BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan. Lahan (land (land ) menurut Brynkman dan Smith (1973) dalam Juhadi (2007) merupakan suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua komponen biosfer yang dapat dianggap tetap atau bersifat siklis yang berada di atas dan di bawah wilayah tersebut, termasuk atmosfer, tanah, batuan induk, relief, hidrologi, tumbuhan dan hewan, serta segala akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di masa lalu dan sekarang; yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa akan datang. Lahan rawa gambut di Indonesia cukup cuk up luas, mencapai 20,6 juta jut a ha atau 10,8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat di empat pulau besar, yaitu Sumatera 35%, Kalimantan 32%, Sulawesi 3%, dan Papua 30%. Lahan rawa merupakan salah satu agroekologi yang cukup luas di negara ini, tetapi pemanfaatannya belum dilakukan secara optimal. Lahan ini sebagian besar tersebar di tiga pulau yaitu Kalimantan, Sumatra, dan Papua (Noor, 2005). Menurut Muhammad Noor dalam bukunya Lahan Rawa (2004), rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau, atau lebak yang menjorok masuk (intake) ke pedalaman sampai sekitar 100 km atau sejauh dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Jadi, lahan rawa dapat dikatakan sebagai lahan yang mendapat pengaruh pasang surut air laut atau sungai di sekitarnya. Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
1
2
penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk. (Agus dan Subiksa, 2008) B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan antara lahan rawa dan lahan gambut 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian lahan rawa dan lahan gambut b. Mengetahui karakteristik lahan rawa rawa dan dan lahan lahan gambut gambut C.
Manfaat 1. Bagi Penulis Selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat Lahan
Rawa,
diharapkan
makalah
ini
juga
bermanfaat
untuk
meningkatkan pemahaman mahasiswa khususnya tentang Perbedaan Antara Lahan Rawa Rawa dan Lahan Lahan Gambut. 2. Bagi Pembaca Makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dan bahan diskusi dari mata kuliah Kesehatan Masyarakat Lahan Rawa.
BAB II ISI A. Pengertian Lahan Lahan Rawa Rawa dan Lahan Lahan Gambut Gambut 1.
Pengertian Lahan Rawa Lahan rawa adalah lahan darat yang tergenang secara periodik atau terus menerus secara alami dalam waktu lama karena drainase yang terhambat. Meskipun dalam keadaan tergenang, lahan ini tetap ditumbuhi oleh tumbuhan.
Lahan ini dapat dibedakan dari danau,
karena danau tergenang sepanjang tahun, genangannya lebih dalam, dan tidak ditumbuhi oleh tanaman kecuali tumbuhan air. Genangan lahan rawa dapat disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air hujan, atau luapan air sungai. Berdasarkan penyebab genangannya, lahan rawa dibagi menjadi tiga, yaitu rawa pasang surut, rawa lebak peralihan dan rawa lebak. lebak . a.
Zona I - Rawa pasang surut Rawa pasang surut merupakan lahan rawa yang genangannya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Tingginya air pasang dibedakan menjadi dua, yaitu pasang besar dan pasang kecil. Pasang kecil, terjadi secara harian (1-2 kali sehari). Berdasarkan pola genangannya (jangkauan air pasangnya), lahan pasang surut dibagi menjadi empat tipe: 1)
Tipe A, tergenang pada waktu pasang besar dan pasang kecil;
2)
Tipe B, tergenang hanya pada pasang besar;
3)
Tipe C, tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang kurang dari 50 cm;
4)
Tipe D, tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier.
b.
Zona II - Rawa lebak peralihan Lahan rawa lebak yang pasang surutnya air laut masih terasa di saluran primer atau di sungai disebut rawa lebak peralihan. Pada
3
4
lahan seperti ini, endapan laut yang dicirikan oleh adanya lapisan pirit, biasanya terdapat pada kedalaman 80 - 120 cm di bawah permukaan tanah. c.
Zona III - Rawa lebak Rawa lebak adalah lahan rawa yang genangannya terjadi karena luapan air sungai dan atau air hujan di daerah cekungan di pedalaman.
Oleh sebab itu, genangan umumnya terjadi pada
musim hujan dan menyusut atau hilang di musim kemarau. Rawa lebak dibagi menjadi tiga: 1)
Lebak dangkal atau lebak pematang, yaitu rawa lebak dengan genangan air kurang dari 50 cm. Lahan ini biasanya terletak di sepanjang tanggul sungai dengan lama genangan kurang dari 3 bulan.
2)
Lebak tengahan, yaitu lebak dengan kedalaman genangan 50-100 cm. Genangan biasanya terjadi selama 3-6 bulan.
3)
Lebak dalam, yaitu lebak dengan genagan air lebih dari 100 cm. Lahan ini biasanya terletak di sebelah dalam menjauhi sungai dengan lama genangan lebih dari 6 bulan.
Gambar 2.2 Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai bagian bawah dan tengah
5
2.
Pengertian Lahan Gambut Tanah di lahan rawa dapat berupa aluvial atau gambut. Tanah aluvial merupakan endapan yang terbentuk dari campuran bahanbahan seperti lumpur, humus, dan pasir dengan kadar yang berbedabeda.
Gambar 2.1 Fisiografi lahan gambut
Gambut merupakan hasil pelapukan bahan organik seperti dedaunan, ranting kayu,dan semak dalam keadaan jenuh air dan dalam jangka waktu yang yang sangat lama (ribuan (ribuan tahun). tahun).
Di alam, alam, gambut sering
bercampur dengan tanah liat. Tanah disebut sebagai tanah gambut apabila memenuhi salah satu persyaratan berikut (Soil Survey Staff, 1996) : a.
Apabila dalam keadaan jenuh air mempunyai kandungan Corganik paling sedikit 18% jika kandungan liatnya >60% ATAU mempunyai kandungan C-organik 12% jika tidak mempunyai liat (0%) ATAU mempunyai kandungan C-organik lebih dari 12% + % liat x 0,1 jika kandungan liatnya antara 0 - 60%;
b.
Apabila tidak jenuh air mempunyai kandungan C-organik minimal 20%.
B. Karakteristik Lahan Rawa dan Lahan Gambut Tanah di lahan rawa dapat berupa aluvial atau gambut. Tanah aluvial merupakan endapan yang terbentuk dari campuran bahan-bahan seperti lumpur, humus, dan pasir dengan kadar yang berbeda- beda. Gambut merupakan hasil pelapukan bahan organik seperti dedaunan, ranting kayu,dan semak dalam keadaan jenuh air dan dalam jangka waktu
6
yang sangat lama (ribuan tahun).
Di alam, gambut sering bercampur
dengan tanah liat. Karakteristik rawa antara lain : 1.
Dilihat dari air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat tampak kehitam-hitaman.
2.
Berdasarkan Berdasark an tempatnya, Rawa-rawa ada yang terdapat di pedalaman daratan tetapi banyak pula yang terdapat di sekitar pantai.
3.
Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut
4.
Pada saat air laut pasang permukaan rawa tergenang banyak dan saat air surut daerah ini kering.
5.
Rawa di tepi pantai ini banyak ditumbuhi oleh pohon bakau sedangkan yang ada di daerah pedalaman banyak dtumbuhi palem nipah (Sejenis palem ).
6.
Kadar keasaman airnya tinggi.
7.
Airnya tidak dapat di minum.
8.
Dasar rawa terdapat tanah gambut.
Sedangkan karakteristik karakteristik dari gambut adalah sebagai berikut : 1.
Merupakan tanah basah atau banyak terdapat pada lahan basah
2.
Memiliki warna gelap
3.
Memiliki sifat asam yang tinggi
4.
Kurang subur
5.
Lembek atau lunak
6.
Banyak terbentuk di wilayah rawa
Lahan gambut didefinisikan sebagai lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukkan sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan masa lampau yang melapuk, dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Rancangan Standar Nasional Indonesia-R-SNI, Badan Sertifikasi Nasional, 2013). Kandungan C organik yang tinggi ( ≥18%) dan dominan berada dalam kondisi tergenang (anaerob) menyebabkan karakteristik lahan gambut berbeda dengan lahan mineral, baik sifat fisik
7
maupun kimianya. Kandungan karbon yang relatif tinggi berarti lahan gambut dapat berperan sebagai penyimpan karbon. Namun demikian, cadangan karbon dalam tanah gambut bersifat labil, jika kondisi alami lahan gambut mengalami perubahan atau terusik maka gambut sangat mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan penanganan atau tindakan yang bersifat spesifik dalam memanfaatkan lahan gambut untuk kegiatan usaha tani. Selain mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding lahan mineral, lahan gambut khususnya gambut tropika mempunyai karakteristik yang sangat beragam, baik secara spasial maupun vertikal (Subiksa et al., 2011). Karakteristik gambut sangat ditentukan oleh ketebalan gambut, substratum (lapisan tanah mineral di bawah gambut), kematangan, dan tingkat pengayaan, baik dari luapan sungai di sekitarnya maupun pengaruh dari laut khususnya untuk gambut pantai (keberadaan endapan marin). Lahan gambut tropika umumnya tergolong sesuai marginal untuk pengembangan pertanian, dengan faktor pembatas utama kondisi media tanam yang tidak kondusif untuk perkembangan akar, terutama kondisi lahan yang jenuh air, bereaksi masam,dan mengandung asam-asam organik pada level yang bisa meracuni tanaman,sehingga diperlukan beberapa tindakan reklamasi agar kondisi lahan gambut menjadi lebih sesuai untuk perkembangan tanaman.
BAB III KESIMPULAN Kesimpulan 1. Ditinjau dari pengertiannya, lahan rawa adalah lahan darat yang tergenang secara periodik atau terus menerus secara alami dalam waktu lama karena drainase yang terhambat serta adanya ditumbuhi oleh tumbuhan sedangkan lahan gambut didefinisikan sebagai lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukkan sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan masa lampau yang melapuk, dengan ketebalan lebih dari 50 cm. 2. Dilihat dari karakteristiknya, karakter istiknya, lahan rawa dan lahan gambut memiliki kesamaan antara lain warna air yang kecoklatan/gelap serta kadar pH yang tinggi. Lahan rawa memiliki lapisan aluvial dan gambut, hal ini menunjukkan bahwa gambut adalah bagian dari rawa, namun jika dinilai kesuburannya, tentunya lahan rawa yang mempunyai lapisan aluvial lebih subur dibandingkan lahan rawa gambut.
8
9
DAFTAR PUSTAKA Juhadi, 2007. Pola-Pola Pemanfaatan Lahan dan Degradasi Lingkungan Pada Kawasan Perbukitan. Perbukitan. Semarang : Jurnal Geografi Universitas Negeri Semarang 2007 Noor, Muhammad. 2004. Lahan Rawa : Sifat dan Pengeloaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. Masam. Rajagrafindo Persada. Muslihat, L, 2003. Ekologi Gambut . Westlands Internasional Indonesia Programme. Bogor. Soil Survey Staff. 1996. Key to soil toxonomy. 7 Th edition. USDA. edition. USDA. Washington DC. IPG Widjaja-Adhi. 1995. Potensi, Peluang, dan Kendala Perluasan Areal Pertanian di Lahan Rawa, Makalah Seminar Pengembangan Lahan Pertanian di Kawasan Timur Indonesia I ndonesia.. Puspitek. Serpong. Najiyati, S., dkk. 1997. Studi Pengembangan Lahan Pasang Surut. Puslitbangtrans. Puslitbangtrans. Jakarta.