BIOLOGI LAUT NEKTON
Disusun Oleh:
Dwi Ajeng P.
230210070027
Ogys Ogys Fery Feryagi agi Salim Salim 2302100 23021007003 70037 7 Bayu Juliawan
230210070040
Yoga Gu Gumilar
230210070050
Andi Catur
230210070052
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2009
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji hanya bagi Allah SWT. karena dengan rahmat dan izin-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Semoga curahan rahmatnya akan sampai kepada kita sekalian. Amin. Begitu banyak makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini, ada yang hidup di daratan, perairan, maupun udara. Di antara banyaknya makhluk hidup di perairan, salah satuny satunyaa adalah adalah Nakton Nakton.. Nekton Nekton merupa merupakan kan hewan hewan yang yang bebas bebas berena berenang ng di lautan lautan.. Nekton Nekton banyak sekali jenisnya juga beragam adaptasi terhadap lingkungannya. Dengan alasan itulah maka penulis berupaya sebaik mungkin untuk menyelesaikan laporan ini, agar informasi yang ada menganai perhitungan hematokrit pada ikan mas Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari segala kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jatinangor, Maret 2009
Penulis
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji hanya bagi Allah SWT. karena dengan rahmat dan izin-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Semoga curahan rahmatnya akan sampai kepada kita sekalian. Amin. Begitu banyak makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini, ada yang hidup di daratan, perairan, maupun udara. Di antara banyaknya makhluk hidup di perairan, salah satuny satunyaa adalah adalah Nakton Nakton.. Nekton Nekton merupa merupakan kan hewan hewan yang yang bebas bebas berena berenang ng di lautan lautan.. Nekton Nekton banyak sekali jenisnya juga beragam adaptasi terhadap lingkungannya. Dengan alasan itulah maka penulis berupaya sebaik mungkin untuk menyelesaikan laporan ini, agar informasi yang ada menganai perhitungan hematokrit pada ikan mas Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari segala kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jatinangor, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............. .................... ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .................................... ............................. i KATA PENGANTAR ............. .................... .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. .................... .................... ....... ii
......................................................................................................... .................................................. ........... ....... .... iii DAFTAR ISI....................................................... BAB I PENDAHULUAN............. .................... ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ....... 1
1.1 Latar Belakang..... Belakang............ ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .......................... ..................... .. 1 1.2 Tujuan Penulisan. Penulisan........ .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............... ........ 1 1.3 Manfaat Manfaat Penulisan. Penulisan........ .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ................... ............. 1 .................... ............. .............. .............. ............. ............. .............. .............. ....................... ................ 2 BAB II TINJAU TINJAUAN AN PUST PUSTAKA AKA.............. 2.1 Nekton....... Nekton.............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. .................. ............ 2 2.2 Sifat Sifat Nekton...... Nekton............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. .................. .............................. ................... 4 2.3 Komposisi Komposisi Nekton....... Nekton.............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. .............. ....... 4 2.4 Kondisi Kondisi Lingkungan..... Lingkungan............ ............. ............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. ............... ............. ..... 6 2.5 Adaptasi Adaptasi Nekton...... Nekton............. .............. ............. ............. .............. .............. ............. ............. .............. ............. ............. ................... ............ 7 2.6 Indria.................................................................. ........................... ............... ....... .......... 15 2.7 Ekolokasi......................................................... .......................................... .... 15 2.8 Reproduksi dan daur hidup..................................................... ............... ....... ............... ....... 18 2.9 Migrasi.......................................................................................................... 21 2.10 Adaptasi Khusus pada Burung dan Mamlia Bahari....................... Bahari....................... ............. ........ ..... 23 ....... .......... 27 BAB III PENUTUP ............................................... ......................................... ............... ...................................................................................... ................................ ............... ....... ........ 28 DAFTAR PUSTAKA ......................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di laut terdapat makhluk-makhluk mulai dari yang berupa jasad-jasad hidup bersel satu yang sangat kecil sampai yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar seperti ikan paus yang panjangnya lebih dari sepuluh meter. Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan kedalam tiga kategori utama, yakni plankton, nekton dan bentos. Pengelompokkan ini tidak adakaitannya dengan jenis menurut klasifikasi ilmiah, ukuran atau apakah mereka temasuk tumbuh-tumbuhan atau hewan, tetapi hanya didasarkan kepada kebiasaan hidup mereka secara umum, seperti gerak berjalan, pola hidup dan sebaran menurut ekologi. Nekton merupakan salah satu kedalam ketiga kelompok tersebut. Nekton merupakan organisme yang hidupnya bergerak sendiri kesana-kemari. Kelompok hewan yang termasuk nekton sangat beragam adanya. Adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya berbeda dengan jenis organism yang lainnya. Dengan dasar ingin mengetahui lebih lanjut kehidupan nekton di laut maka makalah ini disusun.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada pun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai organisme nekton yang berada di laut beserta adaptasi terhadap lingkungannya.
1.3 Manfaat
Menilik tujuan dari penulisan makalah ini, maka diharapkan agar makalah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah wawasan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai: a. Definisi nekton b. Kelompok nekton c. Sifat Nekton d. Adaptasi nekton terhadap lingkungannya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nekton
Hewan-hewan perenang di laut sudah lama menjadi perhatian manusia karena nilai ekonominya yang besar dan menjadi sumber makanan. Kelompok ini kurang beraneka-ragam dibandingkan dengan dua kelompok lain, yakni plankton dan bentos. Nekton adalah hewanhewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari seperti ikan bertulang rawan, ikan bertulang keras, penyu, ular, dan hewan menyusui laut yang kesemuannya termasuk Vertebrata. Sotong dan cumi-cumi yang termasuk Mollusca juga termasuk nekton. Tidak ada tumbuhtumbuhan yang mampu berenang, jadi tidak ada tumnuh-tumbuhan yang tergolong nekton. (Romimohtarto,2007) Berbeda dengan plankton nekton terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya sendiri. Nekton organisme
laut
merupakan yang
sangat
bermanfaat bagi manusia terutama untuk
perbaikan
peningkatan
ekonomi.
gizi
dan
Tumpukan
bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
2.2 Sifat Nekton •
Organisme yang dapat bergerak atau berenang dengan keinginan sendiri.
•
Organisme konsumer di daerah pelagik, aktif berenang umumnya invertebrata.
•
Memiliki masa hidup lebih panjang daripada plankton (invertebrata : 1 tahun, ikan : 5 – 10 tahun).
•
Migrasi biasanya berkaitan dengan siklus reproduksi, ikan tuna migrasi dari feeding ground ke breeding ground (ribuan kilometer).
2.3 Komposisi Nekton
Nekton bahari terdiri dari berbagai ikan bertulang belakang seperti cucut dan pari serta sejumlah kecil mamalia seperti reptil dan burung laut. Invertebrata yang dapat digolongkan nekton hanyalah jenis moluska sepalopoda. Beberapa kelompok ikan yang berbeda dijumpai dalam golongan nekton. Pertama, ikan yang menghabiskan seluruh waktunya di daerah epipelagik. Ikan ini disebut holopipelagik mencangkup ikan-ikan hiu tertentu (cucut martil, hiu mackerel, cucut biru), kebanyakan ikan terbang, tuna, setuhuk, cucut gergaji, lemuru, ikan dayung, dan lain-lain. Ikan ini biasanya menghabiskan telur yang mengapung dan larva epipelagik. Jumlahnya sangat berlimpah di permukaan perairan tropik dan subtropik.
Kelompok kedua ikan bahari dinamakan meroepipelagik. Ikan ini hanya menghabiskan sebagian dari hidupnya di daerah epipelagik. Kelompok ini lebih beragam dan mencakup ikan menghabiskan masa dewasanya di epipelagik tetapi mememijah di perairan pantai (Haring, geger lintang jinak, dolphin, kacang-kacang) atau diperairan tawar (salem). Ada juga jenis lain yang memasuki daerah epipelagik hanya pada waktu-waktu tertentu. Seperti ikan-ikan perairan-dalam semacam ikan lentera yang bermigrasi ke permukaan pada malam hari untuk mencari makan. Kebanyakan ikan menghabiskan awal daur hidupnya di epipelagik , tetapi masa dewasanya di daerah lain. Bentuk juvenil memegang peranan tetap dalam fauna epipelagik, tetapi disebut meroplankton, karena kemampuannya geraknya terbatas.
Kelompok terbesar kedua dari nekton bahari adalah mamalia laut. Mamalia laut nektonik mencangkup ikan paus (ordo Cetacea), anjing laut dan singa laut (ordo Pinnipeda). Terdapat juga mamalia bahari lain, seperti manatee dan duyung (ordo Sirenia), serta berang-berang (ordo carnivora). Tetapi hewan-hewan ini tidak pelagik karena mereka menghuni perairan pantai sepanjang waktu. Mereka juga tidak akan dibahas dalam bab ini. Reptil nektonik hampir semuanya merupakan penyu dan ular laut. Iguana bahari terdapat di kepulauan Galapagos, dan buaya air asin mendiami banyak daerah Kepulauan Indo-Pasifik. Tetapi hewan-hewan ini juga merupakan hewan litoral yang hanya sekali-kali pergi menjauhi daratan. Catatan fosil menunjukkan, bahwa selama periode Cretaceous sekitar 60 juta tahun yang lalu, reptil bahari jauh lebih umum dan beragam dibandingkan sekarang. Pada waktu itu, plesiosaurus besar, iktiosaurus, dan mosasaurus menjelajahi lautan-lautan hangat.
Secara teknik, kebanyakan burung-burung laut tidaklah nektonik, karena mereka terbang di atas laut lepas dan bukan menembusnya. Tetapi mereka juga termasuk dalam ekonomi perairan ini dapat di bahas di sini. Mungkin satu-satunya kelompok burung yang benar-benar nektonik adalah penguin yang tidak dapat terbang dan terdapat di bagian bumi selatan. Tetapi cormorant dan burung laut yang lain, menyelam untuk mencari makan dan menghabiskan banyak waktunya sebagai perenang. 2.4 Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan pada zona epipelagik yang dihuni oleh nekton tentu saja sama dengan yang dibahas untuk plankton dan mencakup cahaya, suhu, kepadatan, dan arus. Namun kepentingan relatif dari faktor-faktor yang berbeda dalam memilih adaptasi dan strategi hidup nekton dapat berbeda. Penting diperhatikan bahwa tanggapan lingkungan ini sangat berbeda untuk ikan atau mamalia besar dan perenang cepat dibandingkan dengan kopepoda kecil. Beberapa kondisi lingkungan perlu diperhatikan karena memberikan perbedaan yang jelas bagi nekton dan dimana adaptasi terjadi. Pertama, laut merupakan daerah “tiga dimensi” yang sangat besar. Kedua, tidak ada substrat padat di mana pun, sehingga hewan-hewan ini selalu melayang dalam medium yang transparan tanpa perlindungan terhadap predator yang potensial. Oleh sebab itu, tidak ada tempat perlindungan bagi hewan yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara horizontal. Terakhir, kurangnya substrat, yang berarti tidak adanya pendukung yang kuat bagi hewan kebanyakan mempunyai daging yang lebih padat dari pada air laut di sekelilingnya. Kombinasi antara keadaan tiga dimensi dan kurangnya rintangan, memudahkan evolusi adaptasi untuk mobilitas yang besar. Besarnya mobilitas dan kemampuan untuk menempuh jarak-jarak jauh pada gilirannya menyebabkan perkembangan sistem saraf dan indria (sensory) yang akan menangkap dan mengolah informasi yang diperlukan untuk menjelajahi daerah, mencari dan menangkap makanan, serta untuk menghindari predator. Kurangnya perlindungan serta besarnya ukuran kebanyakan nekton, juga menyebabkan perkembangan kecepatan renang yang tinggi untuk menghindari predator dan sekaligus untuk mencari makan. Kamuflase juga merupakan usaha yang lain. Keadaan tersuspensi tubuh hewan
nektonik yang kerapatan tubuhnya lebih besar dari pada kerapatan air laut secara terus-menerus menyebabkan perkembangan progresif berbagai adaptasi agar dapat tetap terapung. 2.5 Adaptasi Nekton
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. 1. Daya Apung Mungkin adaptasi yang paling jelas pada hewan nektonic adalah kemampuannya melayang dan bergerak dengan kecepatan tinggi dalam air. Hal initulah yang
diperhatikan karena
merupakan ciri khas hewan nektonik. Daya apung merupakan hal yang utama diperlukan untuk hidup di epipelagik. Ini berlaku juga bagi plankton, seperti yang telah diketahui. Kebanyakan hewan nektonik mempunyai kerapatan yang hampir sama dengan air laut. Walupun jaringan-jaringan hidup biasanya lebih rapat dari pada air laut, tetapi ternyata hewan besar ini mempunyai daya apung secara alamiah, karena ada bagian tubuhnya yang mempunyai kerapatan lebih rendah yang dapat mengimbangi tingginya kerapatan kebanyakan jaringan. Kebanyakan ikan mempunyai gas atau gelembung renang dalam tubuhnya. Struktur yang mengisi sekitar 5-10 persen dari volume tubuhnya ini berfungsi mengimbangi daging yang lebih padat sehingga menyebabkan daya apung menjadi netral. Kebanyakan ikan dapat mengatur jumlah gas dalam gelembung renangnya dan mengubah tingkat apungnya. Diketahui dua macam gelembung gas : fisostoma di mana ada saluran terbuka antara gelembung gas dan esophagus, dan fisoklis tidak terdapat saluran. Ikan-ikan fisostoma memasukkan dan mengeluarkan gas dari gelembung melalui saluran dengan cara mengisap udara dari permukaan. Tetapi pengisian gelembung gas biasanya melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile adalah sekumpulan pembuluh-pembuluh darah kecil yang bercabang dari pembuluh darah besar. Ikan-ikan fisoklis juga mensekresi gas ke dalam gelembung renang melalui kelenjar gas dan sistem rete mirabile,
tetapi untuk membuang gaharus melalui organ khusus yang dapat mengabsorpsi gas yang dinamakan oval. Pada ikan perenang cepat (Sarda, Scomber) yang juga bergerak secara vertikal pada badan air, gelembung gas tidak dapat cukup cepat disesuaikan untuk mengimbangi perubahan tekanan dan mencapai daya apung netral. Oleh karena itu, Denton dan Marshall (1958) menemukan bahwa ikan-ikan tercepat cendrung tidak memiliki gelembung gas dan mencapai daya apung dengan cara lain. Rongga-rongga berisi gas dalam bentuk paru-paru juga membantu tercapainya daya apung netral untuk semua hewan nektonik yang bernafas dari udara. Beberapa mamalia air mempunyai kantung udara tambahan. Dalam kasus ini, mereka dapat mengatur daya apungnya melalui sejumlah udara yang terkandung di dalam paru-parunya. Burung juga memiliki kantung udara tambahan. Pada kebanyakan burung laut penyelam (kecuali penguin), udara yang terperangkap di bawah bulu memberikan daya apung terbesar. Mamalia bahari, berang-berang, dan anjing laut juga menggunakan udara yang terperangkap pada lapisan bawah rambutnya yang lebat sebagai daya apung. Mekanisme lain untuk mencapai daya apung netral adalah dengan mengganti ion kimia berat dalam cairan tubuh dengan yang lebih ringan. Hal ini kita dapatkan juga pada plankton. Satusatunya hewan nektonik yang mengalami hal ini adalah cumi-cumi. Cumi-cumi cendrung mempunyai rongga tubuh di mana ion natrium yang berat digantikan dengan ammonium yang lebih ringan. Akibatnya, kerapatan cairan tubuh akan lebih kecil dari pada kerapatan air laut pada volume yang sama. Walaupun ini merupakan mekanisme yang banyak terdapat pada plankton, tetapi jarang terdapat pada nekton, sebab supaya efektif, jumlah cairan dengan kadar amonium tinggi haruslah banyak. Rongga yang besar dan berisi air memberikan bentuk bulat-gemuk bagi hewan dan akan mengurangi rongga mantel, sehingga jelas mengurangi kemampuan bergerak cepat. Peningkatan daya apung dengan mengurangi jumlah tulang atau bagian yang keras lainnya bukan merupakan pilihan yang baik bagi hewan ini, karena kerangka yang kuat dan kaku diperlukan agar sistem otot bekerja dengan efektif sehingga hewan dapat bergerak di dalam air. Ini merupakan perbedaan yang nyata dengan plankton.
Mekanisme lain untuk meningkatkan daya apung adalah dengan menyimpan lipida (lemak atau minyak) di dalam tubuh. Kerapatan lipida lebih kecil dari pada kerapatan air laut sehingga dapat turut mengatur daya apung. Jumlah lipida yang besar banyak terdapat dalam ikan nektonik, terutama yang tidak mempunyai gelembung renang seperti ikan hiu, mackerel (Scomber), ikan biru (Pomatomus), dan bonito (Sarda). Agaknya lipida, paling tidak sebagian, menggantikan fungsi gelembung renang. Lipida dapat di simpan pada berbagai bagian tubuh seperti otot, organ internal, rongga tubuh, atau terpusat pada satu organ. Contohnya pada ikan hiu pelagik, lipida terkumpul pada hati yang ukurannya bertambah besar. Pada banyak spesies ikan hiu, pembentukan lemak dalam hati merupakan proses dalam perkembangannya. Jadi beberapa ikan hiu muda yang pada awalnya tidak mempunyai daya apung, lambat laun dalam pertumbuhannya mempunyai daya apung netral atau positif, sementara lemak menumpuk dihatinya. Pada mamalia bahari, lipida biasanya terdapat sebagai lapisan lemak tepat di bawah kulitnya. Fungsinya bukan saja untuk menjaga daya apung, tetapi juga sebagai isolasi untuk mencegah kehilangan panas. Selain usaha statik dalam mencapai atau menambah daya apung ini, beberapa hewan nektonik tertentu juga menunjukan mekanisme hidrodinamik untuk menghasilkan daya apung tambahan selama pergerakan. Mungkin yang paling umum adalah membentuk formasi untuk mengangkat permukaan bagian anterior yang biasanya dilakukan oleh sirip dada atau flipper, serta adanya ekor yang heteroserkal. Pada ekor heteroserkal, cuping atas lebih besar dan berkembang. Pada sistem ini, sirip atau flipper berfungsi sebagai kemudi guling seperti pada pesawat terbang, dan jika dimiringkan pada sudut positif yang tepat, akan menyebabkan hewan itu naik di dalam badan air, sementara ekornya melakukan gerakan mendorong. Jika ekornya eriserkal, gerakannya juga menghasilkan hentakan ke atas. Pada beberapa jenis pengangkatan, yang dilakukan oleh sirip dan flipper, dibantu oleh seluruh bagian anterior tubuh, yang juga dapay dicondongkan pada satu sudut untuk memberikan daya angkat. Perkembangan daya apung dinamik yang paling baik terjadi dalam bentuk daya apung negatif. Secara umum, ada kecendrungan pada ikan-ikan yang lebih primitif untuk mempunyai adaptasi hidrodinamik (pergerakan air) untuk melakukan pengangkatan, sedangkan pada jenis yang lebih maju nampaknya membentuk alat statik atau pasif untuk mendapatkan daya apung netral. Ini disebabkan karena diperlukan energi yang lebih sedikit untuk mencapai daya apung
netral dari pada harus bergerak terus menerus agar tubuh tetap melayang dalam air. Karena paru paru berisi udara, mamalia yang bernafas di udara cendrung mempunyai daya apung netral. 2. Daya Penggerak
Jenis adaptasi kedua pada hewan nektonik adalah yang berhubungan dengan pergerakan hewan di dalam air. Adaptasi ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: yang diperlukan untuk menciptakan daya pendorong, dan yang mengurangi hambatan yang dialami oleh tubuh ketika bergerak dalam air. Daya yang diperlukan untuk mendorong hewan nektonik melalui air yang rapat, dihasilkan oleh beberapa bagian dari tubuhnya. Cara yang paling umum untuk menghasilkan pergerakan maju adalah dengan melakukan gerakan mengombak dari tubuh atau sirip. Sebenarnya semua ikan nektonik menunjukkan tipe pergerakan ini. Pada mekanisme mengombak, hewan bergerak maju dengan mengayunkan bagian posterior tubuh dan sirip dari sisi ke sisi. Cara ini akan melemparkan tubuh ke dalam suatu rangkaian belokan-belokan pendek berawal dari kepala bergerak turun ke ujung tubuh. Pergerakan dari sisi ke sisi ini diakibatkan oleh kontraksi otototot tubuh yang bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain. Jika daya yang timbul dari pergerakan dalam air seperti ini kita analisi, akan dijumpai bahwa komponen bagian depan adalah yang terkuat sehingga hewan bergerak ke arah itu. Serangkaian yang serupa digunakan oleh paus, tetapi pergerakan fleksural-nya pergerakan dari atas ke bawah bagian dan bukan dari sisi ke sisi. Hasilnya berupa pergerakan maju yang sama. Pergerakan dari atas ke bawah
bagian depan
tubuh merupakan pengganti bagi pergerakan mengombak yang dilakukan oleh ekor berbentuk pipih yang terletak secara lateral. Semakin pendek dan bulat tubuh ikan, semakin kecil kelenturan otot-otot posterior tubuh, dan maju dengan cepat de sepanjang tubuh. Kecepatan ikan bergantung pada kecepatan dimana gelombang kontraksi otot merambat sepanjang tubuh, dan juga bergantung pada aspek-aspek lain dari bentuk tubuh . Secara umum, ikan yang pendek dan bulat lebih cepat dari pada ikan-ikan yang panjang pipih. Anjing laut dan singa laut tidak mampu berenang secepat paus. Anjing laut bertelinga (eared seal) berenang dengan menggunakan sirip depannya sebagai dayung, tetapi anjing laut tidak bertelinga (eraless seals) menggunakan kaki belakang yang berselaput renang, merentang secara vertikal seperti sirip ekor ganda pada ikan.
Namun pada ikan-ikan nektonic tercepat seperti tuna dan allies, gerakan mengombak benar benar ditekan. Pada ikan-ikan ini, daya dorong digerakan hanya oleh sirip caudal lunate. Sirip ini digerakan dengan cepat dari sisi ke sisi oleh kontraksi otot-otot tubuh yang kuat secara bergantian melalui tendon; tendon ini berjalan seperti katrol melalui tulang-tulang dari caudal peduncle pipih untuk menyusup di dasar sirip ekor. Jenis lain tenaga pendorong/penggerak adalah dengan melakukan pergerakan mengombak pada sirip. Pada model pergerakan seperti ini, tubuh tetap diam dan sirip melakukan pergerakan maju. Bentuk pergerakan ini lebih lambat dari pada yang terdahulu. Contoh tipe ini dijumpai pada ikan pari seperti pari Manta (Manta hamiltoni), cumu-cumi tertentu (Todapordes), dan ikan matahari bahari (mola-mola). Namuan pada kebanyakan ikan, sirip lateral digunakan untuk bergerak atau mengangkat, seperti pada ikan hiu dengan ekor heteroseksual. Kecuali setasea dan ular laut, bentuk umum tenaga pendorong pada vertebrata bahari yang bernafas di udara adalah melalui pergerakan mendayung , baik yang dilakukan oleh tungkai depan, belakang, atau keduanya. Tungkai penyu, anjing laut, dan sing laut, serta penguin semua termodifikasi menjadi anggota yang pipih berbentuk seperti dayung, yang digunakan oleh hewan untuk bergerak dalam air seperti kalau kita menggunakan dayung bergantung pada frekuensi dayung. Pada organisme yang hanya dapat melakukan beberapa dayungan, seperti penyu, kecepatannya lambat. Pda organism lain, seperti penguin yang dapat mencapai 200 dayungan per menit seperti yang pernah dicatat oleh brooks(1917) pada Pygoscelis papua – laju pergerakan dapat sangat cepat (10m/detik untuk 200 dayungan/menit). Jenis tenaga pendorong yang terakhir adalah “daya dorong pancar” dengan menggunakan air. Bentuk dorongan ini dikuasai oleh cumi-cumi bahari. Mereka mampu menghasilkan gerakan yang sangat cepat. 3. Hambatan Permukaan dan Bentuk Tubuh
Karena air merupakan medium yang sangat rapat, maka sukar untuk bergerak di dalamnya, apalagi dengan kecepatan tinggi. Untuk menggerakan badan dalam air diperlukan energi yang lebih banyak dari pada di udara. Tetapi energi dapat lebih dihemat jika benda itu mempunyai bentuk yang dapat mengurangi hambatan. Permukaan dalam air sampai batas minimum. Karena
hewan nektonik harus bergerak dan karena sumber energi mereka terbatas, maka diperlukan suatu adaptasi untuk mengurangi hambatan permukaan. Ada beberapa macam tahanan atau hambatan terhadap pergerakan yang perlu diperlukan hambatan friksional sebanding dengan dengan luas daerah permukaan yang bersentuhan dengan air. Hambatan friksional terkecil dihasilkan oleh benda berbentuk bola yang dibentuk geometriknya mempunyai daerah permukaan minimum untuk suatu volume tertentu. Jika suatu objek nektonik bergerak dalam air, suatu macam hambatan tehadap pergerakan merupakan suatu masalah penting. Hambatan ini adalah hambatan bentuk, dimana hambatan sebanding dengan luas melintang objek yang bersentuhan dengan air. Dalam kasus ini, objek berbentuk bulat mempunyai daerah melintang yang sangat luas sehingga bentuk ini tidak sesuai bagi hewanhewan nektonik. Untuk meminimumkan hambatan bentuk, bentuk harus relatif panjang dan tipis, seperti silinder atau kawat yang tipis. Jenis hambatan yang terakhir perlu diperhatikan adalah turbulensi. Turbulensi terjadi ketika lapisan aliran yang halus dari suatu cairan pada permukaan tubuh terganggu dan terlempar sebagai pusaran, yang akibatnya menambah hambatan. Hambatan semacam ini berkurang pada tubuh yang bentuknya seperti tetesan air, agak tumpul di depan dan mengecil sampai titk di bagian belakang. Bentuk ini juga terbaik untuk meminimumkan hambatan friksional dan juga hambatan bentuk. Oleh karena itu hewan nektonik perenang cepat banyak dijumpai mempunyai bentuk tubuh seperti ini. Selain bentuk tubuh, hewan nektonik mempunyai adaptasi lain untuk mengurangi hambatan. Adaptasi ini adalah pelurusan permukaan luar tubuh sehingga tidak ada tonjolan yang dapat menyebabkan turbulensi dan mengurangi hambatan. Spesies yang bergerak cepat seperti tuna, hamper semua struktur tubuhnya yang biasanya menonjol menjadi tertekan sampai menjadi pipih atau berlekuk, yang dapat ditinggikan hanya bila dibutuhkan. Jadi pada ikan-ikan perenang cepat, walupun matanya besar, tetapi tidak menonjol melampaui sisi tubuh. Siri-sirip dada dan perut masuk ke dalam lekukan kecuali bila dibutuhkan, dan sisik tubuhnya kurang atau tidak ada. Sama halnya pada mamalia laut, rambut menjadi lebih pendek atau tidak ada, sebab rambut lebih menghambat dari pada kulit telanjang. Kelenjar susu rata, dan alat genital jantan tidak menonjol kecuali jika sedang berfungsi.
4. Pertahanan Diri dan Penyamaran
Sejauh ini, adaptasi yang paling menonjol pada hewan nektonik adalah yang berhubungan dengan kemampuannya bergerak dengan cepat dalam badan air. Adaptasi ini sangat penting sehingga diutamakan dari adaptasi lain yang berhubungan dengan pertahanan diri tehadap predator jika adaptasi seperti itu dapat menurunkan kemampuannya untuk bergerak cepat. Selain itu, kebanyakan hewan nektonik mempunyai badan yang sangat besar sehingga mempunyai sedikit predator yang potensial. Hewan nektonik terbesar (paus) hampir tidak mempunyai predator selain manusia dan paus pembunuh. Oleh karena itu, kebutuhan akan mekanisme pertahanan diri yang rumit juga berkurang. Dalam pergerakan cepat, dimungkinkan juga mekanisme pertahanan diri tertentu dan yang paling umum dan banyak terdapat adalah kamuflase (penyamaran). Kita mengetahui bahwa pada lingkungan yang dibahas disini tidak terdapat tempat untuk bersembunyi dan dapat terlihat secara tiga dimensi, sehingga mekanisme penyamaran dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu: tubuh yang transparan, warna yang tidak jelas, dan perubahan bentuk tubuh. Jika tubuh organisme transparan dan melayang di bagian permukaan air laut yang transparan, hewan tersebut tidak akan terlihat dalam air. Transparansi seperti ini merupakan adaptasi pertahanan diri yang umumnya kebanyakan spesies plankton. Tetapi hal ini tidak dijumpai pada nekton , karena semakin besar dan tebal hewan tersebut, semakin sulit untuk membut tubuh tetap transparan. Terutama jika terdapat banyak otot untuk pergerakan. Oleh karena itu, penyamaran secara transparan tidak berlaku untuk nekton. Penyamaran bentuk tubuh pada nekton mungkin saja dapat dilakukan selama bentuk itu tidak menghambat pergerakan yang cepat. Diantara hewan nektonik, yang paling umum adalah membentuk lunas ventral pada tubuh untuk menghilangkan bayangan yang mencolok pada perut hewan bila dilihat dari bawah. Jika cahaya masuk ke dalam air, alurnya menembus ke bawah meruncing seperti panah. Pada waktu yang sama, sebagian cahaya dipantukan atau dibaurkan ke segala arah oleh partikel dalam air. Cahaya yang dibaurkan ini dapat menyinari benda-benda dalam air pada berbagai jurusan, tetapi intensitasnya jauh lebih kecil daripada cahaya yang langsung jatuh di permukaan. Jika seekor hewan melayang di dalam kolam air, paling banyak ia disinari dari atas, sedangkan cahaya yang dibaurkan menerangi dari sisi dan bawah. Karema
intensitas cahaya dari sisi dan bawah snagat kecil, timbul bayangan di bawah hewan dimana tubuhnya menghalangi cahaya yang datang dari atas. Sekarang jika tubuh melebar ke arah ventral seperti lunas yang membentuk ujung ventral yang runcing tidak membulat, maka bayangannya akan terhapus jika dilihat dari bawah. Hal ini disebabkan seluruh permukaan tubuh telah terpusat sehingga tidak ada yang hanya tersinari oleh cahaya baur yang tersebar, tetapi paling tidak oleh beberapa komponen dari cahaya permukaan yang besar. Tanpa bayangan yang mencolok itu, hewan yang terlihat dari bawah menjadi benar-benar tidak kelihatan dibawah cahaya yang menyinari dari atas sehingga terhindar dari predator yang menyelam lebih dalam. Penghilangan bayangan ini akan lebih baik lagi jika permukaan lunas memantulkan cahaya dengan menggunakan pigmen dan atau sisik putih. Perwarnaan kriptik juga merupakan karakteristik kebanyakan hewan nektonik. Pada bagian atas perairan yang terang, warna spektral yang dominan adalah biru dan hijau. Jika air dilihat dari permukaan
atau dari atas
permukaan,
akan tampak kehijauan atau kebiruan. Tidak
mengherankan kalau banyak hewan nektonik berwarna biru atau hijau tua pada bagian permukaan punggungnya sehingga predator potensial akan sulit melihatnya dari atas pada latar
belakang yang umumnya kehijauan atau kebiruan. Pada waktu yang bersamaan, jika
dilihat dari bawah air tampak berwarna putih atau lebih cerah. Organisme berwarna gelap yang berenang di daerah ini akan terlihat mencolok dari bawah, meskipun ada lunas untuk menghilangkan bayangan. Tetapi hewan ini akan cenderung tidak tampak bila bagian perutnya berwarna putih atau perak untuk memaksimumkan pemantulan cahaya atau membaur dengan cahaya yang menembus ke bawah. Oleh karena itu, kita mendapatkan bahwa banyak hewan nekton mempunyai dua warna, hijau tua atau biru tua di bagian atas dan putih atau perak di bagian bawah. Pada hewan vertebrata tertentu yang berenang tepat di permukaan seperti lumbalumba, pola warnanya lebih kompleks, dengan garis-garis terang dan gelap yang tidak rata yang menyerupai pola gelombang perairan permukaan tempat hidupnya. Beberapa lumba-lumba yang hidup diantara gerombolan ikan tuna, berwarna abu-abu di bagian atas dan putih di bagian bawah dengan bercak-bercak putih di bagian abu-abu dan bercak-bercak hitam di bagian putih. Dengan warna yang demikian, dalam air, diantara gerombolan, hewan-hewan ini sulit dibedakan bila dilihat dari samping.
Pada sejumlah besar ikan terbang terdapat adaptasi yang berupa sirip-sirip yang besar. Ikanikan ini lolos dari predator dengan cara mendorong dirinya keluar dari air dan meluncur menggunakan sirip-sirip yang seperti sayap ini dalam jarak yang jauh. Selain adaptasi seperti di atas, ada beberapa perkembangan struktur morfologi khusus untuk mempertahankan diri terhadap predator. Kebanyakan adaptasi tersebut berupa perkembangan berbagai duri dan cangkang yang menghambat pergerakan cepat karena menambah hambatan. Namun, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena nekton besar merupakan predator utama dalam sistem dan tidak ada atau sedikit nekton lain yang memaksanya. 2.6 Indria
Karena hewan nekton sangat besar, bergerak cepat, dan biasanya predator dapat diduga bila indria berkembang dengan baik. Biasanya memang demikian tetapi dengan berbagai beberapa pengecualian seperti gurat sisi pada ikan, indria tidak berbeda dengan yang dimiliki oleh vertebrata lain pada habitat yang berbeda. Gurat sisi merupakan sederetan pembuluh kecil, yang terbuka terhadap air, mengandung lubang-lubang saraf yang peka terhadap perubahan tekanan dalam air. Kebanyakan informasi yang berhubungan dengan indria diterima oleh nekton melalui penglihatan atau pendengaran. Mata cenderung berkembang baik dan kompleks, tetapi ukurannya bergantung pada ukuran tubuh, jadi sangat bervariasi. Mata biasanya terletak disamping kepala sehingga lapang pandang dari setiap mata tidak bertemu, tetapi meliputi daerah yang luas pada setiap sisi ini berarti bahwa kebanyakan nekton tidak dapat memandang secara meneropong, kecuali pinipeda. 2.7 Ekolokasi (Penentuan Jarak dengan Gema)
Diantara nekton mamalia, sejumlah adaptasi khusus biasanya dimulai dengan indria pendengar yang sangat berpengaruh bagi hewan ini. Peranan suara penting bagi mamalia nekton karena suara merambat dalam air lima kali lebih cepat daripada di udara
dan mempunyai
kisaran komunikasi yang lebih luas dari pada penglihatan. Akibatnya, banyak hewan nektonik yang mempunyai struktur penerima suara yang berkembang baik.
Di lingkungan daratan, penerima suara pada mamalia yang telah berkembang dengan baik biasa ditandai secara morfologi luar dengan daun telinga (pinna) yang besar. Namun bagi vertebrata air, struktur ini akan sangat menghambat pergerakan oleh karena itu vertebrata air tidak memiliki telinga. Sebagai gantinya, ada kecenderungan berkembangnya struktur lain di kepala pada mamalia air untuk menerima gelombang suara. Alat penerima dan penghasil suara setasea yang digunakan untuk ekoloasi sudah sangat berkembang, sama seperti jika kita
menggunakan sonar untuk menduga kedalaman.
Pada ekolokasi atau sonar, gelombang suara dikeluarkan dari Gelombang suara ini
bergerak lancar
dalam air
sampai
sumber ke arah tertentu.
membentur
benda padat. Jika
membentur benda, maka gelombang itu akan terpantul dan kembali ke sumbernya. Interval waktu antara saat suara pertama kali dikeluarkan dan pergerakannya menuju sasaran serta kembalinya setelah terpantul merupakan ukuran jarak antara sumber dan benda. Dengan berubahnya jarak, waktu eko (echo) kembali juga berubah. Pengeluaran gelombang suara secara terus-menerus dan evaluasi sensorik dari gelombang yang terpantul selagi berenang merupakan cara hewan nektonik untuk memeriksa benda yang ada disekitarnya. Dengan mengetahui jarak benda itu, hewan tersebut dapat menjauhinya (predator ) atau mendekatinya (sumber makanan). Suara dengan frekuensi menempatkan
rendah
digunakan
hewan yang
berekolokasi untuk
dirinya dalam badan air sesuai dengan benda-benda yang ada di sekitarnya.
Namun suara dengan frekuensi rendah tidak memberikan informasi mengenai bentuk benda itu. Untuk mendapatkan informasi ini, diperlukan suara dengan frekuensi lebih tinggi yang memantul dari benda dan memberikan perincian lebih lanjut. Oleh karena itu, kebanyakan hewan nekton yang mempunyai kemampuan ekalokasi yang berkembang baik juga mempunyai kemampuan mengubah frekuensi suara yang dihasilkan. Ini merupakan hal yang menakjubkan. Contoh yang telah dilaporkan oleh Kellogg (1958), bahwa lumba-lumba mampu membadakan dua jenis spesies ikan dengan ukuran dan bentuk yang hamper serupa; Norris et al. (1961) melaporkan bahwa lumba-lumba dapat membedakan benda yang hamper sama yang hanya berbeda ketebalannya.
Ekolokasi berkembang paling baik pada paus bergerigi. Hewan ini memiliki modifikasi morfologi yang rumit pada system kepala dan pernapasan yang membuatnya mampu mengirim dan menerima gelombang suara yang bervariasi pada kisaran frekuensi yang luas. Paus bergerigi mempunyai dahi bulat dan menonjol yang aneh. Berhubungan dengan hal ini, terdapat lubang naskal eksternal atau lubang udara di bagian punggung. Di bagian dalam, suatu seri kantung udara yang kompleks berhubungan dengan saluran nasal mulai dari lubang udara sampai ke paru-paru. Dahi yang bulat sisebabkan oleh suatu struktur besar yang berisi lemak terletak sebelah dalam yang dinamakan melon. Organ berlemak ini berkembang dengan baik pada koteklema (paus sperma), dan dinamakan organ spermaseti, dan besarnya sekitar 40 persen dari jumlah seluruh panjang hewan. Hubungan dari struktur ini diperlihatkan dalam bentuk diagram pada. Walaupun Kita tidak mengerti sepenuhnya bagaimana system rumit ini digunakan dalam menerima dan menghasilkan suara, tetapi cukup dimengerti bagaimana alat ini berfungsi. Suara dihasilkan oleh paus bergerigi melalui pergerakan udara yang melewati seluruh nasal dan kantung udara yang berhubungan. Pergerakan udara dapat terjadi melalui pernapasan di udara, tetapi suara juga ditimbulkan dengan mengalirakan kemabali udara internal ketika menyealam. Otot-otot khusus pada saluran nasal dan kantung udara mebuat saluran ini dapat berubah-ubah bentuk dan volumenya sehingga dapat menguabah frekuensi suara. Melon yang berlemak agaknya digunakan sebagai lensa akustik untuk memfokus, sehingga hewan ini dapat mengenali benda dengan frekuensi suara yang tinggi. Pembidikan juga didunakan oleh tulang-tulang pada tengkorak yang berbentuk khas pada paus bergerigi ini. Penerimaan gelombang yang terpantul pada tulang dan lemak yang terletak di rahang bawah dan telinga bagian dalam. Berbeda dengan kebanyakan mamalia yang teling dalamnya terletak pada ruling yang menempel di tengkorak, pada paus bergigi telinga dalamnya menempel dengan longgar di tengkorak oleh sendi dan dilengkapi dengan rongga-rongga khusus berisi udara dan lemak. Jadi modifikasi morfologi yang rumit di bagian kepala paus bergigi terutama bertujuan untuk menghasilkan dan menerima frekuensi suara dalam kisaran yang luas, dan sebaliknya membuat hewan itu mampu berenang tanpa terbentur sesuatu dan mencari organisme makanan yang potensial. Paus bergigi juga memiliki otak yang relative sangat besar jika dibandingkan dengan dengan ukuran tubuhnya. Otak ini menduduki urutan kedua setelah manusia dalam
perkembangan bagian serebral. Tampaknya otak yang besar ibi penting untuk mengolah secara cepat informasi akustik yang diterimanya. 2.8 Reproduksi dan Daur Hidup
Pada ikan ikan epelagik, tidak ada mekanisme khusus yang kana memisahkanya dari sesama jenisnya yang bentik atau hidup di perairan dangkal. Tetapi ikan-ikan bertulang keras holonektonik seperti tuna dan marlin memijahkan telur yang terapung dan mengalami perkembangan di perairan laut terbuka. Beberapa bahkan mempunyai struktur seperti benang yang berasosiasi dengannya sehingga dapat menempel pada berbagai potongan-potongan tumbuhan yang terapung. Karena telur yang teapung itu bersifat planktonik, maka banyak sekali hilang akibat pemangsaan. Akibatnya, ikan-ikan menghasilakn telur dalam jumlah yang sangat banyak untuk cangkang dan albakora (madidihang) menghasilkan telur sebanyak 2.6 juta butir, sedangkan marlin bergaris memijah lebih dari 13 juta, dan ikan matahari bahari 300 juta. Pemijahan ada kalanya terjadi hanya sejenak dan ada kalanya sampai berbulan-bulan. Pada hiu pelagik, terjadi cara reproduksi yang berbeda. Ikan-ikan ini hanya menghasilkan beberapa telur atau embrio. Parin (1970) menyatakan bahwa cucut martil (Alopias) menghasilan dua embrio sedangkan cucut biru (Prionace glauca) lebih dari lima puluh empat. Jelas kalau bibit ini harus melewati perkembangannya sebagai plankton, kesempatanyya untuk menghindari pemangsaan sangat kecil. Jadi hiu ini memperbesar kesempatan hidup bagi keturunannya dengan menahan telur dalam tubuh betina lebih lama sehingga ketika terlahir atau menetas, ukurannya lebih besar dan lebih tahan terhadap predator yang potensial. Hanya relative sedikit yang kita ketahui mengenai pertumbuhan ikan pelagic, tetapi dapat diduga
bahwa
laju
pertumbuhan
sangat
cepat.
Sebagai
contog,
tuna
kelihatannya
beratnyabertambah sekitar 2-6 kg pertahun dan panjangnya 20-40 cm. Bila dihubungkan dengan peryumbuhan yang cepat ini, hamper semua ikan nektonic kelihatannya berumur pendek; tuna yang besar hanya hidup selama 5 sampai 10 tahun. Sebaliknya hiu pelagic dapat hidup sampai 20-30 tahun. Burung-burung laut dan penyu mempunyai cirri-ciri reproduktif seperti familinya yang ada di darat. Mereka semua menghasilkan telur yang diletakkan di darat. Burung-burung laut sering juga berkumpul dalam kelompok-kelompok yang besar jika membuat sarang di pulau-
pulau atau celah-celah batu, sehingga tidak dapat dicapai oleh predator darat. Keadaan ini dapat menjamin anak-anak burung yang lemah (altical) agar tetap hidup sampai besar untuk dapat terbang. Akan tetapi, keadaan ini juga membuat burung-burung itu mudah diserang oleh manusia atau pencemaran, sehingga sebagian besar dari populasi spesies yang ada di suatu daerah yang kecil, dapat punah dengan mudah. Contohnya, sarang-sarang burung albatross Laysan di Pulau Midway, dimana terdapat instalasi lapangan terbang angkatan laut. Banyak burung albatross yang mati karena bertabrakan dengan kapal terbang. Hampir semua burung laut mempeunyai musim tertentu untuk beekembang baik dan dapat bermigrasi sampai beribu-ribu mil jauhnya dari daerah tempat mencari makan ke daerah untuk berkembang biak. Semua penyu laut membenamkan telurnya ke dalam pasir pantai di atas tingkat air pasang tertinggi pada berbagai tempat di daerah tropik. Hanya pada waktu ini saja hewan-hewan ini biasanya kembali kedarat. Begitu selesai menetas, penyu-penyu muda secara naluri akan berjalan kea rah laut, dimana perkembangan selanjutnya ini kita tidak mengetahui secara mendalam. Sepeti pada burung, penyu penyu cenderung bermigrasi ribuan mil jauhnya dan berkumpul dipantai tertentu untuk bertelur. Penyu betina merangkak ke luar hanya berkumpul pada pantai tertentu untuk meletakkan telurnya, dank arena baik telur maupun penyu dewasa merupakan makanan yang enak bagi manusia, penyu-penyu laut itu berkurang secara derastis dalam jumlah yang banyak pada tahun-tahun terakhir ini di semua daerah di dunia. Beberapa ular laut bertelur dalam air; sedangkan yang lainnya meletakkan telur di pantai-pantai. Dalam hal reproduksi, terdapat dua kelompok mamalia bahari: yang melahirkan di darat dan yang melahirkan di air. Kita banyak mengetahui tentang reproduksi mamalia yang berkembang baik di darat karena mudah diamati oleh manusia pada waktu itu. Pengetahuan tentang pola reproduksi mamalia yang berkembang baik di air sangat terbatas pada pengamatan terhadap hewan yang ditangkap dan dipelihara di akuarium. Anjing laut, singa laut, dan walrus berkembang biak di darat atau di atas es yang terapung. Anak-anaknya biasanya tidak dapat berenang dan memerlukan waktu sebelum mereka mampu menjelajahi perairan. Selama periode di darat, bayi-bayi ini tumbuh dengan cepat dan memperoleh tenaga serta lapisan pelindung dari lemak dan bulu-bulu halus yang diperlukan supaya dapat tetap hidup di perairan dingin yang terbuka. Banyaknya singa laut dan anjing laut, seperti singa laut Steller dan anjing laut gajah yang poligami dan mempunyai wilayah untuk
tempat berkembang biak. Jantan yang paling besar dan paling agresif (harem bull) cenderung berkumpul bersama dengan sejumlah besar betina dalam haremnya, yang menempati suatu daerah kecil di pantai di mana mereka berlindung dari jantan bull lainnya. Jika ada jantan lain yang mencoba untuk mencuri betinanya, merampas harem, atau menguasai wilayah yang ditempatibull dan haremnya, maka jantan besar (harem master) yang mendiami dan menguasai tempat tersebut akan memerangi pendatang baru tersebut. Peperangan ini sangat rebut dan banayak gertakan Peperangan yang serius ini terjadi sampai salah satu jantan mendapat luka yang seriusatau terbunuh.Pada anjing laut dan singa laut dimana terjadi kebiasaan menguasai wilayah, biasanya jantan-jantannya lebih besar dari pada betinanya. Tingkah laku penguasaan wilayah dan keagresifan di daerah pembiakan tidak dilanjutkan bila telah berada di luar daerahitu. Hal ini menunjukkan bahwa bila makanan dan ruang pelagic tidak terbatas, ruang pembiakan terbatas karena ruang itu merupakan ruang yang sangat kecil. Metode pembiakan ini juga dapat berarti bahwa beberapa jantan secara relative merupakan harem master, dan melakukan pembiakan, sedangkan yang lainnya dilarang. Seperti pada burung-burung laut, semua pinipeda ini bermigrasi ke tempat yang amat jauh ke daerah pembiakannya; misalnya anjing laut berbulu pels dari utara (Callorhinus urisinus) merupakan pelagic di seluruh Lautan Pasifik utara, tetapi banyak yang bermigrasi kembali setiap musim panas ke dua pulau kecil di Pribilofs di Laut Bering untuk berkembang biak. Beberbeda dengan pinipeda, setasea melahirkan di dalam air. Paus muda harus dapat berenang pada saat dilahirkan dan secara naluri tahu cara untuk mengambil udara si permukaan. Mereka juga berbeda dekat dan bergabung dengan induknya. Sedangkan pada singa laut, singa laut muda ditinggalkan di daerah pemijahan selama beberapa hari sementara betinanya mengumpulkan makanan di laut terbuka. Paus juvenile selalu berada dekat induknya,untuk berlindung dari predator yang potensial.Seperti paus pinipeda,setasea tertentu dapat juga bermigrasi untuk tujuan pembiakan.sering kali migrasi ini beribu-ribu mil jauhnya dari daerah makanan diperairan dingin kedaerah-daerah gua diperairan yang lebih hangat. Alasan perpindahan ke perairan yang hangat untuk melahirkan paus muda ialah bahwa paus muda yang baru lahir tidak mempunyai lapisan lemak sebagai isolasi seperti pada yang dewasa dan akan mempunyai ketahanan hidup yang lebih baik di peraaairan hangat sampai suatu ketika telah mempunyai lapisan isolasi tersebut.
Pinipeda muda dan paus muda tumbuh dengan cepat,bertambah beberapa kilogram setiap hari.misalnya,paus biru,dapat tumbuh dari 3 ton ketika dilahirkan sampai 23 toon pada saaaat disapih,7
bulan
kemudian.hal
yang
dapat
menybabkan
pesatnyapertumbuhan
adalah
susupinipeda dan satesea yang kaya akan lemak (10xlebih banyak dari pada lemak sapi) dan diproduksi dalam jumlah besar. Anak pinipeda diasuh selama mereka berada ditempat pemijahan.Pada akhir musim, pada beberapa spesies,mereka biasanya ditinggalkan oleh induknya danharus dapat memelihara diri sendiri dilaut terbuka. Setahun sebelum disapih. Pengasuhan berlangsung selama 15 bulan untuk koteklema dan 18 bulan untuk paus pandu. Karena banyak energi yang harus dikluarkan untuk memproduksi susu oleh mamalia laut ini, maka untuk melestarikan satu keturunan, biasanya hanya diproduksi satu anak dalam satu wilayah. Siklusreproduktifnya juga sedemikian rupa hingga setiap tahun hanya diproduksi satu anak (kebanyakan pada pinipeda) atau pada interval waktu yang lebih panjang (walrus, dan beberapa paus). Hal ini berarti bahwa cadangan hewan ini dapat dengan mudah berkurang dan memerlukan waktu yang lama untuk mengumbalikan jumlahnya. Hampir semua mamalia berumur panjang. Anjing laut abu-abu hidup selama 46 tahun dan anjing laut 36 tahun, sedangkan paus-paus kecik seperti lumba-lumba berhidung potong selama 32 tahun dan paus yang besar seperti koteklema dan paus sirip sampai 77 dan 80 tahun.Dihubungkan dengan panjangnya jangka waktu hidup ialah lambatnya dewasa seksual dan reproduksi. Anjing laut berbulu pels jantan, misalnya belum menjadi barem master sampai 9 atau 10 tahun dan koteklema tidak berkembang baiok sampai berumur 20 tahun. 2.9 Migrasi
Seperti yang telah dituliskan pada bagian sebelumnya, banyak mamalia laut, burung, dan reptil melakukan migrasi yanh jauh untuk berkembang baik. Migrasi untuk keperluan perkembangbiakan ini meripakan cirri-ciri umum dari vertebrata laut yang bernafas di udara. Ikan-ikan nektonik juga melakukan migrasi horizontal yang luas yang jaraknya sama dengan yang dilakukan oleh hewan bernafas di udara itu. Migrasi ini sangat penting, tetapi baru
sedikit yang berhasil dianalisis. Ikan-ikan holonektonik yang bermigrasi mencakup berbagai jenis tuna dan sauri. Salem, yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk menyebar di laut terbuka, bermigrasi kembali ke aliran air tawar di mana mereka memijah dan bereproduksi. Dalam hal ini, mereka sama dengan vertebrata laut yang bernafas di udara. Salem mempunyaikemampuan untuk kembalimemijah di sungai yang sama di mana mereka ditetaskan.Hal ini membutuhkan kemampuan melacak yang menjadi bagian dari ikan. Dari penelitian yang dilakukan baru-baru ini, kelihatannya kunci kemampuan melacak ini terletak pada daya penciuman ikan; jadi ikanikan ini mengikuti berbagai bau-bauan dalam air untuk mencari aliran rumah mereka. Mekanismenya adalah bahwa ketika salem muda bermigrasi turun dari sungai untuk memasuki laut,mereka mengingat bau-bauan berbagai aliran yang dilaluinya. Urutan ingatan inilah yang menyebabkan mereka dapat menemukan kembali aliran yang sama Migrasi lain yang juga menarik adalah yang dilakukan penyu hijau. Seperti pada salem, hewan-hewan ini bermigrasi dari tempat mencari makan yang jauh untuk berkumpul di satu atau beberapa pantai dan bertelur disitu. Bagaimana mereka menemukan pantai ini? Jika pantai itu berada di sepanjang pesisir benua, hal itu tidak sulit untuk dimengerti. Caranya, yaitu seekor penyu dengan mudah dapat menyusuri garis pantai sampai di pantai yang mempunyai bau yang tepat. Akan tetapi, banyak penyu disepanjang pesisir Atlantik Amerika Selatan secara berkala bersarang di pulau kecil yaitu Pulau Ascension, kira-kira 1400 mil dari pertengahan laut Atlantik. Bagaimana mereka dapat menemukan satu s0asaran yang kecil itu? Karena penyu itu harus berenang sedemikian jauhnya untuk menemukan satu titik di pulau tersebut yang tidak terlihat dan tidak mempunyai tanda atau petunjuk didalam laut, maka dugaan yang paling mendekati adalah bahwa mereka berenang seperti yang dilakukan oleh manusia, yaitu dengan menggunakan informasi dari benda-benda angkasa! Jika hal ini benar, sampai sekarang kita belum mengetahui bagaimana caranya. Salah satu cara yang mungkin digunakan ialah menggunakan ketinggian matahari untuk menentukan letak garis lintangnya. Pulau ascension terletak di sebelah timur pada bagian yang menonjol di Brasil. Karena itu, penyu dapat bergerak di sepanjang pesisir sampai di ujung tonjolan itu, lalu bergerak tepat ke timur,menentukan penyimpangannya dengan menggunakan ketinggian matahari di siang hari. Keadaan ini
membawa mereka ke wilayah pulau, yang terlihat di cakrawala atu dapt dikenali dengan merasakan beberapa rasa bahan kimia di dalam air. Migrasi yang luas dan kompleks lainnya adalah yang dilakukan oleh tuna dan familinya.Tuna merupakan ikan tropic utama yang melakukan migrasi luas melintasi laut di daerah tropic dan juga bergerak ke perairan yang beriklim sedang selama musim panas. Tuna yang diberi tanda di Florida sudah melintasi laut Atlantik di Teluk Biscay, dan tuna Pasifik yang diberi tanda di sekitar California tertangkap di perairan Jepang. Belum begitu jelas mengapa ikan-ikan ini harus melakukan perjalanan yang sangat jauh, tetapi mungkin beberapa migrasi dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber makanan yang lebih lengkap lagi dan mengurangi kemungkinan kerusakan atau kehabisan makanan di setiap daerah. Beberapa migrasi dilakukan ikan pereenang cepat ini untuk mengambil keuntungan dari daerah yang kaya akan makanan di daerah beriklim sedang. Satu dari beberapa faktor penting yang menyebabkan migrasi ini adalah suhu perairan. Sebagai ikantropik yang utama, tuna msuk keperairan yang beriklim sedang ketika suhu air naik menjadi 20 0C. Di sekitar California, air dingin yang berangkat ke atas kaya akan organisme makanan, tatapi biasanya tuna memasuki perairan ini pada musim panas ketika suhu permukaan mencapai 20-21 0C. Jika sepanjang tahun dingin dan suhu di permukaan tidak naik sampai titik tadi, tuna tidak akan datang ke situ. Akan tetapi, tuna Atlantik sirip biru decara teratur pergi ke sekiar Newfoundland pada musim panas dengan suhu 200 C, jadi tidak semua tuna terbatas pada perairan hangat. Tuna selalu kembali ke perairan tropic untuk memijah dan untuk menghabiskan awal hidupnya. 2.10 Adaptasi Khusus pada Burung dan Mamlia Bahari
Mamalia bahari yang berdarah panas dan burung membutuhkan beberapa adaptasi khusus agar dapat bertahan di perairan bahari. Adaptasi khusus ini terutama berhubungan dengan pengaturan suhu, penyelaman, dan pengaturan osmotic. Air mempunyai daya hantar panas yang yang lebih tinggi dari pada udara, berarti bahwa air lebih cepat
menyerap panas dari tubuh yang hangat. Percobaan yang dilakukan pada
manusia, seperti pada perenang, mereka menjadi kedinginan setelah berada tidak begitu lama dalam air walaupun bersuhu 800F; di udara pada suhu yang sama, mereka merasa biasa. Karena
itu mamalia laut, yang menyesuaikan tingkat suhu tubuh dengan air sekitarnya, harus mempunyai adaptasi untuk melindungi panas tubuh agar tidak turun. Satu hal yang dapat memperlambat laju kehilangan panas tubuh adalah dengan mempunyai tubuh yang besar Seperti yang dapat dilihat pada plankton, perbandingan antara luas permukaan dengan volume tubuh lebih rendah untuk tubuh yang besar dari pada yang kecil. Semakin besar tubuh, semakin kecil pula luas permukaan yang berhubungan dengan lingkungan dimana panas dapat hilang. Semua mamalia bahari nektonic mempunyai ukuran tubuh yang besar, dan dapat dikatakan tidak ada mamalia bahari yang kecilyang dapat mati kedinginan. Memang terdapat burung-burung laut kecil (petrel,auket), tetapi hewan-hewan ini tidak pernah berada sepenuhnya di air. Hanya satu bagian dari tubuhnya yang berhubungan dengan air setiap saat (kecuali selama menyelam). Adaptasi kedua untuk melindungi atau mengurangi kehilangan panas adalah lapisan tebal sebagai isolasi berupa gajih atau lemak yang berada tepat dibawah kulit. Lapisan ini paling tebal terdapat pada paus, dapat mencapai 2 kaki tebalnya. Pada pingipeda seperti warus dan anjing laut gajah, lemak yang merupakan lapisan kulit ini dapat mencapai 33% dari berat tubuh. Lapisan lemak merupakan konduktor panas yang lemah dan melindungi hewan dari kehilangan panas dalam tubuh. Semakin tebal lapisan lemak, semakin kecil panas yang hilang. Mamalia bahari yang hidup di perairan kutub mempunyai lapisan yang tebal dari pada spesies yang hidup di daerah beriklim sedang dan tropis. Adaptasi yang berakhir adalah system sirkulasi. Bagian tubuh mamalia bahari yang mempunyai luas permukaan yang bersentuhan dengan air terbesar dan juga kurang akan lapisan lipida pelindung, adalah siripdan flipper . adaptasi apa yang dapat melindunginya dari kehilangan panas pasif ekstremitas ini? Pada setasea, jawabannya adalah bahwa arteri yang membawa darah panas kedaerah ekstremitas ini dikelilingi oleh sejumlah fena kecil yang membawa darah kembali ke jantung mamalia. Dengan susunan ini, panas darah di arteri dapat diserap oleh darah yang lebih dingin yang kembali melalui fena sebelum hilang ke air eksternal melalui jarinagn tipis di bagian luar ekstrenitas ini. Ini merupakan system sirkulasi arus balik yang dibuat untuk menyelamatkan panas.
Karena hampir semua adaptasi dibuat untuk mempertahankan panas tubuh, mamalia bahari (khususnya pinipeda), dalam keadaan tertentu dapat menjadi terlalu panas. Panas, dalam beberapa hari akan menyebabkan stress. Untuk mengurangi panas diatasi dengan menggerakkan flipper-nya di udara sehingga meningkatkan aliran darah keluar ekstremitas dan menahan aliran balik menuju ke jantung ysng melalui vena. Hasilnya adalah hilangnya sejumlah besar panas dan menyusul terjadi pendinginan. Anjing laut dan singa laut juga membuka mulutnya dan terengahengah seperti anjing. Hamper semua mamalia nektonik lautan, khususnya pinipeda dan paus, secara teratur menyelam, sampai kedalaman yang lebih besar daripada yang bisa dilakukan manusia. Pada mamalia bahari tidak perlu menghirup gas bertekanan seperti pada tangki scuba tetapi cukup bergantung kepada yang diisap dipermukaan pada tekanan atmosfer biasa, sehingga dapat terhindar dari bends. Adaptasi tambahan ialah melambatnya detak jantung selama menyelam (bradikardia). Penurunan detak jantung sungguh dramatis. Misalnya, di pasifik pada lumba-lumba berhidung botol, Tursiops truncates, detak jantungnya menurun dari 90 setak/menit di permukaan menjadi 20 detak/menit selama menyelam lima menit. Adaptasi lain yang lebih penting yaitu pertama, selama penyelaman system sirkulasi menghentikan suplai darah ke bagian organ dan system organ, termasuk otot, system pencernaan dan ginjal. Penghentian ini mempunyai efek penghematan suplai oksigen yang terbatas di dalam darah untuk digunakan oleh jaringan yang lebih sensitive dan vital seperti otak dan system saraf pusat. Adaptasi kedua berhubungan dengan yang pertama, yaitu bahwa sisttem otot dan organ lainnya sangat tolean pada kondisi anaerobic dan tetap berfungsi saat aliran darah dihentikan. Hasilnya ialah terbentuknya sejumlah besar asam laktat di dalam otot selama menyelam. Mamalia dan burung-burung lautan umumnya mempunyai konsentrasi garam internal dalam darah dan cairan tubuh yang lebih rendah daripada konsentrasi air laut yang mengelilinginya. Hal ini berarti bahwa mereka menghadapi masalah potensial osmoregulasi di mana air cenderung keluar dari tubung untuk menyamakan konsentrasi garam di dalam dan di luar tubuh hewan. Mamalia dan burung lautan harus mengatasi kehilangan air ini baik dengan meminum air lau atau mendapatkan dari makananya. Jika mereka meminum air laut maka akan
mendapat garam yang tidak diinginkan dan harus dihindari dengan beberapa cara. Organ satusatunya untuk menghilangkan garam adalah ginjal.
Kemampuan khusus mamalia laut
Tubuh besar – mengurangi panas tubuh lapisan tebal sebagai isolasi berupa gajih atau lemak yang berada Suhu tepat dibawah kulit siripd an flipper adaptasi apa yang dapat melindunginya dari kehilangan panas pasif ekstremitas Memiliki kemampuan untuk menahan nafas untuk perpanjangan masa waktu melakukan penyelaman hingga sedalam mungkin. Mereka bisa menyelam dengan paru-paru kosong menghindari masalah daya apung dan bends (gelembung nitrogen di dalam darah) Darah mereka adalah darah yang kaya hemoglobin dan Pigmen pernafasan lainnya, dan otot yang kaya dengan myoglobin (pigmen pernafasan lain pada otot). Modifikasi pernafasan Selama penyelaman yang dalam, sphincters di arteries menutup untuk penyelaman beberapa bagian tubuh sehingga darah hanya berjalan di tempat yang diperlukan. Memperlambat jantung, dan otot dapat mentolerir sedikitnya oksigen yang lebih besar daripada hewan disekelilingnya. Ketika hewan berada dipermukaan dan bernafas, terjadi pertukaran CO2 dan O2 yang sangat cepat. Ginjal menyerap air dan kemudiam memproduksi urin yang sangat terkonsentrasi. Adaptasi osmotik
Lapisan Fatty insulating dapat berperan dalam penyimpanan air. Banyaknya air yang diambil dari ikan yang mereka makan
BAB III
PENUTUP
Nekton terdiri dari organisme yang mempunyai kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak bergantung pada arus laut yang kuat atau gerakan air yang disebabkan oleh angin. Mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya sendiri. Kebanyakan merupakan hewan-hewan invertebrata, nekton terutama merupakan hewan vertebrata. Di antaranya, ikan merupakan jumlah terbanyak, baik dalam spesies maupun individu. Tetapi wakil dari tiap kelas vertebrata, kecuali amfibi. Adaptasi nekton meliputi daya apung, daya penggerak, hambatan permukaan dan bentuk tubuh, serta pertahanan diri dan penyamaran. Kebanyakan informasi yang berhubungan
dengan indria diterima oleh nekton melalui penglihatan atau pendengaran. Peranan suara penting bagi mamalia nekton karena suara merambat dalam air lima kali lebih cepat daripada di udara dan mempunyai kisaran komunikasi yang lebih luas dari pada penglihatan. Akibatnya, banyak hewan nektonik yang mempunyai struktur penerima suara yang berkembang baik. Banyak sekali yang dapat dipelajari dari sebuah kumpulan organisme seperti nekton ini. Pengkajian mengenai organisme ini dangat perlu baki kelangsungan kehidupan perairan. Masih banyak hal-hal yang dapat dikaji dari organisme ini
DAFTAR PUSTAKA