BAB I TUJUAN
Tujuan :
Dapat menentukan kadar asam salisilat pada sampel.
Memahami dan mengetahui prinsip kerja dari penetapan kadar asam sallisilat.
Dapat mengetahui karakteristik dari asam salisilat.
Dapat mengetahui mekanisme kerja dari asam salisilat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ASAM SALISILAT
Rumus bangun :
Rumus molekul : C7H6O3 Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang b ersifat iritan lokal,
yang dapat digunakan secara topikal. secara topikal. Terdapat Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat sebagai obat luar, yang luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam dari asam organik. Di organik. Di samping itu digunakan pula garam pula garam salisilat. salisilat. Turunannya Turunannya yang paling dikenal asalah asam asalah asam asetilsalisilat. Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dari spesies dedalu dedalu (bahasa Latin: salix Latin: salix), ), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa oleh bangsa Sumeria, Asyur Sumeria, Asyur dan sejumlah suku sejumlah suku Indian seperti Cherokee. seperti Cherokee. Pada Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan di aplikasikan
dalam pembuatan obat aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.
Sifat-sifat fisik dari asam salisilat 1
Penampakan
Tidak berwarna menjadi kuning pada larutan dengan bau kenari pahit
2
Titik lebur
1-2 C
3
Titik didih
197 C
4
Kerapatan
4,2
5
Tekanan uap
1 mmHg pada 33 C
6
Daya ledak
1,146 g/cm
7
Titik nyala
76 C
Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh asam salisilat adalah sebagai berikut: 1. Panas jika dihirup, di telan dan apabila terjadi kontak dengan kulit. 2. Iritasi pada mata 3. Iritasi pada sauran pernafasan 4. Iritasi pada kulit Sifat asam salisilat
Secara kimia asam salisilat disintesis pada tahun 1860 dan telah di gunakan secara luas dalam terapi dermotologis sebagai suatu agen keratolitik. Digunakan pada bagian luar tubun yang pada kulit sebagai antiseptik lemah serta keratolitikun (melarutkan sel-sel kulit mati). Agen ini berupa bubuk berwarna putih yang mudah larut dalam alkohol tetapi sukar larut dalam air. Asam salisilat merupakan zat anti akne sekaligus keratolitik yang lazim diberikan secara topikal. Penggunaanya dalam kosmetik anti akne atau karatolitik merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan kosmetika tersebut umpamanya dalam kosmetika perawatan kulit yang berjerawat. Asam salisilat berkhasiat keratolotis dan sering digunakan sebagai obat ampu terhadap kutil kulit, yang berciri penebalan eidermis setempat dan disebabkan oleh infeksi dengan virus
papova. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai secara sistemik adalah ester salisilat dan asam organik dengan subtitusi pada gugus hidroksil misalnya asetosal.
Kegunaan asam salisilat
Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu akan mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan pengelupasana kulit. Asam organis ini berkhasiat fungisit terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di samping itu, zat ini juga bekerja keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%.
Toksisitas asam salisilat
Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penggunasalahan atau penyalahgunaan obat bebas ini. Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan. Gejala saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam salisilat. Efek terhadap saluran cerna, perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada dosis besar dan pemberian contoh kronik. Salisilisme dan kematian terjadi setelah pemakaian secara topikal. Gejala keracunan sistemik akut dapat terjadi setelah penggunaan berlebihan asam salisilat di daerah yang luas pada kulit, bahkan sudah terjadi beberapa kematian. Pemakaian asam salisilat secara topikal pada konsetrasi tinggi juga sering mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut, bahkan ulserasi. Untuk mengurangi absorpsinya pada penggunaan topikal maka asam salisilat tidak digunakan dalam penggunaan jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada daerah yang luas pada kulit dan pada kulit rusak.
BAB III PROSEDUR KERJA
ALAT
1. Neraca analitik
: menimbang dengan teliti
2. Lumpang dan alu
: Untuk menghaluskan sampel
3. Spatula
: Untuk mengambil sampel
4. Kaca arloji
: Tempat sampel yang akan ditimbang
5. Erlenmeyer
: Tempat zat dititrant
6. Gelas ukur
: Untuk mengukur volume larutan
7. Labu semprot
:Tempat aquadest
8. Pipet takar
: Untuk memipet larutan
9. Pipet tetes
: memipet larutan tetes demi tetes
10. Gelas piala
: Tempat larutan atau zat
11. Corong
: Untuk menyaring larutan
12. Batang pengaduk
: Untuk mengaduk larutan atau zat
13. Buret
: Tempat zat pentitrant
14. Standar dan klem
: Membantu menegakkan buret
15. Bulp
: Membantu untuk menghisap atau memipet larutan
a.
BAHAN Sampel (Asam Salisilat)
b. KBrO3 0,1 N
: Zat yang akan diuji : Larutan baku
c.
KBr
: Larutan standar primer
d. HCl
: Memberi suasana asam
e.
KI
f.
Amylum
g. Na2S2O3
: Indikator ( untuk menunjukan TAT ) : Larutan standar
CARA KERJA Pembakuan larutan KBrO 3 0,1 N
Buat larutan KbrO3 0,1 N = 0,
Pipetkan 25 mL larutanbaku KBrO3 0,1 N
Tambahkan 1,5 g KI atau 15 mL larutan KI 10%
Tambahkan 4-5 mL HCl 4 N, tambahkan indikator larutan amylum
Titrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N
Percobaan dilakukan 3 x
Tentukan normalitet larutan Pembakuan larutan Na 2S2O3 0,1 N
Buat larutan Na2S2O3 0,1 N = 25,5 g Na2S2O3 + 200 mg Na2CO3 + air ad 1 Liter ( air yang telah dimasak terlebih dulu )
Pipetkan 25 mL larutan KBrO3 0,1 N dalam erlenmeyer
Tambahkan 1,5 gr KI atau 15 mL larutan KI 10% + 4-5 mL HCl 4 N
Titrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N dengan indikator amylum sampai warna biru tepat hilang ( 1 grol KBrO3 = 6 grek )
Percobaan dilakukan 3 x
Tentukan Normalitet larutan Penetapan kadar asam salisilat
30 – 35 mg asam salisilat ditambahkan 25 mL KbrO3 0,1 N + 150 mg KBr dikocok .
Tambahkan 5 mL HCl pekat diamkan 30 menit di tempat gelap.
Tambahkan 2 gr KI .
Tambahkan larutan amylum 5 %
Titrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N . Lakukan penitaran 3 x
Hitung kadar asam salisilat ( 1 mL KBrO3 0,1 N setara dengan 2,3 mg asam salisilat).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENGAMATAN
Sampel ( larutan merah bata ) + KBrO3 ( bening ) → larutan kuning seperti jamu + KBr ( bening ) → warna larutan tetap + HCl pekat ( bening ) → larutan menjadi warna kuning telur + KI ( kristal putih ) diamkan (30`) larutan kembali ke awal ( merah bata ) + amylum → biru kekuning – kuningan ≡ Na2S2O3 → tepat hilang warna biru ( kuning muda ) REAKSI
a.
Standarisasi larutan Na2S2O3 0,1 N dengan larutan KBrO3 0,1 N KBrO3 + 6KI + 6HCl → KBr + 6KCl + 3H2O + 3I2 I2 + Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
b. Penetapan kadar asam salisilat KBrO3 + 5KBr + 6HCl → 6KCl + 3H2O + 3Br 2
2KI + Br 2 → KBr + I2 I2 + 2Na2SO3 → 2NaI + Na2SO6 DATA DAN PERHITUNGAN
A. Pembakuan larutan KBrO3 0,1 N → 100 mL
KBrO3 yang harus ditimbang = 2,7830 gram
KBrO3 yang tertimbang = 2,7854 gram
Normalitas KBrO3 dalam 100 mL
N KBrO3 =
= = 0,1676 N B. Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N
V Na2S2O3 terpakai = 12,80 mL 12,70 mL V Na2S2O3 rata-rata = 12,75 mL
N tepat Na2S2O3 =
= = 0,1314 N C. Penetapan kadar asam salisilat
Sampel yang digunakan (kalpanak cair) : 10 mL
Volume KBrO3 yang ditambahkan : 25 mL
Kadar asam salisilat dalam sampel obat
Volume thio yang terpakai : a. 4,50 mL
: 4%
: b. 4,60 mL
Volume rata-rata thio terpakai : 4,55 mL Mencari volume KBrO3 :
( V . N ) Na2S2O3
= ( V . N ) KBrO3
4,55 mL . 0,1314 N
= V KBrO3 . 0,1676 N
V KBrO3
= 3,57 mL
Volume KBrO3 yang bereaksi : = 25 mL – 3,57 mL = 21,43 mL 1 mL KBrO3 0,1000 N ~ 2,3 mg asam salisilat
1 mL KBrO3 0,1676 N ~
x 2,3 mg = 3,8548 mg
Jadi kadar asam salisilat dalam 10 mL sampel = 21,43 mL x 3,8548 mg = 82,61 mg/10 mL PEMBAHASAN
Pada saat penetapan kadar asam salisilat, penambahan HCl pekat dilakukan untuk melarutkan semua zat atau sampel, kemudian setelah penambahan HCl pekat harus disimpan di tempat yang gelap, hal ini dilakukan agar sampel tidak teroksidasi oleh cahaya dan reaksi berjalan sempurna. Kemudian pada saat penambahan reagen KI, sampel harus langsung dititrasi agar I2 yang dibutuhkan tidak menguap atau hilang.
BAB V PENUTUP Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar asam salisilat yang terdapat dalam 10 mL sampel adalah 82,61 mg/10 mL. [KBrO3] = 0,1676 N [Na2S2O3] = 0,1314 N
DAFTAR PUSTAKA
Ajub, tarmizi .2011. Modul praktikum kimia farmasi. Padang : ATIP http://www.wikipedia.com./org/wiki//asam salisilat di akses pada tanggal 13 mei 2012//
19:00
winarno.1992. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: gramedia