PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN:
PENGAMALAN NILAI-NILAI KEJUANGAN PADA MASA REVOLUSI
XI-5
Kelompok 7 :
Alvin Ananda (03)
Andika Ridho (04)
Durrotun Shobihah (12)
Luh Putu Gayatri (13)
M. Naufal Kurniawan (19)
Rahmita Widya (24)
KATA PENGANTAR
Sebelumnya marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, perlindungan, berkah, serta karuniaNya sehingga kita semua masih dapat menikmati kehidupan ini dengan nyaman, tenteram, sejahtera, dan dikaruniai dengan banyak sekali rupa-rupa berkatNya. Kita masih dapat menghirup oksigen di sekitar kita dengan bebas dan cuma-cuma. Kita masih dikaruniai kesehatan dan masih beranggotakan tubuh lengkap tanpa cela atau cacat nan berarti.
Kedua, kami hendak mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu guru sekalian untuk ilmunya, untuk nasehatnya, untuk kesabarannya dalam mendidik kami selama ini. Dan masih banyak hal lain yang tidak sanggup kami tuangkan dalam tulisan. Terima kasih, semoga ilmu-ilmu dan laku Bapak/Ibu guru dapat kami tiru dan kami terapkan dalam kehidupan kami sehingga ke depannya kami mampu menjadi insan-insan yang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara.
Ketiga, kami ucapkan terima kasih kepada orangtua kami yang senantiasa membimbing kami sedari bayi hingga sekarang, sedari tak tahu apa-apa hingga sudah dapat membedakan mana yang benar mana yang salah. Terima kasih telah membesarkan kami dengan penuh kasih sayang, kesabaran, dan tanggungjawab. Terima kasih untuk fasilitas-fasilitas yang Bapak/Ibu sediakan untuk kami menimba ilmu, baik material pendukung maupun lembaga bimbingan belajar sebagai tempat kami untuk belajar lebih dalam dan lebih jelas jika di sekolah kami merasa kurang jelas.
Keempat, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang sudah mau merelakan waktu dan materialnya untuk bersama-sama bekerja sama demi tercapainya tujuan kami bersama yaitu terselesaikannya tugas yang diberika guru kami secepat yang kami bisa dan sesempurna mungkin. Terima kasih untuk kerelaannya berjerih payah demi terselesaikannya tugas ini.
Tak terlupa, pembaca yang mau membaca karya kami ini. Terima kasih sudah menyediakan waktu untuk membaca makalah kami ini. Kami harap makalah kami dapat memberi penjelasan sejelas-jelasnya kepada Anda tentang perilaku-perilaku yang perlu kita tingkatkan sebagai bentuk upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Semoga makalah ini dapat menuntun kita untuk semakin mencintai negeri sendiri, dan semakin menunjukkan perilaku toleransi antar suku-bangsa-agama-dan RAS yang turut membentuk NKRI kita menjadi negara heterogen. Kami mohon maaf atas segala kesalahan yang ada, baik tertulis maupun tidak, disengaja maupun tidak disengaja. Untuk segalanya sekali lagi kami ucapkan, terima kasih.
Penyusun,
BAB I
PEMBUKAAN
Latar Belakang
Latar belakang kami membuat makalah ini adalah dikarenakan adanya tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran sejarah kami yang berisi mandat untuk membuat makalah dan mempresentasikannya dalam bentuk apapun di depan kelas. Kelas kami dibagi menjadi 7 kelompok di mana setiap kelompok mengerjakan satu subbab dari bab 5 dan bab 6 dari buku paket Sejarah Kelas XI semester 2 Kurikulum 2013. Dan kelompok kami mendapat bagian untuk mengerjakan bab 6 bagian C yaitu "Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan: Pengamalan Nilai-Nilai Kejuangan Pada Masa Revolusi".
Di dalam kelompok kami, kami membagi-bagi tugas. Dikarenakan kelompok kami terdiri dari enam anak, sedangkan hanya ada lima subbab di dalam bab 6 bagian C, maka salah satu dari kami mendapat bagian editing presentasi dalam bentuk power point, serta mencari video-video yang berkaitan dengan kelima subbab. Sedangkan kelima dari kami membuat materi tentang kelima subbab pada bab 6 bagian C ini: Persatuan dan Kesatuan, Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih, Cinta Tanah Air, Toleransi dan Saling Menghargai, serta Kerja Sama dan Cinta Damai.
Tujuan
Menyelesaikan tugas dari guru mata pelajaran sejarah wajib
Memahami makna mempertahankan kemerdekaan
Mengetahui perilaku-perilaku yang perlu dipertahankan untuk mempertahankan kemerdekaan
Memenuhi penilaian untuk nilai ulangan harian
Sebagai media komunikatif untuk pembaca dan pendengar saat kami presentasi
BAB II
ISI
Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan Kesatuan Merupakan nilai penting dalam setiap perjuangan. Persatuan dan kesatuan tidak hanya menjiwai rakyat dalam berbagai pertempuran fisik. pada masa masyarakat besatu padu melawan sekutu dan NICA (Belanda). Persamaan tujuan demi mempertahankan kemerdekaaan mampu mempersatukan mereka. Jalur diplomasi yang ditempuh oleh pemerintah Belanda pun dijiawai oleh rasa persatuan dan kesatuan.
Untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan, kita bisa: menyamakan ideologi akan mempertahankan negara indonesia sebagai negara, menjunjung tinggi pertahanan negara agar tidak ada yang dipihakkan, dan menjaga silaturohim.
Prinsip-prinsip dalam perilaku persatuan dan kesatuan di antaranya:
Prinsip Bhineka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.
Prinsip Nasionalisme Indonesia
Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Prinsip Kebebasan yang Bertanggung jawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.
Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.
Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Landasan hukum persatuan dan kesatuan bangsa antara lain:
Landasan Ideal, adalah Pancasila yaitu sila 3 "Persatuan Indonesia."
Landasan Konstitusional, adalah UUD 1945 yang terdiri dari:
Pembukaan alinea IV yang berbunyi, "Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada … persatuan Indonesia."
Dalam pasal-pasal UUD 1945:
pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa "Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik."
pasal 30 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:
tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan Undang-undang.
pasal 32 menyatakan bahwa "Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia
pasal 35
pasal 36
Landasan Operasional, adalah ketetapan MPR no. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Yang perlu kita lakukan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan antar warga negara yaitu di antaranya:
meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan musyawarah
meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan
pembangunan yang merata serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
memberikan otonomi daerah
memperkuat sendi-sendi hukum nasional serta adanya kepastian hukum
perlindungan, jaminan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia
memperkuat sistem pertahanan dan keamanan sehingga masyarakat merasa terlindungi
Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya keikhlasan dalam memberikan atau melakukan sesuatu untuk orang lain, meskipun akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan atau kerugian pada diri sendiri.
Sikap rela berkorban juga ditunjukkan oleh para pahlawan kita yang dengan ikhlas bertaruh nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Mereka mendahulukan kepentingan umum (negara) dari kepentingan pribadi. Para pemimpin, rakyat, dan para pejuang telah mempertaruhkan jiwa dan raga demi kedaulatan bangsa.
Tanpa pamrih adalah tidak mengharapkan imbalan atau tidak memiliki maksud tersembunyi dalam melakukan sesuatu. Tanpa pamrih adalah sebuah klausa yang sering digunakan untuk menggambarkan sikap para pahlawan Indonesia yang dengan suka rela dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan.
Para pahlawan tidak pernah mengharapkan atas apa yang mereka lakukan demi merebut kemerdekaan. Mereka melakukan semuanya atas dasar cinta tanah air dan kepentingan bersama.
Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu memiliki sikap tanpa pamrih dalam melakukan sesuatu. Sikap tanpa pamrih ini berhubungan dengan sikap rela berkorban yaitu ikhlas, tulus dengan sepenuh hati dalam mengerjakan sesuatu.
Contoh salah satu tokoh yang telah menunjukka sikap rela berkorban dan tanpa pamrih ialan Teuku Umar. Beliau rela menyerahkan diri ke Belanda untuk menjalankan strategi nya dalam menyelamatkan rakyat Aceh dari penderitaannya. Dan pada akhirnya beliau gugur dalam pertempuran melawan Belanda karena peluru musuh menembus dadanya.
Penerapan sikap rela berkorban di kehidupan sehari-hari yaitu ketika kita sedang bekerja kelompok. Kita semua sebagai anggota dari kelompok tersebut harus rela mengorbankan waktu yang biasa kita gunakan untuk bermain untuk mengerjakan tugas kelompok bersama-sama.
Sedangkan penerapan sikap tanpa pamrih dalam kehidupan sehari-hari yaitu ketika kita sedang menolong orang lain. Baik kita menolong orang tersebut adalah orang yang kita kenal maupun tidak, tetap saja kita tidak boleh pamrih kepadanya kalau kita sudah berbuat baik, menolong, dan meminta atau mengharapkan imbalan sebagai bentuk balas budinya kepada kita, atau menuntut ucapan terima kasih.
Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah faktor pendorong yang sangat kuat bagi para pejuang kita untuk berjuang di medan perang sehingga timbullah semangat patriotisme. Sebagai perwujudan dari cinta tanah air maka muncullah berbagai perlawanan di daerah untuk melawan penjajah.
Contoh peristiwa yang menunjukkan perilaku cinta tanah air yaitu Pertempuran Surabaya. Pertempuran ini merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.
Tokoh yang menunjukkan sikap perilaku cinta tanah air yaitu Bung Tomo. Bung Tomo tidak jauh dari peristiwa 10 November ini. Beliaulah yang memberikan pidato di hari bersejarah tersebut. Beliau menyampaikan pidatonya di hadapan Arek-Arek Suroboyo, yang terdiri dari pedagang, petani, tukang becak, pelajar, penduduk desa, dan masyarakat biasa. Meski hanya masyarakat biasa, namun setelah mendengar pidato Bung Tomo, mereka menjadi berkobar-kobar dan tidak gentar terhadap pasukan Belanda yang datang. Malahan, Arek-Arek Suroboyo berhasil menculik Jend. A. W. S. Mallaby dan membuat pasukan sekutu kewalahan. Pada akhirnya, Belanda dan Sekutu berhasil diusir dari Surabaya.
Sikap cinta tanah air dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya yaitu ketika membeli barang-barang di pusat perbelanjaan. Pilihlah produk-produk dalam negeri terlebih dahulu dibanding produk luar. Kemudian, pilihlah untuk menggunakan produk elektronik buatan negeri sendiri daripada membeli milik negara lain dan menyejahterakan negara lain.
Toleransi dan Saling Menghargai
Toleransi, adalah sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb.) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri.
Saling menghargai merupakan perwujudan sikap dan perilaku kita terhadap orang lain yang menunjukkan sikap toleransi kita terhadap orang lain yang berlainan pendirian dengan kita. Dalam kasus ini, yang dimaksudkan yaitu toleransi antar suku-bangsa-agama di Indonesia yang heterogen ini.
Pada masa kemerdekaan, rasa toleran dan saling menghargai sangat dibutuhkan. Misalnya, pada masa revolusi, terdapat banyak laskar perjuangan rakyat yang terdiri atas berbagai ras, suku, dan agama. Hal itu memicu terjadinya konflik. Namun dengan adanya sikap toleran dan saling menghargai, konflik-konflik itu dapat diatasi.
Selain itu, pada masa kemerdekaan Indonesia, berbagai pemuda dari suku, ras, dan agama yang berbeda dari seluruh Indonesia berkumpul untuk merumuskan bagaimana Indonesia ke depan nantinya. Jika tidak ada rasa saling menghargai dan toleransi terhadap sesama, maka kemerdekaan yang kita rasakan sekarang belum tentu bisa terwujud.
Contoh peristiwa di masa revolusi yang menunjukkan sikap perilaku toleransi dan saling menghargai antar suku-bangsa-agama yaitu peristiwa di saat Belanda melancarkan Agresi Militer II. Dimana terjadi perbedaan pendapat antara kaum sipil dan militer. Kaum sipil memilih bertahan di Yogyakarta untuk menjalankan pemerintahan, sementara kaum militer ingin keluar dari Yogyakarta dan melakukan gerilya. Meski berbeda pendapat, kaum sipil tidak memaksakan kaum militer untuk bertahan di Yogyakarta. Begitu juga sebaliknya, kaum militer tidak memaksa kaum sipil untuk ikut gerilya.
Salah satu tokoh yang memiliki rasa toleransi tinggi adalah Bung Hatta. Hal ini dibuktikan pada peristiwa menjelang pengesahan dasar negara. Pada saat itu, sebagian kecil peserta sidang mengajukan usul keberatan terhadap rumusan dasar negara pada sila pertama. Bung Hatta sebagai seseorang yang taat beragama begitu memberikan perhatian terhadap usul yang diajukan oleh peserta lain meskipun berbeda agama. Beliau segera berkonsultasi dengan empat tokoh Islam. Pertemuan Bung Hatta dengan keempat orang tokoh Islam menyepakati usulan tokoh nonmuslim untuk mengganti kalimat sila pertama yang berbunyi '' Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya'' menjadi ''Ketuhanan Yang Maha Esa''. Penggatian ini dilakukan demi pesatuan dan kesatuan bangsa, karena kepentingan bangsa lebih utama daripada kepentingan golongan.
Kerja Sama dan Cinta Damai
Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama merupakan interaksi yang paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan orang lain. Kerja sama dapat berlangsung manakala individu-individu yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk bekerja sama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.
Sedangkan cinta damai adalah perasaan yang memicu munculnya rasa ingin bekerja sama demi mencapai suatu tujuan yang sama. Rasa cinta damai ini akan terpuaskan ketika kita telah selesai bekerja sama, telah mencapai tujuan, dan mendapatkan ketenangan, ketentraman, sebagai dampak dari hilangnya masalah tadi.
Dalam kasus ini, sikap perilaku kerja sama dan cinta damai yang dimaksud adalah sikap perilaku para pendahulu kita yang dulu memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita dengan bekerja sama untuk mengusir penjajah dan melepaskan diri dari tindasan bangsa asing. Dan rasa cinta damai yang dimaksud ialah rasa cinta terhadap kedamaian di negeri sendiri. Yaitu damai karena penjajah sudah pergi, karena negaranya kini sudah merdeka.
Kerja sama dan cinta damai diterapkan dalam perjuangan kala revolusi untuk menghindari peperangan fisik dengan Belanda. Dan upaya ini membuahkan hasil. Pada akhirnya, Belanda mau mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar. Terbentuknya RIS ini juga berkat kerjasama para pemimpin bangsa kita dan pemimpin-pemimpin negara BFO yang menghendaki Indonesia merdeka pada masa itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulannya, ada banyak sikap dan perilaku yang dilakukan oleh para pendahulu kita. Yang mana merupakan faktor penting terciptanya kemerdekaan Indonesia. Dan maka dari itu, kita sebagai generasi penerus bangsa yang bertanggungjawab atas kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia kita tercinta ini, harus memelihara perilaku dan sikap seperti yang para pendahulu kita contohkan. Karena dari sanalah, bersumber kedaulatan. Tanpa perilaku sikap tersebut, maka kemerdekaan dan kedaulatan yang kita miliki saat ini akan sulit untuk dijaga dan dipertahankan.
Dapat kita lihat untuk saat ini, kondisi anak-anak generasi muda penerus bangsa kita semakin terpengaruh budaya asing (barat khususnya). Sehingga mereka kurang menunjukkan kepribadian sebagai warga negara. Mereka kurang menghormati adat istiadat ketimuran. Bahkan identitas diri bangsa kita semakin luntur. Kesadaran akan pentingnya menjaga kedaulatan dan kemerdekaan bangsa kita ini belum ada. Atau bahkan sudah ada, tetapi ditolak oleh hatinya. Hal ini sangatlah miris. Hanya dikarenakan merasa bahwa Indonesia tidaklah setara dengan negara tetangga, generasi muda langsung mengurangi jati diri ke-Indonesiaannya.
Karena inilah, masih banyak yang harus dipelajari. Banyak hal yang masih bisa kita pelajari bersama tentang perilaku mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Dan setelah kita pelajari bersama, ada baiknya jika kita terapkan dalam kehidupan kita sendiri, serta kita sosialisasikan kepada teman-teman kita yang mungkin sudah menjadi korban arus globalisasi.
Saran
Lebih banyak bahasan tentang cara berperilaku
Orangtua mendidik anak-anaknya untuk berperilaku lebih baik dari sekarang
Guru-guru di sekolah membiasakan murid-muridnya untuk berperilaku toleran antar suku, budaya, bahasa, dan agama.
Lebih sering menggunakan barang-barang buatan dalam negeri
Lebih banyak info tentang barang-barang dalam negeri
Pengawasan ketat terhadap ormas-ormas yang bergerak di bidang keagamaan