Moh. Nurhakim, 2012, Jatuhnya Sebuah Tamadun, Jakarta, Kementrian agama RI, hal 4
Tim penyusun text book Sejarah dan Kebudayaan Islam Ditjen Depag, Sejarah dan Kebudayaan Islam jilid I, proyek pembinaan PTAI IAIN Alauddin, Ujung Pandang 1981, hlm. 2
Ussairy, Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad ke XX, ( Jakarta :Akbar, 2003 ), hlm. 63
PERADABAN ARAB PRA-ISLAM
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Oleh :
Kelompok II
1. Anisa Lailatul Mustafidah NIM : 1723143013
2. Anisa Mahfudah Aulia NIM : 1723143014
Dosen Pengampu
Lailatuz Zuhriyah, S.Th.I, M.Fil,I
NIP. 19860528 201403 2 002
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
FAKULTAS TARBIYAH
TADRIS BAHASA INGGRIS 1-A
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "PERADABAN ARAB PRA-ISLAM" ini dengan lancar. Makalah ini penulis buat dengan tujuan memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Peradaban Islam.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Dalam hal ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
Bapak Dr. Maftukhin M,Ag , selaku Rektor IAIN Tulungagung.
Ibu Lailatuz Zuhriyah, S.Th.I, M.Fil,I , sebagai dosen Sejarah Peradaban Islam sekaligus .
Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan keberhasilan penulisan makalah ini pada masa-masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga pembaca.
Tulungagung, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peradaban adalah keseluruhan yang kompleks dari kehidupan masyarakat manusia yang meliputi pengetahuan, politik, kepercayaan, kebudayaan, tradisi sosial, dan semua kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kita bisa belajar banyak dari peradaban yang telah lampau. Suatu peradaban dimulai ketika manusia melakukan hal-hal yang luar biasa dan menarik bagi kita untuk menggali lebih dalam tentang peradaban-peradaban yang telah ada. Salah satunya ialah peradaban bangsa arab. Yang dimana akan dibahas dalam makalah ini, yaitu Peradaban Arab Pra-islam. Arab memiliki peradaban yang menjadi cikal bakal diturunkannya agama islam. Sebelum Arab menjadi negara Islam terselip berbagai hal yang membentuk suatu peradaban pada masa itu. Baik dari segi kebudayaan politik , kemasyarakatan, sosial, agama dan sebagainya. Pada masa peradaban ini, Arab masih berada pada masa yang disebut masa Jahiliyah.
Ada banyak manfaat mempelajari peradaban. Terutama bagi umat islam dalam meneladani setiap kejadian yang telah terjadi untuk diambil pelajaran bagi umat di masa selanjutnya. Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal tersebut dengan referensi yang telah penulis masukkan.
Rumusan Masalah
Bagaimana politik pada masa pra-islam di Arab ?
Apa kepercayaan pada masa pra-islam di Arab ?
Bagaimana kebudayaan pada masa pra-islam di Arab ?
Bagaimana masyarakat pada masa pra-islam di Arab ?
Tujuan Pembahasan
Mengetahui politik pada masa pra-islam di Arab.
Mengetahui kepercayaan pada masa pra-islam di Arab.
Mengetahui kebudayaan pada masa pra-islam di Arab.
Mengetahui kemasyarakatan pada masa pra-islam di Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
Politik pada masa pra-islam di Arab
Sebelum Islam datang, wilayah sekitar semenanjung Arabia diapit 2 kerajaan besar yang dibagi menjadi dua imperium : Imperium Romawi Timur ( ibukota : Bizantine, sekarang menjadi kostantinopel ) di sebelah barat dan Imperium Persia di sebelah timur. Hubungan antara Imperium Romawi ( Bizantine ) dengan Imperium Persia adalah hubungan Revalitas, peperangan demi peperangan tidak dapat dihindarkan sehingga rakyatnya sering menderita.
Jazirah Arab ini merupakan daerah netral, dapat dikatakan bahwa Islam diletakkan oleh nabi di Mekkah dan Madinah adalah agama yang masih murni, tidak dipengaruhi oleh perkembangan agama-agama dan kekuasaan politik disekitarnya. Sementara itu, kondisi sosial politik internal wilayah Arab pra-islam di masa Jahiliyah menjelang kedatangan Islam pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal kepemimpinan sentral dan persatuan. Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Kepemimpinan politik disana didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna mempertahankan diri dari serangan suku-suku yang lain. Masing-masing suku memiliki seorang pemimpin besar yang disebut Syeikh atau Amir yang memiliki wewenang untuk menentukan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
Ikatan-ikatan sosial dibuat berdasarkan darah dan kepentingan mempertahankan diri. Ikatan-ikatan sosial ini sering menimbulkan apa yang biasa disebut fanatisme jahiliyah, dan yang menyebabkan munculnya sikap politik yang kuat adalah yang menang. Pada masa Muhammad nanti sikap ini akan ditentang oleh islam.
Pemerintahan dikalangan bangsa Arab sebelum islam sebagai berikut :
Arab Baidah
Meliputi daerah Irak, Syria, India dan Mesir terdapat kerajaan Aad, kaum Tsamud dan kerajaan Al Ambath (amaliqah).
Arab Aribah (Qathaniyah)
Kerajaan Mainiyah di Yaman.
Arab Musta'rabah
Kerajaan Ghassaniyah yang berpusat di Mekah dan Yatsrib.
Namun dalam referensi lain dikatakan bahwa keadaan politik sebelum islam bisa dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Kabilah Badui
Kabilah yang hidupnya terpencar-pencar dan diikat oleh ikatan darah dan fanatisme. Tidak ada kerajaan karena adanya ketundukkan antara kabilah satu dengan kabilah lainnya.
2. Kerajaan Kindah (480-529)
Pendirinya Hajar Akil l Mirrar, mereka tunduk dengan kerajaan Himyar.
3. Kerajaan di perkotaan yang terletak di 3 kawasan yaitu Yaman, wilayah utara, dan Hijaz.
Kepercayaan pada masa pra-islam di Arab
Masyarakat Arab sebelum menyembah berhala, batu-batuan dan pepohonan adalah penganut Tauhid lazim juga disebut ajaran Hanif (yang benar dan lurus) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. Namun karena adanya keputusan risalah, akhirnya mereka menyembah selain Allah. Mereka mulai menyembah berhala ketika Ka'bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Lubayi keturunan Khuza'ah datang mengalahkan Jurhum. Kemudian Amr bin Lubayi meletakkan sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik merah yang berbentuk patung orang yang ditempatkan disisi Ka'bah. Kemudian ia menyeru penduduk Hijaz untuk menyembahnya. Mereka mempunyai berhala sesembahan, berhala yang terbesar adalah Lata, Mana, 'Uzza dan Hubal. Mereka juga membuat berhala-berhala lain yang diletakkan diantara bukit Shafa dan Marwa berjumlah lebih dari 360 buah yang diletakkan disekeliling Ka'bah sebagai sesembahan. Dengan demikian, masuklah kepercayaan baru kedalam tradisi keberagamaan masyarakat Arab.
Bangsa Arab Jahiliyah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul dan khurafat) dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan watsaniyah (paganisme). Seperti kepercayaan terhadap dewa, roh jahat, hantu, azimat, tuah dan lain sebagainya, dimana hal ini sering disinyalir oleh Al-Qur'an sebagai kemusyrikan yang amat dilarang dalam islam. Mereka percaya ada hantu yang berkeliaran dipadang pasir untuk menganggu perjalanan musafir. Hantu itu disebut Ghaul untuk jenis laki-laki dan Aimir untuk jenis perempuan. Mereka juga mempercayai kekuatan jimat-jimat yang berfungsi sebagai penangkal kejahatan seperti sihir dan gangguan jin atau syetan. Azimat juga dipercayai dapat menyembuhkan penyakit-penyakit psikis atau mendatangkan penyakit psikis. Selain itu mereka juga percaya adanya roh Hammah yang berada didalam ular, karena itu membunuh ular dilarang keras. Mereka menyembah bintang, bulan, matahari, karena mereka menganggap bahwa semua benda-benda alam tersebut mempunyai kekuasaan untuk menentukan aturan-aturan jalannya seluruh isi alam ini.
Mayoritas bangsa arab Jahiliyah menyembah berhala kecuali para penganut Yahudi dan Nasrani. Selain itu juga menyembah matahari, bintang, dan angin. Bahkan ada yang meyembah batu-batu kecil dan pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka juga menganggap bahwa malaikatlah yang menghidupkan, mematikan, dan menguasai gerak kehidupan manusia, bahkan ada yang percaya bahwa malaikat adalah keturunan Tuhan. Disamping itu juga menyembah jin, ruh atau hantu, bahkan ada tempat yang dikeramatkan sebagai tempat mengadakan sesajian berupa kurban binatang agar terhindar dari mara bahaya dan bencana.
Dapat kita simpulkan bahwa kepercayaan atau agama sebelum islam sebagai berikut :
No
Agama ( Kepercayaan )
Tempat
1.
Kristen
Romawi dan Eropa
2.
Ajaran Zoroaster
Persia
3.
Budha
Tiongkok
4.
Watsani, berkembang menjadi kasta
India
5.
Berhala / Watsani
Arab
6.
Ratu Balqis menyembah matahari
Yaman
Pada umumnya mereka tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhan yang Esa (monotheisme) dan tidak mempercayai hari pembalasan (akhirat) sebagaimana digambarkan dalam al-Qur'an sebagai orang-orang kafir dan musyrik. Disisi lain juga terdapat sejumlah orang yang dalam islam disebut Ahlul kitab (mereka yang memahami dan konsisten pada Kitab Suci Taurat dan Injil) dari kalangan Yahudi dan Nasrani.
Kebudayaan pada masa pra-islam di Arab
Salah satu kelebihan bangsa Arab terletak pada bahasanya, mereka pandai dalam bidang sastra, khususnya membuat syair-syair. Karena itu, Philip K. Hitti dalam bukunya A History of the Arabs memberikan penilaian, bahwa keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung oleh keluasan bahasa Arab, khususnya bahasa Arab al-qur`an ( Hitti, 1973 ).
Syair bagi mereka untuk mengungkapkan pikiran, pengetahuan, dan pengalaman hidupnya. Bentuk pengungkapan lainnya melalui natsr (prosa), amtsal (perumpamaan-perumpamaan), khitabah (pidato), ansab (geneologi), dan lainnya. Terdapat pertandingan forum umum untuk membuat dan membacakan syair-syair, kemudian dibahas, dikritik dan dipilih yang terbaik (Ukadz). Yang terpilih akan digantungkan didinding ka'bah sebagai penghargaan yang biasa disebut mu'allaqat. Tradisi ini masih berkembang dan dimanfaatkan dalam islam sebagai alat dakwah dan pengembangan ilmu pengetahuan bangsa Arab Islam.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu kelain tempat yang dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi seperti ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan, juga membuat mereka harus menguasai seperangkat ilmu dan ketrampilan untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Misalnya, mereka menguasai ilmu meramal jejak dan peristiwa alam yang akan terjadi, seperti kapan turun hujan, dimana terdapat mata air, dan dimana terdapat sarang binatang buruan serta binatang buas. Disiang hari mereka mampu membaca jejak melalui padang pasir, sedangkan dimalam hari menggunakan bintang-bintang.
Bangsa arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah keluarga dan nenek moyangnya, sehingga mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek moyang yang besar-besar sehingga mendapat prestise karena keturunan. Setiap kabilah mempunyai dan mengetahui silsilahnya.
Masyarakat masa pra-islam di Arab
Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat rendah, bahkan tak terhitung sebagai manusia yang wajar. Ia identik dengan barang-barang komoditas. Perempuan tidak diperbolehkan untuk tampil sebagaimana laki-laki, karena mereka tidak mempunyai ketrampilan dalam sektor publik seperti memimpin peperangan dan mencari nafkah. Perempuan halal dijadikan gundik-gundik seorang penguasa, dimana mereka mudah dikawini dan diceraikan. Disaat perempuan haid, mereka tidak diperbolehkan tidur satu rumah dengan keluarganya melainkan tidur dikandang bagian belakang rumah. Bahkan ada suku yang memiliki tradisi yang sangat buruk, yaitu suka mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Mereka merasa terhina memiliki anak-anak perempuan. Perbuatan itu mereka lakukan karena merasa malu dan khawatir anak perempuannya akan membawa kemiskinan dan kesengsaraan.
Sistem perbudakan berlaku dan berkembang dikalangan bangsa Arab. Mereka dipekerjakan dengan sekehendak majikan dan dujualbelikan serta ditukar dengan barang seperti pedagang bertransaksi secara barter. Struktur sosial antara bangsawan dan rakyat jelata terdapat batas jurang yang sangat tajam. Kaum bangsawan menindas rakyat jelata sesuka hati dan segala cara. Maka, perdamaian antarsuku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi peperangan terus terjadi diantara mereka. Penghargaan manusia didasarkan atas prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah dan emosi bukan ikatan kemanusiaan dan keagamaan yang ditawarkan dalam islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi politik Arab pra-islam tidak mengenal pemerintahan sentral dan persatuan serta tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Kepemimpinan politik disana berdasarkan kabilah-kabilah dan suku-suku, yang dalam masing-masing suku terdapat pemimpin besar yang disebut Syeikh atau Amir yang memiliki wewenang untuk menentukan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu tanpa berhak mengatur anggota kabilahnya.
Bangsa Arab Jahiliyah percaya dan mewarisi mitos-mitos (tahayul dan khurafat) dari nenek moyang yang bertumpu pada sistem kepercayaan watsaniyah (paganisme). Seperti kepercayaan terhadap dewa,roh jahat, hantu, azimat, tuah dan lain sebagainya. Selain itu mereka juga menyembah matahari, bintang, dan angin. Bahkan ada yang meyembah batu-batu kecil dan pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka juga menyembah malaikat karena dianggap sebagai keturunan Tuhan. Juga terdapat sejumlah orang yang dalam islam disebut Ahlul kitab (mereka yang memahami dan konsisten pada Kitab Suci Taurat dan Injil) dari kalangan Yahudi dan Nasrani.
Kehidupan masyarakat Arab berpindah-pindah dari satu kelain tempat yang dianggap dapat memberikan kemudahan untuk hidup. Kondisi seperti ini membuat mereka bersikap sebagai pemberani dan bersikap keras dalam mempertahankan prinsip dan kepercayaan, juga membuat mereka harus menguasai seperangkat ilmu dan ketrampilan untuk hidup sesuai dengan lingkungannya. Bangsa arab juga mahir dalam membuat dan menghafal silsilah keluarga dan nenek moyangnya, sehingga mereka mampu menunjukkan hubungan dirinya dengan nenek moyang yang besar-besar sehingga mendapat prestise karena keturunan. Syair bagi mereka untuk mengungkapkan pikiran, pengetahuan, dan pengalaman hidupnya. Bentuk pengungkapan lainnya melalui natsr (prosa), amtsal (perumpamaan-perumpamaan), khitabah (pidato), ansab (geneologi), dan lainnya. Terdapat pertandingan forum umum untuk membuat dan membacakan syair-syair, kemudian dibahas, dikritik dan dipilih yang terbaik (Ukadz).
Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat rendah, bahkan tak terhitung sebagai manusia yang wajar. Sistem perbudakan berlaku dan berkembang dikalangan bangsa Arab. Mereka dipekerjakan dengan sekehendak majikan dan dujualbelikan serta ditukar dengan barang seperti pedagang bertransaksi secara barter. perdamaian antarsuku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi peperangan terus terjadi diantara mereka. Penghargaan manusia didasarkan atas prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah dan emosi bukan ikatan kemanusiaan dan keagamaan yang ditawarkan dalam islam.
B. Saran
Bagi pembaca umum diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pembaca terutama dalam hal yang berkaitan dengan Arab pra-islam. Penulis juga berharap makalah ini dapat berguna untuk siapapun dan untuk hal-hal yang bersifat konstruktif, semoga dapat meningkatkan kecintaan dan keimanan kita pada agama islam yang di sampaikan oleh Nabi kita Muhammad SAW. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhakim, Moh., 2012, Jatuhnya Sebuah Tamadun. Jakarta Pusat : Kementerian Agama Republik Indonesia.
Abubakar, Istianah, 2008, Sejarah peradaban Islam. Malang : UIN Malang Press.
Murodi, Drs., 1994, Sejarah Kebudayaan islam, Semarang : PT Karya Toha Putra.
Kumaidi, Drs, dkk., 2008, Sejarah Kenudayaan Islam Kelas XII, Sragen : CV Akik Pusaka.
Jariyah, Mufidah Dra. Hj., dkk, 2008, Modul Hikmah Sejarah Kebudayaan islam kelas XI, Sragen : CV Akik Pusaka.