PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DENGAN METODE TITRASI NITRIMETRI Monografi Sampel
Paracetamol Nama resmi resmi
: Acetaminophenum Acetaminophenum
Nama lain lain
: Paaracetamol Paaracetamol
RM / BM
: C8H9 NO2 / 151,56
Pemerian
: Hablur atau hablur serbuk putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95 % p, dalam 17 bagian aseton p, dalam 40 bagian gliserol Khasiat
: Analgetikum, antipiretikum
Kegunaan
: Sebagai sampel.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik. OH
O
N H
acetaminophen gugus karbonil OH O
gugus fenol N H
acetaminophen gugus amin aromatis sekunder
Paracetamol yang mepunyai gugus amin aromatis sekunder direduksi terlebih dahulu dengan HCI kemudian di refluks. Merefluks ini bertujuan untuk memisahkan gugus amin pada paracetamol dan karboksil sehingga menghasilkan senyawa amin aromatis primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan dengan asam nitrit untuk untuk membentuk membentuk garam diazonium. diazonium. Amin Aromatik sekunder adalah gugus amin yang mengikat 2 gugus lain. Sehingga
Sifat fisika kimia Paracetamol
Prinsip Titrasi Nitrimetri - Nitrimetri adalah metoda titrasi yang menggunakan NaNO 2 sebagai pentiter dalam suasana asam. Pada suasana asam, NaNO 2 berubah menjadi HNO2 (asam nitrit) yang akan bereaksi dengan sampel yang dititrasi membentuk garam diazonium - Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus – NH2 (amin) aromatis primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer (Setyawati et al, 2010).
Reaksi Pembentukan - Reaksi pembentukan garam diazonium adalah sebagai berikut :
NaNO2 + HCl → NaCl + HONO Ar-NH2 + HONO + HCl → Ar -N2Cl (garam diazonium) + H 2O -
Perubahan Amin aromatis sekunder menjadi amin aromatis primer yang kemudian di titrasi dengan asam nitrit membentuk garam diazonium
OH O
O
H2O/OH-
HO HO
N H
NH2
CH3
Acetic acid
paraaminophenol
acetaminophen
HO
NH2
HNO2
HCl
HO
+
N
N
paraaminophenol
garam diazonium
-
Cl
+ H2O
Isolasi Sampel Secara umum zat paracetamol dalam sediaan farmasi ditemukan dalam sediaan oral. Biasanya berupa sediaan tablet dan sirup - Jika sampel yang diperoleh dalam bentuk sediaan tablet, maka metode pemisahan yang digunakan adalah ekstraksi Cair Padat. Pelarut yang digunakan adalah etanol. Alas an digunakan metode ini karena dilihat dari kelarutan pct larut dalam etanol. Sedangkan untuk matriksnya biasanya amylum tidak larut dalam etanol sehingga pct akan tertarik oleh etanol.
Timbang 1 gram Larutkan dalam etanol
Vortex Sentrifuge
Residu
Sentrat, saring
Tambah etanol, vortex dan centrifugasi
Sentrat
Saring Uji Kualitatif FeCl3
Residu
Uji Kualitatif FeCl 3
+ warna biru violet
Tambah etanol, vortex dan centrifugasi
Dst samapi pada sentrat ketika diuji kualitatif tidak terbentuk warna biru violet
Ket : Besi ( III ) klorida (FeCl3) ini akan mengikat 3 molekul parasetamol dan Fe3+ ini yang menjadi atom pusat. Fe ini yang akan sebagai akseptor atau penerima elektronnya sedangkan ligannya yang akan memberikan electron sehingga akan terjadi ikatan kovalen. FeCl3 merupakan senyawa kompleks yang mana senyawa kompleks ini mempunyai ciri yang khas yaitu umumnya berwarna tapi warna itu tergantung ligannya.
Pembakuan NaNO2 0,1 N dengan Asam Sulfanilat Timbang Asam Sulfanilat sebanyak 173 mg
Masukkan kedalam erlenmeyer
+ 30 ml aquadest
+ 20 tts lar ammonia 25 %
+ 15 ml HCl IN
+ KBr 1 g
+ Indikator tropeolin OO : metilen blue ( 5:3)
Titrasi dengan NaNO2 0,1 N
Lakukan triplo
Penetapan Kadar PCT dengan titrasi nitrimetri
Pipet sampel 25 ml
+ 20 ml HCl dalam air (1:2)
Refluks 30 menit
+ 5 gram KBr
Indikator tropeolin OO : metilen blue ( 5:3)
Titrasi dengan larutan baku NaNO 2 0,1 N
sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan
Lakukan pada suhu 15 o C
Ket : -
-
Parasetamol dilarutkan dengan larutan HCl dalam air (1:2) untuk membentuk suasana asam dan sebagai penghidrolisis amina sekunder menjadi amina primer tujuan merefluks pada larutan paracetamol Untuk memisahkan gugus amin pada paracetamol dan karboksil sehingga paracetamol dapat ditetapkan kadarnya menggunakan titrasi nitrimetri Fungsi KBr yaitu :
Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi karena KBr dapat mengikat NO 2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan teaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentukfenol. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO 2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap. - pH harus asam karena apabila keasaman kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa o - Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari 15 C, hal ini dilakukan karena asam nitrit yang diperoleh dari reaksi natrium nitrit dengan asam klorida tidak stabil dan mudah terurai dalam suhu kamar. Selain itu, garam diazonium yang terbentuk pun tidak stabil.
-
Ketidakstabilan ini dikarenakan garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau. Metilen blue harus di tambahkan karena titik akhir dari indikator Tropeolin OO ini transparan sehingga harus ditabahkan pengontras warna. Setelah KBr ditambahkan lalu ditambahkan indikator dalam yang berupa campuran treopilin OO dan metilen blue dengan perbandingan 5:3 digunakan campuran indikator, karena perubahan warna tropeolin OO dari warna merah menjadi kuning. Karena warna kuning tidak jelas, maka untuk memperoleh titik akhir diperlukan metilen blue agar pada titik akhir terlihat warna biru. Sehingga dengan mencampur kedua indikator ini akan terjadi perubahan warna dari violet menjadi biru. Reaksi dari indikator adalah :
-
Jika menggunakan indicator luar : o
Adapun pembuatan kertas kanji iodida adalah dilarutkan 0,75 gram KI dalam 5 ml air dan 2 gram ZnCl 2 dalam 10 ml air, dicampurkan larutan tersebut dan ditambahkan 10 ml air. Panaskan sampai mendidih dan tambahkan sambil diaduk terus suspensi 5 gram pati dalam 35 ml air, dididihkan selama 2 menit dan didinginkan. Lalu dicelupkan kertas saring pada larutan.
o
bila menggunakan indicator luar, hati-hati pada reaksi titik akhir palsu. Titik akhir dicapai bila saat digoreskan pada pasta kanji-KI langsung terbentuk warna biru. bila lama-kelamaan pasta-kanji-KI menjadi biru bukan titik akhir, hal ini bisa terjadi karena oksidasi udara atau garam diazonium yang bereaksi dengan KI
o
Pada kertas kanji terjadi perubahan warna biru karena iodide diubah menjadi iodium ketika direaksikan dengan kanji. HNO2 akan bereaksi dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium, namun tidak semua HNO 2 akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan pada kertas kanji, adanya kelebihan atau sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru segar.
o
Reaksi yang terjadi pada kertas kanji iodida (indikator luar)
o
NaNO2 + HCl
HNO2 + NaCl
KI + HCl
KCl + HI
2 HI + 2 HNO2
I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + Kanji
Kanji Iod (biru)
I
+ 2 CH2OH
CH2OH O
H
H
I
H
OH
O
H
Data hasil Praktikum 1. Pembakuan Titrasi Ke
Berat asam sulfanilat (mg)
I
173,0
II
173,0
III
173,0
Rata-rata
173
V NaNO2 X N NaNO 2 N NaNO2
Volume NaNO2 (ml)
= mg / BE (asam sulfanilat) = mg / BE (asam sulfanilat) V NaNO2
H
OH OH
I
OH
H
H
OH
O
H
H
OH
H
2. Penetapan Kadar
Depkes
RI,
Titrasi Ke
Volume sampel (ml)
I
25
II
25
III
25
Rata-rata
25
1979,
Farmakope
Indonesia
edisi
III,
Volume NaNO2 (ml)
Jakarta,
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia. Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka pelajar Wunas, J. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif . Makassar : UNHAS Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I (hal 98-101). Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok. Watson, David G. 2005. Analisis Farmasi Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC