MERANTAU Pada suatu hari, hiduplah seorang pemuda yang bernama Bagus. Dia tinggal bersama Ibundanya, dan ia begitu prihatin dengan kehidupan keluarganya yang sangat pas - pasan serta kekurangan. Diapun ingin pergi merantau kekota dan berfikiran bahwa kehidupan dikota itu sangatlah mudah. Dipagi hari, diapun langsung meminta izin kepada Ibundanya. Bagus Ibu Bagus Ibu
Bagus Ibu
Bagus
: : : :
“Mbok e, aku toh kasian ngeliat keadaan kita ini. ” “Kenapa lagi toh le? ” “Aku boleh nggak Mbok, merantau kekota untuk cari uang disana? “Aduh le.... Bukannya Mbok nggak bolehkan kamu itu untuk cari uang, tapi Mbok takut kamu sampai kenapa - kenapa disana. Keadaan disana jauh berbeda toh toh le dengan disini. ” : “Tapi Mbok.... aku toh pengen hidup kita enak, nggak susah lagi kaya gini.” : “Aduh le, le.... Kalau memang itu sudah menjadi keputusanmu, Mbok sudah nggak bisa apa - apa lagi. Lagi pula, kamu sudah gede sekarang. Mbok hanya pesan, kamu hati - hati disana dan jangan lupa sholat. ” : “Iya Mbok iya, terima kasih ya Mbok atas restunya. ”
Akhirnya, ia pun diizinkan oleh ibunya. Dan sampailah ia dikota. Bagus
: “Alhamdulillah, akhirnya aku sampai dikota. Betul kata Mbok, disini sangat berbeda d engan didesa. ”
Setelelah itu, dia pun mendapatkan musibah yang tak diduga. Yakni, barang barang bawaannya di jambret oleh 3 orang pemuda. Bagus Bagus Santi
Bagus Santi
: “Aduh, capek banget. Sebaiknya aku istirahat dulu disini. ” ( Jambret pun datang) : “Loh mas, mau ngapain toh.... ini barangku. Tolong.... tolong.... ” : “Aku tak mau dikalau aku dimadu.... (Bernyanyi) Eh, perasaan ada yang minta tolong deh? ” (Jambret itu berlari kearah Santi) : “Mbak, tolong mbak. Mereka jambret! ” : “Woi!!! Berenti luh.... ” (Teriak dengan suara laki - laki) Akhirnya, jambret itupun berhasil ditangkap dan dihajar oleh Santi.
Santi Bagus Santi
Bagus Santi Bagus Santi Bagus Santi Bagus Santi Bagus Santi Bagus Santi Bagus
: “Ini barangmu. ” : “Wah.. Terima kasih yo mbak. ” : “Iya, santai aja kali. Makanya, lain kali hati - hati disini. Untung ada eke, kalau nggak ada, gimana? Eh, ngomong - ngomong kayanya yei orang baru ya disini? ” : “Iya mbak, aku baru disini. Aku merantau toh mbak ” : “Oh.... emangnya yei mau tinggal sama sapose disindang? ” : “Aku juga nggak tau toh mbak, aku nggak punya kenalan disini. ” : “Yaudah, yei tinggal sama eke aja.. ” : “Lah, jangan mbak. Nanti malah ngerepotin. ” : “Nggak apa, eke teringat dulu waktu eke pertama disini. ” : “Oh, jadi mbak perantau juga toh? ” : “Iya. Oh iya, nama yei sapose?” : “Nama saya Bagus, kalau nama mbak? ” : “Santi melati sukma ayu segaaaaar harum mewangi.... biasanya eke dipanggil Santi aja, kalau panjang - panjang kering ntar ” : “Hahaha, mbak bisa aja.” : “Yaudah, yei angkat ntu barang ke kosan eke. ” : “Iya mbak.” Akhirnya, Bagus pun pergi mengikuti Santi ketempat kos Santi.
Santi Bagus Santi Bagus
: “Ini kosan eke. Jangan lihat dalemnya, tapi lihat luarnya. eh, kebalik. Hehehe....” : “Hahaha.... Iya mbak, yang penting masih ada atapnya. ” : “Yei tunggu disini dulu ya, eke ganti baju dulu. ” : “Iya mbak.”
Setelah Santi ganti baju, Bagus pun terdiam sejenak melihat Santi yang dikiranya perempuan ternyata seorang laki - laki. Bagus Santi
Bagus Santi Bagus Santi Bagus
: “Loh, mbak toh laki - laki? ” : “Iya, inilah eke yang sebenarnya. Tapi tenang, eke nggak bakalan ngapa - ngapain yei kok. ” (Sambil tersenyum) : (mengangguk dengan mulut menganga) “iya toh mbak, saya juga yakin kalau mbak itu orang baik - baik. ” : “Yaudah, yei tidur aja. Pasti yei capekkan?” : “Lah, mbak sendiri nggak tidur toh? ” : “Yei tidur aja duluan, eke mau keluar bentar. ” : “Iya mbak.”
Setelah Santi keluar, Santi langsung dihampiri oleh teman kosnya yang bernama Vivi.
Vivi Santi Vivi Santi Vivi Santi Vivi Santi Vivi Santi
: “Santi, tunggu....!!” (Teriak) : “Ish, bisa nggak sih yei nggak teriak - teriak. Nanti kalau eke kaget cantiknya eke ilang ntar. Yei mau tanggung jawab? ” : “Ya maaf. Oh ya, siapa tu yang lu bawa? ” : “Itu saudara eke dari kampung” : “Wah, Rempong kagak kaya elu? ” : “Yei hati - hati kalau bicara, eke cubit ntar. ” : “Hehehe, bercanda. Oh ya, elu udah izin ke Ibu kos belon? ” : “Belumlah, baru aja nyampe. ” : “Yaudah, biar gua temenin. Gimana?” : “Kalau mau, cap cus cin.... ”
Dalam waktu kurang lebih 2 minggu, Bagus tak mendapatkan pekerjaan. Dia hampir putus asa dan dia mulai kangen dengan Ibunya didesa. Santi Bagus Santi Bagus Santi Bagus Santi
Bagus Santi Bagus Santi Bagus Santi Bagus Santi Bagus
: “Yei kenapa, kok yei melamun mulu? ” : “Gini toh mbak, aku itu udah capek mondar mandir dikota. Tapi, tak satupun pekerjaan yang aku dapat. ” : “Yei jangan sedih ya, itu cobaan.... Emangnya yei mau kerja apa? ” : “Terserah mbak, yang penting halal. ” : “Gini, eke ada kerjaan untuk yei. Tapi kayanya yei nggak bakalan mau deh....” : “Ya mau, kerja apa toh mbak? ” : “Eke dulu juga kaya yei, nyari kerjaan sampai kaki eke keriting keriting. Dan akhirnya eke mau nggak mau ngelayanin om om. Makanya eke jadi rempong kaya gini. ” : “Oh, gitu toh mbak. ” : “Ya iyalah, masa ya iya dong?? Oh ya, kita to the point aja ya. Yei mau nggak ikut eke kerja? ” : “Wah, gimana ya mbak? Saya takut dosa mbak. ” : “Yei jangan mikir dosa dulu, yang penting yei bisa bertahan hidup disini.” : “Nggak bisa toh mbak, aku bener - bener takut mbak. Neraka itu panas mbak.” : “Aduh.... Yang bilang dingin siapa? Yei pikir - pikir aja dulu. Nanti kalau mau, yei bilang aja ke eke, Okey? ” : “Insya Allah mbak, tapi saya usahain cari kerjaan yang lain saja. Oh ya, tapi mbak jangan tersinggung dengan ucapan saya ya. ” : “Santai aja sama eke, yei udah eke anggap seperti saudara eke sendiri.” : “Iya mbak.”
2 minggu seletah pembicaraan mereka, Bagus belum mendapatkan pekerjaan. Fikirannya mulai terhasut oleh perkataan Santi. Bagus
: “Hm, kayanya benar kata Santi. Dari pada aku capek mondar mandir, lebih baik aku ikut kerja dengan dia saja. ” (Berkata dalam hati) Bagus pun menghampiri Santi. : “Mbak. Gini, aku toh pengen ikut mbak kerja. Aku udah capek mondar mandir cari kerjaan. ” : “Gitu dong, itu baru saudara eke. ” (tersenyum lebar)
Bagus Santi
Bagus pemuda yang polos itu pun diajari berdandan dan berbicara layaknya perempuan asli dan Bagus pun diajak ke tempat biasanya Santi mangkal. Bagus Santi Bagus
: “Wah, apa ini nggak apa - apa toh mbak? ” : “Nggak apa, yei nyantai aja dulu disini. ” : “Iya mbak.” Tak sampai 1 jam, datanglah 3 Polisi menggrebek tempat tersebut.
Polisi 1 Santi
: “Semuanya, jangan bergerak!! Saya akan menggrebek tempat ini ! ” : “Hoi semua, ada Polisi..!!!” (Teriak dengan suara laki - laki)
Semua waria pun lari berhamburan. Polisi 1 Bagus Santi Bagus
: : : :
“Hei kalian, Jangan lari!! ” “Wah, gimana ini mbak? ” “Yei jangan banyak bicara, ayo kita lari! ” “Iya mbak!”
Mereka pun lari dan dikejar oleh dua orang polisi. Polisi 2 Santi Polisi 2 Bagus Santi
: : : : :
“Hei! Berhenti!” “Ihh, ogah berhenti! ” “Hei kalian, Berhenti! Kalau tidak, akan kutembak kalian! ” “Aduh! Gimana ini mbak? ” “Udah, yei lari aja terus! ”
Setelah kejar - kejaran dengan Polisi, Merekapun tertangkap. Polisi 1 Santi
: “Kalian ini, bikin repot saja. ” : “Nggak apa Pak, dari pada bikin rumah, capek dong Pak. ”
Polisi 1 Santi
: “Kamu ini, lagi dalam masalah besar masih ngelawak. ” : “Yang bilang dalam kolam siapa Pak? ”
Plakk!! Santi ditampar oleh polisi 1. Santi Polisi 2 Santi Polisi 2 Polisi 1 Polisi 2
: “Aduh, yei jangan kasar - kasar dong Pak. Nanti gantengnya ilang. ” : “Sudah! Sebaiknya kamu diam saja! Nanti saya penjarakan kamu seumur hidup.” : “Aduh.... Jangan dong Pak, nanti kulit saya yang mulus jadi kurapan Pak.” : “Hm!! Dasar!” : “Sebaiknya, Kita bawa saja mereka ke dalam sel. ” : “Baiklah, Silahkan anda bawa ke dalam sel. ”
Santi bersikap tenang karna sudah terbiasa tertangkap oleh Polisi. Sementara Bagus, terdiam seribu bahasa dan sangat menyesal karna telah mengikuti langkah Santi. Vivi Santi Vivi Santi Bagus Santi Bagus Vivi Santi Vivi
: “Aduh Santi.... elu ya, udah tertangkap puluhan kali, tapi nggak jera. Malah lu ajak saudara lu mangkal, emang stres lu. ” : “Eke ini nggak stres, tapi eke gila. Hehehe... ” : “Ahh, Bego lu. Gua serius, malah bercanda lu. ” : “Nggak apa, supaya eke nggak stres. Eh, Bagus. Kenapa yei diam aja? ” : “Aku merasa bersalah sama Mbok aku toh mbak. Aku nggak bisa nepatin janji aku ke Mbok aku. ” : “Yaudah.... yei santai aja, jangan terlalu dipikirin. ” : “Hm... Insya Allah mbak.” : “Maaf ya, gua nggak bisa lama - lama, Gua masih banyak urusan. Gua pulang dulu ya...” : “Iya. makasih ya, yei udah besuk kita. ” : “Iya, Sama - sama.”
Sekitar 2 bulan, mereka dibebaskan. Bagus pun bersujud syukur atas kebebasan mereka. Merekapun langsung pulang ke kosannya Santi. Bagus Santi Bagus Santi Bagus
: “Mbak, aku fikir aku nggak bisa telalu lama tinggal disini. ” : “Lah, kenapa yei ngomong kaya gitu? ” : “Aku mau pulang ke desa toh mbak, aku toh kangen sama Mbok aku disana.” : “Yaudah, yei hati - hati aja ya.... ” : “Iya mbak, makasih banyak ya mbak. Mbak toh udah banyak bantuin
Santi Bagus Santi
saya.” : “Okey. Eke kirim salam ya buat Ibu yei disana. ” : “Iya mbak, saya pergi dulu ya. Assalamualaikum....” : “Wa’alaikumsalam.” Sesampainya didesa, Bagus pun langsung berlari menuju sang ibunda.
Bagus Ibu Bagus Ibu Bagus Ibu
: : : :
“Mbok e, aku pulang...” “Akhirnya kamu pulang juga. Gimana le, Susahkan hidup disana? ” “Betul Mbok e, aku jera. Lebih baik aku bantu Mbok e berladang. ” “Sudah, Kamu istirahat saja toh le. Pasti kamu lelahkan? Mbok e udah kemas kamar kamu. ” : “Iya Mbok e, Terima kasih banyak ya. ” : “Iya le, Sama - sama. ”
Akhirnya, Bagus hidup dengan tenang didesa. Tak ada lagi beban dalam hidupnya dan didesa dia membantu ibundanya berladang hingga dia menjadi seorang juragan beras.
- TAMAT -