MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN DI PUSKESMAS CIKANCUNG KABUPATEN BANDUNG
LAPORAN DIBUAT UNTUK MENUNJANG UJIAN PRAKTEK PENDIDIKAN DIPLOMA IV (EMPAT) JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
Oleh :
FIRDA SITI NURFAHRIDA NPM P 17333117457
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. UndangUndang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan Kerugian. Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja,
Pengenalan potensi potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan kerja yang digunakan digunakan atau dari dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi. Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat (petugas dan pengunjung) dan orangorang sakit (pasien), sehingga puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan maupun penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular, dengan darah dan cairan tubuhmaupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain. Sejak awal tahun 2006 Puskesmas selalu meningkatkan mutu pelayanan dengan menerapkan Sistem ManajemenMutu ISO 9001-2008, harus diakui bahwa program mutu tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas . Meskipun demikian pelayanan yang dianggap telah berkualitas tersebut, masih terjadi insiden keselamatan pasien yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum, namun hal ini terjadi sebelum menerapkan Sistem manajemen Mutu. Oleh karena itu perlu dibuat rencana program peningkatan mutu dan keselamatan pasien ( Patient Safety) untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena insiden keselamatan pasien (selanjutnya disebut insiden), sebagian dapat merupakan kesalahan
dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui rencana pelayanan yang komprehensif, dengan melibatkan pasien. Dengan meningkatnya keselamatan pasien diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas dapat meningkat. Terjadinya insiden bisa berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan, menimbulkan konflik antara dokter/ petugas kesehatan dan pasien, sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negative terhadap pelayanan Puskesmas.
1.2.TUJUAN
1) Untuk mengetahui risiko yang terdapat di Puskesmas 2) Untuk mengetaui potensi risiko yang terjadi di Puskesmas 3) Untuk mengetahui manajemen penanggulangan risiko di Puskesmas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Risiko
Manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dankesehatan. Manajemen risiko bertujuan untuk minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘ accident’ .
Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
Identifikasi risiko,
Analisis risiko,
Evaluasi risiko,
Pengendalian risiko,
Pemantauan dan telaah ulang,
Koordinasi dan komunikasi
Pelaksanaan
manajemen
risiko
haruslah
menjadi
bagian
integral
dari
pelaksanaan sistem manajemenperusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan
berkelanjutan (continuous improvement ). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di s emua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset . Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
2.2. Batasan Operasional
1. Risiko: peluang/probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO), yang akan berdampak merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan menurunkan mutu pelayanan. 2. Manajemen
Risiko
Puskesmas:
merupakan
upaya
mengidentifikasi
dan
mengelompokkan risiko (grading) dan mengendalikan/mengelola risiko tersebut baik secara proaktif risiko yang mungkin terjadi maupun reaktif terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negatif seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu puskesmas. 3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP): setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien. IKP terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). 4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD): adalah insiden yang mengakibatkan cidera pada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC): adalah insiden yang berpotensi menimbulkan cidera pada pasien tapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga tidak ada cidera pada pasien. 6. Kejadian Tidak Cedera (KTC): adalah insiden yang berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap ternyata tidak menimbulkan cidera pada pasien. 7. Kondisi Potensial Cedera (KPC): adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi. 8. Kejadian Sentinel: adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah mengakibatkan kematian atau cidera fisik/psikologis serius, atau kecacatan pada pasien. Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain: kematian yang tidak dapat diantisipasi dan tidak berhubungan dengan penyebab alami dari penyakit pasien atau kondisi medis dasar pasien. 9. Pelaporan
insiden
keselamatan
pasien:
adalah
suatu
sistem
untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, menganalisis dan mengantisipasi/mengelola/mengendalikan insiden secara berkesinambungan. 10. Risiko Sisa: adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya pengendalian/tindakan dilakukan. 11. Penilaian Risiko: adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi dalam pelayanan di puskesmas dengan mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
Tahap persiapan mencakup : ruang lingkup kegiatan manajemen risiko, personil yang terlibat, standar dalam penentuan kriteria risiko, prosedur/mekanisme pelaporan, pemantuan serta review, dokumentasi yang terkait. Identifikasi bahaya merupakan
tahapan yang penting.Beberapa teknik identifikasi bahaya seperti observasi/survei, inspeksi, pemantauan, audit, kuesioner, data statistik, konsultasi dengan pekerja, Fault Tee Analysis, Walk through survey.
2.3. Tahapan Manajemen Risiko 2.3.1. Identifikasi Risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jejaring Puskesmas menyusun daftar risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas. Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro-aktif) dan insiden yang sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif/responsif). Risiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya:
a) Informasi internal (hasil temuan audit internal, keluhan pasien/pelan ggan puskesmas, insiden yang pernah terjadi di unit layanan tersebut). b) Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian) c) Pemeriksaan atau audit eksternal Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan memperhatikan: 1) Tingkat peluang/frekuensi kejadian 2) Tingkat dampak yang dapat/sudah ditimbulkan.
2.1. Tabel Peluang Kejadian Tak Significant 1
MINOR 2
Moderat 3
Mayor 4
Katatrospik 5
Sangat sering terjadi (Tiap minggu/bulan) 5
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Sering terjadi (bbrp kali/tahun) 4
Moderat
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Mungkin terjadi (1 - < 2 tahun/kali) 3
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Ekstrim
Jarang terjadi (> 2 - < 5 th/kali) 2
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Sangat jarang terjadi ( > 5 thn/Kali) 1
Rendah
Rendah
Moderat
Tinggi
Ekstrim
Dampak Probabilitas
2.2. Tabel Penilaian Dampak MATRIKS
Deskripsi
1
Minimal
2
Minor
Dampak
Tidak ada cedera • •
3
Moderat
• •
•
4
Mayor
• •
5
Ekstrem
Cedera ringan , mis luka lecet Dapat diatasi dng P3K
Cedera sedang, mis : luka robek Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/psikologis atau intelektual (reversibel. Tdk berhubungan dng penyakit Setiap kasus yg meperpanjang perawatan Cedera luas/berat, mis : cacat, lumpuh Kehilangan fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual (ireversibel), tdk berhubungan dng penyakit
Kematian yg tdk berhubungan dng perjalanan penyakit
2.3.2. Analisis Risiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim Mutu. Analisis dilakukan dengan menentukan skor risiko atau insiden tersebut untuk menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola mengendalikan risiko/insiden tersebut termasuk dalam kategori biru/hijau/kuning/merah.
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko/insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam dengan metode RCA (root cause analysis – reaktif/responsive) atau HFMEA (healthcare failure mode effect analysis – proaktif)
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
2.3.3. Evaluasi Risiko
1) Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor dan grading yang didapat dalam analisis. 2) Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan mel iputi proses berikut : a. Menilai secara obyektif beratnya/dampak/akibat dan menentukan suatu skor b. Menilai secara obyektif kemungkinan/peluang/frekuensi suatu peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko. 3)
Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap. a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko. b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Instalasi Kerja yang akan melakukan verifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan untuk mengatasi risiko.
2.3.4. Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko atau insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.
LEVEL/BANDS
TINDAKAN
EKSTREM (SANGAT TINGGI)
Risiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari, membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur RS
HIGH (TINGGI)
Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dng detail & perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen
MODERATE (SEDANG)
Risiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2 minggu. Manajer/pimpinan klinis sebaiknnya menilai dampak terhadap bahaya & kelola risiko
LOW (RENDAH)
Risiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu diselesaikan dng prosedur rutin
2.3.5. Investigasi
Dalam pengelolaan risiko/IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau, maka tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui tahapan: 1. Identifikasi insiden dan di-grading 2. Mengumpulkan data dan informasi: observasi, telaah dokumen, wawancara 3. Kronologi kejadian 4. Analisis dan evaluasi sederhana: a) Penyebab langsung: - Individu - Peralatan - Lingkungan tempat kerja - Prosedur kerja. b) Penyebab tidak langsung: - Individu
- Tempat kerja 5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang Dalam pengelolaan risiko/IKP yang masuk dalam kategori kuning atau merah, maka tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi lengkap. Identifikasi Insiden: Root cause analysis (RCA) digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi IKP pada derajat kuning dan merah. Di dalam menganalisis penyebab masalah, jangan berhenti hanya pada penyebab langsung namun harus terus menggali hingga kepada akar masalah sehingga penyelesaian yang direkomendasikan nantinya bukanlah penyelesaian simptomatik semata melainkan benar-benar penyelesaian etiologi yang dapat mencegah berulangnya insiden yang sama di kemudian hari.
BAB III METODE
3.1. Metode HIRADC Metode yang digunakan untuk penilaian risiko lingkungan di puskesmas cikancung adalah dengan metode Hiradc. Proses Hiradc yaitu sebagai berikut : 1. Identifikasi Risiko 2. Penilaian risiko 3. Penentuan kontrol risiko 4. Penerapan tindakan pengendalian.
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Kegiatan
Puskesmas Cikancung memiliki pelayanan poli umum, poli gigi, poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), poli gizi, dan laboratorium. Aktivitas kegiatan sehari-hari poli di Puskesmas Cikancung yang berhubungan dengan K3L meliputi: 1. Pendaftaran: Puskesmas Cikancung melayani pasien rawat jalan, pemeriksaan kehamilan dan kontrasepsi,dan imunisasi. Saat datang ke Puskesmas, semua pasien mendaftarkan diri terlebih dahulu. Pasien akan mendapatkan nomor antri, dan dapat mendaftar setelah nomor antriannya dipanggil. Dari pendaftaran, pasien akan diarahkan ke poli yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Petugas pendaftaran mencatat dan mencarikan rekam medis di ruang pendaftaran. 2. Poliklinik: Poliklinik yang ada di Puskesmas Cikancung terdiri dari Poli Umum, Poli KIA, Poli Gigi, dan Poli Gizi, 3. Ruang Tunggu: Di Puskesmas Cikancung disediakan ruang tunggu di beberapa tempat, antara lain di tempat pendaftaran, di dekat poli dan dekat apotek. Pada setiap ruang tunggu disediakan kursi dengan sandaran punggung. 4. Apotek: Apotek di Puskesmas Cikancung melayani kebutuhan farmasi bagi setiap pasien yang datang berobat. Pelayanan yang diberikan bersifat dasar. Hal ini dikarenakan formularium nasional maupun regional Bandung telah mengatur jenis obat-obatan yang boleh disediakan di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun lanjutan. Apotek di Puskesmas Cikancung dilayani oleh satu orang apoteker dan satu orang asisten apoteker,
5. Laboratorium: Laboratorium di Puskesmas Cikancung melayani hanya beberapa pemeriksaan untuk penegakan diagnosis diantaranya pemeriksaan urin, hemoglobin, dan golongan darah. Keberadaan laboratorium di Puskesmas Cikancung sangat penting mengingat perlunya diagnosis yang presisi agar penanganan penyakit lebih tepat sasaran. Selain itu, laboratorium di Puskesmas memudahkan petugas kesehatan maupun pasien dalam pemeriksaan lanjutan. Hasil pemeriksaan dapat diperoleh lebih cepat karena pasien langsung dapat diperiksa di tempat. Adanya laboratorium di wilayah Puskesmas juga lebih efektif bagi pasien. Pasien tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga maupun waktu ke laboratorium lain, 6. Aula: Puskesmas Cikancung memiliki sebuah aula yang digunakan untuk ruang rapat maupun untuk menunjang kegiatan Puskesmas seperti penyuluhan maupun pelatihan kader, 7. Kantor: di Puskesmas Cikancung terdapat dua ruangan yang digunakan sebagai kantor. Ruangan pertama terletak di tengah bangunan puskesmas terdiri dari ruang kepala puskesmas, ruang tata usaha, dan administrasi, 8. Toilet: Puskesmas Cikancung memiliki satu buah toilet untuk pasien di sebelah ruang tunggu dan satubuah toilet untuk petugas.
4.2. identifikasi Manajemen Risiko Lingkungan IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DAN PENETUAN KONTROL (HIRADC) Tanggal pembuatan HIRADC: 15-01-2018 Divisi : Puskesmas Cikancung Tanggal Review : Ruang Lingkup : Unit layanan B.P. Anggota Tim: Umum, B.P. Gigi, Poli MTBS dan
Ketua Audit Internal: Firda siti Nurfahrida Pimpinan: Dr. Mariam Jamilah
Ruang tindakan
Anggota: Husni ahmad
No
1
2
3
4
5
Tugas
Pemeriksaan terhadap pasien ISPA/ TB Paru Pengukuran tekanan darah pasien dengan menggunakan tensimeter
Melakukan pemeriksaan pasien sambil duduk
Penambalan gigi pasien dengan sinar komposit
Penghisapan lender bayi
Bahaya bahaya
Risiko (Risiko Murni)
Biologi: Tertular Percikan penyakit ludah pasien ISPA/ TB ISPA/ TB Paru Paru Kimia: Terpapar Mercury toksisitas mercury sehingga menyebabk an gangguan kesehatan Ergonomi: Penyakit/ Kursi yang gangguan tidak kesehatan nyaman dan akibat salah tidak posisi ergonomis duduk Fisika: Terpapar radiasi sinar radiasi sinar komposit komposit sehingga menyebabk an gangguan kesehatan Biologi: Gangguan lender bayi pernafasan
Jumlah Karyawan yang Terpapar
Jenis Risiko (S/H)
6
Kalkulasi Risiko
Tingk at Risiko Murni
Kons.
Frek.
H
2
3
6
5
H
2
2
4
6
H
2
2
4
1
H
2
2
4
8
H
2
3
6
IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DAN P ENETUAN KONTROL (HIRADC) Tanggal pembuatan HIRADC: 16-01-2018 Tanggal Review : Divisi : Puskesmas Cikancung
Anggota Tim:
Ruang Lingkup : Bidang Kebersihan
Ketua Audit Internal: Firda Siti Nurfahrida Pimpinan: Dr. Mariam Jamilah Anggota: husni ahmad
No
6 7
8
Tugas
Menyapu dan membersihkan debu Mengepel lantai Membersihkan kaca
Bahaya bahaya
Kimia: debu
Fisika: lantai licin Fisika: tempat ketinggian saat melap kaca
Risiko (Risiko Murni) Gangguan pernafasan Terpeleset, terjatuh Terjatuh
Jumlah Karyawan yang Terpapar
Jenis Risiko (S/H)
2
Kalkulasi Risiko
Tingkat Risiko Murni
Kons.
Frek.
H
2
2
4
2
S
3
3
9
2
S
3
3
9
IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DAN P ENETUAN KONTROL (HIRADC) Tanggal pembuatan HIRADC: 17-01-2018 Tanggal Review : Divisi : Puskesmas Cikancung Ruang Lingkup : Laboratorium
Anggota Tim: Ketua Audit Internal: Firda Siti Nurfahrida Pimpinan: Dr. Mariam Jamilah Anggota: Husni ahmad
No
9
10
Tugas
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kimia rutin
Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan 11 protein urine
12
Melakukan pemeriksaan pasien sambil duduk
Bahaya bahaya
Fisika: jarum lanset
Kimia: reagen kimia (HCl)
Risiko (Risiko Murni)
Jumlah Karyawan yang Terpapar
Jenis Risiko (S/H)
1
Kalkulasi Risiko
Tingkat Risiko Murni
Kons.
Frek.
S
3
5
15
1
H
4
3
12
1
H
2
2
4
1
H
2
2
4
Tertusuk jarum lanset
- Gangguan pernafasan karena larutan HCl yang agak menyengat - Terpapar bahan kimia
Biologi: Tertular urine penyakit pasien Ergonom Penyakit/ i: Kursi gangguan yang kesehatan tidak akibat salah nyaman posisi duduk dan tidak ergonomi s
IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DAN P ENETUAN KONTROL (HIRADC) Tanggal pembuatan HIRADC: 18-01-2018 Tanggal Review : Divisi : Puskesmas Cikancung Ruang Lingkup : Poli TB
Anggota Tim: Ketua Audit Internal: Firda Siti Nurfahrida Pimpinan: Dr. Mariam Jamilah Anggota: Husni ahmad
No
Tugas
13
Pemeriksaan lanjutan Pasien TB
14
Konseling pasien TB
Melakukan penyuntikan 15 terhadap pasien TB Kategori II
Bahaya bahaya
Risiko (Risiko Murni)
Biologi: Tertular Percikan penyakit TB ludah pasien Paru TB Paru Tertular Fisika: penyakit akibat ventilasi pertumbuhan tidak MS bakteri Biologi: Tertular Percikan penyakit TB ludah pasien Paru TB Paru Tertular Fisika: penyakit akibat ventilasi pertumbuhan tidak MS bakteri Fisika: jarum suntik
Tertusuk jarum suntik
Jumlah Karyawan yang Terpapar
Jenis Risiko (S/H)
1
Kalkulasi Risiko
Tingkat Risiko Murni
Kons.
Frek.
H
4
6
24
1
H
4
3
12
1
S
4
5
20
IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DAN PENETUAN KONTROL (HIRADC) Tanggal pembuatan HIRADC: 22-01-2018 Divisi : Puskesmas Cikancung Tanggal Review : Ruang Lingkup :
Unit Pendaftaran
Anggota Tim: Ketua Audit Internal: Firda Siti Nurfahrida
dan Medical Record
Pimpinan: Dr. Mariam Jamilah Anggota: Husni ahmad
No
16
Tugas
Entri online data pasien, diagnosa, P care dan rujukan
Bahaya bahaya
Fisika: radiasi Personal Computer
Risiko (Risiko Murni)
Jumlah Karyawan yang Terpapar
Jenis Risiko (S/H)
2
H
- Terpapar radiasi komputer - Gangguan kesehatan mata
Kalkulasi Risiko
Tingkat Risiko Murni
Kons.
Frek.
2
2
4
IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DAN PENETUAN KONTROL (HIRADC) Tanggal pembuatan HIRADC: 23-01-2018 Divisi : Puskesmas Cikancung Tanggal Review : Ruang Lingkup :
Ruangan Tata Usaha
Anggota Tim: Ketua Audit Internal: Firda Siti Nurfahrida
& Unit Obat
Pimpinan: Dr. Mariam Jamilah Anggota: Husni ahmad
No
Tugas
Membuat surat menyurat, absensi 17 pegawai, administrasi pegawai dan input data Merapikan dan mengecek 18 kelengkapan logistik Merapikan obat 19 dan mengambil obat di gudang
Bahaya bahaya
Fisika: radiasi Personal Computer
Risiko (Risiko Murni)
Jumlah Karyawan yang Terpapar
Jenis Risiko (S/H)
1
Kalkulasi Risiko
Tingkat Risiko Murni
Kons.
Frek.
H
2
2
4
2
S
2
3
6
2
S
2
3
6
- Terpapar radiasi komputer - Gangguan kesehatan mata
Tertimpa Fisika: barang/ barang-barang logistik yang menumpuk Fisika: - Tertimpa Tumpukan tumpukan dus obat obat
- Terjatuh saat menjangkau dus obat di tempat tinggi IDENTIFIKASI BAHAYA-PENILAIAN RISIKO DAN PENETUAN KONTROL (HIRADC) Tanggal pembuatan HIRADC: 24-01-2018 Divisi : Puskesmas Cikancung Tanggal Review : Ruang Lingkup :
Pelayanan Kesling dan
Anggota Tim: Ketua Audit Internal: Firda Siti Nurfahrida
Gizi
Pimpinan: Dr. Mariam Jamilah Anggota: Husni ahmad
No
Tugas
Melakukan pengelolaan 20 limbah medis
Melakukan penimbangan 21 bayi balita di Posyandu
Bahaya bahaya
Kimia: residu limbah medis Fisika: limbah spuit Fisika: dacin
Fisik : Terpeleset
Risiko (Risiko Murni)
Tertular penyakit, tertusuk limbah spuit Tertimpa dacin yang tidak seimbang/ tidak kuat - Terjatuh saat menjangkau dus PMT di tempat tinggi
Jumlah Karyawan yang Terpapar
Jenis Risiko (S/H)
1
1
Kalkulasi Risiko
Tingkat Risiko Murni
Kons.
Frek.
S
4
5
20
S
2
2
4
4.3. Tabel Penentuan Kontrol (HIRADC)
No Ref. (No. Tugas)
13
20
9
10
13
Tingkat Risiko (Murni)
24
20
15
12
12
Jenis Risiko (S/H)
H
S
H
H
H
Kontrol yang ada untuk memitigasi risiko murni - Petugas sudah memakai masker untuk menghindari keterpaparan
- Mengikuti SOP yang telah ada - Cuci tangan menggunakan sabun/ desinfektan - Mengikuti SOP yang telah ada - Menggunakan APD (masker, hand spoon, jas lab., sepatu karet) - Cuci tangan menggunakan sabun/ desinfektan - Mengikuti SOP yang telah ada - Menggunakan APD (masker, hand spoon, jas lab., sepatu karet) - Cuci tangan menggunakan sabun/ desinfektan - Mengikuti SOP yang telah ada - Menggunakan APD - Cuci tangan menggunakan sabun/ desinfektan - Standar suhu dan kelembahan di ruangan T: (18-
Efektivitas Kontrol (%gabungan)
65%
65%
75%
65%
65%
Tingkat Risiko Sisa
8.4
Tambahan Kontrol yang Direkomendasikan - menambahkan exhaust fan untuk ruangan - merubah posisi jendela supaya cahaya matahari masuk ke dalam ruangan
7
Rutin memakai APD lengkap sesuai SOP
3.75
- Rutin minum susu yang dapat menetralkan racun - Rutin memakai APD lengkap
4.2
- Rutin minum susu yang dapat menetralkan racun - Rutin memakai APD lengkap
4.2
- Memasangkan exhaust fan pada ruangan sesuai dengan luas ruangan agar sirkulasi udara di Poli TB memenuhi syarat Melakukan dekontaminasi ruangan
28)oC dan Rh: (4060) %
14
12
8
H
9
S
- Mengikuti SOP yang telah ada - Menggunakan APD (masker, hand spoon, jas lab., sepatu karet) - Cuci tangan menggunakan sabun/ desinfektan - Standar "bekerja di ketinggian" - Mengikuti SOP yang telah ada
75%
90%
3.75
- Rutin minum susu yang dapat menetralkan racun - Rutin memakai APD lengkap
0.9
Menyediakan alat untuk mengelap kaca yang mudah dijangkau
Rekomendasi Rencana Tindakan No. Ref (No Tugas)
13
20
Tingk at risiko sisa
8.4
7
Jenis risiko (S/H)
H
S
Kontrol tanbahan yang direkomendasik an - menambahkan exhaust fan untuk ruangan - merubah posisi jendela supaya cahaya matahari masuk ke dalam ruangan Rutin memakai APD lengkap sesuai SOP
Detail rencana tindakan
Sumber daya yang dialokasikan
Penanggu ng jawab
Mulai tanggal
Tanggal selesai
status
Melakukan renovasi penambahan exhaust fan dan merubah posisi jendela
Ketua tim audit, tim perencanaan, kepala puskesmas
Firda
22-012018
22-012018
100%
Melakukan breafing evaluasi
Ketua tim audit, Petugas kebersihan
Firda
23-012018
23-012018
100%
Berdasarkan hasil identifikasi, analisis dan evaluasi serta tindak lanjut dengan menggunakan metode HIRADC, didapatkan hasil tingkat risiko yang paling dominan
menyebabkan dampak yaitu: kegiatan pemeriksaan lanjutan pasie TB dengan jenis ri siko healthy (H) tingkat risiko sisa 8.4 dengan kontrol yang sudah ada untuk memitigasi risiko adalah memakai masker untuk melindungi keterpaparan penyakit. Selanjutkan untuk rekomendasi kontrol yaitu menambahkan pemasangan exhaust fan dalam ruangan dan merubah posisi jendela agar sinar ultraviolet dari cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan. kegiatan melakuka pengelolaan limbah medis dengan jenis risiko safety (S) tingkat risiko sisa 7 dengan kontrol yang sudah ada untuk memitigasi risiko adalah Mengikuti SOP yang telah ada dan Cuci tangan menggunakan sabun/ desinfektan. Selanjutnya untuk rekomendasi kontrol yaitu dengan rutin memakai APD lengkap dengan SOP yang benar.