TUGAS UAS SEMESTER IV MATA KULIAH FARMAKOLOGI DOSEN PENGAJAR : Sri Rahayu DP,S.Si,M.kes,Apt
DISUSUN OLEH : SRI WIJI ASTUTI NIM : 30315069 PRODI : D-III FARMASI TAHUN ANGKATAN 2015 / 2016
MEKANISME KERJA OBAT PARASETAMOL GENERIK
A. PENJELASAN KANDUNGAN & KEKUATAN OBAT 1. Pengertian Parasetamol Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Parasetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, parasetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain. Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat. Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obatobat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAID. Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada saat luka pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah iritasi kulit. Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) rendah, sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek kardiorenal yang tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan usia.
2. Parasetamol tergolong obat Analgetik Non Narkotik Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik). Efek samping obat-obat analgesik perifer: kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit. Paracetamol / Acetaminophen merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektifitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
Gambar Parasetamol (Acetaminophen)
3. Rumus Kimia Parasetamol
Nama sistematis (IUPAC) N-(4-hydroxyphenyl)ethanamide N-(4-hydroxyphenyl)acetamide Data klinis Sanmol,Tylenol, Panadol, lain-lain[1]
Nama dagang
US FDA
Data lisensi Kategori kehamilan
Rute
A(AU) C(US) Tidak dites namun umumnya aman Melalui mulut (oral),rektal, dan intravena (IV)
Data farmakokinetik Bioavailabilitas
63–89%[2]:73
Ikatan protein
10–25%[3]
Metabolisme
Utama di hati[4]
Waktu paruh
1–4 jam[4]
Ekskresi
Urin (85–90%)[4] Pengenal
Nomor CAS
103-90-2
Kode ATC
N02BE01
PubChem
CID 1983
Ligan IUPHAR DrugBank ChemSpider UNII
5239 DB00316 1906 362O9ITL9D
KEGG
D00217
ChEBI
CHEBI:46195
ChEMBL
CHEMBL112
Data kimia Formula
Massa mol.
SMILES
C8H9NO2
151.163 g/mol
eMolecules & PubChem
Data fisik
Kepadatan
1.263 g/cm³
Titik lebur
169 °C (336 °F) [6][7]
Titik didih
420 °C (788 °F)
Kelarutan dalam air
7.21 g/kg (0 °C)[5]
8.21 g/kg (5 °C)[5] 9.44 g/kg (10 °C)[5] 10.97 g/kg (15 °C)[5] 12.78 g/kg (20 °C)[5] ~14 mg/mL (20 °C)
B. FARMAKOLOGI Interaksi Farkokinetik Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya akan mengalami absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Selanjutnya dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari tubuh. Seluruh proses inilah yang disebut dengan proses farmakokinetik dan berjalan serentak. Di dalam tubuh manusia obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai jaringan. Pada umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan melewati celah antar sel, kecuali pada endotel kapiler. Pada pemberian obat secara oral, obat harus mengalami berbagai proses sebagai berikut, antara lain : a. Absorbsi Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Absorbsi kebanyakan obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu absorbsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak. Parasetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 - 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. b. Distribusi Obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas dua fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya : jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase dua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ pada distribusi fase pertama misalnya : otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai kesetimbangan setelah waktu yang lama. Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. c. Metabolisme Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang
dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina). Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau Nacetyl-p-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril. Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril pada glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal. d. Eliminasi Eliminasi sebagian besar obat dari tubuh terdiri dari dua proses yaitu metabolisme (biotransfromasi) dan ekskresi. Seperti halnya biotransformasi, ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi tergantung pada sifat fisiokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, dan tekanan uap). Parasetamol diekskresikan melalui urin sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronoid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah.
C. FARMAKODINAMIK Mekanisme Aksi Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX, cyclooxygenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas antipiretik dan analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat lokasi inflamasi. Hal lain, karena selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.
D. MACAM SEDIAAN PARASETAMOL KEMASAN Paracetamol tablet 500 mg. Paracetamol sirup 125 mg/5 ml. Paracetamol sirup 160 mg/5 ml. Paracetamol sirup 250 mg/5 ml. Paracetamol suppositoria.
E. INDIKASI PARASETAMOL Indikasi utama paracetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun panas (analgesik) dan dapat digunakan sebagi obat penghilang rasa sakit dari segala jenis seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri sehubungan dengan pilek, nyeri otot pasca-trauma, dll. Sakit kepala migrain, dismenore dan nyeri sendi juga dapat diringankan dengan obat parasetamol ini. Pada pasien kanker, parasetamol digunakan untuk mengatasi nyeri ringan atau dapat diberikan dalam kombinasi dengan opioid (misalnya kodein). Paracetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan dianggap kurang equipotent jika dibandingkan dengan aspirin (asam asetilsalisilat). Dengan demikian, secara umum, parasetamol kurang mujarab ketimbang salisilat dan agen antirematik lainnya jika digunakan sebagai obat anti-inflamasi dan antinyeri. Kabar baiknya paracetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan alternatif yang lebih disukai ketika aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan kontraindikasi (misalnya karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak).
F. KONTRAINDIKASI PARASETAMOL Obat parasetamol tidak boleh digunakan pada orang dengan kondisi sebagai berikut:
Alergi parasetamol atau acetaminophen Gangguan fungsi hati dan penyakit hati Gangguan Fungsi Ginjal Serius, Shock Overdosis Acetaminophen Gizi Buruk
Efek Samping Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung, mempengaruhi koagulasi darah, atau mempengaruhi fungsi ginjal. Namun, pada dosis besar (lebih dari 2000 mg per hari) dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan bagian atas. Hingga tahun 2010, parasetamol dipercaya aman untuk digunakan selama masa kehamilan.
Kelebihan Dosis Penggunaan parasetamol di atas rentang dosis terapi dapat menyebabkan gangguan hati. Pengobatan toksisitas parasetamol dapat dilakukan dengan cara pemberian asetilsistein (Nasetil sistein) yang merupakan prekusor glutation, membantu tubuh untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut.
G. DOSIS DAN ATURAN PAKAI Paracetamol Tablet Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 3 – 4 kali sehari. Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ – 1, tablet 3 – 4 kali sehari. Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml Anak usia 0 – 1 tahun : ½ sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 1 – 2 tahun : 1 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 2 – 6 tahun : 1 – 2 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 6 – 9 tahun : 2 – 3 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari. Anak usia 9 – 12 tahun : 3 – 4 sendok takar (5 mL), 3 – 4 kali sehari.
H. PENYIMPANAN Simpan pada suhu kamar (25° - 30°C), terlindung dari cahaya
MEKANISME KERJA OBAT SANMOL
A. PENJELASAN KANDUNGAN DAN KEKUATAN OBAT
SANMOL Sanmol adalah obat yang digunakan sebagai penurun demam untuk segala usia dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya. Sanmol mengandung obat paracetamol, yang memiliki aktivitas sebagai antipyretic sekaligus analgetic. Berikut ini adalah informasi lengkap Sanmol yang disertai tautan merk-merk obat lain dengan nama generik yang sama.
PABRIK Sanbe farma GOLONGAN Sanmol masuk golongan obat bebas, bisa diperoleh tanpa resep dokter
KEMASAN
Gambar Sanmol
SEKILAS TENTANG ZAT AKTIF (NAMA GENERIK)
Paracetamol yang dikenal juga dengan nama acetaminophen adalah obat yang digunakan sebagai analgetic (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun demam) yang bisa diperoleh tanpa resep dokter. Meskipun paracetamol memiliki efek anti inflamasi, obat ini tidak dimasukkan sebagai obat NSAID, karena efek anti
inflamasinya dianggap tidak signifikan. Cara kerja obat paracetamol yang diketahui sekarang adalah dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX). Enzim ini berperan pada pembentukan prostaglandin yaitu senyawa penyebab nyeri. Dengan dihambatnya kerja enzim COX, maka jumlah prostaglandin pada sistem saraf pusat menjadi berkurang sehingga respon tubuh terhadap nyeri berkurang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan cara menurunkan hipotalamus set-point di pusat pengendali suhu tubuh di otak.
B. FARMAKOLOGI Interaksi Farkokinetik Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya akan mengalami absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek. Selanjutnya dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari tubuh. Seluruh proses inilah yang disebut dengan proses farmakokinetik dan berjalan serentak. Di dalam tubuh manusia obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai jaringan. Pada umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan menembusnya, bukan dengan melewati celah antar sel, kecuali pada endotel kapiler. Pada pemberian obat secara oral, obat harus mengalami berbagai proses sebagai berikut, antara lain : a. Absorbsi Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Absorbsi kebanyakan obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu absorbsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak. Sanmol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar serum puncak dalam waktu 30 - 120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan sedikit memperlambat penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat. b. Distribusi Obat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas dua fase berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat baik misalnya : jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase dua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ pada distribusi fase pertama misalnya : otot,
visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai kesetimbangan setelah waktu yang lama. Sanmol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% parasetamol dalam darah terikat pada protein plasma. c. Metabolisme Sanmol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450. Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina). Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau Nacetyl-p-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril. Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis normal bereaksi dengan sulfhidril pada glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal. d. Eliminasi Eliminasi sebagian besar obat dari tubuh terdiri dari dua proses yaitu metabolisme (biotransfromasi) dan ekskresi. Seperti halnya biotransformasi, ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh. Ekskresi dapat terjadi tergantung pada sifat fisiokimia (bobot molekul, harga pKa, kelarutan, dan tekanan uap). Sanmol diekskresikan melalui urin sebagai metabolitnya, yaitu asetaminofen glukoronoid, asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang tidak berubah.
C. FARMAKODINAMIK Mekanisme Aksi Mekanisme aksi utama dari Sanmol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX, cyclooxygenase), dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas antipiretik dan analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah karena dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat lokasi inflamasi. Hal lain, karena
selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga obat ini tidak menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan darah.
D. MACAM SEDIAAN OBAT
Sanmol dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
25 x 4 tablet 500 mg Sanmol forte : 10 x 10 tablet 650 mg Sanmol drops : botol 15 ml oral drops Sanmol Syrup : botol 60 ml syrup Sanmol infusion : botol 100 ml infusion Sanmol Effervescent 500 mg : Box 1 tube x 10 effervescent tablet Sanmol Effervescent 120 mg : 1 tube x 10 effervescent tablet Sanmol 120 Child Chewable : Box 5 strips x 10 tablet
KANDUNGAN Tiap kemasan Sanmol mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :
Paracetamol 500 mg / tablet Paracetamol 650 mg / Forte tablet Paracetamol 60 mg / 0.6 ml oral drops Paracetamol 120 mg / 5 ml syrup Paracetamol 10 mg/ml infusion Paracetamol 500 mg / effervescent tablet Paracetamol 120 mg / effervescent tablet Paracetamol 120 mg / Chewable tablet
E. INDIKASI Kegunaan Sanmol (paracetamol) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :
Sanmol (paracetamol) digunakan untuk menurunkan demam pada segala usia. Namun obat ini sebaiknya digunakan bila suhu tubuh sudah benar-benar tinggi dan membutuhkan terapi obat penurun panas. Rekomendasi WHO : penggunaan obat penurun panas dilakukan bila suhu tubuh lebih besar dari 38.5 °C (101.3 °F). Untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya. Pada nyeri yang lebih berat seperti nyeri pasca operasi biasanya dikombinasikan dengan NSAID atau analgetic opioid. Kombinasi paracetamol dengan kafein adalah obat lini pertama pada pengobatan migrain. Paracetamol bisa dipilih untuk meredakan nyeri pada arthritis ringan, dengan efek yang sebanding dengan aspirin tetapi efek samping yang lebih ringan.
Obat ini adalah komponen utama pada obat flu dan pilek yang beredar luas di pasaran.
F. KONTRA INDIKASI
jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif/alergi obat paracetamol.
EFEK SAMPING SANMOL Secara umum Sanmol (paracetamol) bisa ditoleransi dengan baik oleh sebagian besar orang, selama diberikan pada dosis yang dianjurkan. Berikut adalah beberapa efek samping Sanmol (paracetamol) yang mungkin terjadi :
Obat ini bisa menyebabkan kerusakan hati terutama jika penggunaanya melebihi dosis yang dianjurkan. Potensi efek samping ini meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi alkohol. Efek samping ringan pada saluran pencernaan misalnya mual dan muntah. Pada penggunaan dosis yang lebih tinggi diketahui meningkatkan resiko terjadinya perdarahan lambung. Efek samping pada ginjal relatif jarang. Namun pada penggunaan jangka panjang, dapat meningkatkan resiko kerusakan ginjal termasuk gagal ginjal akut. Efek samping pada kulit kejadiannya jarang. Pada tahun 2013, FDA (US Food and Drug Administration) memperingatkan kemungkinan terjadinya efek pada kulit seperti sindrom stevens-johnson dan nekrolisis epidermal toksik akibat pemakaian paracetamol, meski hal ini sangat jarang namun bisa fatal jika terjadi. Beberapa ahli menyarankan untuk menghindari penggunaan obat ini pada penderita asma terutama anak-anak, karena ada kemungkinan menyebabkan peningkatan resiko asma ataupun memperburuk penyakit asma yang telah diderita sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun jika terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa menyebabkan syok anafilaksis yang berakibat fatal Beberapa ahli mengaitkan penggunaan paracetamol oleh ibu hamil, dengan resiko terjadinya asma pada anak-anak dan peningkatan ADHD. Namun paracetamol tetap dianjurkan sebagai obat pilihan pertama untuk nyeri dan demam selama kehamilan, meski tetap harus memperhatikan resikonya.
PERHATIAN Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan Sanmol adalah sebagai berikut :
Pemakaian Sanmol (paracetamol) harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam, gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal. Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien yang mempunyai penyakit asma. Paracetamol diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI) meskipun dalam jumlah yang kecil. Obat ini adalah pilihan pertama sebagai pereda nyeri dan penurun panas bagi ibu menyusui, namun jika anda ragu berkonsultasilah dengan dokter jika anda ingin menggunakan Sanmol (paracetamol) saat menyusui.
Meskipun efek Sanmol (paracetamol) terhadap perdarahan lambung relatif lebih kecil daripada obat-obat golongan NSAID, ada baiknya obat ini dikonsumsi setelah makan. Jika anda mengkonsumsi alkohol, potensi terjadinya kerusakan hati sangat tinggi terutama pada pemakaian jangka panjang dan dosis yang lebih tinggi. Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
PENGGUNAAN SANMOL OLEH WANITA HAMIL FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan paracetamol kedalam kategori C dengan penjelasan sebagai berikut :
Penelitian pada reproduksi hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin dan tidak ada studi yang memadai dan terkendali dengan baik pada manusia, namun jika potensi keuntungan dapat dijamin, penggunaan obat pada ibu hamil dapat dilakukan meskipun potensi resiko sangat besar.
Hasil studi pada hewan tidak selalu bisa dijadikan ukuran keamanan penggunaan obat pada manusia. Oleh karena penelitian secara klinis yang terkendali dengan baik belum dilakukan, penggunaan obat-obat yang mengandung paracetamol oleh ibu hamil harus dikonsultasikan dengan dokter. INTERAKSI OBAT Berikut adalah interaksi Sanmol (paracetamol) dengan obat-obat lain :
Metoclopramide : meningkatkan efek analgetic. Carbamazepine, fenobarbital dan fenitoin : meningkatkan potensi kerusakan hati. Kolestiramin dan lixisenatide : mengurangi efek farmakologis paracetamol. Antikoagulan warfarin : paracetamol meningkatkan efek koagulansi obat ini sehingga meningkatkan potensi resiko terjadinya perdarahan.
G. DOSIS SANMOL Sanmol (paracetamol) diberikan dengan dosis sebagai berikut : TABLET Dewasa atau anak > 12 tahun : 3 – 4 x sehari 1 tablet. Anak 5 – 12 tahun : 3 – 4 x sehari ½ tablet. TABLET FORTE
Dewasa atau anak > 12 tahun : 3 – 4 x sehari 1 tablet. Anak 5 – 12 tahun : 3 – 4 x sehari ½ tablet.
ORAL DROPS
Anak < 1 tahun : 3-4 x sehari 0.6 ml drops. Anak 1-2 tahun : 3-4 x sehari 0.6-1.2 ml drops. Anak 3-6 tahun : 3-4 x sehari 1.2 ml drops. Anak 6-12 tahun : 3-4 x sehari 2.4 ml drops.
SYRUP
Anak < 1 tahun : 3-4 x sehari 2.5 ml sirup. Anak 1-3 tahun : 3-4 x sehari 2.5 ml sirup. Anak 3-6 tahun : 3-4 x sehari 5 ml sirup. Anak 6-12 tahun : 3-4 x sehari 5-10 ml sirup. Di atas 12 tahun : 3-4 x sehari 15-20 ml sirup.
INFUSION
Dosis dewasa dan anak dengan berat badan lebih dari 50 kg : 1 gram diberikan secara infus intravena selama 15 menit. Obat diberikan hingga 4 x sehari. Dosis maksimal 4 gram. Dosis dewasa dan anak dengan berat badan 30-50 kg : 15 mg/kg BB diberikan secara infus intravena selama 15 menit. Obat diberikan hingga 4 x sehari. Dosis maksimal 60 mg/kg BB/hari. Obat diberikan dengan interval waktu minimal 4 jam.
EFFERVESCENT 500 MG
dewasa dan anak usia lebih dari 12 tahun : 3-4 x sehari 1 tablet. anak usia 6-12 tahun : 3-4 x sehari ½-1 tablet.
EFFERVESCENT 120 MG
anak usia 9-12 tahun : 3-4 x sehari 3-4 tablet. anak usia 6-9 tahun : 3-4 x sehari 2-3 tablet.
SANMOL 120 CHILD CHEWABLE
dosis anak usia 6-12 tahun : 3-4 x sehari 2-4 tablet. dosis anak usia 2-5 tahun : 3-4 x sehari 1-2 tablet. Note : Bila perlu obat diberikan setiap 4 jam atau menurut petunjuk dokter. Pemberian tidak lebih dari 5 x sehari. Dalam pemilihan obat, manfaat yang diperoleh harus dipastikan lebih besar daripada risiko yang mungkin dialami pasien. Oleh karena itu, penggunaan Sanmol harus sesuai dengan yang dianjurkan.
H. PENYIMPANAN Simpan pada suhu kamar (25° - 30°C), terlindung dari cahaya.