METODE PENELITIAN PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PADA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN UJUNA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU
OLEH: ANDIKA JAYA F23115001
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subehanahuata’ala, Subehanahuata’ala, Yang Mahabaik yang telah melimpahkan Rahmat dan Anugerah-Nya kepada kita di Alam semesta ini. Salawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan
kepada
Nabi
Besar
Muhammad
sallallahualaiwasallam.
-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan susunan Alhamdulillahirabbul’a’lamin atas izin izin-Nya, metode penelitian terkait
“
PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PADA PENINGKATAN
KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN UJUNA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU” PALU”.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada para Pembaca, terutama bagi mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Tadulako yang mungkin dalam teknis penyajiannya masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami senantiasa sangat mengharapkan sumbang saran, sumbang pemikiran untuk lebih menyempurnakan isi dari laporan ini. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada para Pembaca, terutama kepada Bapak/Ibu Dosen yang dengan sabar memberikan arahan dan masukan kepada kami dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Palu,
Maret 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3
Pertayaan Penelitian ..................................................................................................... 3
1.4
Tujuan dan Sasaran....................................................................................................... 3
1.5
Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 4
1.6
Ruang Lingkup ............................................................................................................. 4
1.7
Sistematika Pembahasan .............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Permukiman, Kumuh dan Permukiman Kumuh ........................................ 7
2.2
Pengertian Kesadaran ................................................................................................... 9
2.3
Konsep Partisipasi ........................................................................................................ 9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian .......................................................................................................... 10
3.2
Pendekatan Penelitian ................................................................................................... 10
3.3
Tahap Pengumpulan Data............................................................................................. 12
3.4
Teknik Analisis ............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kota Palu atau sering di sebut kota teluk merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Palu berada pada kawasan dataran lembah palu dan teluk. Kota Palu dibagi dalam delapan kecamatan dan 43 kelurahan. Kota Palu memiliki populasi penduduk Kota 367.342 jiwa menurut data BPS tahun 2016 serta memiliki luas wilayah 395,06 kilometer persegi. Seiring meningkatnya jumlah penduduk Kota Palu dari tahun ke tahun jika ditinjau dari data BPS tiap tahunnya, kepadatan Kota Palu makin meningkat sehingga perlu dilakukan perencanaan yang berkelanjutan terhadap kawasan permukiman Kota Palu. Dengan melihat beberapa kondisi permukiman yang ada di Kota Palu serta berdasarkan hasil tinjauan pemerintah kota, terdapat beberapa kawasan permukiman kumuh di Kota Palu. Dilihat dari beberapa faktor yang menjadi penilai kumuh sendiri seperti penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, perilaku masyarakat, ketidak teraturan bangunan, kepadatan bangunan, kualitas rumah hunian, sanitasi, serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standar kelayakan dalam sebuah permukiman. Berdasarkan SK Walikota Palu, Kota Palu mempuyai sebelas kawasan kumuh yaitu, Kelurahan Ujuna-Nunu dengan luas kawasan kumuh 0,054 Km 2, Kelurahan Balaroa Pasar Manonda Bagian Selatan dengan luas kawasan kumuh 0,052 Km 2, Kelurahan Balaroa Pasar Manonda Bagian Barat dengan luas kawasan kumuh 0,043 Km 2, Silae dengan luas kawasan kumuh 0,054, Besusu Barat dengan luas kawasan kumuh adalah 0,058 Km 2, Talise dengan luas kawasan kumuh 0,031 Km 2, Tondo dengan luas kawasan kumuh 0,115 Km 2, Petobo dengan luas kawasan kumuh 0,257 Km 2, Pengawu dengan luas kawasan kumuh 0,025 Km 2, Pantoloan dengan luas kawasan kumuh 0,0265 Km 2 dan Lambara-Panau dengan luas kawasan kumuh 0,116 Km 2. Kelurahan Ujuna merupakan salah satu kawasan permukiman kumuh. Ujuna berada di Kecamatan Palu Barat, Memiliki Luas 0,5 Km 2. Kawasan ini berada di sempadan Sungai Palu. Jika terjadi hujan di hulu sungai dan hilir sungai, sungai akan meluap dan meyebabkan banjir. Kumuhnya kawasan Kelurahan Ujuna diantaranya adalah jalan lokal yang tidak memenuhi kriteria dilihat dari fungsi dan lebar jalan, drainase yang kurang baik dan masih meyatu dengan pembuangan air limbah, sarana jumlah TPS yang belum memadai, pengelolaan persampahan masih kurang baik, sanitasi, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan
1
masih rendah, ketidak teraturan bangunan dilihat dari KDB dan KLB dan kualitas rumah hunian yang tidak layak. Menurut Khomarudin (1997) permukiman kumuh dapat didefinisikan suatu lingkungan yg berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha) dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah, jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standard, sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan serta hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diluar perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan diatas terkait kawasan permukiman kumuh di Kota Palu, penelitian ini hanya memfokuskan pada satu kawas an permukiman kumuh yaitu Kelurahan Ujuna dengan judul “Peningkatan Sarana Dan Prasarana Pada Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Ujuna Kecamatan Palu Barat Kota Palu” . Diharapkan
penelitian ini nantinya bisa menjadi acuan bagi kawasan kumuh lainnya
1.2
Rumusan Masalah
Kelurahan Ujuna merukakan salah satu kelurahan yang memiliki letak yang sangat strategis dalam rencana tata ruang serata rencana detail tata ruang Kota Palu. Kelurahan Ujuna berada di pusat Kota Palu merupakan salah satu wilayah yang di tetapkan sebagai kawasan strategis pertumbuhan ekonomi dengan fungsi sebagai pusat pelayanan terpadu kegiatan perdagangan dan jasa. Tidak hanya itu, Kelurahan Ujuna berada dekat dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Palu yang di tetapkan sebagai wilayah strategis lingkungan. Berdasarkan uraian diatas Kelurahan Ujuna memiliki wilayah yang sangat potensial dikarenakan wilayahnya yang sangat strategis. Dilihat dari potensi wilayah Kelurahan Ujuna tidak lepas dari permasalahan yang ada pada sebuah kota. Dalam perkembangan suatu kota, sangat erat kaitannya dengan mobilitas penduduknya. Masyarakat yang mampu, cenderung memilih tempat huniannya keluar dari pusat kota. Sedangkan dari masyarakat yang kurang mampu akan cenderung memilih tempat tinggal di pusat kota, khususnya kelompok masyarakat urbanisasi yang ingin mencari pekerjaan di kota. Kelompok masyarakat inilah yang karena tidak tersedianya fasilitas perumahan yang terjangkau oleh kantong mereka serta kebutuhan akan akses ke tempat usaha, menjadi peyebab timbulnya lingkungan permukiman kumuh di perkotaan sebagaimana yang terjadi di Kelurahan Ujuna. Menurut Suparlan (2002), dalam Syaiful. A (2002) bahwa permukiman dapat digolongkan sebagai permukiman kumuh karena, pertama, kondisi dari permukiman tersebut ditandai oleh bangunan rumah-rumah hunian yang dibangun secara semrawut dan memadati 2
hampir setiap sudut permukiman, dimana setiap rumah dibangun diatas tanah tanpa halaman. Kedua, jalan-jalan yang ada diantara rumah-rumah seperti labirin, sempit dan berkelok-kelok, serta becek karena tergenang air limbah yang ada disaluran yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ketiga, sampah berserakan dimana-mana, dengan udara yang pengap dan berbau busuk. Keempat , fasilitas umum kurang atau tidak memadai. Kelima, kondisi fisik hunian atau rumah pada umumnya mengungkapkan kemiskinan dan kekumuhan, karena tidak terawat dengan baik. Berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada di Kelurahan Ujuna, dimana kondisi Kumuhnya kawasan Kelurahan Ujuna diantaranya adalah jalan lokal yang tidak memenuhi kriteria dilihat dari fungsi dan lebar jalan, drainase yang kurang baik dan masih meyatu dengan pembuangan air limbah, sarana jumlah TPS yang belum memadai, pengelolaan persampahan masih kurang baik, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan masih rendah, ketidak teraturan bangunan dilihat dari KDB dan KLB dan kualitas rumah hunian yang tidak layak. Berdasarkan uraian tersebut diatas sehingga perlu dilakukan peningkatan sarana dan prasarana pada kawasan permukiman kumuh Kelurahan Ujuna.
1.3
Pertayaan Penelitian
Dari Rumusan masalah yang telah di uraikan diatas terkait permukiman kumuh di Kelurahan Ujuna maka pertayaan penelitian adalah: 1.
Bagaimana kondisi sarana perdagangan di Kelurahan Ujuna?
2.
Bagaimana Kondisi sarana yang ada di Kelurahan Ujuna terkait tingkat kekumuhan?
3.
Bagaimana kondisi prasarana yang ada di Kelurahan Ujuna terkait dengan tingkat kekumuhan?
4.
Apakah ada hubungan kekumuhan terhadap KDB dan KLB bangunan?
5.
Apakah DAS (Daerah Aliran Sungai) mempengaruhi t ingkat kekumuhan?
1.4
Tujuan Dan Sasaran
1.4.1 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pengembangan kawasan kumuh perkotaan khususnya Kelurahan Ujuna untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan. 1.4.2 Sasaran
a.
Teridentifikasinya kebijakan dan program penanganan permukiman kumuh yang telah ada. 3
b.
Teridentifikasinya tingkat penanganan permukiman kumuh ditinjau dari aspek fisik lingkungan permukiman, sarana dan prasarana, kondisi pertimbangan lainnya berupa kondisi sosial budaya dan legalitas tanah terkait.
c.
Teridentifikasinya hasil penilaian melalui evaluasi dari program penanganan permukiman kumuh dengan penilaian kondisi esisting.
d.
Arahan pengembangan penanganan permukiman kumuh berdasarkan hasil analisi
e.
Ilustrasi penanganan permukiman kumuh
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian pada peningkatan sarana dan prasarana pada kawasan permukiman kumuh Kelurahan Ujuna Kecamatan Palu Barat Kota Palu memiliki manfaat yaitu, dapat menganalisis program-program dalam penanganan permukiman kumuh di perkotaan. Selain itu dapat memberikan arahan-arahan untuk rencana penanganan yang diperlukan khususnya dalam memberikan penanganan pada kawasan permukiman kumuh baik karakteristik permukiman kumuh bantaran sungai di wilayah perkotaan ataupun permukiman kumuh yang tidak berada pada bantaran sungai.
1.6
Ruang Lingkup
1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kelurahan Ujuna adalah merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Palu Barat, luas wilayah Kelurahan Ujuna yaitu 0,49 Ha. Batas Wilayah Kelurahan Ujuna adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Baru
Sebelaah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nunu
Sebelah Barat dengan Kelurahan Siranindi
Sebelah Timur dengan Sungai Palu
4
Gambar 1.1 PETA KELURAHAN UJUNA
5
1.6.2 Ruang lingkup Substansi
Pada kajian penelitian untuk lingkup kajian pembahasan memiliki beberapa substansi yaitu diantaranya sebagai berikut: 1.
Mengkaji kondisi fisik kawasan permukiman kumuh sebagaimana dalam kondisi fisik dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, diantaranya kondisi fisik bangunan, kondisi jalan lingkungan, kondisi drainase lingkungan, kondisi penyediaan air minum, kondisi pengelolaan air limbah, kondisi pengelolaan persampahan, kondisi pengaman kebakaran. Selain itu terdapat Bahasan mengenai permasalahan sosial-ekonomi, hal tersebut berkaitan dengan kearifan lokal yang berkembang di permukiman kumuh yang menjadikan adanya kegiatan sehari-hari baik untuk kepentingan sosial maupun perekonomian.
2.
Menganalisis mengenai Pencapaian dan Kesesuaian terhadap pemerintah dalam pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh yaitu dengan mengunakan pendekatan evaluasi rencana. Adanya potensi dan masalah dari adanya program penanganan permukiman kumuh.
3.
Menjelaskan beberapa arahan pada potensi dan masalah dari program penanganan permukiman kumuh, sehingga hal ini dapat sebagai pertimbangan dasar dalam rekomendasi berupa arahan pada permasalahan.
1.7
Sistematika Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN Berisi latar belakang pengambilan topik dan judul penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi dan sist ematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka merupakan kajian literatur yang digunakan dalam meyelesaikan penelitian yang terkait permukiman kumuh.
BAB III METODE PENELITIAN Motode penelitian yaitu terdiri dari lokasi penelitian, pendekatan penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, tahap pengumpulan data dan teknik analisis.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Permukiman, Kumuh dan Permukiman Kumuh
2.1.1 Pengertian Pemukiman
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement . Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi 2.1.2 Pengertian Kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai suatu daerah yang kotor yang bangunan-bangunannya sangat tidak memenuhi syarat. Jadi daerah slum’s dapat diartikan sebagai daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status ekonomi rendah dan bangunan bangunan perumahannya tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai perumahan yang sehat. Slum’s merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi kondisinya tidak layak huni atau tidak memnuhi persyaratan sebagai tempat permukiman (Utomo Is Hadri, 2000). Slum’s yaitu permukiman diatas lahan yang sah yang sudah sangat merosot (kumuh) baik perumahan maupun permukimannya (Herlianto, 1985). Dalam kamus sosiologi Slum’s yaitu diartikan sebagai daerah penduduk yang berstatus ekonomi rendah dengan gedung-gedung yang tidak memenuhi syarat kesehatan. (Sukamto Soerjono, 1985). 2.1.3 Pemukiman Kumuh
Kawasan kumuh adalah kawasan dimana rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan, kepadatan bangunan, persyaratan rumah
7
sehat, kebutuhan sarana air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya. Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. Parsudi Suparlan adalah : 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai. 2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruangruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya. 4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai : a) Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar. b) Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW. c) Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar. 5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informil. Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa permukiman kumuh memiliki ciri “kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin”. Penggunaan ruang tersebut berada pada suatu ruang yang t idak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi permukiman, seperti muncul pada daerah sempadan untuk kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. Keadaan demikian menunjukan bahwa penghuninya yang kurang mampu untuk membeli atau menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi, sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada. Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana yang kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni. Dengan begitu, permukiman yang berada pada kawasan SUTET, semapadan sungai, semapadan rel kereta api, dan sempadan situ/danau merupakan kawasan permukiman kumuh. 8
2.2
Pengertian Kesadaran
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa kesadaran yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Dalam Cambridge international dictionary of English (1995) pertama kesadaran diartikansebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Kedua, kesadaran diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dan sebagainya yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Kesadaran mencakup 3(tiga) hal, yaitu persepsi, pikiran dan perasaan (Atkinson dkk, 1997). Pengertian persepsi dari Kamus Psikologi adalah berasal dari Bahasa Inggris perception yang artinya: persepsi, penglihatan, tanggapan; yaitu proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono & Gulo, 1987: 343). 2.3
Konsep Partisipasi
Menurut para ahli, pengertian partisipasi adalah pengikutsertaan. Beberapa definisi partisipasi yang dikemukakan oleh berbagai ahli adalah sebagai berikut:
Santoso Sastropoetro mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan spontan dengan kesadaran disertai tanggung-jawab tehadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Alastraire White mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan komuniti setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksananaannya terhadap proyek proyek pembangunan.
Allport mengemukakan bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Dengan keterlibatan dirinya juga berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya.
Menurut Davis, partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok atau berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan t ersebut Sastroputro (Huraerah, 2008) mengemukakan partisipasi adalah keterlibatan mental atau
pikiran dan perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok untuk mencapai suatu tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang berrsangkutan. Dari pengertian tersebut dikemukakan bahwa partisipasi bukan keterlibatan yang sifatnya lahiriah saja, akan tetapi keterlibatan ini menyangkut pikiran atau perasaan.
9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Ujuna Kecamatan Palu Barat Kota Palu. Berdasarkan SK Walikota Palu, Kota Palu mempuyai sebelas kawasan kumuh diantaranya Kelurahan Ujuna dengan luas kawasan kumuh 0,054 Km 2. Selain berdasarkan SK Walikota Palu terkait kawasan kumuh yang telah di tetapkan Kelurahan Ujuna merukakan salah satu kelurahan yang memiliki letak yang sangat strategis dalam rencana tata ruang serta rencana detail tata ruang Kota Palu. Kelurahan Ujuna berada di pusat Kota Palu merupakan salah satu wilayah yang di tetapkan sebagai kawasan strategis pertumbuhan ekonomi dengan fungsi sebagai pusat pelayanan terpadu kegiatan perdagangan dan jasa. Tidak hanya itu, Kelurahan Ujuna berada dekat dengan Daerah Alir an Sungai (DAS) Kota Palu yang di tetapkan sebagai wilayah strategis lingkungan. Kelurahan Ujuna adalah merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Palu Barat, luas wilayah Kelurahan Ujuna yaitu 0,49 Ha. Batas Wilayah Kelurahan Ujuna adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Baru
Sebelaah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nunu
Sebelah Barat dengan Kelurahan Siranindi
Sebelah Timur dengan Sungai Palu
3.2
Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan konsep-konsep dasar yang digunakan untuk menjabarkan pencapaian tujuan penelitian kedalam metode dan teknik pelaksanaan penelitian. Penelitian peningkatan sarana dan prasarana permukiman kumuh di Kelurahan Ujuna menggunakan pendekatan penelitian dan berkaitan dengan tujuan dan ruang lingkup studi. Penelitian fokus pada peningkatan sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang terdapat pada Kelurahan Ujuna, meliputi ketidak teraturan bangunan dilihat dari KDB dan KLB, jalan, drainase, l imbah, persampahan, sosial, serta ekonomi masyarakat. Objek penelitian diambil secara acak dengan menggunakan perhitungan sampling. Pada penelitian ini output yang dihasilkan adalah bentuk peningkatan lingkungan kawasan permukiman kumuh. a.
Metode Kuantitatif
10
Metode kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk data yang tersaji dalam bentuk angka dan terukur. Metode ini lebih akurat dari kualitatif karena didukung bukti numerik. Data yang diolah menggunakan metode ini adalah:
Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi digunakan untuk mempertegas berbagai deskripsi kualitatif dalamn identifikasi dan analisis. Distribusi frekuensi untuk mengolah data numerik hasil kuesioner dengan melibatkan data statistik dan standar-standar yang terkait literatur studi untuk memperoleh gambaran suatu fenomena. Hasil dari pengolahan berupa prosentase yang ditampilkan dalam bentuk perhitungan dan pie chart . Kategori yang digunakan adalah kelayakan hunian, kepadatan hunian, tingkat kemiskinan, dan tingkat perekonomian. 1. Kelayakan Huni Kelayakan hunian didapat dari variabel luas persil /kapling rumah sesuai Kepmen PU No.2/KPTS/M/1986, yaitu:
Layak : luas kapling > 60 m².
Tidak layak : luas kapling < 60 m²
2. Kepadatan Hunian Kepadatan hunian didasarkan pada pedoman standar teknis pembangunan rumah sederhana
sehat
dalam
Kepmen
Permukiman
dan
Prasarana
Wilayah
No.403/KPTS/M/ 2002 yaitu: standar kebutuhan luas minimum bangunan Indonesia adalah 9 m²/jiwa. Berdasarkan hal tersebut maka kepadatan hunian dalam rumah dibagi menjadi tiga kategori, sebagai berikut:
Sangat Baik : apabila luas lantai hunian per jumlah penghuni > 10 m²/jiwa.
Baik
: apabila luas lantai hunian per jumlah penghuni adalah 9 - 10
m²/jiwa.
Buruk
: apabila luas lantai hunian per jumlah penghuni < 9 m²/jiwa.
3. Tingkat Perekonomian Tingkat perekonomian dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat pengeluaran dan pendapatan masyarakat yang dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:
Sangat baik : apabila pengeluaran < pendapatan
Baik
Buruk
: apabila pengeluaran = pendapatan : apabila pengeluaran > pendapatan
11
b. Metode Kualitatif
Metode kualitatif merupakan metode yang praktis dan hasilnya mudah dipahami. Metode ini merupakan metode yang sifatnya non-numerik dan biasanya berupa deskriptif atau sebab akibat. Deskripsi dalam studi ini merupakan intepretasi dari observasi dan wawancara. Pada penelitian ini teknik pengolahan data yang digunakan yaitu:
Analisis deskriptif merupakan analisis untuk memberi gambaran penjelasan dan pengertian tentang keadaan wilayah studi dengan lengkap dan jelas. Analisis ini dilakukan berdasarkan data kualitatif yang tidak terukur dan data kuantitatif yang terukur serta hasil observasi. Analisis deskriptif digunakan pada penelitian ini untuk menganalisis karakteristik fisik permukiman kumuh, karakteristik sosial, karakteristik ekonomi, kebijakan rencana penataan permukiman, tingkat kekumuhan, serta bentuk penataan permukiman.
Analisis
pembobotan
merupakan
analisis
untuk
mengelompokkan
kriteria
berdasarkan nilai sesuai tingkatannya. Analisis pembobotan pada penelitian ini dilakukan untuk menghitung tingkat kekumuhan berdasarkan karakteristik persebaran permukiman kumuh.
3.3
Tahap Pengumpulan Data
Data merupakan hal mendasar yang dapat mendukung proses analisis dalam penelitian. Data adalah bahan keterangan tentang suatu objek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian (Bungin, 2004:119). Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisiting di wilayah studi. Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan cara yang tersistematik untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian merupakan hasil pengumpulan data dengan survei. Survei merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh fakta dari gejala atau kejadian yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik tentang institusi, sosial, ekonomi atau politik, dari suatu kelompok atau daerah (Hasan, 2004:8). Survei yang dilakukan untuk mengumpulkan data, yaitu: A.
Survei Sekunder
Survei sekunder adalah pengumpulan data yang diperoleh dari sumber kedua dari data yang dibutuhkan, yaitu dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian (Hasan, 2004:19). Survei sekunder yang dilakukan berupa survei instansional dan survei kepustakaan. Survei instansional adalah tipikal pengumpulan data sekunder yang berbentuk produk-produk pendataan informatif (dokumen) maupun beberapa masukan yang terkait dengan materi pekerjaan yang berasal dari pelaku terkait guna eksplorasi informasi lebih lanjut. Dalam 12
penelitian ini data yang dikumpulkan bersumber dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Data-data tersebut adalah: a. Peraturan perundang-undangan terkait permukiman kumuh b. Kebijakan pembangunan dan tata ruang c. Kebijakan perumahan dan tata ruang d. Program penanganan permukiman kumuh yaitu KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) e. Perangkat dan sumberdaya lainnya yang sudah te rsedia dalam penanganan permukiman kumuh, seperti sistem informasi, SDM, kelembagaan, pendanaan. Sementara survei kepustakaan merupakan survei yang dilakukan terhadap data dan informasi yang telah tersedia. Melalui survei kepustakaan ini akan digali konsep-konsep, teoriteori, serta hasil studi dan kajian mengenai penanganan permukiman kumuh. Data serta informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui buku teks, laporan-laporan studi, makalah dan jurnal. B.
Survei Primer
Survei primer merupakan pengumpulan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari objek penelitian di lapangan (Hasan, 2004:19). Survei primer yang dilakukan yaitu: 1.
Observasi Lapangan
Observasi lapangan adalah suatu metode untuk melakukan kajian langsung pada lokasi kasus studi, terutama pada kawasan kumuh Kelurahan Ujuna. Observasi lapangan ini digunakan untuk mengamati secara langsung lokasi kawasan permukiman kumuh. Metode observasi lapangan digunakan untuk mengenali karakterist ik permukiman kumuh yang dapat melengkapi gambaran karakteristk permukiman kumuh yang telah diperoleh melalui data sekunder. 2.
Wawancara
Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden (Nazir dalam Bungin, 2004:126). Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data yang valid tentang kondisi permukiman. Wawancara dilakukan pada instansi-instansi terkait dan tokoh masyarakat di Kelurahan Ujuna untuk mendukung data sekunder yang ada, sehingga mempermudah proses analisis. Kebutuhan data yang didapat dengan cara wawancara adalah kondisi karakteristik penduduk dan kondisi pembangunan berkelanjutan.
13
3.
Kuesioner
Kuesioner merupakan instrumen survei yang memuat pertanyaan untuk direspon oleh individu yang dapat diajukan sebagai bandingan terhadap wawancara (Hasan, 2004:24). Teknik ini dilakukan dengan cara pengisian form pertanyaan kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya dengan perhitungan sampling . Tujuan menggunakan kuesioner untuk memperoleh informasi yang relevan mengenai kondisi sosial, ekonomi, permukiman dan prasarana yang ada di wilayah studi. Kuesioner dilakukan dengan melakukan proses tanya jawab yang mengacu pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka (open question) dengan format yang terstruktur dan bentuknya merupakan pilihan ganda untuk mempermudah dalam pengolahan data. Kebutuhan data yang didapat dengan cara kuesioner adalah karakteristik permukiman, karakteristik sosial, serta karakteristik ekonomi masyarakat. Data hasil survei kemudian disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan kelompok data. Pengelompokkan data hasil survei dilakukan untuk mempermudah proses analisis dalam penelitian. Variabel data yang butuhkan dalam penelitian untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Kebutuhan Data No
SASARAN
1
VARIABEL
Identifikasi karakteristik fisik permukiman, sosial dan ekonomi masyarakat secara makro
2
Identifikasi karakteristik fisik permukiman, sosial dan ekonomi masyarakat secara mikro
Fisik alam
- Topografi - Klimatologi - Jenis tanah - Rawan bencana Fisik bangunan Legalitas Kepadatan bangunan Kondisi sosial masyarakat Kepadatan penduduk Budaya/adat
Fisik bangunan - Status kepemilikan - Permanensi bangunan - Luas unit rumah - Jumlah KK dan anggota keluarga Ketersediaan dan kondisi prasarana - Ketersediaan sanitasi - Kondisi drainase (luas, jenis bahan, kondisi) - Kondisi jalan (luas, jenis bahan, kondisi) - Pembuangan sampah
14
-
Kondisi ekonomi masyarakat Mata pencaharian Tingkat pendapatan Tingkat pengeluaran Kondisi sosial masyarakat Tingkat pendidikan Alasan bermukim Status bermukim (sejak
lahir/pendatang) 3
Identifikasi kebijakan pemerintah
- Regulasi penataan permukiman - Rencana penataan permukiman
Sumber: https://core.ac.uk/download
3.5
Teknik Analisis
Penelitian mengenai penataan permukiman kumuh di Kelurahan Ujuna dilakukan dengan teknik analisis yang dapat mendukung penelitan ini, maka digunakan metode analisis kualita tif. Analisis kualitatif adalah analisis data yang dilakukan terbatas pada teknik pengolahan data, yaitu hanya sekedar membaca tabel, grafik atau angka dan kemudian diuraikan oleh peneliti (Hasan, 2004:30). Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang sudah diolah yaitu analisis deskriptif dan analisis pembobotan. Berikut analisis yang digunakan dalam penelitian: a.
Analisis Karakteristik Fisik Permukiman Kumuh Analisis karakteristik fisik permukiman kumuh dilaksanakan menggunakan alat analisis deskriptif. Input data yang dibutuhkan untuk analisis ini yaitu kondisi fisik alam untuk mengetahui kesesuaian lahan; kondisi fisik bangunan untuk mengetahui tipe permanensi bangunan; dan kondisi prasarana. Hasil dari identifikasi tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis karakteristik fisik permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Ujuna sehingga diketahui zona persebaran permukiman.
b.
Analisis Karakteristik Sosial Masyarakat Analisis karakteristik sosial masyarakat menggunakan alat analisis deskriptif. Identifikasi tersebut dilakukan menggunakan data tingkat pendidikan masyarakat, ala san bermukim, lama bermukim serta budaya/adat yang ada.
c.
Analisis Karakteristik Perekonomian Masyarakat Analisis karakteristik ekonomi masyarakat menggunakan alat analisis deskriptif. Identifikasi tersebut dilakukan menggunakan data mata pencahar ian, tingkat pendapatan, dan tingkat pengeluaran. Tahapan pertama mengidentifikasi kondisi jenis mata pencaharian yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan. Lalu dilakukan perhitungan
15
antara tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran (per bulan) untuk mengetahui tingkat perekonomian masyarakat d.
Analisis Tingkat Kekumuhan Penentuan tingkat kekumuhan dilakukan untuk memudahkan penataan yang sesuai dengan tingkat kekumuhan kawasan. Analisis ini untuk menentukan tingkat kekumuhan kawasan sesuai pembagian zona berdasarkan permanensi bangunan rumah. Analisis tingkat kekumuhan menggunakan alat analisis pembobotan dengan input data kondisi fisik rumah, prasarana dan ekonomi. Pembobotan dilakukan dengan menyajikan data dalam tabel sesuai kriteria, kemudian dinilai bobotnya. Hasil penilaian bobot kemudian dihitung menggunakan rumus nilai bobot per komponen penilaian, seperti berikut:
Keterangan: I
= Tingkat Kekumuhan
NB
= Nilai Bobot
N
= Komponen Penilaian
Berikut ini kompenen penilaian yang dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kekumuhan di Kelurahan Cilacap: Tabel 3.2 Komponen Penilaian Tingkat Kekumuhan No
1
2
3
4
5
Faktor
Kondisi Jalan
Kondisi Drainase Kondisi Persampahan
Sanitasi
Fisik Bangunan
Kalsifikasi
Bobot
Sangat baik (aspal/paving, tidak ada l ubang)
40
Baik (aspal/paving, ada sedikit lubang)
50
Buruk (paving/tanah, banyak lubang)
60
Sangat baik (aliran lancar, tidak ada sampah)
40
Baik (aliran tidak lancar, ada sedikit sampah)
50
Buruk (air menggenang, ada banyak sampah)
60
Sangat baik (dibuang ke TPS)
40
Baik (dibakar)
50
Buruk (dibuang ke laut/sungai)
60
Sangat baik (WC pribadi)
40
Baik (WC umum)
50
Buruk (sungai/Laut)
60
Sangat baik (dinding beton, atap genting, lantai keramik) Baik (dinding ½ bata, ½ kayu, atap seng/ genting, lantai plester)
40
16
50
No
6
7
Faktor
Kepadatan Hunian
Kondisi Perekonomian
Kalsifikasi Buruk (dinding kayu/ anyaman bambu, atap seng/rumbai, lantai tanah) Sangat baik (luas lantai hunian per jumlah penghuni > 10 m²/jiwa) Baik (luas lantai hunian per jumlah penghuni adalah 9 10 m²/jiwa) Buruk (luas lantai hunian per jumlah penghuni < 9 m²/jiwa)
Bobot
60 40 50 60
Sangat baik (pengeluaran < pendapatan)
40
Baik (pengeluaran = pendapatan)
50
60 Buruk (pengeluaran > pendapatan) Sumber: Penataan kawasan permukiman kumuh Di kelurahan cilacap kabupaten cilacap melalui Peningkatan kualitas fisik lingkungan.
Penilaian akhir penzonaan kawasan permukiman kumuh dilakukan sebagai akumulasi dari hasil perhitungan terhadap kriteria diatas. Proses penilaian menggunakan batas ambang yang dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu:
e.
Kategori kumuh rendah
= 30 – 40
Kategori kumuh sedang
= 41 – 50
Kategori kumuh tinggi
= 51 – 60
Analisis Kebijakan Rencana Penetaan Permukiman Analisis rencana penataan permukiman merupakan suatu acuan untuk merumuskan bentuk penataan permukiman agar sesuai dengan kebijakan pemerintah. Data rencana penataan didapat dari hasil wawancara dengan Bappeda dan PUPR Kota Palu.
f.
Analisis Bentuk Penataan Permukiman Analisis bentuk penataan permukiman dilakukan menggunakan alat analisis deskriptif dengan melihat permasalahan yang ada di setiap zona tingkat kekumuhan, lalu disesuaikan dengan kebijakan penataan dari pemerintah.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/543/jbptunikompp-gdl-diralazuar https://www.scribd.com/document/340580209/13-Kawasan-Kumuh-Di-Kota-Palu http://repository.unpas.ac.id http://p2kp.org/wartaarsipdetil.asp?mid=8338&catid=2&
18