lic.rer.reg.Sirojuzilam,SE Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
BEBERAPA ASPEK PEMBANGUNAN REGIONAL DAN TEORI LOKASI
0
PEMBANGUNAN EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI 1. Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan di Indonesia di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi di tempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam
rangka
pembangunan
ekonomisekaligus
terkait
usaha-usaha
pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat . Secara bertahap disahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan.
Secara umum pembangunan ekonomi di defenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang . Oleh sebab itu pembangunan ekonomi ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu : Suatu proses yang berarti terjadinya perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menearik pendapatan per kapita masyarakat. Dan kenaikan pendapatan per kapita masyarakat yang terjadi dalam jangka panjang.
Pembangunan menurut Michael Todaro didefenisikan sebagai berikut: “pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar mengurangi
atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam dalam konteks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi sedang berkembang .
Pembangunan ekonomi ekonomi dipandang sebagai sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan menggunakan tingkat petambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDB untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDRB (Produk
1
PEMBANGUNAN EKONOMI PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI 1. Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan di Indonesia di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi di tempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. Dalam
rangka
pembangunan
ekonomisekaligus
terkait
usaha-usaha
pemerataan kembali hasil-hasil pembangunan yang merata keseluruh daerah, maupun berupa peningkatan pendapatan masyarakat . Secara bertahap disahakan mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan.
Secara umum pembangunan ekonomi di defenisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang . Oleh sebab itu pembangunan ekonomi ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu : Suatu proses yang berarti terjadinya perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menearik pendapatan per kapita masyarakat. Dan kenaikan pendapatan per kapita masyarakat yang terjadi dalam jangka panjang.
Pembangunan menurut Michael Todaro didefenisikan sebagai berikut: “pembangunan ekonomi telah digariskan kembali dengan dasar mengurangi
atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran dalam dalam konteks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi sedang berkembang .
Pembangunan ekonomi ekonomi dipandang sebagai sebagai kenaikan dalam pendapatan per kapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditujukan dengan menggunakan tingkat petambahan PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDB untuk tingkat wilayah atau regional. Tingkat PDRB (Produk
1
Domestik Regional Bruto)
ini juga ditentukan oleh lajunya pertumbuhan
penduduk lebih dari PDRB, maka ini mengalami perubahan terhadap pendapatan per kapita, oleh sebab itu pertambahan PDRB tidak memperbaiki tingkat kesejateraan ekonomi masyarakat karena terdapat kemungkinan timbulnya keadaan tersebut maka pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dan pembangunan ekonomi harus dibedakan.
Dalam pembangunan, Rodinelli (1961) menyatakan bahwa kebijaksanaan pemerintah dutujukan untuk mengubah cara berfikir, selalu memikirkan perlunya ivestasi pembangunan . Dengan adanya pembangunan akan terjadilah peningkatan nilai – nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, seling harga menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang – wenang.
Adapun tujuan pembangunan menurut Gant (1971) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untukmenghapuskan kemiskinan.. Apabila tujuan ini sidah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kemiskinan kedua adalah menciptakan kesempatan – kesempatan bagi warganya utnuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, maka perlu dipikirkan komponen - komponen pembangunan pembangunan yang terdiri atas sumber daya daya alam, sumber daya manusia, modal dan tehnologi.
Secara skematis uraian tentang pembangunan oleh Heidemann (1990) dapat dilihat pada bagan berikut ini.
2
DEVELOPMENT : Conceptual Clarifications CHANGE
QUANTITY (Size)
QUALITY (Composition)
Enlargement
Individual
Population
GROWTH
Individual
Population
DEVELOPMENT
Acquisition & Accretion
EVALUATION
Assimilation & Accommodation
Replication SWELL
Advancement
SPREAD
Repetition
Variation & Selection
Rearrangement
Replacement
TRANSITION
SUCCESSION
Revision
Innovation
Rules ENHANCEMENT fitter than before EXPANSION
ENABLEMENT
MODERNIZATION
Things
Organisms
PROGRESS
SPECIATION
fitter than before IMPROVEMENT
3
Pembangunan menyangkut perubahan mendasar dari seluruh struktur ekonomi dan ini menyangkaut perubahan – perubahan dalam produksi dan permintaan maupun peningkatan dalam distribusi pendapatan dan pekerjaan. Konsekuensinya adalah perlu diciptakannya suatu perekonomian yang lebih beragam, dengan bebrapa sektor utama yang saling berkait, untuk mengadakan input dan memperluas pasaran hasil.
Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam berbagai kebijaksanaan , secara umum disimpulkan sebagai berikut : 1. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan pertumbuhan produksi nasional yang cepat secara keseluruhan. 2. Mencapai tingkat kesetabilan harga yang mantap dengan kata lain mengedalikan tingkar inflansi yang berlaku ditengah masyarakat. 3. Mengatasi masalah dan pengangguran atau perluasan kesempatan kerja bagi seluruh angkatan kerja. 4. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran antar negara. 5. pendistribusian pendapatan yang lebih adil dan merata.
2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indicator ini penting utnuk mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang.
Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai 4
dilapisan paling bawah, baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah.
Pertumbuhan
harus
berjalan
secara
beriringan
dan
terencana,
mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasilhasil pembangunan dengan lebih merata. Dengan demikian maka daerah yang miskin, tertinggal tidak produktif akan menjadi produktif, yang akhirnya akan mempercepat pertumbuhan itu sendiri. Srategi ini di kenal dengan istilah “Redistribution With Growth”.
Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonimi tersebut secara riil dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas harga konsumen secara berkala, yaitu pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkataan perekonimian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan terjadi nya penurunan. Pertumbuhan biasanya di sertai dengan proses sumber daya dan dana negara.
Selain itu pertumbuhan ekonomi umumnya juga disertai dengan terjadinya pergeseran pekerjaan dari kegiatan yang relatif rendah produktifitasnya kegiatan yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain pertumbuhan ekonomi secara potensial cenderung meningkatkan produktifitas pekerja, dan meningkatkan skala unit usaha.
Prof. Simon Kuznets (1966) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “Kenaikan
jangka
panjang
dalam
kemampuan
suatu
negara
untuk
menayediakan semakin banyak barang ke pada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan tehnologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang di perlukan”.
5
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) juga merupakan perubahan nilai kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu priode ke priode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu sama, maka untuk mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi harus di bandingkan dengan tingkat pedapatan nasional dari tahun ke tahun atau dapat di formulasikan sebagai berikut : GNP
gt
= GNP
atau :
gt
GNPt – GNPt-1 =
GNPt-1 dimana : gt
:
pertumbuhan ekonomi
GNP
: Gross National Product (nilai GNP yang dimaksud adalah nilai rielnya)
: perubahan
Oleh karena itu ada beberapa komponen penting yang perlu dianalisa pada pertumbuhan ekonomi dalam suatu masyarakat, yaitu:
1. Akumulasi modal. Akumulasi modal meliputi semua investasi baru pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apa bila sebagian dari pendapatan masyarakat di investasikan dengan tujuan memperbesar output. Pabrik baru, mesin perlatan, dan material meningkatakan stok modal secara fisik suatu negara dan memungkinkan tercapaian peningkatan output. 6
Investasi produktif ini juga harus di lengkapi dengan infrastuktur sosial ekonomi yaitu: Jalan, Listrik, Air, Sanitasi, komunikasi dan sebagainya guna menunjang aktivitas perekonomian secara terpadu.
2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja, secara tradisional, di anggap sebagai faktor positif dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih beras berarti akan meningkatkan luasnya pasar domestik .
3. Kemajuan teknologi. Dalam pengertian yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi Karena di temukannya cara baru atau perbaikan cara penyelesaian tugas tradisional. Kemajuan teknologi yang netral terjadi apabila penggunan teknologi berhasil mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama.
Kemajuan teknologi hemat pekerja terjadi apabila dengan mengunanakan jumlah input pekerja dan modal akan di capai input yang lebih tinggi. Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal akan menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih efisien.
7
Pertumbuhan Ekonomi Regional.
Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor (factor returns) dalam daerah di batasi secara jelas. Laju pertumbuhan dari daerah-daerah biasanya di ukur menurut output atau tingkat pendapatan adalah sangat berbeda-beda, dan beberapa daerah mengalami kemunduran jangka panjang.
Pertumbuhan regional adalah produk dari banyak faktor, sebagian bersifat intern dan sebagian lainnya bersifat ektern dan sosio politik. Faktor – faktor yang berasal dari daerah itu sendiri meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal sedangkan salah satu penentu ekstern yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah – daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
1. Teori pertumbuhan ekonomi regional.
Pola pertumbuhan ekonomi regional tidaklah sama dengan apa yang lazim ditemukan pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini pada dasarnya disebabkan pada analisa pertumbuhan ekonomi regional tekanan lebih dipusatkan pada pengaruh perbedaan karakteristik
space terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kedua kelompok ilmu ini juga mempunyai ciri yang sama, yaitu memberikan tekanan pula pada unsur waktu yang merupakan faktor penting dalam analisa pertumbuhan ekonomi.
8
Karena teori ekonomi regional memberikan juga pada unsrur space, maka faktor – faktor yang menjadi perhatian juga berbeda dengan apa yang lazim dibahas pada teori pertumbuhan ekonomi nasional (Growth Theory) pada teori pertumbuhan ekonomi nasional daktor – faktor yang sangat diperhatikan adalah modal, lapangan pekerjaan, dan kemajuan tehnologi yang bisa muncul dalam berbagai bentuk. Sedangkan pada teori pertumbuhan ekonomi regional faktor – faktor yang mendapat perhatian utama adalah keuntugan lokasi, aglomerasi migrasi, dan arus lalu lintas modal antar wilayah.
Teori pertumbuhan ekonomi Regional dapat di bagi atas empat kelompok besar, yaitu:
Kelompok pertama dinamakan sebagai Export Base – Models yang dipelopori oleh Douglas C.North (1955)
dan kemudian
dikembangkan oleh Tiebout (1956).
Kolompok kedua lebih banyak berorientasi pada kerangka pemikiran Neo-Classic, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964), kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert (1969).
Kelompok ketiga menggunakan jalur pemikiran ala Keynes dan menamakan pendapatnya sebagai Cumulative Causation Models. Teori
ini
dipelopori
oleh
Myrdal
(1975)
dan
kemudian
diformulasikan lebih lanjut oleh Kaldor.
Kelompok keempat dinamakan sebagai Core Poriphery Models yang mula - mula dikemundangkan oleh Friedman (1966).
Adapun pandangan dari masing-masing kelompok di atas adalah sebagai berikut :
9
* Models Export - Base. Kelompok ini mendasarkan pandangannya dari sudut teori lokasi, Yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu region akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi dan dapat sigunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya berbeda-beda setiap region dan hal ini tergantung pada keadaan geografi daerah setempat.
Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis eksport daerah yang bersangkutan yang juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan ekstern dari daerah – daerah lain. Pendapatan yang diperoleh dari
penjualan ekspor akan
mengakibatkan berkembangnya kegiatan – kegiatan penduduk setempat, perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan
– keuntungan
eksternal, dan pertumbuhan regional lebih lanjut.
Ini berarti untuk meningkatkan pertumbuhan suatu region strategi pembangunnannya harus disesuikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.
* Model Neo Klasik
Kelompok ini mendasarkan analisanya pada peralatan fungsi produksi. Unsur – unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga kerja dan modal. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk (migrasi) dan lalu lintas modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
10
Suatu kesimpulan yang menarik dari model Neo – Klasik adalah bahwa terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan perbedaan kemakmuran daerah (regional disparity) pada negara yang bersangkutan. Pada saat proses pembangunan baru dimulai (negara yang sedang berkembang), tingkat perbedaan kemakmuran antar wilayah cendrung
menjadi
tinggi
(divergence), sedangkan
bila
proses
pembangunan telah berjalan dalam waktu yang lama (negara yang telah berkembang), maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cendrung menurun (convergence). Hal ini disebabkan pada negara yang sedang berkembang lalu lintas modal masih belum lancar sehingga proses penyesuaian ke arah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi. Masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan pada negara – negara yang telah maju proses penyesuaian tersebut dapat terjadi
dengan lancar karena telah sempurnanya fasilitas perhubungan dan komunikasi.
* Model Cummulative Causation .
Teori ini berpendapat behwa penungkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak dapat hanya diserahkan pada kekuatan pasar (market mechanisme), tetapi perlu adanya campur tangan pemerintah dalam bentuk program – program pembangunan wilayah, terutama untuk daerah – daerah yang relatif masih terbelakang.
* Model Core-Periphery
Teori ini menekan analisanya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota (core) dan desa (periphery). 11
Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa – desa sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan tersebut juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah (spatial interaction) sangat ditonjolkan.
2. Teori Pusat Pengembangan (Growth Poles Theory).
Theory Growth Poles adalah salah astu teori yang dapt menggabungkan antara prinsip – prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus (Allonso, 1986). Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah. Selain itu teori ini juga dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu.
Konsep Growth Poles ini berasal dari salah satu ahli perencanaan yang bernama
Francois
Perroux
(1955).
Menurutnya,
suatu
pusat
pengembangan didefenisikan sebagai suatu konsentrasi industri pada suatu tempat tertentu yang kesemuanya saling berkaitan melalui hubungan antara input dan output dengan industri utama (propulsive industry). Konsentrasi dan saling berkaitan merupakan dua faktor penting
dalam setiap pusat pengembangan karena melalui faktor ini akan dapat diciptakan berbagai bentuk aglomeration economics yang dapat menujang
12
pertumbuhan industri – industri yang bersangkutan melalui penurunan ongkos produksi.
Keuntungan aglomerasi yang merupakan kekuatan utama bagi setiap pusat pengebangan selanjutnya dibagi atas tiga jenis , pertama adalah scale economics yaitu semacam keuntungan yang dapat timbul karena pusat
pengembangan memungkinkan perusahaan industri yang tergabung didalamnya beroperasi dengan
skala besar karena adanya jaminan
sumber bahan baku dan pasar. Kedua adalah localization economics yang dapat timbul karena adanya saling keterkaitan antara industri sehingga kebutuhan
bahan
baku
dan
pemasaran
dapat
dipenuhi
dengan
mengeluarkan ongkos angkut yang minim. Ketiga adalah urbanization economics yang timbul karena fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang
dapat digunakan secara bersama sehingga pembebanan ongkos untuk masing – masing perusahaan industri dapat dilakukan serendah mungkin.
Bila kegiatan ekonomi (industri) yang saling berkaitan dikonsentrasikan pada suatu tempat tertentu maka pertumbuhan ekonomi dari daerah yan bersangkutan akan dapat ditingkatkan lebih cepat dibandingkan kalau industri tesebar dan terpencar ke seluruh pelosok daerah (Richardson 1978). Dengan demikian, bila sebuah pusat pengembangan didirikan pada suatu daerah yang relatif masih kurang berkembang dibandingkan dengan daerah – daerah lainnya, maka laju pertumbuhan pada daerah yang bersangkutan akan dapat ditingkatkan sehingga perbedaan kemakmuran antar wilayah secara bertahap akan dapat dikurangi.
Konsep pusat pengembangan sebagai alat perumusan kebijaksanaan tidak saja dilakukan pada tingkat regional, tetapi juga pada tingkat nasional. Dalm hal ini sering terjadi pertentangan antara kepentingan regional dan 13
nasional, terutama dalam penentuan lolasi dan anggota. Hal ini dapat menimbulkan kepicangan pembangunan wilayah yang mangkin tinggi. Ini berarti dapat saja terjadi bahwa kebijaksanaan pusat secara spasial perkembangan wilayah terjadi melalui pertumbuhan, didefenisikan pemukiman (settlement) dan lewat penciptaan keterkaitan baru dan kuat antara pemukiman - pemukiman tersebut. Secara sektoral perkembangan wilayah terjadi melalui suatu pertumbuhan atau bebrapa kegiatan ekonomi lain, terutama sektor – sektor yang mempunyai keterkaitan baik keterkaitan ke muka maupun keterkaitan kebelakang. Sektor ekonomi yang mampu menggerakkan sektor ekonomi lainnya akan berfungsi sebagai prime mover terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Pada dasarnya pembangunan daerah berkaitan dengan tingkat perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel – variabel, seperti produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal - tenaga dan imbalan bagi faktor (factor returns), dalam daerah yang dibatasi secara jelas. Ruang bukan merupakan unsur yang penting dibandingkan dengan jarak yang harus ditempuh untuk terjadinya transaksi antar daerah.
Perbedaan laju pembangunan antar daerah menyebabkan terjadinya kesenjangan kemakmuran dan kemajuan antar daerah. Perbedaan ini karena disebabkan oleh bebrapa faktor, yaitu : 1. Keterbatasan kemampuan pemerintah untuk mencurahkan dana yang lebih besar untuk membangun sarana dan prasarana yang akan lebih terbuka dan menyeimbangkan kesempatan berkembangnya secara lebih cepat kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di wilayah – wilayah terkebelakang.
14
2. Keterbatasan sumber daya alam di wilayah terkebelakang, yang antara lain menjadi penyebab dan sekaligus akibat keterbelakangan itu. 3. Bahwa dalam ekonomi yang terbuka dan menganut prinsip – prinsip pasar, apalagi dengan semangat deregulasi dan debirokratisasi, dan menghadapi tantangan persaingan menjadi amat penting, dan dengan sedirinya yang paling mampu bersaing apakah itu pengusaha, sektor atau wilayah akan lebih mempu memanfaatkan kesempatan. 4. Sulitnya
menarik
investasi
sebagai
sumber
dan
pemacu
pertumbuhan ke wilayah terkebelakang terutama investasi yang berkualitas
yaitu
yang
membuka
lapangan
kerja
luas
dan
meningkatkan perutmbuhan daerah secara berkelanjutan dengan multiplier effect yang sebesar – sebesarnya.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah – maslah yang timbul maka pembangunan daerah dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu : 1. Dari segi pembangunan sektoral dimana pencapaian pembangunan nasional
dilakukan
melalui
berbagai
kegiatan
pembangunan
sektoral yang dilaksanakan di daerah. Pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah disesuikan dengan kondisi dan potensinya. 2. Dari segi pembangunan wilayahm yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi wilayah tersebut. 3. Pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya. Agar tujuan dan usaha pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah daerah perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena
itu,
pembangunan
daerah
merupakan
usaha
mengembangkan dan memperkuat pemerintah daerah dalam 15
rangka mangkin mantapnya ekonomi daerah yang nyata, dinamis serasi dan bertanggung jawab.
Tulus Tambunan (1996) memberi tahapan – tahapan pada pembangunan ekonomi regional yaitu :
Dengan mempelajari terlebih dahulu karekteristik daerah yang akan dibagun, misalnya jumlah jenis serta kondisi – kondisi sumber daya alam yang ada dan keadaan pasar, sosial, ekonomi makro (tingkat pendapatan) dan struktur politiknya.
Menentukan komoditas atau sektor unggulan dan jenis kegiatan ekonomi lain yang perlu dikembangkan, baik yan gsudah ada sejak lama maupun yang belum ada.
Menentukan sifat serta mekanisme keterkaitan antar sektor – sektor yang ada di daerah tersebut serta mempelajari kelembagaan sosial masyarakat.
Masalah utama dalam pembangunan wilayah adalah ketimpangan ruang (wilayah). Aritnya ketimpangan juga terjadi antar daerah, karena itu pemerataan pembangunan berarti juga terjadi antar daerah, karena itu pemerataan
pemangunan
berarti
juga
suatu
usaha
dalam
menyaimbangkan kemampuan wilayah untuk berkembang. Oleh sebab itu perlu adanya prioritas pembangunan daerah dalam wujud pengembangan wilayah segala sektor guna memperoleh pemerataan pembangunan dan hasilnya.
Kebijaksanaan dalam strategi jpengembangan wilayah adalah merupakan kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang dipresentasikan melalui
variabel
kewiyahan.
Tujuan
pembangunan
nasional
yang
ditetapkan dalam kebijaksanaan dan sasaran, strategi, tidak dapat
16
dirumuskan dengan mengukan variabel sektoral, melainkan menggunakan variabel kewilayahan.
Perubahan pembangunan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu mampu menampung lebih banyak
penghuni, dengan tingkat
kesejahteraan yang rata – rata membaik, disamping menunjukan lebih banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha – usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
3. Alokasi Investasi Regional.
Untuk meningkatkan pertumbuhan regional salah satunya juga dapat dilakukan melalui kebijaksanaan alokasi anggaran yang dapat dilakukan secara sektoral. Dengan demikian sesuai dengan teori
Unbalanced
Growth, bila suatu negara masih berada pada permulaan proses
pembangunan, maka alokasi anggaran pembangunan biasanya lebih banyak terkonsentrasi pada sektor pertanian, dan kemudian secara bertahap prioritas dan alokasi anggaran akan dipindahkan pada sektor industri (Hircshman, 1958).
Untuk mencapai tujuan pembangunan suatu wilayah adalah dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, sehingga diperlukan suatu kebijaksanaan alokasi anggaran regional melalui adanya prioritas – prioritas yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu kebijaksanaan alokasi anggaran regional tidak dapat dipisahkan dari kebijaksanaan anggaran sektoral.
17
Bila pertumbuhan regional akan dioptimumkan, maka ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam menentukan kebijaksanaan alokasi investasi regional, yaitu kemampuan menabung (marginal propensity to save) dan kemajuan teknologi (capital output ratio) daerah yang
bersangkutan. Bila suatu region mempunyai kemampuan menabung yang tinggi dan disertai oleh tingkat teknologi yang lebih maju, maka regional ini akan dapat prioritas alokasi anggaran pembangunan, dan keadaan akan sebaliknya terjadi bila kemampuan menabung dan tehnologi dari daerah yang bersangkutan ternyata sangat rendah.
4. Kebijaksanaan Alokasi Anggaran Regional.
Untuk memperkecil terjadinya kesenjangan regional salah satunya dapat dilakukan dengan membuat suatu strategi anggaran region yang sekaligus dapat berfungsi ganda yaitu : 1. Mendorong dan mempercepat laju pertumbuhan nasional 2. Manjadi alat untuk mengurangi kesenjangan regional secara tepat. Untuk alokasi anggaran regional juga harus mempertimbangkan prospek dan kemampuan masing – masing wilayah. Wilayah – wilayah tertentu yang memiliki prospek ekonomi yang cukup baik dan tingkat pendapatan yang cukup baik dan tingkat pendapatan yang relatif tinggi, swasta perlu dilibatkan untuk menggarap sektor – sektor yang sebelumnya dibiayai oleh pemerintah. Sedangkan wilayah
– wilayah yang tingkat pendapat
perkapita dan pertumbuhannya masih rendah serta potensi ekonomi nya masih kurang, porsi peran pemerintah harus lebih besar.
Prinsip strategis yang digunakan untuk menyusun lokasi anggaran regional setidaknya harus berlandaskan : 1. Dasar skala prioritas. 18
Tujuan
adalah
agar
pembangunan
yang
dilaksanakan
dapat
mempercepat atau mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan juga mengurangi kesenjangan regional secara bertahap. 2. Memperhitungkan potensi daerah setempat. Piroritas
penambahan
anggaran
terhadap
suatu
wilayah
harus
memperhitungkan potensi daerah setempat dan demand terhadap sektor – sektor yang akan dibiayai.
Daerah – daerah yang mempunyai pendapatan per kapita rendah akan mendapatkan anggaran pembangunan pembangunan yang cukup besar. Proyek pembangunan pada daerah ini bersifat memicu pertumbuhan ekonomi
sehingga perlu dilakukan koordinasi dengan swasta. Dengan
mempertimbangkan kondisi ekonomi antar daerah, agar kebijaksanaan alokasi anggaran regional tidak menjadi pendorong tingginya kesenjangan ekonomi dan tindakan disentekratif. Perlu dirumuskan kebijaksanaa berdasarkan kelompok daerah : 1. Kolompok Wilayah Low Growth and Low Income Wilayah – wilayah yang termasuk dalam kategori ini adalah wilayah yang secara ekonomi sangat tertinggal, baik dari segi pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapita. Dengan kondisi seperti ini akan
sulit
bagi
wilayah-wilayah
di
kuardran
ini
mengejar
ketinggalannya tanpa adanya campur tangan dari perintah. Karena itu dari segi alokasi anggaran, pemerintah pusat sebanyak memberi priorintas dengan cara membangun fasilitas infrastruktur secara besar-besaran.
2. Kelompok Wilayah High Growth and Low Income . 19
Wilayah-wilayah yang termasuk kategori ini secara umum memiliki prospek ekonomi yang baik karena pertumbuhan ekonominya tinggi, walaupun pendapatan per kapitanya masih rendah. Pertumbuhan yang tinggi ini merupakan karakreistik dari yang sedang berkembang. Oleh sebab itu sebaiknya pemerintah menjadikan wilayah ini sebagai prioritas kedua dalam alokasi anggaran. Kegiatan ekonomi akan bergeser dari wilayah agraris yang mengandalkan hasil pertanian, menuju wilayah industrialis. Ketergantungan terhadap produk-produk primer secara gradual di kurangi dengan cara meningkatkan value added dari produk primer tersebut. 3. Kelompok Wilayah Low Growth and High Income
Wilayah-wilayah yang termasuk dalam kuadran ini secara umum memiliki pendapatan per kapita yang cukup tinggi namun pertumbuhan ekonominya relatif rendah. Kebijaksanan dalam alokasi anggaran pemerintah pusat di wilayah ini sebaiknya hanya komplementer terhadap potensi ekonomi yang ada. Dengan pendapatan per kapita yang tinggi, daerah ini pada dasarnya mempunyai kekuatan besar untuk dapat maju. 4. Kelompok Wilayah High Growth and High Income Wilayah-wilayah
yang
termasuk
kategori
ini
memiliki
tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang tinggi. Alokasi anggaran pemerintah sebaiknya dikurangi secara bertahap karena daerah ini sudah berada pada posisi
paling
maju dan untuk
pembiayaan pembangunan fasilitas infrastruktur sebaiknya diahlikan secara bertahap kepada swasta.
20
Transformasi Struktural Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang berlangsung secara berkesinambungan dalam kurun waktu Orde Baru ternyata telah mengubah struktur ekonomi Indonesia.
Ekonomi
dinegara
manapun
umumnya
mengalami
pertumbuhan (Growth) baik karena trend alamiah maupun pengaruh dari kebijaksaan ekkonomi. Adanya pertumbuhan tersebut sudah lazim diukur deangan nilai Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto (PDB) yang dianggap sebagai indikator peningkatan kesejateraan masyarakat secara umum.
Selajan dengan terjadinya pertumbuhan tersebut, ekonomi juga mungkin menngalami perkebangan (development). Perkembangan tersebut antara lain berupa perubahan struktur ekonomi, Perubahan kelembagaan baik dalam produksi maupun aspek lainnya. Perubahan struktur ekonomi juga terjadi dalam bentuk perubahan pangsa (share) relatif dari sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri pengolahan) dan sektor tertier (jasa-jasa) dalam PDRB, kesempatan kerja dan ekspor impor.
Dari pengamatan “Chenery dan Syrquin“ di peroleh pola yang sistimatik
bahwa dalam tahap awal pembanguanan ekonomi sektor pertanian sangat menonjol, kemudian dengan semakin tingginya PNB peran pertanian akan semakin menurun. Sedangkan pangsa industri dan jasa-jasa semakin meningkat landasan dari terjadinya perugahan dengan arah seperti di atas diawali dengan kesenjangan produktifitas marginal dari sumber daya yang dipakai disektor pertanian dan industri.
21
Perluasan ekonomi disektor industri sebagai hasi reinvestasi dari surplus, memerlukan tambahan tenaga kerja, mengingtatingkat upah disektor pertanian lebih rendah tambahan tenaga kerja untuk sektor industri tersebut berasal dari sektor pertanian. Transportasi tersebut terjadi pula untuk kapital yang memberikan produktifitas marjinal yang lebih tinggi bila diinvestasikan pada sektor industri.
Perubahan struktur ekonomi atau transportasi struktural ditandai dengan beberapa ciri – ciri, yaitu : 1. Pertumbuhan ekonomi lebih dari pada pertumbuhan penduduk. 2. Share sektor primer menurun. 3. Share sektor sekunder meningkat, sedangkan share sektor jasa relatif konstan. 4. Konsumsi pangan menurun, ini dikenal sebagai “Engel’s Law”, implikasinya adalah diisi produksi, peran sektor primer berkurang dan diisi permintaan peran faktor konsumsi berkurang, sedangkan sektor industri dan investasi meningkat.
Menurut Kuznets (1966), trsnspormasi struktural dapat didefenisikan sebagai perubahan dalam komposisi permintaan, perdagangan, produksi dan penggunaan faktor – faktor produksi yang diperlukan guna untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Dalam sistem ekuilibrium umum, ciri – ciri dan pengaturan waktu dari proses industrialisasi dipengaruhi keunggulan
oleh
perubahan
komparatif,
permintaan
pertumbuhan
domestik,
produktifitas
penggeseran sektoral,
dan
akumulasi barang modal.
Perubahan struktural atau transformasi perekonomian suatu negara atau suatu daerah adalah perubahan dari system ekonomi tradisional ke system 22
modern, atau perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri kemdian dari sektor industri ke sektor jasa – jasa. Perubahan struktural ini melibatkan seluruh fungsi ekonomi termasuk transformasi produksi
dan
perubahan
dalam
komposisi
permintaan
kosumen,
perdagangan internasional dan sumber daya serta perubahan faktor – faktor sosio ekonomi seoerti urbanisasi, perutmbuhan dan distribusi penduduk.
Dalam konteks perubahan struktural di atas ada satu tahap yang dikenal dengan era tinggal landas. Dalam era tinggal landas transformasi struktural terjadi secara otomatis dengan pertumbuhan ekonomi berjalan secara berkelanjutan (suistanable).
Tercapainya tahap tersebut bisa dilihat dari ciri – ciri berikut : 1.Tingkat investasi produktif mencapai paling sedikit 10% dari pendapatan nasional. 2.Terdapat atau dua sektor andalan yang menjadi tulang punggung perekonomian. 3.Terciptanya kegiatan politik, sosial dan kelembagaan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Isard (1960) memberikan suatu pola pergeseran struktur ekonomi daerah dalam penyerapan tenaga kerja. Pola yang dikembangkannya adalah perbandingan perubahan tenaga kerja daerah dengan perubahan tenaga kerja daerah yang lebih luas. Pola tersebut disesuaikan menjadi suatu grafik sebagai berikut : Perubahan Tenaga Kerja Daerah
Y
Perbandingan Perubahan Tenaga Kerja Daerah dengan Nasional
23
Gambar Pertumbuhan Relatif Sektor-sektor
Transformasi struktural menurut
Chenery dan Syrquin adalah melihat
transformasi sektor pertanian dan sektor industri melalui nilai elastisitas sektor-sektor tersebut. Model ini dibentuk dari persamaan double log yaitu :
Ln Vi = ln α + β1 ln Y + β2 ln N + μ Dimana : Vi : PDRB sektor i Y : PDRB N : jumlah penduduk β1 : elastisitas pertumbuhan (growth elasticity) β2 : elastisitas ukuran (size elasticity)
Pada sisi lain Chennery dan Syrquin menunjukkan bahwa corak dari perubahan struktur ekonomi dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : perubahan struktur ekonomi dalam proses akumulasi modal , alokasi sumber-sumber daya dan perubahan dalam proses demografis dan distributif . Secara
lengkap
perubahan
struktur
ekonomi
menurut
Chennery
dan
Syrquindapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel : Corak Perubahan Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan
24
Faktor-faktor yang dianalisis
Indikator Perubahan
I. Proses Akumulasi 1. Pembentukan Modal
a. Tabungan domestik bruto b. Pembentukan modal domestik bruto c. Aliran masuk modal (diluar impor barang dan jasa)
Perubahan nilai-nilai masing-masing variabel dan dinyatakan sebagai persentase dari PDB
2. Pendapatan Pemerintah a. Pendapatan pemerintah b. Pendapatn dari pajak 3. Pendidikan a. Pengeluaran untuk pendidikan
b.Tingkat pemasukan anak-anak ke sekolah dasar dan menengah
Perubahan persentase PDB yang digunakan untuk pendidikan Perubahan pesentase anak-anak yang bersekolah
II. Proses Alokasi Sumber Daya 4. Struktur permintaan domestik
a. Pembentukan modal domestik bruto b. Konsumsi rumah tangga c. Konsumsi pemerintah d. Konsumsi atas bahan makanan 5. Struktur Produksi
a. Produksi sektor primer b. Produksi sektor industri c. Produksi perusahaan utilities d. Produksi sektor jasa
Perubahan nilai masing-masing variabel dan dinyatakan sebagai persentase dari PDB
6. Sektor Perdagangan a. Ekspor b. Ekspor bahan mentah c. Ekspor barang-barang industri d. Impor
III. Proses Demografis dan Distributif 7. Alokasi Tenaga Kerja
a. Sektor primer
Perubahan masing-masing variabel dan dinyatakan sebagai persentase dari total
25
b. Sektor indistri c. Sektor jasa
tenaga kerja
8. Urbanisasi Penduduk daerah urban 9. Transisi Demografis a. Tingkat kelahiran b. Tingkat kematian 10. Distribusi Pendapatan a. 20 % penduduk yang menerima pendapatan paling tinggi b. 40 % penduduk yang menerima pendapatan paling rendah
Perubahan jumlah dan dinyatakan sebagai persentase dari total penduduk
Perubahan persentase PNB yang diterima oleh masing-masing golongan masyarakat
Sumber : H.B. Chennery dan M. Syrquin, Patterns of Development, 1975
26
PEMBANGUNAN REGIONAL ( Regional Development )
Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan regional adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Pertumbuhan regional merupakan teori pertumbuhan ekonomi nasional yang disesuaikan pada skala wilayah dengan anggapan dasar bahwa suatu wilayah adalah mini nation (Tommy Firman, 1985). Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah
dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses Input output
barang dan jasa maupun orang. Dalam system
wilayah keluar masuk orang atau barang dan jasa relatif bersifat lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (closed region). Menurut John Glasson (1977) pertumbuhan wilayah dapat terjadi sebagai akibat dari penentu endogen atau eksogen, yaitu factor-faktor yang terdapat didalam wilayahyang bersangkutan ataupun factor-faktor di luar wilayah, atau kombinasi dari keduannya. Dalam model-model ekonomi makro disebutkan bahwa ekonomi penentu intern pertumbuhan wilayah adalah modal, tenaga kerja, tanah (sumberdaya alam), dan system sosio-politik, sedangkan menurut model ekspor pertumbuhan, industri ekspor dan kenaikanpermintaan adalah penentu pokok pertumbuhan wilayah yang bersifat ekstern. Proses terjadinya pertumbuhan wilayah dipengaruhi berbagai factor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Belum adanya teori yang menyeluruh menyebabkan pertumbuhan wilayah dapat dipandang dari berbagai sudut. Profesor Kuznets (dalam Jhingan, 1990) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi, sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduk.
27
Berbagai masalah timbul dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan terus mendorong perkembangan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi wilayah. Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kesenjangan wilayah dan pemerataan pembangunan menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah, bahwa beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah tidak akan brmanfaat dalam pemecahan masalah kemiskinan, sehingga pemahaman mengenahi factor-faktor pertumbuhan wilayah dan proses penjalaran pertumbuhan merupakan hal yang penting dalam kaitandengan studi ini. Douglass C. North (dalam Jhingan, 1990) mengemukakan bahwa pertumbuhan wilayah sangat tergantung pada keberhasilan dari suatu kegiatan yang dilakukan terhadap suatu wilayah yang merupakan hasil pengembangan ekspor baru. Salah satu teori yang mengemukakan pentingnya factor pendorong dari luar adalah teori basis ekspor. Inti dari teori basis ekspor adalah bahwa pertumbuhan wilayah bergantung pada permintaan yang datang dari luar wilayah tersebut (exogenous demand). Dengan demikian peningkatan atau penurunan ekonomi ditentukan oleh kinerja kegiatan ekspor, yaitu berupa produksi barang dan jasa yang dijual ke luar wilayah. North dalam teori Export Base menyebutkan bahwa masuknya pertambahan penduduk dan modal yang
sangat besar dalam suatu wilayah dapat memberikan sumbangan besar dalam pengembangan wilayah. Sedangkan teori Resource Base yang dikemukakan oleh Perloff dan Wingo merupakan pendalaman dari teori Export Base. Teori ini berpendapat bahwa investasi dan perkembangan ekspor disuatu wilayah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi karena selain menghasilkan pendapatan juga
menciptakan
efek
penggandaan
(Multiplier) pada
keseluruhan
28
perekonomian di wilayah tersebut. Teori Perloff dan Wingo menekankan analisisnya dalam dua aspek pokok, yaitu: a.
Pentingnya peranan kekayaan alam suatu wilayah pada berbagai tingkat pembangunan ekonomi.
b.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya Multiplier Effect
dari
sector ekspor terhadap keseluruhan perekonomian wilayah. Perkembangan kegiatan industri yang berorientasi ekspor merupakan suatu hal yang kondusif dan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan wilayah. Namun demikian
pesatnya
perkembangan
kegiatan
industri
dan
tingginya
pertumbuhan wilayah tidak selalu dapat dirasakan oleh sebagian penduduk atau wilayah, terutama yang bergerak dalam sector agraris. Hal ini dapat dilihat dari berbedanya kontribusi PDRB Kecamatan terhadap PDRB Kabupaten. Sehingga masalah pemerataan pertumbuhan merupakan hal yang penting dalam pengembangan wilayah. Teori kutub pertumbuhan wilayah dari Perroux (dalam Jhingan, 1990) menyatakan bahwa tidak dapat disangkal lagi pertumbuhan ekonomi terjadi tidak disemua tempat secara merata pada waktu yang bersamaan. Teori tersebut
melatar
belakangi
Hirschman
untuk
mengemukakan
teori
pertumbuhan tidak berimbang dan mekanisme penjalaran pertumbuhan dari suatu wilayah ke wilayah lain. Dalam konsep tentang penjalaranpertumbuhan Hirschman membagi wilayah yaitu wilayah Utara sebagai wilayah berkembang dan wilayah Selatan sebagai wilayah terbelakang. Pertumbuhan ekonomi di Utara memberikan pengaruh pada Selatan. Pengaruh yang menguntungkan disebut efek penetesan (trickling down effect) yang berarti kemajuan di Utara menetes ke Selatan, sedangkan pengaruh yang tidak menguntungkan disebut efek pengutupan atau polarization effect (Hirscman, dalam Friedman dan Alsono, 1967)
29
Proses
penjalaran
dikemukakan
oleh
Tommy
Firman
(1985),
bahwa
pertumbuhan mulai muncul pada titik-titik atau kutup pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda, dan menyebar melalui saluran yang luas dan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada keseluruhan perekonomian. Dalam proses penjalaran tersebut trickling down effect akan mengatasi efek polaritas. Dalam upaya pengembangan wilayah di negara-negara berkembang ternyata proses pelajaran tidak berjalan sebagaimana mestinya bahkan cenderung lambat. Perkembangan ekonomi. Hal inidisebabkan oleh berkembangnya jenis industri yang tidak saling substitusi, sehingga wilayah-wilayah industri kurang dapat
memberikan
pengaruh
dalam
pengembangan
ekonomi
wilayah
terbelakang. Untuk melihat tejadinya keterbelakangan dalam pembangunan Heidemann (1990) menganalisis berdasarkan skema berikut ini :
30
UNDERDEVELOPMENT : Focus of Regional Development Attempts
NEEDINESS
accidental
permanent
PLIGHT
POVERTY
RELIEF systematic
individual
UNDERDEVELOPMENT
MISERY
(mass poverty)
differential
CHARITY
General REVOLUTION
sectoral
se mental
s atial
ECEONOMIC BRANCHES
POPULATION STRATA
GEOGRAPHIC ZONES
Marginal deficient
dependent vulnerable
peripheral remote
COORDINATED INTERVENTIONS Surmounting of problems
through
Harnessing of potentials
REGIONAL DEVELOPMENT
31
Sejalan dengan Hirschman, Gunnar Myrdal juga menyelidiki saling pengaruh antara dua wilayah yang timpang tingkat perkembangannya. Dikatakan ketimpangan
wilayah
erat
kaitannya
dengan
ekonomi
kapitalis
yang
dikendalikan oleh motif ekonomi (keuntungan). Motif ini mendorong berkembangnya pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat harapan pengembalian modal yang tinggi, sementara itu wilayah yang lain yang kurang menguntungkan tetap terbelakang. Kondisi ini menyebabkan prlunya intervensi pemerintah dalam menguraangi kesenjangan wilayah. Dalam menjelaskan fenomena kesenjangan wilayah, Myrdal menggunakan konsep dampak balik (backwash effect) dan dampak sebar (sprad effect) . Definisi dampak balik adalah perubahan yang bersifat merugikan dari ekspansi ekonomi di suatu tempat karena sebab-sebab diluar tempat itu, sedangkan dampak sebar adalah dampak momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat pengembangan ekonomi ke wilayah-wilayah lainnya (Jhingan, 1990). Berbeda dengan Hirschman, Myrdal lebih pesimis dengan menyatakan bahwa di negara-negara berkembang, ketimpangan wilayah akan semakin lebar akibat dari lemahnya dampak sebar dan kuatnya dampak balik. Hal-hal yang merupakan dampak balik adalah migrasi, perpindahan modal, dan perdagangan atau pasar. Menurut Hirschman, bahwa dalam sector produksi, mekanisme perangsang pembangunan yang tercipta merupakan akibat adanya hubungan antara berbagai industri dalam menggunakan berbagai barang yang digunakan sebagai barang mentah industri lain. Interaksi ini terdiri atas pengaruh hubungan kebelakang (backward linkage effect) atau keterkaitan hulu, dan pengaruh hubungan kedepan (forward linkage effect) atau keterkaitan hilir.
32
Keterkaitan hulu merupakan tingkat rangsangan yang ditimbulkan oleh industri terhadap industri atau sector lain yang menyediakan bahan input kepada industri tersebut, sedangkan ketrkaitan hilir adalah tingkat rangsangan yang ditimbulkan oleh suatu industri (kegiatan ekonomi) terhadap perkembangan industri (kegiatan ekonomi) atau sector lain yang menggunakan output industri pertama sebagai bahan inputnya (Hirchman, 1977). Selanjutnya keterkaitan hilir dan keterkaitan hulu telah menjadi bahan pengamatan yang menarik oleh para ahli. Berbagai rangkaian kegiatan memberikan peluang-peluang produksi dari suatu kegiatan ke kegiatan lain dalam perekonomian wilayah, sehingga mnegakibatkan pertumbuhan atau kemunduran regional (Hoover, 1977 ) Dari berbagai penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa keterkaitan antar industri yang berbeda jenis atau dengan sector lain sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Makin besar keterkaitan terhadap kegiatan ekonomi makin stabil struktur ekonomi, serta makin besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan menurut Rostow, bahwa di dalam proses pembangunan suatu daerah atau negara akan mengalami perkembangan dalam beberapa tahapan pembangunan seperti yang dikutip dalam bukunya yang berjudul the stages of economic growth . Rostow membuat tahapan pembangunan menjadi 5 (lima)
tahapan yaitu : 1. the traditional society 2. the preconditions for take off 3. the take off into self sustaining growth 4. the drive to maturity 5. the age of high mass consumption
33
Dengan
menggunalkan
illustrasi
secara
diagram
konsep/teori
tahapan
pembangunan Rostow, Djatun menjelaskannya sebagai berikut:
Perubahan structural Ekonomi, politik, sosial, budaya, hankam, dll
PDB Perkapita (US $)
Masyarakat pedesaan dominan
Masyarakat kosmopolitan kota : dominan
Teknologi sederhana
Teknologi modern
200
0
± 30 tahun
The traditional The preconditions society for take off
The take off
± 40 tahun
t
The drive to maturity The age of high mass consumption
Di dalam penyeleggaraan pembangunan yang juga perlu mendapat perhatian adalah
bahwa
memperhatikan
proses
pencapaian
sasaran
kepada
momentum
waktu
yang dan
diinginkan apakah
haruslah
digunakannya
perencanaan sebagai alat percepatan pembangunan. Di bawah ini disajikan
34
suatu proses pencapaian tujuan pembangunan dengan memperhitungkan perencanaan di dalamnya.
A. Pembangunan jangka panjang dengan perencanaan ekonomi PDB perkapita
B. Pembangunan jangka panjang tanpa perencanaan ekonomi •
0
tdp
•
ttp
t
Keterangan :
- tdp - ttp
= waktu dengan perencanaan ekonomi = waktu tanpa perencanaan ekonomi
35
36
REGIONAL CYCLE (Daur Perkembangan Daerah)
Analisis yang dipergunakan untuk melihat perkembangan pembangunan dari setiap daerah di dalam proses pembangunannya salah satunya adalah dengan Klassen Typology .
Hipotesis ini dipergunakan untuk melihat daur atau arah
perkembangan daerah-daerah, dilihat dari segi pertumbuhan ekonomi daerahnya. Sebagai alat analisis, maka ada 2 (dua) variabel yang menjadi ukuran dari hipotesis ini yaitu : 1. Perbedaan antara laju pertumbuhan pendapatan perkapita daearah dengan laju pertumbuhan pendapatan perkapita nasional. 2. Perbandingan
antara
pendapatan
perkapita
daerah
dengan
pendapatan perkapita nasional dan hasil perbandingan ini selalu bernilai positif. Kedua variabel tersebut dibentuk dalam sistim koordinat x-y pada keempat bidang kuadran (I,II,III, dan IV). y
y` K-II
O(0,0)
K-I
P(1, 0)
K-III
x
K-IV
Gambar : Sistim koordinat x-y dengan titik pusat (1,0)
37
Dengan meletakkan koordinat daerah (x,y) pada sistim koordinat x-y, maka terlihat sebaran daerah-daerah pada bidang kuadran dimana tiap bidang kuadran mempunyai karakteristik atau typology yang berbeda-beda. Pada kuadran I adalah daerah-daerah dalam keadaan berkembang (developed), Pada kuadran II adalah daerah-daerah yang sedang berkembang (developing), pada kuadran III adalah daerah-daerah yang tidak atau belum berkembang (underdeveloped) sedangkan pada kuadran IV adalah daerah-daerah yang
perkembangannya mulai menurun (stagnant). Secara matematis typology Klassen dapat diuraikan sebagai berikut :
Ui
– Ui
Laju pertumbuhan pendapatan perkapita daerah
0
Ui 1
Ui
– Ui0 0
Ui
U1 U0 –
Laju pertumbuhan pendapatan perkapita nasional
0
U
Ui
Ui
U
–
Yi =
U
–
Ui
0
U0
……………………………………………….(1)
…………………………… (2)
Ui Xi =
atau log X2 = log Ui log U –
U
38
dimana : ui : pendapatan perkapita daerah u : pendapatan perkapita nasional ui0 : pendapatan perkapita daerah i pada tahun t 0 ui1 : pendapatan perkapita daerah I pada tahun t 1 u0 : pendapatan perkapita nasional pada tahun t o u1 : pendapatan perkapita nasional pada tahun t 1
Jadi Y1 sama dengan turunan pertama dari X 1 . Sebagai kesimpulan, dalam titik I (x1,y1) bergerak dengan lintasan searah dengan jarum jam seperti terlihat pada gambar berikut ini.
y
y’
II
O(0,0)
I
P(1,0)
III
x
IV
Gambar : Daur perkembangan daerah I pada bidang x-y 39
Bertitik tolak dari perbedaan lintasan ini dapat diketahui apakah lintasan pergeseran mengarah pada ketidakserasian laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Pada prinsipnya analisis dari Klassen dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu : analisis yang bersifat statis dan analisis yang bersifat dinamis. Dengan perkataan lain analisis statis hanya melihat klasifikasi daerah berdasarkan pada periode atau tahun tertentu, sedangkan analisis dinamis lebih melihat perkembangan daerah dengan mengamatinya dari 2 (dua) momentum yaitu momentum awal dan momentum akhir. Dengan mengetahui kedua momentum tersebut, kemudian dapatlah dilihat arah perkembangan dari masing-masing daerah sekaligus melihat posisi awal dan posisi akhir dari daerah-daerah.
Apabila perkembangan daerah dilihat dari membandingkan laju pertumbuhan ekonomi daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi tingkat nasional di satu pihak dan pendapatan perkapita daerah dengan pendpatan perkapita nasional di lain pihak, maka matrik perkembangan daerah dapat dijelaskan sebagai beriukut : Matrik Perkembangan daerah - daerah
Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan perkapita
Yi > Y
Yi < Y
Daerah Maju
Daerah Berkembang
Daerah Stagnant
Daerah Terbelakang
Gi > G
Gi < G
40
INPUT – OUTPUT MODEL (Model Input – Output) Tabel input-output pada dasarnya terdiri atas beberapa tabel yang dituangkan dalam suatu sistem kuadran. Kuadran pertama memuat transaksi antar sektor . Kuadran kedua merupakan permintaan akhir dan output total yang dirinci
menurut sektor.
Kuadran 1
Kuadran 2
Memuat arus transaksi antar sektor
Kuadran 3 Menurut input primer yang dipergunakan maupun output yang dihasilkan masing-masing sektor.
Merupakan permintaan akhir dan output total yang dirinci menurut sektor Kuadran 4 Berisi jumlah input primer yang juga merupakan jumlah permintaan akhir dan output total
Kuadran ketiga maupun input primer yang dipergunakan maupun output yang
dipergunakan maupun output yang dihasilkan oleh masing-masing sektor dan kuadran keempat berisikan jumlah input primer yang juga merupakan jumlah permintaan akhir dan output total. Angka yang terdapat didalamnya dinyatakan dalam harga yang berlaku. Kuadran pertama dan yang terpenting diantara keempat kuadran tersebut, disusun dalam tiga bentuk. Pertama dalam bentuk arus barang dari sektor tertentu ke sektor-sektor lainnya dan disebut tabel transaksi antar sektor atau input antara yang kedua dalam bentuk koefisien teknik yaitu perbandingan antara input tertentu dengan output
sektor yang mempergunakannya dan yang ketiga adalah bentuk matriks invers koefisien teknik tersebut. Yang terakhir inilah yang banyak dipergunakan
dalam berbagai perhitungan.
Permintaan akhir yang merupakan bagian
kuadran kedua pada dasarnya merupakan pendapatan nasional menurut
41
pengeluaran yang-bila diperlukan dapat dirinci menjadi konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan netto impor. Sebaliknya
kuadran
ketiga
menunjukkan input primer (nilai tambah) yang jumlahnya menunjukkan pendapatan nasional pula, kali ini diperinci menurut sektor (lapangan usaha). Bila data tersedia, maka kuadran ketiga ini – sebagai nilai tambah – dapat pula diperinci menjadi upah/gaji, sewa tanah, bunga dan laba pengusaha dan dengan demikian terdapat pendapatan nasional menurut pendapatan. Kuadran empat jelas menunjukkan jumlah pendapatan nasional dan jumlah produksi.
Bila matriks dibaca menurut baris, maka setiap barisnya menunjukkan aloksi produksi yang dihasilkan oleh berbagai sektor ke sektor-sektor lainnya termasuk sektor yang bersangkutan. Sebaliknya setiap kolom bersama input primer menunjukkan fungsi produksi sektor yang bersangkutan.
Untuk lebih jelas lagi,
maka uraian di atas dituangkan dalam Tabel I-O
perekonomian hipotetik suatu negara yang terdiri dari tiga sektor, yaitu sektor Pertanian, Industri dan Jasa. Tabel transaksi negara tersebut adalah seperti di bawah ini. Garis tebal dalam tabel ini merupakan batas kuadran satu dengan yang lain. Baris kedua menggambarkan alokasi output sektor pertanian ke sektor pertanian sendiri (40), Industri (35), Jasa (25) dan untuk memenuhi permintaan
akhir
(100).
Jumlah
keseluruhan
output
adalah
155
(40+35+25+100). Angka-angka tersebut dinyatakan dalam satuan uang (Rp). Interpretasi baris industri dan jasa adalah sama. Matriks kuadran I inilah yang disebut matriks transaksi. Seperti tampak dalam tabel di atas, maka angka dalam kuadran 2 menunjukkan permintaan akhir maupun output total sektoral.
42
Pemakai Pembuat Pertanian Industri Jasa
Industri
Jasa
40 32 30
35 60 33
25 28 27
Permintaan Akhir (C+I+G+X-M) 100 90 65
98
82
75
225
155
165
110
Pertanian
Input primer (Nilai Tambah) Output Total
Permintaan Total 155 165 110
400
Seperti telah diuraikan diatas, maka kolom suatu sektor menunjukkan fungsi produksi sektor yang bersangkutan. Jadi sektor pertanian mempergunakan sebagai input, hasil sektor pertanian (40), sektor industri (32), sektor jasa (30), dan input primer (98); jumlah output yang dihasilkan (output total) tentu saja mempunyai nilai yang sama dengan permintaan akhir total, yaitu 155. Interpretasi yang sama berlaku untuk kolomindustri maupun jasa.
Matriks koefisien teknik dibentuk berdasarkan atas angka yang terdapat dalam kuadran pertama dan ketiga dengan membagi setiap angka yang terdapat dalam masing-masing kolom dengan nilai total output yang bersangkutan. Bila ini dikerjakan, maka diperoleh total koefisien teknik seperti tergambar dalam matriks bawah ini, yang juga disebut matriks A. Matriks A ini tidak mencakup nilai input primer.
43
Pemakai
Pertanian
Industri
Jasa
Pertanian
0,19
0,13
0,11
Industri
0,12
0,30
0,14
0,11
0,12
0,13
Pembuat
Jasa
Berdasarkan atas matriks di atas dibuat matriks Invers Leontief yang mempunyai
arti
sangat
penting
dalam
berbagai
analisa
dengan
mempergunakan tabel I-O; rumus matriks tersebut adalah : (I-A)-1. Di bawah ini adalahbentuk matriks (I-A)-1 terssebut.
1,28
0,21
0,11
0,19
1,50
0,21
0,13
0,17
1,07
Analisa struktural negara tertentu yang dikerjakan berdasarkan atas Tabel I-O, merupakan analisa statis dalam arti bahwa hanya menggambarkan keadaan pada waktu tertentu. Dengan membandingkan dua keadaan yang digambarkan oleh Tabel I-O yang dibuat pada tabel berbeda, maka dapat diperoleh analisa statis komparatif. Kotak-kotak yang kosong dalam Tabel I-O negara berkembang menunjukkan kurangnya gejala keterkaitan antar industri / sektor yang dikenal dengan linkage effect . Gejala ini dibedakan menjadi backward effect dan forward effect.
44
Beberapa Metode Penyusunan Tabel I-O Regional
Waktu dan biaya yang banyak dipergunakan untuk penelitian lapangan disusul dengan pengolahan data mendahului penyusunan tabel I-O, mendorong para ahli untuk mencari metode penyusunanTabel I-O regional berdasarkan atas Tabel I-O nasional yang telah tersedia; metode ini dikenal dengan istilah metode non-survey. Dalam bagian ini akan diterangkan beberapa metode tersebut.
A.
Metode Persentase
Di dalam penyusunan Tabel I-O regional biasanya dipergunakan simbul yang sama dengan yang dipergunakan dalam Tabel I-O nasional. Pembedaan kedua tabel tersebut dijalankan dengan membubuhi superscript R dalam variabel I-O Regional
P R j = ( X R j – E R j ) / ( X R j – E R j + MR j )
B. Metode Koefisien Lokasi
Kesulitan penggunaan metode persentase adalah bahwa data perdagangan antar daerah tidak dapat selalu diperoleh. Kalau data perdagangan antar daerah melaluli laut dan udara mungkin tersedia, maka tidak demikian halnya dengan perdagangan melalui darat. Sebaliknya di negara berkembang data statistik mengenai produk domestik regional bruto tingkat nasional dan daerah biasanya tersedia; bahkan kemungkinan besar dapat diketemukan data produksi dan pekerja sektoral dengan perincian yang sama,metode tersebut adalah metode location quotient (kosien lokasi). Dewasa ini dikenal beberapa metode kosien lokasi sederhana dan metode kosien lokasi pembelian .
45
Koefisien lokasi didefinisikan sebagai perbandingan antara dua besaran yang sama ditingkat regional dan nasional, atau dalam rumus :
KLP = X Ri /X R : X N i / X N X RI
angka produksi,atau niali tamba atau angka kerja di sektor i di daerah R;
X R
adalah jumlah seluruh produksi atau PDRB atau angka kerja di daerah R;
X N i
adalah angka produksi atau nialai yambah atau angka kerja di sektor i di tingkat nasional dan
X N
adalah jumlah seluruh produksi nasional atau PDB atau jumlah seluruh angka kerja di tingkat nasional.
C. Metode RAS
Metode RAS yang diketemukan dan dikembangkan oleh Richard Stone, pada dasarnya merupakan metode untuk meng-update Tabel I-O nasional yag telah ada.Metode ini merupakan metode matematik untuk menemukan matriks diagonal r dan s dengan mempergunakan data output, penjualan antar sektor dan nilai tambah total sektoral pada tahun tertentu dan matriks A untuk tahun sebelumnya. Sesudah matriks r dan s diketemukan maka matriks At untuk tahun tertentu tadi diketemukan dengan rumus : At = rAs
Ruas kedua rumus tersebut di atas menyebabkan metode tersebut disebut metode RAS.
Faktor r dalam diagonal matriks tersebut di atas merupakan faktor subtitusi, yaitu faktor yang mengakibatkan perubahan dalam proporsi penggunaan input melalui efek subtitusi. Karena nilai r yang berlainan dipergunakan bagi setiap koefisien dalam kolom tertentu, maka setiap koefisien tersebut mengalami perubahan yang berbeda pula. Kalau r1 = 0,5 dan r2 = 2,0 dan nilai s adalah 46
sama dengan 1,0 maka proporsi penggunaan input 1 pada tahun t adalah setengah penggunaan input 2 adalah dua kali lipat.
Faktor s dalam diagonal matriks tersebut diatas, menunjukkan perubahan proporsi penggunaan input antara dan primer dalam produksi-produksi sesuatu sektor. Kalau
s
sama dengan 0,5 bagi sesuatu kolom,maka jumlah input
antara menjadi setengah jumlah yang ditunjukkan pada tahun dasar dan dengan
demikian
maka
jumlah
input
primer
harus
dirubah
untuk
mempertahankan jumlah kedua proporsi sama dengan 1.
47
KETIMPANGAN PENDAPATAN DAERAH DAN KEMISKINAN (Regional income Disparity and Poverty)
1. Bentuk-bentuk ketimpangan
Pembangunan dilaksanakan secara umum menyangkut beberapa aspek utama, mulai dari pembangunan di bidang ekonomi, social, kelembangaan dan aspek lingkungan. Akan tetapi di dalam proses pencapaiannya akan selalu mengakibatkan terjadinya ketimpangan. Hal ini sekaligus menolak pendapat kaum neoklasik yang terlalu optimis menyatakan bahwa pada awal pembangunan memang akan dijumpai ketidakseimbangan atau ketimpangan, akan tetapi pada akhirnya akan dicapai suatu keseimbangan atau kemerataan. Pada prinsipnya ada beberapa bentuk ketimpangan yang terjadi antara lain yaitu a. Distribution Income disparities b. Urban Rural Income disparities
c. Regional Income disparities a. Distribution Income disparities
Alat pengukuran. Berbagai macam alat pengukuran banyak dijumpai dalam mengukur tingkat distribusi pendapatan penduduk. Diantara alat tersebut yang sangat umum dipergunakan adalah Gini Indeks. (1) Gini Index n
Gi = 1 - ( Pi – Pi-1 ) ( Q i + Q i-1 ), 0 Gi 1 i-1
dimana : Pi = % kumulatif jumlah penduduk Q i = % kumulatif jumlah pendapatan
48
Gi = 0, Perfect Equality Gi = 1, Perfect Inequality
(2)
Kurva Lorenz Kurva Lorenz secara umum sering dipergunakan untuk menggambarkan bentuk ketimpangan yang terjadi terhadap distribusi pendapatan masyarakat. Kurva Lorenz digambarkan pada sebuah bidang persegi bujur sangkar dengan bantuan garis diagonalnya. Semakin dekat kurva ini dengan diagonalnya, berarti ketimpangan yang terjadi semakin rendah dan sebaliknya semakin melebar kurva ini menjauhi diagonal berarti ketimpangan yang terjadi semakin tinggi
Bentuk kurva Lorenz biasanya digambarkan berdasarkan data yang diperoleh setelah menghitung angka Gini atau seperti terlihat pada gambar berikut ini.
100 %
B bidang C Pi = bidang OAB
% Qi Kurva Lorenz
C
A
0
% Pi
100 %
49
(3) Kriteria Bank Dunia Berdasarkan kriteria Bank Dunia di dalam menentukan tingkat ketimpangan yang terjadi dalam distribusi pendapatan penduduk, maka penduduk dibagi menjadi tiga kategori yaitu : -
20 % Penduduk pendapatan tinggi
-
40 % Penduduk pendapatan sedang
-
40 % Penduduk pendapatan rendah
dengan kriteria ketimpangan. -
Tinggi, 40 % penduduk pendapatan rendah menerima pendapatan nasional < 12 %
-
Sedang, 40 % penduduk pendapatan rendah menerima pendapatan nasioanal 12 % – 17 %
-
Rendah, 40 % penduduk pendapatan rendah menerima pendapatan nasional > 17 %
b. Regional Income Disparities
Ketimpangan yang terjadi tidak hanya terhadap distribusi pendapatan masyarakat, akan tetapi juga terjadi terhadap pembangunan antar daerah di dalam wilayah suatu negara. Ada beberapa alat pengukuran yang umum dipergunakan untuk melhat ketimpangan yang terjadi antara lain : Williamson Index (Vw)
Pi p 50
(Yi - Y)2
Vw =
Y
Dimana : Yi = pendapatan perkapita daerah i Y = Pendapatan perkapita nasional Pi = jumlah penduduk daerah i P = jumlah penduduk nasional
Untuk kelompok daerah: n 2
Σ (Yi – Y)
i-1
Vw =
Pi p
Y
2. Poverty (kemiskinan)
Usaha pembangunan yang dilakukan tidak lain bertujuan untuk memperbaiki sekaligus untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi upaya itu terkadang kurang dapat dilaksanakan dengan baik atas beberapa kendala, sehingga tidak urung menimbulkan masalah yaitu kemiskinan. Alat ukur yang dapat dipergunakan dalam kaitannya dengan kemiskinan antara lain: (1) Head Count Index
HCi
=
Pi Pt
Dimana :
51
Pi = Populasi penduduk miskin Pt = Populasi penduduk total
(2) Poverty Gap Index
Pi =
1
q
1 n
Z - yi
∑ i=1
Z
Dimana : n = Jumlah penduduk total q = Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan z
= batas garis kemiskinan
yi = rata-rata pengeluaran penduduk dibawah garis kemiskinan
(3) Distributionally Sensitive Index
P2
=
1 n
2
q
∑ i=1
(4).Dependency Burden
Z - yi Z
=
Penduduk Umur Tidak Produktif Penduduk Umur Produktif
52
SHIFT SHARE ANALYSIS ( Analisis Pergeseran Pangsa )
Pertumbuhan dan pergeseran sektor-sektor ekonomi di daerah dapat di analisis dengan mempergunakan analisa
Shift
Share, yang menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi di daerah berhubungan erat dengan tiga komponen yaitu komponen karena pertumbuhan nasional, komponen interaksi sektor industri (indusrial mix ) dan pangsa relatip sektor-sektor daerah ( regional share) terhadap sektor-sektor nasional.
Metode pendekatan Shift Share ini menghendaki pengisolaian efek dari struktur industri sesuatu daerah didalam pertumbuhannya dalam suatuk kurun waktu tertentu.
Komponen Nasional Share merupakan banyaknya pertumbuhan disuatu sektor pada suatu region. Komponen Shift adalah penyimpangan dari National Share dalam pertumbuhan suatu sektor regional. Penyimpangan ini adalah positif disetiap daerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat dibandingkan degan pertumbuhan sektor tersebut secara nasional.
Analisa Shift Share (Analisa Pergeseran Pangsa) ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan daerah cepat atau lambat dan potensi relatif masing-masing sektor daerah. Shift Netto dibagi atas dua bagian yaitu:
1. Proporsional Shift Component (M), dikenal juga sebagai komponen Struktural atau Industrial Mix . Komponen ini adalah positif bagi daerah yang
berspesialisasi
dalam
sektor-sektor
yang
secara
nasional
53
pertumbuhannya cepat
dan negatif di daerah yang berspesialisasi
dalam sektor yang secara nasional pertumbuhannyan lambat. Hal ini dipengaruhi oleh unsur luar (eksternal) yang bekerja secara nasional. 2. Defferential Shift Component (S), kadang-kadang disebut juga sebagai komponen lokasional atau regional. Komponen ini positif jika daerah tersebut mempunyai keuntungan lokasional dari pada tingkat nasional dan sebaliknya jika komponen ini bernilai negatif maka daerah tersebut kurang mempunyai keuntungan lokasional dibandingkan dengan tingkat nasional. Hal ini dipengaruhi faktor dari dalam (internal) yang mempengaruhi daerah tersebut.
Analisa Shift Share dirumuskan sebagai berikut:
Rj
= Ejt – Ejo
Nj
= Ejo(Et/Eo) – Ejo
Rj-Nj = Komponen Net Shft Mj
= {(Eit/Eio) – (Et/Eo)} Eijo
Sj
= Eijt – (Eit/Eio) Eijo
Dimana : Rj
= Pertumbuhan Regional Total
Nj
= Komponen National Share
Mj
= Komponen Proportionality Shift
Sj
= Komponen Differential Shift
Ej
= PDRB Total di Daerah
E
= PDRB Total di Tingkat Propinsi
0, t
= Periode Awal dan akhir tahun penelitian
Ei
= PDRB sektor di Daerah
54
Analisa Shift Share Propinsi Sumatera Utara
Perekonomian suatu daerah terbentuk dari berbagai macam aktivitas/ kegiatan ekonomi yang timbul di daerah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan kedalam sembilan sektor/lapangan usaha. Adanya perbedaan geografis maupun potensi ekonomi yang dimiliki suatu daerah mengambarkan keadaan sektorsektor ekonomi yang menentukan dan berpengaruh di daerah tersebut.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan keseluruhannilai tambah yang dasar pengukurannya timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam yang dimilikinya.
Tabel 1 dan 2 dibawah menggambarkan perkembangan PDRB Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1993 dan 1998 yang dihitung atas dasar harga konstan 1993. terlihat adanya peningkatan nilai tambah berbagai sektor. Secara tidak langsung, juga menggambarkan kemajuan yang berhasil dicapai pemerintah Propinsi Sumatera Utara dalam memberdayakan perekonomian daerahnya.
Table 1 menunjukkan besarnya nilai PDRB atas dasar harga konstan 1993 yang berhasil dicapai oleh setiap kabupaten dan kota di Sumatera Utara pada tahun 1993. Secara total, nilai PDRB kota Medan memberikan sumbangan terbesar sebesar 24.24 persen terhadap pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara, kemudian disusul oleh kabupaten
Deli Serdang sebesar 11,08 persen dan
kabupaten Asahan sebesar 10,6 persen.
Jika dilihat menurut sektor, kabupaten Langkat memberikan kontribusi terbesar sebesar 18,56 persen di sektorpertanian yang kemudian disusul oleh kabupaten simalungun sebesar 15,58 persen dan kabupaten Deli Serdang 55
sebesar 10,90 persen. Pada sektor industri, secara berurut kota medan, kabupaten Deli Serdang dan kabupaten Labuhan Batu masing-masing memberikan kontribusu sebesar 27,99 persen, 19,09 persen dan 9,47 persen. Dan sektor jasa, kota Medan masih memberikan kontribusi terbesar sebesar 7,06 persen.
Table 1. PDRB Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 1993 Atas Harga Konstan 1993 (Dalam jutaan rupiah) Kabupaten/ Kota No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
(j) (2) Nias Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Sumatera Utara
Pertanian (E1j0) (3) 288,155,15 524944,47 144339,04 433661,74 672991,31 660601,04 922270,20 157329,94 294402,28 689658,85 1174347,64 40409,23 81818,86 17451,52 17451,52 206633,94 28198,68 6327586,44
Lapangan Usaha (Eij0) Industri (E2j0) (4) 58189,98 339127,57 57584,61 136352,33 380607,03 140432,93 298080,78 25078,31 16782,41 767748,99 218170,10 32834,90 74301,74 276034,57 74171,11 1125453,78 85526,96 4020951,14
PDRB Jasa (E3j0) (5) 252964,18 489582,50 105832,87 293033,48 442312,83 1115426,08 277037,42 112627,51 171159,82 545337,45 308142,99 67861,89 111462,49 227565,86 157659,97 3050163,74 133714,58 7728171,08
(Ejo) (6) 599309,31 1353654,54 307756,52 863047,55 1495911,17 1916460,05 1497388,40 295035,76 482344,51 2002745,29 1700660,73 141106,02 267583,09 521051,95 254002,31 4382251,46 247440,22 18076708,66
Tabel 2 menunjukkan besarnya nilai PDRB atas dasar harga konstan 1993 yang berhasil dicapai oleh setiap kabupaten dan kota di Sumatera Utara pada tahun 1998. Secara total, nilai PDRB kota Medan memberikan sumabangan terbesar sebesar 20,41 persen terhadap pembentukan PDRB Propinsi Sumatera Utara, kemudian disusul oleh kabupaten Deli Serdang sebesar 12,34 persen dan kabupaten Simalungun sebesar 8,09 persen.
56
Table 2. PDRB Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara Menurut Lapangan Usaha Tahun 1998 Atas Harga Konstan 1993 (Dalam jutaan rupiah) Kabupaten/ Kota No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
(j) (2) Nias Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Sumatera Utara
Pertanian (E1jt) (3) 400658,36 700397,02 219425,58 573988,69 883658,81 1130321,77 1251568,37 252739,46 487480,77 1132382,80 1188764,02 68356,44 107082,53 15422,06 27371,21 289198,10 32680,15 8728815,99
Lapangan Usaha (Eijt) Industri (E2jt) (4) 98306,44 462572,94 67610,37 171078,82 731313,55 1037547,34 311033,82 36046,35 22346,05 971792,35 279364,07 47655,98 78860,31 285096,32 90501,84 1186980,33 96211,62 5878106,88
PDRB Jasa (E3jt) (5) 331252,01 672573,35 131414,26 332040,32 609928,20 611426,30 304776,66 139924,24 219722,01 744577,84 335875,50 99724,77 162751,01 354748,51 187232,32 3234068,16 164480,76 8472035,46
(Ejt) (6) 830216,81 1835543,31 418450,21 1077107,83 2224900,56 2779295,41 1867378,85 428710,05 729548,83 2848752,99 1804003,59 215737,19 348693,85 655266,89 305105,37 4710246,59 293372,53 23078958,33
Jika dilihat menurut sektor, kabupaten Simalungun memberikan kontribusi terbesar sebesar 14,34 persen disektor pertanian yang kemudian disusul oleh kabupaten Langkat sebesar 13,62 persen dan kabupaten Deli Serdang sebesar
57
12,97 persen. Pada sektor industri, secara berurut kota Medan, Kabupaten Asahan dan kabupaten Deli Serdang yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 20,19 persen, 17,65 persen dan 16,53 persen. Dan di sektor jasa, kota Medan masih memberikan kontribusi terbesar sebesar 38, 17 persen disusul oleh kabupaten Deli Serdang sebesar 8,79 persen
dan kabupaten Tapanuli
Selatan sebesar 7,94 persen.
Table 3. Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara Tahun 1998 (Dalam jutaan rupiah)
No.
(1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Kabupaten/Kota (j) (2) Nias Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Sumatera Utara
Pertumbuhan Regional Total Rj = Ejt – Ej0 (E1jt) (3) 230907,50 481888,77 110693,69 214060,28 728989,39 862835,36 369990,45 133674,29 247204,32 846007,70 103342,86 74631,17 81110,76 134214,94 54703,06 327995,13 45932,31 5002249,67
Komponen Shift Share Komponen National Share Nj= Ej0(Et/E0) – Ej0 (E2jt) (4) 165842,96 374587,99 85163,45 238825,52 413953,74 530329,49 414362,52 81643,32 133476,05 554206,64 470612,75 39047,35 74046,52 144187,31 69292,20 1212671,86 5002249,67
Komponen Net Shift Rj - Nj (E3jt) (5) 65064,54 107300,78 25530,24 -24765,24 315035,65 332505,87 -4372,07 52030,97 113728,27 291801,06 -367269,89 35583,82 7064,24 -9972,37 -14589,14 -884676,73 -22540,21 0,00
58
Pada kurun waktu 5 tahun, 1993 –1998, telah terjadi berbagai pergeseran pertumbuhan ekonomi seperti yang terlihat pada table – table diatas. Tetapi peningkatan nilai PDRB setiap kabupaten dan kota di Sumatera Utara belum dapat
menjelaskan
pertumbuhan
pertumbuhan
secara
nasional
yang
atau
terjadi
sudah
sebaliknya.
sejalan
Untuk
itu,
dengan dengan
memanfaatkan data yang sama dilakukan perhitungan komponen Shift Share.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan mempergunakan PDRB propinsi Sumatera Utara tahun 1993 dan 1998 yang diperinci menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 1993, maka diperolah gambaran bahwa : a.
Pertumbuhan
Regional
Total,
masing-masing
Kabupaten
dan
Kota
menempati urutan sebagai berikut: 1. Asahan 2. Deli Serdang 3. Labuhan Batu 4. Tapanuli Selatan 5. Simalungun 6. Medan 7. Karo 8. Nias 9. Tapanuli Utara 10. Pematang Siantar 11. Dairi 12. Tapanuli Tengah 13. Langkat 14. Tanjung Balai 15. Sibolga 16. Tebing Tinggi 17. Binjai
59
b. Komponen National Share untuk masing-masing Kabupaten dan Kota dengan urutan sebagai berikut : 1. Medan 2. Deli serdang 3. Asahan 4. Langkat 5. Simalungun 6. Labuhan Batu 7. Tapanuli Selatan 8. Tapanuli Utara 9. Nias 10. Pematang Siantar 11. Karo 12. Tapanuli Tengah 13. Dairi 14. Tanjung Balai 15. Tebing Tinggi 16. Binjai 17. Sibolga
c. Komponen Net Shift yang menyatakan besarnya penyimpangan dari National Share dalam pertumbuhan suatu sektor ekonomi regional.
1. Positip, di daerah yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dibandingkan dengan perumbuhan sektor tersebut secara nasional meliputi : Asahan Labuhan Batu Deli Serdang Karo Tapanuli Selatan Nias
60
Dairi Sibolga Tapanuli Tengah Tanjung Balai
2. Negatip, di daerah yang tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut secara nasional meliputi : Medan Langkat Simalungun Tapanuli Utara Binjai Tebing Tinggi Pematang Siantar
Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi mana saja yang pertumbuhannya di daerah lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan secara nasional, maka dilakukan perhitungan lanjutan dengan membagi komponen net shift atas proportional shift dan komponen differential shift .
Dari Tabel 4, di bawah ini dapat dilihat bahwa nilai proportional shift dan differential shift yang dicapai oleh masing-masing daerah sangat bervariasi.
Sektor pertanian dan sektor industri memiliki proportional shift positip pada seluruh Kabupaten dan Kota, sedangkan sektor jasa memiliki proportional shift yang negatip. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara berspesialisasi dalam sektor pertanian dan sektor industri yang secara nasional pertumbuhannya lebih cepat. Nilai proportional shift sektor pertanian tertinggi dicapai oleh : Kabupaten Langkat, Simalungun, dan Deli serdang.
61
Tabel 4 : Hasil Perhitungan Komponen Net shift menurut lapangan usaha tahun 1998 harga konstan 1993 Kabupaten/ Kota No (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
(j) (2) Nias Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Labuhan Batu Asahan Simalungun
Proportional Shift Component Mj = {(Eit/Ei0)-(Et/E0) x Eij0} Pertanian Industri Jasa (3) 29611,508 53944,542 1432,623 44564,112 69158,187 67884,934 94774,679
(4) 10773,659 62788,209 10661,577 25245,127 70467,977 26000,635 55188,549
(5) -45652,411 -88354,888 -19099,644 -52883,713 -79824,137 -20325,872 -49996,908
Defferential Shift Component Sj = Eijt – (Eit/Ei0)/Eij0 Pertanian Industri Jasa (E1jt) (E2jt) (E3jt) (6) (7) (8) 400658,360 98306,440 331252,010 700397,020 462572,940 672573,350 219425,580 67610,370 131414,260 573988,6990 171078,820 332040,320 883658,810 731313,550 609928,200 252739,460 36046,350 1399243,240 1251568,370 311033,820 304776,660
62
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Dairi Karo Deli Serdang Langkat Sibolga Tanjung Balai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan
17. Binjai Sumatera Utara
16167,599 30253,478 70870,984 120678,756 4152,549 8407,901 1793,360 1908,424 21234,208373, 585 2897,763 650237,830
4643,156 3107,201 142145,872 40393,383 6079,260 13756,691 51106,775 13732,505 -550462,638
-20325,872 -30889,190 -98416,976 55610,524 -12247,026 -0115,620 -41068,060 -28452,873 289198,100
252739,460 487480,770 1132382,800 1188764,020 68356,440 107082,530 285096,320 27371,210 1186980,330
36046,350 22346,050 971792,350 279364,070 47655,980 78860,310 354748,510 90501,840 3234068,160
139924,240 219722,010 744577,840 335875,500 99724,770 162751,010
15834,999 744464,160
-24131,452 -1394701,991
32680,150 8728815,990
96211,620 5878106,880
164480,760 8472035,460
187232,510
Nilai Proportional Shift Component sektor Industri tertinggi dicapai berturutturut oleh Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Labuhan batu, sedangkan nilai paling rendah dimiliki oleh Kota Sibolga.
63
Nilai Proportional Shift Component positip pada sektor pertanian, industri dan jasa pada seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Hal ini berarti bahwa seluruh Kabupaten dan kota di Propinsi Sumatera Utara mempunyai keuntungan lokasional dalam sektor pertanian, industri dan jasa dibandingkan dengan tingkat nasional. Nilai Defferential Shift Component sektor pertanian tertinggi dicapai berturutturut oleh Kabupaten Simalungun, Langkat dan Kabupaten Asahan, sedangkan nilai paling rendah dimiliki oleh Kota Pematang Siantar.
Nilai Defferential Shift Component sektor industri tertinggi dicapai berturut-turut oleh Kota Medan, Kabupaten Asahan dan Deli Serdang, sedangkan nilai paling rendah dimiliki oleh Kabupaten Dairi.
Nilai Defferential Shift Component sektor jasa tertinggi dicapai berturut-turut oleh Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Asahan, sedangkan nilai paling rendah dimiliki oleh Kabupaten Tapanuli Tengah.
64
TEORI BASIS EKONOMI (ECONOMIC BASE THEORY )
Teori basis ekonomi mengenalisis suatu perbedaan antara produksi industri untuk penduduk kota itu sendiri dan produksi untuk pasar luar negeri. Industriindustri utama itu merupakan industri yang berproduksi untuk ekspor, selama industri itu melayani pasar lokal disebut bukan industri basis.
Usaha yang pertama kali untuk menganalisa struktur industri kota-kota dengan teori ini dilakukan pada tahun 1930-an, dan ide itu diperkenalkan oleh seorang ahli geografi (perhatikan Alexander, 1954; Murphy, 1966). Masalah teknis dengan pemisahan barang-barang yang diekspor dari penjualan lokal dapat diatasi, perhitungan total untuk nilai produksi atau pekerjaan di sektor utama dan sekunder, berturut-turut dapat dihitung untuk beberapa kota atau daerah. Kemudian rasio B/N dapat ditemukan dimana mengambil bentuk 1 : x dimana x merupakan pekerjaan sekunder dibagi oleh pekerjaan primer atau utama. Rasio ini cenderung berada antara 1 : 0,5 dan 1 : 2, dengan kota-kota besar yang mempunyai suatu bentuk yang leih tinggi (bahwa, lebih banyak yang sekunder atau pelayanan kota industri disebabkan kebaikan mereka mencukupi kebutuhan sendiri). Beberapa penulis pernah menindak bahwa rasio ini mempunyai nilai untuk menganalisa interprestasi struktur ekonomi penduduk kota (Alexander, 1954, tetapi yang lainnya telah mengkritik konsep yang pada dasarnya bahwa rasio itu menyulitkan jika tidak mustahil memperolehnya pada pernyataan bahwa dalam banyak kasus tidak tepat, (Blumenfeld, 1955).
B/N Rasio adalah,
gambaran spesialisasi perusahaan dalam kuota yang
terpisah. Tetapi syarat pendekatan minimum dalam teori basis ekonomi, seperti dikembangkan oleh Ullman dan Dacey (1960), adalah seperti ramala
65
perlengkapan dalam berbagai harga. Pendekatan ini berdasarkan pada bagian bahwa dalam banyak kota mempunyai seuah ukuran sebagai syarat minimum untuk setiap perusahaan, dibutuhkan pada kepuasan permintaan wa keleihan ini dapat disamakan dengan basis atau sektor ekspor. Syarat minimum didasarkan atas pengalaman struktur tenaga kerja, administrasi kota dan perusahaan. Ini kemudian adalah syarat minimum walalupun nilai terendah ekstrum mungkin saja terjadi (Alexandersson, 1956).
Faktor utama tenaga kerja, seperti yang diperoleh dari syarat teknik minimum, cenderung meningkat dengan ukuran dari kota. Nilai yang seperti itu ketika bagian total tenaga kerja tidak dalam sektor basis adalah direncanakan dan berlawanan dengan populasi logaritma dari ukuran kelas kota merupakan sebuah hubungan linear dan untuk peningkatan syarat minimum dalam meningkatkan industri perseorangan dengan cara yang sama tabel berikut : Tabel 1 Persentase Tenaga Kerja Dari Berbagai Kegiatan di Kota Dengan Ukuran Kelas Yang Bervariasi di Amerika Serikat, 1950 Ukuran Kelas (Populasi)
Semua Industri
Pabrik
Bangunan
Penjualan & Perdagangan
Lebih 1.000.000
56,7
7,2
4,6
16,9
300.000-800.000
48,6
6,8
4,1
15,6
100.000-150.000
43,1
6,2
3,8
13,5
25.000-40.000
39,8
2,7
3,2
14,9
10.000-12.500
33,2
2,2
2,5
13,0
2.500-3.000
24,0
2,8
1,8
8,6
Sumber : Ullman dan Dacey (1962, 123). Gambar untuk semua industri adalah jumlah dari "syarat minimum" dari
setiap industri perseorangan dan juga tidak berdasarkan ketersediaan Tenaga Kerja. Jumlah untuk setiap ukuran kelas berdasarkan sampel dari 38 kota kecuali yang leih dari 1000000 kategori dimana terdiri dari 14.
66
Pada mulanya hubungan ini telah diakui dan struktur perindustrian sekunder dari sebuah kota dalam berbagai ukuran dapat diperkirakan. Dengan singkat dapat disimpulkan syarat minimum setiap industri dari grafik-grafik atau penggunaan pengukuran regresi dan dikurangi dari angka tenaga kerja sekarang untuk setiap industri dalam kota. Sisanya adalah sektor utama sektor ekspor. Mengapa dasar ekonomi untuk setiap kota terjadi seperti yang diperkirakan, dan perputaran lokasi dapat menyebabkan kota sangat menyimpang dari bentuk ekonomi yang sudah diperkirakan.
Syarat minimum yang seharusnya dikaji dari perkiraan minimum; kota-kota tidak penting bersyarat jumlah khusus dari tiap industri, walaupun penelitian mungkin menyarankan jumlah minimum yang pasti dapat diperkirakan. Jika hal itu mungkin meliputi masalah-masalah operasional yang sulit, teori basis ekonomi
dapat
membantu
menjelaskan
letak
industri
dengan
mengidentifikasikan struktur perindustrian suatu unsur kota yang berproduksi. Sektor sekunder yang dapat diterapkan sebagai jawaban terhadap kenaikan permintaan internal, di samping surplus yang dapata diperbesar dalam hubungannya dengan beberapa cabang industri, menunjukkan bahwa kegiatan dalam kota memproduksi barang untuk dijual keluar. Industri-industri ekspor kemudian dapat dikuasai untuk analisa leih lanjut untuk mengetahui mengapa hal itu terjadi dalam tempat yang berbeda.
Pendekatan
lain
berhubungan
dengan
teori
basis
ekonomi,
adalah
pembangunan berdasarkan pengalaman dengan melihat hubungan antara struktur industri dan ukuran kota. Hal ini termasuk dalam pendekatan dengan syarat minimum dan telah dipakai lebih jauh oleh beberapa penelitian. Seperti, Czamaski (1964-1965) telah mencoba mengembangkan suatu teori lokasi
industri
dan
pertumbuhan
perpindahan
penduduk,
yang
akan
memungkinkan jmlah industri dari jenis yang berbeda. Diperkirakannya untuk 67
satu kota dari ukuran yang diberikan, dengan parameter modelnya berdasar pengalaman dari study struktur perindustrian dari lebih 200 kota di Amerika. Stafford (1966), kemungkinan dari studi struktur perindustrian di Illionis telah menunjukkan bahwa kemungkinan dari penemuan sebuah jenis industri dalam suatu daerah berhubungan langsung dengan jumlah penduduk daerah tersebut; pabrik-pabrik rokok, alat-alat optik dan bermacam permata yang lebi cocok yang didapat di Chicago daripada kota-kota dibagian Selatan Illionis.
Dalam teori basis ekonomi disimpulan beberapa tingkat keteraturan dalam hubungan antara ukuran kota dan
aspek-aspek tertentu dari struktur
perindustriannya. Dalam pendekanan hubungan antara letak industri dan ukuran kota, bobot yang tidak pantas dibutuhkan pada satu faktor yang sederhana, dimana terdapat dalam setiap keadaan yang sebagian besar sebagai pengganti pasar. Meskipun demikian, teori basis ekonomi telah digunakan sepenuhnya secara terus-menerus dalam penelitian, terutama sebagai alat untuk meramal pengaruh pembangunan perindustrian yang baru.
Teori basis ekonomi secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut :
T = k B atau Y = k E, dimana : T = total employment Y = total income B = basaic (export) employment E = export earning k = export base multiplier = perubahan
68
Dari pandang sudut lain, maka teori basis ekonomi menurut Tiebout dapat dijabarkan seperti tertera dibawah ini
Tiebout’s Model Simple economic base equation
change in total
Where :
or :
base multiplier
=
Yt Yb Yn M
= = = =
Δ
= change in ….
X
change in basic
total income basic income non basic income multiplier
Δ Yt = M . Δ Yb
Base Multiplier
M
=
=
Yt Yb
=
1
= Yt Yn –
Yt M
= _-
Yt Yb
=
Total income Basic income
1 Yb Yt 1 = Yt Yn Yt Yt
Yn Yt 69
Δ Yt = M . Δ Yb
Δ Yt
1
=
.
Δ Yb
1 - Yn Yt
or :
Change in = Total Income
1 non basic income
1 - Total Income
·
Change in Basic Income
Tiebout `s model with three sectors
Yt = E + Ir + Cr Where : E = Income from the region’s exports (Yb) Ir = Income from the investment in the region (Yb) Cr = Income from consumption expenditures in region ( Yn )
Δ Yt = Δ E + Δ Ir + Δ Cr
Yb = E + Ir Yb = Δ E + Δ Ir
70
= Δ (E + Ir)
( Pendapatan dari ekspor dan investasi dalam region dibelanjakan terhadap konsumsi lokal )
Yn = Cr = Yt (PCr) (PCr
Yr)
Dimana : PCr
= Proportion of total income that is spent on consumption in the region
PCr
Yr = proportion of regional consumption expenditures that becomes income in the region.
M =
1 Yn Yt 1
M = 1-
=
Yt (PCr) (PCr Yt
1 - (PCr) (PCr
Yr)
Yr)
Simple economic base equation
Δ Yt =
Δ Yb
1-
. ;
Δ Yb = Δ (E + Ir)
Yn Yt
71
Economic base equation with three sectors
1 Δ Yt =
1 - (PCr) (PCr
Δ ( E + Ir) Yr)
Kondisi masing-masing wilayah menunjukkan variasi yang berbeda-beda. Sebagian wilayah relatif lebih makmur bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Factor utama yang mendasari pedoman ini adalah struktur perekonomian daerah yang bersangkutan. Tetapi ada hakekatnya kondisi tersebut tidak statis, dan kemakmurannya akan mengalami perubahan sesuai dengan kemampuan wilayah yang bersangkutan untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan permintaan (Glasson, 1997 ). Dalam konteks ilmu ekonomi regional, terdapat berbagai teori yang merupakan pertumbuhan regional atau perubahan-perubahan kondisi perokonomian suatu daerah. Salah satu konsep yang digunakan untuk menganalisa pertumbuhan regional adalah teori basis ekonomi (economic base theory).
Secara umum dan sederhana, basis ekonomi wilayah diartikan sebagai sector atau sector-sektor ekonomi yang aktivitasnya menyebabkan suatu wilayah itu tetap hidup, tumbuh dan berkembang, atau sector ekonomi yang pokok di suatu wilayah yang dapat menghidupi wilayah tersebut beserta masyarakatnya. Sedangkan menurut teori basis ekonomi, pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah tergantung kepada adanya permintaan dari luar terhadap produksi wilayah tersebut, sehingga perekonomian wilayah dibagi menjadi
72
sector basis atau basis ekspor dan sector non basis. Sector basis yang mengekspor produksinya keluar wilayah disebut basis ekonomi. Apabila permintaan dari luar wilayah terhadap sector basis meningkat, maka sector basis tersebut berkembang, dan pada gilirannya dapat membangkitkan pertumbuhan dan perkembangan sector-sektor non basis didalam wilayah yang bersangkutan, sehingga akhirnya mengakibatkan berkembangnya wilayah yang bersangkutan (Bendavid-Vall, 1991).
Teori basis ekonomi (Economic Base Theory) pendekatan
yang
bertujuan
untuk
adalah salah satu teori atau
menjelaskan
perkembangan
dan
pertumbuhan wilayah. Ide pokoknya adalah beberapa aktivitas ekonomi di dalam suatu wilayah secara khusus merupakan aktivitas-aktivitas basis ekonomi, yaitu dalam arti pertumbuhannya
memimpin dan menentukan
perkembangan wilayah secara keseluruhan, sementara aktivitas-aktivitas lainnya yang non basis adalah secara sederhana merupakan konsekuensi dari keseluruhan perkembangan wilayah tersebut (Hoover and Giarratani, 1984). Dengan demikian perekonomian wilayah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas-aktivitas basis dan aktivitas-aktivitas bukan basis atau non basis. Glason
(1978) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas basis adalah aktivitas-
aktivitas yang mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ketempat-tempat di luar batas-batas perekonomian wilayah yang bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa mereka kepada orang-orang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat
yang
bersangkutan. Sedangkan
aktivitas-aktivitas non basis adalah aktivitas-aktivitas yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal didalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Ruang lingkup produksi dan daerah pasar sector non basis terutama adalah wilayah
73
yang bersangkutan. Ruang lingkupproduksi dan daerah pasar sector non basis terutama adalah wilayah yang bersangkutan atau bersifat lokal.
Inti dari teori basis ekonomi adalah proposisinya yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah pada akhirnya tergantung kepada permintaan ( demand ) dari luar tehadap produk-produknya. Suatu daerah tumbuh atau
menurun , serta tingkat perkembangannya ditentukan oleh aktivitas basisnya sebagai pengekspor tehadap daerah-daerah lain. Produk-produk daerah yang di ekspor ke daerah-daerah lain bisa berbentuk barang-barang dan jasa-jasa, termasuk tenaga kerja yang mengalir ke luar daerah, atau dalam bentuk bahan-bahan dagangan yang dibeli oleh orang-orang di luar daerah yang bersangkutan. Dalam bahasan teori basis ekspor, aktivitas-aktivitas atau industri-industri yang mengekspor ke daerah lain merupakan basis ekonomi atau sektor basis dari daerah yang bersangkutan. Bila permintaan terhadap ekspor daerah tersebut meningkat, maka sector basis tersebut akan berkembang. Hal ini pada gilirannya akan mendorong suatu perluasan di dalam aktivitas-aktivitas pendukung sector non basis. Fenomena inilah yang menjadi pokok perhatian penting dari analisis teori basis ekonomi.
Teori basis ekonomi menjelaskan pentingnya basis ekspor atau sector-sektor ekspor sebagai factor yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Tahapan perkembangan suatu daerah menurut North (1955) adalah sebagai berikut : 1. Tahap pertama adalah tahap dimana perekonomian daerah bersifat memproduksi untuk keperluan sendiri ( self sufficient economy ), dimana investasi dan perdagangan masih terbatas.
74
2. Tahap kedua terdapat perkembangan dalam jaringan pengangkutan yang membangkitkan perkembangan pedagangan dan spesialisasi. 3. Tahap ketiga terjadi perubahan pada corak komoditas pertanian yang di produksi yang dibutuhkan oleh pasar. 4. Pada tahap keempat terjadi pertambahan penduduk yang sangat pesat dan laju peningkatan produksi pertanian dan industri ekstrak yang semakin menurun ( diminishing returns) dan mendorong daerah untuk melakukan industrialisasi. 5. Pada tahap terakhir, pembangunan daerah diciptakan oleh adanya spesialisasi dalam mengekspor modal, tenaga ahli dan beberapa jasa khusus lainnya.
Menurut North tahap-tahap perkembangan wilayah tersebut tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi wilayah di Amerika. Terdapat dua kelemahan penting pada tahap-tahap perkembangan tersebut. Pertama, tahap-tahap tersebut
tidak
mencerminkan
pertumbuhan
yang
sebenarnya
berlaku
diberbagai wilayah dan tidak dapat menunjukkan factor-faktor yang dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi wilayah, padahal teori pengembangan wilayah memerlukan analisis mengenai hal ini. Kedua, untuk menganalisis sebab-sebab dari terciptanya perkembangan wilayah, teori mengenai tahaptahap perkembangn wilayah tersebut kurang berguna, karena membuat penekanan yang salah dalam menganalisis peranan maupun kendala-kendala dalam industrialisasi.
Sebagai alternatif, North selanjutnya mengemukakan teorinya mengenai peranan ekspor atau teori basis ekspor (Export Base Theory). Menurut teori ini, sector ekspor penting sekali peranannya dalam pengembangan wilayah karena
75
sector
tersebut
dapat
memberikan
dua
sumbangan
penting
kepada
perekonomian suatu wilayah. Pertama, ekspor akan secara langsung menimbulkan kenaikan pada pendapatan factor-faktor produksi wilayah dan pendapatan wilayah. Dan yang kedua, perkembangan ekspor akan menciptakan permintaan atas produksi industri local atau non basis industries), yaitu
(residentiary
industri-industri di wilayah yang bersangkutan yang
produksinya untuk memenuhi pasar local. Disamping menunjukkan peranan sector ekspor, North juga menganalisis sebab-sebab dari perkembangan wilayah
serta
perkembangan
selanjutnya.
North
berkeyakinan
bahwa
perkembangan-perkembangan tersebut terutama diakibatkan oleh bertambah baiknya kedudukan ekspor wilayah dipasaran diluar wilayahnya, serta dapat menandingi dengan lebih baik barang-barang ekspor yang sama atau sejenis yang berasal dari wilayah lain. Dengan demikian, jelas sekali bahwa basis ekspor memainkan peranan yang vital didalam menentukan tingkat pendapatan yang absolut dan pendapatan per kapita suatu wilayah (North, 1955 dalam Friedman dan Alonso, 1965). Teori basis ekspor merupakan bentuk model pendapatan wilayah yang paling sederhana (Richardson, 1975). Pentingnya teori ini terletak pada kenyataan bahwa ia memberikan kerangka teoritik bagi banyak studi
multiplier
(Pengganda) wilayah secara empiris. Asumsi pokok dari teori ini adalah bahwa ekspor merukan satu-satunya unsure otonom dalam pengeluaran, dan komponen pengeluaran lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan.
Konsep multiplier didasarkan pada perputaran uang dan pendapatan dalam suatu system kota atau wilayah. Uang mengalir dari suatu kota sebagai pengembalian dari penjualan. Pada waktu yang sama, uang mengalir keluar kota misalnya
sebagai upah buruh dari luar daerah. Perputaran uang ini
76
berhubungan dengan pembelian barang dan jasa dari daerah lain yang erat kaitannya dengan aktivitas sector ekonomi tertentu.
Jika diasumsikan dalam waktu tertentu pendapatan dan pengeluaran berada dalam keadaan seimbang, konsep multiplier dapat diilustrasikan sebagai berikut: “misalkan ada tiga jenis induatri dalam suatu wilayah. Industri A
membutuhkan input dari induatri B sebesar 75, dan dari industri C sebesar 25. Demikian pula industri B membutuhkan input dari industri A dan C, dan seterusnya. Jika terjadi kenaikan permintaan pada industri A, maka terjadi peningkatan industri A, B, dan C”. Peningkatan pada industri A disebu t sebagai
pengaruh lalngsung atau direct effect, peningkatan produksi industri B dan C disebut pengaruh tidak langsung atau indirect effect. Rasio antara total effect dengan kenaikan permintaan mula-mula dikenal dengan eksport multiplier (Edgar M. Hoover, 1975).
Efek multiplier tidak mengganda terus menerus tanpa batas, tetapi semakin lama nilainya semakin kecil. Alasan ini ditunjukkan dengan adanya kebocoran dalam system ekonomi regional. Adanya uang yang mengalir keluar masuk wilalyah dengan bebas, turut mempengaruhi besarnya kebocoran ini.
Ada tiga efek multiplier yang dihasilkan dalam suatu system perekonomian yaitu pengaruh langsung (direct multiplier), pengaruh tidak langsung (indirect multiplier), dan total effect. Yang dimaksud dengan pengaruh lalngsung yaitu
pengaruh yang ditimbulkan terhadap suatu sector secara langsung yaitu pengaruh kenaikan permintaan terhadap sector itu sendiri. Pengaruh tidak langsung yaitu pengaruh yang ditimbulkan terhadap sector lain akibat kenaikan
77
permintaan disuatu sector. Jumlah dari kedua pengaruh ini dinamakan pengaruh total (Herawati, 1993).
Apabila aktivitas-aktivitas atau sector basis telah dapat diidentifikasi, maka kemudian suatu penjelasan tentang pertumbuhan wilayah, dapat terdiri dari dua bagian (Hoover dan Giarratani, 1984) yaitu: 1). Penjelasan tentang aktivitas-aktivitas atau sector basis, dan 2). Gambaran tentang proses-proses bagaimana aktivitas-aktivitas basis di suatu wilayah dapat menyebabkan berkembangnya aktivitas-aktivitas non basis. Selanjutnya sikemukakan bahwa suatu studi tentang basis ekonomi suatu wilayah pada umumnya bertujuan untuk: 1). Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas ekspor, 2). Memperkirakan dengan beberapa cara berbagai kemungkinan pertumbuhan dari aktivitasaktivitas tersebut, dan 3). Mengkaji dampak aktivitas ekspor terhadap aktivitas-aktivitas lainnya (non basis) didalam wilayah tersebut.
Menurut
Hoover,
1977
kegiatan
basis
merupakan
kegiatan
yang
pertumbuhannya akan mendorong dan menentukan pola pembangunan daerah secara keseluruhan, sedangkan kegiatan non basis merupakan kegiatan yang perkembangannya diakibatkan oleh pembangunandaerah secara keseluruhan. Menurutnya teori ekonomi basis dapat berfungsi untuk melihat peranan suatu sector didalam perekonomian suatu daerah, baik dalam efek tenaga kerja maupun efek pendapatan, yaitu dengan cara menentukan apakah sector itu merupakan sector basis atau bukan. Disamping itu, ekonomi basis dapat digunakan untuk: 1). Mengidentifikasi kegiatan daerah yang bersifatk ekspor, 2). Meramal pertumbuhan yang mungkin terjadi dalam aktivitas basis, dan 3). Mengevaluasi pengaruh kegiatan ekspor tambahan terhadap kegiatan bukan basis.
78
Teori basis ekonomi menganalisis perubahan suatu wilayah yang diakibatkan oleh ekspor pada kondisi statis pada jangka pendek (short run), sedangkan penerapannya pada kondisi dinamis dalam jangka panjang (long run) dijelaskan oleh teori basis ekspor yang dikemukakan oleh North dalam Glasson (1977). Menurut teori ini, pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi sumberdaya dan pertumbuhan basis ekspor yang sangat dipengaruhi oleh permintaan eksternal dari wilayah lain (external demand). North juga menganalisa timbulnya perkembangan di suatu wilayah dan perkembangan selanjutnya dari wilayah tersebut terutama diakibatkan oleh bertambah baiknya kedudukan ekspor pada pasar diluar wilayah dan kemampuannya untuk bersaing dengan ekspor yang sama atau sejenis dari wilayah lain.
Meningkatnya kegiatan basis di dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan kedalam wilayah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa di dalamnya, menimbulkan volume kegiatan non basis. Peningkatan kegiatan basis disebabkan oleh: a). perkembangan jaringan pengangkutan dan komunikasi, b). perkembangan pendapatan atau permintaan dari luar wilayah, dan c). perkembangan teknologi dan usaha-usaha pemerintah pusat atau daerah setempat untuk mengembangkan prasarana social ekonomi. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk kedalam wilayah yang bersangkutan dan turunya permintaan terhadap produk dari kegiatan non basis. Pengurangan ini disebabkan oleh: a). penurunan permintaan dari luar wilayah, b). kehabisan sumberdaya alam, c). perubahan teknologi yang menyebabkan perubahan dalam pengunaan input. Dengan dengan demikian, kegiatan sector basis mempunyai peranan sebagai penggerak pertama (prime mover role), dimana setiap perubahan dalam kegiatan
79
ekonomi tersebut akan mempunyai efek pengganda terhadap perubahan perekonomian wilayah.
Keterbatasan pendekatan teori basis ekonomi adalah diabaikannya variabel otonom lain selain ekspor, misalnya diabaikannya perubahan/kemajuan teknik dan investasi atau kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan wilayah. Asumsi bahwa ekspor ditentukan secara eksogen atau permintaan external, sedangkan dilain pihak telah diketahui bahwa di dalam perdagangan interregional tingkat ekspor juga ditentukan oleh fungsi impor dari wilayah-wilayah lalin (Richardson, 1975).
Aktivitas-aktivitas ekspor wilayah dapat ditentukan dengan berbagai cara. Salah satu pendekatan yang paling sederhana untuk mengetahui aktivitasaktivitas di dalam wilayah yang memproduksi sebagian untuk ekspor dan sebagian untuk pasar local, serta memperkirakan berapa banyak aktivitas itu untuk di ekspor, adalah Location Quetioent (Hoover dan Giarratani, 1984). Location Quetioent adalah yang paling lazim dipergunakan dalam studi-studi basis ekonomi (Richardson, 1975). Location Quetioent adalah satu alat untuk mengukur spesialisasi relatif suatu wilayah di dalam kategori-kategori industri atau sector terpilih (Bendavid-Vahl, 1991), serta untuk membandingkan proporsi aktivitas tertentu di dalam suatu wilayah dengan proporsi agregat basisnya di wilayah acuan (Isard, 1960).
Di atas permukaan, langkah-langkah studi tentang basis ekonomi nampak relatif sederhana. Pertama, satu unit pengukuran dipilih. Kemudian, diidentifikasi aktivitas-aktivitas basis ekonomi atau sector basis dan sector non basis, serta kesempatan atau tenaga kerja pendapatan dari tiap sector
80
ditabulasi. Setelah hal ini dilakukan, maka nisbah basis dan pengganda basis dapat dihitung seperti diuraikan sebelumnya.
Apabila dilakukan dengan hati-hati serta hasilnya diintreprestasikan dengan baik, studi basis ekonomi wilayah dapat digunakan sebagai suatu alat yang sangat bermanfaat untuk mengeksplorasi, mengevaluasi, dan membuat perkiraan-perkiraan
kasar
tentang
berbagai
kecenderungan
di
dalam
pertumbuhan dan perkembangan wilayah, kesempatan kerja dan pendapatan wilayah serta aspek-aspek lain dari wilayah, yang penting dalam analisis dan pengembangan wilayah. Agar studi basis ekonomi relevan, maka teori basis ekonomi perlu dianggap
sebagai satu cara yang layak untuk menjalankan
bagian utama dari pertumbuhan ekonomi wilayah.
Berbagai metode dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis dan bukan basis. Ricgardson (1977) mengemukakan bahwa menentukan kegiatan basis dan bukan basis digunakan metode langsung untuk mengetahui sector mana yang merupakan sector basis. Metode ini dapat menentukan sector basis yang tepat dan memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Sehingga sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode tidak langsung, yaitu: 1). Metode arbiter, 2). Metode Location Quatient (LQ), dan 3). Metode kebutuhan minimum. Dari ketiga metode tersebut Glason (1977) menyarankan metode LQ dalam menentukan kegiatan basis dan non basis.
Menurut Kadariah (1985), LQ merupakan teknik analisa yang tergolong sederhana dan menentukan atau memilih kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan di suatu wilayah, atau dalam menentukan lokasi dalam suatu kegiatan ekonomi. Menurutnya dasar ukuran penggolongan tersebut dapat
81
berbeda, sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penggolongan. Jika tujuan penggolongan adalah untuk mencari kegiatan ekonomi yang dapat memberikan kesempatan kerja sebanyak-banyaknya maka yang digunakan sebagai dasar ukuran adalah jumlah karyawan atau tenaga kerja. Tetapi jika dianggap penting adalah peningkatan pendapatan regional, maka pendapatan atau value added
digunakan sebagai ukuran, sedangkan jika hasil produksi yang
dipentingkan maka dasar ukuran yang digunakan adalah tingkat produksi.
Kelebihan dari konsep basis ekonomi adalah cukup mudah diharapkan, dapat menganalisa struktur perekonomian dan dapat memberikan peramalan pertumbuhan suatu wilayah. Sedangkan kelemahankonsep basis ekonomi ini meliputi : a). Perubahan utnuk lokasi harus disesuaikan dengan penentuan kegiatn basis dan non basis, b). perubahan arus pemasukan modal, seperti investasi pemerintah pusat dapat mengurangi peranan sector basis, c). kebocoran wilayah berupa tabungan dan pajak dapat mengurangi peranan sector basis, d). pertumbuhan suatu wilayah dapat terjadi bukan karena ekspor (kegiatan basis), tetapi juga oleh investasi besar-besaran pemerintah pusat, migrasi substitusi impor dan peningkatan efisiensi pensuplai local, dan e). konsep basis tidak dapat menjelaskan tingkat keseimbangan pertumbuhan antar wilayah dan hubungan antar tingkat pendapatan dan kapasitas ekspor.
82
83
TEORI LOKASI INDUSTRI Pendekatan Geografi
Para ahli Geografi cenderung untuk meneliti secara empiris tentang dunia nyata dan terbatas sumbangannya untuk teori Lokasi Industri. Penelitian para ahli telah memberikan sumbangan yang besar dalam Ilmu Pengetahuan tentang kekhususan lokasi sebuah industri. Tetapi
banyak permasalahan
geografis dalam membuat kerangka lokasi karena hubungan yang sulit dan konteks mengenai ruang (space). walaupun semakin banyak ahli yang telah merumuskan formulasi tentang posisi dasar sebagai tujuan utama mereka.
Berbagai Penelitian Teori lokasi oleh para ahli telah banyak dilakukan untuk memberikan suatu konstribusi dan yang berhubungan dengan pengetahuan umum tentang lokasi industri. Dalam perkembangannya teori geografi berhubungan dengan beberapa masalah tentang tata letak pemukiman, penyebaran, keterkaitan ruang dan lokasi dari kegiatan ekonomi, yang pada akhirnya berhubungan erat dengan lokasi industri.
84
PENDEKATAN GEOGRAFIS Hingga tahun 1950, banyak para Ahli Geografi membahas permasalahan secara teoritis. Mereka secara umum menerangkan lokasi industri sebagai suatu tanggapan terhadap lingkungan hidup, atau dengan menggambarkan perubahan sejarah.
Kebanyakan
para
ahli
mengetahui
pengaruh
bahan
baku,
pengangkutan, tenaga kerja, pasar dan yang lain, tetapi hanya sedikit yang mengerti bagaimana pengaruh dari faktor-faktor tersebut. Penemuan pada tahap awal (terutama sekali dalam suatu dampak lingkungan) biasanya dibatasi dengan kuat dalam fasilitas mereka dan kejadian yang sangat keliru, kontribusi mereka dihadapkan pada suatu teori atau prinsip dari tata letak perusahaan yang diizinkan.
Salah satu dari beberapa pendapat ahli geografi dalam hal masalah lokasi adalah Richard Harsthorme (1926-1927). Kemudian muncul pandangan yang revolusioner tentang faktor-faktor lokasi yang relatif berpengaruh dalam kegiatan ekonomi yaitu faktor-faktor fisik seperti permukaan tanah dan iklim yang mempunyai pengaruh berbeda-beda terhadap lokasi industri.
Konsep teori geografi yang pertama tentang teori lokasi dikemukakan oleh Walter Christaller (1993) dengan konsepnya tentang teori tata letak pusat. Christaller pada awalnya tidak tertarik pada lokasi industri apalagi tentang geografi, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah yang menentukan ukuran distribusi dari daerah dan kota-kota. Christaller menarik kesimpulan tentang pola umum geometris dari tempat pusat (pelayanan pusat) dan daerah-daerah yang diinginkan.
85
Walaupun kurang dalam beberapa elemen tetapi telah banyak memberikan manfaat. Model Christaller yang umum diketahui adalah pernyataan formal tentang perencanaan kota seperti pusat pelayanan dalam kondisi yang lebih sederhana. Ini adalah paduan kegunaan untuk pola yang mungkin dapat digunakan oleh industri pabrik dalam situasi permintaan yang khusus. Kekuatan lokasi dan pelayanan pasar suatu daerah yang luas, tetapi pengembangan dari konsentrasi industri dan pengelompokkan industri sangat penting yang merupakan bagian industri modern dunia. Teori pusat lokasi adalah sebuah teori dari aktivitas lokasi yang pertama. Berry dan Pred (1961) mempunyai anggapan bahwa hal itu relevan untuk industri pabrik sebagai suatu kasus yang khusus, yang kemudian dapat dituangkan dalam suatu keadaan pasar yang lebih khusus.
Sebagian besar dari pelaku geografis ekonomi sering meragukan tentang ide-ide status mereka mengenai lokasi industri sebagai suatu peraturan yang sah atau peraturan-peraturan umum. George Renner (1947, 1950) mengklasifikasikan bahwa industri dimasukkan ke dalam kegiatan ekstraktip, reproduktip, pabrikatip dan fasilitatip. Industri membutuhkan bahan baku, pasar, tenaga kerja, energi, modal dan transportasi.
Sebuah industri cenderung dialokasikan pada suatu posisi dimana tersedia jalan masuk yang optimum untuk bahan-bahan ini atau bagian-bagian komponen. Jika semua elemen-elemen komponen berdekatan, maka lokasi industri itu telah ditetapkan sebelumnya. Industri juga berlokasi agar lebih mudah memperoleh sumber-sumber itu dengan lebih murah untuk pengangkutan karena
menjadi faktor yang menentukan lokasi industri. Prinsip ini
diaplikasikan lebih umum dan dioperasikan dalam cara yang berbeda .
86
Banyak industri cenderung dialokasikan pada sebuah posisi keuntungan optimum dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini : a. Bahan baku b.Pasar, dimana dilakukan proses-proses pengepakan, pengawetan, atau dimana produk ini adalah sebagai subjek atau berubah dengan cepat dalam gaya desain dan karakter teknologi. c. Energi, dimana nilai energi mekanis pemrosesan adalah sama dengan biaya total. d. Tenaga kerja, dimana hal ini mencakup upah untuk keahlian tertentu.
Renner memperhitungkan keuntungan industri-industri tidak selalu berlaku bersama.
87
RAWSTRONS' THREE PRINCIPLES (TIGA PRINSIP RAWSTRON) Satu dari sumbangan geografis yang terpenting terhadap pengertian umum dari letak industri dijumpai dalam karangan singkat oleh E.M. Rawstron (1958). Pendekatannya langsung berusaha untuk mengetahui apakah tingkat pemilian letak industri dibatasi jika kelangsngan hidup perekonomian dapat dicapai dan bagaimana pembatasan ini diterapkan. Tiga prinsip dari letak industri adalah Pembatasan Fisik, Pembatasan Ekonomi dan Batasan Teknik. Hal itu adalah unsur ekonomi dalam penerapannya, tetapi hanya yang kedua yang mendomonasi perekonomian dalam rumusannya.
Prinsip pembatasan ekonomi yang menyebabkan sumbangan Rowstron sama seperti pandangan yang telah ada. Pendekatan nya meliputi struktur biaya industri dan perwujudan konsep jarak ruang terhadap keuntungan dimana biaya-biaya terlalu besar karena industri yang secara ekonomis berjalan. Rowstron menetapkan npengeluaran pada buruh, bahan baku, tanah pemasaran dan modal sebagai komponen dan struktur biaya perusahaan. Tidak seperti penulis-penulis lainnya, dia tidak menyatakan transport sebagai suatu pemisahan faktor biaya, tetapi menggambarkannya sebaai sumbangan terhadap variasi jarak ruang dalam biaya dari perkiraan-perkiraan lain. Pengeluaranpengeluaran pada setiap komponen akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain dan jumlah peningkatan biaya semata-mata dari pemilihan lokasi disebut sebagai p;enempatan biaya.
Penempatan elemen-elemen dalam struktur biaya dijelaskan pada gambar berikut; Tiga bagan (A, B dan C) pada tiga letak yang berbeda memerlukan jumlah yang sama dari buruh, bahan baku, tanah, pemasaran dan modal,
88
tetapi biaya-biaya dari maskan-masukan ini berbeda dengan letak. Misalnya, biayanya lebih penting dari buruh di B kemudian A, dan bahan baku lebih mahal di C daripada di 2 bagian lainnya.
Variasi dalam biaya produksi menentukan batas pajak atau keuntungan bersih. Penentuan daerah dimana operasi dapat dijalankan adalah langkah yang tepat. Keuntungan yang timbul dari variasi biaya total, tetapi dalam keadaan nyata hal ini mungkin menimbulkan akibat sebagai pencerminan biaya dari satu komponen yang menunjukkan pentingnya biaya variasi dari tempat ke tempat lainnya.
Ketiga prinsip dari pembatasan teknologi meliputi dampak batasan tekknologi pada lokasi. Seandainya seeorang industri awam diketahui bahwa usahanya akan membutuhkan perubahan kemajuan lokasinya, tetapi apada perbaikan teknologi, lokasi ekonomi mungkin menjadi hal yang penting. Dalam hal ini dampak perubahan teknologi adalah melalui beberapa perubahan yang biasa atau biaya input dan ini dapat dianalisis dalam kerangka kerja prinsip kedua.
Secara implisit ide Rawstron tentang peleltakan dasar atau lokasi adalah konsep yang penting faktor lokasi atau komponen struktur biaya, akan dikenakan tahap pilih yang sempat diganti dengan menghapus faktor letak atau daerah, yang mana faktornya lebih memungkinkan.
Sebuah lokasi pembangkit listrik di Midland England (Rawstron, 1951, 1954, 1966) harus memenuhi beberapa persyaratan. Syarat dasar dari indistri ini adalah pasar, harga batu-bata, luas letak, penjualan tanah, air dan rel. Pasar adalah faktor yang paling sedikit menentkan, sejak perlistrikan nasional pindah memngkinkan peletakan lokasi sesungguhnya dimana saja sama. Batasan berikutnya adalah kebutuhan akan batu bara, dimana rata-rata stasiun 89
pembangkit itu pasti terletak atau dekat dengan sumber batu bara, biaya setengah lebih murah pada sumber batu bara di Britian, Nottinghamshire mempunyai keuntngan yang lebih spesial dalam penentuan lokasi industri.
Tiga faktor pemilihan yang berikutnya adalah : kebutuhan akan kualitas air, disarankan sebaikya terletak di sebelah sungai; menghadapi banjir disediakan letak lapangan yang luas dalam beberapa tempat, kerikil , tambang batu bara dapat digunakan dan rute rel adalah faktor yang terakhir. Dalam gambar terlihat seluruh stasiun pembangkit menempati posisi di pinggir sungai.
Ide ini tidak dapat digunakan kepada setiap industri dalam penggunaan berbagai cara. Tetapi hal ini dapat dibantu faktor penting lainnya. Dalam beberapa contoh, dimana data biaya tidak tersedia atau tidak tepat, pendekatan ini mungkin untuk memperoleh sebuah evaluasi yang biaksana dari dampak variabel yang berbeda.
Kontribusi Rawstron tentang keadaan alam mengenai lokasi industri demikian sangat berharga. Dalam penekanan struktur biaya yang penting dia menggunakan hal-hal yang mendasar yang merupakan pendekatan yang tidak langsung dan dengan diperkenalkannya konsep keuntungan spatial. Untuk lebih jelasnya mengenai letak industri dapat kita lihat pada gambar berikut ini.
90
Teori Lokasi Industri
Exposed coalfield
Power
stations / Railroads
River
Limit of concealed coalfield
Sudah sering diletakkan sebagai pengembangan pencegahan dari jenis teori yang dapat menyesuaikan dengan pengamatan empiris. Dengan sempurna diinformasikan, bahwa secara rasional dan optimal berlaku dalam analisa ekonomi, termasuk teori lokasi, meskipun orang-orang bertindak dengan pengetahuan yang tidak sempurna dan sering pengajaran akan hadir sebagai akhir sebagian non material.
Pada
tahun
terakhir
pandangan
lokasi
lingkungan/tingkah
laku
yang
menekankan sifat keputusan manusia yang sub-optimal telah menjadi dasar, pernyataan seksama hingga kini melalui
Allan Pred (1967, 1969). Manusia
sebagai pemilik, baik pengetahuan terbatas maupun tidak terbatas untuk menggunakannya, setiap keputusan "space" dipandang sebagai kejadian pada keadaan perubahan informasi dan kemampuan, pengurutan, sediktinya secara 91
teoritis, dari nol terhadap pengetahuan sempurna dari semua alternatif, dan diperintahkan melalui kemampuan perubahan (dan juga tujuan) dari pembuat keputusan (Pred, Matriks kelakuan) Posisi terhadap kanan bawah dari matriks itu menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik demikian juga kemampuan yang untuk menggunakannya, dan akan ada tingkat kemampuan yang tinggi dari pilihan lokasi yang baik. Sebagaimana pengetahuan dan kemampuan meningkat terhadap puncak kiri matriks, kemungkinan karena pengetahuan dan kemampuan yang baik dari lokasi (walaupun mereka membuatnya sangat mungkin), hanya satu kesempatan luar bahwa perusahaan dan pengetahuan sedikit dari alternatif dan manajemen dapat menjadi cukup beruntung untuk menciptakan keputusan yang baik.
92
Matrik Prilaku Kemampuan menggunakan Informasi
Quantity and Quality of Information
B11
B12
B13
B14
B1n
B21
B22
B23
B24
B2n
B31
B32
B33
B34
B3n
B41
B42
B43
B44
B4n
Gambar …. Matriks Kelakuan (Sumber, Pred, 1967, 24, Bab 1)
Matriks kelakuan merupakan sebagian alat interprestasitif pola lokasi yang dihasilkan oleh model deterministik yang didasarkan pada asumsi ekonomi. Variasi dalam informasi yang ada pada pembuat keputusan individu dalam kemampuan
mereka
untuk
menggunakannya
membantu
menerangkan
keberadaan yang serempak dari elemen berlebih dan tidak berlebih dalam distribusi renggang. Argumen ialah elemen yang teratur dari hasil keputusan umumnya, tetapi mungkin sempurna sesuai dengan teori jenis deterministrik (yaitu, keputusan dekat-optimal dibuat dari satu posisi terhadap kanan bawah dari matriks). Elemen yang berlebih merefeksikan pilihan yang dibuat dari satu posisi informasi yang lebih terbatas atau kemampuan untuk menggunakannya,
93
yang cenderung untuk berangkat dengan makna dari jumlah maksimum secara ekonomis.
Pred menerapkan konsep matriks tingkah laku kepada interprestasi pola penggunaan tanah pertanian dan distribusi pusat lokasi demikian juga kepada lokasi industri. Pendekatannya diilustrasikan dengan sederhana dalam diagram yang menghubungkan lokasi khusus dalam situasi terhadap posisi perusahaan didalam matriks. Dalam ilustrasi ini tidak tiga daerah berada pada operasi yang menguntungkan dari beberapa kegiatan industri adalah mungkin. Daerah ini diikat dengan sisi yang renggang dikenalkan pada bagian 7.3 (Rawstron, 1958b); Smith, 1966 dan masing-masing mengandung satu lokasi yang maksimum yang dirancang 0. Lokasi 13 perusahaan imajiner ditunjukkan dengan titik, masing-masing yang dihubungkan dengan jalur untuk sel dalam matriks kelakuan yang sebaiknya meringkas informasi hipotesis perusahaan dan kemampuan tiga ada pasa lokasi ekstramarjinal (tidak beruntung) dan yang lain dengan satu margin jauh lebih baik dari jumlah maksimum. Pilihan lokasi yang memuaskan dengan beberapa perusahaan dengan informasi atau kemampuan rintangan menekan kegagalan posisi matriks untuk meramalkan dengan tepat bagiamana baiknya satu pilihan akan dibuat. Perintah umum menyerahkan melalui ilustrasi yang renggang dari sebagian besar produksi pabrik bersumber dari fakta bahwa dunia nyata diduduki dengan spektrum yang luas dari rasional terikat, pemuasan aktor lokasi dan bukan pemaksimman keuntungan yang tidak dapat dibedakan (Pred, 1967, 91-93).
Sebagaimana Pred menyimpulkan bahwa interprestasi keputusan lokasi berdasakan matriks kelakuan adalah pemformulasian berbagai informasi (Pred, 1967, 121). Cara ini sangat berguna dari suatu pengkonsepan pengaruh ketidak sempurnaan dalam kemampuan pengusaha dan informasi yang ada terhadap
94
bagaimana suatu cara operasional yang dapat digunakan dalam keterangan pola lokasi khusus .
Ability to use
2
2
1
1
1
1
1
1
1
1
Spatial profititability margins
o
1
o
o
O = optimal location within each margin = plant locations
95
Matriks kelakuan dan pilihan lokasi dalam suatu situasi industri. Nomor 1 dan 2 dalam diagram menunjukkan jumlah perusahaan yang menduduki posisi yang khusus dalam matriks. Pendekatan kelakuan semakin meningkat terkenal dalam geografi manusia sebagai keseluruhannya dan sekarang mempengaruhi penelitian dalam analisa industri. Bunga yang berkembang ditunjukkan dengan keputusan cara bisnis yang sebenarnya dibuat oleh pengusaha pribadi individu dan kerjasama yang luas, dan bagaimana ini mempengaruhi pilihan lokasi tanaman (contoh Krumme, 1969; Stafford, 1969; Townroe, 1969; Wood; 1969; dan Taylor, 1970). Ini terlalu cepat menilai betapa jauhnya jenis dari pekerjaan yang sebenarnya boleh menghasilkan hubungan penyamanan empiris yang berguna terhadap sifat lokasi. Dan ini pasti prematur melihat tingkah laku ketika menawarkan satu kerangka kerja konseptual alternatif yang besar untuk teori lokal industri klasik. Namun peningkatan tekanan pada kelakuan lokasi yang teliti telah menjadiunsur utama dan modifikasi teori yang ada, dengan memperhatikan sisi determinisme ekonomi.
96
PENDEKATAN YANG LAIN
Selama dua dekade yang lalu kebutuhan geografis telah menjalankan perubahan
yang
dapat
dipertimbangkan,
dengan
penggunaan
metode
kuantitatif yang berkembang dan sebelum pekerjaan bertumbuh dengan rancangan penelitian. Tetapi kemajuan yang sedikit telah diciptakan khususnya di bidang teori lokasi industri. Hamilton, menulis pada lokasi industri pada cara dalam
geografi (Chorley dan Haggett, 1967), termasuk dalam referensi
geografisnya hanya satu kertas (Smith, 1966) dari suatu sifat teoritis yang terperinci lebih dari 800 cetakan yang disadur oleh Steven dan Brakett (1967) sama seperti smbangan teoritis yang terakir oleh ahli geografi.
Perkembangan struktur baru untuk pengetahuan dalam geografi manusia, seperti yang telah dicontohkan oleh karya Bunge (1962), Haggett (1965) dan Morril (1970), membantu dalam meyarankan cara yang mana lokasi industri dapat dipandang dalam kerangka kerja yang lebih luas dari kelakuan seluruh manusia. Beberapa karya Warnts dari sisi geografi makro ekonomi mempunyai implikasi penting untuk analisa lokasi industri (Warntz, 1959, 1965); Hamilton (1967) mempunyai pandanga yang menarik pada sejumlah maalah termasuk aplikasi terhadap formasi pola lokasi industri dari pendekatan revolusi yang digunakan oleh Taafle dan Morril serta Gould (1963) tenang sistem perkembanga transportasi.
Umumnya suatu sistem teori akan membantu pendugaan atas kaitan yang ada dalam lingkup tersebut misalnya ruang lingkup ekonomi; hubungan antara lokasi industri, sistem transportasi atau hubungan antar daerah yang berada dalam areal nasional atau dunia ekonomi. Beberapa ahli ilmu bumi menyadari sistem pendekatan berarti pembagian secara sempurna bagian-bagian dari
97
subjek permasalah ekonomi geografi, dengan berdarkan cara baru mengatur ilmu pengetahuan dengan berbagai variabel. Tetapi pandangan lain hanya merupakan pernyataan momentum nyata atau seperti yang dikatakan Chisholm (1967), pembagian yang tidak relevan.
Walaupun pendugaan yang ada pada rangkaian konsep kerja baru, ahli ilmu bumi tetap mempunyai kontribusi penting yang berusaha membuat ketetapan dan mencantumkan beberapa bagian dari dasar generalisasi berdasarkan pengamatan pada dunia industri yang sebenarnya. John Thompson (1966) dalam teorinya berhbuungan dengan manufaktur ilmu bumi. Teori siklus yang menuntun bahwa daerah pembuatan pabrik, diusahakan menuju peramalan yang sesuai dengan perubahan. Teori pertumbuhan Diffrensial berpegang pada lanjutan dari sosial industri dan populasi yang semakin meningkat, pertambahan permintaan pada produk tertentu akan meningkat cepat dari yang lain. Teori konsentrasi mengacu pada kekuatan tertentu yang kuat dari pengalokasian yang membebaskan kegiatan pabrik pada kelompok mereka sendiri dalam berbagai cara untuk membentuk konsentrasi hirarki. Teori Anglomerasi menyatakan bahwa kegunaan dari perluasan daerah membuat pabrik industri bertambah sebagai bagian dari pertumbuhan pembangunan ekonomi. Akirnya, perputaran teori pertukaran yang penting bagi pabrikasi pada semua bagian ekonomi derah berkaitan erat dengan perubahan pertumbuhan
pembangunan
ekonomi.
Thompson
mengajukan
bahwa
generalisasi itu membantu untuk untuk menerangkan menerangkan tentang tahap daerah pabrikasi dari banyak areal. Teori pertumbuhan wilayah dan bersama-sama dengan pernyataan deskriptif yang jelas dan analisa adalah alat untuk membuktikan secara kuantitatif. Sebagian petunjuk yang akurat bagi peneliti empiris terhadap bebefapa penjelasan dasar dari berbagai masalah tersebut kebanyakan hanya dijelaskan dan dijadikan sebagai alat dan bersifat umum.
98
Untuk itu Lewis (1969) berusaha untuk membuat suatu hukum yang berhubungan dengan lokasi dari industri kertas di Inggeris. Banyak para ahli memberikan contoh-contoh sebagai pendekatan untuk memperlajari spesifikasi dari indistri-industri. Beberapa bagian diskusi dari penelitian empiris sangat penting dalam hubungannya terhadap rangkaian kerja teoritis yang mana dalam diskusi tersebut dapat lebih tepat untuk dijadikan sebagai suatu keputusan.
99
TEORI LOKASI INDUSTRI Pendekakatan Ekonomi
Sejak lama sebagian besar dasar teori ekonomi diasumsikan membatasi ruang dan jarak. Beberapa ahli ekonomi telah mengetahui pentingnya arti lokasi tetapi tidak banyak yang berusaha untuk memperkenalkan modal lain dengan beberapa variabel secara teoritis. Dan sebagian lagi menganggap bahwa keterangan lokasi yang membutuhkan analisis yang kuat serta tata cara yang diterapkan untuk dimengerti, terutama dari segi tingkah laku usaha. Bagaimanapun dari aspek ekonomi secara umum memerlukan bunga yang meningkat pada akhir tahun, dan khususnya didalam teori industri.
Bab ini berisikan sebuah ringkasan ekonomi terutama yang mendekati teori lokasi industri. dimana menguraikan dan membicarakan secara seksama menurut urutan susunan waktu yang perlahan-lahan muncul menguasai semua waktu. Secara teori pertumbuhan dimana ahli ekonomi mengutip dan membicarakan serta menegaskan dan membedakan sasaran utama dari kemajuan yang berkesinambungan, untuk ini ahli ilmu bumi bekerja dalam bidang ini.
Ada 4 (empat) pendapat penting yang menerangkan alalsan pokok bahasan di Bab ini : 1. Lokasi daripada industri berhubungan dengan seluruh ruang ekonomi, yang mana beberapa sumbangan penting teori ekonomi yang secara umum menyebutkan persoalan seperti teori menggunakan tanah dan dari segi ekonomi banyak daerah tertentu keluar. 2. Batas kemampuan dari ruang membatasi sumbangan apa saja yang mana menjelang keadilan penuh penuh dapat dapat selesai dan biasanya biasanya penlis penlis membatasi membatasi
100
laporan kepunyaanna untuk
menerbitkan bukunya dalam bentuk yang
cukup besar. 3. Sedikit penulis yang berhubungan dengan batas kepunyaan yang berkenaan dengan industri dan merenungkan maksud sepenuhnya. Kadang-kadang petunjuk untuk membuat tempat utama dan susunan aktivitas kepunyaan mereka berdasarkan teori bentuk susunan.
Pernyataan lain memandang sebagian besar ahli ilmu ekonomi melihat teori bentuk susunan tidak hanya membantu untuk menerangkan teori lokasi industri secara umum tapi juga mampu mengaplikasikan pernyataa-pernyataa setiap penulis dapat mempelajari secara keseluruhan teori umum bidang ekonomi.
101
ALFRED WEBER Awal lairnya teori lokasi indusri modern umumnya pada masa tahun 1909 ketika ahli ekonomi Jerman
mempublikasikan bukunya "Uber den Standart der
Industrien". Weber bukanlah orang yang pertama memberikan perhatiannya bagi lokasi industri pada masa abad ke-19, beberapa orang Jerman telah menulis tentang topik ini. Hal yang paling penting dari pendahulu weber telah dikemukakan oleh Wilhem Lounhard (1882-1885) yang mengemukakan untuk menunjukkan bahwa lokasi yang optimum dapat ditemukan dalam situasi yang sederhana dengan 2 sumber yaitu material dan market yang ditampilkan dengan monopoli segi tiga. dia juga mengembangkan perkataan yang lain berdasarkan konsep lokasi pasar yang menunjukkan bagaimana konsep ini dapat dibatasi didalam situasi yang sangat sederhana. pengaruh dari Lounhard dan zamannya sedikit mempengaruhi Jerman tetapi penerjemahan buku Weber kedalam bahas inggris pada tahun 1929 menyebabkan banyaknya pengetahuan membaca didalam segala hal. Teori Weber lebih berisikan dan lebih kuat penjelasan yang dari pada apappun yang telah dilakukan dari teori yang lain sebelumnya.
Weber membatasi penjelasannya pada lokasi industri meskipun Issard (1956, 27-28) telah menjelaska dalam Babnya yang terakhir sebagai usaha pertama membentuk teori umum lokasi dari segala aktivitas ekonomi. Pendekatannya secara keseluruhan dapat dibatasi membantu pada sasaran yang tepat dari undang-undang lokasi yang harus ditetapkan didalam dnia nyata. Hal kedua yang paling penting dari apa yang telah dilakukannya dan yang telah direncanakannya ialah menggnakan data-data yang empiris untuk menghasilkan apa
yang disebutkan " teori reality"
yang telah dipublikasikan hanya garis
besarnya saja.
102
Weber mendekati masalahnya dengan membentuk 3 asumsi dasar dalam rangka untuk membatasi banyaknya kerumitan dari dunia nyata yang pertama adalah bahwa geografisnya didasarkan dari bahan yang diberikan (bahwa, bahan baku dan bahan mentah ditemukan hanya dibeberapa lokasi). Kedua
adalah
keadaan dan ukuran dari tempat konsumsi yang diberikan, dengan pasar yang terdiri dari jumlah titik yang terpisah. Keadaan dari pasar persaingan sempurna temasuk, dimana tiap-tiap produsen mempunyai pasar tidak terbatas dan bukan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan menopolistik dari pilihan lokasi. Asumsi ketiga adalah menunjukkan beberapa lokasi tenaga kerja tetap dengan tenaga kerja berubah-ubah dan dalam penawaran tak terbatas diberikan tarif upah. Asumsi lain dibuat lebih sederhana sebagai kebutuhan yang timbul, seperti mengabaikan faktor-faktor kelembagaan yang pasti seperti tingkat minat, asutansi dan tingkat pajak dan suatu keseragaman budaya, ekonomi dan sistem politik adalah juga asumsi sebara mutlak.
Dalam plenyederhanaan Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri. Dua faktor regional umum dari transportasi dan biaya tenaga kerja dan faktor lokal dari pengelompokkan atau pengumpulan kekuatan. dia pertama menguji cara yang mana merupakan biaya transportasi minimum yang dapat ditemkan dan kemudian dia menguji keadaan tenaga kerja atau mengelompokkan keuntngan yang akan diperoleh.
Biaya transportasi dimaksud sebagai faktor utama yang menentukan dari lokasi gedung. Biaya-biaya tidak dipertimbangkan secara langsung, tetapi sebagai sebuah fungsi dari berat untuk dibawa dan jarak dipenuhi. Weber menunjukkan asal mula dari biaya lokasi transportasi yang digakan pada kerangka yang sama seperti Launhard yang sekarang dikenal dengan lokasi segi tiga. Dia mengambil penyederhanaannya ruang ekonomi pertama titik konsksi (c) dan tempat yang paling menguntungkan dua material yang penting M1 dan M2) untuk menguji 103
tempat pabrik akan dibangun. Biaya letak transportasi terendah adalah tempat yang meliputi ton mil dalam mendapatkan bahan-bahan ketempat produksi dan produk akhir dipasar dengan biaya minimm. tiap sudut dari segitiga dignakan untuk menarik titik yang diukur dengan berat untuk diangkat dari atau (tempat pasar) ke sudut. Dalam gambar diatas menghasilkan satu unit produksi membutuhkan x ton material M1 dan Y ton material M2 dengan produk akhir sebesar z ton untuk diangkut kepasar pada C. Jika P merupakan titik produksi dan a, b, c merupakan jarak PM1, PM2, dan PC berturut-turut (tidak diketahui jarak dari P ke sudut segitiga), maalah untuk menemukan bahwa lokasi P dengan minimal Xa + Yb + Zc. Titik dapat ditemukan dengan ilmu ukur : seperti contoh pada penggunaan dalil yang sederhana dari jajaran genjang. Hal tersebut ditemukan oleh model teknik varignon, yang mana kuran berat mengikat pada analisis Weber. Tetapi dia menganggap dengan asumsi mengurangi effek, perubahan berat angkutan dalam berat ideal, yang berfngsi berat sebenarnya dan bea transportasi. Usaha ini leih mendekati keyataan pada sistem transportnya mengakui bahwa sistem per unit jarak transpor dan bukan ton-mil barang sesungguhnya.
Terbentuknya biaya tenaga kerja (kedua dari faktor-faktor regional Weber), dia menafsirkan tenaga kerja yang relatif murah. Yang dapat mengalikan biaya transport lokasi terenda. Ini terjadi jika menampung tenaga kerja yang berlebih yang menambah biaya transport yang didatangkan, analisis situasi ini memerlukan penggunaan isodapenas, atau garis yagn dapat menarik sekitar biaya lokasi transport terendah digabungkan dengan tmbahan yang sama pada biaya transportasi. Dalam gambar tersebut P1 adalah biaya lokasi terendah yang dihubungkan dengan pasar pada c dan persediaan bahan baku pada M1 dan M2. Pusat sirklus pada P1 adalah isodapenes, bagaimana indikasi reaksi biaya transport dari P1 (dinyatakan dalam dollar per unit pada produksi). Pada L1 merpakan sumber tenaga kerja yang murah, yang akan mengurangi tenaga 104
kerja $3 per unit dari produksi. Jarak L1 lebih mendekati P1 dari $3 isodapener, gerakan dari P1 ke L1 akan mengurangi dari $3 pada tambahan biaya transport, maka total biaya akan lebih rendah pada L1. Weber menyimpulkan isodepenes pada nilai yang
sama pada penyimpangan biaya
tenaga kerja pada krisis isodapenes. Jika murahnya tenaga kerja lokasi dengan krisis isodapenes adalah lokasi yang leih menguntungkan dari apda biaya tempat angkutan terenda (sperti pada L1 pada gambar diatas) tetapi jika diluarnya (seperti L2, biaya tenaga kerja yang disimpan diibarakan $3), P1 merupakan lokasi terbaik.
Tetapi pergeseran ke lokasi tenaga kerja yang murah lebih lanjut mengemukakan komplikasi. Persediaan bahan baku sebelumnya juga jarak pada point produksi sekarang ang akan digunakan. Pada gambar diatas, M3 adalah persediaan bahan baku yang sama yang dijumpai pada M1, dan jelas bahwa faktor pada L1 akan lebih dipergunakan pada M3. Sebuah lokasi segitiga akan membangn (M2M3C) dan sebuah biaya situasi angkutan yang baru akan timbul, memaskkan sebuah isodapenes yang baru. Seuah poit biaya transport terendah (mungkin pada P2) akan mncul, diperkirakan sebuah lokasi yang lebih baik dari L1.
Weber meluaskan analisisnya untk mempertimbangkan orientasi segala industri, dia mengatakan, dampak, pentingnya kelebihan tenaga kerja sebaai faktor produksi dalam fakta-fakta industri, kemungkinan terkenal sebuah lokasi tenaga kerja yagn murah. Tindakan yang dilakukan dari tenaga kerja yang dignakan pada indeks biaya tenaga kerja, beberapa industri biaya rata-rata tenaga kerja yang dignakan dalam berproduksi satu unit bobot yang dihasilkan. Tingginya indeks, kelemahan industri ntuk mengalikan biaya lokasi terendah. Tetapi Weber merasa bahwa lebih memuaskan leih untuk mengevaluasi penemuan rasio biaya tenaga kerja per unit prodksi berat pada berat 105
seluruhnya bahan baku dan produksi yang berputas. Rasio ini adalah koefisien tenaga kerja industri.
Pengelompokan tendens sesungguhnya kebanyakan sama seperti murahnya tenaga kerja seperti mengalihkan sebuah faktor dari point biaya transport terenda. Ilustrasi ini pada gambar diatas dimana lima perusahaan (A, b C, D dan E) dalam bisnis, setiap menempati sebuah sisi lokasi terpisah pada lokasi segitiga itu sendiri. Perusahaan-perusahaan dijmpai bahwa mereka dapat memotong biaya prodksi $20 per unit jika yang paling rendah ketiga dari seluruh yang beroperasi dalam lokasi yang sama, menghasilkan keuntungan ekonomis pada pengelompokan, tetapi sebuah firma tidak harus mendatangkan lebih dari $20 dari tambahan biaya angkutan. Dalam gambar diatas kembali menghadirkan kritik ($20) isodapenes data tiap-tiap perusahaan. Perbedaan area pada tempat dimana ketiga perusahaan (c, D dan E) dapat lokasi bersama dan
mendatangkan
kurang
dari
$20
dari
ekstra
biaya
transportasi.
Pengelompokan mungkin disini tetapi bukan A atau B yang akan bergabung mengelompok maka itu leih slit dari kritik isodapenes, mereka dapat mengurangi biaya transportasi dengan menggunakan sumber bahan baku yang baru atau penawaran pada pasar yang berbeda. Wilayah gaji dimana, hanya dua isodapanes yang memotong, tidak dapat melakukan pengelompokan lokasi sebab mereka tidak dapat memenuhi syarat minimum dari ketiga perusahaan itu.
106
$5 $4
$3
Critical Isadapane
$2
L2
L1
$1 P1
M1
L2
M1
M1
Gambar 5 : Lokasi industri dalam segi tiga pendekatan pendekatan Weber
Keadaan segi tiga
tersimpul menunjukkan titik persesuaian
antara tiga
kekuatan. Jika ditarik salah satu sudut leblih besar dari penjumlahan dari tarikan sudut yagn lain, produksi akan ditempatkan pada titik atau sudut dari asal kekuatan yang domina (diambil dari Weber 1909, 227-239). Komputer dapat juga digunakan untuk menemukan titik produksi optimum (sebagai contoh, kuhn dan kuenne 1962; cooper 1967) yang mana prakteknya dangan sukar untuk dipahami daripada penjelasan disini.
107
Weber menerangkan keadaan industri disesuaikan dengan material atau pasar. dia memperkenalkan indeks material dari industri, dimana proporsi berat dari material lokal digunakan untuk produk berat. Suatu indeks material lebih besar dari satu indikasi orientasi material untuk berat dan lokasi material digunakan melebihi berat produk akir tetapi jika material ada dimana-mana memaski tingkat yang plenting keproses menghasilkan untuk memberikan produk akir berat lelbih besar dari lokasi material (material indeks leih kecil dari satu) industri seharusnya terletak dipasar. Jika dimana mana hanya digunakan gambar lokasi menunjukan satu titik pada pasar.
Dalam
menimbang total orientasi, orientasi, Weber Weber membawa kedalam menghitung
pembelahan perusahaan-perusahaan, sampai pemisahan proses-proses, dan menyataannya bahwa disana mungkin ada hubungan antara perusahaanperusahaan ang berbeda. Tetapi uraian rencana kerja ialah mendasari yang sudah dirundingkan itu.
Sejak itu diumumkan 60 tahun yang lalu, Teori Alfred Weber telah mempengaruhi pada sebuah jumlah agak besar dalam pembicaraan yang arif. Beberapa dari asumsinya telah mendapat serangan oleh para ali teoritis, terutama bahwa menghubungkan jarak pembedahan, penimbunan, dan mengenai keseragaman ruang dari keadaan permintaan-permintaan, dan disana juga telah ada kritikus-ritikus dari yang tidak berwujud pada tingkatan yang lebih tinggi dalam dunia nyata. Kritik-kritik lain mengenai alam tak langsung dari pendekatan pendekatan weber. weber.
Permulaan plenyelidikan itu untuk ongkos angkut
terendah lokasi dan keterangan dari faktor-faktor lain seperti kemungkinan plenyimpangan-penyimpangan
adalah
kurang
kepada
pendekatan
yang
berdasarkan penyelidika lansng untuk titik dari total biaya terendah, dan pengertian-pengertian demikian seperti indeks bahan mentah dan koefesien
108
tenaga kerja, kerja, walaupun sangat jelas kalau tidak tanpa kepentingan, adalah berharga hanya dalam ketidak hadiran keterangan ongos.
Tetapi keinginan disini dan para kritikus lainnya pendekatan Weber telah begitu banyak dikomentari. Seperti dikatakan Weber, bukunya diharapkan mejadi sebuah awal dan bukannya sebuah akir, dan seperti sebuah permulaan ke teori modern lokasi perindustrian telah membuktikan sesungguhnya sangat berharga. Banyak penulis berikutnya memperoleh sesuatu keuntngan Weber, dan sebuah jumlah jumlah dari pengertian-pengertian pengertian-pengertian dan maksud-maksud maksud-maksud uraian elah diperluas besar sekali pada terutama,
isodapan-isodapannya buah pokok
pikiran Weber dengan ongkos-ongkos angkut, contoh-contohnya dapat lebih baik mengubah dengan mudah untuk melengkapi lebih banyak lagi teori variabel ongkos yang umum.
Teori Weber itu seperti sebuah rencana kerja untuk pemeriksaan berdasarkan pengalaman harusnya juga tidak melihat dari atas. Issard (1956,37) telah menuntut bahwa issu adalah hanya digunakan oleh atasan pengikut pendekatan Weber bahwasannya ia dapat dengan sengaja memisah-misahkan lokasi dari besi dan perusahaan baja di Amerika SErikat. Dan dalam beberapa kasus rencana kerja Weber telah diaplikasikan dengan amat sukses pada penjelasan dari dunia nyata menurut contoh sebagai mana diperlihatkan dalam bagian empat. Kepada pembuktian demikian sebuah faedah titik permulaan untuk teori dan juga beberapa macam dari contoh pekerjaan untuk penelidikan berdasarkan pengalaman adalah adalah tidak berarti berarti berhasil. Secara matematis teori Weber dapat dijelaskan sebagai berikut :
109
Profit (π) = Total Reveneu (TR) – Total Cost (TC) – Transportation Cost
Atau dapat ditulis sebagai berikut :
π = pq – C (q) – { andq +[ d – d*] mq}
dimana : π
: profit atau keuntungan
C(q) : TC atau total cost TR : Total Reveneu a
: proporsional bahan baku yang dipergunakan untuk menghasilkan q /unit
n
: transportation cost dari sumber bahan baku ke lokasi pabrik
d
: jarak dari sumber bahan baku ke lokasi pabrik
q
: jumlah output
(d-d*): jarak dari pabrik ke pasar m
: transportation cost dari pabrik ke pasar
Syarat profit maksimum : dπ
dq = 0, maka diperoleh
0 = p – C` (q) – { and+ [d – d*] m } , sehingga p = MC – { and + [d – d*] m apabila diturunkan ke d maka diperoleh : dπ
dd
= anq + mq = 0
an = m ( Weberian Locational Weight ) apabila : an > m, maka lokasi pabrik berada dekat dengan sumber bahan baku an < m, maka lokasi pabrik berada dekat dengan pasar / konsumen 110
an = m, maka lokasi pabrik bebas ditentukan
111
TORD PALANDER Seorang ekonomi berkebangsaan Swedia memberikan sumbangan yang besar. Tord Palander, dengan thesisnya " Belitrage Zur Standorstheori" tahun 1935. Palander membahas tentang kesulitan yang terjadi dalam mengaplikasikan lokasi industri dengan konvensional teori keseimbangan umum, dimana semuanya diasumsikan terjadi pada suatu keadaan. Setelah memberikan perkenalan umum tentang masalah teori lokasi. Palander mengulas leih mendalam bidang ini dan merencanakan teori lokasinya sendiri.
Palander
membedakan
dua
pertanyaan
mendasar
didalam
mencoba
membangun pendekatan teori lokasi industri. Harga dan lokasi material, serta posisi pasar. Dimanakah produksi akan dilangsungkan?. Inilah pertanyaan mendasar yang coba dijawab Weber. Kedua, tempat berproduksi, kondisi kompetitif,
biaya
pabrik
dan
biaya
transportasi,
bagaimana
harga
mempengaruhi perluasan daerah ketika seorang produsen menjual produknya.
Yang dilakukan Palander untuk pertama kali pada masalah area pasar (Marktbereichs). Ia menggunakan contoh yang mudah dengan dua firma yang membuat produk serupa untuk pasar linear dan menggunakan ini untuk mendemonstrasikan bagaimana batas antara area pasar yang akan dituju. Ini diilustrasikan pada gambar dimana A dan B adalah dua firma melayani pasar yang digambarkan sepanjang poros horizontal pada diagram. Biaya awal atau perubahan harga produk pada sumber, digambarkan oleh jarak vertikal AA untuk firma A dan untuk biaya transportasi yang digambarkan oleh garis menaik kedua arah dari A dan B. Pada point berikutnya harga ditentukan oleh biaya tetap awal dan biaya variabel transportasi. Pembatasn area pasar dari kedua
112
firma di x, dimana harga pengiriman kedua produsen adalah sama dan konsumen tidak dibedakan berdasarkan firma mana tempat mereka membeli.
Gradien biaya pengiriman
Harga Biaya angkut
A1 Harga awal
B1 A
B d (jarak)
Pasar A
X
Pasar B
Palander mengilustrasikan berbagai variasi pada situasi pada gambar dengan merubah nilai raltif harga awal (p) dan biaya angkutan (f). Ini digambarkan. Pada kasus a, dua firma mempunyai harga awal yang sama dan biaya angkut yang sama per unit jarak dan batas area pasar dipertengahan antara A dan B. Kasus b, memperlihatkan biaya angkut yang sama tetapi harga awal yang leblih rendah pada satu lokasi (B) yang memungkinkan untuk lebih mengendalikan area antara dua firma dibanding A. Kasus C, firma B dimana kedua harga awal dan biaya transportasi per unit jarak lebih tinggi dibanding A, tetapi masih dapat mengontrol area pasar lebih kecil akibat dari harga plengiriman yang lebih tinggi dari A. Kasus B, memperlihatkan dimana satu firma mempunyai harga awal yang lebih rendah tetapi lebih tinggi biaya transportasi dibanding
113
yang lain dimana dapat mengontrol bagian yang luas dari pasar, tetapi poinnya bergerak kekiri A dimana B kembali mengontrol melalui biaya angkutan yang leblih murah. Akirnya kasus e, memperlihatkan situasi yang sama seperti kasus d, kecuali disini firma B tidak dapat melayani pasar segera akibat pabriknya yang
dikarenakan harga awal yang sangat tinggi; dimana hanya bergeser
kekanan dengan biaya angkut relatif turun dari B sehingga memungkinkan untuk menjual harga lebih rendah dari A.
Ketika asumsi dari pasar linear tidak berlaku situasi ini dapat dilihat kedalam tiga tahap dimensi. Sekarang perbatasan area pasar menjadi sebuah garis (termed as isotante), sebagai tempat kedudukan poin, dimana harga plengiriman dari kedua produsen adalah sama, dan kemiringan harga pengiriman dapat dilihat sebagai kebalikan permukaan tirus dengan puncak langsung diatas poin yang mewakili pabrik. Tentunya hal yang umum dapat dibuat mengiringat bentuk dari isotante, atau pembatasan area pasar dengan keadaan yang berbeda. Jika pada kedua firma harga awal dan biaya transportasi adalah sama perbatasan menjadi garis tegak ke garis mengikuti firma dan pertengahan antara mereka. Jika harga sama tapi biaya pengiriman berbeda, isotante menjadi llingkaran yang mengelilingi pabrik disertai biaya angkut yang lebih tinggi. Jika hanya biaya transportasi yang sama isotante menjadi berbentuk hiperbola cekung dimana pabrik disertai harga tertinggi. Palander mendemonstrasikan secara matematik pengaruh dari perbedaan dan perubahan biaya transportasi pada perbatasan area pasar.
Ukuran area pasar dimana yang dikontrol firma akan mempengaruhi laba yang dicapai. Dengan biaya produksi dan laba per unit yang diberikan oleh output dan penjualan berhubungan dengan volume sesuai dengan ukuran area pasar, total laba menjadi fungsi jarak dari awal dimana firma dapat memperluas pasarnya. Area penjualan dan laba dari suatu firma akan dipengaruhi oleh 114
keputusan lokasi dan beberapa tindakan pesaing dan Palander, dengan kasus dua plrodusennya membangun teori yang sederhana dari kompetisi duopolistik. Ia mempertimbangkan strategi harga dari dua firma yang berkompetisi, memperlihatkan sejauh mana mereka mempengaruhi laba, dan bagaimana keseimbangan
terjadi ketika firma tidak
mendapat untung dari tindakan
persaingan selanjutnya.
Setelah analisa tentang area pasar dengan konteks keadaan persainga, Palander beralih ke pertanyaan lainnya : harga dan lokasi material dan pasar, dimana produksi akan dilangsngkan? Bertitik tolak pada analisa Weber tentang orientasi
transportasi. Palander mengulas dan membangun berbagai
pertimbangan . Ia melihat pada tahapan biaya transport dibanding muatan yang akan dikapalkan dan memperkenalkan berbagai macam faktor persaingan yang tidak begitu diulas Weber.
Palander menggnakan tehnik isodopane Weber guna mendemonstrasikan pengaruh biaya transportasi pada lokasi. Seperti isotante, Palander membuat refrensi : isodistantes adalah garis yang mengikuti tempat pada jarak yang sama garis satu poin dan isochorones adalah garis yang mengikuti tempat pada waktu transportasi yang sama, isotims adalah garis yang mengiiuti poin dimana biaya komoditi sama; isovectors adalah garis yang mengikuti poin dimana biaya transportasi komoditi
sama. Palander melihat transportasi pada tahapan
permukaan, garis dan poi. Permukaan transportasi (Transforlache) adalah suatu area dimana semua poin dihubungkan dengan memberikan arti transpoportasi garis transportasi dihubungkan bersama sekelompok angka dan transportasi poin adalah poin akses, seperti stasiun kereta api atau poin pengapalan pada garis transportasi (Palander, 1935, 304-307). Palander selalu mempertimbangkan pengaruh dari biaya muatan pada isodapane. Ia membuat perbedaan yang penting antar biaya yang dinaikkan 115
oleh jarak (Entfernungstarif) dan penyusunan yang lebih realistik dimana biaya cenderung jatuh dengan jarak berpergian (Staffetarif). biaya ruang serupa mengambil akan membentuk series dari isovektor yang mengelilingi poin yang diberi mengambil bentuk dari ruang lingkaran yang terkonsentrasi pada interval biaya, dimana biaya variabel membuat isovektor berturut-turut terbagi seperti biaya per unit dan jarak. Palander menggunakan kasus sederhana dengan satu sumber material dan single, biaya total transportasi akan sama pada beberapa tempat di garis antara dua poin, begitu juga biaya variabel lapda sumber biaya material dan pasar mempunyai biaya lebih rendah dari beberapa lokasi intermedit (Palander, 1935, 311,313-314), ketika poin yang ketiga yang dimasukkan untuk membentuk segitiga lokasi yang digunakan Weber dan Laundhart (Gambar berikut) pengaruhnya sama. Kenaikan yang seragam pada biaya transport dengan kaitannya pada jarak dari masing-masing poin membuat isodapane tersisip dari ketiga pasang isovektor menjadikan berkurangnya biaya angkut dengan segitiga (gambar berikut), begitu juga dengan biaya variabel angkutan lokasi disudut pojok lebih menarik (dalam gambar). Ini membimbing pada kesimplan umum dimana poin kecilnya biaya transportasi dengan lokasi segitiga tidak begitu sama dengan yang disarankan Weber. jenis biaya muatan pada dunia nyara menjadikan lokasi optimum pada pasar atau sumber material melebihi kemungkinan. Tekik isodapane dignakan untuk menguji berbaai koplikasi yang lain seperti sumber alternatif material dan berbagai arti dari transportasi.
116
X
X
X
(a)
Didalam berusaha memperkenalkan area pasar pada analisa orientasi transport. Palander mendemonstrasikan perbedaan bagian pasar akan dilayani oleh perbedaan poin kecilnya biaya transportasi. Isotante digunakan untuk menunjukkan area pasar untuk poin produksi yang betrbeda tidak dibatasi, juga diagram yang menunjukkan seberapa kuang dan bentuk dari berbagai orientasi zona pasar yang tergantung pada berat dalam gambar
lokasi
(Palander 1935, 148-165). Diskuasi selanjutnya dari aspek ini dari teori Palander disediakan untuk bagian.
Pendekatan lokasi industri yang dibangun oleh Tord Palander jelas dipengaruhi oleh Alfred Weber, tetapi ada pendapat Weber yang tidak diterima Palander. 117
Analisa
Weber tentang Aglomerasi dikritik apda tempat dimana tidak ada
firma yang berpindah dari lokasi kecilnya biaya transportasi ke poin aglometasi yang potensial ljika yakin bahwa yang lain juga melakukan hal yang sama. Yang lain dimana ditekankan Palander adalah plentingnya pandangan dinamis tentang lokasi, sesuai perubahan perhitunga karena faktor yang biasanya terjadi. Weber disadarkan oleh faktor waktu dan menggunakannya pada beberapa ilustrasinya, tetapi tidak didirikan pada dasar kerangka kerja analisanya.
Hasil kerja Palander leih dari sekeder penyempurnaan dan perluasan dari Weber. Pengenalan tentang area pasar pada konteks keadaan kompetisi antara firma menambah dimensi baru pada kerangka kerja Weber, yang didasari pada situasi biaya variabel ldengan permintaan konstan. Sayangnya. Beitrage Zur Standortheorie tidak pernah diartikan dari bahasa Jerman dan hanya ringkasannya saja dalam bahasa Prancis (Ponsard, 1958). Palander secaa kebetulan jarang berhubungan dengan penulis lainnya, dan mengenai pembangunan umum teori lokasi, telah menjadi sebuah kasus.
118
EDGAR HOOVER Hasil kerja awal Hoover pada lokasi industi masih merupakan yang paling berguna dalam bidang ini terutama bagi orang yang mencari petunjuk terhadap kealamiahan masalah lokasi yang umum tanpa adanya tingkat abstraksi yang tinggi dan teori mikro ekonomi yang komplek. Pada tahun 1937 dia menerbitkan suatu studi tentang industri sepatu dan kulit dan pada tahun 1948, hasil kerja yang lebih umum adalah The Location of Economic Activity (Lokasi Aktifitas Ekonomi). Pernyataan teoritis pertama Hoover (1937) merupakan yang secara besar diperngaruhi oleh Palander, dan dibanu untuk memberikan pembuaan yang leih luas tehadap beberapa ide di dalam Betrage Zur Standortheorie.
Teori Lokasi dan Industri Sepatu dan Kulit terdiri dari kedua pernyataan teoritis dan dua studi kasus yang utama. Pembahasan tersebut dibuat ke dalam hasil kerja teoritis. Hoover mulai dengan asumsi persaingan yang sempurna diantara produsen atau penjual terhadpa satu lokasi dan faktor produksi mobilitas yang sempurna serta menambil biaya-biaya ransportasi dan produksi atau biayabiaya ekstraksi sebagai penentu lokasi. dia pertama sekali mempertimbangkan industri yang ekstraktif dengan lokasi deposit yang diberikan dan berusaha untuk menentukan daerah yang masing-masig poin penghasil akan berfungsi. Harga yang diberikan terhadap pembeli akan merupakan biaya ekstrasi ditambah biaya transport seperti pada kasus Palander (gambar berikut) dan gambar selanjutnya dan ini dapat dihadirkan dengan sistim isotims yang diradiasikan dari poin penghasil dan yang menggabungkan tempat harga yang disampaika yang sama. Pada pembeli akan mendapatkan komiditas dari sumber yang menawarkan harga yang disampaikan yang paling rendah seperti analisis Palander dan batasan diatnara daerah pasar dari kedua penghasil akan
119
merupakan garis penersatu pada harga yang disampaikan dengan harga yang sama dari kedua sumber.
Sepanjang biaya eksrasi tidak berbeda dengan ouput maka biaya transport hanya
merupakan
memperluas
variabel
analisanya
yang
mempengaruhi
untuk
menyimpulkan
harga
tetapi
pengaruh
Hoover hilangnya
pengembalian. dia ;mengargumentasikan bahwa industri yang ekstraktif beroperasi didalam suatu daerah (situasi) dimana biaya rata-rata naik dengan pertambahan produksi seperti daerah pasar yang menjadi lebih besar. Pengaruh dari batasan daerah pasar ini digambarkan pada gambar 8.7 dimana harga atau biaya dibuat terhadap hal yang absis.
batasan daerah pemasaran O
Biaya atau Harga
1
C
C 1
B B A
1
A
X
A
B
C
Jarak
Y
Gambar 8.7. Batasan diantara daerah pasar dari dua produsen pada kondisi penghilangan pengembalian terhadap skala,. (Sumber, Hoover, 1937. 17 120
Gambar 7. Dicetak kembali dengan ijin sipenerbit dari Edgar M. Hoover Jr. Location Theory and the Shoe and Leather Industries. Cambridge. Mass. Harvard niversity Apress. Copyright, 1937, oleh Presiden dan Fellows of Harvard Colleg'e; 1965; oleh Edgar Malone Hoover, Jr). Keterangan Gambar : - Margin liner = Garis pinggir (delivered price) = Harga yang disampaikan = Biaya produksi + biaya transportasi. - Boundary of market areas = batasan daerah pasar. - Cost or price = biaya atau harga.
Suatu mineral diekstraksikan pada poin X, dan A, B, dan C menentukan hal yang memungkinkan terhadap daerah pasarnya pada satu arah. Jika daerah XA dilengkapi maka biaya produksi dihadirkan dengan hal XA pada ordinasi dan garis AA menunjukkan bagaimana pertambahan harga yang dikirimkan jauh dari pada X sebagai biaya transport yang ditambahkan. Garis ini, yang mana istilah Hoover adalah gradien transport yang secara sederhana merupakan bagian silang melalui peta isotim (Hoover 1937, 9). Jika pasar diperluas terhadap B maka biaya ekstraksi naik terhadap B dan gradien transport yang baru (BB) diperkenalkan. Perluasan terhaap C mempunyai pengaruh yang sama. Dengan menggabungkan poin A, B dan C dengan harga yang dikirimkan pada yang memungkikan lainnya dari daerah pasar maka akan menghasilkan istilah Hoover yakni margin line. Pengenalan akan margin line berhubungan dengan sumber kedua dari mineral (Y) yang menunjukkan poin interseksi yang menghadirkan batasan diantara kedua daerah pasar. Pada interseksi harga yang dikirimkan sama dari X dan Y; dan dimana mana satu sumber menawarkan produk pada harga yang lebih rendah dari pada yang lainnya.
121
Walaupun diilustrasikan didalam konteks dari aktivitas yang ekstraktif maka analisa ini dapat digunakan dengan modifikasi yang sedikit terhadap formasi daerah pasar untuk produk yang dibuat. Dalam suatu situasi dimana biaya dari produksi berkurang dengan kenaikan output maka hal tersebut mungkin diharapkan dalam kebanyakan industri pembuatan yakni garis margin akan gagal dengan pertambahan jarak diantara poin penghasil. Ini dikarenakan oleh output bertambah karena daerah pasar diperbesar untuk menciptakan skala ekonomi. Bila poin dari penghilangan pengembalian dicapai maka margin line akan kembali ke atas (gambar 8.7).Hoover selanjutnya mempertimbangkan landaian margin line dan implikasinya untuk lokasi perusahaan. Suatu situasi yang mana margin line muncul dengan tajam jauh dari poin ekstraksi akan mendorong penghasil lain untuk membuat lokasi yang menengah untuk melayani daerah tersebut dengan harga yang disampaikan. Tetapi jika harga yang disampaikan berbeda sedikit dengan jarak dari poin produksi dari jumlah produsen yang kecil maka akan cenderung menghasilkan atau memperlengkapi daerah pasar. Hoover kemudian
mengembangkan kerangka teoritis dimana
pengaruh lokasi dari daerah pasar dan perluasan spatialnya dapat diuji.
Setelah memperkenalkan prosedur analitisnya dalam konteks industri yang ekstraktif maka Hoover kembali terhadap pembuatan. dia mengikuti Weber yang secara jelas pada tahapan pertama dengan menjelaskan bahwa tidak adanya biaya produksi atau perbedaan biaya produksi maka lokasi yang terbaik akan pada poin biaya transport yang minimum yang merupakan sumber bahan dipasar atau pada poin yang menengah. Biaya transport lokasi setidaknya ditemkan dengan membuat isotim disekitar bahan diberikan dan poin pasar dari garis biaya transport total yang sama (isodapanes) dapat dibuat (Hoover, 1937, 43). Tetapi Hoover selanjutnya leih jauh dari pada Weber dengan menunjukkan secara grafik bagaimana perbedaan bagian pasar yang akan dibuat dengan poin penghasil yang berbeda yakni suatu masalah yang juga 122
dipertimbangkan oleh Palander. Ini produksi (A, B, dan C) yang masing-masing mempunyai biaya yang berbeda. Sistim dari isotim ditarik disekitar mereka dan batasan dari masing-masing daerah pasar ada pada batas harga yang disampaikan. Hoover mengambil jaringan dengan penekakan Weber pada poin biaya transport yang kecil (sedikit) diantara segitiga lokasi. Bahkan dengan asumsi biaya transport yang seragam maka kemungkinan poin minimum yang terpisah bukan pada satu sudut dari segitiga yang jauh lebih banyak dari pada yang mungkin dipikirkan pada awalnya. Ini jauh lebih menyerupai dari pada yang disarankan Weber bahwa sumber bahan atau pasar akan mempunyai kelebihan yang penuh atau kelebihan dorongan dari pada sudut yang lain, dan
Batasan daerah pasar diantara produsen yang berbeda yang muncul dari variasi daerah dalam biaya produksi dan harga yang disampaikan (Sumber Hoover, 1937, 48, Dicetak kembali dengan ijin dari sipeneerbit dari Edgar M. Hoover, Jr., Location Theory and the Shore and Leather Industries, Cambridge, Mass; Harvard University Press, Copyright, 1937, oleh Presiden dan Fellows of Harvard College, 1965, oleh Edgar Malone Hoover, Jr.) bila kenyataan bahwa biaya pemindahan lebih sedikit dari pada yang proporsional terhadap jarak maka juga dipertimbangkan kesempatan dari suatu lokasi yang bukan pada satu sudut dan yang bahkan lebih sedikit kesamaannya. Sebagai tambahan biaya muatan dan pengoperasian mutan lainnya berlawanan dengan lokasi biaya yang kecil yang ada pada segitiga tersebut. Jika poin pemisahan jauh dari sumber materi dan pasar benar-benar terjadi maka Hoover menyarankan bahwa hal ini kemungkinan lokasi biaya buruh yang rendah memasuki ke dalam gambaran tersebut. Hoover menyimpulkan bagian transportasinya dengan menuntut bahwa dalam prakteknya pengaruh dari biaya pemindahan cenderung menempatkan
produksi
pada
pasar,
pada
sumber
bahan
atau
pada
penyimpangan fungsi dalam jaringan tansport. 123
Hoover mempertimbangkan pengaruh tingkat transport yang selanjutnya pada bukunya yang kedua (1948) yang menunjukkan pengaruh dari gradien xonvex dan poin pengapalan. Dalam gambar 8.9, suatu industri menggunakan bahan tunggal pada X dan menjual produksinya pada pasar Y. Gradien biaya pemindahan XY dan X'y' menunjukkan secara berurutan biaya penggerakan bahan jauh dari X dan biaya pendistribusian terhaap padar pada Y. Jarak pertikal X ke Y merupakan tempat .
XII YII COST
XI
Y
X
YI
Y MARKET
T DISTANCE
X MATERIAL
Gambar 8.9. Pengaruh gradien biaya pemindahan dan poin pengiriman pada biaya yang ada pada lokasi alternatif (sumber : Hoover, 1948, 39, Gambar 3.8) 124
pemberhentian atau terminal atau muatan pada sumber bahan dan Yy; merupakan biaya yang terjadi dalam pendistribusian jika pabrik tersebut ada pada pasar. Kurva X2Y2 merpakan biaya transfer total (jumlah Xy dan X'y') dan menunjukkan lokasi biaya yang kecil pada y. Denga gradien convex maka total biaya terikat lebih diantara x dan y daripada poin ini. Pengaruh dari poin pengapalan diilustrasikan dengan mengasumsikan suatu kota yang mana T, merupakan biaya pemindahan tambahan yang terjadi kemungkinan melalui yang tanpa muatan dari rel kereta api ke terusan. Kedua kurva xy dan x'y' terjadi lompatan disini. Lokasi dalam kota menghindarkan muatan pengapalan dan ini merupakan kenyataan yang menguntungkan sebagai sumber bahan (X).
Dalam mempertimbangkan biaya produksi seperti yang berlawanan terhadap biaya pemindahan maka Hoover mengikuti analisa Weber dari lokasi buruh yang murah yang dekat. Dia memandang hal tersebut merupakan poin lproduksi yang memungkikan jika tabungan pada ganti rugi biaya buruh untuk pertambahan pemindahan dan mengilustrasikan situasi yang berbeda dengan menggunakan peta isodapane atau peta isotim (Hoover 1937, 79), 84). Yang berdekatan terhadap pendekatan ini adalah konsep perusahaan yang menghasilkan daerah pasar tertentu. Dia mengilustrasikan situasi yang sama seperti yang ditunjukkan pada gambar 8.7 tetapi dengan satu daerah yang berfungsi dengan lokasi buruh yang murah dan yang lainnya dengan poin biaya transport yang kecil. Hoover melihat ekonomi dari konsentrasi sebagai bagian dari biaya produksi dan mengulangi kritism Palander dari pendekatan teori Weber ke aglomerasi.
Buku kedua Hoover merupakan minat teoritis yang kurang jelas dari pada Location Theory and the Shoe and Leather Industries. Seperti Greenhut 1956, 17) menyatakan kontribusinya yang utama disini terletak bukan pada keaslian teoritis tetapi dalam pembahasan diskusi dari pengaruh berbagai faktor lokasi. 125
Hal ini juga mengandung pertibmangan yang terperinci dari biaya pemindahan. Aktivitas ekonomi dari lokasi menawarkan pembahasan yang berguna dari persaingan penggunaan tanah, perubahan lokasi dan penyesuaian, dan signifikasi batasan lokasi. Dari minat tertentu adalah bagian masalah perkembanan ekonomi dan peranan kebijaksanaan publik dalam hubungannya terhadap lokasi aktivitas ekonomi.
Kontribusi
Hoover
terhadap
pemahaman
lokasi
perusahaan
dapat
dipertimbangkan dan dengan tidak suatu alat yang dibuat terhadap kedua buku yang dibahas kembali disini. Kerangka teoritisnya lebih luas dari pada kerangka Weber dan pada kedua contoh buku dari pekerjaan yang nyata mendukung teori deduktif. Pengawasannya pada industri kulit dan sepatu diterbitkan sebagai bagian dua dan tiga dari bukunya yang pertama yang merupakan yang klasik diantara studi kasus lokasi industri. Pendekatan Hoover juga tentunya mempunyai batasan seperti Weber yang memandang orientasi transport sebagai
sesuatu
yang
dapat
dianalisa
secara
terpisah
dan
bukan
menghubungkan faktor penyebab lainnya ke dalam teorinya seperti yang mungkin dia lakukan. Dan disamping terhadap refrensinya pada daeah pasar maka dia lebih banyak berhubungan dengan biaya dari pada fakt or permintaan. Namun demikian, hasil kerja awal Hoover memberikan dorongan yang besar bagi perkembangan model-model selanjutnya.
126
BEBERAPA KONTRIBUSI LAINNYA Seperti yang dinyatakan pada awalnya, survey dari kontribusi ekonomi terhadap teori lokasi industri setidaknya merupakan yang selektif yang tinggi. Dalam menyimpulkan bab ini, rangkuman membuat beberapa kontribusi lainnya yang mungkin membantu dalam mengisi gap ini. Komentar yang dibuat disini harus sangat jelas namun elemen dari beberapa pekerjaan merujuk terhadap munculnya kemauan dalam bab yang berikutnya.
Hal ini akan jelas dari apa yang sudah dikatakan bahwa banyak perhatian telah ldiberikan terhadap perlausan teori lokasi klasikal dengan akarnya pada Weber sejak semua teoritis utama yang mengikutinya dalam menghubungkan sesuatu dari Weber. Sebagai tambahan. Moses (1958) telah mengambil langkah yang penting dalam memperkenalkan fungsi produksi pariabel. Dengan demikian dengan membuat fariasi dalam skala dan faktor kombinasi untuk pelokasian perusahaan
serta
yang
lainnya
seperti
Sakashita
(1968)
telah
mengkontribusikan terhadap jenis perluasan ini. Alonso (1967) telah berusaha untuk merumuskan kembali teori klasikal yang menghubungkan komplikasi skala ekonomi, pergantian faktor dan pemrintaan elastis ke dalam model jenis Weber yang digeneralisasikan dan yang diperluas.
Pekerjaan juga telah berlanjut dalam bidang persaingan spatial dengan kasus Hoteling yang bertindak sebagai poin permulaan pada pembahasan bagaimana perusahaan akan berbagai dengan pasar. Analisis sebenarnya hoteling dijelaskan kemudian oleh penulis yang telah diperluas untuk membuat lebih dari pada dua peserta dan Teitz (1968) telah menguji beberapa implikasi keberadaan dari sistim yang bersaing yakni perusahaan dengan cabang yang mungkin menempatkan mereka untuk mendapatkan keuntungan yang bersaing
127
dalam hal terhadap pasar. Analisa persaingan pada pasar linear telah diperluas ke dalam dua dimensi oleh Hyson dan Hyson (1950) yang mendefenisikan kembali hukum pasar dari daerah pasar yang diajukan oleh Fetter (1924) untuk mendefenisikan garis konsumen yang tieak kpeduli diantara darah yang dikontrol dengan penyedia yang bersaing. Selanjutnya komentar pada daerah geomentris pasar telah diperlengkapi baru-baru ini yang meliputi makalah oleh Gambini, Huf dan Jenks (1968). Dalam usaha untuk mengarasi masalah kesulitan ari ketidak tergantungan lokasi maka pendekatan teori permainan telah dicoba oleh Stevens (1961b) uga oleh Isard dan Smith dalam makalah yang dibuat sebelumnya.
Pertanyaan dari teori keseimbangan yang umum mengamplikasikan tehadap lokasi aktivitas ekonomi telah berlanjut untuk membuat perhatian dari sejumlah ahli ekonomi. Model seperti Lefeber (1958) menghadirkan usaha untuk menggabungkan teori lokasi klasikal dengan teori e konomi keseimbangan yang lebih umum yang disarankan oleh Isard (1957). Salah satu masalah yang utama dalam merumuska pendekatan keseimbangan yang umum terhadap skala ekonomi adalah bagaimana mengatasi kerangka yang sama dari fungsi lokasi beberapa aktivitas ekonomi dan daerah perluasan lainnya. Ini merupakan salah satu
kesulitan
yang
dihadapi
oleh
kedua
Losch
dan
Isard,
yang
mengkulminasikan sintesis grafik Isard yang dirujuk terhadap yang lebih awal pada bab ini. Von Boventer (1962b) telah membuat kontribusi yang penting didalam konteks ini yang mengikuti teori Lefeber dan Stevens serta Brackett (1967, 6) yang merasa bahwa Von oventer kemungkinan telah sampai kepada hal yang dekat untuk menciptakan sistim penyatuan yang umum pada kedua jarak diantara lokasi diskrit dan perluasan aktifitas lokasi spatial. Koment selanjutnya yang berguna pada perkembangan teori lokasi yang umum akan ditemukan pada Bramhal (1969) dan Richardson (2969, 101-116).
128
Pekerjaan di dalam teori keseimbangan lokasi yang umum merupakan kealamiahan abstrak yang tinggi dan pada saat tersebut hanya sedikit penggunaan dari mengatasi masalah empiris di dalam lokasi industri. Tetapi beberapa tahun yang silam telah terlihat pertambahan sejumlah para ahli ekonomi yabng menembalikan pikiran mereka terhadap masalah yang lebih praktis dalam bidang tersebut sebagai perencanaan pekembangan. Dari minat teoritis tertentu yang merupakan pekerjaan kelompok para ahli ekonomi Belanda yang meliputi Tinbergen dan Bos, yang menganggap dan yang berhubugnan dengan tidak adanya mteodologi yang cocok untuk pemecahan masalah perencanaan yang berhubungan terhadap lokasi industri. Pertanyaan yang kritis karena mereka
melihat hal tersebut dari identifikasi pola yang
optimum dari dispersi spatial. Maslah ini pertama sekali dipertimbangkan oleh Tinbergen (1961, 1964), yang membuat situasi yang sederhana dimana ada industri yang berbeda dengan jumlah prusahaan yang berbeda dan mengajukan masalah bagaimana unit yang produktif dapat digabungkan ke dalam pusat industri sehingga memperkecil industri dan biaya transport. Dia sanggup mengurangi beberapa jenis hirarki pusat yang tidak seperti yang diajukan pada teori tempat yang umum yang meliputi jumlah pusat pada masing-masing kategori dan susunan industri mereka tetapi dia tidak sanggup untuk mentnukan lokasi mereka. Pekerjaan ini telah diperluas oleh Bos (1965) yang menemukan bahwa susunan spatial yang optimum dalam kerangka yang kedua untuk mempertimbangkan pengaruh yang sirkular dan daerah paar yang terbentuk secara tidak teratur. Akirnya model program linear diformulasikan untuk menentukan pola optimum dispersi. Tetapio sayangnya solusi matematis tidak diketahui terhadap hal ini. Beberapa contoh numerikal yang sederhana membuat kita sanggup membuat beberapa generalisasi yagn dibuat terhadap pola yang menyerupai dibawah asumsi alternatif (Bos 1965, 70-78), tetapi ini akan merupakan suatu waktu sebelum jenis penelitian ini akan menghasilkan hasil yang sanggup membuat aplikasi yang praktis. 129
Walaupun tidak tersedia di Inggris namun pekerjaan ahli Prancis Claude Ponsard juga merupakan catatan yang penting. Bukunya yang pertamaEconomic et Espace (2955) - merupakan suatu usaha untuk menghubungkan faktor spatial ke dalam teori ekonomi konvensional sedangkan Histoire des Theories
Economique
Spatiales
(2958)
merupakan
sejarah
dari
teori
perkembangan lokasi. Terjemahan selanjutnya dari buku yang kedua ini dalam Regional Science Institutr Mogograph Series seharusnya memeperlengkapi tes tambahan yang sangat berguna dalam bidang ini.
Akhirnya, referensi yang singkat seharusnya dibuat terhadap empat pernyataan rangkuman singkat yang berguna pada teori lokasi. Yang pertama oleh Tiebout (1957) yang merupakan pembahasan ulang yang penting dari pernyataan teori terhadap akhir tahun 1950 an dan mengadung saran-saran bahwa konsep tingkah laku adaptasi dan adopsi diajukan oleh : Alchiann yang berguna diaplikasikan terhadap
mungkin
lokasi industri. Yang lainnya merupakan
rangkuman teori lokasi industri dengan ilustrasi grafik dari kedua pendekatan biaya yang sedikit dan pendekatan daerah pasar oleh Alonso (1964); Ricarson, (1969, 42-116), dan karaska (1969a) makalah ini diambil secara bersama yang membuat tambahan yang bagus terhadap pokok permasalahan pada bab ini.
130
AUGUST LOSCH Kritik yang banyak apda teori lokasi permulaan adalah abstraksinya dari permintaan. Lokasi adalah dilihat dengan luas sebagai produk perbedaan biaya spatial dengan variasi dari tempat ke tempat pada penjualan potensial yang pada dasarnya diabaikan. dua buku Hoover tidak melarikan kritik ini terhadap analisanya tenatang faktor tuntutan yang diperhalus untuk memperlihatkan darah pasar apa lokasi yang diberikan akan membantu, dengan pengaruh pada volume permintaan pada lokasi tidaklah dipertimbangkan. Pada tahun 1920-an dan 1930-an beberapa ahli ekonomi mulai untuk mengalikan perhatian mereka terahdap implikasi lokasi persainga diantara perusahaan dan Palander (1935) membuat cara yang dapat dipertimbangkan didalam arah ini tetapi hal itu adalah tahun 1940 sebelum ahli ekonomi Jerman August Losch menghasilkan teori umuk lokasi pertama dengan permintaan sebagai variabel spatial luas.
Losch's Die raumliche Ordnung der Wirtschaft telah ada pada terjemahan bahasa Inggris sejak 1954 dan telah memunculkan lebih banyak perhatian dari pada kontribusi tunggal lain terhadap teori lokasi. Hal ini sebagian karena Losch adalah pertama-tama untuk menggambarkan hubungan spatial umum pada satu set pertanyaan sederhana (Richardson, 1969, 107) dan untuk memperliatkan bagaimana Wolfgang Stopler pada pendahuluannya terhadap terjemahan mengambarkannya sebagai sistem keseimbangan umum penuh yang menggambarkan didalam bentuk obstrak interhubungan dari seluruh lokasi. Tetapi hal litu juga refleksi dari permulaan luas pendekatan dan profunditas pemikiran bahwa Losch membawanya ke ekonomi spatial.
Telah jalas dari permulaan bahwa tidaklah perhatian Losch untuk menerangkan lokasi aktivitas ekonomi di dunia nyata. Sebagaimana dikutip, "tugas nyata ahli
131
ekonomi adalah
untuk menerangkan realitas dan untuk memperbaikinya.
Pertanyaan lokasi terbaik adalah jauh lebih penting dari pada penentuan yang aktual (Losch, 1954, 4). Secara singkat, apa yang dia coba untuk lakukan adalah untuk memperliatkan pola lokasi apa yang akan terjadi pada situasi sederhana yang diberikan, memanuhi kondisi tertentu yang mendefenisikan keadaan keseimbangan. Losch menolak pendekaan lokasi biaya terkecil dari Weber dan pengikutnya dan pilihan pencarian lokasi dimana pendapatan adalah terbesar. Pendekatan tepat dia katakan adalah untuk menenmukan tempat dimana total penghasilan melebihi total biaya oleh jumlah terbesar. Tetapi didalam usaha untuk memperkenalkan lebih banyak realitas terhadap teori lokasi dari pada pendahulunya, dengan variasi spatial pada perminataan dan juga pada harga, Losch menemukan masalah lokash optimum untuk perusahaan individu yang tidak dapat dipecahkan. Segera inter ketergantungan perusahaan diterima, dengan kemungkinan bahwa tindakan satu perusahaan pada penempatan diri sendiri dapat membutuhkan penempatan kembali perusahaan yang ada, masalah menjadi terlalu komplek untuk formlasi matematika (Losch, 1954, 8).
Jika kita ingin untuk bijaksana dan untuk mempertimbangkan pengaruh pemilihan lokasi utama pada seluruh lokasi yang lain, kemudian kita masuk pada
teori
lokasi
umum.
Reperkusi,
pembicaraan
terbatas
adalah
ditransfomasikan kedalam hubungan bersama dan hal ini berhenti untuk menjadi sangat berarti untuk menempatkan satu lokasi dan menguji hubungannya
terhadap
tetangganya
didalam
pemisaha.
Kami
adalah
dihadapkan dengan inter-ketergantungan dari seluruh lokasi. Keseimbangan sistem lokasi lebih lanjut tidak lagi dipetakan tetapi dapat diperlihatkan hanya dengan sistem persamaan yang tidak dapat dipecahkan pada praktek. Dan kemucian dia mengatakan (Losch, 1954, 29).
132
Solusi geometris menjadi tidak mungkin segera harga dan kwantitas ditambahkan terhadap dua variabel spatial, untuk hal ini dapat digunakan untuk tiga variabel pada kebanyakan. Juga perlakuan aljabar mengarah kepada pertanyaan tingkat yang tidak dapa dipecahkan. Kelomplekan ini bercabang dari fakta bahwa sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, disana leih dari satu poin geographi dimana total permintaan distrik sekitar adalah pada maksimum dan bahwa dari poin ini terhadap permintaan total tidak menurun menurut kepada fungsi sederhana. Kami dengan demikian menurun untuk menentukan dengan terpisah untuk setiap salah satu jumlah lokasi pabrik total permintaan yang dapat ditahan dan untuk alasan sama volume terbaik produksi sebagai fungsi harga pabrik (analisa pasar dan biaya). Kentungan terbesar yang dapaa diperoleh pada setiap pain ini dapat ditentukan dari biaya dan curva yang diminta dan dari tempat keuntungan uang terbesar, lokasi optimum dapat ditemukan. Sekarang prosedur adalah tidak lagi teoritis meskipun demikian tetapi secara sederhana testing empiris sejak hasil hanya memegang untuk lokasi yang dengan nyata diuji dan tidak dapat inter-dipolasikan. Sebagaimana seluruh pin pada daerah tidak pernah dapat dianalisa pada cara ini, kami tidak dapat mengeluarkan kemungkinan bahwa diantara lokasi tidak diuji disana mungkin satu hasil yang lebih tinggi dari pada keuntungan terbanyak dari yang diteliti ini. disana tidak ada solusi ilmiah dan untuk lokasi perusahaan individu tetapi hanya praktek : test percobaan dan kesalahan. Oleh karena itu Weber dan seluruh usaha lain pada lokasi valid dan sistematik untuk perusahaan individu adalah dihukum untuk gagal.
Hal ini tidak berarti bahwa penteoritisan adalah pemborosan waktu tetapi orang yang bekerja terhadap teori lokasi industri haruslah sadar akan tingkat kesederhanaan yang disertakan dan menghindari pendekatan satu sisi terhadap setiap masalah multivariasi komplek.
133
Teori umum dari Losch berusaha untuk memperlihatkan bagaimana aktivitas ekonomi harus disusun dalam suatu ruangan. dia akan mengasumsikan berbagai keluhan homogen yang sangat luas dengan distribusi bahan baku dan laju transportasi yang merata dalam semua arah. Populasi pertanian sangat terdistribusi dan semua individual memiliki rasa yang identik, pengetahuan tekik, dan juga kesempatan ekonomi.
Pola-pola pernyataan ini adalah salah satu hal yang terdistribusi dengan baik. Dalam berbagai industri, pertanyaan yang ada adalah : jika para petani mulai menghasilkan surplus dari berbagai komoditas, pola-pola ekonomi spesial akan mengkonstitusi berbagai rasa keseimbangan. Untuk mencapai keseimbangan, ekonomi ruangan Losch haruslah memenuhi kondisi berikut. 1. Lokasi dari setiap perorangan haruslah mendapatkan keuntungan sedapat mungkin, terutama dalam kaitanya dengan profit untuk produsen dan juga perolehan bagi konsumen. 2. Lokasi produksi haruslah banyak sehingga keseluruhan ruangan akan ditempati. 3. Dalam aktivitas yang terbuka bagi setiap orang sehingga tidak ada profit dari seluruh perusahaan-perusahaan yang baru. 4. Bidang pasokan, produksi dan penjualan haruslah sekecil mungkin, karena hanya ada sejumlah perusahaan yang akan dapat bertahan untuk mencapai nilai maksimumnya. 5. Pada berbagai batasn luas pasar konsumen akan dapat diberikan terhadap mana akan menghasilkan lokasi yang akan mendapatkan suplai.
Kondisi ini haruslah diisi jika order spesial dari ekonomi adalah untuk mendapatkan suatu pengertian dan permanensi yang lain. Losch menguraikan kondisi kesetimbangan dalam lima persamaan, dari mana akan membentuk ekonomi ruangan yang dapa dikerjakan. Bagaimana 134
kesetimbangan dicapai akan diperlihatkan sebaai berikut. Jika petani memutuskan untuk menghasilkan surplus yang kemudian bidang penjualan ini akan berupa lingkaran, yang diikat oleh lokus titik pada mana harganya menjadi terlalu tinggi untuk melakuka penjualan. Tetapi jika seorang petani dapat menghasilkan surplus, maka demikian dengan yang lainnya; Persaingan ini akan mengurangi ukuran daerah penjualan hingga menjadi berbentuk hexagonal seperti semua ruang yang diisi. Dari bentuk geomeris yang akan mengisi semua ruang (hexagon, segitiga, dan bujursangkar), hexagon akan mendekati lingkaran. Ini merupakan permintaan unit terbesar, dan akan meminimisasikan
jarak
total
dari
pusatnya
ketitik
tengah
demikian
diperlihatkan oleh Cristaller.
Gambar 8.10 mengilustrasikan tiga tahap dalam perkembangan sistem pasar hexagonal untuk satu industri. Dalam tahap 1, produsen tunggal pada P akan dioperasikan dengan kurva QF. Harga (p) adalah merupakan fungsi jarak dan akan meningkat denga biaya transportasi sepanjang PF, dan jaak vertikal.
Sebagaimana barang-barang yang berbeda diproduksi, sebuah sistem segi enam akan timbul untuk setiap industri dengan luas daerah pasar yang bervariasi dari industri ke industri menurut kebutuhan produk. Losch kemudian mengutamakan seluruh sistem individu sehingga semuanya memiliki paling sedikit sebuah pusat produksi secara umum. Dipusat ini, dimana seluruh produk dihasilkan akan terjadi sebuah pusat kota dan ditempat-tempat lain dimana ada dua atau lebih titik produksi serupa disana akan berdiri kota-kota kecil dan besar.
Demikian jauh contoh lokasi dan daerah pasar oleh Losch menyerupai yang dikembangkan oleh Walter Christaller (1933) beberapa tahun kemudian, walaupun keahlian matematika mereka tidak sama (Barry, 1967,59-73). Tetapi 135
Losch kemudian menunjukan bagaimana pemusatan kota-kota kecil akan terjadi dalam bagian yang jelas di daerah yang sama. Jika sistem individual segi enam semuanya diputar disekitar pusat kota, akan ditemukan bahwa sebuah contoh akan terbentuk dimana ada enam sektor dengan banyak letak produksi ang bersamaan, dan enam sektor antara didalam sektor-sektor tersebut. Dalam situasi ini, dimana terletak produksi terbesar yang bersamaan, jumlah permintaan maksimum dapat terjadi dan biaya transportasi akan berkurang. Ini merupakan rang pengaruran aktivitas ekonomi ang dipenuhi oleh kondisi seimbang yang alami, Seperti halnya bentk ekonomi, seperti Losch mengemukakannya, didisribusikan melalui seluruh dunia seperti sebuah jaringan, dan dalam persetujuan dengan undang-ndang setempat (Losch, 1954,137). Dalam uraian nyata yang pertama tentang hal tersebut di Inggris (Losch, 1938), daeah denan jarak seratus mil di Indianapolis digunakan sebagai bukti berdasarkan pengalaman mendukung kota-kota yang kaya dan miskin secara sektoral yang telah disimpulkan oleh Losch, dan dibukukan (1954,125), Toledo dan kota-kota tersebut mengelilingi sampai radius enam puluh mil digunakan sebagai contoh lain.
Dalam praktek yang teratur menenai bentuk ekonomi ideal Losch diganggu oleh faktor-faktor
yang
tidak
disangka.
Oleh
kepentingan-kepentingan
lain
merupakan akibat dari politik harga dalam daerah pasar dan Losch berpendapat bahwa daerah harga yang berbeda, diperkuat oleh kecenderungan kedepan dari optimalisasi jumlah perusahaan-perusahaan yang berbeda. Aplikasi dari pemilihan politik harga sesuai dengan daerah telah diuji, dan Losch juga menyadari akibat dari distribusi sumber daya dan penduduk yang tidak teratur, perbedaan daerah dalam kemampuan masuk perbedaan manusia, dan faktor politik seperti batasan.
136
Losch (1954,129) sungguh-sungguh menolak pandangan yang kacau mengenai ruang ekonomi, tidak masalah bagaimana dnia nyata akan terpisah dari peraturan yang teratus dari teorinya.
Tidak ada keraguan tentang contoh ruang ekonomi diantara kita berisi hal-hal yang tidak logis, tidak ada undang-ndang ang mengatur. Tapi saya menolak seluruh titik berat dari kekurangan ini. Tidak peduli seberapa luas sebuah pandangan kacau dapat dibuat oleh fakta-fakta, ini bukan saja tidak layak tapi juga berbahaya. Tidak layak karena ada juga sebuah alasan yang masuk akal diatas yang tak terbanding lelbih terikat dalam waktu lama daripada diatas kenyataan yang sesuai dengan fakta. Berbahaya karena pendapat kita tentang kenyataan adalah suatu faktor yang membentuk masa depan.
Losch kemudian merubah perhatiannya kepada perdagangan. Banyak dari halhal mengenai perdagangan memiliki hubungan langsung kepada teori lokasi industri daripada sebelumnya, tetapi ada beberapa sektor dengan keinginan yang besar. Misalnya akibat dari eprubahan harga setempat dalam ukuran sebuah daerah pasar yang tetap digambarkan dalam sebuah diagram sederhana tetapi efektif (Gambar 8.11).
B2, dengan biaya operasi F1 dan K berturut-turut, gradien harga berbentuk V. Daerah pasar akan kedua aktiva tetap memotong di H1, dan bentuk-bentuk daerahnya ditunjukkan di bawah. Perhatian bahwa adanya kekedualian dimana kedua daerah perpotongan pasar, batasannya ditentukan oleh suatu harga kritik (O) pada saat penjualan tertunda. Kenaikan harga pada B1 hingga F2 berpengaruh karena sempitnya daerah pasar, karena limit berpindah dari G1 ke G2 sebelah kiti dan dari H1 ke H2 pada sebelah kanan. Aktiva tetap B2 kemudian mendapatkan langganan dengan harga B1. Dalam pembahasan Losch tentang situasi ini menamahkan suatu elemen dinamis terhadap analisis daerah 137
pasar, dan disamping itu dia juga mempertimbangkan pengaruh kondisi dagang internasional seperti tarif dinding pada bentuk daerah pasar.
Bagian akhir dari buku ini memuat contoh-contoh. Yang menggambarkan distribusi kota, bentuk daerah pasar, dan bagaimana harga itu berbeda dalam lingkungan dunia. Dari hal itu pembahasan yang penting dari pembahasan tentangvariasi harga faktor-faktor produksi, termasuk ulasan tentang harga tanah, tarif upah dan pasar uang, dan berbagai peta harga dari sejumlah barang-barang dan jasa yang berbeda-beda di Negara Serikat (Losch, 1954, bab 26).
Losch memberikan contoh-contoh dari dunia nyata yang bukan sebagai teori yang berbeda-beda namun merupakan suatu indikasi tentang berapa jauh realitas itu menjadi rasional, teorinya adalah suatu usaha membentuk apakah yang rasional itu leih baik dari pada menjalankan yang sesungguhnya.
Seperti usaha lainnya yang berhubungan dengan teori tentang lokasi aktivitas ekonomi, Karya Losch memiliki kelemahan. Mungkin kegagalannya yang paling serius adalah memandang tentang variasi-variasi harga, yang dieleminasi dalam asumsinya bahkan material dan poplasi ang didistribusikannya. Setelah mengkritik satu sisi dari pendekatan harga akhir, Losch melanjutkan ekstrim lainnya dan pmenciptakan suatu jarak ekonomi dalam permintaan yang ini dipangaruhi oleh lokasi prosedur. Dalam keadaan-keadaan yang sama lokasi yang dapat dilalui adalah suatu masalah penjualan yang memiliki ukuran tertentu. Faktor-faktor biaya memasuki analisis hanya melali biaya transport yang membatasi ukuran daerah pasar (yaitu, karena pengaruh permintaan) dan meliputi keuntungan pengelompokan Losch dari tujuh sektor beberapa kota, yang polaya menaikkan permintaan yang efektif. Losch juga telah dikritik tentang lahan dimana sistem lokasinya dapat disertai hanya pada daerah 138
tujuan, dengan kata lain, kurang relevan terhadap persaingan ekonomi kapitalis (Greenhut, 1956, Validitas aspek-aspek ekonomi Losch telah dipertanyakan pada alasan-alasan lain (Beckman, 1955,
Valavanis, 1955;
Robertson, 1956, Isard, 1956, 48 dan bab 11, Greenhu, 1963, 174-175, 183 -185 dan Richardson, 1969, 72-77, 107-108). Merupakan suatu tipe khusus dari ekonomi, yang ditunjukkan oleh pertanian yang didistribusi secara terpisah tetapi membentuk fungsi pasar, fungsi industri. Hal
ini memuat elemen-
elemen dunia nyata, tetapi perbedaan yang kaku antara ekspresi pertanian dan industri jarang ditemukan secara praktek. Contoh Losch menunjukkan bahwa keberaturan bentuk ekonominya ramalan terdekat terhadap daerah pertanian besar yang realitis, seperti Amerika Bagian Timur Tengah, disana tidak ada daerah industri mayoritas.
Ringkasan alam teori lokasi Losch, dan asumsinya, membatasi kegunaannya sebagai suatu tambahan menafsirkan dunis nyata, tetapi mengkritik alasanalasan ini kurang memahami philosopi dasar. Losch memandang ekonomi sebagai suatu ilmu kreatif, yang berkewajiban untuk memajukan dunia bukanlah menggambarkan maupun menerangkannya. Kemudian dia mengkaji berdasarkan teori lokasi dengan pola aktivitas ekonomi dengan memberikan hal-hal terbaik :
Bilamana sesuatu itu barau diciptakan, dan kemudian diselesaikan, dan direncanakan, hukum akan berlaku pada teori adalah satu-satunya pedoman ekonomi terhadap apa yang akan mengambil peran (Losch, 1954, 359).
139
KETERGANTUNGAN LOKASIONAL Pada topik ini, penyimpangan-penyimpangan dari pandangan pengarang demi pengarang sangat diperlukan. Menjelang tahun 1950-an jelas, bahwa ketergantungan dua sekolah besar pada teori lokasi industris, telah bergabung, merangkum pendekatan harga radisi masing-masing dan suatu pandangan yang menitik beratkan ketergantungan lokasi firma. Sekrang perlu diuji situasi ini.
Pengelompokan teori lokasi harga terkecil berakat pada kerja Alfree Weber, dan memuat banyak tentang Palander dan Hoover. Sekolah ini memusatkan penelitian tentang lokasi harga terkecil memurut kondisinya dimana faktor permintaan adalah tetap, dan ketergantungan lokasi firma adalah kurang diperhitungkan. Secara lengkapnya pendekatan dalam hal ini adalah asumsi persaingan lengkap, tanpa monopoli terhadap meningkatnya pasar dari lokasi tertentu. Kelemahan pendekatan ini adalah permintaan dipengaruhi oleh jrak biaya rata-rata yang tidak memberi laba maksimum dimana hal itu lebih tepat untuk memindakan lokasi yang baru dengan unit biaya yang lebih tinggi tetapi penjualan lebih tinggi akan menaikkan laba total. total biaya terkecil adalah konsep yang berguna dalam lokasi industri hanya pada kondisi dimana permintaan adalah tetap, sebaliknya, togal biaya rendah bisa menunjukkan volume output yang rendah dalam situasi yang buruk hubungannya dengan pasar.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini, teori biaya tradisional terkecil "ketergantungan lokasi" atau daerah pasar sekolah dikembangkan. Sekolahsekolah yang cenderung pada Palander dan Hoover, terbanyak menurut Losch, dan kerja para ekonomis menguntungkan pada aspek teori yang kurang lengkap atau persaingan monopoli (Fetter, 1924, Hotclling, 1929, Robinson, 1934,
140
Chamberlin, 1936, Lerner dan Singer, 1939, Smithies, 1941, dan Ackely, 1942), pendekatan ini secara umum menafasitkan bahwa seluruh firma mengalami biaya produksi yang sama, dan penjualan terhadap pasar yang didistribusi bukanlah pandangan pasar menurut Weber. Harga yang ditentukan pada konsumen berbeda dengan biaya pengimbangan jarak dari pabrik.
Setiap penjual, dalam memilih lokasinya, mengontrol daerah kemungkinan pasar yang paling besar, posisi dan perluasan yang dipengaruhi oleh tingkah laku konsumen dan keputusan lokasi dari firma lainnya.
Perusahaan pengolah menguji kontrol monopoli berdasarkan seksi pasar yang dapat menawarkan harga lebih rendah dari pesaingnya. Pola lokasi aktiva tetap dan daerah pasar kemudian adalah hasil variasi dari tempat ke tempat dalam permintaan
dan
dari
lokasi
ketergantungan
firma.
Kelemahan
dasar
pendekatan ini adalah variasi biayanya tidak diperitngkan yang tidak serealistis biaya terkecil abstraksi sekolah dari permintaan.
Pendekatan ketergantungan lokasi meningkat dari diskusi tentang situasi yang sama yang akan diperoleh dibawah kondisi persaingan tidak sempurna. Telah banyak dikerjakan dalam konteks dua firma yang telah disempurnakan, atau dua polis, bersaingan disepanjang pasar linier. Kontribusi mayor utama adalah berdasarkan Fetter (1924), yang menjelaskan beberapa cara firma yang menyempurnakan kontrol pasar sebanyak mungkin, dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi bentuk daerah pasar. Sebagian dari gagasan Fetter mempertemukan caranya kedalam kerja teoris lokasi mayor tahun 1930-an, tetapi kebanyakan adalah karya Hotelling (1929). Dalam situasi kedua penjual es krim yang bersaing pada penawaran suatu produk pada konsumen bahkan didistribusikan sepanjang tepi pantai, dengan setiap pembelian satu es krim dalam satu unti waktu, Hotelling menunjukkan kesimpulan bahwa kedua 141
penjual itu
akan saling terakhir sekitar pusat tepi pantai, masing-masing
mengenai separoh pasar.
Dia
mengembangkannya
kedalam
suatu
hubungan
generalisasi
pada
penggolongan industri dibawah kondisi-kondisi permintaan. Rasionalisasi di bawah pendapat Hotelling, dan sebagian dari implikasinya dapat diperluas dalam suatu urutan diagram sederhana dari jenis yang telah dipakai untuk membahas aspek-aspek teori Palander dan Losch. Dalam gambar 8.12. Dua produser sedang bersaing mendapatkan langganan yang didistribusikan sepanjang pasar linier OP. Asumsi pasar linier dibuat sederhana untuk suatu presentasi grafik, dan realitas yang lebih besar ditunjukkan melalui pemikiran OP sebagai suatu seksi berdasarkan situasi tiga dimensi biaya produksi dimaamana adalah sama, dimana angka muatan adalah sama per unit jarak di sekitar pasar, dan produser menjual pada sistem harga f.o.b supaya biaya transport dari pabrik dibayar oleh konsumen. permintaan untuk produk tidak pasti inelastis setiap konsumen membeli satu unit produk dengan satu unit waktu menurut
harga.
Firma
A
memasukkan
pandangan
pertama
dan
menempatkannya pada pusat pasar, walaupun dibawah asumsi yang dibuat beberapa lokasi akan memberikannya pasar entrik. Firma kedua (B), bebas lokasi dimana-mana dan mempersiapkan persaingan dengan A, akan menemkan bahwa lokasi pada pusat pasar serapat mungkin dengan A adalah paling menungungkan. Ini ditunjukkan dalam gambar 8.12a. dimana firma A melayani pasar sebelah kiri dan B adalah bagian kanan. Jika B telah memilih lokasi lain (gambar 8.12b) dia dapat melayani pasar lebih murah dari pada lokasi pusat, seperti ditunjukkan oleh beratnya garis harga keduanya, tetapi permintaan itu tidak selalu inelastis pembeli disini akan membeli apa saja, maka B tidak memperoleh keuntungan dari hal ini. Dan lokasi jauh dari A berarti bahwa firma A dapat bersaing dengan B dalam bagian daerah antara kedua firma itu, dimana harga A leih rendah, dalam gambar 8.12a. Kemudian lokasi pada puat 142
pasar sedekat mungikin dengan A hanya posisi yang mendukung B untuk mengontrol
sebanyak
mungkin
pasar.
Setiap
firma
memiliki
control
monopolistik akan keberadaan pasar, dan Hotelling berpendapat bahwa faktor ini melakukan stabilitas pada solusi persamaan dibawah kondisi duopoli. dia meyatakan dimana dalam situasi yang diambarkan di atas firma ketiga yang memasuki industri akan mencoba mendapatkan posisi A ke B tetapi bukan berada diantaranya.
Situasi-situasi itu pada umumnya berhubungan dengan kasus Hotelling yang menstimulasi beberapa pembahasan. Chamberlin (1936, 194-199) dan Losch (1954, 72-75) menunjukkan ketidak konsistenan dalam pendapat Hotelling, keduanya berhugungan dengan kepentingan lokasi berbalik untuk duopolis dan implikasi penggolongan.
143
Dari B
Dari A
Harga
Daerah Penjualan A
Daerah Penjualan B
O
A
B
Jarak
P
Harga Daerah Penjualan A
O
Daerah Penjualan B
A
X
B
Jarak
P
b
Gambar …….. Lokasi Persaingan duopolist untuk pasar linier dalam kondisi
permintaan in elastis tak terhingga, menurut Hoteling.
Tidaklah sulit memahaminya, pada asumsi Hotteling sendiri, duopoli tidak harus menempati lokasi pusat, karena selama mereka ditempatkan secara simetris sepanjang garis, mereka akan mendapat bagian dari pasar. 144
Misalnya, lokasi pada posisi kuartil dalam gambar 8.12. akan melakukan hal ini, Bahkan jika keduanya menempati pusat, masukan firma ketida cenderung mengadakan pembubaran, karena pasar linear satu firma harus menjadi perantara dari kedua lainnya yang kemudian tidak mendapatkan penjualan, dan akan adanya perobahan menetap menghindari tabungan menengah. Chamberlin (1936, 195) mengatakan bahwa tiga pesaing A dan B akan berada pada kwartil dan C pada satu posisi antaranya, dan jumlah firma yang meningkat akan cenderung tersebar luas dalam kelompok-kelompok kedua garis itu.
Apa implikasi dari menurunnya asumsi permintaan yang inelastis?. Jika harga mempengaruhi penjualan, maka pentinglah untuk menekan harga pada pasar, yang paling tinggi. Dalam keadaan seperti ini kerja kedua firma adalah bersekongkol, seperti monopolis dua aktiva tetap, akan berada pada posisi menekan biaya transfer dan kemudian memperbesar penjualan. Lokasi ini akan menguntungkan bagi kedua firma yang bersaing, yang mampu mengambil alih setengah
pasar.
Perbandingan
dengan
lokasi
pusat
(gambar
8.123b)
menunjukkan bahwa biaya tabungan transfer berada pada lokasi kwartil lebih HARGA besar
O
JARAK A
X
B
P
(B) HARGA
145
JARAK
Di tahun-tahun belakangan ini sumbangan terbesar bagi perkembangan Locational-inderdependence tentang lokasi industrial telah dibuat oleh Melvin
Greenhut, yang hasil kerjanya akan di bahas dalam bab berikut. Sumbangan lain adalah kertas kerja Devletoglou (1965) yang membahas aspek-aspek tertentu dari pendekatan konvensional terhadap kompetisi spetial dalam situasi
duapoli\.
Devletoglou
mengkritik
analisa
Hotelling's,
juga
mempertanyakan variasi Smithies (1941) dengan argumen yang sama. Devletoglou merasa bahwa tidak mungkin memisahkan wilayah pasar dengan menggunakan garis rigid indefference sebagaimana yang dinyatakan dalam teori konvensional, hal tersebut akan menimbulkan arti bahwa akan ada 146
doubtful area (area yang tak pasti) dengan dekatnya seorang produsen dibandingkan persaingannya bukanlah faktor yang cukup kuat untuk menentkan sumber persediaan konsumen. Dalam doubtful area ini, atau wilayah yang tak pasti, konsumen adalah subjek bagi suatu "fashion effect" dan mungkin membeli dari salah satu produsen karena mereka leblih menyukai produknya disebabkan jarak (harga) lebih rendah. Sebauah asumsi menyatakan, "jika duopolist bertemu didaerah pusat, masing-masing bertemu akan mampu memperhitungkan kemungkinan setiap orang secara umum, dan karena itu tidak memperitngkan orang-perorang secara konsumen" (Devletouglou, 1965, 158). Dengan kata lain, jika salah seorang menjual es krim Hotelling mampu membuat produksinya tampil beda dari pesaingnya, maka ia bisa memperoleh lebih dari separuh pasarnya sendiri, jika mereka, terpisah, jarak itu sendiri bisa memastikan penjaja produk penjualan yang bermutu rendah berada jauh dari pelanggannya terdekat yang tidak akan berusaha jauh-jauh mencari produk pesaingnya.
Sebagai illustrasi akhir tentang locational interdependenc (Kebebasan), perbedaan dalam biaya dan harga dapat digambarkan dalam model grafik sederhana untuk menggambarkan beberapa tambahan yang berhubungan dengan strategi kompetitif yang bisa mempengaruhi lokasi. Dalam gambar 8.14. firm A terbentuk di pusat linear market OP dalam satu situasi dimana konsumen akan membeli darinya (penjual) pada harga yang ditunjukkan pada gambar. Biaya pabriknya per unit produksi adalah AA'. Firm tapi disini biaya produksi (BB') cukup tinggi sehingga tak ada yang lebih murah dari A. B adalah lokasi yang tidak mentungkan kecuali beberapa cara dapat dilakukan untuk mengurangi harga pada tingkat dibawah A melalui beberapa bagian pasar. Pada C untuk menjual A dengan harga yang lebih rendah pada bagian pasar yang dari O ke X. Suatu firm mampu memperluas pasarnya dengan mengalahkan pesaingnya melalui diskriminasi harga geografis, dan hal ini dapat diperlihatkan 147
dengan berkenaan dengan firm C. Jika permintaan inelastis diambil maka peningkatan harganya sedikit ke arah kiri "plant" (sepanjang harga C tetap berada di bawah grafik baru bagi C meningkat kearah kiri dari C". Hasil ekstra yang diperoleh dengan cara ini dapat digunakan untuk merendahkan harga kearah kanan firm C, sebagaimana yang ditunjukkan oleh gradian peningkatan dari C", yang dapat memngkikan C memperluas wilayah pasarnya ke arah y, atas biaya firm A, kemudian menambah total penjualan. Tapi, dalam prakteknya, A akan beraksi pada hal ini, dan persaingan harga di masa yang akan datang akan berakibat dalam area (wilayah) antara A dan C sampai beberapa jenis posisi equilibrium dapat di capai. DELIVERED PRICE
I
B
III
C
I
C
I
A III
C
O C
X Y
A
B
P
Diskusi Locational interdependence ini telah dijelaskan secara ringkas dan pada tingkat yang mendasar. Cukup banyak contoh-contoh dari dunia nyata yang telah dilakukan sehingga analisa tentang persaingan sepanjang linear market seringkali kelihatan seperti geometri yang sederhana daripada studi tenang plant locational. Walau bagaimanapun sudah cukup banyak masalah148
masalah utama yang telah dipaparkan untuk menunjukkan bahwa konsep locational interdependence menambah dimensi baru pada teori klasik yang berdasarkan penelitian pada least-cost location. Bagaimana duna pendekatan dapat disusun kembali dalam teori komprehensif tentang lokasi industri merupakan masalah utama, yang harus dipecahkan secara memuaskan.
149
MELVIN GREENHUT Teori ini menitikberatkan kepada pertimbangan antara kenaikan biaya yang minimum dikaitkan dengan lokasi industri yang di populerkan pada tahun 1956 Greenhut melakukan perbaikan terhadap pengaruh Ekonomi Mikro dengan mempertimbangkan unsur space di dalam analisisnya.
Dalam buku pertama, Greenhut menjelaskan faktor-faktor penting terhadap penentuan lokasi suatu industri dengan mempertimbangkan biaya yang minimum. Pertimbangan lain adalah melihat kekuatan variasi biaya dan permintaan
serta pengaruhnya terhadap penentuan lokasi. Dari faktor
tersebut Greenhut membuat suatu daftar seperti transaksi, biaya pengolahan, faktor permintaan dan pendapatan. Dari faktor tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah peranan pemerintah.
Transportasi adalah sebagai suatu faktor utama dari lokasi pabrik dan Greenhut melihat sebagai sesuat yang mutlak. Seorang pengusaha akan memperhatikan pertimbangan ekonomis dari transportasi jika harga muatan terdiri dari sebahagian besar dari harga total dan akan hanya memungkinkan apabila harga pemindahan terhadap lokasi yang berbeda-beda menguntungkan.Pertimbangan faktor transportasi juga memperhatikan jarak antara lokasi industri dengan pasar.
Biaya proses produksi menurut Greenhut mempertimbangkan upah tenaga kerja dan pembayaran pajak. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi keuntungan disamping lokasi dan biaya transportasi. Greenhut memberikan perhatian khusus pada faktor permintaan dan pengaruhnya terhadap lokasi perusahaan atau pabrik. Pertimbangan lainnya adalah mengenai saling
150
ketergantungan antara keuntungan lokasi dibawah beragam kondisi
dan
kepentingan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap keputusan untuk kecenderungan berkonsentrasinya pabrik atau perusahaan.
Secara umum produksi dipengaruhi oleh besar kecilnya biaya transportasi dan karakteristik biaya marginal. Perusahaan akan berlokasi dengan titik pemasaran yang terdekat, begitu pula dengan perusahaan kecil lainnya agar dapat melayani sebahagian besar pasar. Greenhut memberikan contoh bahwa pada sistem oligopoli perusahaan-perusahaan akan berusaha untuk menurunkan harga dan hal ini merupakan bagian dari efisiensi. Disamping itu Greenhut juga mempertimbangkan faktor lainnya seperti : biaya pengerjaan, faktor-faktor permintaan dan faktor pendapatan.
Penurunan harga adalah merupakan salah satu upaya untuk menarik keuntungan yang mungkin diterima dari keuntungan aglomerasi atau deglomerasi. Sebagai contoh eksternal ekonomis suatu perusahaan mungkin berasal dari suatu lokasi yang sesuai dan cocok dengan tipe perusahaan bisnis. Faktor peningkatanpendapatan adalah juga merupakan keterkaitannya dengan volume penjualan.
Greenhut
juga
menyinggung
pertimbangan
motif
seseorang
dalam
mempengaruhi pemilihan lokasi yang tepat. Jadi dengan demikian motif untuk memperoleh keuntungan secara maksimum adalah merupakan suatu keputusan yang sangat berpengtaruh. Profit maksimum dalam pemilihan lokasi oleh seorang individu yang rasional senantiasa
dikaitkan dengan pertimbangan
penentuan pendapatan dan biaya. Kemudian Greenhut dalam bukunya Microeconomics and the space economy menyimpulkan bahwa pilihan terhadap profit maksimum adalah sesuatu yang sangat logis. Dengan perkataan lain bahwa terdapat suatu pertimbangan 151
diantara potensial profit dengan resiko yang akan terjadi atau selisih anatara keuntungan dengan kerugian yang terjadi di pasar. Sehingga dengan demikian tentunya akan dipertimbangkan selisih yang terkecil antara keuntungan dan kerugian yang dimaksud.
Teori Greenhut tentang lokasi industri menyatakan bahwa permintaan akan dipengaruhi oleh : 1. Faktor biaya dari lokasi (transportasi,buruh,dan biaya pemrosesan) 2. Faktor permintaan dari lokasi (saling ketergantungan lokasi dari perusahaAn atau usaha untuk memonopoli pasar ) 3. Fakor penurunan biaya. 4. Faktor peningkatan pendapatan 5. Faktor penurunan biaya individu 6. Faktor peningkatan pendapatan individu 7. Pertimbangan individu.
Hal diatas merupakan faktor biasa yang masuk akal dan didukung oleh penemuan dari penelitian empiris. Dia menyelesaikan maksud pernyataan agar dari penyatuan biaya paling sedikit dan pendekatan saling ketergantungan penempatan dengan memaksimumkan dari penurunan sebagai kriteria dari memaksimumkan profits, tetapi Greenhut bersikeras ia hanya membayar service kata (berpura-pura) untuk membayar faktor biaya. Inti dari teorinya diringkaskan sebagai berikut.
Setiap perusahaan akan memperlihatkan pandangan kompetitif dari tempat yang mana penjualan menunjukkan angka /nomor dari pembeli (siapa yang membelanjakan permintaan untuk keuntungan terbesar yang mungkin) dapat disediakan pada biaya total terkecil. 152
Disaat, percobaan berhasil persaingan untuk mendapatkan daerah keuntungan maksimum akan terjadi penyusutan permintaan relatif seperti pemotongan keuntungan, dengan demikian akhirnya memiliki peranan penting dalam keadaan seimbang. Keseimbangan akan mendapatkan 1. Menyamakan penghasilan marginal dengan biaya-biaya marginal 2. Penghasilan /pendapatan rata-rata (atau lebih baik menggunakan nilai keuntungan) tangen ke biaya rata-rata.
3. Konsentrasi dan penyebaran dari penamaan termasuk pemesanan kepada penumpang dari beberapa penamaan akan berkesempatan kalah/rugi.
Pertukaran apa saja dalam pembiayaan atau faktor permitaan tentu saja mengganggu keseimbangan ini dan hasilnya dalam penyesuaian penempatan. Pada akhirnya Greenhut menentang untuk tidak memakai teori umumnya pada dalil lain dari pada perekonomian dengan memperkenalkan kepuasan yang tidak membutuhkan uang tetapi ia benar-benar menetapkan bahwa faktor biaya pertimbangan individu adalah kekuatan lebih yang perlu diperhitungkan dengan tidak hanya dari sudut seleksi perorangan tetapi untuk keseimbangan keseluruhan.
Pengetahuan umum dari teori Greenhut merupakan salah satu kegunaan pernyataan-pernyataan umum dalam lokasi perindustrian seharusnya akan ditawarkan jika beberapa syarat utama telah dibuat itu adalah bagian dari analisis. 2 buku kebanyakan memberi batasan untuk faktor permintaan dan penggabungan teori yang telah ada lebih dari cukup dari sisi saling ketergantungan penempatan. Melihat penyelidikan secara empiris untuk pengoperasian model yang mana disana ada penyatuan nyata dari biaya terkecil dan akan saling ketergantungan penempatan pendekatan sulit 153
ditemukan disini tetapi mungkin ada selalu lebih banyak untuk bertanya beberapa teori. Walaupun perhatian Greenhut pada faktor permintaan, kedua teori dan penyelidikan empiris kemudian memiliki pemenuhan ingatan dengan pendekatan biaya ketika faktor permintaan telah termasuk secara umum dalam konteks dari keikutsertaan biaya transport dalam penyuplaian pasar. Seperti pada model Weber lebih jahu lagi Greenhut (1964) menganbil isu-isu keinginan itu untuk memberi perhatian untuk faktor permintaan.
Ia berkesimpulan bahwa permintaan tergantung kepada pemilihan lokasi dan juga pengaruh-pengaruhnya dan secara aktual biaya-biaya akan lebih bervariasi dari tempat yang berbeda. Ia membuat perbedaan kegunaan antara permintaan sebagai sebuah waktor daerah penentuan dari penempatan pemilahan satu area untuk penempatan lainnya karena ukuran terbesar dari pasar jadi satu dan permintaan sebagai faktor sisi penentuan dan penempatan, yang mana keterlibatan pemilikan relasi untuk penempatan persaingan atau saling ketergantungan penempatan. Ini adalah efek dari penentuan dari kegagalan permintaan untuk tidak diperhitungkan atau dihiraukan (greenhut 1964, 178). Penyatuan penuh dari saling ketergantungan menempatan kedalam penjelasan model-model operasional juga mengingat pajak umum untuk analisis penempatan perindustrian.
154
WALTER ISARD Di tahun 1956, Walter Isard menerbitkan buku tentang Teori lokasi dan perekonomian ruang, kemudian diikuti oleh Metode analisis regional (1960) dan memberikan sumbangan kepada ilmu tata ruang ekonomi dan regional. Lokasi dan tata ruang ekonomi harus dipandang di dalam hubungannya terhadap aktivitas yang lain, walaupun teori umum yang disusunnya adalah terbatas tentang kegunaan langsung untuk masalah khusus . Isard memandang hal itu sebagai keterbatasan arah pembangunan dari kumpulan teori dan alat bantu untuk menganalisis pengertian dari proses operasional ekonomi .
Tujuan dari lokasi dan tata ruang ekonomi adalah prinsip untuk membangun lokasi dalam penggambaran dasar dari berbagai aktivitas yang lain. Isard mempertimbangkan berbagai aspek tata ruang, terutama terhadap sebahagian besar industri.
Pada awalnya, Isard melihat sebuah kerangka kombinasi Von Thunen, Losch dan Weber sebagai sebuah pendekatan yang mungkin untuk teori umum: Von Thunen memusatkan pada Pola zona pertanian disekitar wilayah perkotaan yang diilustrasikannya pada pola bersegi enam dan pasar di pusatkan di kota besar. Jadi dengan demikian tempat lokasi untuk produksi yang baru dan kotakota dapat dijelaskan dengan sebuah mekanisme Weberian Locational Weight dan ditambahkan dengan analisa hirarki dari Von Thunen – Losch.
Isard menyusun perpaduan teori lokasi dengan cabang ilmu lain pada teori ekonomi dan mencoba menyesuaikan dengan prinsip substitusi dari Andreas Predon ide utama teori ini adalah bahwa teori lokasih umumnya dapat
155
dikembangkan dengan cara yang sama kepada aspek teori ekonomi lain dengan menerapkan prinsip pembagian pada sebuah acara kombinasi antara pengeluaran pengusaha di berbagai faktor-fakto produksi dalam menentukan pemilihan lokasinya. Pendekatan subsitusi pada lokasi telah diringkas oleh Greenhut dengan mengikuti teori lokasi industri dan teori ekonomi di dalam melekatkan prinsip substantif, dalam dua tingkat dari pekerja dapat digantikan dengan modal atau tanah, sebaliknya dengan dasar masalah yang sama. Kedua keputusan ini mencoba memaksimalkan tujuan dan sasaran yang mungkin dicapai karena optimalisasi berakhir dengan persaingan dilokasih.
Seperti teori lokasi, Isard memberikan banyak perhatian pada faktor transportasi. Dia meletakan transportasi jarak sebagai inputs (Isard, 1951). Pada tingkat yang sama ada 4 faktor yang diakui sebagai faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal dan firma) untuk syarat pada proses produksi. Transportasi diperkenalkan sebagai faktor dan menekankan peranan input transportasi di dalam produksi dan proses komsumsi secara sederhana (Israd 1956, 90).
Analasis Isard pada keseimbangan lokasi perusahaan pada orientasi transportasi adalah bagaimana peranannya dari pendekatan substitusi. Kerangkanya terkenal pada lokasi segi tiga dengan pasar pada salah satu sudut (C), sumber dari 2 bahan baku atau raw material pada sudut-sudut lain (M1 dan M2) dan unsur jarak. Dalam hal ini adalah menentukan lokasi opyimun dengan memberikan asumsi yang pasti berkanaan dengan biaya angkut dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan, untuk sebuah industri dan variabel jarak dari sebuah untuk penjelasan ini asumsi sederhana, sebuah unit transportasi (biaya $X) dari M1 dan 5Mil dari M2 akan mendatangkan sebuah biaya $4, 25xX. Dalam input transportasi dari M1 dan $5x M2 dan berkurang dari M1 ($2x) input transportasi dari M2 telah disubstitusi untuk ini dari M1. Pengurangan yang 156
sama bentuk (8. 15B). Menganggap bahwa dibutuhkan satu ton bahan dari M1 dan satu ton dari M2 dan bahwa tingkat transportasi adalah sama dan sebanding terhadap jarak. Garis-garis sekarang dapat di bangun dan didirikan untuk menunjukan apakah itu akan membiayai langka bahan-bahan ini pada tempat bergaris combinasi pada jarak dari M1 ke M2.
Karena asumsi telah dibuat, garis-gsris ini akan diluruskan dan mempunyai sebuah slope negatif pada 1. 0. Hal ini memperlihatkan bentuk 8. 15C, dimana tiga garis pengeluaran yang sama diperlihatkan secara berturut-turut pada berbagai kombinasi jarak dari M1 dan M2 yang akan memerlukan pengeluaran transportasi kepada tingkat pemberian pembayaran. Lokasi optimun, atau posisi keseimbangan sepanjang kurva ST nilainya adalah garis singgung pada garis harga pembanyaran yang lebih rendah atau sedikit. (hal ini pada X) untuk beberapa gerakan sepanjang curva jauh dari pendekatan (X) pada garis pembayaran baru yang mempunyai ketinggian yang sama. C 3m
8miles
5m T
M1
M2 7miles
(a)
M1 S
Transportation line
T M2 (b)
157
M1
Equal outlay lines
(c)
M2
Gambar
Masalah segi tiga lokasi, diinterprestasikan dalam suatu kerangka kerja (Sumber Isard, 1956, 98) Sebagai gambaran pada Bab 3, dimsana jumlah maximum, dalam analisa Isard dimana tidak untuk keuntungan jumlah maximum lokasi pilihan-pilihan jarak sewenang-wenang (3 mil) dari C, dan untuk mencari jumlah maximum sebenarnya atau “” Penuh posisi equilibrium keuntungan persaingan dari proses
garis besar, tetapi dengan keuntungan dari M1 da kemudian M2 menjaga konstan (Isard, 1956, 95-104, 113-119) bahwa dengan mengunakan konsep masukan transport dalam suatu kerangka kerja pengganti, pengenalan transport weberian dapat dimaksudkan kedalam teori produksi, ketergantungan sebagai mana pada prinsip dari penggantian diantara faktor-faktor. Tetapi dia mengharuskan bahwa pemecahan segi tiga berat weber, dan constribusi geometrik planders, model makanik varignous dan sodapane atau garis bentuk teknik terobosan proses dari mendapatkan tempat lokasi equilibrium daslam pelaksanaan (Isard 1956, 121-124). Semua lebih langsung dari pada metodenya yang berhubungan hanya dengan konsepsual dari pemilihan analisa dalam penggantian istilah.
158
Mengenai transport, Isard menguji orientasi dengan tenaga kerja, dan menunjukan bagaimana sisi tenaga kerja murah dapat dikenalkan (1956, 127131).
Pertimbangan
pasar
dan
daerah-daerah
penawaran,
melalui
pembenrtukan pasar malam Hoover. Hoover meniru ilustrator batas daerah pusat dari persimpangan garis (lihat bentuk 8-7), tetapi situasi mengartikan dalam istilah pengganti, melalui pilihan pemberi dari produsen X dari pada Y konsumen adalah masukan transport pengganti dari Y, atau mereka memilih pengganti produksi rendah melalui perusahaan X untuk sebuah peningkatan pada perusahaan Y. Losch s hexagonal menemukan ruang pasar dengan cepat, yang mana dapat digambarkan istilah pengganti dengan sederhana. Dalam pertimbangan pengelompokan, Isard memberikanb webers pada pendekatan kerangka kerja, menunjukkan bahwa dari sedikit biaya traspor lokasi untuk daerah pengelompokan pemecahan garis besar transpor pengganti dari produksi.
Pernyataan matematika resmi dari Isard teori umum dari Bab 10 diikuti dengan pembukaan surat (Isard, 1952). Teori pertama Webers mengemukakan danumumnya untuk bekerja sama dalam pengiriman bahan-bahan utama produksi dan komsumsi, utama produk, dan pasar pasar dan daerah penawaran. Kemudian kemukinan lebih dari sebuah produksi diterima. Akhirnya Loschin analisa daerah pasar dan dasar teori lakasi agrikultural, vontunen mencakup, untuk ruang ekonomi yang lengkap. Kondisi equlibrium sebuah negara resminya dalam istilah pengganti, yang mana meringkaskan prinsip dasar. ……….Haruslah sama timbal balik dari rasio rata -rata trasport mereka, surplus
sosial (meskipun demikian didefenisikan) lebih sedikit biaya transport pada sebuah input transport lain di pegang secara konstan (Isard, 1956, 252). Prinsip ini menyatakan sebahagian besar teori lokasi yang ada sebelumnya dan Isard meninjaunya sebagai prasarana pengizinan teori lokasi untuk dinyatakan 159
didalam bentuk yang dapat dibandingkan terhadap teori palins banyak produksi. Sintesis Isard tidak masalah bagaimana abstrak itu mungkin dengan demikian diuntungkan baik teori lokasi umum dan industri dan juga mencapai beberapa jenis integrasi dengan aspek teori ekonomi lain.
Jenis pola lokasi industri apa yang dinyatakan oleh teori Isard dan apa bentuk umum ekonomi ekonomi ruang ruang didalam didalam keadaan keadaan keseimbangannya? keseimbangannya?
Poin permulaan permulaan
adalah analisa yang diusulkan oleh Launardt dan kemudian di adopsioleh Palander, dimana dimana implikasi point beragam beragam pada situasi jenis Webers adalah di kerjakan. Hal ini menyertai konstruksi geometris yang digambarkan lebih penuh dari palander (1935) dan Isard (1956) dimana lokasi melayani seksi berbeda pasar dapat ditentukan. Pada gambar 8. 16a, M1 dan M2 adalah sumber dari dua meterial dan point C, C1… C7 adalah poin konsumsi untuk beberapa point
C1, tiga sudut lokasi M1, M2, C1 yang merepleksikan penarikan tiga sudut lokasi. Jika ringkaran menggambarkan tentang bobot tiga sudut dan line lurus dari pola O ke C1, point dimana hal ini mengintraksikan lingkaran dalam tiga sudut lokasi adalah point produksi dari dimana C1 harus dilayani untuk meminumumkan biaya trasport. Pada generalisasi situasi ini, dengan kontinu pasar yang diwakili oleh sejumlah tiga tentu point C, hal ini dapat diperhatikan bahwa bagain pasar akan dilayani dari lokasi pada M1, bagian dari M2 dan sisa dari berpariasi point sepanjang lingkaranrelefan (yaitu dua arcs M1, M2 pada gambar 8.16). Beberapa point konsumsi dalam dua lengkungan seperti Ct pada gambar 8.16a akan dilayani dari pabrik ke point.
Isard memperluas kerangka kerja untuk menggabung lokasi tenaga kerjamurah atau beberapa jenis orientasi dan mengikuti Falander, menambahkan sumber tambahan material. Sebagai hasil sub-devisi pasar menjadi komplek tetapi masih dapat di buat untuk solusi untuk geometrik. Gambar 8.16a mengindikasikan sistem zona pasar (pada situasi damana disana ada dua 160
sumber setiap M1 dan M2 dan tenaga kerja murah pada L. Beberapa bagian pasar adalah dilayani dari sumber material, beberapa dari lokasi pada lengkungan lingkaran tiga sudut bobot relevan, beberapa dari pabrik terorientasi pasar dan bagian adalah dilayani dari lokasi tenaga kerja murah. Pada bagian berbeda pasar, point produksi akan memperoleh material mereka dari kombinasi berbeda M1 dan M2. Detail darivasi pola ini dan asumsi yang disertakan akan ditemukan di Valander (1935) dimana sejumlah fariasi pada tema ini adalah dipertimbangkan dan pada Isard (1956, 262-265). Isard kemudian memperkenalkan sekala ekonomi, mengargumantasikan bahwa nada jenis situasi yang digambarkan 8.16b sumber material pabrik akan melayani pasar lebih besar dari pada pabrik lain.
Lebih besar dari pada sumber tenaga yang “market oriented” yang melayani
masalah komsumsi tunggal tetapi karena hanya relativ kecil sumber tenaga yang realistik, Isard mengelimitir atau menghapuskan sebagian besarnya dan lokasi “marketoriented” untuk menghasilkan pola seperti yang terlihat dalam
gambar 8.16c. Akhirnya ekonomi lokalisasi and urbanisasi diperkenalkan untuk menghasilkan pengelompokan pengelompokan sejenis, terlihat dalam gambar 8.16d.
Setelah mengambil kesimpulan sebuah pola dari lokasi industri yang ditandai oleh banyak pengelompokan. Selanjutnya merupakan hal yang mudah untuk mengambil keuntungan atas sistem “locsh” Dari daerah pasar dan zona terpusat dari daerah pertanian yang digunakan oleh “vonthunen”. Sebuah
grafik kecendrungan yang dimana diperoleh teori klasik penyatuaan weberian, perluasan palander pusat dan struktur daerah pasar, dan teori penggunaan lahan pertanian. Kombinasi dari semua ini ada pada diagram Isard yang mungkin mewakili hal-hal yang terdekat untuk aturan yang berhubungan dari fenomena ekonomi dunia yang nyata dan teori kemungkinannya telah dihasilkan. Sebagai sebuah filosopi ekonomi yang ideal atau gambaran 161
ekonomi, ia memberikan macam penerapan dengan modal yang berguna yang berbeda terhadap kenyataan.
Diantara sumbangan atau andil Isard yang terakhir, pendekatannya kemasalah tertentu dari teori lokasi klasik melalui Game Theory, yang menarik pada konteks sekarang ini (Isard, 1967 dan smith…). Pertanyaan dari saling
ketergantungan lokasi, telah menjadi komplek secara khusus, untuk penciptaan teori lokasi industri untuki dipecahkan, tidak hanya pada situasi yang membutuhkan, yang terkait pada kompetisi terkait tetapi juga pada analisis pengelompokan. Pembangunan lokasi permainan, yang mana para pemain berharap untuk menepatkan beberapa atau sebagian aktivitas dan yang mana keputusannya tergantung pada dimana posisinya yang lain, memberi sebuah pendekatan yang mungkin kepada pemahaman masalah ini.
Dalam pengembangan utama dari pendekatan itu (Isard dan Smith 1967) i adalah penerapan pertama untuk sebuah situasi pengelompokan atau penimbunan dari tipe yang secara original berasal dari Weber. Diasumsikan bahwa ada sebuah pulau dengan kandungan biji besi, dan tiga negara (123) tertarik untuk membangun sebuah penyulingan, untuk memproses biji tersebut untuk di ekspor ada tiga pelabuhaan (p1, p2, p3) dan sebuah analisa perbandingan biaya manajemen bahwa p1, p2, p3 adalah lokasi terbaik dimana ketiga negara dapat menjalankan penyulingan dengan lokasi yang telah dipilih adalah dimana kandungan biji besi paling dekat dengan pelabuhan (dalam gambar
8.17).
Menurut
Weber,
sebuah
areal
didalamnya
yang
pengelompokannya pengelompokannya dari tiga sumber tenaga mungkin ditemukan ditengah pulau diantara persimpangan isodapane yang relefan. Daerah yang dijelaskan itu (bagian yang diarsir dalam gambar 8.17)menawarkan harga yang lebih rendah untuk pengangkutan dari penyulingan biji besi di pelabuhan dimana ketiga negara menyediakannya dan akan menepatkan fasilitasnya disana, disini 162
pengelompokan ekonomi cukup untuk mengatasi biaya transportasi yang meningkat, daerah yang didalamnya dimana pengelompokan mungkin terjadi yang dinamakan joint action space.
Didalam daerah ini lokasi terbaik untuk tiap negara akan lebih dekat dengan lokasi dengan biaya terkecil dari pelabuhan mereka (A1, A2, A3) tetapi agar mendapat keuntungan ekonomis dari pengelompokan semua akan berasal pada tempat yang sama. Isard dan Smith mengembangkan sebuah Weberian Locational Game dimana konflik antara kepentingan ketiga negara dipecahkan dibawah asumsi alternatif dengan menganggap cara peserta tersebut akan bertindak dengan semestinya. Suksesi mengijinkan bagian dari ketiga peserta cenderung untuk menentukan mereka dari lokasi yang mereka inginkan pada A1, A2, A3 menuju ke sebuah kompromi bersama (Joint Action Space).
Teori game pada gilirannya diterapkan untuk masalah pemilihan lokasi perusahaan dimana perusahaan bersaing untuk sebuah distribusi pasar yang nyata. Dasar kerangka dari acuan ini adalah masalah pembangunan . Isard dan Smith menyatakan bahwa teori game ini membantu untuk memperjelas banyak struktur
properti
dari
masalah
ketergantungan
lokasi,
dengan
mengidentifikasikan elemen umum tertentu didalamnya. Sebagai tambahan sebagian prosedur kerjasama untuk atau terhadap konflik lokasi sangat diharapkan, yang mempunyai penerapan praktis. Kemungkinan waktu tidaklah bertaut jauh ketika konpetitor industri akan berjumpa dan bersaing sebelum memilih lokasi.
Isodapanes
163