PERAN DOKTER GIGI DALAM DVI Benda bukti gigi sudah sejak lama disadari mempunyai peran yang besar dalam identifikasi personal dan pengungkapan kasus kejahatan. Bagi para aparat penegak hukum dan pengadilan, pembuktian melalui gigi merupakan merupakan metode yang valid dan terpercaya(relieble), sebanding dengan nilai dan pembuktian sidik jari serta penentuan golongan darah. Seorang dokter dokter gigi forensik harus memiliki beberapa kualifikasi sebagai berikut: 1. Kualifikasi sebagai dokter gigi umum Kualifikasi terpenting harus dimiliki oleh seorang dokter gigi forensik adalah latar belakang kedokteran gigi umum yang yang luas, meliputi semua spesialisasikedokteran gigi. Sebagai seorang dokter gigi umum, kadang-kadang ia perlu memanggil dokter gigi spesialis untuk memecahkan kasus. 2. Pengetahuan tentang bidang forensik terkait Seorang dokter gigi forensik harus mengerti sedikit banyak tentangkualifikasi dan bidang keahlian forensik lainnyayang berkaitan dengan tugasnya, seperti penguasaan akan konsep peran dokter spesialis forensik, cara otopsi, dsb. 3. Pengetahuan tentang hukum Seorang dokter gigi forensik harus mempunyai pengetahuan tentang as pek legal dari odontologi forensik, kaena ia akan banyak berhubungan dengan para petugas penegak hukum, dokter forensik dan juga pengadilan. Dalam hal kasus kriminal ia jugaharus paham mengenai tata cara penanganan benda bukti bukti yang merupakan hal penentu untuk dapat diterima atau setidaknya suatu bukti dipengadilan. Adapun peran dokter gigi dalam DVI, sebagai berikut: a. Melakukan Identifikasi jasad individu yang sudah rusak, mengalami dekomposisi atau sudah tidak dalam keaadaan utuh. b. Mencatat informasi pada pemeriksaan jasad individu. Meliputi: -perkiraan usia(dilihat dari panjang akar gigi pada anak) -perkiraan jenis ras(dilihat dari bentuk tengkorak) -jenis kelamin(dilihat dari bentuk tengkorak dan DNA) -Jenis pekerjaan(cth:jejas jepit rambut) -konsumsi makanan(cth:erosi gigi karena alkohol) Apabila data postmortem tidak memungkinkan suatu identifikasi, maka dapat dilakukan reproduksi wajah semasa hidup berdasarkan tengkorak dan gigi. c. Melakukan komparasi komparasi antara catatan gigi antemortem individu dengan dengan hasil pemeriksaan gigi pada jasad individu d. Mencatat profil postemortem gigi yang menjadi karakteristikindividu yang bisa diarahkan kepada kondisi antemortem. e. Membantu penyidik dalam menemukan kaitan antara barang bukti yang ditemukan di TKP dengan korban dan pelaku tindak pidana. f. Membantu menemukan dan menganalisa identitas korban berdasarkan analisis gigi geligi. g. Membuat laporan ahli hingga bertindak sebagai saksi ahli dipersidangan.
Referensi: -Agung Mun’in Idries, Agung Legowa Tjiptomamoto. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyelidikan. 2011. Hlm 286. Jakarta: CV Segung Seto -Jurnal Universitas Jendral Soedirman