PATHWAY DHF
MK:Peningkatan suhu Demam
penguapan berlebih
Nyamuk Aedes aegypti pembawa virus dengue
MK:Cairan & elektrolit < Mual,muntah
menggigit manusia virus dengue masuk sirkulasi darah / VIREMIA + Antibodi ( Ab )
DF ( Dengue
F.tr om ombosit II III dilepaskan pemakaian koagulopati↑ F.pembekuan↓
Agregasi trombosit
Perdarahan sal.GI
Peradangan hati Hepatomegali
Fungsi tr tr om ombosit ↓
Hematemesis,melena MK:Nye
kapiler pecah
Aktivasi koagulas ekimosis perdarahan
di hidung anemia
petekie
perfusi jar.tdk adekuat MK:Perubahan perfusi
:Nye MK :Nye
Rua
trombositopenia hebat
Kulit
tdk enak u/
t/g: -Nyeri -Mual,muntah MK:Nutrisi <
Trombosit dimusnahkan o/ RES
Perdarahan gusi
MK:Nyeri
MK:Resti nutrisi <
PERDARAHAN nyeri ulu
Nyeri otot Sakit kepala
Tdk mau makan
Kerusakan trombosit Per me meabilitas membran kapiler ↑
MK:nutrisi <
Rasa mengecap terganggu mkn
Kompleks virus – antibodi dalam sirkulasi darah Trombosit melepaskan histamin
output ber>
epistaksis
Sistem Kini
Aktivasi F.Hageman(F. Plas Plasmi mino noge gen n→plas plas anafilaktok
Penghancur an Fibrin
Melepas anafilatoks in ( C3a &
Derajat Derajat I: t/g:demam,gejala ≠spesifik,
Permeabilitas membran
uji
Derajat II: t/g:demam,uji turniket+,perdarahan spontan(petekie,ekim osis,epistaksis,perdar ahan gusi,perdarahn
Kebocoran Merembes masuk ke ruang interstitial Rongga Asite
Menghilangnya plasma dr dinding endotel
Rongga Efusi
Volume Darah
hipovolemi
Derajat III: t/g:nadi cepat&halus,hipotensi, kulit dingin,anak Derajat IV: t/g:nadi ≠teraba,tekanan Sumber:
Rampengan.Penyakit Infeksi Tropik pada Anak Sastoasmoro,Sudigdo.Kedaruratan pada Anak Soegijanto,Soegeng.Ilmu Penyakit Anak,
hemokonsentr
MK: Cairan < kebut.tub
Ht & Hb syo
MK: Penuruna n
Penuruna n
ota
t/g:TD↓,nadi cepat&lemah, akral
Hipoksia DI
Asidosis metaboli
Perdarah an masif Kematia
MK: Perfusi jar.≠adeku
MK: Gg.suplai O2 ke otak
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan DHF ) Pengertian DHF / Demam Berdarah DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty )
nyamuk aides aegepty
Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut: Dengue haemorhagic fever (DHF ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (Christantie Efendy,1995 ). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (betina) (Seoparman , 1990). DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).
Penyebab DHF adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty )
Patofisiologi DHF Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.
Tanda dan Gejala DHF Tanda dan gejala penyakit DHF adalah : -
Meningkatnya suhu tubuh
-
Nyeri pada otot seluruh tubuh
-
Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
-
Suara serak
-
Batuk
-
Epistaksis
-
Disuria
-
Nafsu makan menurun
-
Muntah
-
Ptekie
-
Ekimosis
-
Perdarahan gusi
-
Muntah darah Hematuria masif
Diagnosis DHF Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut : 1) Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri. 2) 1) 2) 3) 4) Hematemesis, melena.
Manifestasi Uji Petekia, Epistaksis,
perdarahan tourniquet purpura, perdarahan
: positif ekimosis gusi
3) Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus. 4) Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk. 5) Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi
Klasifikasi DHF menurut WHO Derajat I Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi perdarahan ( uju tourniquet positif )
Derajat II Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan perdarahan lain.
Derajat III
Nadi tak teraba, tekanan darah tak dapat diukur Pemeriksaan Diagnostik Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hemaokrit meningkat 20 % atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang ) -
Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test )
-
Rontgen Thorac = Effusi Pleura
Pathways
Medik A.
DHF tanpa Renjatan
-
Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 Liter / hari )
-
Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB. -
Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
B.
DHF dengan Renjatan
-
Pasang infus RL
-
Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20 – 30 ml/ kg BB )
-
Tranfusi jika Hb dan Ht turun
Keperawatan 1.
Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
-
Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
-
Observasi intik output
Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasitanda vital tiap 3 tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit
Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti
Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt. 1. Resiko Perdarahan -
Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
-
Catat banyak, warna dari perdarahan
-
Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
2. Peningkatan suhu tubuh -
Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
-
Beri minum banyak
-
Berikan kompres
Asuhan Keperawatan pada pasien DHF Pengkajian Pengkajian Keperawatan DHF Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi. a). Data subyektif Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu : 1.) Lemah. 2) P t demam.
6.) Nyeri pada otot dan sendi. 7.) Pegal-pegal pada seluruh tubuh. 8.) Konstipasi (sembelit). b). Data obyektif : Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain : 1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan. 2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. 3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, 4) Hiperemia pada 5) Nyeri tekan pada 6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran 7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
hati
melena. tenggorokan. epigastrik. dan limpa.
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai : 1) Ig G dengue positif. 2) Trombositopenia. 3) Hemoglobin meningkat > 20 %. 4) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat). 5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil 1) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
3) Waktu perdarahan memanjang. 4) Asidosis metabolik. 5) Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
Diagnosa Keperawatan DHF Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Christiante Effendy, 1995) yaitu : 1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 2) Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. 3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. 4) Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. 5) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. 6) Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh. 7) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus). 8 ) Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. 9) Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien.
Perencanaan 1) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). Tujuan Suhu P i
tubuh normal b b
Keperawatan DHF
(36
: 370C).
– d
i
d
1. Kaji saat Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
timbulnya
demam.
2. Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
setiap
3
jam.
3. Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7) Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. 4. Berikan kompres Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh. 5. Anjurkan untuk tidak memakai selimut Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
dan
6. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.
pakaian
sesuai
yang
program
hangat.
tebal.
dokter.
2). Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. Tujuan Rasa Nyeri Intervensi :
nyaman berkurang
1. Kaji tingkat nyeri Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. 2. Berikan posisi yang Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri 3.
Alihkan
nyaman,
perhatian
: terpenuhi. hilang.
pasien atau
usahakan
pasien
yang
dialami
situasi
dari
ruangan
pasien
yang
rasa
tenang.
nyeri.
4. Berikan Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
obat-obat
analgetik
3). Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan. Intervensi : 1. Kaji keluhan mual, sakit Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
menelan,
dan
muntah
2. Kaji cara / bagaimana Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien.
yang
makanan
3. Berikan makanan yang mudah ditelan Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan . 4. Berikan makanan Rasional : Untuk menghindari mual.
dalam
porsi
5. Catat jumlah / porsi makanan yang Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
kecil
dihabiskan
dialami
dan
oleh
pasien.
dihidangkan.
seperti
bubur.
frekuensi
sering.
pasien
setiap
hari.
6. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter. Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat. 7. Ukur berat Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
badan
pasien
setiap
minggu.
dinding Tujuan Volume Intervensi :
plasma. : terpenuhi.
cairan
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya. 2. Observasi tanda-tanda Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.
vital.
syock.
3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah. 4. Anjurkan pasien untuk Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh. 5. Catat Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
intake
banyak
minum.
dan
output.
5). Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. Tujuan Pasien Kebutuhan Intervensi :
mampu
mandiri aktivitas
1. Kaji Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
setelah sehari-hari
: bebas demam. terpenuhi
keluhan
2. Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
pasien.
oleh
pasien.
3. Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien. Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat. 4. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
oleh
pasien.
6). Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan Tubuh Tujuan Tidak Tanda-tanda Keadaan Intervensi :
terjadi vital dalam
: hipovolemik. normal. baik.
syok batas umum
1. Monitor keadaan umum pasien Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani. 2. Observasi tanda-tanda vital Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.
tiap
2
sampai
3. Monitor tanda Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.
3
jam.
perdarahan.
4. Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut. 5. Berikan transfusi sesuai Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang.
program
dokter.
7). Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus). Tujuan : Tidak Intervensi :
terjadi
infeksi
pada
pasien.
1. Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.
infus.
2. Observasi tanda-tanda Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital.
vital.
3. Observasi daerah Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus.
pemasangan
infus.
4. Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut.
atau
plebitis.
8). Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan Tidak Jumlah Intervensi :
terjadi
tanda-tanda trombosit
perdarahan
1. Monitor tanda penurunan trombosit yang Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah.
disertai
2. Anjurkan pasien untuk Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan.
banyak
3.
perdarahan
Beri
penjelasan
untuk
segera
melapor
bila
ada
tanda
: lanjut. meningkat.
lebih
gejala
klinis.
istirahat
lebih
lanjut.
4. Jelaskan obat yang diberikan Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan.
dan
manfaatnya.
9). Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang Tujuan :
dialami
pasien.
Kecemasan Intervensi :
berkurang.
1. Kaji rasa cemas Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.
yang
2. Jalin hubungan Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat.
percaya
saling
dialami
dengan
3. Tunjukkan sifat Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik. 4. Beri kesempatan pada Rasional : Meringankan beban pikiran pasien.
pasien
untuk
pasien.
pasien.
empati
mengungkapkan
5. Gunakan komunikasi Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.
perasaannya
terapeutik
4. Implementasi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan. 5. Evaluasi Keperawatan. Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini
1) Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam. 2) Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang. 3) Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan. 4) Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi. 5) Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi. 6) Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal. 7) Infeksi tidak terjadi. 8 ) Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut. 9) Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya.
Pencegahan DHF Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan cara: -
Rumah selalu terang
-
Tidak menggantung pakaian
-
Bak / tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti airnya minimal 4 hari sekali
-
Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai tempat terkumpulnya air hujan
-
Tutup tempat penampungan air
Perencanaan pemulangan dan pendidikan kesehatan
-
Jelaskan terapi yang diberikan, dosis efek samping
-
Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala
-
Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan
Daftar Pustaka Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002. Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995 Prinsip – Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267