Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online]. Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. Diakses: 16-12-2016
Jaid, Pengertian Narkoba. [online]. Tersedia: http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba. Diakses: 22-11-2016
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba Berbasis Masyarakat (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm. 2
Sandi Raka, Makalah: Pengetahuan dan Jenis-Jenis Narkoba Serta Dampaknya. [online]. Tersedia: http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2009/07/pengetahuan-dan-jenis-jenis-narkoba.html. Diakses: 6-1-2017
Ahmad Tholabi, Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. [online]. Tersedia: https://ahmadtholabi.wordpress.com/2009/12/13/menanggulangi-penyalahgunaan-narkoba/. Diakses: 25-11-2016
Reza Indragiri, Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba (Jakarta: Salemba Humanika, 2007), hlm. 6
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online]. Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. Diakses: 17-12-2016
Tim Visi Media, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba (Jakarta: Visimedia, 2006), hlm. 3
Ahmad Tholabi, Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. [online]. Tersedia: https://ahmadtholabi.wordpress.com/2009/12/13/menanggulangi-penyalahgunaan-narkoba/. Diakses: 25-11-2016
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia: https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/. Diakses: 17-12-2016
Hasril, Karya Tulis Ilmiah Tentang Narkoba. [online]. Tersedia: https://hazrilmadridista.wordpress.com/2013/12/28/karya-tulis-ilmiah-tentang-narkoba/. Diakses: 17-12-2016
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online]. Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. Diakses: 17-12-2016
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia: https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/. Diakses: 17-12-2016
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, op. cit. hlm. 1
Satya Joewana, Peran Orang Tua Mencegah Narkoba (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 5
Ibid, hlm. 4
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia: https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/. Diakses: 17-12-2016
Hasril, Karya Tulis Ilmiah Tentang Narkoba. [online]. Tersedia: https://hazrilmadridista.wordpress.com/2013/12/28/karya-tulis-ilmiah-tentang-narkoba/. Diakses: 17-12-2016
Ibid.
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online]. Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. Diakses: 17-12-2016
Ahmad Tholabi, Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. [online]. Tersedia: https://ahmadtholabi.wordpress.com/2009/12/13/menanggulangi-penyalahgunaan-narkoba/. Diakses: 25-11-2016
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online]. Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. Diakses: 17-12-2016
Tim Visi Media, op. cit. hlm. 4
Dinda Putut, Penyebaran Narkoba di Kalangan Remaja. [online]. Tersedia: http://dindaputut.blogspot.co.id/2013/02/penyebaran-narkoba-di-kalangan-remaja.html. Diakses: 22-11-2016.
Jaid. (2014). Pengertian Narkoba. [online]. Tersedia: http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba. Diakses: 19-11-2016.
Victorious Karim, Pengertian Narkoba atau Napza. [online]. Tersedia: http://www.gudangnews.info/2014/10/pengertian-narkoba-atau-napza.html. Diakses: 19-11-2016.
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba Berbasis Masyarakat (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm. 1
Jajat Sudrajat, Definisi atau Pengertian Narkoba Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia: http://infokesehatanakurat.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-narkoba-menurut-para-ahli.html. Diakses: 19-11-2016.
Ibid.
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online]. Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. Diakses: 23-12-2016
Satya Joewana, Peran Orang Tua Mencegah Narkoba (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 7
Ibid.
Wikipedia, Narkoba. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba. Diakses: 23-12-2016
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia: http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia: http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia: http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia: http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
Angelica Setiady, Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja Indonesia. [online]. Tersedia: http://brainyasian.blogspot.co.id/2014/11/penyalahgunaan-narkoba-di-kalangan.html. Diakses: 25-12-2016
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis Psikotropika. [online]. Tersedia: http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
Ilman Hadi, Keterkaitan UU Narkotika dengan UU Psikotropika. [online]. Tersedia: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50f7931af12dc/keterkaitan-uu-narkotika-dengan-uu-psikotropika. Diakses: 24-12-2016
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis Psikotropika. [online]. Tersedia: http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
Ilman Hadi, Keterkaitan UU Narkotika dengan UU Psikotropika. [online]. Tersedia: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50f7931af12dc/keterkaitan-uu-narkotika-dengan-uu-psikotropika. Diakses: 24-12-2016
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis Psikotropika. [online]. Tersedia: http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis Psikotropika. [online]. Tersedia: http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
Wikipedia, Zat Adiktif. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Zat_adiktif. Diakses: 19-11-2016.
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pelarangan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol Pasal 1
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia: https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/. Diakses: 27-12-2016
Ibid.
Aidia Mj, Pengertian Definisi Jenis dan Golongan Narkoba. [online]. Tersedia: http://karyatulisilmiah.com/pengertian-definisi-jenis-dan-golongan-narkoba/. Diakses: 27-12-2016
Ibid.
Ibid.
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia: https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/. Diakses: 24-12-2016
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Clara R. P. Ajisuksmo, et.al., Narkoba: Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk Mencegah Penyalahgunaan Narkoba (Yogyakarta: Media Pressindo, 2001), hlm. 2
Hendra Pasuhuk, PBB: Indonesia Salah Satu Jalur Utama Penyelundupan Narkoba. [online]. Tersedia: http://www.dw.com/id/pbb-indonesia-salah-satu-jalur-utama-penyelundupan-narkoba/a-18252054. Diakses: 8-1-2017
Satya Joewana, op. cit., hlm. 1
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, op. cit. hlm. 7
Ibid.
Satya Joewana, op. cit. hlm. 14
Ibid.
Ibid, hlm. 15
Ibid, hlm. 16
Ibid.
Ibid.
Ibid.
Satya Joewana, op. cit. hlm. 19-22
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, op. cit. hlm. 2
Ibid, hlm. 3-4
Ibid, hlm. 11
Ibid.
Ibid, hlm. 12
Ibid.
Ibid
Ibid
Ibid, hlm. 12-13
Ibid, hlm. 13
Subagyo Partodihardjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm.105
Clara R. P. Ajisuksmo, et.al., op.cit. hlm. 25-26
Hariyanto, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/. Diakses: 8-1-2017
Ibid.
Akbar Ilyas, Pengertian Remaja Menurut Beberapa Ahli. [online]. Tersedia: http://www.tongkronganislami.net/2015/10/pengertian-remaja-menurut-beberapa-ahli.html, Diakses: 8-1-2017
Ibid.
Letezia Tobing, Perbedaan Batasan Usia Cakap Hukum dalam Peraturan Perundang-undangan. [online]. Tersedia: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4eec5db1d36b7/perbedaan-batasan-usia-cakap-hukum-dalam-peraturan-perundang-undangan. Diakses: 13-1-2017
Bayu Setyo, Pengertian Kenakalan Remaja. [online]. Tersedia: http://rewimania-kepung.blogspot.co.id/p/pengertian-kenakalan-remaja_490.html. Diakses: 14-1-2017
Ibid.
Ab Biahimo, Analisis Tentang Kenakalan Remaja. [online]. Tersedia: eprints.ung.ac.id/1049/6/2012-2-86201-111409013-bab2-24012013010616.pdf. Diakses: 14-1-2017
Ibid.
Satya Joewana, op. cit., hlm. 25
Tim Visi Media, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba (Jakarta: Visimedia, 2006), hlm. 8-10
Ibid, hlm. 17-19
Satya Joewana, op. cit., hlm. 26
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 15
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 64 huruf g
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 81 ayat 2
Letezia Tobing, Anak 14 Tahun Mencuri Motor Mungkinkah Dibebaskan?. [online]. Tersedia: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl112/anak-14-tahun-mencuri-motor--mungkinkah-dibebaskan. Diakses: 15-1-2017
Jaid. (2014). PengertianNarkoba. [online]. Tersedia: http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba. (22 November 2016)
Pebriansyah Marta. (2014). Narkoba di KalanganPelajardanBahayaNarkoba. [online]. Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. (17Desember2016)
Undang-UndangNomor 35 Tahun 2009 TentangNarkotika
Undang-UndangNomor 35 Tahun 2009 TentangNarkotikaPasal 128 ayat 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan dalam masyarakat dan membutuhkan perhatian khusus adalah penyalahgunaan obat-obatan. Pada awalnya penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang terbatas pada dunia kedokteran, namun belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan penggunaannya tidak lagi terbatas pada dunia kedokteran.
Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Narkoba dapat mengubah perasaan, pikiran, dan perilaku penggunanya. Walaupun sifatnya sementara dan semu, seperti bebas dari perasaan negatif lain, kenikamatan semu, dan pengendalian semu, penyalahgunaan narkoba berhubungan dengan kejahatan dan perilaku sosial lain yang mengganggu suasana tertib dan aman.
Bahaya yang diakibatkan oleh pemakaian narkoba dapat bermacam-macam dan terkadang para pecandu itu sendiri kebanyakan tidak mengetahui organ tubuh mana saja yang dapat terserang. Mereka tidak dapat mengetahui bahwa akibat dari pemakaian narkoba tersebut akan banyak sekali menimbulkan kerugian dan pederitaan, tidak hanya organ tubuh seperti otak, jantung, dan paru-paru mereka yang terserang, bahkan virus pun akan lebih mudah masuk kedalam tubuh mereka. Seperti virus hepatitis C, virus HIV/AIDS, dan juga penyakit menular lainnya dan bahaya ini tidak hanya menyerang fisik saja melainkan mental, emosional, dan spiritual mereka.
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara teratur, dan berlangsung cukup lama. Penyalahgunaan narkoba dapat dikatakan sebagai penyakit endemik yang siap menyerang dan menular kepada siapa saja. Tidak mengenal batas umur maupun status sosial.
Saat ini penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat merajalela. Hal ini terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkoba dari semua kalangan dan peredarannya yang terus meningkat. Yang sangat penting untuk dipahami adalah bahwa tidak ada satu orang pun di dunia yang benar-benar kebal terhadap kemungkinan terjerat dalam penyalahgunaan narkoba. Aktivis agama, pekerja profesional, penghuni kawasan mewah, murid sekolah unggulan, penegak hukum, semuanya terpapar pada kemungkinan menjadi subjek penyalahgunaan narkoba.
Maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang diakui banyak kalangan menjadi ancaman yang berbahaya bagi bangsa Indonesia. Namun yang lebih memprihatinkan, penyalahgunaan narkoba saat ini justru banyak berasal dari kalangan remaja dan anak muda, yaitu para pelajar.
Perlu disadari bahwa pemakaian narkoba memang memberi efek menyenangkan dalam sesaat, namun ketika menjadi ketergantungan akan membawa akibat yang buruk bahkan fatal. Seseorang yang pernah menjadi pecandu bertutur bahwa untuk menghindarkan diri dari pengaruh narkoba, jangan sekali-kali melihat apalagi mencobanya. Tetapi apa yang terjadi dalam masyarakat kita terutama anak-anak yang sudah mulai menginjak masa remaja justru sebaliknya. Keingintahuan mereka justru membuat mereka terjun untuk mencoba narkoba.
Masa remaja adalah masa transisi, yang berarti pada masa-masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan, baik itu emosi maupun kejiwaan. Pola pikir kaum muda kadang kala hanya bersifat instan dan mencari yang temudah mana kala menghadapi sesuatu yang sulit. Apabila diterpa pelbagai persoalan, baik karena faktor internal maupun faktor eksternal, seringkali mereka tidak dapat mengontrol diri.
Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati dirinya. Namun sering kali dalam pencarian jati diri ini remaja cenderung salah dalam bergaul dan dalam menghadapi atau mengatasi problematika, mereka justru mengalami stres, cemas, frustasi, dan hilangnya kepercayaan diri sehingga terkadang menimbulkan tindakan-tindakan destruktif, melanggar, dan menyalahi norma-norma masyarakat, agama, maupun hukum. Seperti melakukan perkelahian, minum-minuman keras, pencurian, perusakan, seks bebas, bahkan sampai menggunakan narkoba.
Pecandu narkoba pada umumnya berusia antara 15 sampai 24 tahun, artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok, karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pecandu narkoba. Hal ini terjadi biasanya karena penawaran, bujukan, atau tekanan seseorang atau sekelompok orang kepadanya, misalnya oleh kawan sebayanya.
Adapun mereka yang beresiko terjerumus ke dalam masalah narkoba adalah anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki sejarah kekerasan dalam rumah tangga, dibesarkan dari keluarga yang broken home atau memiliki masalah perceraian, kurangnya perhatian orang tua, sedang stres atau depresi, memiliki pribadi yang tidak stabil atau mudah terpengaruh, dan sekaligus didorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, atau ingin memakai. Selanjutnya, tidak sulit baginya untuk menerima tawaran narkoba sehingga akan menimbulkan candu terhadap obat-obat terlarang yang dipakainya. Awalnya mencoba lalu kemudian mengalami ketergantungan.
Kecanduan (adiksi) atau ketergantungan narkoba adalah suatu penyalahgunaan narkoba yang berat sehingga jika mengurangi atau berhenti menggunakan narkoba akan timbul gejala putus narkoba (sakau). Untuk mempertahankan pengaruh narkoba seperti semula, pengguna narkoba mengonsumsinya dalam jumlah yang makin lama makin banyak.
Sumber masalah kecanduan adalah diri sendiri, yakni keyakinan adiktif, kepribadian adiktif, dan pola pikir adiktif. Seorang pecandu mengambil jalan pintas dan menghindar dari seseorang atau sesuatu hal yang mengharuskannya menghadapi perasaan dan persoalan. Ia berputar-putar dalam suatu lingkaran, dan untuk menghindari persoalan ia menjerumuskan diri sendiri kepada narkoba.
Telah menjadi budaya masyarakat modern pula bahwa baik orang dewasa maupun remaja, mencoba menghindari perasaan negatif, dan mengelola rasa sakit, atau tidak nyaman dengan cara minum obat atau memakai narkoba. Bukannya mencari jalan keluar atau pemecahan masalah secara konstruktif dan positif.
Indonesia telah menjadi salah satu negara yang dijadikan pasar utama dari jaringan sindikat peredaran narkoba yang berdimensi internasional untuk tujuan-tujuan komersial. Untuk jaringan peredaran narkoba di negara-negara Asia, Indonesia diperhitungakan sebagai pasar (market-state) yang paling prospektif secara komersial bagi sindikat internasional yang beroperasi di negara-negara yang sedang berkembang.
Leluasanya penjualan narkoba dapat menimbulkan gangguan mental dan pergaulan bebas yang merusak masa depan bangsa. Kasus narkoba yang dikategorikan terbesar ketiga di dunia telah membuat kita sadar bahwa masalah narkoba merupakan masalah bagi kelangsungan hidup masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia untuk menuju kehidupan yang sejahtera. Di samping itu, hal ini juga menandakan bahwa penyalahgunaan narkoba sudah semakin marak dimana-mana.
Narkoba yang saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja umumnya berbentuk kapsul, tablet, tepung seperti ecstasy dan sabu-sabu, bahkan dalam bentuk daun seperti ganja. Penyebaran narkoba di kalangan remaja hingga kini sudah hampir tak bisa dicegah, mengingat hampir seluruh masyarakat dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari 'mangsa' di daerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan geng.
Saat ini para orang tua, penegak hukum, dan bahkan semua kalangan telah resah terhadap penyebaran narkoba, sebab generasi muda masa depan bangsa banyak yang terjerumus di dalamnya. Padahal mereka merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin di negeri tercinta ini. Apa jadinya negara ini dimasa yang akan datang, dengan tantangan yang semakin berat dan persaingan yang begitu ketat, apabila generasi penerusnya saat ini sudah merusak dirinya sendiri dengan menggunakan narkoba.
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan narkoba ini, maka ada beberapa dasar hukum yang diterapkan untuk menghadapi pelaku tindak pidana narkoba. Untuk pelaku penyalahgunaan narkotika dapat dikenakan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan untuk pelaku penyalahgunaan psikotropika dapat dikenakan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
Anak adalah masa depan bangsa. Karena merupakan masa depan bangsa, maka anak perlu mendapat perhatian khusus demi pertumbuhan dan perkembangan dirinya menuju kedewasaan yang baik dan bermartabat, maka dari itu anak-anak dan remaja berhak mendapatkan perlindungan dari narkoba, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Upaya pemberantasan narkobapun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa. Bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba.
Dengan melihat kenyataan yang terjadi dan dampak negatifnya yang sangat besar dimasa yang akan datang, maka semua elemen bangsa ini, seperti pemerintah, aparat penegak hukum, institusi pendidikan, masyarakat, dan lain sebagainya diharapkan untuk mulai melakukan gerakan perangi narkoba secara serius dan terus menerus. Baik dengan pendekatan preventif maupun represif, sehingga upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba ini dapat berjalan dengan efektif.
Peran pemerintah sangat penting dalam menanggulangi penyebaran narkoba, karena maraknya penyebaran narkoba dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba.
Kita tidak bisa mengharapkan sesuatu yang ideal/baik dimasa mendatang jika kita tidak mempersiapkannya sejak sekarang. Pembekalan pengetahuan tentang narkoba menjadi perlu bagi orang tua yang ingin menjaga anaknya dari bahaya narkoba.
Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pada anak-anak adalah melalui pendidikan keluarga. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting, bahkan terpenting. Dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba adalah penyakit keluarga. Jika satu orang menjadi pecandu narkoba, maka seluruh keluarga ikut menanggung beban itu. Maka orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi dan waspada terhadap narkoba.
Identifikasi Masalah
Bagaimanakah penyebaran narkoba pada kalangan remaja saat ini?
Bagaimanakah peran pemerintah dalam menanggulangi penyebaran narkoba pada remaja?
Tujuan Penelitian
Untuk memberikan gambaran sejauh mana penyebaran narkoba pada kalangan remaja saat ini.
Untuk memberikan gambaran sejauh mana peran pemerintah dalam menanggulangi penyebaran narkoba pada remaja.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan tercapai dengan dilakukannya penelitian ini adalah:
Manfaat Teoritis
Secara Teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna atau menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan dan untuk hukum pada umumnya dalam menangani dan menanggulangi masalah penyebaran narkoba pada remaja.
Manfaat Praktis
Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para remaja, orang tua, dan pihak-pihak terkait agar lebih waspada dan meningkatkan kesadaran akan bahayanya penyebaran narkoba pada remaja
BAB II
TEORI DASAR
Narkoba
Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotik, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Menurut WHO (1982), narkoba adalah semua zat padat, cair, maupun gas yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur tubuh secara fisik maupun psikis, tidak termasuk makanan, air, dan oksigen dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.
Menurut Martono dan Joewana (2006), narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong makanan. Jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering menimbulkan kecanduan atau ketergantungan. Menurut Wresniwiro dalam bukunya yang berjudul "Masalah Narkotika dan Obat Berbahaya", definisi narkoba adalah zat atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi syaraf sentral.
Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam bukunya "Hukum Narkotika Indonesia", narkoba adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya jika dimasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan.
Menurut Ghoodse (2002), narkoba adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk kedalam organ tubuh maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi di dalam tubuh. Lalu dilanjutkan lagi ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh, sehingga bila zat tersebut dihentikan pengonsumsiannya maka akan terjadi gangguan secara fisik dan psikis.
Penggunaan narkoba bisa dilakukan dengan cara yang beragam seperti ditelan, inhalensia atau dihirup melalui hidung, dan Injection-intravenal atau menggunakan jarum/alat suntik. Narkoba yang ditelan akan masuk ke lambung, kemudian ke pembuluh darah. Jika diisap atau dihirup, zat diserap masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran hidung dan paru-paru. Jika disuntikkan, maka zat langsung masuk ke aliran darah dan darah membawa zat itu langsung ke otak.
Narkoba tergolong racun bagi tubuh, jika digunakan tidak sebagaimana mestinya. Racun adalah bahan atau zat, bukan makanan atau minuman, yang berbahaya bagi manusia. Sedangkan obat adalah bahan atau zat, baik sintetis, semisintetis, atau alami yang berkhasiat menyembuhkan. Akan tetapi, penggunaannya harus mengikuti aturan pakai, jika tidak, dapat berbahaya dan berubah menjadi racun.
Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu "narcotics" yang artinya obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman, Papaper Somniferum (candu), Erythroxyion Coca (kokain), dan Cannabis Sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran.
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, narkotika digolongkan kedalam tiga golongan.
Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan I terdiri dari 65 jenis. Berikut adalah daftar narkotika golongan I:
Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.
Opium masak terdiri dari:
candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau melalui perubahan kimia.
Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
Kokaina
Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo kimianya.
Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.
Asetorfina
Acetil – alfa – metil fentanil
Alfa-metilfentanil
Alfa-metiltiofentanil
Beta-hidroksifentanil
Beta-hidroksi-3-metil-fentanil
Desmorfina
Etorfina
Heroina
Ketobemidona
3-metilfentanil
3-metiltiofentanil
MPPP
Para-fluorofentanil
PEPAP
Tiofentanil
BROLAMFETAMINA, nama lain DOB
DET
DMA
DMHP
DMT
DOET
ETISIKLIDINA, nama lain PCE
ETRIPTAMINA
KATINONA
LISERGIDA, nama lain LSD
MDMA
Meskalina
METKATINONA
4-metilaminoreks
MMDA
N-etil MDA
N-hidroksi MDA
Paraheksil
PMA
Psilosina, psilotsin
PSILOSIBINA
ROLISIKLIDINA, nama lain PHP, PCPY
STP, DOM
TENAMFETAMINA, nama lain MDA
TENOSIKLIDINA, nama lain TCP
TMA
AMFETAMINA
DEKSAMFETAMINA
FENETILINA
FENMETRAZINA
FENSIKLIDINA, nama lain PCP
LEVAMFETAMINA
Levometamfetamina
MEKLOKUALON
METAMFETAMINA
METAKUALON
ZIPEPPROL
Opium Obat
Campuran atau sediaan opium obat dengan bahan lain bukan narkotika
Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang tinggi mengakibatkan ketergantugan. Narkotika golongan II terdiri dari 86 jenis. Berikut adalah daftar narkotika golongan II:
Alfasetilmetadol
Alfameprodina
Alfametadol
Alfaprodina
Alfentanil
Allilprodina
Anileridina
Asetilmetadol
Benzetidin
Benzilmorfina
Betameprodina
Betametadol
Betaprodina
Betasetilmetadol
Bezitramida
Dekstromoramida
Diampromida
Dietiltiambutena
Difenoksilat
Difenoksin
Dihidromorfina
Dimefheptanol
Dimenoksadol
Dimetiltiambutena
Dioksafetil butirat
Dipipanona
Drotebanol
Ekgonina, termasuk ester dan derivatnya yang setara dengan ekgonina dan kokain
Etilmetiltiambutena
Etokseridina
Etonitazena
Furetidina
Hidrokodona
Hidroksipetidina
Hidromorfinol
Hidromorfona
Isometadona
Fenadoksona
Fenampromida
Fenazosina
Fenomorfan
Fenoperidina
Fentanil
Klonitazena
Kodoksima
Levofenasilmorfan
Levomoramida
Levometorfan
Levorfanol
Metadona
Metadona intermediate
Metazosina
Metildesorfina
Metildihidromorfina
Metopon
Mirofina
Moramida intermediate
Morferidina
Morfina-N-oksida
Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-N-oksida
Morfina
Nikomorfina
Norasimetadol
Norlevorfanol
Normetadona
Normorfina
Norpipanona
Oksikodona
Oksimorfona
Petidina intermediat A
Petidina intermediat B
Petidina intermediat C
Petidina
Piminodina
Piritramida
Proheptasina
Properidina
Rasemetorfan
Rasemoramida
Rasemorfan
Sufentanil
Tebaina
Tebakon
Tilidina
Trimeperidina
Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut di atas
Narkotika Golongan III
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengembangan pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan III terdiri dari 14 jenis. Berikut adalah daftar narkotika golongan III:
Asetildihidrokodeina
Dekstropropoksifena
Dihidrokodeina
Etilmorfina
Kodeina
Nikodikodina
Nikokodina
Norkodeina
Polkodina
Propiram
Buprenorfina
Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas
Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika
Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika
Pada dasarnya narkotika berasal dari alam dan hasil proses kimia (sintetis). Wresniwiro (1999), menyatakan bahwa menurut cara atau proses pengolahannya, narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
Narkotika Alam
Narkotika yang berasal dari hasil olahan tanaman yang dapat dikelompokkan dari tiga jenis tanaman masing-masing:
Opium atau candu, yaitu hasil olahan getah dari buah tanaman Papaver Somniferum. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah opium mentah, opium masak dan morfin. Jenis opium ini berasal dari luar negeri yang diselundupkan ke Indonesia, karena jenis tanaman ini tidak terdapat di Indonesia.
Kokain, yang berasal dari olahan daun tanaman koka yang banyak terdapat dan diolah secara gelap di Amerika bagian selatan seperti Peru, Bolivia, Kolombia.
Canabis Sativa atau marihuana atau yang disebut ganja termasuk hashish oil (minyak ganja). Tanaman ganja ini banyak ditanam secara ilegal di daerah khatulistiwa khususnya di Indonesia terdapat di Aceh.
Narkotika Semi Sintetis
Narkotika yang dibuat dari alkaloida opium dengan inti penathren dan diproses secara kimiawi untuk menjadi bahan obat yang berkhasiat sebagai narkotika. Contoh yang terkenal dan sering disalahgunakan adalah heroin dan codein.
Narkotika Sintetis
Narkotika golongan ini diperoleh melalui proses kimia dengan menggunakan bahan baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek narkotika seperti Pethidine, Metadon, dan Megadon.
Psikotropika
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Menurut Partodiharjo (2010), psikotropika digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa. Sedangkan penggolongan psikotropika dan contohnya diterangkan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
Psikotropika Golongan I
Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan tertinggi atau sangat kuat, hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, dan tidak untuk pengobatan. Psikotropika golongan I terdiri dari 26 jenis, namun semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, maka Psikotropika Golongan I telah ditetapkan sebagai Narkotika Golongan I dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Psikotropika Golongan II
Kelompok psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan kuat, digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan. Psikotropika golongan II terdiri dari 14 jenis, namun semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, maka Psikotropika Golongan II telah ditetapkan sebagai Narkotika Golongan I dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Psikotropika Golongan III
Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan sedang, mempunyai khasiat, dan digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan. Psikotropika golongan III terdiri dari 9 jenis, berikut adalah daftar psikotropika golongan III:
AMOBARBITAL
BUPRENOFRINA
BUTALBITAL
FLUNITRAZEPAM
GLUTETIMIDA
KATINA
PENTAZOSINA
PENTOBARBITAL
SIKLOBARBITAL
Psikotropika Golongan IV
Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan ketergantungan rendah, berkhasiat, dan digunakan luas untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan. Psikotropika golongan IV terdiri dari 60 jenis, berikut adalah daftar psikotropika golongan IV:
ALLOBARBITAL
ALPRAZOLAM
AMFEPRAMONA
AMINOREX
BARBITAL
BENZFETAMINA
BROMAZEPAM
BROTIZOLAM
Butobarbital
DELORAZEPAM
DIAZEPAM
ESTAZOLAM
ETIL AMFETAMINA
ETIL LOFLAZEPATE
ETINAMAT
ETKLORVINOL
FENCAMFAMINA
FENDIMETRAZINA
FENOBARBITAL
FENPROPOREKS
FENTERMINA
FLUDIAZEPAM
FLURAZEPAM
HALAZEPAM
HALOKSAZOLAM
KAMAZEPAM
KETAZOLAM
KLOBAZAM
KLOKSAZOLAM
KLONAZEPAM
KLORAZEPAT
KLORDIAZEPOKSIDA
KLOTIAZEPAM
LEFETAMINA
LOPRAZOLAM
LORAZEPAM
LORMETAZEPAM
MAZINDOL
MEDAZEPAM
MEFENOREKS
MEPROBAMAT
MESOKARB
METILFENO BARBITAL
METIPRILON
MIDAZOLAM
NIMETAZEPAM
NITRAZEPAM
NORDAZEPAM
OKSAZEPAM
OKSAZOLAM
PEMOLINA
PINAZEPAM
PIPADROL
PIROVALERONA
PRAZEPAM
SEKBUTABARBITAL
TEMAZEPAM
TETRAZEPAM
TRIAZOLAM
VINILBITAL
Zat Adiktif
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus tetapi bukan tergolong narkotika dan psikotropika. Jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa.
Alkohol
Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pelarangan, Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol yang dimaksud dengan minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi (peragian) dan desilasi (pemurnian) atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman dengan ethanol. Minuman beralkohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol:
Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)
Golongan B : kadar etanol 5-20% (Berbagai minuman anggur)
Golongan C : kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker)
Inhalasi
Inhalasi atau gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) yang mudah menguap dan berupa senyawa organik. Terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: lem, tiner, penghapus cat kuku, bensin, dan lain-lain.
Kafein
Kafein adalah alkaloida yang terdapat dalam tanaman buah kopi. Biji kopi mengandung 1-5% kafein. Kafein juga terdapat dalam teh.
Nicotine tabacum
Biasanya terdapat dalam tumbuhan tembakau dalam kadar 1-4%. Dalam setiap batang rokok terdapat 1,1 mg nikotin. Nikotin menimbulkan ketergantungan, dalam daun tembakau terdapat ratusan jenis zat lainnya selain dari nikotin.
Halusinogen
Yaitu sekelompok zat alamiah atau sintetik yang dapat dikonsumsi dan menimbulkan dampak halusinasi. Seperti jamur, kotoran kerbau dan sapi, dan lain-lain.
Penggolongan Lain
Penggolongan Narkoba Berdasarkan Efek yang Ditimbulkan Terhadap Pemakainya
Golongan Depresan (Downer)
Jenis narkoba yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya menjadi tenang, membuat tertidur, bahkan tidak sadarkan diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), Sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur), dan Tranquilizer (anti cemas).
Golongan Stimulan (Upper)
Jenis narkoba yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar, dan bersemangat. Contoh: Amphetamine (Shabu, Ekstasi), dan Kokain.
Golongan Halusinogen
Jenis narkoba yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat mengubah perasaan, pikiran, dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis (ganja).
Penyebaran Narkoba
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Penyebaran Narkotika adalah tindakan dimana seseorang meyebarkan atau mengedarkan Narkotika. Menyebarkan/mengedarkan narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maka merupakan tindak pidana narkotika karena sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan nasional Indonesia.
Menurut Clara Ajisuksmo, dkk. (2001), bila ditelusuri maka peredaran narkoba sangatlah sistematik. Narkoba mudah diperoleh dan beredar karena gampang menjadi uang. Jalur masuknya narkoba ke Indonesia melalui berbagai negara internasional seperti: Amsterdam, Bangkok, Singapura, dan lain-lain yang umumnya masuk ke Indonesia lewat Denpasar dan Jakarta.
Hal tersebut juga disampaikan oleh Troels Vester (koordinator lembaga PBB untuk kejahatan narkoba, UNODC (United Nations Office on Drugs dan Crime)), menurut Vester, bisa dikatakan bahwa Indonesia sekarang telah menjadi salah satu jalur utama dalam perdagangan obat bius. Banyak obat bius diperdagangkan dan diselundupkan oleh sindikat internasional yang terorganisasi, terutama karena ada permintaan cukup tinggi dan Indonesia punya populasi muda yang besar dan menjadi pasar narkoba yang besar juga. Organisasi sindikat obat bius ini sangat rapih dan beroperasi dari beberapa negara. Mereka memanfaatkan pengawasan perbatasan yang lemah, karena banyak kapal yang bisa beroperasi melewati laut tanpa pengawasan. Methampetamine akhir-akhir ini diproduksi langsung dalam jumlah besar di Indonesia, tapi banyak juga yang didatangkan lewat Cina, Filipina dan Iran. Pintu masuk utama ke Indonesia adalah pelabuhan-pelabuhan di Jakarta, Batam, Surabaya, dan Denpasar. Crystalline Methampetamine terutama masuk dari Malaysia dan diselundupkan ke Aceh, Medan, dan daerah lain di Sumatra.
Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur, dan berlangsung cukup lama sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik serta gangguan pada perilakunya dan kehidupan sosialnya. Pemakaian terus-menerus tidak berarti harus setiap hari. Pemakaian setiap akhir pekan sudah dapat dikatakan terus-menerus. Pemakaian narkoba secara berlebihan tidak menunjukkan jumlah atau dosisnya, tetapi yang penting adalah bahwa pemakaiannya berakibat gangguan pada salah satu fungsi: fisik, psikologik, atau sosial.
Kecanduan narkoba atau penyakit adiksi adalah penyakit kronis, yang ditandai gangguan fisik, psikologis, dan sosial akibat pemakaian narkoba secara terus-menerus dan berlebihan. Sebagai penyakit dapat dijelaskan gejalanya yang khas yang berulang kali kambuh (relaps) dan berlangsung progresif, artinya makin memburuk jika tidak diterapi dan dirawat dengan baik.
Pecandu adalah seseorang yang pada saat ini atau pada masa lalu, telah kecanduan terhadap satu atau lebih zat adiktif (narkoba). Pecandu yang telah berhenti memakai dan mengalami kehidupan bebas dari narkoba disebut pecandu yang sedang pulih.
Gangguan fisik berarti, gangguan fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh, seperti penyakit hati, jantung, dan HIV/AIDS. Gangguan psikologik meliputi cemas, sulit tidur, depresi, dan paranoia (perasaan seperti orang lain mengejar). Wujud gangguan fisik dan psikologis tergantung pada jenis narkoba yang digunakan. Gangguan sosial meliputi kesulitan dengan orang tua, teman, sekolah, pekerjaan, keuangan, dan berurusan dengan polisi.
Menurut Joewana (2008), ada beberapa pola pemakaian narkoba, yaitu sebagai berikut:
Pola coba-coba
Yaitu karena iseng atau ingin tahu. Pengaruh tekanan kelompok sebaya sangat besar, yang menawarkan atau membujuk untuk memakai narkoba. Ketidakmampuan berkata 'tidak' mendorong anak untuk mencobanya, apalagi jika ada rasa ingin tahu atau ingin mencoba.
Pola pemakaian sosial
Yaitu tahapan pemakaian narkoba untuk pergaulan (berkumpul atau acara tertentu), agar diakui dan diterima oleh kelompoknya.
Pola pemakaian situasional
Yaitu karena situasi tertentu, misalnya kesepian, stress, dan lain-lain. Disebut juga tahap instrumental, karena dari pengalaman pemakaian sebelumnya disadari bahwa narkoba dapat menjadi alat untuk memengaruhi atau memanipulasi emosi dan suasana hatinya. Di sini pemakaian narkoba telah mempunyai tujuan, yaitu sebagai cara mengatasi masalah (compensatory use). Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh narkoba secara aktif.
Pola habituasi (kebiasaan)
Yaitu ketika telah memakai narkoba secara teratur/sering, terjadi perubahan pada faal tubuh dan gaya hidupnya. Teman lama berganti dengan teman kalangan pecandu. Kebiasaan, pakaian, pembicaraan, dan sebagainya berubah. Ia menjadi sensitif, mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-cita semula hilang. Ia sering membolos dan prestasi di sekolah merosot. Ia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama keluarga. Meskipun masih dapat mengendalikan pemakaiannya, telah terjadi gejala awal ketergantungan. Pola pemakaian narkoba di sini secara klinis disebut penyalahgunaan.
Pola ketergantungan (kompulsif)
Yaitu dengan gejala khas, yaitu timbulnya toleransi dan atau gejala putus zat. Ia berusaha untuk selalu memperoleh narkoba dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, dan mencuri menjadi kebiasaannya. Ia tidak dapat lagi mengendalikan diri dalam penggunaannya, sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan keluarga dan teman-teman menjadi rusak. Pada pemakaian beberapa jenis narkoba seperti putauw terjadinya ketergantungan akan sangat cepat.
Ketergantungan merupakan sekumpulan gejala (sindroma) penyakit. Orang memiliki ketergantungan, jika paling sedikit ada tiga atau lebih gejala sebagai berikut:
Keinginan kuat (kompulsif) untuk memakai narkoba berulang kali.
Kesulitan mengendalikan penggunaan narkoba, baik dalam usaha menghentikannya maupun mengurangi tingkat pemakaiannya.
Terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah pemakaiannya dikurangi.
Toleransi, jumlah narkoba yang diperlukan makin besar, agar diperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh.
Mengabaikan alternatif kesenanangan lain dan meningkatnya waktu yang digunakan untuk memperoleh narkoba.
Terus memakai, meskipun disadari akibat yang merugikan atau merusak tersebut.
Menyangkal, artinya menolak mengakui adanya masalah, padahal ditemukan narkoba dan perangkat pemakaiannya serta gejala-gejala yang diakibatkannya
Gejala putus zat adalah gejala yang timbul jika pemakaian zat dihentikan secara tiba-tiba atau dikurangi dosisnya. Jika merokok dihentikan, ia sakit kepala, denyut jantung bertambah cepat, dan tangan gemetar. Jika pemakaian heroin dihentikan, timbul nyeri otot, perut kejang, muntah, hidung berair, dan sulit tidur. Jika berhenti minum alkohol atau pil tidur, timbul demam, menggigil, bingung, mudah tersinggung, kekerasan, dan kejang.
Makin tinggi dosis narkoba yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya. Sakauw adalah gejala putus zat karena pemakaian putauw (heroin). Gejala sakit karena putus putauw umumnnya berlangsung hingga 4-5 hari setelah pemakaian dihentikan. Akan tetapi, pada beberapa jenis zat lain dapat berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Itulah antara lain yang menyebabkan pecandu narkoba tidak mampu menghentikan pemakaiannya. Ia perlu tetap mempertahankan keadaan 'normal' dengan tetap memakai narkoba, sebab di luar pemakaian narkoba ia menjadi 'sakit' atau 'tidak normal'.
Toleransi adalah keadaan ketika dosis yang sama tidak lagi berpengaruh seperti penggunaan sebelumnya. Akibatnya, perlu jumlah yang semakin besar, sehingga ia dapat menjadi overdosis dan meninggal. Akibat lain, ia mencoba berbagai macam jenis narkoba, agar diperoleh pengaruh yang diinginkannya, dengan risiko kerusakan organ-organ tubuh makin besar, dan risiko kematian karena pengaruh zat yang menguatkan pengaruh zat yang lainnya.
Menyangkal (denial) adalah gejala lain ketergantungan. Menyangkal artinya menolak mengakui adanya masalah. Gejala ketergantungan adalah tetap melanjutkan kegiatan kecanduannya, walau mengetahui dampak buruknya.
Jenis-Jenis Narkoba yang Sering Disalahgunakan
Joewana dalam bukunya yang berjudul "Peran Orang Tua Mencegah Narkoba" menyebutkan jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan, sebagai berikut:
Opioida
Segolongan zat dengan daya kerja serupa. Ada yang alami, sintetik, dan semisintetik. Opioida alami berasal dari getah opium poppy (opiat), seperti morfin, opium, dan kodein. Contoh opioida semisintetik yaitu heroin/putauw dan hidromorfin. Contoh opioida sintetik yaitu meperidin, metadon, dan fentanyl (china white). Potensi menghilangkan nyeri dan menyebabkan ketergantungan heroin 10 kali lipat morfin; kekuatan opioida sintetik 400 kali lipat kekuatan morfin.
Yang sering disalahgunakan adalah heroin. Cara pakainya yaitu disuntikkan ke dalam pembuluh darah, atau diisap melalui hidung setelah dibakar. Pengaruh jangka pendek dapat menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang, rasa nyaman (eforik) diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan (gejala putus zat dan toleransi) dan meninggal karena overdosis. Dapat timbul juga komplikasi seperti sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi. Karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril dapat menimbulkan abses, dan tertular hepatitis B/C yang merusak hati, atau penyakit HIV/AIDS yang merusak kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi dan menyebabkan kematian.
Ganja (marijuana, cimeng, gelek, hasis)
Mengandung THC (Tetrahydro-cannabinol) yang bersifat psikoaktif. Ganja yang dipakai biasanya berupa tanaman kering yang dirajang, dilinting, dan disulut seperti rokok. Dalam undang-undang, ganja termasuk narkotika golongan I, dan dilarang keras ditanam, digunakan, diedarkan, dan diperjualbelikan.
Segera setelah pemakaian akan menyebabkan perasaan cemas, gembira, banyak bicara, tertawa cekikikan, halusinasi, berubahnya perasaan waktu (lama dikira sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat), peningkatan denyut jantung, mata merah, mulut dan tenggorokan kering, dan selera makan meningkat. Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan daya pikir berkurang, motivasi belajar turun, perhatian ke sekitarnya berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, peradangan jalan napas, aliran darah ke jantung berkurang, dan perubahan pada sel-sel otak.
Kokain (kokain, crack, daun koka, pasta koka)
Berasal dari tanaman koka, tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain). Menurut undang-undang, kokain termasuk narkotika golongan I. Kokain berbentuk kristal putih. Nama jalanannya koka, happy dust, charlie, srepet, snow/salju putih.
Digunakan dengan cara disedot melalui hidung, dirokok, dan disuntikkan. Cepat menyebabkan ketergantungan. Segera setelah pemakaian akan menyebabkan rasa percaya diri meningkat, banyak bicara, rasa lelah hilang, kebutuhan tidur berkurang, minat seksual meningkat, halusinasi visual dan taktil (seperti ada serangga merayap), waham curiga (paranoid) dan waham kebesaran. Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak/berlubang, dan gangguan jiwa (psikotik).
Alkohol
Terdapat pada minuman keras, yang kadar etanolnya berbeda-beda. Minuman keras golongan A berkadar etanol 1-5%, contohnya bir. Minuman keras golongan B berkadar etanol 5-20%, contohnya berbagai jenis minuman anggur. Minuman keras golongan C kadar etanolnya 20-45%, contohnya vodka, rum, gin, dan manson house.
Alkohol menekan kerja otak (depresansia). Setelah diminum, alkohol diserap oleh tubuh dan masuk ke dalam pembuluh darah. Alkohol menyebabkan mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan atau perbutan merusak, ketidakmampuan belajar dan mengingat, dan menyebabkan kecelakaan jika mengendarai dalam keadaan mabuk. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati, kelenjar getah lambung, saraf tepi, gangguan otak, gangguan jantung, meningkatnya risiko kanker, dan bayi lahir cacat dari ibu pecandu alkohol.
Golongan Amfetamin (amfetamin, ekstasi, sabu)
Termasuk stimulansia bagi susunan saraf pusat, disebut juga upper. Amfetamin sering digunakan untuk menurunkan berat badan karena mengurangi rasa lapar. Juga dipakai oleh siswa atau mahasiswa yang akan ujian, karena mengurangi rasa kantuk. Cepat menyebabkan ketergantungan. Ekstasi dan sabu digunakan oleh remaja dan dewasa muda dari berbagai kalangan untuk bersenang-senang.
Termasuk golongan amfetamin adalah MDMA (ekstasi, XTC, ineks) dan metamfetamin (sabu), yang banyak disalahgunakan. Berbentuk pil warna-warni (ekstasi) atau kristal putih (sabu). Disebut desainer drug karena dibuat di laboratorium gelap, yang kandungannya adalah campuran berbagai jenis zat.
Cara pakainya yaitu diminum untuk ekstasi, diisap melalui hidung memakai sedotan untuk sabu, atau disuntikkan. Pengaruh jangka pendek dapat menyebabkan tidak tidur, rasa riang, perasaan melambung (fly), rasa nyaman, dan meningkatkan keakraban. Akan tetapi, setelah itu muncul rasa tidak enak, murung, nafsu makan hilang, berkeringat, rasa haus, rahang kaku dan bergerak-gerak, badan gemetar, jantung berdebar, dan tekanan darah meningkat. Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan kurang gizi, anemia, penyakit jantung, dan gangguan jiwa (psikotik). Yang lebih parah dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah, sehingga mengalami stroke, atau gagal jantung, sehingga meninggal.
Halusinogen
Contoh: Lysergic Acid (LSD), yang menyebabkan halusinasi (khayalan). Termasuk narkotika golongan I yang sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan, sering disebut acid, red dragon, blue heaven, sugar cubes, trips, dan tabs. Bentuknya seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, atau berbentuk pil dan kapsul. Cara pemakaiannya adalah dengan meletakkan LSD pada lidah.
Pengaruh LSD tidak dapat diduga. Sensasi dan perasaan berubah secara dramatis, flashback atau bad trips (halusinasi/penglihatan semu) secara berulang tanpa peringatan sebelumnya. Pengaruh jangka pendek dapat menyebabkan pupil melebar, tidak dapat tidur, selera makan hilang, suhu tubuh meningkat, berkeringat, denyut nadi dan tekanan darah naik, koordinasi otot terganggu, dan tremor. Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan rusaknya sel otak, gangguan daya ingat dan pemusatan perhatian, meningkatnya risiko kejang, kegagalan pernapasan dan jantung.
Sedativa dan Hipnotika (obat penenang, obat tidur)
Contoh: Lexo, DUM, Nipam, pil BK, MG, Rohyp. Digunakan dalam pengobatan dengan pengawasan, yaitu dengan resep dokter. Orang meminum obat tidur/pil penenang untuk menghilangkan stres atau gangguan tidur. Memang stres berkurang atau hilang sementara, tetapi persoalan tetap ada. Pengaruhnya sama dengan alkohol, yaitu menekan kerja otak dan aktivitas organ tubuh lain (depresan). Jika diminum bersama alkohol maka dapat meningkatkan pengaruhnya, sehingga dapat terjadi kematian. Segera setelah pemakaian akan menyebabkan perasaan tenang dan otot-otot mengendur. Pada dosis lebih besar akan menyebabkan gangguan bicara (pelo), persepsi terganggu, dan jalan sempoyongan. Dosis lebih tinggi akan menyebabkan tertekannya pernapasan, koma, dan kematian. Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan ketergantungan.
Solven dan Inhalansia
Zat pelarut yang mudah menguap dan gas berupa senyawa organik untuk berbagai keperluan rumah tangga, bengkel, kantor, dan industri. Contoh: tiner, aceton, lem, aerosol spray, dan bensin. Sering digunakan anak 9-14 tahun dan anak jalanan, dengan cara dihirup (ngelem). Sangat berbahaya, karena begitu diisap akan masuk ke darah dan segera masuk ke otak. Dapat berakibat mati mendadak karena otak kekurangan oksigen, atau karena ilusi, halusinasi, dan persepsi salah (merasa bisa terbang sehingga mati ketika terjun dari tempat tinggi). Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada otak, paru-paru, ginjal, sumsum tulang, dan jantung.
Nikotin
Terdapat pada tembakau (termasuk stimulansia). Selain nikotin, tembakau mengandung tar dan CO yang berbahaya, serta zat lain, seluruhnya tidak kurang dari 4.000 senyawa. Menyebabkan kanker paru, penyempitan pembuluh darah, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Survey menunjukkan, merokok pada anak/remaja merupakan pintu gerbang pada pemakaian narkoba lain.
Pengaruh Narkoba
Narkoba mengubah suasana hati dan perilaku pengguna, walaupun sifatnya sementara dan semu, yaitu sebagai berikut.
Bebas dari Rasa Kesepian
Dalam masyarakat modern, ketika orang sulit menjalin hubungan akrab, narkoba menjadi 'obat manjur'. Narkoba meningkatkan keakraban dengan sesama serta menghilangkan rasa kesepian. Namun, dalam tahap jangka panjang, narkoba justru memunculkan perasaan terisolasi dan rasa kesepian.
Bebas dari Perasaan Negatif Lain
Kecanduan menyebabkan seseorang sibuk dengan kecanduannya, hingga ia tidak merasa perlu memerhatikan perasaan atau kekosongan jiwanya. Narkoba menjauhkannya dari perasaan kecewa, kekurangan, atau kehilangan makna dan tujuan hidup, serta konflik batin yang ditakutkannya.
Kenikmatan Semu
Dalam masyarakat yang berorientasi pada kerja, uang, prestasi, kekuasaan, dan kedudukan sebagai tolak ukur keberhasilan, narkoba menggantikan rekreasi yang memberi perasaan bebas terhadap kesadaran diri dan waktu.
Pengendalian Semu
Dalam abad teknologi, ketika orang merasa kurang atau tidak lagi memiliki kendali atas lingkungannya, di lain pihak, membutuhkan kekuasaan dan penampilan, narkoba menyebabkan perasaan mampu mengendalikan situasi dan memiliki kekuasaan. Pecandu merasa "beroleh kekuasaan atas setiap kesalahan".
Krisis yang Menetap
Pecandu tidak ingin merasakan perasaannya yang sebenarnya (yang menyakitkan). Akan tetapi, pada waktu yang bersamaan, tidak pula ingin mengalami mati rasa. Narkoba memberikan perasaan gairah dan ketegangan untuk menggantikan perasaan yang sebenarnya.
Meningkatkan Penampilan
Dalam masyarakat ketika penampilan sangat penting, narkoba dapat membuat seseorang lebih mudah diterima orang lain. Narkoba menyembunyikan ketakutan atau kecemasan dan membiusnya dari rasa sakit, karena dihakimi atau dinilai orang lain.
Bebas dari Perasaan Waktu
Ketika sedang memakai narkoba, pecandu merasa waktu seakan-akan berhenti. Masa lalu tidak lagi menghantui dirinya; demikian juga masa depan. Yang ada adalah hari ini beroleh pengalaman dengan narkoba.
Akibat Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Martono dan Joewana (2006), ada beberapa akibat yang ditimbulkan karena penyalahgunaan narkoba, yaitu:
Bagi Diri Sendiri
Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja:
Daya ingat, sehingga mudah lupa
Perhatian, sehingga sulit berkonsentrasi
Perasaan, sehingga tidak dapat bertindak rasional, impulsif
Persepsi, sehingga memberi perasaan semu/khayal
Motivasi, sehingga keinginan dan kemampuan belajar merosot, persahabatan rusak, serta minat dan cita-cita semula padam.
Oleh karena itu, narkoba menyebabkan perkembangan mental-emosional dan sosial remaja terhambat.
Intoksikasi (keracunan), yakni gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dalam jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh dan perilaku seseorang. Gejalanya bergantung pada jenis, jumlah, dan cara penggunaan. Istilah yang sering dipakai pecandu adalah pedauw, fly, mabuk, teler, high, dsb.
Overdosis (OD), kelebihan dosis narkoba yang digunakan, sehingga dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan (heroin) atau pendarahan otak (amfetamin, sabu). OD terjadi karena toleransi sehingga perlu dosis yang lebih besar, atau karena sudah lama berhenti pakai, lalu memakai lagi dengan dosis yang dahulu digunakan.
Gejala putus zat, yakni gejala ketika dosis yang dipakai berkurang atau dihentikan pemakaiaannya. Berat atau ringan gejala tergantung pada jenis zat, dosis, cara, dan lama pakai.
Berulang kali kambuh, karena craving (rasa rindu pada narkoba), walaupun telah berhenti pakai, narkoba dan perangkatnya, kawan-kawan, suasana dan tempat-tempat penggunaannya dahulu mendorongnya untuk memakai narkoba kembali. Itu sebabnya pecandu berulang kali kambuh.
Gangguan perilaku/mental-sosial, seperti sikap acuh tak acuh, sulit mengendalikan diri, mudah tersinggung, marah, menarik diri dari pergaulan, hubungan dengan keluarga dan sesama terganggu. Terjadi perubahan mental: gangguan pemusatan perhatian, motivasi belajar/bekerja lemah, ide paranoid, dan gejala Parkinson.
Gangguan kesehatan, yakni kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh, seperti hati, jantung, paru, ginjal, kelenjar endokrin, alat reproduksi; infeksi hepatitis B/C (80%), HIV/AIDS (40-50%), penyakit kulit dan kelamin; kurang gizi, dan gigi berlubang.
Kendornya nilai-nilai, yakni mengendornya nilai-nilai kehidupan agama, sosial, dan budaya, seperti perilaku seks bebas dengan akibatnya (penyakit kelamin atau kehamilan yang tidak diinginkan), sopan santun hilang, a-sosial, mementingkan diri dan tidak memedulikan orang lain.
Masalah ekonomi dan hukum, seperti terlibat hutang, karena berusaha memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Ia mencuri uang atau menjual barang-barang milik pribadi atau orang lain. Jika masih sekolah, uang sekolah digunakan untuk membeli narkoba sehingga terancam putus sekolah. Jika bekerja ia terancam putus hubungan kerja. Mungkin juga ditahan polisi atau bahkan dipenjara.
Bagi Keluarga
Suasana nyaman dan tenteram terganggu. Keluarga resah karena barang-barang berharga dirumah hilang. Anak berbohong, mencuri, menipu, tidak bertanggung jawab, hidup semaunya, dan a-sosial. Orang tua malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak.
Masa depan anak tidak jelas. Ia putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari sekolah atau pekerjaan. Stres meningkat. Orang tua putus asa sebab pengeluaran uang meningkat karena pemakaian narkoba atau karena anak harus berulang kali dirawat, bahkan mungkin mendekam di penjara. Keluarga harus menanggung beban sosial-ekonomi ini.
Bagi sekolah
Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses belajar. Siswa penyalahguna mengganggu terciptanya suasana belajar-mengajar. Prestasi belajar turun drastis, tidak saja bagi siswa berprestasi, tetapi juga bagi mereka yang kurang berprestasi atau memiliki gangguan perilaku. Penyalahgunaan narkoba juga berkaitan dengan kenakalan dan putus sekolah. Kemungkinan siswa penyalahguna membolos lebih besar daripada siswa lain.
Penyalahgunaan narkoba berhubungan dengan kejahatan dan perilaku a-sosial lain yang mengganggu suasana tertib dan aman, perusakan barang-barang milik sekolah, meningkatnya perkelahian. Mereka juga menciptakan iklim acuh tak acuh dan tidak menghormati pihak lain. Banyak di antara mereka menjadi pengedar atau mencuri barang milik teman atau karyawan sekolah.
Bagi Masyarakat, Bangsa, dan Negara
Mafia perdagangan gelap selalu berusaha memasok narkoba. Terjalin hubungan pengedar/bandar dengan korban dan tercipta pasar gelap. Oleh karena itu, sekali pasar terbentuk, sulit memutus mata rantai peredarannya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita kerugian, karena masyarakatnya tidak produktif, dan tingkat kejahatan meningkat. Belum sarana dan prasarana yang harus disediakan, baik penjara, maupun perawatan terapi dan rehabilitasi.
Pemulihan dari Narkoba
Adiksi atau kecanduan adalah suatu penyakit bio-psiko-sosial, artinya melibatkan aspek biologis, psikologis, dan sosial, juga aspek rohani. Adiksi terjadi bukan akibat kelemahan moral, juga bukan karena kekurangan kemauan.
Pemulihan dimulai dengan berhenti memakai narkoba (abstinensi). Akan tetapi, berhenti memakai saja tidak cukup. Gaya hidup juga harus berubah sehingga memengaruhi rohani, jiwa, dan tubuhnya. Proses ini disebut "pemulihan seluruh pribadinya".
Upaya pemulihan yang sebenarnya ialah mengubah gaya hidup dan sikap seorang pecandu secara mendasar. Seperti pola pikir dan perilaku adiktif yang menyebabkannya kecanduan narkoba.
Orang menjadi kecanduan narkoba melalui proses panjang, bukan terjadi semalam. Biasanya dimulai dengan coba-coba, lalu meningkat menggunakan kadangkala, misalnya waktu pesta atau peristiwa lain. Ketika penggunaannya cukup sering, sampailah pada tahap penyalahgunaan dan akhirnya kecanduan.
Oleh karena itu, proses penyembuhan juga membutuhkan waktu yang lama, tidak dapat terjadi seketika seperti yang diharapkan oleh seorang pecandu atau masyarakat. Pemulihan adalah suatu proses yang dinamis dan progresif, perjalanan panjang dan menyakitkan dari ketergantungan narkoba kepada gaya hidup bebas tanpa narkoba.
Pemulihan adalah proses penyembuhan dari kerusakan fisik, psikologis, dan sosial akibat kecanduan narkoba. Pemulihan adalah proses individu; tidak ada dua orang yang pulih dengan kecepatan sama.
Gorski membagi proses pemulihan dalam 6 tahapan, sebagai berikut:
Praterapi: Pecandu akhirnya mengakui bahwa ia tidak berdaya terhadap kecanduannya. Ia menyadari akibat penyalahgunaan narkoba. Tahap ini terjadi sebelum dan selama terapi.
Stabilisasi: Pecandu pulih dari gejala putus zat akut dan gangguan kesehatannya. Ia mulai beroleh kendali atas pikiran, emosi, penilaian, dan perilakunya. Tahap ini terjadi selama terapi.
Pemulihan awal: Pecandu menerima kecanduan sebagai penyakit dan mulai belajar untuk berfungsi normal tanpa memakai narkoba. Beberapa pecandu mengalami kesulitan, karena masih mengalami sisa gejala putus zat. Pecandu belajar mengatasi masalah, bertoleransi dengan cemas, dan berantisipsi ketika ada dorongan memakai narkoba kembali. Keluarga belajar membuat pembatasan, bekerja sama, dan bermain bersama tanpa konflik yang berarti.
Pemulihan pertengahan: Tujuan tahap ini adalah mengubah gaya hidup pecandu. Bagaimana mengatasi godaan agar tidak terjerumus kecanduan lain di luar narkoba yang disukai, seperti minum alkohol dan berjudi, adalah sangat penting.
Pecandu dan keluarga berjanji untuk memelihara hidup sehat tanpa narkoba. Mereka belajar agar lebih merasa nyaman ketika ada perasaan tidak enak dan konflik. Pecandu belajar menghadapi tuntutan kehidupan, seperti sekolah dan pekerjaan. Ia belajar mengelola perilakunya sehari-hari secara efektif. Ia berusaha mengatasi kebosanan atau rasa jenuh. Ia mulai memusatkan perhatiannya pada masa depan.
Pemulihan akhir: Tujuan tahap ini adalah untuk mengembangkan harga diri dan kapasitas untuk membangun keakraban (rasa intim) sehingga mampu hidup bahagia dan produktif.
Pemeliharaan: Tujuan tahap ini adalah untuk tetap sejahtra dan memelihara program pemulihannya secara efektif, seperti memerhatikan tanda-tanda bahaya relaps, memecahkan persoalan kehidupannya sehari-hari, memelihara kejujuran, dan hidup produktif. Terjadi dinamika yang sehat dengan keluarga. Rencana pemulihan tetap terpelihara.
Kecanduan adalah penyakit kronis yang sering kambuh. Oleh karena pemulihan adalah proses yang lama, diperlukan dukungan keluarga dan teman. Menyendiri pada waktu stres harus dihindari, sebab cenderung rawan terhadap kecanduan. Dukungan diharapkan datang dari kelompok saling bantu (self-help group) yang terdiri atas relawan dan mantan pecandu yang berhasil pulih.
Perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan mantan pecandu ke pusat rehabilitasi.
Menurut Partodiharjo (2010), rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif (pengobatan). Tujuannya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba.
Adapun menurut Clara Ajisuksmo, dkk. (2001), rehabilitasi meliputi rehabilitasi fisik, mental, spiritual, edukasional, dan vokasional. Program kegiatan rehabilitasi itu meliputi:
Memperbaiki gizi dengan makanan bermutu.
Memulihkan kesehatan dengan olah raga.
Menanamkan nilai-nilai luhur dengan pendalaman iman menurut keyakinan imannya masing-masing.
Meningkatkan konsep diri melalui spikoterapi kognitif-behavioral, membangkitkan kembali kepercayaan diri melalui psikoterapi suportif, meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal melalui konseling, dinamika kelompok, terapi kelompok dan bila perlu terapi keluarga.
Belajar keterampilan computer, bahasa, sablon, montir, dan lain-lain.
Bekerja membantu memasak, mempersiapkan makan, mengepel, mencuci pakaian, menyapu, atau memproduksi sesuatu untuk dijual.
Rekreasi.
Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. (Hurlock, 1992)
Menurut Zakiah Darajat (1990), remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarwono, 2003) lebih konseptual. Dalam definisi ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut, remaja adalah suatu masa dimana:
Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanak-kanak menjadi dewasa.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
WHO menetapkan atas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja dan membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu, remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah.
Berdasarkan beberapa ketentuan dalam peraturan perundang-undangan memang masih tidak ditemui keseragaman mengenai usia dewasa seseorang. Sebagian memberi batasan 21 tahun, sebagian lagi 18 tahun, bahkan ada yang 17 tahun, seperti berikut:
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 45
"Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakukan suatu perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan:.... dstnya."
Namun R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal menjelaskan bahwa yang dimaksudkan "belum dewasa" ialah mereka yang belum berumur 21 tahun dan belum kawin. Jika orang kawin dan bercerai sebelum umur 21 tahun, ia tetap dipandang dengan dewasa.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 47, anak yang dimaksud dalam UU Perkawinan adalah yang belum mencapai 18 tahun.
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 26
anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1 angka 8
Anak didik pemasyarakatan adalah:
Anak pidana, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;
Anak negara, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;
Anak sipil, yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.
Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 angka 3, angka 4, dan angka 5
Pasal 1 angka 3
Anak yang Berkonflik dengan Hukum adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.
Pasal 1 angka 4
Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.
Pasal 1 angka 5
Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.
Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka 5
Anak adalah setiap manusia yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Pasal 1 angka 1
Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi Pasal 1 angka 4
Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia Pasal 4 huruf h
Warga Negara Indonesia adalah anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin.
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 1 angka 5
Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile delinquency. Juvenile berasal dari bahasa Latin "juvenilis", yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda, dan sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin "delinquere" yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, peneror, durjana, dan lain sebagainya.
Menurut Kartini Kartono (1988), kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.
Singgih D. Gumarso (1988), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu:
kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S. (1985), membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan:
Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, dan lain-lain.
Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin, dan lain-lain.
Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkoba, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain.
Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Penyebab penyalahgunaan narkoba sangat kompleks, tetapi selalu merupakan interaksi tiga faktor penyebab, yaitu: (1) narkoba, (2) individu, dan (3) lingkungan. Faktor narkoba berbicara tentang ketersediaan dan farmakologi zat (jenis, jumlah, cara pakai, dan pengaruhnya pada tubuh). Faktor individu berbicara tentang faktor-faktor pada individu, yaitu keturunan, watak atau kepribadian, pengetahuan, sikap dan keyakinan tentang narkoba, keterampilan membina hubungan interpersonal dan keterampilan menangkal narkoba. Faktor lingkungan terdiri atas lingkungan sosial di sekitar kehidupan remaja (situasi pribadi, hubungan dengan orang tua, pengaruh kelompok sebaya, sekolah, dan penegak hukum setempat) dan lingkungan masyarakat.
Adapun faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, yaitu:
Faktor Internal
Faktor internal merupakan motivasi penyalahgunaan narkoba yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri yang meliputi:
Kepribadian
Pola kepribadian seseorang amat besar pengaruhnyan terhadap penyalahgunaan narkoba. Apakah orang tersebut akan menjadi penyalahguna narkoba ataukah tidak, maka sebenarnya dialah yang dapat menentukannya sendiri. Orang yang memiliki kepribadian lemah (labil), mudah kecewa, tidak mampu menerima kegagalan dan kekecewaan, adalah orang yang mudah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
Inteligensi
Orang yang mempunyai inteligensi di bawah rata-rata orang seusianya lebih mudah terpengaruh dalam penyalahgunaan narkoba. Hal ini dapat dimengerti karena mereka kurang mampu untuk berpikir kritis ke arah yang lebih jauh ke depan dalam membedakan mana yang lebih bermanfaat baginya dan mana yang merugikan.
Usia
Dalam usia remaja, remaja selalu berusaha melepaskan diri dari otoritas orang tua untuk menemukan dirinya dalam mencari identitas. Dalam kondisi labil seperti itu, kesalahan dalam memilih teman dan kelompok bermain dapat membawa akibat buruk bagi pembentukan kepribadian seorang remaja yang dapat menjerumuskan mereka dalam penyalahgunaan narkoba.
Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah milik setiap orang, khususnya bagi remaja. Mereka sangat terdorong untuk mencoba hal-hal yang baru dan mendapat pengalaman yang baru meskipun terkadang yang ia lakukan mengandung risiko bahaya. Luasnya publikasi dan banyaknya informasi tantang narkoba bagi mereka terkadang justru menjadi pencetus timbulnya rasa ingin tahu dan mencoba-coba, kemudian menjadi pemakai tetap dan pada akhirnya menjadi ketergantungan pada narkoba.
Memecahkan persoalan
Penggunaan narkoba secara medis memang diakui dapat menurunkan tingkat kesadaran dan dapat menghilangkan ketegangan akibat persoalan-persoalan yang dialaminya. Dari persepsi tersebut kelompok remaja menganggap narkoba sebagai jalan untuk mencari 'penenangan' dari rasa ketakutan dan kerisauan hatinya seperti kesulitan hidup dan konflik-konflik batin yang berat.
Adanya perubahan peranan
Dimana pada masa ini para remaja yang tadinya masih berperan sebagai anak-anak kini mendapat peran sebagai remaja yang mempunyai perbedaan dengan perannya ketika dia masih anak-anak. Pada masa remaja ini mulai ditanamkan sikap kemandirian yang menuntutnya bisa berperilaku bertanggung jawab. Sejalan dengan itu dorongan individualistis juga semakin meningkat hingga pada tingkat privatistik. Kadang keadaan ini menimbulkan konflik bagi remaja itu sendiri. Kalau tidak dipersiapkan dengan baik makan akan berakibat fatal bagi remaja itu sendiri. Sikap dan sifat mudah marah, cepat tersinggung, kecewa atau putus asa memang kadang terjadi pada remaja seperti ini.
Goncangan emosional
Hal ini muncul dengan kejiwaan masa remaja yang masih labil. Pada usia remaja perubahan emosi bisa terjadi begitu cepat, dari suatu keadaan gembira dapat berubah menjadi kemarahan atau kesedihan. Perubahan terjadi secara mendadak dan tidak dapat diramalkan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan kesukaran bagi orang lain untuk mendekati para remaja.
Berkhayal dan berfantasi
Fantasi yang berlebihan akan menyebabkan para remaja hidup dalam dunia khayalan, tidak nyata. Ketika ia sadar dari khayalannya dan menemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan yang ia khayalkan, ia akan kecewa dan mencari jalan keluarnya sendiri untuk mewujudkan khayalannya.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri individu atau lingkungan yang turut mendorong tindakan tersebut yang meliputi:
Lingkungan keluarga
Keluarga yang tidak harmonis (broken home) dan sering terjadi percekcokan, kurangnya komunikasi, kurangnya kasih sayang serta perhatian orang tua terhadap anak-anak akan menjadi sebab timbulnya penyalahgunaan narkoba sebagai imbas dari kehidupan keluarga yang kurang kondusif dan tidak harmonis tersebut.
Lingkungan Pekerjaan
Salah satu penyebab seseorang menjadi pemakai narkoba ialah mudah atau tidaknya seseorang mendapatkan narkoba tersebut. Tidak jarang anak-anak yang orang tuanya dokter ataupun detailer sering didapati menjadi pecandu hanya karena ia lebih mudah memperoleh narkoba.
Status sosial ekonomi
Pada dasarnya setiap orang dari segala lapisan masyarakat dapat menjadi pemakai narkoba. Hanya saja, lebih sering terjadi penyalahgunaan di kalangan menengah ke atas. Orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi, lebih memungkinkan untuk mendapatkan narkoba, karena mereka memiliki kemampuan finansial lebih untuk membeli narkoba yang harganya relatif mahal.
Tekanan kelompok
Seseorang yang terlibat dengan suatu kelompok biasanya akan bersikap loyal dan solider terhadap kelompoknya. Kesadaran seperti ini akan menjadikan dirinya dipengaruhi dan ditekan oleh kelompoknya yang sudah menjadi pecandu narkoba untuk menjadi pemakai narkoba juga sebagai bentuk loyalitas dan solidaritas terhadap kelompoknya.
Lingkungan Pendidikan
Ketaatan dan kedisiplinan dalam penerapan peraturan di lingkungan pendidikan akan berperan penting dalam meredam prakterk penyalahgunaan narkoba. Sekolah yang mempunyai tingkat peraturan yang ketat dan kedisiplinan yang tinggi, pasti tidak akan mudah dimasuki oleh jaringan pengedar narkoba. Sebaliknya sekolah yang penuh dengan berbagai kelonggaran dan toleransi yang negative justru menjadi tempat yang nyaman bagi para pengguna dan pengedar narkoba. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi lembaga yang bebas dari segala bentuk penggunaan dan pengedaran narkoba.
Dari semua faktor tersebut, yang terpenting adalah faktor individu. Seseorang harus mampu bertanggung jawab dan tidak boleh beralasan lain atas perilakunya itu. Hal ini penting dipahami dan menjadi dasar pencegahan. Tanggung jawab merupakan masalah pengambilan keputusan yang dilakukan atas pertimbangan mengenai apa yang baik dan buruk atau apa yang benar dan salah. Tanggung jawab menyangkut masalah nilai, norma, dan pedoman hidup.
Peraturan Perundang-undangan
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan narkoba ini, maka siapapun yang berani menyalahgunakan narkoba jenis apapun akan dihukum dengan berat. Adapun dasar hukum yang diterapkan untuk menghadapi pelaku tindak pidana narkoba salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum melakukan penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III maka akan dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, seperti berikut:
Pasal 111:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 112:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 113:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 114:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 115:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 116:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 117:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 118:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram , pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 119:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 120:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 121:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan II tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 122:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 123:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 124:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 125:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 126:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan III tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Dalam hal penggunaan Narkotika tehadap orang lain atau pemberian Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum melakukan penyalahgunaan narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III bagi dirinya sendiri maka wajib direhabilitasi dan akan dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 127 ayat 1 dan 3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, seperti berikut:
Pasal 127 ayat 1:
Setiap Penyalah Guna:
Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;
Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan
Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 127 ayat 3:
Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
Bagi keluarga ataupun orang tua yang menyembunyikan dan tidak melaporkan anggota keluarganya yang merupakan pecandu yang masih belum cukup umur maka akan dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 128 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, seperti berikut:
Pasal 128 ayat 1:
Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
Barang siapa dengan sengaja melakukan penyalahgunaan narkotika kepada anak yang belum cukup umur maka akan dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 133 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, seperti berikut:
Pasal 133:
Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129 dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman, memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk menggunakan Narkotika, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Anak sebagai generasi penerus bangsa berhak mendapat perlindungan khusus dari segala hal yang mengancam kelangsungan tumbuh kembangnya, termasuk dari narkoba. Adapun yang dimaksud dengan perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima oleh anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya. Salah satu upayanya adalah melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, seperti berikut:
Pasal 59 ayat 1:
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan Khusus kepada Anak.
Pasal 59 ayat 2 huruf e:
Perlindungan Khusus kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada:
Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya;
Pasal 76J:
Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan Anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi narkotika dan/atau psikotropika.
Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan Anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi alkohol dan zat adiktif lainnya.
Pasal 89:
Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76J ayat (1), dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76J ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Perlakuan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, bagi anak yang berhadapan dengan hukum diberikan perlindungan khusus antara lain berupa penghindaran dari penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.
Selain penjara merupakan upaya terakhir, hukuman pidana untuk anak pun berbeda dengan orang dewasa. Jika pengguna narkotika tersebut adalah pelajar, maka hukuman pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama 1/2 (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu penyidikan dan penuntutan pidana anak serta persidangan anak, wajib diupayakan Diversi. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.
BAB III
PEMBAHASAN
PENGARUH PENYEBARAN NARKOBA PADA REMAJA DI BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
Penyebaran Narkoba pada Kalangan Remaja di Bandung
Narkoba atau narkotika dan obat-obatan terlarang adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Narkoba banyak dijumpai dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya jenis narkoba yang termasuk dalam zat adiktif.
Saat ini penyebaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat merajalela. Hal ini terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkoba dari semua kalangan dan peredarannya yang terus meningkat. Namun yang lebih memprihatinkan, penyalahgunaan narkoba saat ini justru banyak berasal dari kalangan remaja dan anak muda, yaitu para pelajar.
Yang disebut dengan remaja adalah seorang manusia yang menjalani masa anak-anak ke masa dewasa, sehingga pada saat masa transisi ini mereka akan mencari jati dirinya. Pada saat anak-anak dia tidak mengerti jati dirinya, tapi pada saat dia tumbuh dewasa dia tahu dengan jati dirinya. Sementara yang dikatakan remaja dia tidak tahu siapa jati dirinya.
Penyebaran narkoba adalah tindakan dimana seseorang meyebarkan atau mengedarkan narkoba. Penyebaran narkoba tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan merupakan tindak pidana narkoba karena sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan Negara serta ketahanan nasional Indonesia.
Menurut data yang diperoleh dari Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung, selama tahun 2016 terdapat 243 kasus pemakai narkoba di kota Bandung dan 2 diantaranya dilakukan oleh anak dibawah umur 18 tahun. 2 anak tersebut tertangkap menggunakan narkoba jenis sabu dan psikotropika.
Merujuk kepada data tersebut, remaja di kota Bandung saat ini bisa dikatakan sudah mulai terkontaminasi oleh narkoba. Faktor yang paling berpengaruh terhadap hal ini adalah faktor pergaulan. Selain itu, kemajuan teknologi juga sangat berpengaruh dalam hal ini, sebagai contoh, banyaknya tayangan televisi yang tidak mendidik dan tidak baik bagi perkembangan para remaja, mudahnya akses internet yang memungkinkan seorang anak menyalahgunakannya, dan lain-lain. Faktor lainnya ialah karena pondasi pendidikannya yang kurang baik.
Di kota Bandung, tempat-tempat yang rawan dijadikan tempat penyebaran narkoba ialah tempat hiburan malam, seperti diskotik, tempat karaoke, dan lain-lain. Namun, para Bandar narkoba ini tidak bisa bergerak dengan bebas, karena aparat penegak hukum seperti Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung, selalu rutin melakukan razia ketempat-tempat hiburan malam.
Namun ternyata, kebanyakan kasus narkoba yang terjadi pada remaja di kota Bandung terjadi di kos-kosan dan apartemen, sayangnya aparat penegak hukum sulit melakukan pengawasan di tempat-tempat seperti itu. Bandung merupakan kota yang banyak di datangi oleh para perantau, itulah sebabnya mengapa banyak kasus narkoba pada remaja terjadi di tempat kos-kosan dan apartemen.
Hal lain yang membuat aparat penegak hukum sulit untuk mengungkap jaringan penyebaran narkoba adalah karena tidak adanya orang tua yang mau melaporkan anaknya yang menggunakan narkoba. Padahal dalam pasal 128 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, disebutkan jika orang tua tidak melaporkan seorang pecandu dengan sengaja maka akan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling banyak satu juta rupiah.
Pemakai narkoba merupakan aib bagi keluarganya, itulah sebabnya jarang ada orang tua yang mau melaporkan anaknya kepada polisi. Padahal seorang anak biasanya hanya menjadi korban penyalahgunaan narkoba dan di balik seorang korban pasti terdapat banyak oknum-oknum lainnya yang bisa mengungkapkan jaringan penyebaran narkoba.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa harus dilindungi dari bahaya narkoba dan itu merupakan tanggungjawab yang pertama dari keluarga. Keluarga khususnya orang tua harus bisa memberikan pondasi-pondasi dan nilai-nilai yang baik dan kokoh kepada remaja, sehingga para remaja khususnya di kota Bandung tidak dapat tersentuh oleh narkoba.
Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Penyebaran Narkotika pada Remaja
Peran pemerintah sangat penting dalam menanggulangi penyebaran narkoba, karena maraknya penyebaran narkoba dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Anak adalah masa depan bangsa. Karena merupakan masa depan bangsa, maka anak perlu mendapat perhatian khusus demi pertumbuhan dan perkembangan dirinya menuju kedewasaan yang baik dan bermartabat.
Pemerintah bertanggungjawab untuk melindungi anak-anak ini secara hukum jika terjadi tindakan yang melanggar hukum, termasuk jika mereka menggunakan narkoba. Maka dalam pasal 59 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak ditegaskan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga Negara lainnya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak.
Seseorang mengatakan apabila kita ingin menghancurkan atau menjajah suatu Negara maka hancurkanlah generasi mudanya. Pemerintah tidak menyadari bahwa Negara kita sudah mulai dijajah oleh penjajah tanpa kepala dan tanpa muka, yaitu narkoba. Para pejabat Negara terbuai dengan segala permasalahan ekonomi dan masalah pemerintahan lainnya, sehingga tidak memerhatikan bahwa Negara kita sudah mulai dijajah dengan narkoba.
Upaya yang dilakukan aparat penegak hukum khususnya Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung dalam menanggulangi narkoba khususnya di kota Bandung adalah dengan memberikan sosialisasi kepada semua lapisan masyarakat, seperti mensosialisasikan kesekolah-sekolah. Sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat secara langsung, terutama kepada ibu-ibu PKK yang sosialisasinya dilakukan secara rutin, selama satu bulan bisa 4 hingga 5 kelurahan yang dijangkau. Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung juga selalu bersiaga apabila mendapat panggilan dari masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Dalam upaya mengungkap jaringan penyebar narkoba, aparat penegak hukum memberdayakan para mantan pecandu untuk turun langsung kelapangan atau yang biasa disebut dengan teknik "undercoverbuy" yakni dengan memancing tersangka untuk bertransaksi dengan salah satu anggota polisi dengan melakukan pembelian dalam jumlah yang besar.
Agar remaja dapat diselamatkan dari bahaya narkoba, itu adalah tanggungjawab yang pertama dari keluarga. Keluarga harus memberikan pondasi-pondasi yang baik dan kokoh.