LAPORAN LAPORAN SKRIPSI
PERANCANGAN ULANG TURBIN KAPLAN P ADA P LTA WO WONOGI NOGIR R I DENGAN DAYA TERPASANG 6,2 MW
Disusun Oleh : Hermawan 091.03.1105
PROGRAM STUDI STRATA 1 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2013
i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN LAPORAN SKRIPSI
PERANCANGAN ULANG TURBIN KAPLAN P ADA P LTA WO WONOGI NOGIR R I DENGAN DAYA TERPASANG 6,2 MW
Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi di Jurusan Jurus an Teknik Teknik Mesin Mes in Je Jenj njang ang Strata Stra ta 1, Fakultas Teknologi Teknologi Industr I ndustrii Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Disusun Oleh : Nama : Herma Herma wa n No. Mhs : 091.03.1105 Jurusan Jurusan : Teknik Me sin Fakultas Fakultas : Tek nologi Indust Indust ri
Yogyakar Yogyakar ta, 4 Oktober 2013 Menyetujui, Pembimbing
A. Agung Putu Susastriawan, ST,.M.Tech NIK. 04. 1077. 589. E
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Mesin
Drs.H.Khairul Muhajir, MT NIP N IP . 195609091983031001 195609091983031001
ii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN LAPORAN SKRIPSI
PERANCANGAN ULANG TURBIN KAPLAN P ADA P LTA WO WONOGI NOGIR R I DENGAN DAYA TERPASANG 6,2 MW
Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi di Jurusan Jurus an Teknik Teknik Mesin Mes in Je Jenj njang ang Strata Stra ta 1, Fakultas Teknologi Teknologi Industr I ndustrii Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Disusun Oleh : Nama : Herma Herma wa n No. Mhs : 091.03.1105 Jurusan Jurusan : Teknik Me sin Fakultas Fakultas : Tek nologi Indust Indust ri
Yogyakar Yogyakar ta, 4 Oktober 2013 Menyetujui, Pembimbing
A. Agung Putu Susastriawan, ST,.M.Tech NIK. 04. 1077. 589. E
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Mesin
Drs.H.Khairul Muhajir, MT NIP N IP . 195609091983031001 195609091983031001
ii
HALAMAN PENGUJI
PERANCANGAN ULANG TURBIN KAPLAN P ADA P LTA WO WONOGI NOGIR R I DENGAN DAYA TERPASANG 6,2 MW
Disusun Oleh : Nama : He rma wa n No. Mhs : 091.03.1105 Jurusan Jurusan : Teknik Me sin Fakultas Fakultas : Teknologi Indust Indust ri
Skripsi Sk ripsi ini ini telah dipresentas dipres entas ikan ika n dan dipertahanka diperta hankan n dihada dihadapan pan Tim Dosen Dose n Peng Pe nguji uji Yogy Yogyakarta, 4 Oktober 2013
Tim Dosen Penguji:
1. A. Agun Agung g Putu Putu Susastri Susastriawan, ST., M.Tech
................ ........ ................. ................. ................ ..........
2. Drs. H. Khairu Khairull Muhaji Muhajir, r, MT
................ ........ ................. ................. ................ ..........
3. Ir. Hary Wibowo, Wibowo, MT
................ ........ ................. ................. ................ ..........
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
: HERMAWAN
NIM
: 091.03.1105
Program Studi
: TEKNIK MESIN
Fakultas
: TEKNOLOGI INDUSTRI
Judul Skripsi
: PERANCANGAN ULANG TURBIN KAPLAN PADA PLTA WONOGIRI DENGAN DAYA TERPASANG 6,2 MW
Menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sajarna baik di IST Akprind Yogyakarta maupun di Perguruan Tinggi lain. Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar rujukan. Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi tanggung jawab saya sendiri bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau pengelola Fakultas Teknologi Industri dan saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Yogyakarta,
Oktober 2013
Yang menyatakan,
Hermawan 091.03.1105
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1.
“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih”. (Q.S Al-Imran : 188) 2.
Tidak ada yang tidak mungkin selama kita terus berusaha dan pantang menyerah.
3.
Kekuatan Do’a sungguh tak terduga.
4.
Motivasi merupakan bakat besar yang dibutuhkan untuk membuat mesin manusia tetap bekerja.
Persembahan :
1. Ibu dan Bapak tercinta atas segala do’a dan kasih sayangnya. 2. Adik, Alm. Nenek serta keluarga besarku yang selalu ku sayangi. 3. Almamater yang ku banggakan. 4. Sahabat – sahabatku yang selalu menemaniku dalam suka duka. 5. Teman – teman S-1 Teknik Mesin Angkatan 2009.
v
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan
rahmat
dan
hidayahnya
sehingga
penyusun
dapat
menyelesaikan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan. Tugas akhir merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan studi jenjang S-1 pada jurusan teknik mesin IST AKPRIND Yogyakarta. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada. 1. Bapak Dr. Ir. Sudarsono. MT, selaku Rektor Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. 2. Bapak Drs. H. Khairul Muhajir, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. 3. Bapak Ir. Sugijarto. PS, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir. 4. Bapak A. Agung Putu Susastriawan, ST., M.Tech, selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir. 5. Semua pihak yang telah membantu terselesaika nnya Tugas Akhir ini. Atas kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan tugas akhir ini, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Yogyakarta,
Oktober 2013
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii HALAMAN PENGUJIAN ................................................................................ iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belaka ng ..................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2 1.3. Batasa n Masalah .................................................................................. 2 1.4. Tujuan Tugas Akhir ............................................................................. 2 1.5. Manfaat Tugas Akhir ........................................................................... 3 1.6. Sistematika Tugas Akhir ....................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 5 2.2. Potensi Tenaga Air ............................................................................... 7 2.3. Sejarah Turbin ...................................................................................... 8 2.3.1 Pengertian Dasar Turb in Air ...................................................... 10 2.3.2 Prinsip Kerja Turbin Air ............................................................ 11 2.4. Klasifikasi Turb in ................................................................................ 12 2.4.1 Turbin Impuls ............................................................................. 13 2.4.2 Turbin Reaks i .............................................................................. 16
vii
2.5 Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air ............................................. 19 2.6 Kriteria Pemilihan Turbin .................................................................... 22 2.7 Dasar – dasar Perhitungan Turbin ........................................................ 25 2.7.1. Perhitungan Head Efekt if ........................................................... 27 2.7.2. Dimensi Penstock ....................................................................... 30 2.7.3. Poros ........................................................................................... 32 2.7.4. Bantalan ..................................................................................... 34
BAB III PERANCANGAN KONSTRUKSI DAN INSTALASI TURBIN AIR
3.1 Pemba ngkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wonogiri .............................. 38 3.1.1. Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wonogiri .. 40 3.1.2. Waduk ( Reservoir ) ..................................................................... 40 3.2 Spesifikasi Turbin ................................................................................ 42 3.3 Kriteria Pemilihan dan Perancanga n Jenis Turbin ............................... 43 3.4 Prinsip Kerja Turbin Kaplan PLTA Wonogiri ..................................... 45 3.5 Bagian – bagian Utama Turbin Kaplan ................................................ 46 3.6 Peralatan Pendukung Kerja Turbin Kaplan ......................................... 51 3.6.1. Govenor ...................................................................................... 51 3.6.2. Servomotor ................................................................................. 54 3.6.3. Alat Pendukung Kerja Alat Bantu Operasi Turbin .................... 56 3.7 Skema Instalasi Turbin Kaplan ............................................................ 58 3.8 Dimensi Penstock ................................................................................. 58 3.9 Kerugia n Tinggi Tekan (head losses) .................................................. 60
BAB IV PERANCANGAN KOMPONEN UTAMA TURBIN
KAPLAN
4.1 Diagram Alir ( flowchart ) Perancangan ................................................ 68 4.2 Menghitung Ukuran Utama dari Sudu Gerak ( Runner ) ....................... 69 4.3 Menghitung Ukuran Utama Rumah Turbin (Spiral Casing ) ............... 80 4.3.1. Kecepatan pada sisi masuk spiral casing ................................... 81 4.3.2. Spiral Casing Dari Pandangan Atas .......................................... 81 4.3.3. Spiral Casing Dari Pandangan sa mping .................................... 85 4.4 Perhitungan Draft Tube ........................................................................ 87
viii
4.4.1. Kecepatan aliran masuk ............................................................. 87 4.4.2. Draft Tube dari pandangan samping .......................................... 88 4.4.3. Draft Tube dari pandangan atas ................................................. 90 4.5 Poros Turbin Kaplan ............................................................................ 93 4.6 Perancangan Bantalan .......................................................................... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 97 5.2 Saran – saran ........................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Roda air kuno ................................................................................ 8 Gambar 2.2 Turbin fourneyro n ......................................................................... 9 Gambar 2.3 Tipe – tipe turbin ........................................................................... 10 Gambar 2.4 Skema penye mprotan pada turbin pe lton ...................................... 14 Gambar 2.5 Instalasi turbin pe lton hor izontal dan vertikal .............................. 14 Gambar 2.6 Skema penye mprotan pada turbin turgo ....................................... 15 Gambar 2.7 Konstruksi turbin ossberger .......................................................... 16 Gambar 2.8 Skema alira n masuk turbin francis ................................................ 18 Gambar 2.9 Instalasi turbin francis ................................................................... 18 Gambar 2.10 Runner turbin kaplan ................................................................... 19 Gambar 2.11 Tingkat head sumber air .............................................................. 20 Gambar 2.12 Skema instalasi pemba ngkit listrik .............................................. 22 Gambar 2.13 Ilustrasi tinggi tekan pada turbin ................................................. 23 Gambar 2.14 Diagram alir pera ncangan instalasi turbin ................................... 25 Gambar 2.15 Ilustrasi menentukan tinggi tekan efektif..................................... 28 Gambar 2.16 Notasi Dimensi penstock ............................................................. 31 Gambar 2.17 Poros Tra nmisi ............................................................................. 32 Gambar 2.18 Macam-macam Bantalan Gelinding ............................................ 35 Gambar 3.1 Komponen sistem pemba ngkitan PLTA Wonogiri ....................... 40 Gambar 3.2 Waduk Wonogiri............................................................................ 41 Gambar 3.3 Kriteria pemilihan turbin ............................................................... 45 Gambar 3.4 Turbin Kaplan PLTA Wonogiri..................................................... 46 Gambar 3.5 Spiral Casing Turbin Kap lan ......................................................... 47 Gambar 3.6 Gambar Sudu Pengatur .................................................................. 48 Gambar 3.7 Gambar Sudu Gerak (runner ) ........................................................ 48 Gambar 3.8 Gambar Poros Turbin..................................................................... 49 Gambar 3.9 Gambar Draft Tube ........................................................................ 51
x
Gambar 3.10 Peralatan Governor Hidrolik........................................................ 52 Gambar 3.11 Skema Oil Pressure Governor Elektromekanis........................... 53 Gambar 3.12 Skema instalasi turbin Kaplan .................................................... 57 Gambar 3.13 Kehilangan-kehilangan pada rak ................................................. 61 Gambar 3.14 Koefisien entrence losses (K e) ..................................................... 62 Gambar 3.15 koefisien entrence losses (K e) ...................................................... 62 Gambar 3.16 Diagram moody ........................................................................... 64 Gambar 3.17 Koefisien kerugian head untuk belokan pipa............................... 65 Gambar 4.1. Diagram alir perancangan ............................................................. 68 Gambar 4.2 Harga untuk menentukan ukuran – ukuran pokok turbin .............. 70 Gambar 4.3 Segitiga kecepatan pada bagian tengah runner ba gian keluar ....... 72 Gambar 4.4 Segitiga kecepatan pada bagian tengah runner pada
bagian keluar dan mas uk............................................................... 73 Gambar 4.5. Segitiga kecepatan pada bagian luar runner bagian keluar .......... 74 Gambar 4.6 Segitiga kecepatan pada bagian luar runner pada bagian
keluar dan masuk ........................................................................... 75 Gambar 4.7 Segitiga kecepatan pada ba gian leher poros bagian ke luar........... 76 Gambar 4.8 Segitiga kecepatan pada bagian leher poros pada bagian
keluar dan masuk ........................................................................... 78 Gambar 4.9 Dimensi runner Turbin Kaplan...................................................... 80 Gambar 4.10 Pandangan atas spiral casing ....................................................... 81 Gambar 4.11 Pandangan samping spiral casing ................................................ 85 Gambar 4.12 Pandangan samping pada draft tube............................................ 88 Gambar 4.13 Pandangan atas pada draft tube ................................................... 90 Gambar 4.14 Bantalan rol silinderis .................................................................. 96
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Klasifikasi jenis pembangkit listrik tenaga air .................................. 21 Tabel 2.2. Klasifikasi penggunaan jenis turbin Berdasarakan head ................... 23 Tabel 2.3. Klasifikasi penggunaan jenis turbin berdasarakan jangkuan head .... 23 Tabel 2.4. Penggunaan jenis turbin berdasarakan kecepatan spesifik ................ 24 Tabel 2.5. Kecepatan sinkron generator ............................................................ 27 Tabel 2.6. Spesifikasi Bantalan gelinding dengan Media gelinding bola .......... 37 Tabel 3.1. Kapasitas terpasa ng PLTA Wonogiri ................................................ 41 Tabel 3.2. Data awal pemilihan jenis turbin ....................................................... 44 Tabel 3.3. Koefisien bentuk kisi ......................................................................... 60 Tabel 3.4. Tinggi kekasaran pipa........................................................................ 64 Tabel 3.5. Tekan atmosfer dan variasi teka n uap ............................................... 66 Tabel 4.1 Ringkasa n hasil perhitungan dimensi turbin Kaplan.......................... 80
xii
PERANCANGAN ULANG TURBIN KAPLAN PADA PLTA WONOGIRI DENGAN DAYA TERPASANG 6,2 MW Hermawan (091.03.1105) Dosen Pembimbing: Ir. Sugijarto. PS dan A. Agung Putu Susastriawan,ST.,M.Tech Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
ABSTRAK
Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatk an dan digunakan dalam wujud energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan kincir air atau turbin yang memanfaatkan tinggi jatuh (head) dan laju aliran volumetrik (debit) air. Prinsip kerja turbin ini didukung oleh sudu – sudu yang ada pada turbin, sudu – sudu berfungsi untuk mengatur tekanan arus air agar dapat memutar turbin, gerakan turbin menimbulkan energi putar yang diteruskan k e poros, kemudian diteruskan ke tranmisi kecepatan dan akhirannya akan memutar generator pembangkit listrik. Batasan masalah perancangan t urbin kaplan k apasitas daya terpasang 6,2 MW, meliputi : Tinggi jatuh air (head) tersedia 25,5 meter, perancangan komponen meliputi : pipa penyalur (penstock), spiral casing, runner turbin, poros, bantalan, draft tube dan pemilihan bahan – bahan yang digunakan untuk komponen – komponen turbin yang dirancang. Kesimpulan yang didapat dari hasil perancangan turbin Kaplan sebagai penggerak generator listik pada PLTA Wonogiri adalah: Berdasarkan daya terpasang sebesar 6,2 MW dan dengan head maksimal 25,5 meter diperoleh kebutuhan debit air sebesar 28,48 m 3 /detik. Instalasi PLTA Wonogiri terdiri dari turbin, peralatan pendukung kerja turbin, dan alat bantu operasi turbin. Komponen instalasi turbin terdiri dari: pipa hisap (penstock), rumah turbin (spiral casing), runner, poros runner, bantalan pendukung poros dan draft tube.
Kata Kunci : Turbin Kaplan, Head, Daya Turbin, Runner Turbin Kaplan¸
PLTA Wonogiri
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Potensi tenaga air merupakan salah satu dari sumber energi baru yang terbarukan (renewable) yang murah dan ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil. Potensi tenaga air di Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik sebesar 500 MW, sampai saat ini baru dimanfaatkan sebesar 4% dari total potensi tenaga air di Indonesia atau 20 MW (CIDA, 1992). Kebutuhan akan energi listrik akan terus mengalami peningkatan. Pemanfaatan energi listrik tersebut akan senantiasa berkembang. Untuk itu, industri dalam hal ini pembangkit listrik mempunyai peranan yang penting dalam penyediaan listrik tersebut. Banyak wilayah di Indonesia khususnya wilayah pedesaan terpencil yang belum dapat terjangkau oleh jaringan listrik PLN karena alasan teknis dan ekonomis. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan kincir air atau turbin yang memanfaatkan tinggi jatuh (head ) dan laju aliran volumetrik (debit) air. Prinsip kerja turbin ini didukung oleh sudu – sudu yang ada pada turbin, sudu – sudu berfungsi untuk mengatur tekanan arus air agar dapat memutar turbin, gerakan turbin menimbulkan energi putar yang diteruskan ke poros, kemudian diteruskan ke tranmisi kecepatan dan akhirnya akan memutar generator pembangkit listrik.
1
2
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul adalah bagaimana cara melakukan perancangan turbin Kaplan sebagai penggerak generator listrik pada PLTA Wonogiri.
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah perancangan turbin Kaplan kapasitas daya terpasang 6,2 MW, meliputi : 1. Tinggi jatuh air (head ) tersedia 25,5 meter. 2. Perancangan komponen meliputi : pipa penyalur ( penstock ), rumah turbin (spiral casing), runner turbin, poros turbin, bantalan dan draft tube. 3. Pemilihan bahan – bahan yang digunakan untuk komponen – komponen turbin yang dirancang.
1.4
Tujuan Tugas Akhir
Perancangan turbin Kaplan kapasitas daya terpasang 6,2 MW pada PLTA Wonogiri, bertujuan : 1. Mengetahui dimensi komponen utama turbin Kaplan, meliputi : pipa penyalur ( penstock ), rumah turbin (spiral casing), runner turbin, poros turbin, bantalan dan draft tube. 2. Menghasilkan gambar rancangan turbin Kaplan kapasitas daya terpasang 6,2 MW pada PLTA wonogiri.
3
1.5
Manfaat Tugas Akhir
Manfaat turbin Kaplan kapasitas daya terpasang 6,2 MW pada PLTA Wonogiri adalah : 1. Memanfaatkan potensi energi air berupa aliran dari bendungan yang dapat menghasilka n daya 6,2 MW. 2. Memberikan gambaran yang jelas mengenai pemanfaatan potensi aliran air sebagai pembangkit listrik tenaga air.
1.6
Sistematika Penulisan
Untuk mempermuda h proses penyusunan laporan maka dibuat sistematika penulisan laporan perancangan turbin Kaplan kapasitas daya terpasang 6,2 MW dengan susunan laporan sebagai berikut : HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan tugas akhir, dan sistematika penulisan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan landasan teori – teori dasar tentang masalah tugas akhir, penjelasan mengenai konsep – konsep dasar permasalahan yang diangkat serta mandukung tugas akhir yang akan dilakukan, dan tinjauan pustaka.
BAB III KONSTRUKSI DAN INSTALASI TURBIN
Bab ini berisikan tentang ide/ pemikiran, gambaran umum prinsip kerja turbin Kaplan kapasitas daya terpasang 6,2 MW pada PLTA Wonogiri, penentuan jenis turbin air yang akan digunakan sebagai penggerak generator listrik, skema instalasi, penentuan tiggi tekan total air dengan menghitung kerugian – kerugian tinggi tekan yang terjadi pada skema instalasi.
BAB IV PERANCANGAN KOMPONEN UTAMA TURBIN
Bab
ini
berisikan
tentang
perhitungan – perhitungan
untuk
menentukan dimensi dari komponen turbin Kaplan kapasitas daya terpasang 6,2 MW pada PLTA Wonogiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Memuat pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil tugas akhir. Saran, dibuat berdasarkan pengalaman dan pertimbangan, untuk melakukan perancangan lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
Muhamad (2010) melakukan perancangan ulang turbin air Kaplan poros tegak 1,2 MW PLTM plumbungan Sub unit UBP Mrica Banjarnegara. Turbin air Kaplan adalah salah satu dari jenis turbin air dalam hal ini air sebagai fluida kerjanya. Prinsip kerja dari turbin air adalah merubah energi potensial menjadi enargi kinetik dan energi mekanik. Perubahan energi dari kinetik menjadi energi mekanik terjadi pada sudu – sudu gerak (runner). Komponen turbin Kaplan utama terdiri dari: casing (rumah turbin), sudu hantar ( guide vane), Runner (sudu jalan), poros utama (main shaft ), guide bearing, Thrust bearing , dan pipa isap (draft tube). Surbakti (2009) melakukan perencanaan serta pembuatan prototipe turbin air terapung bersudu lengkung dengan memanfaatkan kecepatan aliran sungai, adapun hasil perancangan sebagai berikut: diameter turbin 75 cm, lebar turbin 50 cm, bahan sudu baja ST 37 dengan tebal 2 mm, model sudu lengkung, jumlah sudu 12 buah, panjang sudu 50 cm lebar sudu 20 cm, bahan sudu baja ST37, putaran turbin 31 rpm, daya dihasilkan turbin 372,58 watt. Jorfri (2009) melakukan perancangan turbin air sistem pembangkit listrik tenaga mikro hidro (studi kasus desa Way Gison kecamatan sekincau kabupaten lampung barat), dengan hasil sebagai berikut: turbin air yang dipilih untuk memanfaatkan aliran sungai Way Gison dengan laju aliran 0,407 m 3 /detik dan
5
6
tinggi jatuh 10,7 m adalah jenis turbin aliran silang (cross flow) dengan parameter – parameter daimeter luar turbin 0,34 meter dan diameter dalam turbin 0,21 meter, lebar turbin 0,58 meter, dan jumlah sudu turbin adalah 18 buah, efisiensi perancangan 83% dengan daya yang dihasilka n sekitar 23,8 kW. Glad (2009) melakukan perencanaan serta pembuatan prototipe turbin air terapung bersudu datar dengan memanfaatkan kecepatan aliran sungai, tujuan perancangan
adalah
untuk
membuat
prototipe
turbin
terapung
dengan
memanfaatkan kecepatan aliran sungai, adapun hasil perancangan sebagai berikut: diameter turbin 75 cm, lebar turbin 50 cm, bahan sudu baja ST 37 dengan tebal 2 mm, model sudu datar, jumlah sudu 12 buah, panjang sudu 50 cm lebar sudu 16 cm, bahan sudu baja ST 37, putaran turbin 27 rpm, daya yang dihasilkan turbin 258,62 watt, dengan total berat turbin 38 kg. Amrullah (2008) melakukan perancangan turbin air Francis pada head 50 M dan daya 4,5 MW, menyimpulkan mengenai spesifikasi dari perancangan turbin air Francis sebagai berikut: Jumlah sudu (Z) 69, tinggi runner 681 mm, perencanaan spiral casing, kecepatan sisi masuk spiral casing (V) 69,424 m/s, Kecepatan aliran masuk draft tube (V3 ) 9,5 m/s. Diameter penstock (Dp) 2225 mm, tabel penstock (t) 55 mm, panjang penstock (L) 115.543 mm, diameter poros (ds) 266 mm, panjang poros (l ) 2.340 mm, tegangan geser yang di ijinkan ( τa) 6 kg/mm2 , tegangan geser yang terjadi (τ ) 4 kg/mm2 . Perencanaan bantalan, diameter dalam (D2 ) 266 mm, diameter luar (D1 ) 541 mm, dan tinggi bantalan (Hb) 120 mm.
7
2.2
Potensi Tenaga Air
Air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak
dilakukan
dengan
menggunakan
kincir
air
atau
turbin
air
yang
memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di sungai. Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air maka head adalah beda ketinggian antara muka air pada reservoir dengan muka air keluar dari kincir air/ turbin air. Pembangkitan
tenaga
listrik
sebagaian
besar
dilakukan
dengan
cara
memutar generator sinkron sehingga didapat tenaga listrik dengan tegangan bolak – balik tiga fasa. Energi mekanik yang diperlukan untuk memutar generator sinkron didapat dari mesin penggerak generator atau penggerak mula (prime mover). Mesin penggerak generator dalam praktiknya banyak digunakan: mesin diesel, turbin uap, turbin air dan turbin gas. Energi yang didapat mesin – mesin penggerak generator ini didapat dari : 1. Proses pembakaran bahan bakar (untuk mesin – mesin thermal) 2. Air terjun (untuk turbin air) Dengan demikian mesin penggerak generator sesungguhnya melakukan konversi energi primer menjadi energi mekanik penggerak generator.
8
2.3
Sejarah Turbin
Orang Cina dan Mesir kuno sudah menggunakan turbin air sebagai tenaga penggerak. Pada gambar 2.1 adalah contoh turbin air paling kuno, biasa dinamai roda air. Roda air dengan poros horizontal dipasang pada aliran sungai, sebagian dari roda air dimasukan ke aliran sungai, sehingga bucket – bucket terisi air dan terdorong. Karena dorongan itulah roda air berputar. Karena teknologinya masih kuno, roda air hanya menghasilkan daya rendah dengan efisiensi rendah. Roda air kuno ditunjukkan oleh Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Roda air kuno (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 408)
Perkembangan teknologi turbin kelihatan berkembang cepat mulai abad 18 dan 19. Daya dan efisiensi turbin yang dihasilkan semakin tinggi dan sejak saat itu, turbin mulai diproduksi komersial di industri – industri. Pada tahun 1750, J.A. Segner membuat roda jalan dimana roda jalan ini menerima gaya impuls dari jet air sehingga dapat memutar turbin. Pada tahun 1824, Burdin orang Prancis, mengenalkan desain turbinnya untuk desertasi, selanjutnya pada tahun 1827, Fourneyron membuat turbin dengan diameter roda jalan 500 mm, dapat menghasilka n daya 20 – 30 kW seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2.
9
Gambar 2.2 Turbin fourneyron (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 408)
Pada tahun 1820, Jean-Victor Poncelet mengembangkan turbin aliran kedalam. Pada tahun 1826, Benoit Fourneyron mengembangkan turbin aliran keluar. Turbin ini sangat efisien (~80%) yang mengalirkan air melalui saluran dengan
sudu
lengkung
satu
dimensi.
Saluran
keluaran
juga
mempunyai
lengkungan pengarah. Pada tahun 1844, Uriah A. Boyden mengembangkan turbin aliran keluar yang meningkatkan performa dari turbin Fourneyron. Pada tahun 1850, seorang insinyur Inggris yaitu Francis mengenalkan teknologi turbinnya, turbin ini kemudian dinamakan menggunakan namanya yaitu turbin Francis. Turbin Francis terdiri dari sudu pengarah dan roda jalan, Aliran air masuk turbin melalui sudu pengarah, selanjutnya masuk roda jalan. Pada tahun 1870, Prof Fink memperbaiki turbin Francis, yaitu dengan memodifikasi sudu pengarahnya. Sudu pengarah dapat diatur untuk merespon kapasitas aliran air yang masuk turbin. Pada tahun 1890, insinyur Amerika yaitu Pelton,
mengenalkan
turbinnya,
yang
kemudian
dinamakan
menggunakan
namanya turbin Pelton. Prinsip turbin ini berbeda dengan turbin francis, turbin pelton menggunakan prinsip impuls. Roda jalan pada turbin ini terdiri dari bucket –
bucket yang akan menerima semprotan air dari nosel – nosel. Karena semprotan
10
air dari nosel, bucket – bucket pada bucket pada roda jalan jalan meneri enerim ma gaya aya impul puls sehi sehingga dapat dapa t meng menghasilka hasilka n torsi pada poros turbin turbin.. Prof. Kaplan pada tahun 1913 membuat turbin untuk beroperasi pada head yang rendah. Turbin ini terdiri dari roda jalan dengan sudu yang mirip dengan bali baling – baling. Selanjutnya Prof. Kaplan mengembangkan turbin ini dengan sudu yang dapat diatur. Nama turbin menggunakan namanya yaitu Turbin Kaplan. Tipe – tipe – tipe turbin ditunjukka ditunjukka n oleh o leh Gambar 2.3. 2. 3.
– tipe turbin Gambar 2.3 Tipe – tipe (Sumber: Sunyoto Sunyoto,, 2008, 20 08, hlm; hlm; 410) 410 )
2.3.1
Penge Pe ngertian rtian Dasar Das ar Tur Turbin bin Air
Turbin adalah mesin penggerak dimana energi fluida yang dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin. Jadi, berbeda dengan yang terjadi pada
11
mesin torak, pada turbin tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang berputar disebut rotor atau roda turbin, sedangkan bagian yang tidak bergerak disebut stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak di dalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang menggerakkan atau memutar bebannya (generator listrik, pompa, kompresor, baling – baling atau mesin lainnya). Di dalam turbin, fluida kerjanya mengalami proses ekspansi, yaitu proses penu penurun runan tekanan tekanan fluida, dan meng engali alir secara konti kontiny nyu u. Flu Fluida kerjany kerjanya dapat berupa air, uap air, atau gas. Jadi secara garis besar turbin air dapat diartikan mesin
konversi
energi
yang
dapat
menghasilkan
daya
dengan
cara
mengekspansikan (menurunkan tekanan) fluida yang berupa air yang mengalir secara sec ara kontinyu kontinyu melalui melalui turbin air air tersebut. ters ebut. 2.3.2
Prinsip Prinsip Kerj Ke rja a Turb Turbin in Air
Pada roda turbin terdapat sudu dan fluida kerjanya mengalir melalui ruang diantara sudu tersebut. Apabila kemudian ternyata bahwa roda turbin dapat berputar, berputar, maka ada gaya aya yang ang bekerja bekerja pada sudu sudu tersebut. tersebut. Gaya Gaya tersebu tersebut tim timbul bul karena terjadi perubahan momentum dari fluida kerja yang mengalir diantara sudu. Jadi, haruslah sudu yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat terjadi perubah perubahan an momen omentu tum m pada fluida kerja tersebu tersebut. t. Sedang Sedangkan pada turbi turbin n air air secara garis besar kerja turbin sampai menghasilkan energi lisrtrik adalah dengan memanfaatkan air yang memiliki ketinggian yang mengalir dari tempat yang tinggi (dam/ waduk) menuju tempat yang lebih rendah. Dalam hal tersebut air memiliki energi potensial dan diteruskan pada pipa – pipa atau pipa pesat (penstock) lalu masuk ke dalam rumah turbin dan di dalam turbin energi potensial tersebut
diubah
menjadi
energi
mekanis
yaitu
terjadi
karena
perubahan
12
momentum yang diakibatkan oleh air pada runner sehingga menggerakan poros turbin yang diteruskan untuk menggerakkan poros generator sehingga terjadi perubah perubahan an energ energii mekani ekanis menjadi enjadi energ energii listrik. strik. Kompon Komponen en – komponen turbin yang penti pe nting ng adalah a dalah sebagai seb agai berikut : 1.
Sudu pengarah (guide vane) Biasanya dapat diatur untuk mengontrol kapasitas aliran yang masuk turbin.
2. Roda jalan atau runner turbin runner turbin Pada bagian ini terjadi peralihan energi potensial fluida menjadi energi mekanik. 3. Poros turbin Pada poros turbin terdapat runner dan ditumpu dengan bantalan radial dan bantalan aksial aks ial.. 4. Rumah turbin Biasanya berbentuk keong atau spiral , berfungsi untuk mengarahkan aliran aliran masuk ke sudu peng pe ngara arah. h. 5. Pipa hisap Mengalirkan Mengalirka n air yang yang keluar dari da ri turbin ke saluran luar (tail race). race).
2.4
Klasifikas Klas ifikasii Tur Turbin bin Air
Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis. Energi mekanis diubah dengan generator listrik menjadi tenaga listrik. Berdasarkan prin prinsip sip kerja turbi turbin n dalam dalam meng engubah energ energii potensi potensial al air air menjadi enjadi energ energii mekani ekanis, turbin air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.
13
Turbin air terdapat dalam suatu pembangkit listrik berfungsi untuk mengubah energi potensial yang dimiliki air menjadi energi kinetik. Selanjutnya energi kinetik ini akan dirubah menjadi energi elektrik melalui generator. Hal ini menyebabkan setiap pembahasan tentang turbin hidrolik akan mengikutsertakan generator sebagai pembangkit listrik. 2.4.1
Turbin Impuls
Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nozle. Air keluar nozle
yang
mempunyai
kecepatan
tinggi
membentur
sudu
turbin.
Setelah
membentur sudu arah kecepatan aliran berubah sehingga terjadi perubahan momentum (impulse). Akibatnya roda turbin akan berputar. Turbin impuls adalah turbin tekanan sama karena aliran air yang keluar dari nosel tekanannya adalah sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi kecepatan. Adapun jenis – jenis turbin impuls adalah sebagai berikut : 1. Turbin Pelton.
Turbin Pelton terdiri dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nosel. Turbin Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien. Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head tinggi. Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah – tengah sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air dengan baik dan membebaskan sudu dari gaya – gaya samping. Untuk turbin dengan daya yang besar, sistem penyemprotan airnya dibagi lewat
14
beberapa nosel. Dengan demikian diameter pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil. Skema turbin Pelton ditunjukkan oleh Gambar 2.4, dan Instalasi turbin pelton dapat dilakukan secara horizontal dan vertikal, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.4 Skema penyemprotan pada turbin pelton (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 424)
.
Gambar 2.5 Instalasi turbin pelton horizontal dan vertikal (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 426- 427) 2. Turbin Turgo.
Turbin Turgo dapat beroperasi pada head 30 s/d 300 m. Seperti turbin pelton, turbin turgo merupakan turbin impuls, tetapi sudunya berbeda. Pancaran air dari nozle membentur sudu pada sudut 20 o . Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan
15
transmisi langsung dari turbin ke generator sehingga menaikkan efisiensi total
sekaligus
menurunkan
biaya
perawatan.
Skema
turbin
turgo
ditunjukkan Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Skema penyemprota n pada turbin turgo (Sumber: Penche, 1998, hlm; 158) 3. Turbin Ossberger Atau Turbin Crossflow
Pada turbin impuls pelton beroperasi pada head relatif tinggi, sehingga pada head yang rendah operasinya kurang efektif atau efisiensinya rendah. Karena alasan tersebut, turbin pelton jarang dipakai secara luas untuk pembangkit listrik skala kecil. Sebagai alternatif turbin jenis impuls yang dapat beroperasi pada head rendah adalah turbin impuls aliran ossberger atau turbin crossflow. Pada gambar 2.7 adalah turbin crossflow, konstruksi turbin ini terdiri dari komponen utama yaitu : 1. Rumah turbin 2. Alat pengarah 3. Roda jalan 4. Penutup 5. Katup udara 6. Pipa hisap
16
7. Bagian peralihan Aliran air dilewatkan melalui sudu – sudu jalan yang berbentuk silinder, kemudian aliran air dari dalam silinder keluar melului sudu – sudu. Jadi perubahan energi aliran air menjadi energi mekanik putar terjadi dua kali yaitu pada waktu air masuk silinder dan air keluar silinder. Energi yang diperoleh dari tahap kedua adalah 20%nya dari tahap pertama.
Gambar 2.7 Konstruksi turbin ossberger (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 428)
2.4.2
Turbin Reaksi
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu. Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu sehingga runner (bagian turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang bekerja berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai turbin reaksi. Proses ekspansi fluida kerja pada turbin reaksi terjadi pada sudu
17
tetap dan sudu geraknya. Air mengalir memasuki roda turbin melalui sudu – sudu pengarah dengan tekanan yang tinggi. Pada saat air yang bertekanan tersebut mengalir kesekeliling sudu – sudu, runner turbin akan berputar penuh. Energi yang ada pada air akan berkurang ketika meninggalkan sudu. Energi yang hilang tersebut telah diubah menjadi energi mekanis oleh roda turbin. Dilihat dari konstruksinya, turbin reaksi ada dua jenis : 1. Turbin Francis.
Turbin Francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat. Pengaturan daya yang dihasilkan yaitu dengan mengatur posisi pembukaan sudu pengarah, sehingga kapasitas air yang masuk ke roda turbin dapat diperbesar atau diperkecil. Turbin Francis dapat dipasang dengan poros vertikal dan horizontal, skema aliran masuk dan instalasi turbin Francis ditunjukkan oleh Gambar 2.8 dan 2.9.
18
Gambar 2.8 Skema aliran masuk turbin francis (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 430)
Gambar 2.9 Instalasi turbin francis (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 430) 2. Turbin Kaplan.
Tidak
berbeda
dengan
turbin
Francis,
turbin
Kaplan
cara
kerjanya
menggunakan prinsip reaksi. Turbin ini mempunyai roda jalan yang mirip dengan baling – baling pesawat terbang. Bila baling – baling pesawat terbang berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong, roda jalan pada turbin Kaplan berfungsi untuk mendapatkan gaya F yaitu gaya putar yang dapat menghasilkan torsi pada poros turbin. Berbeda dengan roda jalan pada Francis, sudu – sudu pada roda jalan turbin Kaplan dapat diputar posisinya untuk menyesuaikan kondisi beban turbin. Turbin Kaplan banyak dipakai
19
pada
instalasi pembangkit
listrik
tenaga air sungai, karena turbin ini
mempunyai kelebihan dapat menyesuaikan head yang berubah – ubah sepanjang tahun. Turbin Kaplan dapat beroperasi pada kecepatan tinggi sehingga ukuran roda turbin lebih kecil dan dapat dikopel langsung dengan generator. Pada kondisi pada beban tidak penuh, turbin Kaplan mempunyai efisiensi paling tinggi, hal ini dikarenakan sudu – sudu turbin Kaplan dapat diatur menyesuaikan dengan beban yang ada. Bentuk runner pada turbin Kaplan ditunjukkan Gambar 2.10.
(a)
(b)
Gambar 2.10 (a) Runner turbin Kaplan, (b) Instalasi turbin Kaplan (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 431)
2.5
Instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air
Sebelum melakukan pembangunan pusat pembangkit listrik tenaga air, diperlukan uji kelayakan terhadap sumber air yang akan dimanfaatkan energi potensialnya. Terutama ketersedian head dan kapasitas terpenuhi dari bendungan
20
atau waduk untuk beban yang dirancang. Ada beberapa kategori head tersedia yang diklasifikasikan, yaitu : 1. Head tinggi (lebih dari 240 meter) 2. Head sedang (30 – 240 meter) 3. Head rendah (kurang dari 30 meter) Ilustrasi skema pembangkit listrik berdasarkan ketersedian head ditunjukkan oleh Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Tingkat head sumber air (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 411)
Setelah mengetahui ketersedian head yang ada, selanjutnya menentukan jenis turbin dan beban yang terpasang. Beban yang terpasang atau daya keluaran yang direncankan tidak boleh melampaui dari ketersedian energi potensial air, karena efisiensi maksimum operasi tidak akan tercapai dan dari segi ekonomis merugikan. Berikut ini klasifikasi dari jenis pembangkit dilihat dari daya keluaran turbin, ditunjukka n oleh tabel 2.1.
21
Tabel 2.1. Klasifikasi jenis pembangkit listrik tenaga air Jenis Pembangkit Kapasitas Keluaran Daya Large – hydro Sampai 100 MW Medium – hydro 15 – 100 MW 1 – 15 MW Small – hydro Mini – hydro 100 kW – 1 MW 5 kW – 100 kW Micro – hydro Pico – hydro Sampai 5 kW (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 411)
Adapun bagian – bagian yang penting dari instalasi dari pembangkit listrik tenaga air adalah sebagai berikut : 1. Pintu air Bagian ini terletak pada pinggir bendungan/ waduk dan akan mengontrol kondisi air yang akan dialirkan. Air yang keluar harus dijamin bersih dari sampah – sampah seperti batang dan ranting pohon, batu dan kerikil atau sampah lainnya yang dapat membahayakan instalasi. Pada pintu air juga harus
dapat
menghentikan
laju
aliran
air,
apabila
saluran
harus
dikosongkan. 2. Saluran air Bagian ini berfungsi menyalurkan air dari bendungan menuju turbin. Bentuk saluran dapat berbentuk saluran terbuka, pressure shaft , tunnel, atau penstock. Saluran ini dibuat dengan cara penggalian atau pengeboran, dindingnya dengan dinding batu. Material penstock dari baja. 3. Turbin Turbin
berfungsi
mengubah
energi
potensial
fluida
menjadi
energi
mekanik yang kemudian diubah lagi menjadi energi listrik pada generator. Komponen – komponen turbin yang penting adalah sebagai berikut :
22
a. Sudu pengarah, biasanya dapat diatur untuk mengontrol kapasitas aliran yang masuk turbin. b. Roda jalan atau runner turbin, pada bagian ini terjadi peralihan dari energi potensial fluida menjadi energi mekanik. c. Poros turbin, pada poros turbin terdapat runner dan ditumpu dengan bantalan radial dan bantalan aksial. d. Rumah turbin, biasanya berbentuk keong atau spiral , berfungsi untuk mengarahka n aliran masuk sudu pengarah. e. Pipa hisap (draft tube), mengalirkan air yang keluar turbin ke saluran luar. Skema instalasi pembangkit listrik tenaga air secara umum ditunjukkan oleh Gambar 2.12.
Gambar 2.12 Skema instalasi pembangkit listrik (Sumber: Sunyoto, 2008, hlm; 413)
2.6
Kriteria Pemilihan Turbin
Pemilihan jenis, bentuk dan ukuran turbin berdasarakan kondisi dengan mengikuti kriteria sebagai berikut :
23
1. Tinggi tekan (head) Perbedaan kemiringan (elevasi) dari muka air antara hulu dengan hilir dari turbin disebut tinggi tekan (head), ilustrasi tinggi tekan pada instalasi turbin ditunjukkan oleh Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Ilustrasi tinggi tekan pada turbin (Sumber: Penche, 1998, hlm; 178)
Klasifikasi penggunaan jenis turbin berdasarakan tinggi tekan (head) ditunjukkan oleh Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Tabel 2.2 Klasifikasi penggunaan jenis turbinBerdasarakan head Head Head Head Tinggi Menengah Rendah Turbin Pelton Cross-flow Cross-flow impuls Turgo Multi-jet pelton Turgo Turbin Francis Propeller reaksi Kaplan (Sumber: Harvey et al, 1993) Tabel 2.3 Klasifikasi penggunaan jenis turbin berdasarakan jangkuan head Tipe Turbin Jangkauan Head (meter) Kaplan dan Propeller 2 – 40 Francis 10 – 350 Pelton 50 – 1300 Michell – Banki 3 – 250 Turgo 50 – 250 (Sumber: Penche, 1998, hlm; 170)
24
2. Kecepatan putaran spesifik turbin Kecepatan
spesifik
merupakan
kriteria
utama
yang
menunjukkan
pemilihan jenis turbin yang tepat berdasarkan karakteristik sumber air. Kecepatan spesifik dari sebuah turbin juga dapat diartikan sebagai kecepatan ideal, persamaan geometris turbin, yang menghasilkan satu satuan daya tiap satu satuan head . Kecepatan spesifik turbin dapat diartikan
sebagai
titik
efisiensi
maksimum.
Perhitungan
tepat
ini
menghasilkan performa turbin dalam jangkauan head dan debit tertentu. Kecepatan spesifik juga merupakan titik awal dari analisis desain dari sebuah turbin baru, kecepatan spesifik (ns) ditentukan menggunakan persamaan berikut (Sumber: Dandekar & Sharma, 1991, hlm.397).
ns
N P 5
............................................................................................. (2.1)
h4 Dengan : N = Putaran turbin (rpm) P = Daya turbin (HP) h = Tinggi tekan air effektif (head ) (m)
Setelah kecepatan spesifik yang diinginkan diketahui, penggunaan jenis turbin menurut kecepatan spesifik ditunjukkan Tabel 2.4. Tabel 2.4 Penggunaan jenis turbin berdasarakan kecepatan spesifik Tipe Turbin Kecepatan Spesifik (ns ) Kaplan dan Propeller 250 – 1000 Francis 60 – 300 Pelton 2 – 25 Crossflow 40 – 200 (Sumber : www.clearinghouse.energiterbarukan.com/ pelaksanaan_elektro_mekanikal.html, 2013)
25
2.7
Dasar – dasar Perhitungan Turbin
Dalam perancangan
melakukan turbin
yang
perancangan
turbin
menjelaskan
diperlukan
urutan
tahapan – tahapan
perancangan
instalasi
turbin
berdasarkan head, debit air, dan daya keluaran turbin, diagram alir (flowchart) perancangan instalasi turbin ditunjukkan oleh pada Gambar 2.14. START Daya turbin (kW), Debit air (m3 /dtk), Head (m), Kecepatan spesifik (rpm), dan pemilihan jenis turbin
Perancangan penstock , Perancanga n runner turbin, Segitiga kecepatan, Perancangan spiral casin g , Perancangan poros turbin, Perancangan bantalan, dan Perancangan draft tube. Pemeriksaan penstock, Pemeriksaan runner , Pemeriksaan spiral casin g , Pemeriksaan poros turbin, Pemeriksaan bantalan dan Pemeriksaan draft tube.
AMAN
T
Y
STOP
Gambar 2.14 Diagram alir perancangan instalasi turbin
Dasar – dasar perhitungan untuk merencankan turbin air sebagai pembangkit listrik adalah sebagai berikut : 1. Daya yang dihasilkan turbin air (P) dan efisiensinya (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.2)
P Q g h T ............................................................................. (2.2)
26
T
P Q g h
100% .................................................................... (2.2a)
Dengan : P = Daya turbin (watt ) Q = Debit aliran air (m3 /dtk) ρ = Massa jenis air (1000 kg/m3 ) g = Gravitasi bumi (m/dtk 2 ) h = head efektif (m) ηT = Efisiensi turbin (%)
2. Kecepatan
serempak
generator
(N),
merupakan
variabel
dalam
menentukan putaran spesifik turbin, menentukan kecepatan serempak generator sebagai berikut (Sumber: Dandekar & Sharma, 1991, hlm.397) N
60 f p
............................................................................................. (2.3a)
atau N
120 f Zp
...........................................................................................(2.3b)
Dengan : N = Kecepatan putar (rpm) p = Jumlah pasangan kutub generator f = Frekuensi (Hz) Zp = Jumlah Kutub Jumlah pasangan kutub adalah setengah jumlah kutub generator (p) yang dapat diaplikasikan bersama dengan turbin air berjumalah antara 2 – 28 kutub, kecepatan putaran (N) untuk turbin berdasarkan frekuensi dan jumlah kutub ditunjukkan Tabel 2.5.
27
Tabel 2.5 Kecepatan sinkron generator Jumlah Frekuensi Jumlah Frekuensi Kutub Pasangan 50 Hz 60 Hz 50 Hz 60 Hz Kutub 2 3000 3600 16 375 450 4 1500 1800 18 333 400 6 1000 1200 20 300 360 8 750 900 22 272 327 10 600 720 24 250 300 12 500 600 26 231 277 14 428 540 28 214 257 (Sumber: Penche, 1998, hlm; 170)
2.7.1
Perhitungan Head effektif (h)
Head effektif adalah head total dikurangi dengan kerugian – kerugian head , seperti kerugian head yang ditimbulkan saringan masuk, kerugian akibat bentuk sisi masuk penstock , kerugian akibat gesekan dengan penstock , kerugian yang ditimbulkan oleh katup, dan kerugian yang diakibatkan oleh belokan penstock , head effektif dihitung dengan persamaan berikut :
h
H h LP h e h v h f h b h rb ................................................ (2.4)
Dengan: H
= tingi tekan air total (head gross) (m)
hLP = kerugian pada trashrack (m) he
= kerugian sisi masuk penstock (m)
hv
= kerugian karena katup (m)
hf
= kerugian akibat gesekan pada penstock (m)
h b
= kerugian akibat belokan pipa pesat (m)
hrb
= jarak sisi keluar roda jalan sampai tailrace (m)
Skema penentuan head efektif dan kerugian – kerugian yang timbul ditunjukkan oleh Gambar 2.15.
28
Muka air atas
hLP + he + hv + hf + hb
Bak Air
Ф Garis miring hidrolik Trash rack Turbin Kaplan
h
Penstock
H
θ Muka air bawah Draft tube
hrb Gambar 2.15 Ilustrasi menentukan tinggi tekan efektif
Selanjutnya menentukan besar kerugian – kerugian head yang ditimbulkan oleh skema pada Gambar 2.15, dengan persamaan – persamaan berikut : 1. Kerugian tinggi tekan akibat saringan sampah (trash rack) (hLP ) (Sumber: Dandekar & Sharma, 1991, hlm.349) 4
h LP
t 3 V b 2
K r sin ......................................................................(2.5) b 2.g
Dengan : hLP = Kehilangan energi pada saringan (m)
V b
Q A
K r
= Koefisien kehilangan energi karena bentuk rak
V b
= Kecepatan aliran sebelum memasuki rak – rak (m/dtk)
t
= Tebal rak (mm)
b
= Jarak rak (mm)
........................................................................................................ (2.6)
29
2. Kerugian tinggi tekan akibat bentuk sisi masuk pipa pesat (h e) (Sumber: Penche, 1998, hlm.39) he
K e
Vp
........................................................................................... (2.7)
2.g
Dengan : he = Kehilangan energi pada sisi masuk penstock (m) K e = Koefisien entrance losses g
= Percepatan gravitas i bumi (m/dtk 2 )
V p = Kecepatan aliran pada penstock (m/dtk)
3. Kerugian tinggi tekan akibat akibat katup (hv ) (Sumber: Penche, 1998, hlm.40)
hv
K v
V p2 2.g
........................................................................................... (2.8)
Dengan : hv
= Kehilangan energi oleh katup (m)
K v = Koefisien valve losses = Percepatan gravitas i bumi (m/dtk 2 )
g
V p = Kecepatan aliran pada penstock (m/dtk)
4. Kerugian tinggi tekan akibat akibat gesekan pada penstock (hf ) (Sumber: Penche, 1998, hlm.27)
hf f
L.V p
2
D p .2.g
Dengan : hf
......................................................................................... (2.9)
= Kehilangan energi oleh gesekan pada penstock (m)
f
= Numerical friction factor
g
= Percepatan gravitas i bumi (m/dtk 2 )
30
L
= panjang pipa penstock (m)
D p = diameter penstock (m)
5. Kerugian tinggi tekan akibat akibat belokan pada penstock (h b) (Sumber: Warnick,1984, hlm.126) h b
c
Vp 2.g
............................................................................................(2.10)
Dengan : h b
= Kehilangan energi oleh belokan pada penstock (m)
c
= Koefisien kehilangan akibat belokan
g
= Percepatan gravitasi bumi (m/dtk 2 )
V p = Kecepatan aliran pada penstock (m/dtk)
6. Menentukan tinggi hisap (hrb) (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.42)
h b
h B h D Th h ....................................................................... (2.11)
Dengan : h b
= Tinggi hisap (m)
hB
=Tinggi tekanan barometer pada lokasi instalasi (m)
hD
= Tinggi tekanan uap (m)
Th = Koefisien kavitasi 2.7.2
Dimensi Penstock
Dimensi penstock meliputi diameter penstock , jarak pemasukan penstock dengan muka air atas, panjang penstock , dan tebal penstock dihitung dengan persamaan berikut : 1. Diameter penstock (DP ) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Sumber: Warnick, 1984, hlm.127).
31
D p
0,72 Q 0,5 ................................................................................... (2.12)
Dengan : D p = Diameter pipa pesat (m) ; Q = Debit aliran air (m3 /dtk) 2. Jarak pemasukan pipa pesat dari muka air atas (C P ) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Sumber: Sukoco, 2011, hlm.52). CP
s D p
.............................................................................................. (2.13)
Dengan : s
VP g.D p
............................................................................ (2.14)
3. Panjang penstock (LP ) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Sumber: Warnick, 1984, hlm.127). 2
LP
h C p h 2 C p tan
............................................................ (2.15)
4. Tebal penstock (tP ) dihitung dengan menggunaka n persamaan berikut (Sumber: Warnick, 1984, hlm.127).
t min
D p 20 400
..................................................................................... (2.16)
Bentuk dan dimensi penstock air ditunjukkan oleh Gambar 2.16
Dp L p
Dujp
Gambar 2.16 Notasi dimensi penstock
32
2.7.3
Poros
Poros adalah elemen putar yang biasanya terpasang elemen lain seperti roda gigi, puli, engkol dan pemindah gaya lainnya. Poros menerima beban lentur, tarik, puntiran yang bekerja sendiri maupun secara bersamaan. 1. Poros transmisi, mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentura n. 2. Gandar, jenis beban yang diterima gandar adalah beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula yang mendapat beban puntir. 3. Spindle, merupakan poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran. Bentuk macam – macam poros berdasarkan pembebanan yang terjadi pada poros ditunjukkan oleh Gambar 2.17.
(a)
(b) Gambar 2.17 Poros Tramsmisi (Sumber: Niemann, 1986, hlm; 328)
Perencanaan poros untuk poros yang mengalami beban puntir dan beban lenturan adalah sebagai berikut : 1. Daya rencana (Pd) dirumuskan sebagai berikut (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm.7) :
Pd
f c .P .............................................................................................. (2.17)
33
Dengan : Pd = Daya rencana (kW) f c
Faktor Koreksi
2. Persamaan yang digunakan untuk menghitung torsi (T) adalah sebagai berikut (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm.7) : T
Pd
9.74 105
n
.................................................................................. (2.18)
Dengan : Pd = Daya rencana (kW) n = Putaran poros (rpm) 3. Diameter poros yang menerima beban puntir dan beban lengkung (d s) (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm.18) : 1
3 2 2 5 . 1 d s K m M K t T (mm) ........................................(2.19) a
Dengan: d s
Diameter poros (mm)
a K m K t
Tegangan ijin bahan poros (kg/mm²)
Faktor koreksi momen lentur
Faktor koreksi momen putir
M = Momen lentur (kg.m); T = Torsi (kg.m) 4. Persamaan untuk mencari defleksi puntiran yang terjadi pada poros (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm.18) :
584
TL Gd S4
........................................................................................ (2.20)
Dengan : T = Torsi pada poros (kg.mm) L = Panjang poros (mm) G = Modulus geser bahan poros : 8,3 x 10 3 kg/mm2
34
2.7.4
Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak – balik dapat berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur. Bantalan harus kokoh dan memungkinkan poros serta elemen mesin lainya dapat bekerja dengan baik. Jika prestasi bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak bekerja sebagaimana mestinya. Klasifikasi bantalan dibedakan sebagai berikut : 1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros. a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara minyak pelumas. b. Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat. 2. Atas dasar arah beban terhadap poros a. Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros. b. Bantalan aksial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros. c. Bantalan geliding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.
35
Macam – macam bantalan geliding yang lazim digunakan pada konstruksi mesin ditunjukkan oleh Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Macam – macam Bantalan Gelinding (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm; 129)
Langkah – langkah perencanaan bantalan pada penopang turbin adalah sebagai berikut : 1. Perhitungan beban ekuivalen dinamis untuk bantalan radial (P) (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm.135) :
Pr
XVFr YFa .................................................................................. (2.21)
Dengan : Fr = Beban Radial kg Fa = Beban Aksial kg
V, X, Y = Faktor Pembebanan
36
2. Perhitungan Beban Ekivalen Statis (Po) (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm.135) : Untuk bantalan radial :
Po
X o Fr Yo Fa
Po
Fr , dan
................................................................................. (2.22)
diambil yang lebih besar
Dengan : X o , Yo = Faktor Pembebanan Untuk bantalan aksial
Poa
Fr 2,3Fa tan
........................................................................... (2.23)
Dengan : X o , Yo = Faktor Pembebanan 3. Perhitungan Umur Nominal (L) (Sumber: Sularso & Suga, 2004, hlm.136) Faktor Kecepatan f n : 33,3 n
Bantalan Bola, f n
Bantalan Rol, f n
33,3 n
1
3
............................................................. (2.24)
3 10
.............................................................. (2.25)
Faktor Umur f h : Bantalan Rol dan Bola, f h Umur Nominal
f n
C P
....................................................... (2.26)
L h adalah: 500f h3
.................................................................(2.27)
500f h10 / 3
............................................................... (2.28)
Bantalan Bola, L h Bantalan Rol, L h
37
Untuk bantalan gelinding dengan media gelinding bola nomor nominal ditunjukkan oleh Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Spesifikasi Bantalan gelinding dengan media gelinding bola
(Sumber: Sularso & suga, 2004, hlm; 141)
BAB III PERANCANGAN KONSTRUKSI DAN INSTALASI TURBIN AIR
3.1
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wonogiri
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wonogiri merupakan salah satu unit pembangkit yang dimiliki oleh PT Indonesia Power dibawah Unit Bisnis Pembangkitan Mrica. PLTA Wonogiri diresmikan oleh Mentri Pertambangan dan Energi Ir. Soebroto, tanggal 3 Juni 1983. PLTA Wonogiri terletak di Desa Donoharjo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, 83,3 km ke arah timur dari Yogyakarta menuju kota Wonogiri, dan 2 km menuju PLTA Wonogiri. Pembangunan PLTA Wonogiri tidak terlepas dari adanya Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa kurang lebih 600 km, terletak pada wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masalah yang paling menonjol pada musim hujan terjadi banjir dan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Untuk menghilangkan sifat – sifat air yang merusak, dengan mengusahakan sedemikian rupa sehingga air berguna untuk kehidupan, maka pada tahun 1979 di bangun Bendungan Serba Guna Gajah Mungkur. Selain tujuan utama dari proyek ini yaitu sebagai pengendalian banjir dan irigasi, dibangun pula Pusat Listrik Tenaga Air yaitu PLTA Wonogiri.
Pembangunan PLTA Wonogiri menjadi
penting mengingat kebijakan pemerintah tentang energi, khusunya penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Proyek pengembangan wilayah Sungai Bengawan Solo adalah yang diserahi untuk menangani pembangunan PLTA Wonogiri
38
39
sebelum diserahkan pengelolaannya kepada PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Barat Sektor Tuntang. Unit Bisnis Pembangkitan Mrica sebagai salah satu unit bisnis pembangkitan yang di miliki oleh PT. Indonesia Power yang memiliki enam sub unit pembangkitan dan semuanya merupakan pembangkitan listrik tenaga air dengan total kapasitas terpasang sebesar 306,49 MW yang dihasilkan oleh 27 mesin pembangkitan pada 15 lokasi PLTA antara lain : 1. PLTA PB. Soedirman dengan kapasitas terpasang
: 180,90 MW
2. PLTA Wonogiri dengan kapasitas terpasang
: 12,40 MW
3. PLTA Sempor dengan kapasitas terpasang
: 1,00 MW
4. PLTA Wadas Lintang dengan kapasitas terpasang
: 18,00 MW
5. PLTA Kedungombo dengan kapasitas terpasang
: 22,50 MW
6. PLTA Jelok dengan kapasitas terpasang
: 20,48 MW
7. PLTA Timo dengan kapasitas terpasang
: 12,00 MW
8. PLTA Garung dengan kapasitas terpasang
: 26,40 MW
9. PLTA Ketenger dengan kapasitas terpasang
: 8,09 MW
10. PLTA Kelambu dengan kapasitas terpasang
: 1,17 MW
11. PLTA Pejengkolan dengan kapasitas terpasang
: 1,40 MW
12. PLTA Sidorejo dengan kapasitas terpasang
: 1,40 MW
13. PLTA Tapen dengan kapasitas terpasang
: 0,75 MW
14. PLTM Siteki dengan kapasitas terpasang
: 1,20 MW
15. PLTM Plumbungan dengan kapasitas terpasang
: 1,80 MW
40
3.1.1 Komponen Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wonogiri
Untuk
membangkitkan
listrik
diawali
dengan
aliran
air
dari
waduk
(reservoir), kemudian dialirkan melalui terowongan pacu hulu (head race/ tunnel) dan pipa pesat (penstock) menuju pusat pembangkit (power house). Diantara Terowongan pacu hulu dan pipa pesat dilengkapi dengan tangki pendatar (surge tank) yang berfungsi untuk meredam adanya gejolak air (water hammer). Skema Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Wonogiri ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Komponen sistem pembangkitan PLTA Wonogiri (Sumber: PLTA Wonogiri) 3.1.2
Waduk (Reservoir )
Waduk berfungsi untuk membendung air dari curah hujan dan beberapa anak sungai yang nantinya digunakan sebagai tenaga untuk memutar turbin. Bendungan
PLTA
Wonogiri
dengan
tipe
urugan
batu
dengan
inti
tegak
didalamnya terdapat dinding kedap air sejenis urugan tanah yang dipadatkan sebagai inti (core). Waduk pada PLTA Wonogiri ditunjukkan oleh Gambar 3.2.
41
Gambar 3.2 Waduk Wonogiri (Sumber: PLTA Wonogiri)
Dengan data – data teknis dari Waduk yang digunakan oleh PLTA Wonogiri adalah sebagai berikut : a. Panjang Bendungan
= 1.440 m
b. Elevasi puncak
= 142 mdpl
c. Tinggi air waduk minimum
= EL. 127 mdpl
d. Tinggi air waduk maximum
= EL. 137 mdpl
e. Luas genangan maximum
= 79,23 km²
f.
= 26,40 km²
Luas genangan minimum
Kapasitas Terpasang PLTA Wonogiri yang terdiri dari dua buah turbin ditunjukkan oleh tabel 3.1. Tabel 3.1 Kapasitas terpasang PLTA Wonogiri Power Plant
Number of Machine
Installed Capacity
PLTA Wonogiri
Unit 1
6,2 MW
PLTA Wonogiri
Unit 2
6,2 MW
Total (Sumber: www.indonesiapower.co.id, 2013)
12,4 MW
42
3.2 Spesifikasi Turbin
Adapun spesifikasi turbin Kaplan pada PLTA Wonogiri adalah sebagai berikut (Sumber: PLTA Wonogiri) : a. Tipe
= Turbin Kaplan dengan Poros tegak
b. Daya keluaran a) Maksimal
= 6,5 MW
b) Normal
= 6,5 MW
c) Minimal
= 3,7 MW
c. Head (tinggi jatuh) a) Maksimal
= 25,5 m
b) Normal
= 20,4 m
c) Minimal
= 15,1 m
d. Kapasitas aliran air (debit) a) Maksimal
= 28,43 m³/s
b) Normal
= 36,70 m³/s
c) Minimal
= 28,35 m³/s
e. Jumlah Turbin
= 2 (dua) unit
f.
= Ebara Corp. Japan tahun 1982
Pabrik pembuat
g. Spesifikasi Generator a) Frequency
= 50 Hz
b) Pole (kutub)
= 22 buah (11 pasang)
43
3.3
Kriteria Perancangan dan Pemilihan Jenis Turbin
Menentukan debit aliran air (Q) pada perancangan turbin air Kaplan berdasarkan pada tinggi tekan efektif (h) dan daya turbin (P trbn). Daya turbin yang dihasilkan ditentukan menggunakan persamaan 2.2 :
Ptrbn Q
Q g h T Ptrbn
g h T
Dengan:
Ptrbn = Daya turbin = 6,2 MW = 6200000 watt = 6200 kW ρ
= Massa jenis air = 1000 kg/m3
g
= Percepatan gravitasi bumi = 9,81 m/dtk 2
h
= Tinggi tekan air = 25,5 meter
ηT
= Efisiensi turbin (87 – 94 %) = digunakan 87% = 0,87
Q
Maka :
6200000 1000 9,81 25,5 0,87
3 Q 28,48 m
dtk
Menentukan kecepatan serempak generator, menggunakan persamaan 2.3a N
60.f p
Dengan: p f Maka : N
= Jumlah kutub generator = 22 kutub = 11 pasang kutub = Frekuensi = 50 Hz 60.f p
60 50 11
N 272,73 273 rpm
44
Selanjutnya menentukan kecepatan spesifik (ns) turbin air dengan menggunakan persamaan 2.1 :
ns
N P 5
h4 Dengan: N
= Putaran turbin = 273 rpm
P
= Daya turbin = 6200 kW = 8314,2 HP (1 kW = 1,341 HP)
h
= Tinggi tekan air effektif = 25,5 meter
Maka : n s
N P 5
273 8314,2
h4
5
434,407 434,41 rpm
25,5 4
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh data – data awal untuk pemilihan jenis turbin yang ditunjukkan oleh Tabel 3.2.
No
Tabel 3.2 Data awal pemilihan jenis turbin Variabel Nilai Kategori
1
Daya turbin (P trbn)
6200 kW
-
2
Tinggi tekan efektif (h)
25,5 m
Rendah (Kurang dari 30 meter)
3
Debit aliran air (Q)
28,48 m /dtk
-
4
Putaran Generator (N)
273 rpm
Generator PLN
5
Kecepatan spesifik (ns)
434,41 rpm
Kaplan (250 – 1000 rpm)
Berdasarkan data awal pemilihan jenis turbin diperoleh kriteria pemilihan jenis turbin yang akan digunakan adalah turbin jenis Kaplan, digunakan untuk pembangkit listrik
tenaga small hydro digunakan pada aliran berasal dari
bendungan dengan debit 28,48 m3 /dtk, tinggi tekan efektif yaitu 25,5 m, untuk menggerakan generator listrik yang sesuai dengan generator yang digunakan oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara), dengan keceptan spesifik 434,41 rpm. Kriteria pemilihan turbin ditunjukkan oleh Gambar 3.3.
45
Gambar 3.3 Kriteria pemilihan turbin (Sumber: Penche, 1998, hlm; 76)
3.4
Prinsip Kerja Turbin Kaplan PLTA Wonogiri
Turbin air Kaplan tipe poros tegak yang digunakan PLTA Wonogiri dipergunakan sebagai penggerak awal pada Pusat Listrik Tenaga Air. Prinsip kerja turbin air Kaplan adalah merubah energi air dengan ketinggian dan debit tertentu (energi potensial air dan energi kinetik air) menjadi energi mekanik berupa berputarnya
poros
turbin
yang
membawa
daya
untuk
memutar generator
pembangkit tenaga listrik. Kapasitas daya yang dihasilkan sebesar 6,2 MW setiap unit. Daya total dari dua unit pembangkit di PLTA Wonogiri adalah 12,4 MW. Turbin Kaplan pada PLTA Wonogiri ditunjukka n oleh Gambar 3.4.
46
Gambar 3.4 Turbin Kaplan PLTA Wonogiri (Sumber: PLTA Wonogiri)
3.5 Bagian-bagian Utama Turbin Kaplan
Bagian – bagian utama turbin air Kaplan terdiri dari komponen – komponen sebagai berikut : 1. Rumah Siput (spi ral casi ng)
Bagian ini terbuat dari pipa baja yang mengelilingi runner blade, semakin ke ujung semakin mengecil sehingga berbentuk rumah siput. Hal ini bertujuan agar air yang masuk kedalam turbin dapat terdistribusi merata dan menghindari kehilangan efisiensi. Bagian pangkal spiral case dihubungkan dengan expansion join. Sambungan ini memberikan kelonggaran pada spiral case menuju penstock untuk memungkinkan bila terjadi pemuaian pipa ke arah aksial. Posisi dari inlet spiral casing tergantung pada saluran langsung air dalam penstock yang kemungkinan akan merubah keserasian penempatan. Bahan dari spiral casing tergantung pada ketinggian air jatuh, diantaranya :
47
a. Concrete tempa steel plate lining untuk ketinggian sampai 300 meter. b. Welded rolled steel plate untuk ketinggian sampai 100 meter. c. Cast steel untuk ketinggian air di atas 100 meter. Adapun bentuk rumah siput (spiral casing) ditunjukkan oleh Gambar 3.5 berikut :
Gambar 3.5 Spiral Casing Turbin Kaplan (Sumber: PLTA Wonogiri) 2. Sudu Pengatur (gui de vane)
Sudu pengatur yang terbuat dari baja tuang stainless yang pejal terdiri dari dua buah trunion dan sebuah sirip sudu berbentuk lonjong dan ekornya tirus. Disusun secara teratur berbentuk lingkaran yang dapat bergerak, tiap sudu dihubungkan ke cincin pengatur. Sudu pengatur mengendalikan jumlah air yang mengalir ke turbin sesuai dengan posisinya. Bentuk sudu pengatur ditunjukkan oleh Gambar 3.6.
48
Gambar 3.6 Gambar Sudu Pengatur (Sumber: PLTA Wonogiri) 3. Sudu Gerak (runner)
Sudu gerak terbuat dari baja tuang yang ditempa secara vertikal dan merupakan bagian turbin yang berputar. Sudu gerak dikenai gaya radial dan gaya aksial. Fungsi sudu gerak adalah mengubah energi potensial ke kinetik menjadi energi mekanik berupa putaran turbin. Sudu gerak pada poros dikopel bersama – sama dengan baut tanam dan mur yang dikencangkan dengan pengencang baut hidrolik. Bentuk sudu gerak ditunjukkan oleh Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Gambar Sudu Gerak (runner) (Sumber: PLTA Wonogiri)
49
4. Poros (Shaft)
Poros terbuat dari baja tempa, memiliki sebuah flens kopling pada tiap ujungnya dan kolar terpadu untuk membentuk permukaan bantalan pengarah, fungsi poros turbin untuk meneruskan gaya mekanik dari sudu gerak ke generator . Bentuk poros ditunjukkan oleh Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Gambar Poros Turbin (Sumber: PLTA Wonogiri) 5. Bantalan Pengarah
Bantalan berfungsi sebagai pemegang poros yang mampu menerima gaya radial dan gaya aksial dari poros. Antara poros dan bantalan terdapat celah (clearance) dimana pada waktu operasi akan terjadi lapisan minyak pelumas bantalan (oil film) pada celah (clearance) tersebut. Pada Bantalan terdapat perapat bantalan (Sealing Bearing Turbine) yang berfungsi untuk mengurangi atau memperkecil kebocoran air dari celah (clearance) antara poros turbin dan tutup turbin. Perapat bantalan yang digunakan yaitu carbon ring .
50
Jenis – jenis bantalan turbin : a. Bantalan luncur (guide bearing) digunaka n untuk menerima gaya radial dari poros. b. Bantalan tekan (thrust bearing) digunakan untuk menerima gaya aksial dari poros. c. Bantalan kombinasi luncur dan tekan digunakan untuk menerima gaya radial dan gaya aksial dari poros.
6. Saluran Buang (Dr aft Tu be)
Pipa hisap atau draft tube dipasang pada sisi keluar runner berfungsi untuk mengalirkan air yang keluar dari runner ke saluran pembuangan (tail race). Draft tube pada turbin Kaplan di PLTA Wonogiri mempunyai bentuk konis dengan penampang yang membesar ke arah sisi keluar (divergent). Dengan bentuk ini akan diperoleh dua hal yang saling berkaitan, yaitu : 1. Kecepatan air pada sisi keluar lebih kecil daripada kecepatan air pada sisi masuk. 2. Tekanan pada sisi keluar lebih besar daripada tekanan pada sisi masuk, sehingga seolah – olah aliran air terhisap dari masuk ke sisi keluar, oleh karena itu disebut pula pipa hisap (draft tube). Bentuk draft tube ditunjukkan oleh Gambar 3.9.
51
Gambar 3.9 Gambar Draft Tube (Sumber: PLTA Wonogiri)
3.6
Peralatan Pendukung Kerja Turbin Kaplan 3.6.1 Governor
Governor adalah suatu peralatan yang dapat mengatur putaran turbin secara otomatis pada beban yang bervariasi, agar turbin tetap pada putaran yang ditentukan. Governor di PLTA Wonogiri merupakan jenis governor Elektromekanis, berfungsi sebagai pusat kontrol peralatan bantu pada turbin untuk penggerak servomot or yang ada. Seperti ditunjukkan oleh Gambar 3.10.
52
Gambar 3.10 Peralatan Governor Hidrolik (Sumber: PLTA Wonogiri)
Pada prinsipnya governor Turbin Kaplan pada PLTA Wonogiri merupakan governor Elektromekanis, dimana bandul mekanis (pendulum) digerakkan oleh motor listrik yang mendapat sumber listrik langsung dari Permanent Magnet Generator (PMG). Apabila terjadi perubahan putaran lebih pada turbin, maka bandul sentrifugal akan naik dan mengakibatkan tuas A menekan tuas B. Dengan turunnya tuas B, maka torak distributor minyak akan turun dan tekanan minyak akan menggerakkan torak servomot or ,
kemudian
dengan
perantaraan
tuas
C,
gerakan
torak
servomot or tadi akan menutup distributor turbin (menutup sudu atur pada turbin). Demikian pula sebaliknya apabila putaran turbin turun. Dalam keadaan normal, kedua saluran minyak ke servmotor akan tertutup oleh torak distributor minyak. Distribusi minyak tekan sebagai penggerak sistem hidrolik di PLTA Wonogiri ini dihubungkan dengan perpipaan, katup dan kontrol. Apabila dikehendaki menaikkan/ menurunkan beban pada turbin, maka dapat dilakukan dengan memperbesar/ memperkecil
53
volume minyak tekan yang disalurkan ke servomot or melalui distributor minyak yang akan diatur alat pengatur beban (Governor). Skema kerja governor ditunjukkan oleh Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Skema Oil Pressure Governor Elektromekanis (Sumber: PLTA Wonogiri)
Pada PLTA Wonogiri komponen bagian – bagian governor dan Alat bantunya terdiri dari : 1. Pompa minyak tekan (oil sump tank) Pompa minyak tekan berfungsi untuk menyediakan dan menyalurkan minyak bertekanan menuju pressure tank ke sistem governor. 2. Kompressor udara (Air Compressor) Kompressor udara berfungsi untuk mengkompressi atau menekan udara untuk mendorong minyak yang berfungsi sebagai penggerak sistem hidrolik. Ada 2 (dua) unit air compressor di PLTA Wonogiri. Pada kompressor udara dilengkapi dengan tangki udara dan tangki pengereman.
54
a. Tangki udara (air tank) berfungsi untuk menampung udara dari kompressor yang akan disalurka n menuju pressure tank. b. Tangki pengereman (brake tank) untuk menampung udara yang digunakan untuk mengerem operasi turbin. 3. Pressure tank Pressure tank merupakan tangki bertekanan berisikan minyak dari sump
tank dan udara dari kompressor yang berfungsi untuk
mengalirkan minyak ditekan oleh udara menuju governor. Setiap unit masing – masing dilengkapi dengan satu pressure tank . 4. Sistem
penggerak
berfungsi
untuk
menggerakkan
tuas
torak
distributor minyak tekan. 5. Distributor minyak tekan Distributor minyak tekan berfungsi untuk mendistribusikan minyak tekan ke servomot or , baik pada saat terjadi perubahan putaran turbin maupun pada saat menaikan/ menurunkan beban. 6. Akumulator berfungsi untuk menstabilkan tekanan minyak. 7. Katup operasi governor berfungsi untuk mengoperasikan governor. 8. Pembatas beban (load limit) Pembatas beban (load limit) berfungsi untuk membatasi beban sesuai dengan yang diinginkan.
3.6.2 Servomotor
Servomotor adalah peralatan berupa tabung yang dilengkapi dengan torak dan diberikan tekanan minyak. Tekanan minyak (sistem hidrolis) dari
55
governor ini yang dapat mengubah posisi torak karena adanya perubahan volume minyak bertekanan dalam tabung. Adapun bagian – bagian servomotor, yaitu : 1. Silinder, berfungsi sebagai rumah yang digunakan untuk memasukkan fluida yang bertekanan. 2. Torak, berfungsi sebagai penerus tekanan fluida yang telah diubah menjadi gaya gerak. 3. Batang torak, berfungsi sebagai pendorong torak. 4. Cincin torak, berfungsi sebagai perapat antara ruang silinder bagian depan dan belakang. 5. Katup perlambatan, berfungsi untuk memperlambat gerak servomot or pada saat – saat tertentu. 6. Perapat batang torak, berfungsi sebagai penyekat antara ruang didalam silider dengan udara. 7. Skala
penunjuk
langkah,
berfungsi
untuk
mengetahui
langkah
servomotor yang telah dicapai. 8. Mekanisme
penghubung,
berfungsi
untuk
menghubungkan
batang
torak servomot or dengan komponen yang akan digerakkan seperti katup MIV dan cincin pengatur guide vane.
Pada PLTA Wonogiri, terdapat tiga macam servomotor yang berfungsi untuk mengatur sistem kerja pada bagian komponen turbin yaitu antara lain adalah :
56
1. Servomotor pada Main Inlet
Valve, berfungsi untuk mengatur
pembukaan dan penutupan katup main inlet valve. 2. Servomotor pada by-pass valve, berfungsi untuk mengatur pembukaan dan penutupan katup by-pass valve secara mekanis hidrolis. 3. Servomotor pada Guide Vane, berfungsi sebagai pengatur pembukaan dan penutupan guide vane yang dihubungkan melalui cincin – cincin penghubung.
3.6.3 Alat Pendukung Kerja Alat Bantu Operasi Turbin
Pada PLTA Wonogiri sistem operasi turbin menggunakan berbagai komponen alat pendukung yang berfungsi untuk membantu kelancaran dan keamanan sistem kerja alat bantu turbin. Berikut adalah komponen – komponen alat bantu serta sistem kerjanya : 1. Grease Pump Grease
pump
adalah pompa yang berfungsi untuk memberikan
pelumasan gemuk pada bearing turbin dan bearing generator serta porosnya. Pada PLTA Wonogiri terdapat 4 unit grease pump yaitu 2 grease pump untuk masing – masing unit. Setiap unit beroperasi secara bergantian dengan otomatis setelah unit yang sudah beroperasi lebih dahulu minyaknya telah habis. 2. Sand Separator , berfungsi untuk menyaring partikel – partikel halus pada air saat memasuki penstock sebelum masuk ke dalam turbin. Sand separator dihubungkan dengan pipa – pipa dari penstock ke sand separator nya.
57
3. Water Strainer Water strainer berfungsi untuk membantu sand separator sebagai penyaring atau pemisah antara air yang masuk ke turbin dengan kotoran/ pasir – pasir. 4. Booster Pump Booster
pump berfungsi sebagai penguat atau membantu sand
separator dan water strainer yang digunakan untuk menyaring air dari partikel – partikel halus seperti pasir, lendut yang nantinya air itu digunakan sebagai media pendingin/ sealing water bantalan turbin dan porosnya, booster pump juga berfungsi untuk memompakan air ke drainage pump agar air tidak masuk ke dalam bantalan turbin. Pada PLTA Wonogiri terdapat 2 unit booster pump. 5. Drainage Pump Drainage pump berfungsi untuk memompakan/ membuang air sisa pembangkitan yang tadinya ditampung di tangki penampung paling bawah, letaknya dibawah draft tube, yang kemudian dipompakan ke atas ke saluran buang atau tail race. 6. Alat-alat ukur yang terpasang pada turbin air dan alat bantu meliputi : manometer , vacuum meter , thermometer , flow meter , vibrasi meter .
58
3.7
Skema Instalasi Turbin Kaplan
Skema instalasi turbin Kaplan sebagai penggerak generator pembangkit listrik tenaga air (PLTA) wonogiri, terdiri dari: bak penapung air, trash rack , penstock , dan draft tube. Bagian – bagian tersebut ditunjukkan oleh Gambar 3.12. Muka air atas
hLP + he + hv + hf + hb
Bak Air
Ф Garis miring hidrolik Trash rack Turbin Kaplan
h
H
Penstock
θ Muka air bawah Draft tube
hrb
Gambar 3.12 Skema instalasi turbin kaplan (Sumber: Penche, 1998, hlm; 178)
3.8 Dimensi Penstock
Dimensi penstock meliputi diameter penstock , jarak pemasukan penstock dengan muka air atas, panjang penstock , dan tebal penstock . Dihitung dengan persamaan berikut : 1. Diameter penstock (DP ) dihitung dengan menggunaka n persamaan :
D p
0,72 Q 0,5
Dengan : Q = Debit aliran air = 28,48 m3 /dtk Maka : D p
0,72 Q 0,5 0,72 28,480,5 3,842
m 3842 mm
59
2. Jarak pemasukan pipa pesat dari muka air atas (CP ) dihitung dengan menggunakan persamaan : CP
s D p
Dengan : V p = Laju aliran didalam penstock (m/dtk)
VP
Q
A p
Q 1 4
D p2 VP
Sehingga : s
Maka : C P
g.D p
s D p
28,48
2,46 m dtk 11,58 2,46
9,81 3,842
0,40 3,842
0,40
0,10 m
3. Panjang penstock (LP ) dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : 2
LP
h C p h 2 C p tan
Dengan : θ = Sudut elevasi penstock = 40° 2
Maka : L P
h C p h 2 C p tan 2
LP
25,5 0,10 25,5 2 0,10 39,58 meter tan 40
4. Tebal penstock (tP ) dihitung dengan menggunaka n persamaan berikut :
t min
Dp
20 3842 20 9,66 12,7 mm
400
400
60
3.9
Kerugian Tinggi Tekan (head losses)
Kerugian tinggi tekan (head losses) pada instalasi turbin Kaplan bertujuan untuk mengetahui tinggi tekan total (head gross) dari instalasi turbin Kaplan, adapaun kerugian tinggi tekan yang dihitung adalah: kerugian tinggi tekan akibat trash rack , sisi masuk penstock , gesekan dengan penstock , kerugian yang ditimbulkan oleh katup, dan kerugian yang dikaibatkan oleh belokan penstock. 1. Kerugian tinggi tekan akibat saringan sampah (trash rack) (hLP ) dihitung menggunakan persamaan 2.5 : 4
h LP
2 t 3 V b K r sin b 2.g
Sedangkan harga K r sesuai dengan bentuk kisi saringan datar yaitu 2,42 seperti ditunjukkan oleh Tabel 3.3 dibawah ini Tabel 3.3 Koefisien bentuk kisi
(Sumber: Dandekar & Sharma, 1991, hlm; 350) Dengan : V b
= Kecepatan aliran sebelum memasuki rak-rak (m/dtk)
Lsal = Lebar saluran = 5,5 m (Sumber: PLTA Wonogiri) tsal
= Tinggi air dari dasar = 5,5 m (Sumber: PLTA Wonogiri)
t
= Tebal rak =10 mm = 0,01 m
61
b
= Jarak rak = 25 mm = 0,025 m
Sehingga : V b
Q A b
Q L sal t sal
28,48 5,5 5,5
0,941
m
dtk
4
2 t 3 V b K r sin b 2.g
Maka : h LP
3
h LP
0,9412 0,01 4 sin 2,42 0 , 025 2 9 , 81
h LP
0,047 m
60
Ilustrasi kerugian tinggi tekan yang diakibatkan oleh trash rack ditunjukkan oleh Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Kehilangan-kehilangan pada rak (Sumber: Dandekar & Sharma, 1991, hlm; 349)
2. Kerugian
tinggi
tekan
akibat
bentuk
sisi
masuk penstock
menggunakan persamaan 2.7. he
K e
Vp 2.g
Dengan : he
= Kehilangan energi pada sisi masuk penstock (m)
K e = Koefisien entrance losses = 0,8 g
= Percepatan gravitasi bumi = 9,81 m/dtk 2
V p = Kecepatan aliran pada penstock = 2,46 m/dtk
(he)
62
Maka : he
K e
Vp 2.g
0,8
2,46 2 9,81
0,10
m
Harga koefisien entrence losses (K e) ditunjukkan Gambar 3.14.
Gambar 3.14 Koefisien entrence losses (K e) (Sumber: Penche, 1998, hlm; 39)
3. Kerugian tinggi tekan akibat akibat katup (hv ) dengan persamaan berikut :
hv
K v
V p2 2.g
Dengan : hv
= Kehilangan energi oleh katup (m)
K v = Koefisien valve losses = 0,6 g
= Percepatan gravitasi bumi = 9,81 m/dtk 2
V p = Kecepatan aliran pada penstock = 2,46 m/dtk
Maka : h v
K v
V p2 2.g
0,6
2,46 2 2 9,81
0,185
m
Harga koefisien valve losses (K v ) ditunjukkan Gambar 3.15 dibawah ini :
Gambar 3.15 koefisien entrence losses (K e) (Sumber: Penche, 1998, hlm; 40)
63
4. Kerugian
tinggi
tekan
akibat
akibat
gesekan
pada penstock (hf )
menggunakan persamaan berikut :
hf f
L.V p
2
D p .2.g
Dengan : f
= Numerical friction factor (Diagram moodys) = 0,017 = Percepatan gravitasi bumi = 9,81 m/dtk 2
g
V p = Kecepatan aliran pada penstock = 2,46 m/dtk L p = panjang pipa penstock = 39,58 meter D p = diameter penstock = 3,842 meter a. Menentukan
numerical
friction
factor menggunakan
persamaan
(Sumber: Penche, 1998, hlm.30) berikut : f
64 NR
b. Reynold Number (NR) menggunakan persamaan (Sumber: Penche, 1998, hlm.25- 26) : NR
D p Vp
Viskositas kinematik air pada 20 C
Maka: NR
3,842 2,46 1 10
6
Maka: hf f
2
D p .2.g
2
dtk
9,45 10 6
Relative pipe roughness adalah:
L p .V p
1,0 10 6 m
0,012
D p
0,6 3842
1,56 10 4
39,58 2,46 2 3,842 2 9,81
0,038 meter
64
Tinggi kekasaran pipa (ε) ditentukan berdasarkan jenis material pipa berupa welded steel seperti ditunjukkan Tabel 3.4, sedangkan harga f dan relative pipe roughness ditentukan berdasarkan harga NR, ε, dan Dp dengan menggunakan Diagram Moody yang ditunjukkan Gambar 3.16. Tabel 3.4 Tinggi kekasaran pipa Pipe Material Polyethylene Fiberglas with epoxy Seamless commercial steel (new) Seamless commercial steel (light rust) Seamless commercial steel (galvanised) Welded steel Cast iron (enamel coated) Asbestos cement Wood stave Concrete (steel forms, with smooth joints) (Sumber: Penche, 1998, hlm; 28)
0,012
Gambar 3.16 Diagram moody (Sumber: Penche, 1998, hlm; 29)
ε (mm) 0,003 0,003 0,025 0,250 0,150 0,600 0,120 0,025 0,600 0,180
65
5. Kerugian
tinggi
tekan
akibat
akibat
belokan
pada penstock (h b)
menggunakan persamaan : h b
c
Vp 2.g
Dengan : h b
= Kehi Ke hilangan langan energi oleh belokan be lokan pada pad a penstock (m penstock (m))
c
= Koefi Ko efisien sien kehilanga kehilangan n akibat belokan beloka n (R/D p =1) = 0,11
g
= Percepata Perc epatan n gravi gravitasi tas i bumi bumi = 9,81 m/dtk 2
V p = Kecepa Ke cepatan tan ali aliran pada penstock pada penstock = = 2,46 m/dtk Maka : h b
c
Harga
Vp 2.g
0,11
koefisien
2,46 2 9,81
0,013
kehilangan
m
tinggi
tekan
akibat
belokan
(c)
ditentukan berdasarkan R/D = 1 dengan besar sudut belok 40° sehingga diperoleh harga c sebesar sebe sar 0,11 ditunjukka ditunjukkan n diagram diagram pada pad a Gambar Gambar 3.17. 3.17 .
Gambar 3.17 Koefi Ko efisien sien kerug ker ugian ian head hea d untuk untuk beloka b elokan n pipa (Sumber: Warni War nick, ck, 1984, 198 4, hlm; hlm; 126) 126 )
66
6. Mentukan tinggi hisap (hrb) dengan mengg mengguna unaka kan n pers p ersamaan amaan berikut :
h r b
h A h V Th h
hA
Ketinggian lokasi instalasi 500 m
hV = Ti Tinggi nggi tekanan uap pada temperature 25 ºC = 0,324 m Harga hA dan hV sesuai dengan ketinggian instalasi turbin dan tempertatur tekanan uap seperti ditunjukka ditunjukkan n oleh Tabel 3.4 berikut berikut : atmosfer dan variasi tekan tek an uap Tabel 3.4 Tekan atmosfer
( (Sumber: Warni War nick, ck, 1984 1 984,, hlm; hlm; 112) 112 ) Sedangkan
koefisien
kavitasi
ditentukan
dengan
persamaan persamaan beriku berikutt (Sum (Sumber: Warni Warnick, 1984, hl hlm.110) : Th
n 1s, 64 50227
Dengan : ns Maka : Th
= Putaran spesifi spesifik = 434,41 rpm
n 1s,64 50227
434,411,64 50227
0,422
menggunakan
67
Turbin direncanakan beroperasi pada suhu 25 0C, maka berdasarkan tabel tab el tekanan tekanan atmosfer dan variasi tekanan tek anan uap harga harga dari hV = 0,324 m
Sehingga : h A
hA
0,0065 h 9,751 1 288
5, 25 6
0,0065 25,5 9,751 1 288
5, 25 6
9,722
m
Selanjutnya menentukan nilai tinggi hisap (hrb) :
h r b
9,722 0,324 0,421 25,5 1,337 m
Total kerugian tinggi tekan (total ( total head losses) losses) pada skema instalasi turbin Kaplan yang direncanaka direncanak a n ada a dalah lah :
h tot
h LP h e h v h f h b h rb
h tot
0,047 0,10 0,185 0,038 0,013 1,337 1,72 m
Maka head total tota l (H), menjadi menjadi :
H h h LP
h e h v h f h b h rb 25,5 1,72 27,22 m
BAB IV
PERANCANGAN KOMPONEN UTAMA TURBIN KAPLAN
4.1
Diagram Alir (flowchart) Perancangan
Tahap – tahapan perancangan komponen – komponen utama pada turbin Kaplan yang akan digunakan pada pembangkit listrik yang diaplikasikan pada PLTA Wonogiri ditunjukka n oleh diagram alir (flowchart) pada Gambar 4.1. START Daya turbin (Ptrbn) Debit air (Q)
= 6200 kW = 28, 48 m3 /dtk
Kecepatan spesifik (n s)
= 434, 41 rpm
Perancangan pen stock Perancangan spiral casin g Perancangan runner turbin kaplan Segitiga kecepatan Perancangan poros Perancangan draft tube
Pemeriksaan Poros Pemerikasaan Bantalan
AMAN
T
Y
STOP
Gambar 4.1 Diagram alir perancangan
68
69 4.2
Menghitung Ukuran Utama dari Sudu gerak (runner)
Data – data yang sudah diketahui untuk melakukan perhitungan dimensi sudu gerak (runner) pada turbin Kaplan adalah sebagai berikut : a. Daya turbin (P trbn)
= 6200 kW
b. Debit aliran air (Q)
= 28,48 m3 /dtk
c. Tinggi tekan efektif (h)
= 25,5 meter
Langkah – langkah perhitungan untuk menentukan dimensi runner adalah sebagai berikut : 1. Menentukan diameter luar runner (D1 ) (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.58) : D1
60 u 1
n
Dengan: n u1
= putaran generator = 273 rpm = kecepatan tangensial masuk pada sisi luar sudu (m/dtk)
a. Menentukan kecepatan tangensial masuk sudu pada sisi luar sudu dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.58) :
u1
u *1 2 g h
Dengan: u *1
1,468
(diperoleh berdasarkan grafik yang ditunjukkan
oleh Gambar 4.2) b. Menentukan
kecepatan
spesifik
berdasarkan
debit
menggunaka n persamaan (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.58) : nq n
Q h
0 , 75
273
28,48 25,5
0 , 75
128,39
l
menit
aliran
air
70
u *1 2 g h
Maka: u 1
u1
Sehingga: D1
1,468
60 u1
n
2 9,81 25,5
60 32,84 3,14 273
u1 32,84 m dtk
2,298 2,3 meter
Grafik untuk menentukan harga u* 1 dan u* N berdasarkan harga nq ditunjukkan oleh Gambar 4.2 2,0 1,8
u*1 = 1,468
u*N = 0,612 c*m2 = 0,484 c*m pengarah = 0,209
u*1
1,6
z
1,4
7
1,2
6
1,0
5
0,8
u*N
0,6
4
c*m2
0,4
c*m pengarah
0,2 0 0
20
40
60
80
100 120 140 160 180 200 220 240
nq = 128,39 nq
Gambar 4.2 Harga untuk menentukan ukuran – ukuran pokok turbin Kaplan (Sumber: Dietzel, 1980, hlm; 21)
c. Menentukan harga u N (kecepatan tangensial masuk sudu pada leher poros) dengan menggunakan persamaan (Sumber: Fritz Dietzel, 1980, hlm.58) :
u N
u * N 2 g h
71
u N
0,612 2 9,81 25,5 u N 13,69
m
dtk
d. Menentukan diameter leher poros (D N), menggunakan persamaan berikut ini (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.58) D N
60 u N
n
Dengan : n = putaran generator = 273 rpm u N = kecepatan tangensial masuk leher poros = 13,69(m/dtk)
Maka : D N e. Menentukan
60 13,69
273 harga
0,95
cm
meter
(kecepatan
meridian
pengarah)
dengan
menggunaka n persamaan (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.58) :
c m peng arah
c *m peng arah 2 g h
cm 0,209 2 9,81 25,5 f.
cm1 4,67 m dtk
Menentukan kecepatan meridian keluar sudu (c 2m = c2 ) harga cm pengarah dengan menggunakan persamaan (Sumber: Dietzel,1980, hlm.58) :
c 2m
c2
Q A
Dengan: A
4
D12 D N2
3,14 4
2,32 0,95 2 3,44
Q = Debit aliran air = 28,48 m3 /dtk Maka: c 2 m
c2
Q A
28,48
8,28 m dtk 3,44
m2
72 g. Dengan cu2 = 0 karena c2 pengeluaran yang tegak lurus maka kecepatan mutlak masuk sudu pada arah u (c u1) ditentukan dengan menggunaka n persamaan (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.58) :
c u1
T g h u
Dengan: u M
u1 u N / 2 32,84 13,69 / 2 23,27
m
dtk
Q = Debit aliran air = 28,48 m3 /dtk ηT = Efisiensi turbin (87 – 94 %) = digunakan 87% = 0,87 Maka: c u1
0,87 9,81 25,5
2. Harga – harga
23,27 yang
telah
9,35 m dtk
diketahui
untuk
penggambaran
segitiga
kecepatan pada bagian tengah runner adalah sebagai berikut : uM = 23,27 m/dtk, c 2 = 8,28 m/dtk, segitiga kecepatan pada bagian tengah runner bagian ke luar digambarka n seperti pada Gambar 4.3:
Gambar 4.3 Segitiga kecepatan pada bagian tengah runner bagian keluar
73 a. Menentukan harga w2 (kecepatan aliran air relatif keluar sudu) pada Gambar 4.3 menggunaka n persamaan berikut :
w 2 2 c 2 2 u 2 2
w 2 2 8,282 23,272 610,05 w2
24,70 m dtk
b. Menentukan sudut β 2 pada bagian luar menggunakan persamaan berikut :
tan 2
C 2 U M
8,28 23,27
0,356
2 tan 1 2 tan 1 0,356 19,60 3. Harga – harga
yang
telah
diketahui
untuk
penggambaran
segitiga
kecepatan pada pada bagian tengah runner adalah sebagai berikut : uM = 23,27 m/dtk, cu1 = 9,35 m/dtk, c 2 = 8,28 m/dtk, segitiga kecepatan bagian tengah runner bagian masuk dan keluar pada Gambar 4.4 :
Gambar 4.4 Segitiga kecepatan pada bagian tengah runner pada bagian keluar dan masuk
74 a. Menentukan harga w1 dan c1 pada Gambar 4.4 menggunakan pengukuran langsung atau metode grafik pada gambar diperoleh harga w1 dan c1 :
w1 c1
16,20 m dtk
12,49 m dtk
b. Menentukan sudut β 1 pada bagian masuk menggunakan persamaan berikut :
tan 1
c1 u M
12,49 23,27
0,537
1 tan 1 1 tan 1 0,537 28,24 4. Harga – harga
yang
telah
diketahui
untuk
penggambaran
segitiga
kecepatan pada bagian luar runner adalah sebagai berikut : u1 = 32,84 m/dtk, c 2 = 8,28 m/dtk, segitiga kecepatan pada bagian luar runner bagian keluar digambarka n seperti pada Gambar 4.5 :
Gambar 4.5 Segitiga kecepatan pada bagian luar runner bagian keluar
75 a. Menentukan harga w2 pada bagian luar runner bagian keluar Gambar 4.5 menggunaka n persamaan berikut :
w2 2 c2 2 u1 2 8,282 32,842 1147,03 w2
33,87 m dtk
c. Menentukan sudut β 1 pada bagian luar runner bagian keluar menggunakan persamaan berikut :
tan 2
c2 u1
8,28 32,84
0,252
2 tan 1 2 tan 1 0,252 14,14 5. Harga – harga
yang
telah
diketahui
untuk
penggambaran
segitiga
kecepatan pada pada bagian luar runner adalah sebagai berikut : u1 = 32,84 m/dtk ; c2 = 8,28 m/dtk
c u1
0,87 9,81 25,5
Segitiga
32,84 kecepatan
6,63 m dtk
bagian
luar runner bagian
masuk
dan
digambarkan pada Gambar 4.6 :
Gambar 4.6 Segitiga kecepatan pada bagian luar runner pada bagian keluar dan masuk
keluar
76 a. Menentukan
harga
w1
dan c1
pada
Gambar
4.4
menggunakan
pengukuran langsung pada gambar atau metode grafik diperoleh harga w1 dan c1 :
w1 c1
27,47 m dtk
10,61 m dtk
b. Menentukan sudut β 1 pada bagian masuk menggunakan persamaan berikut : tan 1
1
c1 u1
10,61 32,84
0,317
tan 1 1 tan 1 0,317 17,60
6. Harga – harga
yang
telah
diketahui
untuk
penggambaran
segitiga
kecepatan pada bagian leher poros adalah sebagai berikut : u N = 13,69 m/dtk, c 2 = 8,28 m/dtk, segitiga kecepatan pada bagian leher poros bagian keluar digambarkan seperti pada Gambar 4.7 :
Gambar 4.7 Segitiga kecepatan pada bagian leher poros bagian keluar
77 a. Menentukan harga w2 pada bagian luar runner bagian keluar Gambar 4.7 menggunakan persamaan berikut :
w2 2 c2 2 u N 2 8,282 13,692 255,97 w2
16,00 m dtk
b. Menentukan
sudut
β1
pada
bagian
luar runner bagian
keluar
menggunakan persamaan berikut :
tan 2
c2 u2
8,28 13,69
0,605
2 tan 1 2 tan 1 0,605 31,17 7. Harga – harga
yang
telah
diketahui
untuk
penggambaran
segitiga
kecepatan pada pada leher poros adalah sebagai berikut : u N = 13,69m/dtk c2 = 8,28 m/dtk
c u1
0,87 9,81 25,5 13,69
15,90 m dtk
Segitiga kecepatan pada leher poros bagian masuk dan keluar digambarkan pada Gambar 4.8 :
78
Gambar 4.8 Segitiga kecepatan pada bagian leher poros pada bagian keluar dan masuk
a. Menentukan
harga
w1
dan c1
pada
Gambar
4.8
menggunakan
pengukuran langsung pada gambar diperoleh harga w 1 dan c1 :
8,57 m dtk
w1
17,98 m dtk
c1
b. Menentukan sudut β 1 pada bagian masuk menggunakan persamaan berikut :
tan 1
1
c1 u N
17,98 13,69
1,31
tan 1 1 tan 1 1,31 52,64
8. Menentukan
lebar runner (BX) menggunakan persamaan berikut ini
(Sumber: Dietzel, 1980, hlm.59) : BX
D1 2
DN 2
79 Dengan : D1 = Diameter luar runner = 2,3 meter D N = Diameter leher poros = 0,95 meter Maka : B X
2,3 2
0,95 2
0,68
meter
9. Menentukan diameter tengah runner (Dx ) menggunakan persamaan berikut ini (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.59) :
DX
B X D N
Dengan : BX = Lebar runner = 0,68 meter D N = Diameter leher poros = 0,95 meter Maka : D X
0,68 0,95 1,63 meter
10. Menentukan tinggi sudu pengarah (b) menggunakan persamaan berikut ini (Sumber: Dietzel, 1980, hlm.53) :
Q D M b c m Dengan : DM = DX = 1,63 meter cm
= Kecepatan pengarah = 4,67 m/dtk
Q
= Debit aliran air = 28,48 m3 /dtk
Maka : b
Q DM cm
28,48 1,63 3,14 4,67
1,19 meter
80 Hasil perhitungan dimensi utama turbin kapal diringkas dalam Tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Ringkasan hasil perhitungan dimensi turbin Kaplan β1 D u c1 w1 c2 w2 Bagian meter m/dtk m/dtk m/dtk derajat m/dtk m/dtk Leher poros 0,95 13,69 17,98 8,57 64,5 8,28 16,00 Tengah runner 1,63 23,27 12,49 16,20 28,24 8,28 24,70 Luar runner 2,3 32,84 10,61 27,47 17,60 8,28 33,87
Bentuk penampang runner turbin Kaplan ditunjukkan oleh Gambar 4.9 berikut ini :
Gambar 4.9 Dimensi runner turbin Kaplan (Sumber: Dietzel, 1980, hlm; 54)
4.3
Menghitung Ukuran Utama Rumah Turbin (Spir al Casi ng )
Merencanakan ukuran – ukuran dari spiral casing , dalam hal ini D1 = 2,3 meter dengan kecepatan spesifiknya ns = 434,41 rpm. Selubung scroll dengan plat baja tebal 12 – 20 mm bahannya adalah Baja Siemens Martin A37 T25 yang sudah dipabrik, sehingga secara keseluruhan berbentuk spiral (Sukoco, 2011:65).
β2 derajat 31,17 1,60 14,14
81 4.3.1
Kecepatan pada sisi masuk spir al casi ng
Kecepatan pada sisi masuk spiral casing dicari dengan rumus (Sumber: Warnick, 1984, hlm.133) :
v SC
844 n s0, 44
Dengan: vSC ns
= kecepatan pada sisi masuk spiral casing = kecepatan spesifik (434,41rpm)
Maka : Vsc 844 n s0, 44
844 135,110.44 58,32 m dtk
Bentuk pandangan atas rumah turbin (spiral casing) ditunjukkan oleh Gambar 4.10 berikut ini :
Gambar 4.10 Pandangan Atas Spiral Casing (Sumber: Warnick,1984, hlm; 134) 4.3.2
Spir al Casi ng Dari Pandangan Atas:
1. Ukuran pada bagian A (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.135) yaitu : A D1
19,5 1,2 n s
82 Dengan : A = ukuran pada bagian A (m) D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41) Maka :
19,5 1,2 2,3 434,41 A
Sehingga : A 2,3 1,2
2,66 meter 434,41 19,5
2. Ukuran pada bagian B (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.135) yaitu : B D1
54,8 1,1 n s
Dengan : B
= ukuran pada bagian B (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41rpm) Maka :
54,8 1,1 2,3 434 , 41 B
Sehingga : B 2,3 1,1
2,82 meter 434,41 54,8
3. Ukuran pada bagian C (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu :
49,25 1,32 D1 n s C
83 Dengan : C = ukuran pada bagian C (m) D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41rpm) Maka :
49,25 1,32 2,3 434,41 C
Sehingga : C 2,3 1,32
49,25
3,30
434,41
meter
4. Ukuran pada bagian D (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu :
48,8 1,50 D1 n s D
Dengan : D
= ukuran pada bagian D (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns Maka :
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
48,8 1,5 2,3 434 , 41 D
Sehingga : D 2,3 1,5
3,71 434,41 48,8
meter
5. Ukuran pada bagian E (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu :
63,60 0,98 D1 n s E
Dengan : E
= ukuran pada bagian E (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m)
84 ns Maka :
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
63,60 0,98 2,3 434 , 1 E
Sehingga : E 2,3 0,98
63,60
2,59
434,1
meter
6. Ukuran pada bagian F (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu : F D1
131,4 1 n s
Dengan : F = ukuran pada bagian F (m) D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41 rpm)
131,4 434,41
Maka : 2,3 1
Sehingga : F 2,3 1
131,4
2,99 3meter
434,41
7. Ukuran pada bagian G (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu :
96,5 0,89 D1 n s G
Dengan : G
= ukuran pada bagian G (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
85
Maka :
96,5 0,89 2,3 434 , 41 G
Sehingga : G 2,3 0,89
2,56 434,41 96,5
meter
8. Ukuran pada bagian H (meter) pada spiral casing yang ditunjukkan oleh Gambar 4.10 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu :
81,75 0,79 D1 n s H
Dengan : H
= ukuran pada bagian H (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns Maka :
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
81,75 0,79 2,3 434 , 41 H
Sehingga : H 2,3 0,79
4.3.3
81,75
2,25
434,41
meter
Spir al Casi ng Pandangan Samping
Bentuk pandangan samping rumah turbin (spiral casing) ditunjukkan oleh Gambar 4.11 berikut ini :
Gambar 4.11 Pandangan samping spiral casing (Sumber: Warnick, 1984, hlm; 134)
86 1. Ukuran pada bagian I (meter) spiral casing atau rumah turbin Kaplan yang ditunjukkan oleh Gambar 4.11 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu : I D1
0,1 0,00065 n s
Dengan : I = ukuran pada bagian I (m) D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41 rpm) Maka :
I 2,3
0,1 0,00065 434,41
Sehingga : I 2,3 0,1 0.00065 434,41 0,88 meter 2. Ukuran pada bagian M (meter) spiral casing atau rumah turbin Kaplan yang ditunjukkan oleh Gambar 4.11 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu : M D1
0,60 0,000015 n s
Dengan : M = ukuran pada bagian M (m) D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41 rpm) Maka :
M
2,3
0,60 0,000015 434,41
Sehingga : M 2,3 0,60 0.000015 434,41 1,39 meter 3. Ukuran pada bagian (meter) spiral casing atau rumah turbin Kaplan yang ditunjukkan oleh Gambar 4.11 (Sumber: Warnick, 1984, hal.136) yaitu : L D1
0,88 0,00049 n s
87 Dengan : L
= ukuran pada bagian L (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns Maka :
L 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
0,88 0,00049 434,41
Sehingga : I 2,3 0,88 0.00049 434,41 2,51 meter
4.4 4.4.1
Perhitungan Dr aft Tube Perhitungan kecepatan aliran masuk
Diameter D1 = 2,3 meter dengan kecepatan spesifiknya n s=434,41 rpm. Jadi, kecepatan pada aliran masuk dicari dengan rumus (Sumber: Warnick, 1984, hlm.141) : v DT
8,74
248 ns
Dengan : vDT = kecepatan pada sisi masuk draft tube ns Maka : v DT
4.4.2
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
8,74
248 ns
8,74
248 434,41
9,31
m
dtk
Perhitungan Dimensi draft tube Berdasarkan Pandangan Samping
Bentuk pandangan samping draft tube ditunjukkan oleh Gambar 4.12 berikut ini :
88
Gambar 4.12 Pandangan samping pada draft tube (Sumber: Warnick, 1984, hlm; 142)
Urrutan perhitungan draft tube berdasarkan pandangan samping yang ditunjukkan oleh Gambar 4.12 1. Ukuran pada bagian N (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.12 (Sumber: Warnick, 1984, hal.142) yaitu :
203,3 1,54 D1 n s N
Dengan : N
= ukuran pada bagian N (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns Maka :
N 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
2,01
Sehingga : N 2,3 2,01 4,62 meter 2. Ukuran pada bagian O (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.12 (Sumber: Warnick, 1984, hal.142) yaitu:
89
140,7 0,83 D1 n s O
Dengan : O
= ukuran pada bagian O (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns Maka :
O 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
1,15
Sehingga : O 2,3 1,15 2,65 meter 3. Ukuran pada bagian P (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.12 (Sumber: Warnick, 1984, hal.142) yaitu : P D1
1,37 0,00056 n s
Dengan : P
= ukuran pada bagian P (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (1,089 m) ns Maka :
P 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
1,61
Sehingga : P 2,3 1,61 3,71 meter 4. Ukuran pada bagian Q (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.12 (Sumber: Warnick, 1984, hal.142) yaitu :
22,6 0,58 D1 n s Q
Dengan : Q
= ukuran pada bagian Q (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m)
90 ns Maka :
Q 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
0,63
Sehingga : Q 2,3 0,63 1,45 meter 5. Ukuran pada bagian R (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.12 (Sumber: Warnick, 1984, hal.142) yaitu :
0,0013 1,6 D1 n s R
Dengan : R = ukuran pada bagian R (m) D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41 rpm) Maka :
R 2,3
1,60
Sehingga : R 2,3 1,60 3,68 meter
4.4.3
Perhitungan Dimensi draft tube Berdasarkan Pandangan Atas
Bentuk pandangan atas draft tube pada turbin Kaplan ditunjukkan oleh Gambar 4.13 berikut ini :
91
Gambar 4.13 Pandangan atas pada draft tube (Sumber: Warnick, 1984, hlm; 142)
Urutan
perhitungan
draft
tube
berdasarkan
pandangan
atas
yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.13 1. Ukuran pada bagian S (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.13 (Sumber: Warnick, 1984, hal.143) yaitu :
ns D1 9,28 0,25 n s S
Dengan : S = ukuran pada bagian S (m) D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41 rpm) Maka :
S 2,3
4,37
Sehingga : S 2,3 4,37 10,06 meter 2. Ukuran pada bagian T (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.13 (Sumber: Warnick, 1984, hal.143) yaitu :
92 T D1
1,50 0,00019 n s
Dengan : T
= ukuran pada bagian T (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns Maka :
T 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
1,58
Sehingga : T 2,3 1,58 3,64 meter 3. Ukuran pada bagian U (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.13 (Sumber: Warnick, 1984, hal.143) yaitu : U D1
0,51 0,0007 n s
Dengan : U
= ukuran pada bagian U (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns = kecepatan spesifik (434,41 rpm) Maka :
U 2,3
0,21
Sehingga : U 2,3 0,21 0,47 meter 4. Ukuran pada bagian V (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.13 (Sumber: Warnick, 1984, hal.143) yaitu : V D1
53,7 1,10 n s
Dengan : V
= ukuran pada bagian V (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m)
93 ns Maka :
V 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
1,22
Sehingga : V 2,3 1,22 2,81 meter 5. Ukuran pada bagian Z (meter) draft tube yang ditunjukkan oleh Gambar 4.13 (Sumber: Warnick, 1984, hal.143) yaitu :
33,8 2,63 D1 n s Z
Dengan : Z
= ukuran pada bagian Z (m)
D1 = diameter sisi masuk rumah keong (2,3 m) ns Maka :
Z 2,3
= kecepatan spesifik (434,41 rpm)
2,71
Sehingga : Z 2,3 2,71 6,23 meter
4.5
Poros Turbin Kaplan
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin yang berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama – sama dengan putaran. Bahan poros turbin adalah baja tempa nikel krom molibden dengan standarisasi JIS SFNCM 110 S. Pembebanan pada poros turbin berupa beban puntir akibat putaran turbin, sedangkan untuk spesifikas i bahan :
125 kg
a. Tegangan Tarik bahan
: B
b. Faktor Keamanan
: :Sf 1 6.0 Sf 2
mm 2
2.0
94
1,0 (Sularso
c. Faktor Koreksi
: f C
d. Tegangan Gesar ijin
:
e. Faktor Koreksi
: Lenturan K t
a
& Suga. K, 2004, hlm.7)
B 125 16,03 kg mm 2 Sf 1 Sf 2 6 1,3 1 dan Puntiran
1. Daya rencana (Pd) :
Pd
f c Ptrbn 1,0 6200 6200 kW
2. Torsi rencana (T pt rbn) :
T ptrbn
9,74 105
Dengan : Pd n
Pd ns
6200
kW
434,41
Maka : T ptrbn
rpm
9,74 105
6200 434,41
13901153,29 kg.mm
3. Diameter poros turbin (d pt rbn) :
d ptrbn
5,1 K t C b T ptrbn a
1 3
5,1 d ptrb n 1 1 13901153,29 10,42
1
3
189,489 220
mm
C b
1
95 4.6 Perancangan Bantalan
Bantalan yang digunakan turbin Kaplan nomor bantalan Spherical Roller 23244 CK/W33 dengan spesfikasi (Sumber: OKO Presicion Bearing Catalogue, 2005, hlm.114) a. Diameter poros turbin (dPtrbn)
= 220 mm
b. Putaran poros trbn (ns)
= 434,41 rpm
c. N0. bantalan poros
= 23244 CK/W33
d. Kapasitas Spe. dinamis (C)
= 1656000 N (168807,34 kg)
e. Kapasitas Spe. Statis (Co)
= 2760000 N (281345,57 kg)
1. Gaya Tangensial (F t )
Fttrbn
Fttrbn
Ptrbn u
6200000 N.m 23,27 m
dtk
dtk
266437,47 N 27159,78 kg
2. Faktor Kecepatan f n 1
1
33.3 33,3 3 0,42 n 434 , 41 s 3
f ntrbn
3. Faktor Umur f h f htrbn
f ntrbn
C Fttrbn
0,42
168807,34 27159,78
2,61
4. Umur L h
Lhtrbn
500 f htrbn3.3 500 2,613,3 11681,17
jam
96 Untuk mesin – mesin dengan pemakaian terus menerus dan keandalan tinggi dengan kerja halus tanpa tumbukan L h ijin adalah 40000 – 60000 jam. Bantalan aman untuk digunakan sebagai penopang poros turbin karena umur bantalan 5000 60000 jam. Bentuk dan susunan antara poros dan bantalan pada turbin ditunjukkan oleh Gambar 4.14.
Gambar 4.14 Bantalan rol silinderis (Sumber: OKO Presicion Bearing Catalogue, 2005, hlm; 114)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil perancangan perancangan turbin Kaplan sebagai penggerak generator listik pada PLTA Wonogiri adalah : 1. Berdasarkan daya terpasang sebesar 6,2 MW dan dengan head maksimal 25,5 meter diperoleh kebutuhan debit air sebesar 28,48 m3 /detik, turbin dapat diaplikasikan pada PLTA Wonogiri karena kapasitas aliran air (debit) pada PLTA wonogiri ketika kondisi maksimal 28,43 m 3 /detik, normal 36,70 m3 /detik, dan minimal 28,38 m3 /detik. 2. Instalasi PLTA Wonogiri terdiri dari turbin, peralatan pendukung kerja turbin, dan alat bantu operasi turbin : a) Pipa pesat (penstock) dengan diameter (D p ) 3,842 meter, panjang (L p ) 39,58 meter, dan sudut elevasi penstock (θ) 40°. b) Rumah turbin (spiral casing), dengan dimensi masing – masing bagian adalah: bagian A adalah 2,66 meter, bagian B adalah 2,82 meter, bagian C adalah 3,30 meter, bagian D adalah 3,71 meter, bagian E adalah 2,59 meter, bagian F adalah 3,00 meter, bagian G adalah 2,56 meter, bagian H adalah 2,25 meter, bagian I adalah 0,88 meter, bagian M adalah 1,39 meter, dan bagian L adalah 2,51 meter. c) Draft tube, dengan dimensi masing – masing bagian adalah: bagian N adalah 4,62 meter, bagian O adalah 2,65 meter, bagian P adalah 3,00 meter, bagian Q adalah 1,45 meter, bagian R adalah 3,68 meter, bagian
97
S adalah 10,06 meter, bagian T adalah 3,64 meter, bagian U adalah 0,47 meter, bagian V adalah 2,81 meter, dan bagian Z adalah 6,23 meter. d) Runner , dengan ukuruan diameter adalah: Diameter leher poros 0,95 meter, diameter tengah runner 1,63 meter, dan diameter luar runner adalah 2,30 meter. e) Poros runner dengan diameter 220 mm dan dengan bahan baja tempa nikel krom molibden dengan standarisasi JIS SFNCM 110 S. f) Bantalan yang digunakan turbin Kaplan nomor bantalan Spherical Roller 23244 CK/W33.
5.2 Saran
Agar umur ekonomis turbin panjang, berikut ini merupakan saran dari penulis untuk menjaganya, antara lain : 1. Menjaga aliran dari sedimentasi dan kebocoran agar debit dan head sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Lakukan perawaatan sesuai prosedur perawatan mulai dari perawatan yang bersifat rutin dan perawatan yang bersifat periodik.
DAFTAR PUSTAKA
Dietzel, Fritz., 1980, Turbin, Pompa dan Kompresor , Terjemahan oleh Ir. Dakso Sriyono, Penerbit Erlangga, Jakarta. Dandekar, M. M., & Sharma, K.M., 1979, Pembangk it Listrik Tenaga Air, Terjemahan
oleh
D.
Bambang
Setyadi,
1991,
Penerbit
Universitas
Indonesia, Jakarta. Penche, C., 1998, Layman's Handbook On How To Develop A Small Hydro Site, U. Politécnica de Madrid, Madrid. Warnick, C.C., 1984, Hydropower Engineering , Professor of Civil Engineering, University of Indaho Moscow, Indaho. Sunyoto, 2008, Teknik Mesin Idustri, Jilid 3, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. PLTA Wonogiri, 2006, Petunjuk Operasi Unit PLTA Wonogiri, PT. Indonesia Power UBP Mrica Sub Unit PLTA Wonogiri, Wonogiri. Sularso & Suga, K.,. 1997, Dasar Perencanaan Dan Pemeliharaan Elemen Mesin, Cetakan ke-empat, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta. Sukoco
E.,
2011,
Perancangan
Turbin
Kaplan
Penggerak
Generator
Listrik
Menghasilkan Daya 500 kW, Tugas Akhir Teknik Mesin, IST AKPRIND, Yogyakarta. Muhamad, R, S. Abu Amar, 2010, Perancangan Ulang Turbin Air Kaplan Poros Tegak 1,2 MW PLTM Plumbungan Sub Unit UBP Mrica Banjarnegara, Tugas Akhir Teknik Mesin, IST AKPRIND, Yogyakarta.
Surbakti, 2009, Perancangan Serta Pembuatan Prototipe Turbin Air Terapung Bersudu Lengkung Dengan Memanfaatkan Kecepatan Aliran Sungai, Tugas Akhir Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara, Medan. Jorfri, B. Sinaga, 2009, Perancangan turbin Air Untuk Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (Studi Kasus way Gison Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat), Tugas Akhir Teknik Mesin, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Glad, S., 2009, Perancangan Serta Pembuatan Prototipe Turbin Air Terapung Bersudu Datar Dengan Memanfaatkan Kecepatan Aliran Sungai, Tugas Akhir Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara, Medan. Amrullah, M., 2010, Perancangan Turbin Air Francis Pada Head 50 M Dan Daya 4,5 MW, Tugas AkhirTeknik Mesin, IST AKPRIND, Yogyakarta.
Harvey, A., et al, 1993, Microhydro Design Manual , Intermediate Technology Publications, London. Jagdish, Lal, 1975, Hydraulic Machine, Metropolitan Book Co Private Ltd, New Delhi. Niemann, G., 1990, Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan, dan Poros, Penerbit Erlangga, Jakarta. Noname.,
“ pelaksanaan
elektro
mekanikal”,
termuat
di
:
www.clearinghouse.energiterbarukan.com/, diakses 16 Juli 2013. Noname., “SKF Presicion Bearing Catalogue”, termuat di: www.bergab.ru, diakses
17 Juli 2013.
232 SERIES