BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
era
globalisasi
bidangtermasuk
informasi,
dengan
perkembangan
manusia
modern
teknologi semakin
di
berbagai
menemukan
sebuahketidakberjarakan yang membuat belahan dunia yang satu dengan dunia yang lainseakan tampak menyatu sehingga terbentuklah apa yang dinamakan globalvillage. globalvillage. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makan-makanan siap saji ( fast fast food ) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan me rokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, berlebi han, kurang berolahraga dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan factor-faktor penyebab penyakitberbahaya seperti jantung dan stroke (Auryn, 2007). Menurut Feigin (2006), insiden stroke merupakan penyebab kecacatan No. 1 dan penyebab kematian No. 3 setelah penyakit jantung koroner dan penyakit kanker. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara berkembang. Secara global sekitar 80 juta orang menderita akibat stroke, terdapat sekitar 10 juta korban stroke baru setiap tahun, dimana sekitar 5 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan setelah stroke, sepertiga lainnya mengalami cacat permanen dengan berbagai tingkatan dan sepertiga memperoleh kembali kemandiriannya Morbiditas yang lebih parah dan mortalitas yang lebih l ebih tinggi terdapat pada stroke hemoragik dibandingkan stroke iskemik. Resiko kematian stroke sekitar 20% untuk stroke ischemik, 40-70% untuk stroke perdarahan (Feigin, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stroke pengertian stroke dan dan stroke stroke hemoragic ? hemoragic ? 2. Apa etiologi stroke hemoragic ? 3. Faktor resiko apa saja yang menyebabkan stroke hemoragic ? 4. Bagaimana manifestasi klinis stroke hemoragic ? 1
5. Bagaimana patofisiologi stroke hemoragic ? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke ? 7. Bagaimana penatalaksanaan stroke hemoragic ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian stroke hemoragic, mengetahui etiologi stroke hemoragic, mengetahui resiko apa saja yang dapat menyebabkan stroke hemoragic, mengetahui manifestasi klinis stroke hemoragic, mengetahui patofisiologi, pemeriksaan penunjang serta penatalaksanaan stroke hemoragic.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Stroke dan Stroke H emoragic
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer C. Suzanne, 2002). Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak (Nanda, 2015). Stroke, atau cerebrovascular accident (CVA), adalah hilangnya fungsi-fungsi otak dengan cepat, karena gangguan suplai darah ke otak. Hal ini dapat terjadi karena iskemia (berkurangnya
aliran
darah)
dikarenakan
oleh
penyumbatan
(thrombosis, arterial embolism), atau adanya perdarahan (Wikipedia, 2017). Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli, trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak yang timbulnya secara mendadak. Stroke terbagi dua, stroke iskemik (non hemoragic) dan stroke hemoragic. Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008). Stroke hemoragic adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Pembuluh darah pecah, otak mengalami pendarahan dan darah menekan otak sehingga mengakibat gangguan di seluruh tubuh (Nanda, 2015).
B. Etiologi Stroke Hemoragic
Penyebab stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu, antara lain : 1. Tingginya tekanan darah (hipertensi) 2. Terjadinya cedera parah atau trauma pada kepala 3
3. Ketidaknormalan pembuluh darah di otak sejak lahir (cacat bawaan) 4. Penyakit kardiovaskuler 5. Penyakit diabetes 6. Pernah mengalami stroke ringan atau disebut juga dengan TIA (transient ischemic stroke) 7. Efek samping penggunaan obat antikoagulan (pencegah pembekuan darah).
C. Faktor Resiko Stroke Hemoragic
Faktor Resiko
Keterangan
Umur
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun.
Hipertensi
Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini berlaku untuk kedua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko perdarahan, atherothrombotik, dan stroke lakunar, menariknya, risiko stroke pada tingkat hipertensi sistolik kurang dengan meningkatnya umur, sehingga ia menjadi kurang kuat, meskipun masih penting dan bisa diobati, faktor risiko ini pada orang tua.
Seks
Infark otak dan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki-laki berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi sebelum usia 65.
Riwayat keluarga
Terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara kembar monozigotik dibandingkan dengan pasangan kembar laki-laki dizigotik yang menunjukkan kecenderungan genetik untuk stroke. Pada 1913 penelitian kohort kelahiran Swedia menunjukkan tiga kali lipat peningkatan kejadian stroke pada laki-laki yang ibu kandungnya meninggal akibat stroke, dibandingkan dengan laki-laki tanpa riwayat ibu yang mengalami stroke. Riwayat keluarga juga tampaknya berperan dalam kematian stroke antara populasi Kaukasia kelas menengah atas di California. 4
Diabetes mellitus
Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga kali lipat berbanding orang-orang tanpa diabetes. Diabetes dapat mempengaruhi individu untuk mendapat iskemia serebral melalui percepatan aterosklerosis pembuluh darah yang besar, seperti arteri koronari, arteri karotid atau dengan, efek lokal pada mikrosirkulasi serebral.
Penyakit jantung
Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebih dari dua kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang fungsi jantungnya normal.
Penyakit Arteri koroner
:
Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit difus vaskular aterosklerotik dan potensi sumber emboli dari thrombi mural karena miocard infarction.
Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi : Berhubungan dengan meningkatnya kejadian stroke Fibrilasi atrial : Sangat terkait dengan stroke emboli dan fibrilasi atrial karena penyakit jantung rematik; meningkatkan risiko stroke sebesar 17 kali.
Lainnya : Berbagai lesi jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke, seperti prolaps katup mitral, patent foramen ovale, defek septum
atrium,
aneurisma
septum
atrium,
dan
lesi
aterosklerotik dan trombotik dari ascending aorta. Karotis bruits
Karotis bruits menunjukkan peningkatan risiko kejadian stroke, meskipun risiko untuk stroke secara umum, dan tidak untuk stroke khusus dalam distribusi arteri dengan bruit .
Merokok
Beberapa laporan, termasuk meta-analisis
angka studi,
menunjukkan
menyebabkan
bahwa
5
merokok
jelas
peningkatan
risiko
stroke
untuk
segala
usia
dan
kedua jenis kelamin, tingkat risiko berhubungan dengan jumlah batang rokok yang dihisap, dan penghentian merokok mengurangi risiko, dengan resiko kembali
seperti bukan
perokok dalam masa lima tahun setelah penghentian. Peningkatan
Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika
hematokrit
hematokrit melebihi 55%. Penentu utama viskositas darah keseluruhan
adalah
dari
isi
sel
darah
merah;
plasma protein, terutamanya fibrinogen, memainkan peranan penting. Ketika meningkat viskositas hasil dari polisitemia, hyperfibrinogenemia,
atau
paraproteinemia,
biasanya
menyebabkan gejala umum, seperti sakit kepala, kelesuan, tinnitus, dan penglihatan kabur. Infark otak fokal dan oklusi vena retina jauh kurang umum, dan dapat mengikuti disfungsi trombosit akibat trombositosis. Perdarahan Intraserebral dan subarachnoid kadang-kadang dapat terjadi. Peningkatan
Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko untuk
tingkat fibrinogen
stroke trombotik. Kelainan sistem pembekuan darah juga
dan kelainan
telah dicatat, seperti antitrombin III dan kekurangan protein C
system pembekuan
serta protein S dan berhubungan dengan vena thrombotic.
Hemoglobinopathy
Sickle-cell disease : Dapat
menyebabkan
infark
iskemik
atau
hemoragik,
intraserebral dan perdarahan subaraknoid, vena sinus dan trombosis vena kortikal. Keseluruhan kejadian stroke dalam Sickle-cell disease adalah 6-15%.
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria : Dapat mengakibatkan trombosis vena serebral Penyalahgunaan
Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk
obat
methamphetamines, norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain. Amfetamin menyebabkan sebuah vaskulitis nekrosis yang dapat mengakibatkan pendarahan petechial menyebar, atau fokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan
6
sebuah hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi . Perdarahan subarachnoid dan difarction otak telah dilaporkan setelah penggunaan kokain. Hiperlipidemia
Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan dengan penyakit jantung koroner, mereka sehubungan dengan stroke kurang jelas. Peningkatan kolesterol tidak muncul untuk menjadi faktor risiko untuk aterosklerosis karotis, khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun. Kejadian hiperkolesterolemia menurun dengan bertambahnya usia. Kolesterol berkaitan dengan perdarahan intraserebral atau perdarahan subarachnoid. Tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat kolesterol dan infark lakunar.
Kontrasepsi oral
Pil KB, estrogen tinggi yang dilaporkan meningkatkan risiko stroke pada wanita muda. Penurunan kandungan estrogen menurunkan masalah ini, tetapi tidak dihilangkan sama sekali. Ini adalah faktor risiko paling kuat pada wanita yang lebih dari 35 tahun . Mekanisme diduga meningkat koagulasi, karena stimulasi estrogen tentang produksi protein liver, atau jarang penyebab autoimun
Diet
Konsumsi alkohol
:
Ada
risiko
peningkatan
infark
otak,
dan
perdarahan
subarakhnoid dikaitkan dengan penyalahgunaan alkohol pada orang dewasa muda. Mekanisme dimana etanol dapat menghasilkan stroke termasuk efek pada darah tekanan, platelet, osmolalitas plasma, hematokrit, dan sel-sel darah merah. Selain itu, alkohol bisa menyebabkan miokardiopati, aritmia, dan perubahan di darah aliran otak dan autoregulasi.
Kegemukan
:
Diukur dengan berat tubuh relatif atau body mass indexs, obesitas telah secara konsisten meramalkan berikutnya stroke. Asosiasi dengan stroke dapat dijelaskan sebagian oleh adanya hipertensi dan diabetes. Sebuah berat relatif lebih dari
7
30%
di
atas
rata-rata
kontributor
independen
ke-
atherosklerotik infark otak berikutnya.
Penyakit
Karena bisa menyebabkan robeknya pembuluh darah.
pembuluh darah perifer Infeksi
Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui pengembangan perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh darah. Sifilis meningovaskular dan mucormycosis dapat menyebabkan arteritis otak dan infark.
Homosistinemia
Predisposisi trombosis arteri atau vena di otak. Estimasi risiko
atau
stroke di usia muda adalah 10-16%.
homosistinuria
Migrain
Sering pasien mengalami stroke sewaktu serangan migrain.
Suku bangsa
Kejadian stroke di Afrika-Amerika lebih tinggi secara tidak proporsional dari kelompok lain.
Lokasi geografis
Di Amerika Serikat dan kebanyakan negara Eropa, stroke merupakan penyebab kematian ketiga paling sering, setelah penyakit jantung dan kanker. Paling sering, stroke disebabkan oleh
perubahan
aterosklerotik
bukan
oleh
perdarahan.
Kekecualian adalah pada setengah perempuan berkulit hitam, di puncak pendarahan yang daftar. Di Jepang, stroke hemorragik adalah penyebab utama kematian pada orang dewasa, dan perdarahan lebih umum dari aterosklerosis. Sirkadian dan
Variasi sirkadian dari stroke iskemik, puncaknya antara pagi
faktor musim
dan siang hari. Hal ini telah menimbulkan hipotesis bahwa perubahan diurnal fungsi platelet dan fibrinosis mungkin relevan untuk stroke. Hubungan antara variasi iklim musiman dan stroke iskemik telah didalihkan. Peningkatan dalam arahan untuk infark otak diamati di Iowa. Suhu lingkungan rata-rata menunjukkan korelasi negatif dengan kejadian cerebral infark di Jepang. Variasi suhu musiman telah
8
berhubungan dengan resiko lebih tinggi cerebral infark dalam usia 40-64 tahun pada penderita yang nonhipertensif, dan pada orang dengan kolesterol serum bawah 160mg/dL.
D. Manifestasi Klinis Stroke Hemoragic
Gejala stroke hemoragic bisa meliputi : 1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma) 2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain 3. Kesulitan menelan 4. Kesulitan menulis atau membaca 5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba 6. Kehilangan koordinasi 7. Kehilangan keseimbangan 8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik 9. Mual atau muntah 10. Kejang 11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau kesemutan 12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh Gejala klinis stroke ada berbagai macam, diantaranya adalah ditemukan perdarahan intraserebral (ICH) yang dapat dibedakan secara klinis dari stroke iskemik, hipertensi biasanya ditemukan, tingkat kesadaran yang berubah atau koma lebih umum pada stroke hemoragik dibandingkan dengan stroke iskemik. Seringkali, hal ini disebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus dapat terjadi akibat adanya darah dalam ventrikel. Defisit neurologis fokal. Jenis defisit tergantung pada area otak yang terlibat. Jika belahan dominan (biasanya kiri) terlibat, suatu sindrom yang terdiri dari hemiparesis kanan, kerugian hemisensory kanan, meninggalkan tatapan preferensi, bidang visual kana terpotong, dan aphasia mungkin terjadi. Jika belahan nondominant (biasanya kanan)
terlibat, sebuah sindrom hemiparesis kiri, kerugian hemisensory kiri, 9
preferensi tatapan ke kanan, dan memotong bidang visual kiri. Sindrom belahan nondominant juga dapat mengakibatkan pengabaian dan kekurangan perhatian pada sisi kiri. Jika cerebellum yang terlibat, pasien beresiko tinggi untuk herniasi dan kompresi batang otak. Herniasi bisa menyebabkan penurunan cepat dalam tingkat kesadaran, apnea, dan kematian. Tanda-tanda lain dari keterlibatan cerebellar atau batang otak antara lain: ekstremitas ataksia, vertigo atau tinnitus, mual dan muntah, hemiparesis atau quadriparesis, hemisensori atau kehilangan sensori dari semua empat anggota, gerakan mata yang mengakibatkan kelainan diplopia atau nistagmus, kelemahan orofaringeal atau disfagia, wajah ipsilateral dan kontralateral tubuh (Hidayat, 2011).
E. Patofisiologi Stroke Hemoragic
Ada dua bentuk stroke hemoragic : 1. Perdarahan intra cerebral Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis 10
mengakibatkan
perubahan
struktur
dinding
permbuluh
darah
berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid. Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunakan kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan. Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah saat lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan perdarahan, dan penggunaan antikoagulan dalam dosis yang terlalu tinggi. Pendarahan gangguan dan penggunaan antikoagulan meningkatkan resiko kematian dari perdarahan intraserebral. 2. Perdarahan sub arachnoid Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM (Arterio-Venous Malformation). Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau 11
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. F. Menentukan Diagnosis Stroke
Penentuan diagnosa stroke untuk menentukan jenis stroke apakah
Non
Haemoragik atau Haemoragik sejatinya adalah dengan menggunakan CT scan ataupun MRI, sayangnya untuk melakukan pemeriksaan CT scan apalagi MRI sangat memakan waktu yang lama untuk menentukan diagnose Non Hemoragik atau Hemoragik . Untuk menentukan diagnosa stroke ini ada skor klinik yang dikenal dengan nama skor Hasanuddin yang merupakan modifikasi sistim skor Widjaya dari 12 Variabel (transient ischemik attack, permulaan serangan,
waktu serangan, sakit kepala, muntah, kesadaran, tekanan darah, tanda rangsang selaput otak, fundus okuli, pupil, pemeriksaan darah, febris) yang kemudian diteliti oleh Gunawan D (1998) di Makassar menjadi 5 variabel (sakit
kepala, tekanan darah, muntah, waktu serangan, dan kesadaran) yang kemudian dikenal dengan sebagai Hasanuddin Skor Stroke. Skor Hasanuddin (Dikembangkan oleh Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin)
No. 1.
2.
3.
4.
KRITERIA Tekanan Darah - Sistole ≥ 200 ; Diastole ≥ 110 - Sistole < 200 ; Diastole < 110 Waktu Serangan - Sedang bergiat - Tidak sedang bergiat Sakit Kepala - Sangat hebat - Hebat - Ringan - Tidak ada Kesadaran Menurun - Langsung, beberapa menit s/d 1 jam setelah onset - 1 jam s/d 24 jam setelah onset
12
SKOR
7,5 1 6,5 1 10 7,5 1 0 10 7,5
- Sesaat tapi pulih kembali - ≥ 24 jam setelah onset - Tidak ada Muntah Proyektil - Langsung, beberapa menit s/d 1 jam setelah onset - 1 jam s/d < 24 jam setelah onset - ≥ 24 jam setelah onset - Tidak ada
5.
6 1 0 10 7,5 1 0
Interpretasi: < 15 NHS ≥ 15 HS
- NB: Nilai terendah = 2 ; nilai tertinggi = 44 - Penggunaan skor Hasanuddin turut dilakukan dalam membantu mendiagnosa stroke pada sebelum atau tanpa adanya CT scan. G. Skor NIHSS Untuk Menentukan Derajat Keparahan 1.
Pengertian
The National Institutes of Health Stroke Skala (NIHSS) awalnya dirancang sebagai penelitian untuk mengukur data awal uji klinis pasien stroke akut. Pemeriksaan neurologic dalam penanganan kegawatdaruratan, termasuk kasus stroke iskemik, haruslah cepat, tepat dan menyeluruh. Hali ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau sistem scoring yang formal seperti National Institutes of Health Score Scale (NIHSS). NIHSS tidak hanya menilai derajat defisit neurologis, tetapi juga memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengidentifikasi kemungkinan sumbatan pembuluh darah, menetukan prognosis awal dan komplikasi serta menentukan intervensi yang diperlukan. Rentang Skor NIHSS 1. 0-1 Normal 2. 1-4 Minor Stroke (Ringan) 3. 5-15 Moderate Stroke (Sedang) 4. 15-20 Moderately Severe (Cukup Parah) 5. >20 Severe (Parah)
2. Tujuan
Metode NIHSS dapat digunakan untuk melihat kondisi pasien stroke fase akut, dapat dilakukan dengan cepat.
13
3. Manfaat
Untuk memudahkan tim medis dalam menegakkan diagnose atau prognosis dengan cepat, tepat dan akurat, dan untuk
4. Kepekaan
Berdasarkan hasil penelitian Adams, et al, (1999) dan Muir, et al, (1996), NIHSS memuliki sensitivitas 0,71 (95% CI, 0,64- 0,79), spesifitas 0,90 (95% CI, 0,86 – 0,94) dan yang mempunyaikaitan erat dengan metode pengukuran lain seperti Bartel Index dan GCS. Hasil analisis diatas sejalan dengan hasil penelitian Berger et.al, (1999) menyatakan bahwa penggunaan metode NIHSS dapat digunakan untuk melihat kondisi pasien stroke fase akut dengan tingkat reabilitas mean kappa NIHSS 0.80 dan ESS 0.79. Dalam penelitian lain oleh Adam et.al (1999), Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode NIHSS sangat bagus memprediksi hasil akhir pasien yang menderita stroke dari fase akut sampai fase pemulihan. Sedangkan hasil penelitian Loewen SC & Anderson BA (1990), 5. Komponen
a. Derajat Kesadaran b. Menjawab pertanyaan c. Meengikuti perintah d. Gerakan mata konyugat Horizontal e. Lapang pandang f. Unilateral negleg g. Paresis wajah dan sensoris h. Motorik lengan kanan i. Motorik lengan kiri j. Motorik tungkai kanan k. Motorik tungkai kiri l. Ataksia anggota badan m. Bahasa terbaik n. Disartria
14
6. Pelakasanaan
15
Pathway Hipertensi Ruptur pembuluh darah cerebral Hemoragic Cerebral Penambahan Massa
Edema
Pada Cerebelum
TIK
Pada batang otak
Defisit Motorik
Oblongata tertekan
Kesadaran
Refleks batuk
Gerakan inkoordinasi
Gangguan Pola
Apatis-Koma
Gangguan bersihan
Nafas Ggn mobilitas fisik
Menekan
(gangguan perfusi cerebral)
Jar. Otak
Metabolisme an aerob
Pada serebrum
Asam Laktat
Nyeri
Ggn ADL Tirah baring lama
Ggn rasa nyaman
Gangguan fungsi motorik Kelemahan anggota gerak Hemiplagi
Dekubitus
16 Ggn integritas kulit
Iskemia-hipoksia jar cerebral
Jalan nafas Kematian
Kompresi
Ggn mobilitas fisik
Ggn pusat bicara
Ggn persepsi sensori
Ggn bicara
Penglihatan Peraba Pendengaran Pengecapan
Difasia – Disartia Ggn komunikasi verbal
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
H. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Stroke
Diagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama pasien. Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain : hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah : 1. Scan otak (CT atau MRI scan) Secepat mungkin dilakukan dalam waktu 24 jam untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke. Scan otak harus dilakukan segera jika gejala seperti sakit kepala parah atau tingkat kesadaran menurun. Scan otak juga akan menampilkan jenis stroke, apakah itu disebabkan oleh penyumbatan atau pendarahan. 2. Pungsi lumbal Pungsi lumbal adalah prosedur untuk mengambil sampel cairan serebrospinal otak dan sumsum tulang belakang. Pungsi lumbal akan menunjukkan jika ada darah yang mengalami kebocoran ke dalam cairan. 3. Angiogram Angiogram biasanya dilakukan untuk mencari pembuluh darah yang pecah.
I. Penatalaksanaan Stroke Hemoragic
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain : 1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah. 2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason. 3. Pengobatan 17
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut. b. Obat anti trombotik : Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik. c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral 4. Penatalaksanaan Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darah otak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke hemoragic adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Penyebab tersering stroke hemoragic adalah hipertensi. Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak. Diagnosis stroke hemoragic dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium, CT scan, dan MRI. Penatalaksanaan yang diberikan berupa menurunkan kerusakan iskemik cerebral, mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK, pengobatan seperti anti koagulan, obat anti trombotik, diuretik dan penatalaksanaan pembedahan
B. Saran
Saran yang bisa diberikan untuk klinisi dan tenaga kesehatan adalah meningkatkan
mutu
pelayanan
stroke,
khususnya
dalam
penatalaksanaan
kegawatdaruratan. Dengan deteksi dini dan penanganan awal yang tepat sasaran, diharapkan dapat meberikan prognosis yang baik bagi p asien.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Iqbal H. 2011. Stroke Hemoragic. Di akses 24/11/2017. (21:19) di https://www.scribd.com/doc/73711043/Stroke-Hemoragik Juveska. 2014. Stroke Hemoragik – Definisi, Penyebab & Pengobatan Stroke Perdarahan Otak. Di akses 24/11/2017. (19:56) di https://www.jevuska.com/2014/02/27/strokehemoragik/ Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC ___________. Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses 24/11/2017 (20:30). di http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/ ___________. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses 24/11/2017. (20:35) di http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/
20