Penyakit Defisiensi Imun Penyakit defisiensi imun adalah sekumpulan aneka penyakit yang yang karena memiliki satu satu atau lebih ketidaknormalan sistem imun, dimana kerentanan terhadap infeksi meningkat. Defisiensi imun primer tidak berhubungan dengan penyakit lain yang mengganggu sistem imun, dan banyak yang merupakan akibat kelainan genetik dengan po la bawaan khusus. Defisiensi imun sekunder terjadi sebagai akibat dari penyakit lain, umur, trauma, atau pengobatan. Meskipun kemungkinan defisiensi imun harus dipikirkan pada seseorang yang sering mengalami infeksi, tetapi sejatinya penyakit imunodefiensi angka kejadiann ya tidak tinggi. Karena itu selalu pertimbangkan kondisi lain yang membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi, seperti penyakit sickle cell, diabetes, kelainan jantung bawaan, malnutrisi, splenektomi, enteropati, terapi imunosupresif dan keganansan.
Penyebab
Penyebab defisiensi imun sangat beragam dan penelitian berbasis genetik berhasil mengidentifikasi lebih dari 100 jenis defisiensi imun imun primer dan pola menurunnya terkait pada X-linked recessive recessive,, resesif autosomal, atau dominan autosomal !abel "#$1%.
Penyebab defisiensi imun Defek genetik
Defek gen$tunggal yang diekspresikan di banyak b anyak jaringan misal ataksia$teleangiektasia, defsiensi deaminase adenosin% Defek gen tunggal khusus pada sistem imun misal defek tirosin kinase pada X-linked pada X-linked agammaglobulinemia& agammaglobulinemia& abnormalitas rantai epsilon pada reseptor sel !% Kelainan multifaktorial multifaktorial dengan kerentanan genetik misal common variable immunodeficiency% immunodeficiency%
Obat atau toksin
'munosupresan kortikosteroid, siklosporin% (ntikon)ulsan fenitoin%
Penyakit nutrisi dan metabolik
Malnutrisi misal kwashiorkor% Protein losing losing enteropathy misal enteropathy misal limfangiektasia intestinal% Defisiensi )itamin misal biotin, atau transkobalamin ''% Defisiensi mineral misal *eng pada +nteropati (krodermatitis%
Kelainan kromosom
(nomali Dieorge delesi ""-11% Defisiensi 'g( selektif trisomi 1#%
Infeksi
'munodefisiensi transien pada campak dan )aricella % 'munodefisiensi permanen infeksi '/, infeksi rubella kongenital%
(Dikutip dengan modifikasi dari Stiehm dkk, 200!
Klasifikasi Penyakit
Pada awalnya penamaan imunodefisiensi melekat pada nama penemu, tempat kasus ditemukan, pola imunoglobulin, atau dugaan patomekanisme. Karenanya dapat terjadi ada dua penamaan pada penyakit defisiensi yang sama, dan sering menimbulkan kerancuan. Karenanya 'nternational nion of 'mmunological 'mmunological *ocieties ''*, dahulu 2 +3pert 4ommittee% membuat nomenklatur penyakit defisiensi imun primer dan sekunder seperti pa da tabel berikut.
Nomenklatur penyakit defisiensi imun primer dan sekunder IUIS 2003 Kelompok dan Penyakit ! Defisiensi predominan antibodi
Inheritansi
Kelompok dan Penyakit
1. !eleangiektasis$ataksia
Inheritansi
(5
Penyakit nutrisi dan metabolik
Malnutrisi misal kwashiorkor% Protein losing losing enteropathy misal enteropathy misal limfangiektasia intestinal% Defisiensi )itamin misal biotin, atau transkobalamin ''% Defisiensi mineral misal *eng pada +nteropati (krodermatitis%
Kelainan kromosom
(nomali Dieorge delesi ""-11% Defisiensi 'g( selektif trisomi 1#%
Infeksi
'munodefisiensi transien pada campak dan )aricella % 'munodefisiensi permanen infeksi '/, infeksi rubella kongenital%
(Dikutip dengan modifikasi dari Stiehm dkk, 200!
Klasifikasi Penyakit
Pada awalnya penamaan imunodefisiensi melekat pada nama penemu, tempat kasus ditemukan, pola imunoglobulin, atau dugaan patomekanisme. Karenanya dapat terjadi ada dua penamaan pada penyakit defisiensi yang sama, dan sering menimbulkan kerancuan. Karenanya 'nternational nion of 'mmunological 'mmunological *ocieties ''*, dahulu 2 +3pert 4ommittee% membuat nomenklatur penyakit defisiensi imun primer dan sekunder seperti pa da tabel berikut.
Nomenklatur penyakit defisiensi imun primer dan sekunder IUIS 2003 Kelompok dan Penyakit ! Defisiensi predominan antibodi
Inheritansi
Kelompok dan Penyakit
1. !eleangiektasis$ataksia
Inheritansi
(5
Kelompok dan Penyakit
Inheritansi
1. 67 agam agamagl aglobu obuli linem nemia ia ". (5 agam agamag aglo lobu buli linem nemia ia
67
8. *ind *indro rom m hip hiper er 'gM 'gM
(5
Kelompok dan Penyakit
Inheritansi
". (nom (nomal alii Di Dieo eorrge
9 . 67
8. Defi Defisi siens ensii 4D9 4D9 prim primer er
?
9. Defi Defisi siens ensii 4D< 4D< prim primer er :. Defi Defisi sien ensi si '7$" '7$"
:. Defek ('D 67 ;. Defek 4D 4D90
;. Defisi Defisiens ensii sitoki sitokin n mult multipe ipell <. Defisi Defisiens ensii signal signal transd transduks uksii
<. Defe Defek k (5 lai lainn nny ya #. Dele Delesi si gen gen 'g rant rantai ai ber berat at
(5
=. Muta Mutasi si def defis isie iens nsii rant rantai ai >
(5
10. Defisiensi Defisiensi selektif selektif kelas 'g
(5
11. Defisiensi Defisiensi selekti selektiff 'g(
(5
1". Defisiensi Defisiensi antibodi antibodi dengan dengan kadar 'gs normal atau meningkat 18. 'munodefis 'munodefisiensi iensi )ariasi )ariasi umum 19. ipogamaglo ipogamaglobuline bulinemia mia transien pada bayi
D! Defek fungsi fagosit
1. Peny Penyaki akitt granu granulo loma mato tosa sa kronik " . 67 8. ( 5
67 1. Defi Defisi sien ensi si pho pho3 3 p"" p""
?
". Defi Defisi sien ensi si pho pho3 3 P9< P9<
/ariabel
8. Defi Defisi sien ensi si pho pho3 3 P:< P:<
?
9. Defe Defek k ades adesii leuko leukosi sitt 1
/ariabel ?
:. Defe Defek k ades adesii leuko leukosi sitt " ;. Defi Defisi sien ensi si neut neutro rofi fill ;PD
(5
(5 (5 67
"! Imunodefisiensi kombinasi 1. !$@A *4'D ". 6$li 6$linke nked d defi defisi sien ensi si Bc% Bc%
1. 5ese 5esesi siff autos autosom omal al defisiensi Cak8% 8. !$@A *4'D 9. Defi Defisi sien ensi si 5($ 5($1 1" " :. Defi Defisi sien ensi si (D(
67 (5
1. Defisi Defisiens ensii mielop mielopero eroksi ksidas dasee
(5
". Defi Defisi siens ensii granu granull sekun sekunde der r
(5
8. *ind *indro rom m *chwa *chwach chma man n 9. Eeutro Eeutropen penia ia kongeni kongenital tal berat berat Kostmann% :. Eeut Eeutro rope peni niaa sikli siklik k defe defek k elastase% ;. Defek Defek leukos leukosit it mikoba mikobakte kteria riall
(5 (5
(5
Kelompok dan Penyakit
Inheritansi
Kelompok dan Penyakit
Inheritansi
;. Disgenesis retikular (5
Defisiensi 'IE$B51 atau 5"
(5
Defisiensi 'IE$B51
(5
=. *indrom 2menn
(5
Defisiensi '7$1"5J1
(5
10. Defisiensi '7$"5F
(5
Defisiensi '7$1"p90
(D
Defisiensi *!(!1
(5
#! Imunodefisiensi terkait kelainan
(5
<. Defek artemis #. !$@A *4'D
11. Defisiensi fosforilase purin nukleosida 1". Defisiensi M4 kelas ''
(5
18. Defisiensi M4 kelas ' disebabkan oleh defek !(P$"
(5 limfoproliferatif
(5 1. Defisiensi Ias ". Defisiensi ligan Ias
19. Defisiensi 4D8B atau 4D8G 1:. Defisiensi 4D# defek H(P$<0%
(D
(5 (5
8. Defisiensi I7'4( atau caspase #
(D
9. !idak diketahui defisiensi caspase 8%
(5 (5 $! Imunodefisiensi selular lainnya 1=. *indrom iskott$(ldrich %! Defisiensi komplemen &lan'utan( 1. Defisiensi 41r ". Defisiensi 49
8. Defisiensi 4" 9. Defisiensi 48
67
(5 (5 (5 (5
:. Defisiensi 4:
(5
;. Defisiensi 4;
(5
<. Defisiensi 4<
%! Defisiensi komplemen 91. Defisiensi 41-
1. 5etardasi pertumbuhan, anomali wajah dan imunodefisiensi ". Progeria *indrom utchinson$ilford% "monodefisiensi dengan defek dermatologi 1. (lbinisme parsial ". Diskeratosis kongenital
(5
Kelompok dan Penyakit
Inheritansi
#. Defisiensi 4#F =. Defisiensi 4#J 10. Defisiensi 4=
Kelompok dan Penyakit
8. *indrom Eetherton (5 (5
9. +nterohepatika akrodermatitis
11. 'nhibitor 41
(5
:. Displasia ektoderma anhidrotik
1". Defisiensi faktor '
67
;. *indrom Papillon$7efe)re
18. Defisiensi faktor 19. Defisiensi faktor D 1:. Defisiensi properdin )! Imunodefisiensi terkait dengan
(D
Defek metabolik herediter
(5 (5
1. Defisiensi transkobalamin " ". (sidemia metilmalonik
(5
8. (siduria orotik herediter tipe 1
67 atau sekunder penyakit lain
9. Defisiensi karboksilase biotin$dependen
"nstabilitas kromosom atau defek perbaikan
:. Manosidosis
1. *indrom @loom ". (nemia Ianconi
;. Penyakit penyimpanan glikogen, tipe 1b <. *indrom 4hediak$igashi
8. *indrom '4I 9. *indrom kerusakan Eijmegen :. *indrom *eckel ;. Pigmentosum 6eroderma Defek kromosom 1. *indrom Down ". *indrom !urner 8. Delesi kromosom cincin 1# #bnormalitas skeletal $% Short-limbed skeletal dysplasia ". ipoplasia rambut$
&iperkatabolisme imunoglobulin 1. iperkatabolisme familial ". 7imfangiektasia intestinal *! Imunodefisiensi lainnya
1. *indrom hiper 'g+ ". Kandidiasis mukokutaneus kronik 8. Kandidiasis mukokutaneus kronik dengan poliendokrinopati (P+4+D% 9. iposplenia herediter atau kongenital atau asplenia
Inheritansi
Kelompok dan Penyakit
Inheritansi
kartilago "munodefisiensi dengan retardasi pertumbuhan umum 1. Displasia imuno$oseus *chimke ". 'munodefisiensi tanpa ibu jari
Kelompok dan Penyakit
Inheritansi
:. *indrom ')emark ;. *indrom 'P+6 <. Displasia ektodermal defek E+M2%
(5
8. *indrom Dubowit
67 67 #D ' autosomal dominan #D# ' adenosine deaminase #"D ' activation-induced cytidine deaminase #) ' autosomal recessive, capsace ' cysteinyl aspartate ' specific proteinase *+" ' *as-associating protein .ith death domain-like "l-$ converting en/yme 1PD ' glucose 1-phosphate dehydorgenase "* ' immunodeficiency, centromeric instability, facial anomalies "* ' interferon "g ' immunoglobulin "+ ' interleukin "PX ' immune dysregulation, polyendocrinopathy, enteropathy 3& ' ma4or histocompatibility comple5 36 ' "77-gamma S"D ' severe combined immunodeficiency 8#P-2 ' transporter associated .ith antigen presentation, X+ ' X-linked (Dikutip dengan modifikasi dari "9"S Scientific ommittee, 200:!
Klasifikasi defisiensi imun primer Defisiensi imun humoral &sel "(
ipogamaglobulinemia 3$linked hipogamaglobulinemia kongenital%
ipogamaglobulinemia transien pada bayi% Defisiensi imun tak terklasifikasi, umum, ber)ariasi hipogamaglobulinemia didapat% Defisiensi imun dengan hiper'gM Defisiensi 'g( selektif Defisiensi imun 'gM selektif Defisiensi sub kelas 'g selektif Defisiensi sel @ sekunder berhubungan dengan obat, kehilangan protein Penyakit limfoproliferatif 3$linked
Defisiensi imun selular &sel +(
(plasia timus kongenital sindrom Dieorge% Kandidiasis mukokutaneus kronik dengan atau tanpa endokrinopati% Defisiensi sel ! berhubungan dengan defisiensi purin nukleosid fosforilase Defisiensi sel ! berhubungan dengan defek glikoprotein membran Defisiensi sel ! berhubungan dengan absen M4 kelas ' dan atau kelas '' sindrom limfosit telanjang%
Defisiensi imun gabungan humoral &sel "( dan selular &sel +(
Defisiensi imun berat gabungan autosom resesif, 3$linked, sporadik% Defisiensi imun selular dengan gangguan sintesis imunoglobulin sindrom Eeelof% Defisiensi imun dengan ataksia teleangiektasis Defisiensi imun dengan eksim dengan trombositopenia sindrom iskott$(ldrich% Defisiensi imun dengan timoma
Defisiensi imun dengan short$limbed dwarfism Defisiensi imun dengan defisiensi adenosin deaminase Defisiensi imun dengan defisiensi nukleosid fosforilase Defisiensi karboksilase multipel yang tergantung biotin Penyakit graft$)ersus$host *indrom defisiensi imun didapat ('D*%
Disfungsi fagosit
Penyakit granulomatosis kronik Defisiensi glukosa$;$fosfat dehidrogenase Defisiensi mieloperoksidase *indrom 4hediak$igashi *indrom Cob Defisiensi tuftsin *indrom leukosit malas Peninggian 'g+, defek kemotaksis dan infeksi rekuren (Dikutip dari #; #mman, $<<$!
Defisiensi antibodi primer
Penyebab defisiensi antibodi primer Usia &tahun(
L"
nak
8ransient hypogammaglobulinaemia of infancy
De,asa
8$1:
X-linked agammaglobulinaemia
Dapat terjadi, namun jarang
&yper-"g3 .ith immunoglobulin deficiency
Dapat terjadi, namun jarang
Selective antibody deficiencies ommon variable immunodeficiency Selective "g# deficiency
1;$:0
Selective antibody deficiencies ommon variable immunodeficiency Selective "g# deficiency
:0
#ntibody deficiencies .ith thymoma
(Dikutip dengan modifikasi dari hapel &, $<<
Transient hypogammaglobulinaemia of infancy
(ntibodi 'g maternal secara aktif ditransfer melalui plasenta ke sirkulasi fetal mulai dari bulan ke$9 gestasional dan mencapai puncaknya saat " bulan terakhir. *aat lahir, bayi mempunyai kadar 'g serum yang sama dengan ibu. Katabolisme 'g maternal hanya dikompensasi sebagian oleh 'g yang dibentuk bayi. Periode 8$; bulan merupakan fase Nhipogamaglobulinemia fisiologikO. @ayi normal tidak terlalu rawan terhadap infeksi karena masih terdapat antibodi yang berfungsi meskipun kadar 'g rendah. Eamun kadar 'g akan sangat kurang apabila 'g yang didapat dari ibu sedikit, seperti pada prematuritas. @ayi$bayi yang lahir pada minggu gestasi ke ";$8" mungkin membutuhkan perawatan intensif agar dapat bertahan hidup, di sisi lain perawatan in)asif dapat meningkatkan risiko infeksi. !erapi pengganti imunoglobulin dapat bermanfaat pada bayi berat lahir rendah di negara dengan prosedur in)asif dan insidens infeksi bakteri cukup tinggi, sampai bayi tersebut mampu memproduksi antibodi protektif sendiri. ipogamaglobulinemia transien juga dapat terjadi bila bayi lambat dalam memproduksi 'g. Dengan menurunnya kadar 'g serum yang diperoleh dari ibu, bayi lebih rawan mendapat infeksi piogenik rekuren. Pembentukan 'g secara spontan dapat membutuhkan waktu berbulan$ bulan. Keadaan ini harus dapat dibedakan dari hipogamaglubulinemia patologik, karena ada perbedaan tatalaksana. Pada sebagian besar bayi, bayi tetap sehat dan tidak memerlukan terapi spesifik, bahkan jika kadar imunoglobulin di bawah ambang normal. (pabila terjadi infeksi
berat, dapat diberikan antibiotik profilaksis. al ini mungkin dibutuhkan dalam jangka waktu 1$" tahun sampai sintesis 'g endogen mencukupi.
X-linked agammaglobulinaemia (Bruton’s disease)
(nak laki$laki dengan X-linked agammaglobulinaemia (X+#! biasanya menunjukkan infeksi piogenik rekuren antara usia 9 bulan sampai " tahun, biasanya rawan terhadap infeksi entero)irus yang dapat mengancam nyawa. Pada sebagian besar pasien, sel @ matur tidak ada namun jumlah sel ! normal atau bahkan meningkat. !idak ditemukan sel plasma pada sumsum tulang, nodus limfe atau saluran cerna. Diferensiasi sel pre$@ menjadi sel @ tergantung pada enim tirosin kinase dikenal dengan =ruton>s tyrosin kinase, =tk!, yang mengalami defisiensi pada pasien 67( ambar "#$"%. en untuk enim ini terletak pada lengan panjang kromosom 6 dan ekspresinya hanya terbatas pada perkembangan sel @. Diagnosis berdasarkan pada penemuan kadar semua isotop imunoglobulin serum yang sangat rendah, tidak adanya limfosit @ matur di sirkulasi dan mutasi gen @tk. 'dentifikasi gen dapat berguna dalam mengidentifikasi perempuan karier yang asimtomatik, dan dilakukan saat prenatal. !atalaksana berupa imunoglobulin pengganti. Hyper-IgM antibody deficiency
@eberapa anak dengan defisiensi antibodi mempunyai kadar 'gM serum yang normal atau meningkat. (nak$anak tersebut juga mempunyai risiko tambahan terhadap infeksi Pneumocystis carinii, yang secara normal terjadi pada defek sel !. al ini menunjukkan defek pada defisiensi antibodi ini tidak hanya terbatas pada defek sel @. Penyakit terkait kromosom 6 ini disebabkan oleh kegagalan molekul aksesori ligan 4D90 pada sel !, yang bereaksi dengan 4D90 pada sel @ untuk merangsang perubahan 'gM menjadi 'g atau 'g( pada sel @ yang terstimulasi antigen ambar "#$"%. !atalaksana berupa imunoglobulin pengganti dan uji genetik untuk perempuan karier.
ommon !ariable immunodeficiency
ommon variable immunodeficiency (?"D! merupakan penyakit heterogen yang terjadi dapat pada anak atau dewasa. @anyak pasien tidak terdiagnosis sampai usia dewasa. *ebagian besar pasien 4/'D mempunyai kadar 'g dan 'g( serum yang sangat rendah dengan kadar 'gM normal atau sedikit menurun dan jumlah sel @ yang normal. Meskipun jarang terjadi, namun 4/'D merupakan defisiensi antibodi primer simtomatik yang paling umum terjadi. !erapi berupa imunoglobulin pengganti.
"electi!e antibody deficiencies
Defisiensi selektif salah satu atau lebih subklas 'g sering tidak terdeteksi karena kontribusi 'g1 terhadap 'g total yang relatif besar <0% sehingga dapat mempertahankan kadar 'g NnormalO. (kti)itas utama subklas antibodi menentukan jenis infeksi. (ntibodi 'g" mendominasi respons antibodi pada anak lebih tua dan dewasa terhadap antigen polisakarida, seperti pada organisme berkapsul, contohnya Streptococcus pneumoniae dan &aemophilus influen/ae% 2leh karena itu defisiensi 'g" menyebabkan indi)idu terpajan terhadap infeksi saluran nafas berulang, septikemia pneumokokus atau meningitis. 5espons antibodi terhadap antigen protein seperti )irus atau toksoid, dikaitkan dengan subklas 'g1 dan 'g8. Pada pasien dengan defisiensi salah satu subklas 'g, peningkatan kadar subklas 'g lain akan mengkompensasi untuk menjaga kadar 'g normal. (nak di bawah " tahun tidak berespons terhadap antigen polisakarida dan mempunyai kadar 'g" yang rendah. 5espons antibodi spesifik 'g" berkembang perlahan dan mencapai kadar puncak seperti dewasa pada usia 9$; tahun. 2leh karena itu, anak usia muda rawan terkena infeksi oleh organisme berkapsul polisakarida. Defisiensi 'g1 dan 'g8 biasa terjadi bersamaan, menyebabkan resposn imun yang kurang baik terhadap antigen protein dan dikaitkan dengan infeksi rekuren. Defisiensi subklas 'g juga dikaitkan deng an defisiensi 'g( dan dikaitkan dengan masalah paru.
"electi!e Ig# deficiencies
Defek ini merupakan defek primer yang sering ditemukan pada imunitas spesifik. Defek ditandai dengan kadar 'g( serum yang sangat rendah atau tidak terdeteksi dengan konsentrasi 'g dan 'gM yang normal. Defisiensi 'g( selektif menyebabkan indi)idu terpajan pada infeksi bakteri rekuren, penyakit autoimun dan intoleransi makanan susu%. *ekitar 1: pasien dengan defisiensi 'g( selektif mempunyai antibodi terhadap 'g(, sehingga dapat terjadi reaksi simpang setelah tranfusi darah atau plasma.
$omplikasi defisiensi antibodi
!erdapat berbagai )ariasi komplikasi pada pasien dengan defisiensi antibodi. *epsis kronik pada saluran nafas atas dan bawah dapat menyebabkan otitis media kronik, ketulian, sinusitis, bronkiektasis, fibrosis pulmonal dan kor pulmonal. Penyakit gastrointestinal ringan seperti sindrom anemia pernisiosa lebih umun terjadi, namun berbeda dengan anemia pernisiosa klasik. Pada anemia ini tidak terdapat autoantibodi terhadap sel parietal dan faktor intrinsik serta terdapat atrofi gastritis pada seluruh lambung tanpa antral sparing . Diare, tanpa atau dengan malabsorpsi, lebih sering disebabkan oleh infestasi iardia lamblia, pertumbuhan bakteri berlebihan di usus kecil atau infeksi persisten oleh ryptosporidium, ampylobacter, rota)irus
atau entero)irus. Ienomena autoimun merupakan kejadian yang umum, sebanyak 1: muncul sebagai anemia hemolitik autoimun dan trombositopenia autoimun. (rtropati terjadi pada 1" defisiensi antibodi. @eberapa pasien dapat terkena artritis kronik pada sendi besar dan artritis monoartikular tanpa terdapat faktor reumatoid. Pasien dengan X-linked agammaglobulinaemia dan 4/'D rawan terhadap infeksi kronik echo)irus, dan menyebabkan meningoensefalitis persisten. Pasien dengan defisiensi imun yang melibatkan imunitas humoral danatau seluler mempunyai risiko 10$"00 kali lipat untuk terkena penyakit keganasan.
Kombinasi defisiensi primer sel + dan sel "
Depresi imunitas sel ! biasanya disertai dengan )ariasi abnormalitas fungsi sel @. al ini menunjukkan kerjasama sel ! dan @ dalam produksi antibodi terhadap sebagian antigen. Defisiensi berat ini biasanya muncul dalam bulan pertama k ehidupan !abel "#$:%. @ayi yang sama sekali gagal dalam fungsi limfosit ! dan @ akan terkena defisiensi imun kombinasi berat (severe combined immunodeficiency, S"D! !abel "#$;%.
+anda defisiensi imun kombinasi yang berat
!erdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan *ering terjadi infeksi )irus atau jamur dibandingkan bakteri Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis% 'nfeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi !erjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi 7imfopenia ditemui pada hampir semua bayi (Dikutip dengan modifikasi dari hapel &, $<<
S$ID berdasarkan ada tidaknya sel + dan sel "
Kondisi
Defek fungsi
Patogenesis
Keturunan
Keterangan
!$ @A *4'D 6 linked
Kegagalan 4M' dan antibodi
Defisiensi reseptor 6 linked '7 rantai B%
90 kasus *4'D
Defisiensi sitokin kinase
: kasus *4'D
*el EK abnormal
Kegagalan 4M' dan antibodi
5esesif autosom
5esesif autosom
*el EK abnormal !$ @$ *4'D 5esesif autosom
Kegagalan 4M' dan antibodi
Kegagalan 4M' Defisiensi adenosin dan antibodi deaminase (D(%
!idak ada 5esesif autosom "0 kasus diferensiasi karena *4'D defek 5(1"
Defek struktur koding untuk (D( "0 kasus menyebabkan 5esesif autosom *4'D akumulasi metabolit toksik di limfoblas ! Q @%
!idak ada sel stem
Disgenesis retikular Kegagalan 4M', antibodi dan fagosit
Kemungkinan hidup tidak ada 5esesif autosom
Defisiensi M4 kelas ' (@bare lymphocyte syndromeA!
*el ! dan @ normal,Kegagalan ekspresi 5esesif autosom Carang namun 4M' dan antigen M4 kelas antibodi rusak ' karena defek transkripsi !(P$"
Defisiensi M4 kelas ''
Kegagalan Defek transkripsi 5esesif autosom L : kasus presentasi antigen protein M4 kelas *4'D
ke sel ! 4D9A Defisiensi 4D8
''
Kegagalan akti)asi Defek transkripsi sel ! 4D9A
Kegagalan akti)asi 4D8
Defisiensi '7$"
Defek transduksi signal, seperti defisiensi H(P$<0
5esesif autosom Carang
5esesif autosom
agal produksi sitokin !idak diketahui
4M', cell mediated immunity& '7, interleukin& 5(, recombination acti)ation genes& !(P, transporter associated with antigen processing& H(P$<0, suatu tirosin kinase intraseluler (Dikutip dengan modifikasi dari hapel &, $<<
Defek primer pada imunitas non-spesifik
'munitas humoral spesifik membutuhkan mekanisme efektor non$spesifik untuk kerjanya. Mikroorganisme yang telah diopsonisasi oleh antibodi 'g siap untuk terikat dan difagosit oleh sel fagosit. 7isis bakteri yang tergantung komplemen juga membutuhkan jalur komplemen berfungsi dengan baik, demikian pula pada kompleks antibodi$komplemen.
%efek fungsi neutrofil
Peran utama neutrofil adalah memfagosit, menghancurkan dan mengolah mikroorganisme yang mengin)asi, terutama bakteri dan jamur. Defek pada neutrofil dapat bersifat kuantitatif neutropenia% atau kualitatif disfungsi neutrofil%, namun manifestasi klinisnya sama. Cumlah neutrofil yang bersirkulasi normalnya melebihi 1,:R10=l. Eeutropenia ringan biasanya asimtomatik, namun derajat sedang sampai berat dihubungkan dengan peningkatan risiko dan keparahan infeksi infeksi akan mengancam nyawa bila jumlah neutrofil di bawah 0,:R10=l%. Eeutropenia lebih umum ditemukan dibandingkan disfungsi neutrofil, dan penyebab sekunder neutropenia lebih umum dibandingkan penyebab primernya, namun bentuk primer kongenital% ini bersifat fatal !abel "#$<%. Eeutropenia sering terjadi akibat efek samping dari kemoterapi untuk penyakit keganasan.
"eberapa penyebab neutropenia
a. Penurunan produksi dengan hipoplasia sumsum 1. Primer Eeutropenia kronik jinak o o
Eeutropenia siklikal
o
@entuk kongenital lainnya dan neutropenia familial
". *ekunder •
2bat sitotoksik
•
7eukemia
•
(nemia aplastik
•
'nfeksi
•
5eaksi obat
b. Peningkatan destruksi dengan hiperplasia sumsum 1. ipersplenisme ". Eeutropenia imun (Dikutip dengan modifikasi dari hapel &, $<<
%efisiensi komplemen
(kti)itas komplemen yang rusak biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit yang menggunakan komplemen melalui jalur klasik atau alternatif. 4ontohnya adalah penyakit lupus eritematosus sistemik yang mengkonsumsi jalur klasik kompenen komplemen 41, 49 dan 4" dan mengakibatkan rusaknya kemampuan komplemen untuk melarutkan kompleks imun. Pada manusia, defisiensi komponen komplemen yang diturunkan dikaitkan dengan sindrom klinik. @anyak pasien dengan defisiensi 41, 49 atau 4" mempunyai lupus-like syndrome, seperti ruam malar, artralgia, glomerulonefritis, demam atau )askulitis kronik dan infeksi piogenik rekuren. (ntinuklear dan antibodi anti$dsDE( dapat tidak ditemukan. (danya defisiensi komponen komplenen jalur klasik ini menurunkan kemampuan indi)idu untuk eliminasi kompleks imun. Pasien dengan defisiensi 48 dapat terjadi secara primer atau sekunder, contohnya defisiensi inhibitor 48b, seperti faktor ' atau akan meningkatkan risiko untuk terkena infeksi bakteri rekuren. 'ndi)idu biasanya terkena infeksi yang mengancam nyawa, seperti pneumonia, septikemia dan meningitis. !erdapat hubungan kuat antara defisiensi 4:, 4;, 4<, 4# atau properdin dengan infeksi neiseria rekuren. @iasanya pasien mempunyai infeksi gonokoku s rekuren, terutama septikemia dan artritis, atau meningitis meningokukos rekuren. Defisiensi inhibitor 41 merupakan defisiensi sistem komplemen diturunkan yang paling sering dan penyebab angioedema herediter.
Defisiensi imun sekunder
Penyebab sekunder defisiensi imun lebih umum dibandingkan penyebab primer. Kadar komponen imun yang rendah menunjukkan produksi yang menurun atau katabolisme NhilangnyaO komponen imun% yang dipercepat. ilangnya protein yang sampai menyebabkan hipogamaglobulinemia dan hipoproteinemia terjadi terutama melalui ginjal sindrom nefrotik% atau melalui saluran cerna protein-losing enteropathy!. ilangnya imunoglobulin melalui renal setidaknya bersifat selektif parsial, sehingga kadar 'gM masih dapat normal meskipun kadar 'g serum dan albumin menurun. Protein juga dapat hilang dari saluran cerna melalui penyakit inflamatorius aktif seperti penyakit 4rohn, kolitis ulseratif dan penyakit seliak. Kerusakan sintesis paling nampak pada malnutrisi. Defisiensi protein menyebabkan perubahan yang mendalam pada banyak organ, termasuk sistem imun. Kerusakan produksi antibodi spesifik setelah imunisasi, dan defek pada imunitas seluler, fungsi fagosit dan akti)itas komplemen dihubungkan dengan nutrisi yang buruk, dan membaik setelah suplementasi diet protein dan kalori yang cukup.
Pasien dengan penyakit limfoproliferatif sangat rentan terhadap infeksi. 7eukemia limfositik kronik yang tidak diobati umumnya berhubungan dengan hipogamaglobulinemia dan infeksi rekuren yang cenderung bertambah berat dengan progresifitas penyakit. 7imfoma Eon$ odgkin mungkin berhubungan dengan defek pada imunitas humoral dan seluler. Penyakit odgkin biasanya berhubungan dengan kerusakan yang nyata dari imunitas seluler, namun imunoglobulin serum masih normal sampai fase akhir penyakit. 5isiko infeksi pasien dengan mieloma multipel :$10 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Irekuensi infeksi oportunistik pada pasien dengan keganasan diseminata menandakan adanya defek imun, meskipun sulit membedakan efek imunosupresif dari penyakit ataupun efek pengobatan. 2bat imunosupresif mempengaruhi beberapa aspek fungsi sel, terutama limfosit dan polimorf, namun hipogamaglobulinemia berat jarang terjadi. Pasien dengan obat untuk mencegah penolakan organ transplan juga dapat timbul infeksi oportunsistik meskipun tidak biasa. @entuk iatrogenik lain dari defisiensi imun sekunder adalah yang berhubungan dengan splenektomi.
Infeksi pada pe&amu imunokompromais
'ndi)idu yang secara alami atau medikal mengalami imunokompromais rentan terhadap infeksi. *umber infeksi dapat berasal dari patogen umum yang juga mengin)asi pada indi)idu sehat, dan juga dari agen oportunistik. Dua hal penting dalam infeksi pada pejamu imunokompromais adalah sebagian besar infeksi disebabkan oleh patogen umum yang biasanya dapat diidentifikasi dan dikontrol dengan terapi yang tepat. Kedua, kesulitan terjadi karena organisme oportunistik sulit untuk diisolasi dan tidak berespons terhadap obat yang tersedia. !erdapat dua jalur masuk utama bagi organisme oportunistik, yaitu orofaring dan saluran cerna bagian bawah. Paru menjadi tempat tersering dalam infeksi pada pejamu imunokompromais. Manifestasi klinis berupa demam non$spesifik, dispnea dan batuk kering dengan gambaran foto dada infiltrat pulmonal. Eamun sarana penunjang seperti sputum dan kultur darah tidak banyak membantu, lebih dipilih bilas bronkoal)eolar, biopsi transbronkial dan biopsi paru terbuka. Pentingnya diagnosis dini dan tatalaksana sangat ditekankan mengingat infeksi paru pada pasien imunokompromasi memiliki angka mortalitas lebih dari :0.
.NI%#S+SI K/INIS DN DI)NOSIS
Dalam penegakan diagnosis defisiensi imun, penting ditanyakan riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, sejak masa kehamilan, persalinan dan morbiditas yang ditemukan sejak lahir secara detail. 5iwayat pengobatan yang pernah didapat juga harus dicatat, disertai keterangan efek pengobatannya, apakah membaik, tetap atau memburuk. @ila pernah dirawat, operasi atau transfusi juga dicatat. 5iwayat imunisasi dan kejadian efek simpangnya juga dicari.
alaupun penyakit defisiensi imun tidak mudah untuk didiagnosis, secara klinis terdapat berbagai tanda dan gejala yang dapat membimbing kita untuk mengenal penyakit ini !abel "#$ #%. *esuai dengan gejala dan tanda klinis tersebut maka dapat diarahkan terhadap kemungkinan penyakit defisiensi imun. Defisiensi antibodi primer yang didapat lebih sering terjadi dibandingkan den gan yang diturunkan, dan =0 muncul setelah usia 10 tahun. Pada bentuk defisiensi antibodi kongenital, infeksi rekuren biasanya terjadi mulai usia 9 bulan sampai " tahun, karena 'g ibu yang ditransfer mempunyai proteksi pasif selama 8$9 bulan pertama. @eberapa defisiensi antibodi primer bersifat diturunkan melalui autosom resesif atau X-linked . Defisiensi imunoglobulin sekunder lebih sering terjadi dibandingkan dengan defek primer. Pemeriksaan fisik defisiensi antibodi jarang menunjukkan tanda fisik diagnostik, meskipun dapat menunjukkan infeksi berat sebelumnya, seperti ruptur membran timpani dan bronkiektasis. !ampilan klinis yang umum adalah gagal tumbuh. Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis. Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar. 'munoglobulin yang sama sekali tidak ada agamaglobulinemia% jarang terjadi, bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai 'gM dan 'g yang dapat dideteksi. Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin, seperti 'g( atau grup isotop, seperti 'g( dan 'g. @eberapa indi)idu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal. *el @ yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel @. Pada darah normal, sel$sel tersebut sebanyak :$1: dari populasi limfosit total. *el @ matur yang tidak ada pada indi)idu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel @ normal atau rendah.
)e'ala klinis penyakit defisiensi imun )e'ala yang biasanya di'umpai
'nfeksi saluran napas atas berulang 'nfeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi, atau respons pengobatan inkomplit
)e'ala yang sering di'umpai
agal tumbuh atau retardasi tumbuh
Carang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar 'nfeksi oleh mikroorganisma yang tidak laim 7esi kulit rash, ketombe, pioderma, abses nekrotiknoma, alopesia, ek sim, teleangiektasi, warts yang hebat% 2ral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan Cari tabuh Diare dan malabsorpsi Mastoiditis dan otitis persisten Pneumonia atau bronkitis berulang Penyakit autoimun Kelainan hematologis anemia aplastik, anemia hemolitik, neutropenia, trombositopenia%
)e'ala yang 'arang di'umpai
@erat badan turun Demam Periodontitis 7imfadenopati epatosplenomegali Penyakit )irus yang berat (rtritis atau artralgia +nsefalitis kronik Meningitis berulang Pioderma gangrenosa
Kolangitis sklerosis epatitis kronik )irus atau autoimun% 5eaksi simpang terhadap )aksinasi @ronkiektasis 'nfeksi saluran kemih 7epaspuput tali pusat terlambat 80 hari% *tomatitis kronik ranuloma Keganasan limfoid (Dikutip dari Stiehm, 200!
P#.#IKSN P#NUN1N)
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun. Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya% maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu, yaituS 1. Pemeriksaan darah tepi 1. emoglobin ". 7eukosit total 8. itung jenis leukosit persentasi% 9. Morfologi limfosit :. itung trombosit ". Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif 'g, 'g(, 'gM, 'g+% 8. Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya fungsi 'g% 1. !iter antibodi !etatus, Difteri ". !iter antibodi .influenae
9. Penilaian komplemen komplemen hemolisis total T 4:0% :. +)aluasi infeksi 7aju endap darah atau 45P, kultur dan pencitraan yang sesuai%
7angkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan lanjutan berdasarkan apa yang kita cari !abel "#$=%.
Pemeriksaan lan'utan pada penyakit defisiensi imun Defisiensi Sel " '&i Tapis •
Kadar 'g, 'gM dan 'g( !iter isoaglutinin 5espon antibodi pada )aksin !etanus, difteri, .influenae% •
'&i lan&utan
+numerasi sel$@ 4D1= atau 4D"0% Kadar subklas 'g Kadar 'g+ dan 'gD !iter antibodi natural (nti *treptolisin$2(*!2, +.coli 5espons antibodi terhadap )aksin tifoid dan pneumokokus Ioto faring lateral untuk mencari kelenjar adenoid •
iset
Ienotiping sel @ lanjut @iopsi kelenjar 5espons antibodi terhadap antigen khusus misal phage antigen "g-survival in )i)o
Kadar 'g sekretoris *intesis 'g in )itro (nalisis akti)asi sel (nalisis mutasi
Defisiensi sel + '&i tapis •
itung limfosit total dan morfologinya itung sel ! dan sub populasi sel ! S hitung sel ! total, !h dan !s ji kulit tipe lambat 4M'% S mumps, kandida, toksoid tetanus, tuberkulin Ioto sinar 6 dada S ukuran timus •
'&i lan&utan
+numerasi subset sel ! 4D8, 4D9, 4D#% 5espons proliferatif terhadap mitogen, antigen dan sel alogeneik 7( typing (nalisis kromosom •
iset
#dvance flo. cytometry (nalisis sitokin dan sitokin reseptor ytoto5ic assay sel EK dan 4!7% +nyme assay adenosin deaminase, fosforilase nukleoside purinPEP% Pencitraan timus dab fungsinya (nalisis reseptor sel !
5iset akti)asi sel ! 5iset apoptosis @iopsi (nalisis mutasi
Defisiensi fagosit '&i tapis •
itung leukosit total dan hitung jenis ji E@! Eitro blue tetraolium%, kemiluminesensi S fungsi metabolik neutrofil !iter 'g+ •
'&i lan&utan
5eduksi dihidrorhodamin Bhite cell turn over Morfologi spesial Kemotaksis dan mobilitas random Phagocytosis assay =actericidal assays •
iset
#dhesion molecule assays 4D11b4D1#, ligan selektin% 65idative metabolism n/yme assays mieloperoksidase, ;PD, E(DP% (nalisis mutasi
Defisensi komplemen
•
'&i tapis
!iter 48 dan 49 (kti)itas 4:0 •
'&i lan&utan
6psonin assays omponent assays #ctivation assays 48a, 49a, 49d, 4:a% •
iset
(kti)itas jalur alternatif Penilaian fungsifaktor kemotaktik, immune adherence%
P#N)O"+N
*esuai dengan keragaman penyebab, mekanisme dasar, dan kelainan klinisnya maka pengobatan penyakit defisiensi imun sangat ber)ariasi. Pada dasarnya pengobatan tersebut bersifat suportif, substitusi, imunomodulasi, atau kausal. Pengobatan suportif meliputi perbaikan keadaan umum dengan memenuhi kebutuhan gii dan kalori, menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam$basa, kebutuhan oksigen, serta melakukan usaha pencegahan infeksi. *ubstitusi dilakukan terhadap defisiensi komponen imun, misalnya dengan memberikan eritrosit, leukosit, plasma beku, enim, serum hipergamaglobulin, gamaglobulin, imunoglobulin spesifik. Kebutuhan tersebut diberikan untuk kurun waktu tertentu atau selamanya, sesuai dengan kondisi klinis. Pengobatan imunomodulasi masih diperdebatkan manfaatnya, beberapa memang bermanfaat dan ada yang hasilnya kontro)ersial. 2bat yang diberikan antara lain adalah faktor tertentu interferon%, antibodi monoklonal, produk mikroba @4%, produk biologik timosin%, komponen darah atau produk darah, serta bahan sintetik seperti inosipleks dan le)amisol. !erapi kausal adalah upaya mengatasi dan mengobati penyebab defisiensi imun, terutama pada defisiensi imun sekunder pengobatan infeksi, suplemen gii, pengobatan keganasan, dan lain$
lain%. Defisiensi imun primer hanya dapat diobati dengan transplantasi timus, hati, sumsum tulang% atau rekayasa genetik.
+atalaksana defisiensi antibodi
!erapi pengganti imunoglobulin (immunoglobulin replacement therapy! merupakan keharusan pada anak dengan defek produksi antibodi. Preparat dapat berupa intra)ena atau subkutan. !erapi tergantung pada keparahan hipogamaglobulinemia dan komplikasi. *ebagian besar pasien dengan hipogamaglobulinemia memerlukan 900$;00 mgkgbulan imunoglobulin untuk mencegah infeksi atau mengurangi komplikasi, khususnya penyakit kronik pada paru dan usus. 'munoglobulin intra)ena '/'% merupakan pilihan terapi, diberikan dengan inter)al "$8 minggu. Pemantauan dilakukan terhadap imunoglobulin serum, setelah mencapai kadar yang stabil setelah ; bulan%, dosis infus dipertahankan di atas batas normal. +atalaksana defek imunitas seluler
!atalaksana pasien dengan defek berat imunitas seluler, termasuk *4'D tidak hanya melibatkan terapi antimikrobial namun juga penggunaan profilaksis. ntuk mencegah infeksi maka bayi dirawat di area dengan tekanan udara positif. Pada pasien yang terbukti atau dicurigai defek sel ! harus dihindari imunisasi dengan )aksin hidup atau tranfusi darah. /aksin hidup dapat mengakibatkan infeksi diseminata, sedangkan tranfusi darah dapat menyebabkan penyakit graftversus-host . !andur (graft! sel imunokompeten yang masih hidup merupakan sarana satu$satunya untuk perbaikan respons imun. !ransplantasi sumsum tulang merupakan pilihan terapi pada semua bentuk *4'D. !erapi gen sedang dikembangkan dan diharapkan dapa t mengatasi defek gen.
PO)NOSIS
Prognosis penyakit defisiensi imun untuk jangka pendek dipengaruhi oleh beratnya komplikasi infeksi. ntuk jangka panjang sangat tergantung dari jenis dan penyebab defek sistem imun. !etapi pada umumnya dapat dikatakan bahwa perjalanan penyakit defisiensi imun primer buruk dan berakhir fatal, seperti juga halnya pada beberapa penyakit defisiensi imun sekunder ('D*%. Diperkirakan sepertiga dari penderita defisiensi imun meninggal pada usia muda karena komplikasi infeksi. Mortalitas penderita defisiensi imun humoral adalah sekitar "=. @eberapa penderita defisiensi 'g( selektif dilaporkan sembuh spontan *edangkan hampir semua penderita defisiensi imun berat gabungan akan meninggal pada usia dini. Defisiensi imun ringan, terutama yang berhubungan dengan keadaan fisiologik pertumbuhan, kehamilan%, infeksi, dan gangguan gii dapat diatasi dengan baik bila belum disertai defek imunologik yang menetap.
Immunodefisiensi
(dalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya. Cika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat pada bayi baru lahir, anak$anak maupun dewasa%, serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik, maka kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan. angguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi )irus, jamur atau bakteri yang tidak biasa.
Penyakit Immunodefisiensi DEFINISI
Penyakit 'mmunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya. Cika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat pada bayi baru lahir, anak$anak maupun dewasa%, serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik , maka kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan. angguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi )irus, jamur atau bakteri yang tidak biasa.
DEFISIENSI NUTRISI Defisiensi nutrisi dapat terjadi karena S 1. Kurangnya asupan makanan. ". (danya kegagalan penyerapan dan metabolisme. 8. Makin banyaknya ekskresi. Pasien yang rentan terhadap defisiensi nutrisi adalah orangtua yang menjalankan diet ketat dan pecandu alkohol yang menjalankan diet tidak berimbang, serta sindrom malabsorpsi. D#%ISI#NSI I+.IN
Pada tikus defisiensi )itamin ( menyebabkan sel$sel kolumnar menjadi tipe s-uamosa dan berkeratinisasi, sel$sel sekretori kelenjar sali)a juga menjadi sel s-uamosa dan berkeratinisasi. !api tidak ada bukti bahwa defisiensi )itamin ( pada manusia menyebabkan perubahan besar. D#%ISI#NSI I"O%/IN
Pada beberapa kasus terdapat stomatitis angularis berupa fissur merah pada sudut mulut, sakit, dan membran mukosa berwarna merah mengkilap. 7idah biasanya sakit. Pengobatan dengan pemberian ribofla)in : mg 8 kali sehari D#%ISI#NSI NI$O+IN.ID# &P#//)(
Penderita akan kehilangan nafsu makan diikuti oleh glossitis atau stomatitis dan dermatitis. @agian ujung dan lateral margin lidah menjadi merah. @agian dorsum lidah dilapisi bulu keabu$ abuan. ingi)al margin menjadi merah, bengkak dan memborok. D#%ISI#NSI I+.IN $
Penyakit yang terjadi adalah *cur)y. Dampak utama adalah dermatitis dan purpura, pada kasus berat anemia penyembuhan yang lambat pada luka dn gusi yng bengkak berdarah juga dapat terjadi. D#%ISI#NSI I+.IN D
Pada masa pertumbuhan tulang akan menyebabkan penyakit ricket. Iaktor penyebab adalah kurangnya cahaya matahari, makanan berkabohidrat tinggi dan kemungkinan penggunaan tepung yang terlalu banyak menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium. (E25+6'( E+5/2*( D(E @77'M'(
(nore3ia ner)osa adalah penolakan terhadap makanan secara tegas dan terus menerus yang berakibat pada tubuh kurus bahkan kematian. @ullimia adalah keadaan dimana seseorang setelah makan dimuntahkan kembali. (kibatnya adalah terjadinya sialadenitis dn erosi gig akibat muntah yang dipaksakan.
Penyakit imunodefisiensi kongenital 1. Penyakit dimana terdapat kadar antibodi yang rendah - Common variable immunodefciency - Kekurangan antibodi selektif (misalnya kekurangan IgA) - Hipogammaglobulinemia sementara pada bayi - Agammaglobulinemia X-linked 2. Penyakit dimana teradi gangguan fungsi sel darah putih ! Kelainan pada limfosit " - Kandidiasis mukokutaneus kronis - Anomali #i$eorge ! Kelainan pada limfosit " dan limfosit % - Ataksia-teleangiektasia - Penyakit imunode&siensi gabungan yang berat - 'indroma iskott-Aldrih - 'indroma limfoproliferatif X-linked *. Penyakit dimana teradi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putih - 'indroma +hediak-Higashi - Penyakit granulomatosa kronis - Kekurangan leukosit glukosa-,-fosfatas dehidrogenasi - Kekurangan mieloperoksidase
. Penyakit dimana terdapat kelainan pergerakan sel darah putih - Hiperimmunoglobulinemia - Kelainan perlekatan leukosit /. Penyakit dimana terdapat kelainan pada sistem komplemen - Kekurangan komplemen komponen * (+*) - Kekurangan komplemen komponen , (+,) - Kekurangan komplemen komponen 0 (+0) - Kekurangan kompleman komponen (+)
AGAMMAGLOBULINEMIA X-LINKED Agammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki dan merupakan akibat dari penurunan umlah atau tidak adanya limfosit % serta sangat rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X . %ayi akan menderita infeksi paru-paru sinus dan tulang biasanya karena bakteri (misalnya Hemophilus dan Streptococcus ) dan bisa teradi infeksi 3irus yang tidak biasa di otak. "etapi infeksi biasanya baru teradi setelah usia , bulan karena sebelumnya bayi memiliki antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasal dari ibunya. 4ika tidak mendapatkan 3aksinasi polio anak-anak bisa menderita polio. 5ereka uga bisa menderita artritis. 'untikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita agar penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu menegah infeksi. 4ika teradi infeksi bakteri diberikan antibiotik. Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dan enderung menderita kanker.
COMMON VARIABLE IMMUNODEFICIENCY 6mmunode&siensi yang berubah-ubah teradi pada pria dan 7anita pada usia berapapun tetapi biasanya baru munul pada usia 18-28 tahun. Penyakit ini teradi akibat sangat rendahnya kadar antibodi meskipun umlah limfosit %nya normal. Pada beberapa penderita limfosit " berfungsi seara normal sedangkan pada penderita lainnya tidak. 'ering teradi penyakit autoimun seperti penyakit Addison tiroiditis dan artritis rematoid. %iasanya teradi diare dan makanan pada saluran penernaan tidak diserap dengan baik. 'untikan atau infus immunoglobulin diberikan selama hidup penderita.
4ika teradi infeksi diberikan antibiotik.
KEKURANGAN ANTIBODI SELEKTIF Pada penyakit ini kadar antibodi total adalah normal tetapi terdapat kekurangan antibodi enis tertentu. 9ang paling sering teradi adalah kekurangan 6gA. Kadang kekurangan 6gA sifatnya diturunkan tetapi penyakit ini lebih sering teradi tanpa penyebab yang elas. Penyakit ini uga bisa timbul akibat pemakaian fenitoin (obat anti keang). 'ebagian besar penderita kekurangan 6gA tidak mengalami gangguan atau hanya mengalami gangguan ringan tetapi penderita lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan menahun dan alergi. 4ika diberikan transfusi darah plasma atau immunoglobulin yang mengandung 6gA beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-6gA yang bisa menyebabkan reaksi alergi yang hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin berikutnya. %iasanya tidak ada pengobatan untuk kekurangan 6gA. Antibiotik diberikan pada mereka yang mengalami infeksi berulang.
PENYAKIT IMMUNODEFISIENSI GABUNGAN YANG BERAT Penyakit immunode&siensi gabungan yang berat merupakan penyakit immunode&siensi yang paling serius. "eradi kekurangan limfosit % dan antibodi disertai kekurangan atau tidak berfungsinya limfosit " sehingga penderita tidak mampu mela7an infeksi seara adekuat. 'ebagian besar bayi akan mengalami pneumonia dan thrush (infeksi amur di mulut): diare biasanya baru munul pada usia * bulan. %isa uga teradi infeksi yang lebih serius seperti pneumonia pneumokistik . 4ika tidak diobati biasanya anak akan meninggal pada usia 2 tahun. Antibiotik dan immunoglobulin bisa membantu tetapi tidak menyembuhkan. Pengobatan terbaik adalah penangkokan sumsum tulang atau darah dari tali pusar.
SINDROMA WISKOTT-ALDRICH 'indroma iskott-Aldrih hanya menyerang anak laki-laki dan menyebabkan eksim penurunan umlah trombosit serta kekurangan limfosit " dan limfosit % yang menyebabkan teradinya infeksi berulang.
Akibat rendahnya umlah trombosit maka geala pertamanya bisa berupa kelainan perdarahan (misalnya diare berdarah). Kekurangan limfosit " dan limfosit % menyebabkan anak rentan terhadap infeksi bakteri 3irus dan amur. 'ering teradi infeksi saluran pernafasan. Anak yang bertahan sampai usia 18 tahun kemungkinan akan menderita kanker (misalnya limoma dan leukemia). Pengangkatan limpa seringkali bisa mengatasi masalah perdarahan karena penderita memiliki umlah trombosit yang sedikit dan trombosit dihanurkan di dalam limpa. Antibiotik dan infus immunoglobulin bisa membantu penderita tetapi pengobatan terbaik adalah dengan penangkokan sumsum tulang.
ATAKSIA-TELANGIEKTASIA Ataksia-telangiektasia adalah suatu penyakit keturunan yang menyerang sistem kekebalan dan sistem saraf. Kelainan pada serebelum (bagian otak yang mengendalikan koordinasi) menyebabkan pergerakan yang tidak terkoordinasi ( ataksia). Kelainan pergerakan biasanya timbul ketika anak sudah mulai beralan tetapi bisa uga baru munul pada usia tahun. Anak tidak dapat berbiara dengan elas otot-ototnya lemah dan kadang teradi keterbelakangan mental. "elangiektasi adalah suatu keadaan dimana teradi pelebaran kapiler (pembuluh darah yang sangat keil) di kulit dan mata. "elangiektasi teradi pada usia 1-, tahun biasanya paling elas terlihat di mata telinga bagian pinggir hidung dan lengan. 'ering teradi pneumonia infeksi bronkus dan infeksi sinus yang bisa menyebakan kelainan paru-paru menahun. Kelainan pada sistem endokrin bisa menyebabkan ukuran buah ;akar yang keil kemandulan dan diabetes. %anyak anak-anak yang menderita kanker terutama leukemia kanker otak dan kanker lambung. Antibiotik dan suntikan atau infus immunoglobulin bisa membantu menegah infeksi tetapi tidak dapat mengatasi kelaianan saraf. Ataksia-telangiektasia biasanya berkembang menadi kelemahan otot yang semakin memburuk kelumpuhan demensia dan kematian.
SINDROMA HIPER-IgE 'indroma hiper-6g (sindroma JobBuckley ) adalah suatu penyakit immunode&siensi yang ditandai dengan sangat tingginya kadar antibodi 6g dan infeksi bakteri sta&lokokus berulang. 6nfeksi bisa menyerang kulit paru-paru sendi atau organ lainnya. %anyak penderita yang memiliki tulang yang lemah sehingga sering mengalami patah tulang. %eberapa penderita menunukkan geala-geala alergi seperti eksim hidung tersumbat dan asma. Antibiotik diberikan seara terus menerus atau ketika teradi infeksi sta&lokokus. 'ebagai tindakan penegahan diberikan antibiotik trimetoprim-sulfametoksa;ol.
PENYAKIT GRANULOMATOSA KRONIS Penyakit granulomatosa kronis kebanyakan menyerang anak laki-laki dan teradi akibat kelainan pada sel-sel darah putih yang menyebabkan terganggunya kemampuan mereka untuk membunuh bakteri dan amur tertentu. 'el darah putih tidak menghasilkan hidrogen peroksida superoksida dan ;at kimia lainnya yang membantu mela7an infeksi. $eala biasanya munul pada masa kanak-kanak a7al tetapi bisa uga baru timbul pada usia belasan tahun. 6nfeksi kronis teradi pada kulit paru-paru kelenar getah bening mulut hidung dan usus. #i sekitar anus di dalam tulan dan otak bisa teradi abses. Kelenar getah bening enderung membesar dan mengering. Hati dan limpa membesar. Pertumbuhan anak menadi lambat. Antibiotik bisa membantu menegah teradinya infeksi. 'untikan gamma interferon setiap minggu bisa menurunkan keadian infeksi. Pada beberapa kasus penangkokan sumsum tulang berhasi menyembuhkan penyakit ini.
HIPOGAMMAGLOBULIN SEMENTARA PADA BAYI Pada penyakit ini bayi memiliki kadar antibodi yang rendah yang mulai teradi
pada usia *-, bulan. Keadaan ini lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang lahir prematur karena selama dalam kandungan mereka menerima antibodi ibunya dalam umlah yang lebih sedikit. Penyakit ini tidak diturunkan dan menyerang anak laki-laki dan anak perempuan. %iasanya hanya berlangsung selama ,-1 bulan. 'ebagian bayi mampu membuat antibodi dan tidak memiliki masalah dengan infeksi sehingga tidak diperlukan pengobatan. %eberapa bayi (terutama bayi prematur) sering mengalami infeksi. Pemberian immunoglobulin sangat efektif untuk menegah dan membantu mengobati infeksi. %iasanya diberikan selama *-, bulan. 4ika perlu bisa diberikan antibiotik.
ANOMALI DiGEORGE Anomali #i$eorge teradi akibat adanya kelainan pada perkembangan anin. Keadaan ini tidak diturunkan dan bisa menyerang anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak-anak tidak memiliki kelenar thymus yang merupakan kelenar yang penting untuk perkembangan limfosit " yang normal. "anpa limfosit " penderita tidak dapat mela7an infeksi dengan baik. 'egera setelah lahir akan teradi infeksi berulang. %eratnya gangguan kekebalan sangat ber3ariasi. Kadang kelainannya bersifat parsial dan fungsi limfosit " akan membaik dengan sendirinya. Anak-anak memiliki kelainan antung dan gambaran 7aah yang tidak biasa (telinganya lebih renadh tulang rahangnya keil dan menonol serta arak antara kedua matanya lebih lebar). Penderita uga tidak memiliki kelen!ar paratiroid sehingga kadar kalium darahnya rendah dan segera setelah lahir seringkali mengalami keang. 4ika keadaannya sangat berat dilakukan penangkokan sumsum tulang. %isa uga dilakukan penangkokan kelenar thymus dari anin atau bayi baru lahir (anin yang mengalami keguguran). Kadang kelainan antungnya lebih berat daripada kelainan kekebalan sehingga perlu dilakukan pembedahan antung untuk menegah gagal antung yang berat dan kematian. 4uga dilakukan tindakan untuk mengatasi rendahnya kadar kalsium dalam darah.
KANDIDIASIS MUKOKUTANEUS KRONIS
Kandidiasi mukokutaneus kronis teradi akibat buruknya fungsi sel darah putih yang menyebabkan teradinya infeksi amur Candida yang menetap pada bayi atau de7asa muda. 4amur bisa menyebabkan infeksi mulut ( thrush) infeksi pada kulit kepala kulit dan kuku. Penyakit ini agak lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya ber3ariasi. %eberapa penderita mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya memiliki kelainan endokrin (seperti hipoparatiroidisme ). 6nfeksi internal oleh Candida arang teradi. %iasanya infeksi bisa diobati dengan obat anti-amur nistatin atau klotrima;ol. 6nfeksi yang lebih berat memerlukan obat anti-amur yang lebih kuat (misalnya ketokona;ol per-oral atau amfoterisin % intra3ena). Kadang dilakukan penangkokan sumsum tulang.
PENYEBAB
'mmunodefisiensi bisa timbul sejak seseorang dilahirkan immunodefisiensi kongenital % atau bisa muncul di kemudian hari. 'mmunodefisiensi kongenital biasanya diturunkan. !erdapat lebih dari <0 macam penyakit immunodefisiensi yang sifatnya diturunkan herediter %. Pada beberapa penyakit, jumlah sel darah putihnya menurun& pada penyakit lainnya, jumlah sel darah putih adalah normal tetapi fungsinya mengalami gangguan. Pada sebagian penyakit lainnya, tidak terjadi kelainan pada sel darah putih, tetapi komponen sistem kekebalan lainnya mengalami kelainan atau hilang. 'mmunodefisiensi yang didapat biasanya terjadi akibat suatu penyakit. 'mmunodefisiensi yang didapat lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan immunodefisiensi kongenital. @eberapa penyakit hanya menyebabkan gangguan sistem kekebalan yang ringan, sedangkan penyakit lainnya menghancurkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada infeksi '/ yang menyebabkan #"DS , )irus menyerang dan menghancurkan sel darah putih yang dalam keadaan normal melawan infeksi )irus dan jamur. @erbagai keadaan bisa mempengaruhi sistem kekebalan. Pada kenyataannya, hampir setiap penyakit serius menahun menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan. 2rang yang memiliki kelainan limpa seringkali mengalami immunodefisiensi. 7impa tidak saja membantu menjerat dan menghancurkan bakteri dan organisme infeksius lainnya yang masuk ke dalam peredaran darah, tetapi juga merupakan salah satu tempat pembentukan antibodi. Cika limpa diangkat atau mengalami kerusakan akibat penyakit misalnya penyakit sel sabit %, maka bisa terjadi gangguan sistem kekebalan. Cika tidak memiliki limpa, seseorang terutama bayi% akan sangat peka terhadai infeksi bakteri tertentu misalnya &aemophilus influen/ae, scherichia coli dan Streptococcus%. *elain )aksin yang biasa diberikan kepada anak$anak, seorang anak yang tidak memiliki limpa harus
mendapatkan )aksin pneumokokus dan meningokokus. (nak kecil yang tidak memiliki limpa harus terus menerus mengkonsumsi antibiotik selama : tahun pertama. *emua orang yang tidak memiliki limpa, harus segera mengkonsumsi antibiotik begitu ada demam sebagai pertanda awal infeksi. 3alnutrisi kurang gii% juga bisa secara serius menyebabkan gangguan sistem kekebalan. Cika malnutrisi menyebabkan berat badan kurang dari #0 berat badan ideal, maka biasanya akan terjadi gangguan sistem kekebalan yang ringan. Cika berat badan turun sampai kurang dari <0 berat badan ideal, maka biasanya terjadi gangguan sistem kekebalan yang berat. 'nfeksi yang sering terjadi pada penderita kelainan sistem kekebalan% akan mengurangi nafsu makand an meningkatkan kebutuhan metabolisme tubuh, sehingga semakin memperburuk keadaan malnutrisi. @eratnya gangguan sistem kekebalan tergantung kepada beratnya dan lamanya malnutrisi dan ada atau tidak adanya penyakit. Cika malnutrisi berhasil diatasi, maka sistem kekebalan segera akan kembali normal. @eberapa penyebab dari immunodefisiensi yang didapatS 1. Penyakit keturunan dan kelainan metabolisme - #iabetes - 'indroma #o7n - $agal ginal - 5alnutrisi - Penyakit sel sabit 2. %ahan kimia dan pengobatan yang menekan sistem kekebalan - Kemoterapi kanker - Kortikosteroid - eukemia - >imfoma
- 5ielo&brosis - 5ieloma /. Pembedahan dan trauma - >uka bakar - Pengangkatan limpa ,. >ain-lain - 'irosis karena alkohol - Hepatitis kronis - Penuaan yang normal - 'arkoidosis - >upus eritematosus sistemik.
GEJALA
*ebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak ; kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika tertular oleh anak lain. *ebaliknya, bayi dengan gangguan sistem kekebalan, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi telinga menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan sakit tenggorokan. @ronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka terhadap infeksi. 8hrush suatu infeksi jamur di mulut% disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan. Peradangan mata kon4ungtivitis%, rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran kapiler dibawah kulit juga merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi. 'nfeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare, pembentukan gas yang berlebihan dan penurunan berat badan. DIAGNOSA
'nfeksi yang menetap atau berulang, atau infeksi berat oleh mikroorganisme yang biasanya tidak menyebabkan infeksi berat, bisa merupakan petunjuk adanya penyakit immunodefisiensi. Petunjuk lainnya adalahS ?espon yang buruk terhadap pengobatan
•
Pemulihan yang tertunda atau pemulihan tidak sempurna
•
Adanya enis kanker tertentu
•
6nfeksi oportunistik (misalnya infeksi "neumocystis carinii yang tersebar luas atau infeksi amur berulang). •
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui@ - umlah sel darah putih - kadar antibodiimmunoglobulin - umlah limfosit " - kadar komplemen.
PENGOBATAN
Cika ditemukan pertanda awal infeksi, segera diberikan antibiotik. Kepada penderita sindroma Biskott-#ldrich dan penderita yang tidak memiliki limpa diberikan antibiotik sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadinya infeksi. ntuk mencegah pneumonia seringkali digunakan trimetoprim$sulfametoksaol. 2bat$obat untuk meningkatkan sistem kekebalan contohn ya le)amisol, inosipleks dan hormon thymus% belum berhasil mengobati penderita yang sel darah putihnya sedikit atau fungsinya tidak optimal. Peningkatan kadar antibodi dapat dilakukan dengan suntikan atau infus immun globulin, yang biasanya dilakukan setiap bulan. ntuk mengobati penyakit granulomatosa kronis diberikan suntikan gamma interferon. Prosedur yang masih bersifat eksperimental , yaitu pencangkokan sel$sel thymus dan sel$sel lemak hati janin, kadang membantu penderita anomali Dieorge. Pada penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat yang disertai kekurangan adenosin deaminase, kadang dilakukan terapi sulih en/im. Cika ditemukan kelainan genetik, maka terapi genetik memberikan hasil yang menjanjikan. Pencangkokan sumsum tulan gkadang bisa mengatasi kelainan sistem kekebalan kongenital yang berat. Prosedur ini biasanya hanya dilakukan pada penyakit yang paling berat, seperti penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat. Kepada penderita yang memiliki kelainan sel darah putih tidak dilakukan transfusi darah kecuali jika darah donor sebelumnya telah disinar, karena sel darah putih di dalam darah donor bisa menyerang darah penderita sehingga terjadi penyakit serius yang bisa berakibat fatal penyakit graft-versus-host %. PENCEGAHAN
al$hal yang sebaiknya dilakukan oleh penderita penyakit immunodefisiensiS 5empertahankan gi;i yang baik
•
5emelihara kebersihan badan
•
5enghindari makanan yang kurang matang
•
5enghindari kontak dengan orang yang menderita penyakit menular
•
5enghindari merokok dan obat-obat terlarang
•
5enaga kebersihan gigi untuk menegah infeksi di mulut
•
=aksinasi diberikan kepada penderita yang mampu membentuk antibodi. Kepada penderita yang mengalami kekurangan limfosit % atau limfosit " hanya diberikan 3aksin 3irus dan bakteri yang telah dimatikan (misalnya 3aksin polio 55? dan %+$). •
4ika diketahui ada anggota keluarga yang memba7a gen penyakit immunode&siensi sebaiknya melakukan konseling agar anaknya tidak menderita penyakit ini. %eberapa penyakit immunode&siensi yang bisa didiagnosis pda anin dengan melakukan pemeriksaaan pada ontoh darah anin atau airan ketuban@ - Agammaglobulinemia - 'indroma iskott-Aldrih - Penyakit immunode&siensi gabungan yang berat - Penyakit granulomatosa kronis. Pada kebanyakan penyakit ini orang tua atau saudara kandungnya dapat menalani pemeriksaan untuk menentukan apakah mereka memba7a gen dari penyakit ini.
Kesimpulan Penurunan imunitas akibat de&siensi nutrisi berkaitan dengan in take protein yang tidak sesuai dengan kebutuha. Protei yang berguna untuk membantu penyembuhan luka pembentukan limposit tidak menukupi sehingga kera limposit itu sendiri tidak optimal . 6n take protein tidak sesuai B 'el darah putih limposit melemah berkurang umlahnya B