POTENSI PENGOLAHAN S pir pi r ulina uli na platens platens i s
PAPER KARAKTERISTIK BAHAN BAKU HASIL PERAIRAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
Oleh : GITA AYU NURITASARI NRP. C351180041
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
1. PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Permasalahan negara Indonesia yang akan dihadapi ke depan dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat adalah negara ini terancam bahaya kerawanan
pangan.
Riset
kesehatan
dasar
energi
(RIKERDAS,
2010)
menunjukkan penduduk di Indonesia yang mengkonsumsi di bawah kebutuhan minimal orang Indonesia (lebih rendah dari 1470 kkal) sebanyak 40,6%. Proporsi defisit energi terbanyak pada usia remaja (54,5%) dan terendah pada anak balita (24,4%). Terkait hal itu, penyedia pangan pang an murah dan berkualitas menjadi salah satu hal yang harus dianggap serius untuk mencari jalan keluar atas problem yang menggejala. Hingga saat ini, pertanian dalam arti luas menjadi tulang punggung program penanggulangan ancaman kerawanan pangan pang an dan gizi buruk. Salah satu sub sektor yang menjadi pilar dalam penyedia pangan adalah perikanan, baik perikanan
tangkap
maupun
akuakultur.
Sementara
fakta
di
lapangan
penangkapan berlebh atau “over-fishing “ over-fishing ” menjadi problem tersendiri dari
perikanan tangkap. Sehingga pengembangan teknologi dan produksi perikanan budidaya salah satu solusi upaya peningkatan produksi perikanan sekaligus pelestarian diversitas sumber daya perikanan yang terancam punah akibat eksploitasi berlebihan. Riset secara berkesinambungan oleh ahli akuakultur dan ahli nutrisi secara tidak langsug telah mengarah kepada komoditas yang paling potensial untuk dikembangkan yaitu mikroalga. Spirulina sp. merupakan salah satu mikroalga yang banyak digunakan
sebagai bahan baku industri karena memiliki kandungan nutrisi seperti protein, asam lemak, vitamin dan antioksidan yang tinggi. Selain digunakan dalam dunia indutri, juga dapat dikonsumsi langsung oleh manusia. Kandungan nutrisi Spirulina yang lengkap dan berimbang telah dimanfaatkan secara optimal di beberapa negara untuk mengatasi berbagai kasus gizi buruk dan gizi kurang. 1.2
TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah tentang potensi pengolahan Spirulina platensis
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
2. PEMBAHASAN
2.1
Habitat
Spirulina air laut yaitu spirulina yang dibudidayakan di air laut mengandung mineral lebih tinggi daripada media air tawar atau payau. Air laut mengandung garam yang tinggi seperti NaCl, KCl, MgCl. Spirulina ini juga mengandung fikosianin, polisakarida, inositol yang lebih tinggi. Meskipun mengandung garam tinggi, kandungan natrium yang terlalu tinggi dinilai tidak baik untuk kesehatan manusia. Untuk menurunkan mineral ini, dapat digunakan NaHCO3 dan Na2CO3 melalui metode Trigger (Faucher, et al., 1975). Spirulina air laut memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih rendah daripada spirulina air tawar. Spirulina air laut memiliki bau amis seperti rumput laut atau cumi-cumi sehingga b eberap konsumen tidak nyaman dengan bau tersebut. Bau amis ini dihasilkan dari kandungan mineral di dalam Spirulina. Spirulina Air Tawar Spirulina ini biasanya digunakan sebagai bahan makanan manusia dan farmasi. Dalam media air tawar, NaHCO3, fosfat, dan urea ditambahkan untuk mempengaruhi laju pertumbuhan mikroalga. Spirulina air tawar memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi sekitar 0.16/hari dan menghasilkan 1,23‐1,34 g/L biomassa kering. Sementara itu, Spirulina air laut memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan menghasilkan biomassa sekitar 10.3 g/m2/hari (Costa, et al , 2003). Karena kandungan natrium dalam Spirulina air tawar lebih rendah dari air laut, maka aman untuk digunakan sebagai makanan manusia dan farmasi. Kandungan protein yang dihasilkan dari Spirulina media air tawar adalah sekitar 60‐70%. Spirulina air tawar tidak memiliki bau amis karena memiliki kandungan mineral yang lebih rendah daripada Spirulina air laut. 2.2
Potensi Spirulina sebagai S uper F ood
Spirulina adalah ganggang hijau-kebiruan, memiliki bentuk tubuh menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 mikrometer. Filamen Spirulina sp. hidup berdiri sendiri dan dapat bergerak bebas (Richmond, 1987). Ganggang ini tumbuh baik dan subur di perairan tawar seperti kolam air tawar dan danau air tawar terutama pada kisaran pH 8-11 (alkali). Namun begitu, Spirulina juga mampu
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Domain
: Bacteria
Kingdom
: Archaeplastida Archaeplastida
Divisi
: Cyanobacteria
Kleas
: Cyanophyceae
Ordo
: Oscillatoriales
Family
: Pseudanabaenaceae
Subfamily
: Spirulinoideae
Genus
: Spirulina
Spesies
: Platensis
Protein dari Spirulina kering dapat mencapai 72% dengan kandungan asam amino yang cukup seimbang, kecuali asam amino sulfur yang sedikit defisien. Kandungan vitaminnya tinggi, terutama vitamin B12. Spirulina memiliki keunggulan dibandingkan jenis bahan pangan lainnya yaitu mengandung proten 60-70% dari bobot keringnya. Sementara menurut Diharmi (2001), protein yang dikandungnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sumber pangan seperti daging dan ikan (15-25%), kedelai (35%), kacang-kacangan (25%), telur (12%), biji-bijian (8-14%), dan susu pada umumnya (3%). Belay et al, (1996) menyatakan bahwa selain mengandung protein yang cukup tinggi, Spirulina juga mengandung asam lemak essensial terutama GLA-gamma acid, polisakarida, pikobiliprotein, karotenoid, vitamin terutama vitamin 12 dan mineral. Di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang, beberapa spesies mikroalga sudah diteliti dan dikembangkan sebagai bahan makanan dalam skala industri besar. Mikroalga tersebut antara lain Chlorella pyrenoidosa, Scenedesmus acutus, dan Spirulina platensis (Devi dkk, 1981). Bila dibandingkan dengan mikroalga lainnya, ternyata S. platensis memiliki kandungan protein tertinggi yaitu 60%-70% dari berat kering tubuhnya (Cifferi, 1983), sedangkan S acutus 55% (Litchfield, 1983), dan C pyrenoidosa hanya 49,8% (Mutia, 1982).
Begitu pula apabila kandungan protein Spirulina disetarakan dengan jenis sajian makanan berkalori tinggi maka kandungan protein Spirulina lebih tinggi daripada kandungan protein telur, susu, keju, ikan, ayam, atau kacang tanah. Menurut Hansen (1982), Spirulina mengandung 8 macam asam amino esensial yang jumlahnya seimbang dengan yang terdapat pada telur, hanya saja kandungan
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
(1988), dalam 10 gram tepung Spirulina hanya terdapat 1,3 mg kolesterol, sedangkan dalam 10 gram telur terdapat 300 mg kolesterol. Kandungan kemiawi lain pada Spirulina yang cukup penting adalah lemak dan karbohidrat. Spirulina mengandung 1,5%-15% lemak dan 10%-20% karbohidrat. Secara spesifik ditegaskan pula bahwa kandungan lemak S. platensis lebih rendah daripada C. pyrenoidosa . Hasil riset menunjukkan bahwa di dalam komposisi lemak Spirulina terdapat 0,8%-1% Gamma Linolenic Acid (GLA) yaitu sejenis asam lemak tak jenuh rantai panjang yang berfungsi menurunkan kadar kolesterol dalam darah. GLA sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, tetapi tidak dapat disintesis di dalam tubuh manusia. Jenis asam lemak lainnya yang terdapat dalam Spirulina adalah Eicose Pentanic Acid (EPA) yang juga diduga mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Klausner, 1986; Nakaya dkk, 1988). Menurut Sasson (1988), Spirulina memiliki kandungan vitamin E yang jumlahnya 12 kali lebih banyak daripada kandungan vitamin E pada Chlorella, sedangkan kandungan provitamin A nya berjumlah 2 kali lebih banyak daripada kandungan provitamin yang sama pada Scenedesmus. Adapun kandungan vitamin B12 yang terdapat pada Spirulina diprediksi 3 kali lebih banyak daripada kandungan vitamin B12 pada Scenedesmus (Sasson, 1988). 2.3
Potensi Spirulina dalam Bidang Farmasetika
Spirulina merupakan mikroorganisme autotrof berwarna hijau-kebiruan dengan selberkolom membentuk filamen terpilin menyerupai spiral (helix), sehingga disebut alga biru hijau berfilamen (Richmond, 1987). Secara ekonomi Spirulina memiliki prospek penting karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan obat, makanan maupun makanan tambahan (food suplement) (Yunus dkk, 1989). Kecuali itu, Spirulina juga merupakan mikroalga yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat penurun kadar kolesterol dalam darah, bahan baku obat pelangsing tubuh manusia, dan dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit kanker. Sebagai bahan pangan yang memiliki tingkat protein dan mikronutrien yang tinggi, Spirulina tidak hanya bisa bertindak sebagai protein sel tunggal saja, tetapi juga bisa digunakan sebagai makanan makanan fungsional. FAO mencatat bahwa Spirulina Spirulina dapat digunakan sebagai makanan sehat bagi manusia (Becker, 1994). Secara
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Dismutase (SOD). Beberapa rumah sakit di negara modern menggunakan
Spirulina untuk mendapatkan immunoglobin A (LGA) dan immunoglobin B (lgM) yang lebih tinggi. Sementara kandungan fikosianin dalam Spirulina berpotensi untuk menghambat pertumbuhan sel leukimia pada manusia (Liu, et al et al ., ., 2000). Spirulina memiliki kandungan biopigmen fikosianin lebih tinggi daripada tanaman lain. Fikosianin mempunyai kasiat dalam kesehatan antara lain menghambat pertumbuhan tumor (Liu et al . 2000). Setiap miligram fikosianin (pigmen biru) memiliki harga antara 6-17 US$ (Spolaore 2006). Spirulina platensis juga memiliki aktivitas antimikrobial terhadap Klebsiella pneumonia, Shigella shigae, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Proteus vulgaris, dan Salmonella typhii (Mala et al. 2009). Fikosianin dari Spirulina
juga dapat menurunkan kemampuan hidup EACC (Ehrlich (Ehrlich Arcites Carcinoma Cell) Cell) (Abd El-Baky 2003). 2.4
Potensi Spirulina dalam Bidang Nutrasetika
Spirulina kering dapat digunakan sebagai sumber pasta campuran, saus, sup, minuman instan, dan makanan suplemen. Spirulina bisa dicampur dalam mie, roti, biskuit. Hal ini digunakan untuk tujuan menambahkan gizi yang lebih tinggi untuk makanan. Hal ini menunjukkan bahwa Spirulina dapat dikonsumsi 10 g/hari untuk menjaga kesehatan tubuh, tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa (Henrikson, 1989). Pemanfaatan Spirulina selain sebagai bahan dasar pembuatan makanan maupun makanan tambahan (food suplement), juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan makanan ikan dan udang (Yunus dkk, 1989). Di Thailand, 70% produk Spirulina platensis cenderung digunakan untuk pembuatan bahan makanan sedangkan sisanya (30%) diperuntukkan sebagai bahan dasar pembuatan makanan ikan, dan udang (Richmond, 1988). 2.5
Potensi Spirulina dalam bidang Kosmesetika
2.6
Bahaya
Disisi lain, Spirulina mengandung bahan beracun dosis kecil yang disebut microcystin. Konsumsi bahan ini dalam konsentrasi tinggi berbahaya bagi tubuh
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
dan menyebabkan kanker. Spirulina mengandung 1 mg/g, karena itu disarankan bahwa konsumsi Spirulina adalah sekitar 0,5-3 g setiap penyajian.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
DAFTAR PUSTAKA
Ciferri, O.1983. Spirulina: The edible microorganism. Microbial Reviews 47 (4): 551-578. Ciferri, O & O. Tiboni (1985). The biochemistry and industrial poten tial of Spirulina. Ann.Rev. Microbiol 39: 503-526. Costa, J. A. V., Colla, L. M., and P. D. Filho. 2003. Spirulina platensis Growth in Open Raceway Ponds Using Fresh Water Supplemented with Carbon, Nitrogen and Metal Ions. Z Naturforsch C., 58(1):76--‐80. Devi, M.A, Subbulakshmi, G., Madhavi-Devi, K. & L.V. Venkataraman (1981). Studies on the proteins of mass cultivated Blue-green Alga (Spirulina platensis). J. Agric. Food Chem. 29 (3): 522-525. Faucher, O., B. Coupal, and A. Leduy. 1979. Utilization of seawater--‐urea as a culture medium for Spirulina maxima. J. Microbiol. 25:752--‐759. Hanssen, M. (1982) Spirulina: Nature’s diet supplement rediscovered, 4th ed . Thorsons Publishers Limited, Wellingborough, 64 pp. Klausner, A. (1986) Algaculture: Food for though. Biotechnology 4(`11): 947-952. Liu, Y. F., L. Z. Xu, N. Cheng, L. J. Lin, and C. W. Zhang. 2000. Inhibitory Effect of Phycocyanin from Spirulina platensis on the Growth of Human Leukimia K562 Cells. J. Appl. Phycol., 12: 125-130. Richmond, A. (1987). Spirulina. In: Borowitzka, M.A. & L.J. Borowitzka (eds) (1988). Microalgae Biotecnology. Cambridge University Press, Cambridge, p. 85-121. Sasson, A. (1988). Biotechnologies and development. Technical Centre for