PEDOMAN PELAYANAN STERILISASI
RSIA SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ( RSIA) SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR Jalan Kartini 15-17 tlp. 3624554, 3629245, 3627119, 3614661, Fax. 3627119 Makassar - 90111 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN STERILISASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR DIREKTUR RSIA SITTI KAHDIJAH 1 MAKASSAR
Menimbang
: a.
bahwa RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar perlu untuk selalu meningkatkan pelayanan kepada pelanggan melalui peningkatan mutu secara berkesinambungan;
b. bahwa akreditasi rumah sakit merupakan salah satu instrumen peningkatan mutu berkelanjutan dan kewajiban bagi rumah sakit sesuai ketentuan pemerintah; c. bahwa dalam pelaksanaan dan persiapan Akreditasi diperlukan berbagai kebijakan dan pedoman. Mengingat
: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran; 4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 417/MENKES/PER/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit; 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. MEMUTUSKAN
Menetapkan
: PEDOMAN
PELAYANAN STERILISASI DAN ANAK SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR
Pertama
: Memberlakukan Buku Pedoman Pelayanan Sterilisasi di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar sebagaimana terlampir bersama surat keputusan ini sebagai pedoman pelaksanaan pelayanan sterilisasi di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar 3
RUMAH
SAKIT
IBU
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ( RSIA) SITTI KHADIJAH 1 MAKASSAR Jalan Kartini 15-17 tlp. 3624554, 3629245, 3627119, 3614661, Fax. 3627119 Makassar - 90111
Kedua
: Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Makassar Pada Tanggal : 5 Januari 2015 -------------------------------------------Direktur,
Dr. dr. H. Nasruddin. AM, Sp.OG
NIK.
4
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan anugerah yang diberikan kepada penyusun, sehingga Pedoman Pelayanan Sterilisasi RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar ini dapat selesai disusun. Pedoman Pelayanan Sterilisasi ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dan acuan pada kegiatan pengelolaan alat dan bahan steril di rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi silang yang berasal dari alat atau bahan yang digunakan untuk tindakan medis terhadap pasien. Terima kasih yang sebesar besarnya, kami haturkan kepada Direktur RSIA
Sitti
Khadijah 1 Makassar yang telah memberikan dukungan moril dan materiil dalam pembuatan pedoman ini, para pejabat struktural dan tenaga fungsional di lingkungan RSIA
Sitti
Khadijah 1 Makassar yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan pedoman ini, serta seluruh staf di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar yang telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi pedoman ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan akreditasi rumah sakit.Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan buku pedoman ini sangat kami harapkan. Wassalamu’alaikum Wr Wb
Makassar,
Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
i
SURAT KETERANGAN DIREKTUR ...........................................................................
ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
................................................................................................................
PENDAHULUAN .......................................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................................
1
B. Tujuan ...................................................................................................
2
C. Batasan Operasional...............................................................................
2
D. Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit ....................................................
3
E. Prinsip Sterilisasi ...................................................................................
5
F. Proses Pengelolaan Alat Medis Habis Pakai ...........................................
6
G. Hubungan Fungsi Unit Sterilisasi Dengan Program PPI .........................
6
H. Tujuan Dan Fungsi Unit Sterilisa................................................................... BAB II
7
STANDAR KETENAGAAN.......................................................................
8
A. Struktur Organisasi ................................................................................
8
B. Uraian Tugas..........................................................................................
9
C. Kualifikasi ......................................................................................................... 10
BAB
III
STANDAR
........................................................
FASILITAS
DAN
LOGISTIK
11
A. Bangunan Dan Lokasi .....................................................................................
B. Pembagian Dan Persyaratan Ruang
...............................................................
C. Pemeliharaan Peralatan
...................................................................................
D. Kalibrasi Alat
11 12 13 13
....................................................................................................
14 E. Pendokumentasian................................................................................. 14 F. Alat Pelindung Diri
BAB IV
..........................................................................................
TATA LAKSANA PELAYANAN STERILISASI ...........................................
A. Alur Pelayanan Sterilisasi
...............................................................................
B. Proses Pelayanan Sterilisasi BAB V
............................................................................
15 15 16
KESELAMATAN PASIEN .........................................................................
19
A. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien
19
............................................................
B. Penangan Zat-zat di Pusat Sterilisasi .............................................................
19
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ..............................................
25
BAB VII PENGENDALIAN MUTU ...................................................................................
28
A. Kontrol kualitas sterilisasi ...............................................................................
28
B. Jenis jenis indikator sterilisasi ........................................................................
29
C. Interpretasi hasil indikator biologi .................................................................
32
BAB VIII PENUTUP ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
27
34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi dengan melaksanakan fungsinya sebagai unit sterilisasi melalui proses dekontaminasi yaitu desinfeksi, pembersihan, pengemasan, pemberian tanda dan proses sterilisasi instrument yang dibutuhkan oleh pasien. Pelayanan sterilisasi membutuhkan unit penunjang lain seperti farmasi, rumah tangga, sanitasi, pengadaan dan lain-lain untuk memperlancar kegiatan. Dalam struktur organisasi di RSIA
Sitti Khadijah 1 Makassar , unit sterilisasi
berada di bawah koordinasi Instalasi Penyehatan Pemeliharaan Medis dan Lingkungan yang bertanggungjawab langsung pada Direktur Bidang penunjang Medis. Tugas utamanya adalah memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan alat kesehatan dalam kondisi steril (bebas dari spora) secara tepat dan cepat dalam proses pelayanan pasien.Untuk meningkatkan pelayanan tersebut diperlukan pengetahuan dan ketrampilan khusus petugas yang bekerja di unit sterilisasi.Hal yang melatarbelakangi berdirinya unit Sterlisasi di Rumah Sakit adalah: 1. Menyediakan peralatan medis dan bahan steril untuk perawatan pasien 2. Mengatur distribusi alat - alat steril yang dibutuhkan di kamar operasi, ruang perawatan dan ruang lain yang membutuhkan produk steril. 3. Mendokumentasikan setiap aktifitas pembesihan, desinfeksi maupun sterilisasi sebagai upaya pengendalian mutu. Dalam menjalankan tugasnya unit sterilisasi masuk ke dalam Tim PPI sehingga dalam pelayanan tindakan medis, unit sterilisasi mempunyai peran yang besar dalam ikut menekan infeksi nosokoinial. unit sterilisasi di Rumah Sakit merupakan unit yang berperan langsung pengawasan pengelolaan bahan atau instrument medis steril baik dan segi teknis maupun segi management. Bentuk dan pelayanan unit sterilisasi adalah memberikan pelayanan bahan dan alat steril pada semua unit yang membutuhkan produk steril. Adapun tanggung jawab yang diemban adalah memastikan tidak adanya mikroorganisme yang masih ada pada produk steril sehinggan aman untuk pelayanan.
Pedoman Pelayanan Sterilisasi
1
Adapun tujuan diadakannya unit sterilisasi di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar adalah: 1. Menekan angka Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit melalui alat medis. 2. Mencegah infeksi silang (Cross Infection). 3. Menjamin ketersediaan instrument steril di rumah sakit. 4. Menjamin mutu produk steril. 5. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi di rumah sakit. B. Tujuan 1. Umum Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian infeksi di rumah sakit. 2. Khusus a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan unit sterilisasi di rumah sakit. b. Untuk mengadakan pengawasan dan control mutu terhadap hasil sterilisasi. c. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana memberikan pelayanan sterilisasi. C. Batasan Operasional 1. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimia. 2. Desinfeksi
adalah
upaya
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan
jumlah
mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimia. 3. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia. 4. Desinfeksi
Tingkat
Tinggi
(DTT)
adalah
proses
menghilangkan
semua
mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada instrument dengan cara fisik maupun kimia. 5. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh seorang penderita selama dirawat di rumah sakit. Batasan waktu / criteria waktu infeksi nosokomial3 x 24 jam setelah dirawat, ada juga yang membatasi 5x 24 jam setelah operasi, atau 1 bulan setelah infeksi dan bagi penggunaan implant batasan waktunya dapat sampai 1 tahun.
6. Sterilisator adalah alat atau mesin yang digunakan untuk proses sterilisasi alat atau bahan medis baik secara fisik ataupun kimia. 7. Packing adalah pembungkus dari bahan atau alat steril baik berupa kertas, w pack, linen, maupun tromol untuk melindungi produk steril dari kontaininan. 8. Indikator kimia adalah suatu yang terdapat pada produk steril ditandai dengan perubahan warna setelah proses sterilisasi dikarenakan paparan panas dan mesin stenilisasi. 9. Indikator mekanik adalah indicator untuk mengetahui kesiapan mesin sterilisasi yang dapat dilihat dan suhu, tekanan, maupun waktu yang digunakan saat proses sterilisasi diperkuat dengan kalibrasi sterilisator. 10. Kalibrasi adalah suatu cara untuk mengetahui hasil / output dan suatu mesin bahwa hasilnya sesuai dengan standart yang ditetapkan. D. Pengendalian Infeksi Di Rumah Sakit Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang didalamnya merupakan tempat pasien melakukan pengobatan dan terapi untuk mencapai kesembuhan melalui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun dokter. Pasien yang berada di rumah sakit sangat rentan terhadap kejadian infeksi dikarenakan kondisinya yang lemah. Bakteri sangat mudah menginfeksi pada pasien tersebut. Penularan infeksi dapat terjadi dikarenakan hal-hal dibawah ini: 1. Contact transmission (man to man transinission) dapat terjadi penularan dan petugas ke pasien atau sebaliknya. 2. Droplet transmission didapatkan dari percikan mengandungmikroorganisme yang disebarkan melalui jarak dekat (1 - 2 meter) melalui udara 3. Airborne transmission dapat terjadi apabila bakteri menyebar melalui residual particle <5 πm dan tetap berada dalam aliran udara dalam waktu yang cukup lama. 4. Common vehicle transmission terjadi melalui makanan tercemar, air, maupun alat kesehatan yang tidak steril. 5. Vectorborne transmission terjadi melalui binatang seperti nyamuk, lalat dan tikusyang berperan sebagai vector penyakit. Pasien yang terindikasi mendapatkan infeksi yang didapat di rumah sakit atau infeksi nosokomialadalah apabila saat pasien datang ke fasilitas kesehatan belum ada atau belum terinkubasi. Batasan infeksi nosokomialberkaitan dengan kriteria waktu 3 x 24 jam
setelah dirawat, ada pula yang membatasi pada 5 x 24 jam setelah operasi atau 1 bulan setelah infeksi dan bagi pengguna implant dibatasi sampai 1 tahun. Rantai penularan penyakit infeksi.
Agen penyebab infeksi (bakteri, jamur, virus, dll) Pejamu rentan (pasca bedah, luka
Reservoir
bakar, penyakit kronik, umur muda)
(Manusia, air, dan larutan, obat, peralatan)
Tempat masuk (lapisan mukosa, luka, sel cerna.
Tempat keluar
Nafas dan kemih)
(ekskreta, sekreta, drolet)
Cara penularan (kontak, droplet, udara, vector, pelaralatan)
Upaya untuk pengendalian infeksi, setiap sarana kesehatan wajib menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi pasien, tenaga kesehatan dan pengunjung. Realisasi dan kegiatan tersebut adalah dengan melakukan kewaspadaan universal dengan cara cuci tangan, pengelolaan alkes habis pakai, pengelolaan benda tajam, pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
E. Prinsip Sterilisasi Sterilisasi adalah proses pengolahan alat atau bahan dengan tujuan mematikan semua mikroorganisme (bakteri, virus dan jamur) termasuk endospora. Metode sterilisasi yang banyak digunakan di rumah sakit adalah sebagai berikut: 1. Sterilisasi dengan panas uap 2. Sterilisasi dengan panas kering RSI Nashrul Ummah Lamongan menggunakan sterilisasi jenis panas uap dan panas kering dikarenakan: 1. Material yang disterilkan 2. Beban kerja atau volume sterilisasi 3. Biaya investasi dan biaya operasional yang tersedia 4. Kemasan yang digunakan 5. Kemudahan dan biaya sterilan Tipe sterilisator yang digunakan adalah tipe grafitasi, dimana udara dikeluarkan dari chamber berdasarkan grafitasi. Kelebihan dan mesin sterilisasi uap adalah karena paling efektif dan efisien. Uap dapatmembunuh organisme melalui denaturasi dan koagulasi protein secara irreversible. Kesempurnaan proses sterilisasi uap tergantung pada: 1. Proses pengurangan jumlah organisme sebelum sterilisasi melalui pembersihan yang baik dan mencegah terjadinya rekontaininasi sebelum digunakan. 2. Kualitas uap dengan fraksi kekeringan 97% (pada skala 0 - 100%, 0 menunjukkan kandungan air yang sangat tinggi sementara 100% menunjukkan uap sama sekali tidak mengandung air). 3. Penataan barang pada mesin. Pengisian untuk kemasan linen sebaiknya vertical untuk memudahkan uap berpenetrasi pada kemasan dan memudahkan pengosongan udara. Pengisian chamber memanfaatkan 75% dan kapasitas chamber. Pengambilan barang dan mesin sterilisasi setelah semua uap keluar dan chamber dan barang-barang steril sudah melalui proses pendinginan. Pada saat proses pendinginan barang steril tidak boleh diletakkan pada permukaan logam karena akan terjadi proses kondensasi pada barang sehingga terjadi proses rekontaminasi. Pengawasan proses sterilisasi dilakukan melalui 4 indikator: 1. Indikator mekanik 2. Indikator kimia 3. Kultur biologi
F. Proses Pengelolaan Alat Medis Habis Pakai Proses pengelolaan alat medis habis pakai di rumah sakit melalui tahapan yaitu: 1. Dekontaminasi Dekontaminasi adalah proses menghilangkan mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada peralatan medis sehingga aman untuk proses selanjutnya. Langkahlangkahnya sebagai berikut: a. Pembersihan Merupakan proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat atau tidak terlihat pada peralatan
medis setelah
dilakukan
dekontaminasi
atau pembilasan
menggunakan air mengalir dan bersihkan dengan detergent untuk menghilangkan kotoran atau bahan organik dan pennukaan alat medis. b. Desinfeksi Merupakan
proses
menghilangkan
mikroorganisme
menggunakan
cairan
desinfektan. Pemilihan desinfektan yang tepat harusmemenuhi criteria sebagai berikut: 1) Daya bunuh kuman tinggi 2) Spectrum luas dan dapat mematikan berbagai jenis mikroorganisme 3) Dapat mendesinfeksi alat medis dengan singkat 4) Stabil selama dalam penyimpanan 5) Tidak merusak bahan yang didesinfeksi 6) Tidak mengeluarkan bau yang mengganggu 7) Desinfektan yang digunakan sederhana dan mudah dalam penggunaannya 8) Biaya murah dan ready stok c. Sterilisasi Merupakan suatu proses menghilangkan semua bentuk mikroorganisme pada peralatan medis termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi menggunakan alat sterilsator. G. Hubungan Fungsi Unit Sterilisasi Dengan Program PPI Fungsi unit sterilisasi sebagai penunjang pelayanan medis didalam jajaran pelayanan kesehatan di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar
yang berfungsi melakukan
proses sterilisasi dan penerimaan alat medis sampai distribusi produk steril. Pengguna terbesar produk steril adalah kamar operasi.
Kegiatan unit sterilisasi yang berkaitan dengan pengendalian infeksi adalah sebagai berikut: 1. Alur alat dilakukan satu arah mulai dan penerimaan alat non steril masuk ke ruang desinfeksi atau area kotor dan tahap akhir masuk ke ruang penyimpanan. 2. Proses pengelolaan instrument di area dekontaminasi harus sesuai dengan prosedur yang sesuai. 3. Dilakukan proses persiapan instrument dengan melakukan uji fisik, uji fungsi instrument, labeling dan sterilisasi 4. Pengendalian mutu produk steril melalui indikator kimia dan didokumentasikan secara continue. H. Tujuan Dan Fungsi Unit Sterilisasi 1. Tujuan unit sterilisasi a. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien b. Mendistibusikan alat alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan,kamar operasi maupun ruangan lainnya yang membutuhkan. c. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan yang aman dan efektif. d. Mempertahankan stok memadai untuk keperluan perawatan pasien. e. Mendokomentasikan setiap aktifitas pembersihan, desinfeksi maupun sterilasi sebagian dan program upaya pengendalian mutu sterilisasi. 2. Fungsi unit sterilisasi a.
Merupakan fasilitasyang menghasilkan jasa dan memiliki produk didalam rumah sakit dengan fungsi pengelolaan insrumen disposable, pengecekan insrumen, seting,packing, sterilisasi.
b. Fungsi managemen sebagai pengawasan produk steril c. Sebagai unit sterilisasi bagi ruangan yang membutuhkan instrument steril d. Membuat standarisasi prosedur sterilisasi e. Fasilitas unit sterilisasi mampu menyediakan produk sterilisasi yang aman bagi pasien.
BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Struktur Organisasi
DIREKTU R
KABID PELAYANAN KEPERAWATA N
KARU OKRR Kepala TIM
Koordinat or sterilisa si
Pengendali an mutu dan kebersihan
Logistik dan administr asi
B. Uraian Tugas Dalam pelaksanaannya, semua SDM yang ada di unit sterilisasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing : 1. Koordinator unit sterilisasi (fungsi managemen) a. Perencanaan 1) Menyusun rencana kerja tahunan unit 2) Menyusun program kerja dan RAPB unit 3) Merencanakan kebutuhan fasilitas dan perlengkapan kerja. 4) Merencanakan kebutuhan dan pengembangan SDM. 5) Menyusun informasi tentang uji sterilitas dan monitoring alat -alat sterilisator secara berkala. 6) Membuat standart mutu pelayanan dan petunjuk teknis pelayanan unit sterilisasi. 7) Membuat organisasi pelaksanaan tugas unit sterilisasi b. Operasional 1) Melakukan proses sterilisasi 2) Melakukan pelayanan alkes steril c. Pengawasan, pengendalian dan penilaian 1) Pengawasan mutu produk steril 2) Mengawasi pelaksanaan program kerja dan realisasi anggaran 3) Melakukan penilaian terhadap kinerja unit dan SDM yang terlibat didalamya 4) Membuat laporan berkala 3 bulanan dan laporan tahunan unit sterilisasi Kualifikasi ketenagaan kepala unit sterilisasi sebagai berikut: Wewenang: a. Meminta informasi pelayanan dan distribusi barang yang sudah disterilikan keseluruh unit pelayanan rumah sakit. b. Kebenaran isi laporan alat dan barang yang ada di unit sterilsasi. Tanggung jawab: a. Kelancaran pelayanan dan distribusi alat barang yang sudah siap pakai dan kondisi ke seluruh pelayanan rumah sakit. b. Kebenaran isi laporan alat dan barang di Unit Steririlisasi, 2. Bidang pengendalian mutu a. Membantu dalam perencanaan dan realisasi program b. Membantu dalam tindakan evaluasi program 3. Bidang logistik
a. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkanunit untuk kelancaran proses sterilisasi b. Membuat daftar kebutuhan unit c. Menghitung stok barang 4. Bidang adininistrasi a. Melakukan pengawasan terhadap adininistrasi kegiatan yang dilakukan di unit b. Memberi masukan kepada petugas lain yang tidak melakukan adininistrasi benar 5. Bidang kebersihan a. Melakukan pengawasan terhadap kebersihan ruang unit sterilisasi dan fasilitas atau peralatan yang digunakan untuk proses sterilisasi b. Melakukan
koordinasi
dengan
petugas
cleaning
service
untuk
meningkatkankebersihan ruang C. KualifikasiTenaga 1. Koordinator unit sterilisasi a. Pendidikan terakhir minimal D3 kesehatan, diutamakan dari Kesehatan Lingkungan dan sudah mengabdi di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar selama 3 tahun. b. Pendidikan terakhir minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa kerja 3 tahun dibidang sterilisasi c. Telah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis pelayanan sterilisasi d. Telah mengikuti kursus tambahan dengan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit d. Telah mendapatkan kursus tambahan tentang managemen e. Berpengalaman kerja di bagian unit sterilisasi f. Mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan berkomunikasi dengan orang lain. g. Berkepribadian dan berakhlak mulia. 2. Pelaksana a. Pendidikan terakhir minimal SLTA b. Mampu melaksanakan prosedur kerja yang ada di unit sterilisasi c. Mampu melaksanakan pekerjaan rutin dengan baik. d. Mampu melakukan tugas administrasi dan mengoperasionalkan computer e. Mematuhi semua peraturan yang ada di unit sterilisasi f. Unit sterilisasi ( rawat inap dan jalan ) dilakukan di unit sterilisasi yang ada di kamar operasi yang bertanggung jawab terhadap kepala kamar operasi.
BAB III STANDAR FASILITAS DAN LOGISTIK A. Bangunan Dan Lokasi Pembangunan ruang unit sterilisasi, sebaiknya disesuaikan dengan kemungkinan perluasan Rumah Sakit. Untuk ketentuan Rumah Sakit harus didesain menurut tipe/ kapasitas Rumah Sakit sebagai berikut: 2
1. 200 TT, luas bangunan kurang lebih 130 m
2
2. 400 TT, luas bangunan kurang lebih 200 m
2
3. 600 TT, luas bangunan kurang lebih 350 m
2
4. 800 TT, luas bangunan kurang lebih 400 m
2
5. 1000 TT, luas bangunan kurang lebih 450m
Lokasi unit sterilisasi sebaiknya berada dekat dengan pengguna paling banyak yaitu kamar operasi. Untuk menentukan lokasi unit sterilisasi yang sesuai dengan kebutuhan, dapat menggunakan open sistem atau close system. 1. Open system System open atau terbuka artinya lokasi unit sterilisasi berada jauh dan kamar operasi. Untuk distribusi instrument steril atau pengiriman instrument non steril digunakan tempat atau troli khusus. Troli yang digunakan untuk distribusi steril harus benar-benar tertutup sehingga pada saat distribusi produk steril, instrument terhind ar dari kontaminasi. Karena jarak yang dibutuhkan jauh, maka waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tempat distribusi juga lama. 2. Close System Close System atau system tertutup artinya lokasi unit sterilisasi berada dekat dengan konsumen terbesar. Harapannya adalah tingkat kontaminasi kecil karena jarak yang ditempuh juga relative pendek dan waktu yang digunakan singkat. Lokasi unit sterilisasi di RSIA
Sitti Khadijah 1 Makassar menggunakan close
system karena letak unit sterilisasi berjauhan dengan kamar operasi.
B. Pembagian Dan Persyaratan Ruang Pada prinsipnya, pembagian ruangan yang ada di unit sterilisasi dimaksudkan untuk memisahkan antara ruang bersih dan kotor. Hal ini untuk mencegah kontaminasi silang antar ruangan. 1. Ruang dekontaminasi Ruang ini merupakan ruang yang paling tinggi tingkat kontaminasinya. Merupakan ruangan awal penerimaan bahan non steril baik yang sudah dilakukan desinfeksi maupun yang belum. Kegiatan yang ada di ruang dekontaminasi ini adalah melakukan desinfeksi dan pencucian instrument. Desinfektan yang digunakan adalah desinfektan yang ramah lingkungan. 2. Ruang packing Merupakan rangkaian dan proses setelah melalui desinfeksi dan pencucian instrument. Di ruang packing ini dilakukan pengujian fisik dan pengujian fungsi yang bertujuan untuk kelayakan instrumen saat digunakan pada pasien. Setelah proses
pengujian
selesai,
instrument
yang lolos uji kelayakan
dilakukan
pengelompokan tiap-tiap set untuk selanjutnya dilakukan packing. 3. Ruang produksi Merupakan ruangan yang digunakan untuk pengelolaan kasa dan linen. a. Pengelolaan kasa Proses pengelolaan kasa masih dalam bentuk gulungan sampai dengan proses pelipatan dilakukan di ruang ini. Adapun jenis pelipatan dan kasa ini ada bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan ruang keperawatan kemudian dilakukan sterilisasi. b. Pengelolaan linen Proses pengelolaan linen bersih, mulai dari pelipatan, penghitungan sampai dengan penyimpanan dilakukan di ruangan ini. Selanjutnya dilakukan packing linen bersih dan dilakukan sterilisasi. Adapun linen steril tersebut digunakan untuk: 1) Kegiatan operasi di kamar operasi 2) Perawatan pasien luka bakar 4. Ruang sterilisasi Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien dilakukan fisik menggunakan autoclave dengan suhu 170° C dengan waktu 2 jam
5. Ruang penyimpanan Syarat ruang penyimpanan steril: a. Diletakkan di tempat penyimpanan khusus b. Dirancang sebagai gudang penyimpanan instrument steril c. Terletak dekat dengan ruang sterilisasi Penyimpanan peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat khusus setelah dikemas secara steril pada ruangan: a. Dengan suhu 18°C - 22°C dan kelembaban 35% - 75%. b. Dinding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat dan mudah dibersihkan. c. Barang yang disteril disimpan pada jarak 19 cm - 24 cm. Kegiatan setelah penyimpanan adalah distribusi produk steril. Selama instrument berada di luar penyimpanan steril, kadang instrument mengalamini kerusakan atau hal lain yang menyebabkan instrument tidak steril. Pada pelayanan unit sterilisasi dikenal dengan istilah recall. Recall merupakan tindakan penarikan produk steril yang diduga sudah tidak steril karena packing rusak atau instrument sudah melewati batas kadaluarsa. Tujuannya adalah untuk keselamatan pasien. C. Pemeliharaan Peralatan Mesin sterilisasi harus dilakukan pemeliharaan setiap hari dengan cara diperiksa dan dibersihkan setiap hari. Tujuannya adalah sebagai berikut: 1. Pemeliharaan secara rutin dapat menurunkan kemungkinan tidak berfungsinya alat. 2. Kebersihan dapat menurunkan resiko kontaminasi pada barang steril. Pemeliharaan atau service rutin dilakukan oleh unit elektromedik, dengan dilampiri jadwal yang sudah ditetapkan. D. Kalibrasi Alat Kalibrasi dilakukan untuk menjamin mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif serta dapat diandalkan. Kalibrasi dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas kesehatan (BPFK) departemen Kesehatan atau agen tunggal pemegang merk dan dilakukan minimal 1 tahun satu kali. Apabila komponen - komponen dalam mesin dilakukan perbaikan maka harus dilakukan kalibrasi ulang untuk pemenuhan standart.
E. Pendokumentasian Setiap mesin sterilisasi yang ada harus mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/perawatan meis. Dokumentasi ini harus tersedia pada supervisor mesin sterilisasi, teknisi rumah sakit atau pihak yang telah melakukan perawatan mesin. Beberapa informasi yang harus tersedia dalam dokumen yaitu : 1. Tanggal permohonan servis mesin 2. Model dan nomor seri mesin sterilisasi 3. Nama pemohon dan pemberi ijin servis 4. Alasan permohonan servis 5. Deskripsi servis yang dilakukan (misal : kalibrasi) 6. Jenis dan kuantitas suku cadang yang diganti 7. Nama orang yang melakukan servis 8. Tanggal perbaikan dilakukan F. Alat Pelindung Diri Instalasi pusat sterilisasi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti apron lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan kimia heavy-duty, penutup kepala, masker “high-filtration” dan “tight fitting” goggle, khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan terjadinya percikan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan tubuh lainnya. Harus terdapat alas kaki khusus untuk memasuki ruanga dekontaminasi dan penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker dan goggle harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Alat pelindung yang dipakai ulang harus dilaundry setelah setiap kali pemakaian. Jenis APD menurut penggunaannya yang ada di rumah sakit: 1. APD yang dipakai ulang harus dilaundry setelah setiap pemakaian Contoh : masker, apron / celemek, sarung tangan, sandal / sepatu tertutup. 2. APD yang dapat dipakai sekali (disposable) Contoh : handscoon.
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN STERILISASI Proses yang berjalan untuk mencapai pengelolaan instrument yang berkualitas membutuhkan sumber daya manusia dan managemen yang bertanggung jawab. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan alur dan proses pengelolaan yang benar. A. Alur Pelayanan Sterilisasi Alur pelayanan sterilisasi / alur kerja ini digunakan untuk mengetahui bagaimana instrument / bahan non steril diproses dari penerimaan, proses pengelolaan instrument sampai dengan alat siap diambil dan digunakan untuk tindakan medis. Pengambilan penitipan
unit/ruangan
danpeminjaman
penerimaan penitipan peminjaman
cek label dan indikator penyimpanan
cek kondisi barang
packing
indicator
identitas sterilisasi
sterilisasi
pengecekan instrumen
pengelolaan instruman
cek indicator,kemasan dan identitas
instrument, kas dan linen
produksi
perbekalan (kasa dan linen)
B. Proses Pelayanan Sterilisasi Proses pelayanan sterilisasi di RSIA menjadi 3 yaitu:
Sitti Khadijah 1 Makassar dibagi
1. Pelayanan instrument / alkes steril Dalam pengelolaan instrument / alkes di unit sterilisasi RSI Nashrul Ummah Lamongan, unit sterilisasi melakukan pengelolaan dan instrument setelah digunakan untuk tindakan medis sampai dengan instrument tersebut siap digunakan kembali. Petugas ruangan menyerahkan instrument non steril kepada unit sterilisasi dan petugas melakukan pengelolaan sesuai dengan stamdart yang ada.Adapun proses yang adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab unit sterilisasi dan perencanaan material sampai dengan pengendalian produk steril. 2. Pengadaan Merupakan kegiatan pemenuhan fasilitas untuk kelancaran proses sterilisasi yang pada realisasinya
dikelola oleh bidang logistic unit sterilisasi dibawah
tanggungjawab supervisor unit sterilisasi. 3. Desinfeksi / pencucian Desinfeksi merupakan tindakan awal setelah instrument digunakan. Pada proses ini terdapat 2 jenis konsentrasi desinfeksi, yaitu: a. Konsentrasi 0,5 % Pada konsentrasi, instrument boleh tidak dilakukan pembilasan. 1) Keuntungan a. Petugas terlindung dan kontaininan b. Tidak diperlukan pembilasan lagi 2) Kerugian Cairan desifektan hanya dapat digunakan satu kali b. Konsentrasi 2 % dan 5 % 1) Keuntungan a) Hemat pada pemakaian desinfektan b) Dapat digunakan lebih dan 1 set instrument c) Dapat di gunakan dalam waktu 7 hari pemakaian dalam kondisi tertutup
Pada proses desinfeksi ini diperlukan waktu kontak antara desinfektan dengan instrument kurang lebih 5 dan 15 menit. Adapun tujuan dan proses desinfeksi ini adalah untuk mengurangi mikroorganisme pada instrument sehingga aman untuk proses selanjutnya. 4. Pencucian Menghilangkan sisa dari desinfektan yang masih menempel pada instrumen sehingga tidak merusak instrument itu sendiri. 5. Pengeringan Dilakukan menggunakan haidrayer untuk proses lebih cepat 6. Pengujian fisik dan fungsi Untuk mengetahui bahwa instrument tersebut benar-benar telah siap pakai untuk tindakan medis. 7. Packing Merupakan tindakan membungkus instrument menggunakan berbagai jenis packing untuk keamanan instrument saat akan digunakan untuk tindakan. Prinsip dasar packing: a. Sterilan harus dapat diserap dengan baik menjangkau seluruh permukaan kemasan dan isinya b. Harus dapat menjaga strilitas isinya hingga kemasan dibuka c. Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan kontaminasi. Bahan atau tipe kemasan yang digunakan di RSIA Sitti Khadijah 1 Makassar adalah linen, film plastik atau pouches dan tromol. 8. Labeling Memberi identitas pada setiap kemasan instrument yang berisi tanggal sterilisasi, tanggal expiredate sterilisasi, nama instrument, nama ruangan yang memiliki instrument. 9. Sterilisasi Merupakan proses menghancurkan semua bentuk spora menggunakan metode sterilisasi yang ada, bisa menggunakan metode steam bertekanan, panas kering, dan cairan gigasept
Indikasi instrument yang harus dilakukan sterilisasi adalah: a. Semua peralatan medik atau peralatan pasien yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, system vaskuler atau melalui saluran darah. b. Semua peralatan yang menyentuh selaput lender seperti laparascopy, LMA, endotracheal tube c. Semua peralatan operasi yang telah dibersihkan dan jaringan tubuh, darah atau sekresi 10. Penyimpanan Menggunakan system FIFO (First In First Out) dan perlu diperhatikan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan yang sesuai dengan standart. 11. Distribusi Proses pengambilan instrument steril di antarkan oleh petugas unit sterilisasi ke ruangan masing-masing. 2. Pelayanan linen steril Pelayanan linen steril ini dikhususkan untuk ruangan yang membutuhkan linen steril sebagai bagian dan tindakan medis untuk mencegah infeksi nosokomial pada pasien. Kebutuhan linen steril ini dibagi menjadi 2, yaitu: 1. kamar operasi Menggunakan set steril dalam jumlah khusus (standart) untuk keperluan operasi. 2. Pasien luka bakar Linen steril digunakan untuk meminimkan infeksi karena luka terbuka, jumlah dan jenis linen yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. 3. Pelayanan kasa steril Pelayanan kasa steril untuk memenuhi kebutuhan ruangan baik rawat inap maupun rawat jalan. unit sterilisasi
mempunyai tanggung jawab untuk mengelola
kasa dan kasa dalam kondisi utuh sampai menjadi kasa steril yang siap digunakan
BAB V KESELAMATAN PASIEN A. Pencegahan Kecelakaan Pada Pasien Petugas pusat sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah terjadinya keselakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alatalat/instrument
yang
digunakan.
Melakukan
proses
dekontaminasi,
disinfeksi,
pengemasan, sterilisasi dan penanganan barang steril secara tepat dan benar sesuai dengan
SPO
yang
ditetapkan
merupakan
cara
untuk
mencegah
terjadinya
kecelakaan/luka pada pasien. Pengguna barang yang belum diuji kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrument bedah) apabila digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial Saran tindakan aman -
Lakukan pengujian terhadap alat sebelum didistribusikan dari pusat sterilisasi sesuai dengan petunjuk dan SPO di pusat sterilisasi
-
Pastikan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari kotoran, kerusakam, atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan alat.
-
Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat transportasi menuju daerah dekontaminasi
-
Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses sterilisasi mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja dengan baik.
-
Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaanlengkap dan berfungsi secara normal
-
Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual semala siklus berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)
B. Penanganan Zat-zat Kimia di Pusat Sterilisasi Penanganan zat-zat kimia di pusat sterilisasi sangat perlu diperhatikan mengingat banyak zat kimia yang digunakan di pusat sterilisasi bersifat toksik. Apabila penanganannya
tidak dilakukan dengan baik maka dapat membahayakan baik petugas pusat sterilisasi itu sendiri maupun pasien. 1. Alcohol Alcohol dalam bentuk Etil atau isopropyl alcohol (60-90%) digunakan sebagai desinfektan menengah dengan kemampuan bakterisida tuberkulosidalm fungisidal dan vitusidal Tindakan pertolongan a. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik b. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas ventilasi dan oksigenasi dan penatalaksanaan sirkulasi Tindakan pertolongan pada pemaparan mata a. Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena b. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi dengan sejumlah air bersih atau NaCl 0,9% perlahan selama 15-20 menit c. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit d. Jangan biarkan korban menggosok mata e. Tutupkah mata dengan kain kasa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit a. Bawa pasien segera ke keran air terdekat b. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit c. Jika tidak tersedia air, bersihkan bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan.
BAB VII KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang akan ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknikteknik bekerja secara aman maka risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara siknifikan. 1. Penerimaan Barang Kotor dan Daerah Kontaminasi Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia dilingkungan pusat sterilisasi dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki, gaun anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyediaan alat pelindung diri menjadi tanggung jawab petugas sterilisasi untuk melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar. Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dan lain-lain dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan
masuknua
mikroorganisme
ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit. Saran Tindakan Aman -
Jangan sekali-kali memasukkan tangan ke dalam wadah berisi barang terkontaminasi tanpa dapat memelihara secara jelas isi dari wadah tadi.
-
Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-alat, lalu pindahkan alat/instrument satu per satu. Pastikan agar bagian yang runcing dari instrument mengarah berlawanan dengan tubuh kita pada saat transportasi.
-
Buang sampah benda tajam (jarum suntik, blide) ke dalam wadah yang tahan tusukan dan tidak dibuang pada tempat sampah biasa
-
Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari instrument kemungkinan terjadinya luka pada petugas lain dengan penanganan normal
-
Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara aman dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia terhadap kulit dan membrane mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar kimia.
-
Berhati – hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksan kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada ramburambu peringatam
-
Pada saat mencuci instrument di dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu menggosok di bawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup.
2. Penyiapan Proses Sterilisasi Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas yang terlatih dan sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara mrnggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin. Saran tindakan aman -
Gunakan sarung tangan pada saat menangani kereta mesin sterilisasi atau pada saat berhubungan dengan obyek lain bersuhu tinggi
-
Letakkan kereta mesin sterilisasi (trolley) di luar daerah lalu lalang untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini
-
Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas” dan pemotongan kantung sterilisasi (pouches)
-
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh digunakan oleh petugas terlatih
-
Pengoperasian dan instakasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan denganmemperhatikan sistem ventillasi dan sistem exhause yang ebrhubungan langsung dengan udara luar (ke luar gedung)
-
Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dengan tubuh atau menghisap udara di atas barang yang dipindahkan tersebut
-
Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerasi sebaiknya kereta ditarik dan tidak didorong.
-
Setelah barang dimasukkan ke dalam cabinet aerasi dan siklus aerasi sudah dijalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi selesai.
-
Apabila ada patugas yang terpapar dengan EO segeralah dibawa ke ruang gawat darurat untuk evakuasi lebih lanjut.
BAB V II PENGENDALIAN MUTU
Tujuan pelayanan sterilisasi adalah adalah untuk menyediakan produk bahan atau alat medik yang steril namun bukan berarti sekedar menghasilkan barang-barang yang steril. Untuk menjamin kesterilan alat atau bahan diperlukan mekanisme yang ketat sebagai jaminan bahwa produknya benar-benar steril dengan cara kultur atau uji sterilitas dan setiap produk. Kegiatan tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit, oleh karena itu ada kegiatan yang dapat menekan biaya dengan cara monitoring proses sterilisasi yaitu dengan cara memonitor proses yang dilakukan memberikan jaminan bahwa parameter yang telah ditentukan dalam proses sterilisasi sudah terpenuhi dengan baik. A. Kontrol Kualitas Sterilisasi Kontrol proses sterilisasi yang ketat akan memberikan jaminan bahwa peralatan medis yang kita sediakan adalah benar-benar steril, caranya adalah dengan melakukan kultur atau uji sterilisasi dari setiap produk yang disterilkan, sayangnya cara ini sangat tidak praktis dan juga mahal untuk dilakukan di rumah sakit. Oleh karenanya, sebagian jalan keluar kita perlu melakukan apa yang disebut sebagai monitoring proses sterilisasi yang kita lakukan untuk memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah : 1. Pemberian Nomor Lot Pada Setiap Kemasan Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses sterilisasi dan keterangan siklus ke berapa dari mesin sterilisasi. 2. Data Mesin Sterilisasi Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan, informasi - informasi yang harus didokumentasikan antara lain: a. Nomor lot b. Informasi umum kemasan (kemasan linen atau kemasan instrument) c. Waktu pemaparan dan suhu (jika belum tercatat oleh mesin sterilisasi) d. Nama operator e. Data hasil pengujian biologis
f. Data respon terhadap indicator kimiadata hasil dari uji Bowie-Dick 3. Waktu Kadaluarsa Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok, walaupun kadaluarsa tidak bergantung pada waktu melainkan pada kejadian yang dialami oleh kemasan tersebut. B. Jenis - jenis Indikator Sterilisasi 1. Indikator Mekanik Indikator mekanik adalah bagian dari instrument mesin sterilisasi seperti gauge, tabel dan indikator suhu maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik. Kegunaan : Pengukuran temperature dan tekanan merupakan fungsi penting dari sistem monitoring sterilisasi, maka bila indikator mekanik berfungsi dengan baik. a.
Memberikan informasi segera mengenai temperature, tekanan, waktu dan fungsi mekanik lainnya dari alat.
b. Memberikan indikasi adanya masalah apabila alat rusak dan memerlukan perbaikan. Keterbatasan : a.
Indikator mekanik tidak menunjukkan bahwa keadaan steril sudah tercapai melainkan hanya memberikan informasi secara cepat tentang fungsi dari alat sterilisasi
b. Karena bersifat mekanis, maka bila tidak dilakukan kalibrasi alat dengan tepat atau pemakaian yang terlalu sering dapat memberikan informasi yang tidak tepat. 2. Indikator Kimia Indikator kimia adalah indikator yang menandai terjadinya paparan sterilisasi (misalnya : uap panas atau gas etilen oksida) pada obyek yang disterilkan, dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia ini dapat diketahui dengan melihat perubahan warna setelah proses sterilisasi. Indikator kimiaini dibagi 2 yaitu: b. Indikator kimia ekstern Indikator ini diletakkan di luar packing instrument. Indikator ini sebagai penanda bahwa instrument sudah melalui proses sterilisasi.
c. Indikator kimia intern Indikator ini dimasukkan ke dalam packing sebagai penanda bahwa instrument sudah benar-benar steril.
BAB VII PENUTUP Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan. Salah satu upaya untuk menekan kejadian infeksi nosokomial adalah dengan melaksanakan pelayanan Pusat Sterilisasi yang baik. Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan pusat sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas pusat sterilisasi setelah dilakukan perbekalan terhadap petugas pusat sterilisasi. Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja secara aman maka risiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnyan tahun 200
Jalan Kartini 15-17 tlp. 3624554, 3629245, 3627119, 3614661, Fax. 3627119 Makassar - 90111