanamnya dan beroperasi secara
menguntungkan.
Dimana :
PV = Present Value atau Nilai Sekarang
CF = Cash Flow atau arus kas masuk dan keluar
n = Periode Waktu tahun ke – n
m = Periode Waktu
r = Tingkat Bunga
SV = Salvage Value
Keriteria Kelayakan :
PV > Cost ( Layak
PC > r (Layak
2. Net Present Value (NPV)
Siswanto Sutojo (2000;199) mendefinisikan Net Present Value sebagai
selisih antara nilai saat ini (present value) seluruhy net cash flow (arus
kas bersih) yang akan diterima investor selama umur ekonomis gagasan
usaha, dan nilai anggaran investasi gagasan usaha. Atau dengan kata lain
Net Present value dapat diartikan sebagai indikator untuk menghitung atau
membandingkan nilai investasi yang dilakukan dengan nilai saat ini sehingga
dapat dijadikan sebagai indicator dalam mengukur layak atau tidaknya suatu
investasi (Iwan Mardi ; 2003)
Dalam metode Net Present Value ini dilakukan penghitungan nilai
diskonto atau Persentase/Present value (PV) dari Net Cash flow (Arus kas
bersih) yang diperoleh dari investasi dikurangkan dengan nilai investasi
mula-mula. Apabila hasil pengurangan adalah positif, maka gagasan usaha
tersebut harus diterima, sebaliknya apabila hasil pengurangannya negative
maka gagasan usaha tersebut harus ditolak (Syofyan Syafri Harahap ; 2001)
Cara perhitungan Net Present Value merupakan Net Benefit (keuntungan
bersih) yang telah di discount dengan dengan menggunakan Social
Oppurtunity cost of capital (SOCC-tingkat bunga yang berlaku dimasyarakat)
sebagai discount factor (Yacob Ibrahim ; 1998)
Atau :
Atau :
Dimana :
NB = Net Benefit = Benefit – Cost
C = Biaya Investasi + Biaya Operasi
= Benefit yang telah di – discount
= Cost atau biaya yang telah di – discount
i = Discount Factor = suku bunga yang berlaku
n = Tahun (waktu)
Kriteria Kelayakan :
Apabila NPV > 0 ( Layak
Apabila NPV < 0 (Tidak Layak
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Yacob Ibrahim (1998;151) mengemukakan Net Benefit Cost Ratio adalah
merupakan perbandingan antara Net Benefit yang telah di discount positif
(+) dengan Net Benefit yang telah didiscount negative (-).
Dimana :
NBi (+) = Net Benefit yang telah didiscount positif
NBi (-) = Net Benefit yang telah didiscount negative
Kriteria Kelayakan :
Net B/C > 1 ( Layak
Net B/C = 1 ( BEP (pulang pokok)
Net B/C < 1 ( Tidak Layak
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (tingkat pengembalian modal) adalah pendapatan
bersih suatu gagasan usaha dinyatakan dalam persentasi dari modal yang
ditanamkan dalam mengembangkan sesuatu gagasan usaha. (Sadono
Sukirno;2000). Dengan pendekatan ini seseorang investor/pengusaha akan
dapat menentukan dalam nilai uang sampai dimana pendapatan yang akan
diperoleh berbeda (melebihi atau kurang) dari modal yang dibelanjakan
(Syofyan Syafri Harahap;2001)
Disamping itu, metode Internal Rate of Return menggunakan tingkat bunga
diskonto. Disini IRR merupakan tingkat bunga yang berlaku pada saat present
value dari Cash flow (pemasukan kas) yang diharapkan dari gagasan usaha
tersebut sama dengan modal awal atau present value dari modal awal
tersebut. Dengan demikian perhitungan pada Internal Rate of Return adalah
tingkat bunga. Berapa tingkat bunga yang disyaratkan agar Present value
dari cash flow yang masuk sama dengan nilai cost mula-mula.
Dimana :
i1 = Tingkat Disconto Rate yang menghasilkan NPV1
i2 = Tingkat Disconto Rate yang menghasilkan NPV2
Kriteria Kelayakan
IRR > SOCC ( Layak
IRR < SOCC ( Tidak Layak
Hasil penghitungan kriteria invesasi tersebut merupakan indicator dari
modal yang di investasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang
diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value
selama umur ekonomis proyek.
Adapun keputusan yang timbul dari hasil analisis gagasan usaha secara
umum dapat digolongkan atas 3 bagian, yaitu :
1. Menerima atau menolak gagasan usaha
2. Memilih satu atau beberapa gagasan usaha yang paling layak untuk
dikerjakan.
3. Menetapkan skala prioritas dari gagasan usaha yang layak
A. Pengertian Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
Bank dengan Pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Dalam istilah syari'ah, kredit dapat diartikan sebagai pembiayaan.
Yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank (syari'ah) dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.
B. Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Penggunaan
1. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur
untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus
usahanya.
2. Kredit Investasi
Kredit investasi adalah kredit yang diberikan oleh Bank untuk pembelian
barang-barang modal yang tidak habis dalam satu siklus usaha.
3. Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan oleh Bank kepada debitur
dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan yang sifatnya konsumtif.
4. Kredit Program
Kredit program adalah kredit yang disalurkan oleh Bank kepada masyarakat
dalam rangka menunjang program Pemerintah diberbagai sektor ekonomi.
C. Analisa Kredit
Analisa kredit adalah kegiatan untuk memeriksa berbagai keterangan dari
permohonan kredit calon debitur sehingga diperoleh kepastian dari calon
kreditur bahwa yang bersangkutan mau dan mampu membayar kembali kredit
tersebut berdasarkan prospek dapat berkembangnya usaha calon debitur.
D. Tujuan Analisa Kredit
Tujuan dari penyusunan analisa kredit adalah untuk menilai kelayakan
pribadi maupun usaha debitur sehingga diperoleh keyakinan bahwa debitur
mampu membayar kembali kredit dan dapat dijadikan alat keputusan untuk
menentukan jumlah dan kondisi kredit pada tingkat yang paling ekonomis.
E. Konsep 5 C pada Analisa Kredit Perbankan
C1 = CHARACTER
C2 = CAPACITY
C3 = CAPITAL
C4 = CONDITION OF ECONOMIC
C5 = COLLATERAL
1. Character (Sifat/ Tabiat/ Watak)
Pengembalian kredit sangat berhubungan dengan karakter calon debitur.
Apakah calon debitur tersebut memiliki karakter yang baik atau tidak
apabila ditinjau dari lingkungan keluarga, bermasyarakat, dalam usaha, atau
dalam hal-hal lain yang jelas dapat diketahui sosok karakter calon debitur
sebenarnya.
Cara mengetahui karakter calon debitur tersebut dapat diperoleh melalui
sumber-sumber yang dapat dipercaya dan dikenal baik oleh bank seperti tokoh
masyarakat, ulama atau anggota kelompok masyarakat.
Tujuan dari analisa karakter ini adalah untuk mengetahui riwayat calon
debitur dalam berhubungan dengan bang, riwayat pinjaman calon debitur,
reputasi calon debitur dalam bisnis dan keuangan, pengelolaan manajemen
usaha calon debitur, legalitas usaha calon debitur dan kesediaan calon
debitur untuk menyerahkan harta pribadi sebagai jaminan serta berbagai
dokumentasi yang dimiliki calon debitur seperti catatan pembukuan usaha
calon debitur.
2. Capacity (Kapasitas)
Permodalan kredit yang diajukan calon debitur tidaklah sepenuhnya dapat
disalurkan oleh bank meskipun berdasarkan analisa yang dilakukan oleh calon
debitur diperoleh nominal kebutuhan kredit tertentu. Biasanya pihak bank
juga melakukan analisa terhadap kapasitas calon debitur dalam berbagai hal
seperti informasi tentang kebutuhan riil modal usaha dan kemampuan membayar
kembali.
Disamping itu melalui analisa capacity ini dapat diketahui seberapa
besar laba bersih usaha calon debitur yang diperoleh dari akumulasi
penjualan dan stok akhir dikurangi dengan akumulasi stok awal, pembelian,
biaya usaha dan biaya hidup keluarga setiap periode (dapat perbulan,
perkuartal, persemester atau pertahun).
Analisa capacity pemberian kredit ini juga menentukan sejumlah nilai
kredit yang dapat disalurkan. Dimana jumlah kredit maksimum yang dapat
disalurkan adalah 75% dari laba bersih usaha dikalikan dengan frekuensi
angsuran jika usaha tersebut sebagai pekerjaan pokok. Apabila sumber
penghasilan keluarga calon debitur beragam, maksimum kredit yang dapat
disalurkan sejumlah 30% dari keseluruhan penghasilan keluarga dikalikan
dengan angsuran.
Anlisa capacity juga dimaksudkan untuk mengetahui sumber pengembalian
kredit apakah berasal dari pendapatan usaha, pendapatan keluarga lainnya,
dan seluruh kekayaan yang dimiliki secara tidak terbatas. Disamping
pengetahuan tentang kemampuan manajerial dan kemampuan financial calon
debitur.
3. Capital (Permodalan)
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi permodalan yang
dimiliki calon debitur, kemampuan calon debitur dalam memikul beban
pembiayaan yang dibutuhkan untuk menanggung resiko yang mungkin timbul.
Adakalanya suatu usaha memiliki modal usaha yang hampir seluruhnya
berasal dari hutang, oleh karena itu analisis ini akan menggambarkan
kondisi modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur dan sumber-sumber
modal usaha calon debitur seperti modal sendiri, modal disetor, laba
ditahan, madal sumbangan, dan lain-lain.
Ditinjau dari analisa permodalan bagi calon debitur, kredit bank dapat
berfungsi untuk mengurangi biaya modal,memperbesar laba usaha dan pemupukan
tabungan untuk memupuk modal sendiri.
4. Condition Of Economic (Kondisi Ekonomi)
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi ekonomi usaha baik
mikro maupun makro. secara mikro,kondisi ekonomi akan terlihat pada usaha
dalam hal bagaimana jumlah stok barang yang ada (supplier),bagaimana
seluruh distribusinya, sudah berapa banyak pelanggannya, ada berapa pesaing
dari usaha sejenis dan lain sebagainyayang menyangkut kegiatan usaha calon
debitur.
Analisis kondisi ekonomi makro juga dapat dijadikan ukuran bagi pihak
perbankan seperti melihat kondisi lingkungan usaha tersebut secara luas
seperti kondisi perekonomian masyarakat sekitar usaha yang bakal dijadikan
sebagai calon konsumen, peraturan pemerintah, demografi, teknologi dan
kondisi alam.
Dengan demikian gambaran yang diperoleh dari analisa ini dapat
diketahui apakah usaha ini memiliki pasar atau pelanggan yang jelas dan
bagaiman prospek usaha ini untuk dikembangkan? Apakah lokasi usaha ini
setiap saat bisa digusur? Apakah kegiatan usaha ini tidak menimbulkan
pencemaran? Dan pola atau kegiatan usaha tidak bertentangan dengan adat
budaya masyarakat, moral dan nilai agama? Itulah berbagai pertanyaan yang
muncul setelah diadakannya analisa kondisi ekonomi ini.
5. Collateral (Jaminan atau Agunan)
Analisa yang paling pokok dilakukan oleh perbankan terhadap penyaluran
suatu kredit adalah adanya jaminan atas kredit yang dipinjam (agunan).
Pihak perbankan tidak akan menanggung resiko untuk memberikan kredit
apabila kredit pinjaman tersebut tidak disertai dengan jaminan. Dengan
demikian, meskipun hasil analisa dari aspek yang lain menunjukkan
kelayakan, apabila tidak ada jaminan kemungkinan besar kredit tersebut
tidak dapat disalurkan.
Dalam hal penentuan nilai minimum jaminan, besarnya nilai minimum
jaminan ditetapkan berdasarkan nilai likuidasi pinjaman dan harus dapat
menutupi keseluruhan nilai pinjaman (sisa pokok + bunga). Atau pada
berbagai bank biasanya berbanding 1 : 1,25 sampai 1 : 2 antara jumlah
pinjaman kredit dengan nilai jaminan serta jaminan tersebut harus memiliki
nilai ekonomis dengan bukti kepemilikan yang sah (aspek yuridis/ kekuatan
hukum).
Untuk calon debitur dan perbankan, kendala yang mungkin dihadapi antara
lain apabila jumlah kredit yang ingin dipinjam berjumlah sedikit sementara
biaya transaksi dan pengikatan agunan fisik secara notariil relatif mahal
dan atau calon debitur tidak memiliki jaminan agunan (untuk beberapa
program pemerintah untuk usaha mikro). Untuk kasus ini terdapat alternative
jaminan seperti pendekatan kelompok (untuk kredit kelompok/ program
pemerintah), atau agunan alternative seperti tabungan beku, tanggung
renteng dan agunan fisik tambahan (FEO,SKJ).
Bagi calon debitur, baik pribadi maupun kelompok, terdapat ketentuan-
ketentuan yang harus dipenuhi diantaranya :
Bersedia dan telah menyetorkan tabungan beku di bank sesuai dengan
rasio (perbandingan) yang telah ditentukan sebagai jaminan kredit.
Bersedia secara teratur dan continue menabung di bank untuk menghitung
modal sendiri.
Bersedia tanggung renteng dengan surat :
- Kuasa mendebet kepada bank atas tabungan dalam rekening pribadi
maupun kelompok.
- Surat kuasa pada ketua kelompok atau pengurus atas harta pribadi yang
dijaminkan bilamana ada anggota yang menunggak.
- Memberikan hak dan kekuasaan kepada bank untuk mendapatkan pelunasan
dari hasil penjualan barang agunan apabila debitur cedera janji.
Apabila nilai jaminan dianggap rasional oleh perbankan dan calon
debitur bersedia memenuhi beberap ketentuan yang telah ditetapkan oleh
perbankan, hasil analisa ini biasanya diikat oleh suatu kesepakatan antara
perbankan dengan calon debitur.
-----------------------
Dimana :
B = Bunga
P = Principal / Modal
i = Interest / Tingkat Bunga
n = Jangka Waktu
S = Ammount / Jumlah Pengembalian
1
PENGANTAR
STUDI KELAYAKAN BISNIS
1
MODUL
PERHITUNGAN BUNGA DAN NILAI UANG
2
MODUL
METODE PENGUKURAN DAN PERAMALAN
4
MODUL
PETUNJUK TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN STUDI KELAYAKAN
5
MODUL
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
6
MODUL
MODUL
ASPEK MANAJEMEN DAN
SUMBER DAYA MANUSIA
ASPEK KEUANGAN
BAGAN MENYUSUN
LAPORAN LABA RUGI
- Jumlahkan semua pendapatan perusahaan
- Jumlahkan semua biaya yang dikeluarkan
- Laba/ Rugi = Pendapatan dikurangi Biaya
LANGKAH
TUNGGAL
LANGKAH
GANDA
- Menghitung penjualan bersih
- Menghitung Harga Pokok Penjualan
- Menghitung Laba Kotor =
Penjualan Bersih – HPP
- Menghitung Biaya Operasi
- Menghitung Laba Operasi =
Laba Kotor – Biaya Operasi
- Menghitung Penghasilan Lain
Menghitung Biaya lain
- Menghitung Laba Bersih Sebelum Pajak = Laba
- Menghitung Pajak Penghasilan
- Manghitung Laba Bersih = Laba Bersih Sebelum Pajak – Pajak
LANGKAH PERTAMA
LANGKAH KEDUA
LANGKAH KETIGA
LANGKAH KEEMPAT
ANALISA BREAK EVEN POINT
10
Pola Penyaluran
Executing
Dana Pemerintah
Dana Campuran
Mekanisme Penyaluran
kerjasama
Pemerintah
Bank
Koperasi
Chanelling
Contoh Kredit
Subsidi BBM
Taskin
MAP
Agribisnis
dll
2
MODUL
Rencana Produksi :
(Persentase rencana produksi x 80.000 jam)
Tahun I 10 % = 8.000 jam
Tahun II 15 % = 12.000 jam
Tahun III 20 % = 16.000 jam
Tahun IV 25 % = 20.000 jam
Tahun V 30 % = 24.000 jam
Jumlah 100 % = 80.000 jam
Berdasarkan rencana produksi tersebut dapat diketahui penyusutan pertahun
sebagai berikut :
Tahun I = 8.000 x Rp. 100 = Rp. 800.000
Tahun II = 12.000 x Rp. 100 = Rp. 1.200.000
Tahun III = 16.000 x Rp. 100 = Rp. 1.600.000
Tahun IV = 20.000 x Rp. 100 = Rp. 2.000.000
Tahun V = 24.000 x Rp. 100 = Rp. 2.400.000
METODE PENYUSUTAN INVESTASI
ASPEK TEHNIS DAN TEKHNOLOGIS
7
8
MODUL
9
MODUL
MODUL
ANALISA KRITERIA INVESTASI
11
MODUL
PENGETAHUAN PERKREDITAN PERBANKAN
12
MODUL