4.2.7
PEKERJAAN OVERPASS A. BORE PILE a. Uraian Umum
Pondasi Bored Pondasi Bored Pile termasuk kategori pondasi dalam dengan desain tabung yang berfungsi meneruskan beban bangunan kedalam lapisan tanah keras bila level tanah dipermukaan atas tidak cukup untuk menahan beban bangunan secara keseluruhan, sehingga diperlukan daya dukung tambahan. Fungsinya sama dengan pondasi dalam lainya seperti pancang. Perbedaanya terletak pada cara pengerjaanya. Pengerjaan bored pile dimulai dengan pelubangan tanah dahulu sampai kedalaman yang dibutuhkan,kemudian pemasangan tulangan besi yang dilanjutkan dengan pengecoran beton. Mutu Beton Beton yang yang digunakan digunakan dalam pekerjaan ini adalah mutu beton kelas K.350 atau Mutu beton Kelas B2 b. Persyaratan Material 1) Beton Kelas B2 2) Baja tulangan BJTD-40 3) Curing compound 4) Material bantu
c. Spesifikasi Pekerja Pekerjaan an
Jumlah Bored Bored Pile 1) Jumlah
: 6 buah
Panjang Bored Bored Pile 2) Panjang
: 1300 cm
3) Diameter tiang Bor
: 120 cm
Beton Bored Pile 4) Mutu Beton Bored
: Kelas B-2 (K.350)
5) Mutu Baja Tulangan Bored Tulangan Bored Pile : BJTD-40/fy = 400 Mpa 1. D13 (Baja Polos diameter 13mm) 2. D25 (Baja Ulir diameter 25mm) 3. Spiral D13-100 (Baja Polos diameter 13-100mm) 6) Selimut Beton 7) Gambar Rencana
: 75 mm
Gambar 4.49 Detail penulangan bored pile pile
6) Peralatan 1. Service Crane Type Crawler , Kap min 60 Ton 2. Bor Pile Driling Rig , dia 120 mm 3. Excavator , Kap 0,9 M³ 4. Dump Truck , Kap 5 - 7 M³ 5. Truck Bak Datar , Kap 10 T 6. Batching Plant , 30 M³/Jam 7. Agitator Truck , Kap 6M³
Gambar 4.49 Detail penulangan bored pile pile
6) Peralatan 1. Service Crane Type Crawler , Kap min 60 Ton 2. Bor Pile Driling Rig , dia 120 mm 3. Excavator , Kap 0,9 M³ 4. Dump Truck , Kap 5 - 7 M³ 5. Truck Bak Datar , Kap 10 T 6. Batching Plant , 30 M³/Jam 7. Agitator Truck , Kap 6M³
d. Metode Pekerjaan 1) Urutan Pekerjaan
1. Persiapan mesin bor dan pindahkan ke lokasi pengeboran, mesin bor harus diletakkan pada permukaan yang datar dan level. Set alat supaya level dan mata bor pada tit ik patok yang ditentukan. Baut titik pinjaman dan pengeboran dimulai dengan mata bor sampai kedalam, untuk pemasangan Casing atau samapai permukaan air tanah. 2.
Pasang Casing dengan panjang yang diinginkan dan
casing di gantung pada permukaan tanah casing harus pada posisi yang vertikal supaya pengeboran selanjutnya dapat vertikal.. Casing diukur lagi terhadap titik pinjaman supaya vertikal tidak bergeser dari lokasi yang seharusnya dan dimasukkan ke tanah sedalam 6 m. 3. Pengeboran dilanjutkan dengan menggunakan Bucket Bor. Pengeboran diteruskan sampai dengan kedalaman yang diinginkan. 4. Setelah pengeboran mencapai kedalaman yang dikehendaki dilakukan pembersihan dasar lubang bor menggunakan Cleaning Bucket , pembersihan dilakukan sampai Cleaning Bucket bersih. Bucket bersih. 5. Selanjutnya diteruskan dengan pemasangan Steel Cage. Cage. Steel Cage digantung pada permukaan Casing. 6. Angkat Steel Cage berikutnya Cage berikutnya dan disambung dengan Steel Cage terdahulu penyambungan dilakukan dengan pengelasan setempat pada setiap tulangan Longitudinal, kemudian Steel Cage diturunkan dan digantung pada permukaan Casing, Steel Cage dipasang sampai panjang yang diinginkan.
7. Pemasangan P i pa T r emi e a) Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran
memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremie tremie.. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor. b) Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor s upervisor
menentukan, Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi sulit. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa mencabut pipa tremie, tremie , sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di dalam lubang, tidak kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi memegang peran sangat penting. c) Penggunaa Penggunaa Pipa Pipa Tremie dibandingkan dengan bored pile
biasa adalah dengan Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena berat jenis beton lebih besar dari berat jenis lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. d) Pipa tremie dipasang dengan cara disambung satu
persatu dan diturunkan kedalam lubang bor, pipa tremie dipasang sampai ujung bawah pipa tremie mencapai 30 cm dari dasar lubang bor tremie digantung supaya beton masih dapat keluar dari ujung pipa ujung pipa tremie. tremie.
8. Pipa tremie mencapai panjang yang dikehendaki dilanjutkan dengan memasang corong tremie diatasnya kemudian diteruskan dengan pengecoran dilakukan dengan menuang beton ke dalam corong tremie dengan konstan dan pelan. 9. Sebelum melakukan pengecoran. Dilakukan Pengujian Kuat Tekan Beton berupa balok yang sudah dipersiapkan untuk cetakan campuran beton yang nantinya akan di uji di Laboratorium dan Pengujian Slump yang hasilnya langsung bisa diperoleh kemudian apabila nilai slump memenuhi, pekerjaan bias dilanjutkan. 10. Pengecoran dilakukan sampai Cut Off Level ditambah 1 m kemudian dilanjutkan dengan pencabutan Casing sementara, Casing harus dicabut perlahan – lahan supaya tidak terjadi kerusakan pada beton Bore Pile bagian atas.
2) Diagram Alir Pekerjaan
Gambar 4.50 Bagan Alir Pekerjaan Bored Pile 3) Ilustrasi pekerjaan
1. Persiapan mesin bor dan pindahkan ke lokasi pengeboran, mesin bor harus diletakkan pada permukaan yang datar dan level. Set alat supaya level dan mata bor pada titik patok yang ditentukan. Baut titik pinjaman dan pengeboran dimulai dengan mata bor sampai kedalam, untuk pemasangan Casing atau samapai permukaan air tanah.
Gambar 4.51 Set Alat Bor Pada Titik Patok
2. Pasang Casing dengan panjang yang diinginkan dan casing di gantung pada permukaan tanah casing harus pada posisi yang vertikal supaya pengeboran selanjutnya dapat vertikal. Casing diukur lagi terhadap titik pinjaman supaya tidak bergeser dari lokasi yang seharusnya dan dimasukkan ke tanah sedalam 6 m
Gambar 4.52 Pemasangan Casing
3. Pengeboran dilanjutkan dengan menggunakan Bucket Bor. Pengeboran diteruskan sampai dengan kedalaman yang diinginkan
Gambar 4.53 Pengeboran Dengan Bucket Bor
4. Setelah pengeboran mencapai kedalaman yang dikehendaki dilakukan pembersihan dasar lubang bor menggunakan Cleaning Bucket , pembersihan dilakukan sampai Cleaning Bucket bersih.
Gambar 4.54 Pembersihan Dasar Lubang Dengan Cleaning Bucket
5. Selanjutnya diteruskan dengan pemasangan Steel Cage. Steel Cage digantung pada permukaan Casing
Gambar 4.55 Pemasangan Steel Cage
6. Angkat Steel Cage berikutnya dan disambung dengan Steel Cage terdahulu penyambungan dilakukan dengan pengelasan setempat pada setiap tulangan Longitudinal, kemudian Steel Cage diturunkan dan digantung pada
permukaan Casing, Steel Cage dipasang sampai panjang yang diinginkan.
Gambar 4.56 Penyambungan Steel Cage
7. Pipa tremie dipasang dengan cara disambung satu pers satu dan diturunkan kedalam lubang bor, pipa tremie dipasang sampai ujung bawah pipa tremie mencapai 30 cm dari dasar lubang bor tremie digantung supaya beton masih dapat keluar dari ujung pipa tremie.
Gambar 4.57 Pemasangan Pipa Tremie
8. Setelah pipa tremie mencapai panjang yang dikehendaki dilanjutkan dengan memasang corong tremie diatasnya kemudian diteruskan dengan pengecoran dilakukan dengan menuang beton ke dalam corong tremie dengan konstan dan pelan.
Gambar 4.58 Pemasangan Corong Pipa Tremie Dan Pengecoran
9. Pengecoran dilakukan sampai Cut Off Level ditambah 1 m kemudian dilanjutkan dengan pencabutan Casing sementara, Casing harus dicabut perlahan – lahan supaya tidak terjadi kerusakan pada beton Bore Pile bagian atas.
Gambar 4.59 Pencopotan Casing
4) Pengendalian Mutu
1. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan. 2. Pengawasan
Direksi Pekerjaan harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja. 3. Pengujian Campuran a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) Satu
pengujian " slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dikerjakan
kecuali
disaksikan
dianggap belum oleh
Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. b) Pengujian Kuat Tekan
1. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur
yang
dicor
terpisah
pada
tiap
hari
pengecoran. 2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-
4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium. 3. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kantitas pengecoran atau komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya. 4. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara manual, setiap 10 3 m beton harus dibuat 1 (satu) set benda uji dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah minimal diambil 3 (tiga) set benda uji (1 set = 3 buah benda uji). Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji. 5. Prediksi awal pada umur kurang dari 7 (tujuh) hari harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu. 6. Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 (dua puluh delapan) hari.
B. PILE CAP a. Uraian Umum
Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap tersusun atas tulangan baja berdiameter 16mm, 19mm dan 25mm yang membentuk suatu bidang dengan ketebalan dan lebar yang berbeda-beda tergantung dari jumlah tiang yang tertanam. Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Mutu beton yang digunakan pada pekerjaan ini adalah mutu beton K.250 atau mutu beton Kelas C. b. Material
1) Beton Kelas C 2) Baja tulangan BJTD-40 3) Curing compound / karung goni 4) Material bantu c. Spesifikasi Pekerjaan
1) Tebal Lean Concrete
: 10 cm
Letak dari Lean concrete disini berada diantara tanah galian dan Struktur Pile Cap merupakan beton non struktural berfungsi sebagai lantai kerja. 2) Tebal Pile Cap
: 130 cm
3) Mutu Beton Lean Concrete
: Kelas E (K.125)
4) Mutu Beton Pile Cap
: Kelas C (K.250)
5) Selimut Beton Pile Cap
: 70 mm
6) Mutu Baja Tulangan
: BJTD-40/fy = 400 Mpa
1. D16 (Baja Ulir diameter 16 mm) 2. D19 (Baja Ulir diameter 19 mm) 3. D25 (Baja Ulir diameter 25 mm)
7) Gambar Rencana
Gambar 4.60 Detail penulangan pile cap
Gambar 4.61 Detail kebutuhan bar bending penulangan pile
cap 8) Peralatan 1. Excavator , Kap 0,9 M³ 2. Dump Truck , Kap 4 M³ 3. Batching Plant, Kap 30 M³/Jam 4. Agitator Truck , Kap 6 M³ 5. Concrete Pump, Kap 30 M³/Jam 6. Concrete Vibrator 7. Air compressor 8. Sprayer 9. Form work pile cap
10. Stamper / compactor 11. Mesin las 12. Generator Set 25 Kva dan 6 buah lampu penerangan 13. Pompa air submersible 14. Water Tank Truck d. Metode Pekerjaan 1) Urutan Pekerjaan
1. Pekerjaan Galian Struktur pile cap menggunakan Excavator yang dibantu Dump Truck untuk angkutan tanah eks galian ke disposal area. 2. Pemotongan kepala pile sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan dalam gambar rencana, stek tulangan bore pile harus terbuka semua dengan ketinggian yang telah ditentukan. 3. Dilakukan kontrol dimensi dari galian footing (panjang, lebar dan
elevasi),
selanjutnya
dilaksanakan
perapian
dan
timbunan pasir urug setebal 20 cm sebelum dilaksanakan pekerjaan lantai kerja setebal 10 cm. 4. Pekerjaan isian Pancang dengan beton dan stek tulangan 5. Pembesian Pile cap dilaksanakan sesuai susunan, jumlah dan diameter tulangan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar yang telah ditentukan, serta pemasangan besi pier yang tertanam didalam pile cap 6. Pekerjaan Bekisting dinding Pile cap dilaksanakan dengan merangkai panel-panel
bekisting yang telah difabrikasi,
pemasangan bekisting sesuai dengan dimensi yan telah ditunjukkan dalam gambar rencana 7. Dilakukan Pengujian Kuat Tekan Beton berupa balok yang sudah dipersiapkan untuk cetakan campuran beton yang nantinya akan di uji di Laboratorium dan Pengujian Slump
yang hasilnya langsung bisa diperoleh kemudian apabila nilai slump memenuhi, pekerjaan bisa dilanjutkan. 8. Pelaksanan Pengecoran Beton menggunakan Mutu Beton sesuai
dengan
yang
diminta.
Pengukuran
Slump
dilaksanakan untuk setiap Agitator Truck yang akan menuangkan beton. Pengecoran menggunakan bantuan alat Concrete Pump . Setelah selesai pengecoran segera dilakukan
penyemprotan
curing
compound
dengan
menggunakan sprayer. 9. Pekerjaan
Finishing
dilakukan
setelah
pengecoran.
Pekerjaan finishing berupa pekerjaan Riskam & Curing 10. Pekerjaan Riskam dilakukan minimal sebanyak 3 kali hal ini dilakukan selain untuk memperhalus permukaan juga untuk mencegah retak rambut akibat muai susut. 11. Pekerjaan Curing dilakukan dengan penyemprotan curing compound pada permukaan beton. 12. Back fill dilakukan setelah seluruh bekisting dibongkar, pelaksanaan pekerjaan penimbunan dilakukan lapis demi lapis dan dipadatkan dengan menggunakan mini roller atau stamper sampai mendapatkan nilai kepadatan yang disyaratkan
2) Diagram Alir Pekerjaan
Gambar 4.62 Bagan Alir pekerjaan Pile cap 3) Ilustrasi pekerjaan
1. Pekerjaan galian struktur Pile Cap menggunakan Excavator yang dibantu Dump Truck untuk angkutan tanah eks galian ke Disposal area. Apabila didalam areal galian terdapat sumber
air
maka
pengeringannya.
diperlukan
Dewatering
untuk
Gambar 4.63 Galian Struktur Pile Cap
2. Pemotongan kepala Pile sesuai dengan elevasi yang telah ditentukan dalam gambar rencana, stek tulangan Bore Pile harus terbuka semua dengan ketinggian yang telah ditentukan.
Gambar 4.64 Pemotongan Kepala Bored Pile
3. Dilakukan kontrol dimensi dari galian Footing (panjang, lebar dan elevasi), selanjutnya dilaksanakan perapian dan timbunan pasir urug setebal 20 cm sebelum dilaksanakan pekerjaan lantai kerja dengan tebal 10 cm.
Gambar 4.65 Penimbunan Pasir
4. Pembesian Pile cap dilaksanakan sesuai susunan, jumlah dan diameter tulangan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar yang telah ditentukan, serta pemasangan besi Pier yang tertanam didalam Pile Cap
Gambar 4.66 Pembesian Pile Cap
5. Pekerjaan
Bekisting
Pile Cap
dilaksanakan
dengan merangkai panel-panel
bekisting yang telah difabrikasi,
pemasangan Bekisting sesuai dengan dimensi yang telah ditunjukkan dalam gambar rencana
Gambar 4.67 Pekerjaan Bekisting Pile Cap
6. Pelaksanan pengecoran beton menggunakan mutu beton sesuai dengan yang diminta. Pengukuran Slump dilaksanakan untuk setiap Agitator Truck yang akan menuangkan beton. Pengecoran menggunakan bantuan alat Concrete Pump . Setelah selesai pengecoran segera dilakukan penyemprotan curing compound dengan menggunakan Sprayer.
Gambar 4.68 Pengecoran Beton
7. Pekerjaan Finishing dilakukan setelah pengecoran. Pekerjaan Finishing berupa pekerjaan Riskam dan Curing . Pekerjaan Riskam dilakukan minimal sebanyak 3 kali hal ini dilakukan selain untuk memperhalus permukaan juga untuk mencegah retak rambut akibat muai susut. Pekerjaan Curing dilakukan dengan penyemprotan Curing compound pada permukaan beton.
Gambar 4.69 Pekerjaan Riskam
Gambar 4.70 Cor Ditutup Dengan Kain Goni 4) Pengendalian Mutu
1. Penerimaan Bahan Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2. Pengawasan Direksi Pekerjaan harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja. 3. Pengujian Campuran a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) Satu
pengujian " slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dikerjakan
kecuali
disaksikan
dianggap belum oleh
Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. b) Pengujian Kuat Tekan
1. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur
yang
dicor
terpisah
pada
tiap
hari
pengecoran. 2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 034810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium. 3. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran atau komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
4. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara manual, setiap 10 m3 beton harus dibuat 1 (satu) set benda uji dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah minimal diambil 3 (tiga) set benda uji (1 set = 3 buah benda uji). Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji. 5. Prediksi awal pada umur kurang dari 7 (tujuh) hari harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu. 6. Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 (dua puluh delapan) hari.
C. PIER a. Uraian Umum
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran. Mengingat jalan masuk ke lokasi pekerjaan di lokasi dengan lalu lintas jalan kabupaten yang cukup padat maka diperlukan traffic management. Sehingga diharapkan lalu lintas di sekitar lokasi proyek tidak terganggu dan kegiatan proyek dapat berlangsung aman. Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah mutu beton K.350 atau mutu beton Kelas B2 b. Material
1) Beton Kelas B2 2) Baja tulangan BJTD-40 3) Curing compound / karung goni 4) Material bantu c. Spesifikasi Pekerjaan
1) Tinggi badan pier: 600 cm 2) Mutu Beton Kolom Pier: Kelas B-1 3) Mutu Baja Tulangan: BJTD-40/fy = 400 Mpa 4) Selimut Beton Kolom Pier: 70 mm 5) Gambar Rencana
Gambar 4.71 Detail penulangan Pier Overpass
Gambar 4.72 Detail kebutuhan bar bending penulangan Pier
6) Peralatan 1. Batching Plant , Kap 30 M³/Jam 2. Agitator Truck , Kap 6 M³ 3. Concrete Pump, Kap 30 M³/Jam 4. Concrete Vibrator 5. Air compressor 6. Sprayer 7. Form work Pier 8. Mesin las 9. Generator Set 25 Kva dan 6 buah lampu penerangan 10. Water Tank Truck
d. Metode Pekerjaan 1) Urutan Pekerjaan
1. Pembesian Pier dilaksanakan sesuai susunan, jumlah dan diameter besi tulangan sebagaimana tercantum dalam gambar rencana yang telah disetujui 2. Pier akan dilakukan pengecoran sekaligus. 3. Bekisting Pier dibuat dari rangkaian panel-panel yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk bekisting pier 4. Sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau di olesi minyak disisi dalamnya. 5. Dilakukan Pengujian Kuat Tekan Beton berupa balok yang sudah dipersiapkan untuk cetakan campuran beton yang nantinya akan di uji di Laboratorium dan Pengujian Slump yang hasilnya langsung bisa diperoleh kemudian apabila nilai slump memenuhi, pekerjaan bias dilanjutkan. 6. Pengecoran beton dengan bantuan Concrtee Pump 7. Pemadatan beton menggunakan concrete vibrator. 8. Tinggi Jatuh bebas beton tidak boleh lebih tinggi dari 1.5 meter. 9. Uji Slump dilakukan di setiap Agitator Truck yang akan menuangkan beton. 10. Benda uji diambil satu hasil benda uji setiap 15 M³ untuk pengecoran < 60 M³ atau satu hasil benda uji untuk setiap 20 M³ untuk pengecoran > 60 M³ 11. Setelah pembukaan bekisting dilakukan penyiraman untuk curing selam masa curing. Atau permukaaan beton ditutup plastik untuk mengurangi proses penguapan 2) Diagram Alir Pekerjaan
Gambar 4.73 Bagan Alir pekerjaan Pier 3) Ilustrasi pekerjaan
1. Pekerjaan Pembesian Pier Pembesian Pier dilaksanakan sesuai susunan, jumlah dan diameter besi tulangan sebagaimana tercantum dalam gambar rencana yang telah disetujui. Pada pekerjaan ini dilakukan setelah 6 hari pekerjaan Pile Cap
Gambar 4.74 Pembesian Pier Overpass
2. Pekerjaan Bekisting Bekisting Pier dibuat dari rangkaian panel-panel yang dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk Bekisting
Pier
Gambar 4.75 Bekisting Pier Overpass 4) Pengendalian Mutu
1. Penerimaan Bahan Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan. 2. Pengawasan Direksi Pekerjaan harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja. 3. Pengujian Campuran a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) Satu
pengujian " slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dikerjakan
kecuali
Pekerjaan atau wakilnya. b) Pengujian Kuat Tekan
disaksikan
dianggap oleh
belum Direksi
1. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur
yang
dicor
terpisah
pada
tiap
hari
pengecoran. 2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 034810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium. 3. Jumlah set benda umlah
uji
yang dibuat
kuantitas pengecoran
berdasarkan
atau komponen
struktur yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah terbanyak diantara keduanya. 4. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran secara manual, setiap 10 m3 beton harus dibuat 1 (satu) set benda uji dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah minimal diambil 3 (tiga) set benda uji (1 set = 3 buah benda uji). Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah benda uji. 5. Prediksi awal pada umur kurang dari 7 (tujuh) hari harus disesuaikan dengan grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
6. Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 (dua puluh delapan) hari.
D. PIER HEAD a. Uraian Umum
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan perancah, Base Form Bekisting, Side Form Bekisting, Pembesian, Pengecoran dan pembongkaran beskiting serta perancahnya. Pekerjaan penyiapan sleeper dibutuhkan untuk landasan perancah, hal ini dikarenakan kondisi existing dibawah struktur pier head merupakan tanah urugan kembali pile cap . Pekerjaan ini menggunakan mutu beton K.350 atau mutu beton Kelas B1 b. Material
1) Beton Kelas B1 2) Baja tulangan BJTD 40 3) Curing compound / karung goni 4) Material bantu c. Spesifikasi Pekerjaan
1) Tinggi Pier Head
: 200 cm
2) Mutu Beton Pier Head
: Kelas B-1
3) Mutu Baja Tulangan
: BJTD-40/fy = 400 Mpa
4) Selimut Beton Pier Head
: 70 mm
5) Gambar Rencana
Gambar 4.76 Detail penulangan Pier Head
Gambar 4.77 Detail kebutuhan bar bending penulangan Pier
Head 6) Peralatan 1. Crane On Track , Kap 35 ton 2. Batching plant , Kap 30 m 3/Jam 3. Agitator Truck , Kap 6 m3 4. Concrete pump 5. Concrete vibrator 6. Converter 7. Genset 25 KVA 8. Air compressor
9. Shoring & Base Form Pier Head 10. Bekisting Dinding Pier Head d. Metode Pekerjaan 1) Urutan Pekerjaan
1. Pemasangan Perancah yang diikuti juga pemasangan “base form bekisting” pier head. 2. Pemasangan besi tulangan pier head sesuai dengan susunan, jumlah dan diameter sebagaimana tertera dalam gambar rencana yg disetujui. 3. Pemasangan “Side form Bekisting” pier head sesuai dengan bentuk dan dimensi sebagaimana tertera dalam gambar rencana yang disetujui 4. Sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau di olesi minyak disisi dalamnya. 5. Dilakukan Pengujian Kuat Tekan Beton berupa balok yang sudah dipersiapkan untuk cetakan campuran beton yang nantinya akan di uji di Laboratorium dan Pengujian Slump yang hasilnya langsung bisa diperoleh kemudian apabila nilai slump memenuhi, pekerjaan bias dilanjutkan. 6. Pengecoran beton menggunakan Concrete Pump 7. Pemadatan beton menggunakan concrete vibrator. 8. Tinggi Jatuh bebas beton tidak boleh lebih tinggi dari 1.5 meter. 9. Uji Slump dilakukan di setiap Agitator Truck yang akan menuangkan beton. 10. Benda uji diambil satu hasil benda uji setiap 15 M³ untuk pengecoran < 60 M³ atau satu hasil benda uji untuk setiap 20 M³ untuk pengecoran > 60 M³ 11. Setelah pembukaan bekisting dilakukan penyiraman untuk curing selam masa curing. Atau permukaaan beton ditutup plastik untuk mengurangi proses penguapan
12. Segera setelah pengecoran dilakukan penyemprotan curing compound pada permukaan beton. Curing beton dilakukan selama masa curing beton. 13. Bekisting dinding pier head dilepas minimal setelah 30 Jam sejak pengecoran. 14. Perancah dibongkar setelah kuat tekan beton uji minimal telah mencapai 85% dari kuat tekan beton rencana. 2) Diagram Alir Pekerjaan
Gambar 4.78 Bagan Alir pekerjaan Pier Head
3) Ilustrasi pekerjaan
1. Pemasangan besi tulangan pier head sesuai dengan susunan, jumlah dan diameter sebagaimana tertera dalam gambar rencana yg disetujui.
Gambar 4.79 Pembesian Pier Head
2. Pemasangan Bekisting Pear Head
Gambar 4.80 Bekisting Pear Head
3. Pengecoran Pier Head Overpass
Gambar 4.81 Pengecoran Pear Head
4. Hasil jadi Pier Head Overpass
Gambar 4.82 Pier Head 4) Pengendalian Mutu
1. Penerimaan Bahan Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2. Pengawasan Direksi Pekerjaan harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja. 3. Pengujian Campuran a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability) Satu
pengujian " slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan, dan pengujian harus dikerjakan
kecuali
disaksikan
dianggap oleh
belum Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. b) Pengujian Kuat Tekan
1. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen struktur
yang
dicor
terpisah
pada
tiap
hari
pengecoran. 2. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 034810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium. 3. Jumlah set benda umlah
uji
yang dibuat
kuantitas pengecoran
berdasarkan
atau komponen