PERSEPSI Tugas Individu Mata Kuliah Perilaku Organisasi Dosen : Dr. Sapja Anantanyu, SP, M.Si
Disusun oleh Fitra Juliyanto NIM S621208001 (S2)
Program Studi Penyuluhan Pembangunan Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013
Page |1
A. PENGERTIAN PERSEPSI Kata persepsi berasal dari bahasa latin yaitu “perceptio” yang memiliki arti menjadi sadar atau sadar (akan sesuatu); menyadari atau memahami. Dalam kamus Oxford, kata persepsi sebagai kata benda memiliki arti kemampuan untuk melihat, mendengar, atau menjadi sadar akan sesuatu melalui panca indra. Pengertian lainnya yaitu cara dalam menanggap, memahami, dan menafsirkan sesuatu. Menurut Miftah Thoha (2012), persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran
yang
unik
terhadap
situasi,
dan
bukannya
suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi (Fred Luthans, 1995; Miftah Thoha, 2012). Beberapa pengertian lain yang diungkapkan para ahli adalah sebagai berikut. 1. Persepsi
adalah
menghasilkan
suatu
suatu
proses
gambaran
kognitif
unik
kompleks
tentang
dunia,
yang sebuah
gambaran yang mungkin sangat berbeda dari kenyataan (Fred Luthans, 1995). 2. Persepsi adalah proses bagaimana seorang induvidu memilih, mengorganisasi
dan
menginterprestasikan
masukan-masukan
informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti (Philip Kotler, 1997). 3. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu (Drever dalam Sasanti, 2003). 4. Persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami lingkungan sekitar kita. Pengenalan
Page |2
benda-benda merupakan salah satu dari fungsi utama proses ini. (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, 2003, h. 208). 5. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman serta pegalaman masa lalu (Sarwono, 2004). 6. Persepsi (perception) adalah proses dimana individu mengatur dan menginter-prestasikan
kesan-kesan
sensoris
mereka
guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka. (Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2012) 7. Persepsi adalah proses penyeleksian dan pengorganisasian dari rangsangan yang telah diterima, sehingga dapat memberikan pengalaman yang memiliki makna, kepada orang yang menerima rangsangan itu (Agus Suntoyo, 2008, hal. 153). 8. Menurut Hidayat (2009), persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut : a. Proses
seseorang
pengorganisasian
dan
memahami penafsiran
lingkungan, rangsang
meliputi
dalam
suatu
pengalaman psikologis. b. Proses kognitif menginterprestasi obyek, simbol dan orang dengan pegalaman yang relavan. c. Proses ekstraksi informasi persiapan untuk merespon. Hal yang perlu diperhatikan dari seluruh pengertian diatas adalah bahwa makna atau arti yang dihasilkan oleh persepsi belum tentu sama dengan kenyataan objektifnya. Dari pengertian diatas, juga
diketahui
bahwa
persepsi
seseorang
sangat
dipengaruhi
informasi yang diterima serta pengalaman yang dimilikinya. Karena itu, persepsi antara satu orang dengan orang lain pada satu hal yang sama dapat berbeda (bersifat individu). David Krech, Richard S. Crutchfield, dan Egerton L. Ballachy (1992) dalam Miftah Thoha (2012) menjelaskan hal ini dengan pernyataannya sebagai berikut. “Peta kognitif individu itu bukanlah penyajian fotografik dari suatu kenyataan fisik, melainkan agak bersifat konstruksi pribadi yang kurang sempurna mengenai obyek tertentu, diseleksi
Page |3
sesuai dengan kepentingan utamanya dan dipahami menurut kebiasaannya. Setiap pemahaman itu, pada tingkat tertentu, bukanlah
seniman
yang
representatif
karena
pelukisan
gambaran tentang kenyataan itu hanya menyatakan pandangan realitas individunya.”
Fred Luthans (1995) menyatakan bahwa mengenali perbedaan antara dunia hasil persepsi dan dunia nyata sangat penting untuk memahami perilaku organisasi. Untuk itu, menurutnya langkah awal yang
diperlukan
dalam
memahami
persepsi
adalah
dengan
memahami perbedaan antara sensasi (sensation) dan persepsi serta memiliki pengetahuan bagaimana subproses persepsi dari kognitif utama bekerja. Secara umum, para ahli ilmu perilaku setuju bahwa “realitas” seseorang pada dunia disekitarnya tergantung pada indera yang dimilikinya.
Secara
fisik
indera
mengacu
pada
penglihatan,
pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Adapula beberapa ahli yang menyebutkan adanya indera ke-enam sebagai suatu unsur penting dalam penyesuaian perilaku manusia, salah satunya adalah W. Jack Duncan (1981). Namun, para psikolog tidak menerima adanya indera ke-enam tersebut. Persepsi lebih kompleks dan lebih luas dari sensasi. Sensasi lebih kepada perilaku dasar yang ditentukan sebagian besar oleh fungsi fisiologis. Proses persepsi dapat didefinisikan sebagai sebuah interaksi yang pelik dari seleksi, penyusunan, dan penafsiran. Meskipun, persepsi sangat tergantung pada indera untuk data mentah, proses-proses kognitif akan menyaring, memodifikasi, atau bahkan merubah secara keseluruhan data tersebut. Secara singkat, proses persepsi akan menambahkan dan/atau mengurangi dunia “nyata” sensori. Pemahaman hal ini akan membantu sektor publik untuk melihat bahwa orang bahkan memiliki kesalahan persepsi atas organisasi dan keseluruhan lembaga dalam masyarakat. Terkait dengan hal ini, Miftah Thoha (2012) lebih mengartikan sensation sebagai penginderaan. Edgar F. Huse dan James L.
Page |4
Bowditch (1973) dalam Miftah Thoha (2012) dijelaskan bahwa cara umum yang bisa digunakan untuk mengenali penginderaan antara lain dengan dua aspek berikut : 1. Aspek penginderaan yang mempunyai kesamaan antara asatu orang dengan lainnya disebut kenyataan. 2. Penginderaan tersusun dalam cara yang unik bagi kita. Aspek proses
persepsi
ini
pengalaman
masa
Kesemuanya
berasal
tergantung lalu, dari
dan
pada
mekanisme
perkiraan
masa
kebutuhan-kebutuhan
biologis, sekarang.
kita
sendiri,
pengalaman, nilai-nilai, dan perasaan-perasaan. Subproses-subproses Persepsi Subproses-subproses persepsi saling berhubungan satu-sama lain. Fred Luthans (1995) mengilustrasikan hubungan tersebut seperti pada gambar 1. Dijelaskan bahwa subproses penting pertama adalah stimulus atau situasi yang sedang berlangsung. Persepsi dimulai ketika seseorang berhadapan dengan suatu stimulus atau situasi. Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berupa stimulus penginderaan dekat dan langsung atau berupa bentuk lingkungan fisik dan sosiokultur yang menyeluruh. STIMULUS OR SITUATION
PERSON
External Environment Sensual stimulation Physical Environment Office Factory floor Research laboratory Store Climate, etc. Sociocultural Environment Management styles Values Discrimination, ect
Confrontation Confrontation of of specific specific stimulus stimulus (supervisor (supervisor or or new new procedure) procedure)
Registration Registration of of stimulus stimulus (sensory (sensory and and neural neural mechanism) mechanism)
Interpretation Interpretation of of stimulus stimulus (motivation, (motivation, learning, learning, personality) personality)
Feedback Feedback for for clarification clarification (kinesthetic (kinesthetic or or psychological) psychological)
Behavior Behavior (overt (overt such such as as rushing rushing off off or or covert covert such such as as an an attitude) attitude)
Consequence Consequence (reinforcement/ (reinforcement/ punishment punishment or or some some organizational organizational outcome) outcome)
Page |5
Gambar 1. Subproses-subproses Persepsi (Fred Luthans, 1995) Subproses kedua dari persepsi adalah proses kognitif internal dalam diri seseorang yang terdiri atas regitrasi, interpretasi, dan umpan balik. Selama fenomena registrasi, mekanisme-mekanisme fisiologis seperti yaitu panca indra dan syaraf seseorang terpengaruh, kemampuan
fisiologis
untuk
mendengar,
dan
melihat
akan
mempengaruhi persepsi. Selanjutnya, aspek kognitif yang sangat berpengaruh dari persepsi adalah interpretasi. Proses interpretasi ini tergantung
pada
cara
pendalaman
(learning),
motivasi,
dan
kepribadian seseorang yang akan berbeda dengan orang lainnya. Perbedaan ini membuat interpretasi orang yang satu dengan orang yang lain pada suatu informasi yang sama akan berbeda. Di sinilah letak sumber perbedaan pertama dari persepsi, dan itulah sebabnya mengapa interpretasi merupakan subproses yang penting. Subproses terakhir adalah umpan balik. Umpan balik ini diterima dari lingkungan seseorang atas tindakan yang dilakukannya. Sebagai contoh adalah ketika seorang mahasiswa menyampaikan hasil tugasnya kepada seorang Dosen dan melihat perubahan raut wajah Dosen tersebut yang sedikit menaikkan alis matanya sambil terus membaca tugas tersebut dengan suara rendah. Feedback membentuk persepsi tersendiri bagi mahasiswa tersebut. Komponen Persepsi Jennifer M. George dan Gareth R. Jones (2012) menyebutkan bahwa persepsi memiliki tiga komponen sebagai berikut : 1. Orang yang membuat pemahaman, yaitu orang yang mencoba untuk menginterpretasikan hasil observasi yang dilakukannya atau masukan dari dari panca inderanya.
Page |6
2. Target dari persepsi, yaitu segala sesuatu yang dicoba untuk dipahami oleh seseorang. Target dapat berupa orang lain, sekelompok orang, sebuah peristiwa, sebuah situasi, sebuah idea, suatu kebisingan, atau hal lain yang menjadi fokus dari orang yang ingin memahami. 3. Situasi, yaitu konteks dimana persepsi tersebut mengambil bagian (suatu pertemuan komite, sebuah lorong, di depan mesin pembuat kopi, dan sebagainya). Hubungan ketiga kompenen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Situation or context in which perception takes place
PERCEIV ER
TARGET
Gambar 2. Komponen-komponen Persepsi (diadaptasi dari Jennifer M. George dan Gareth R. Jones, 2012 h. 97) Bagaimanapun, proses persepsi tidak selalu menghasilkan persepsi akurat ―persepsi sedekat mungkin dengan sifat benar atau tujuan target. Bahkan orang-orang yang berusaha untuk menjadi benar-benar "obyektif" sering mendasarkan keputusan mereka dan bertindak
atas
didasarkan pengalaman.
penafsiran
pada
realitas
pemikiran
Akibatnya,
yang
mereka
interpretasi
subjektif,
sendiri, realitas
yaitu
yang
perasaan, bervariasi
dan
antara
individu. Apa yang dilihat tergantung pada siapa yang melakukan penafsiran. Fakta bahwa persepsi tidak selalu akurat memiliki implikasi yang signifikan untuk memahami dan mengelola perilaku organisasi.
Page |7
Hampir setiap keputusan manajer membuat (apakah itu tentang mempekerjakan, memberhentikan, memberikan kompensasi anggota organisasi, dan sebagainya) tergantung pada persepsi dari pembuat keputusan.
Sehingga,
persepsi
akurat
adalah
prasyarat
untuk
keputusan yang baik. Ketika persepsi tidak akurat, manajer dan anggota lain dari organisasi akan membuat keputusan yang salah yang dapat merugikan tidak hanya karyawan yang terlibat, tetapi juga organisasi. Lebih lanjut, John R. Schermerhorn, Jr., dkk (2010) menjelaskan bagaimana suatu informasi diolah selama proses persepsi seperti pada gambar berikut.
Gambar 3. Tahapan pengolahan informasi selama proses persepsi Pada gambar diatas, terlihat ada empat tahap pengolahan informasi selama proses persepsi yaitu perhatian dan seleksi, organisasi, interpretasi, dan pembaikan. 1. Perhatian dan seleksi Indera kita secara terus menerus dihujani begitu banyak informasi yang jika tidak kita saring akan segera melampaui kapasitas indera kita menampung informasi. Penyaringan yang selektif akan menyisakan hanya sedikit proporsi saja. Beberapa seleksi berasal dari proses yang terkontrol. Penyaringan juga dapat terjadi tanpa disadari oleh perseptor. 2. Organisasi
Page |8
Meskipun penyaringan selektif terjadi dalam tahap perhatian, masih perlu untuk menemukan cara mengatur informasi secara efisien. Skema membantu kita melakukan hal ini. Skema adalah kerangka kerja kognitif yang mewakili pengetahuan terorganisir yang dikembangkan melalui pengalaman tentang konsep tertentu atau stimulus. Skema pribadi mengacu pada cara individu memilah orang lain ke dalam kategori, seperti jenis atau kelompok, dalam hal fitur yang dirasakan serupa. Istilah prototipe dan stereotip seringkali digunakan dalam hal ini. Mereka adalah pengaturan abstrak dari fitur-fitur yang umumnya terkait dengan anggota sebuah kategori. Orang-dalam-situasi skema menggabungkan skema yang dibangun di sekitar orang (diri dan skema pribadi) dan peristiwa (skema script). 3. Interpretasi Setelah perhatian kita telah ditarik pada rangsangan tertentu dan kita telah mengelompokkan atau mengorganisir informasi ini, langkah berikutnya adalah untuk mengungkap alasan di balik tindakan. Artinya, bahkan jika perhatian kita dipanggil untuk informasi yang sama dan kita mengaturnya dengan cara yang sama
sebagaimana
teman
kita
lakukan,
kita
mungkin
menafsirkannya berbeda atau membuat atribusi yang berbeda tentang alasan di balik apa yang telah kita rasakan. 4. Pembaikan Sejauh ini, kita telah membahas tahapan proses persepsi seolaholah mereka semua terjadi pada waktu yang sama. Namun, untuk melakukan hal itu kita mengabaikan komponen penting dari memori. Setiap tahap sebelumnya merupakan bagian dari memori itu
dan
memberikan
kontribusi
terhadap
rangsangan
atau
informasi yang tersimpan di sana. Informasi yang disimpan dalam memori harus kita diambil jika akan digunakan. Semua dari kita, pada saat memiliki informasi yang tersimpan dalam ingatan kita sulit diambil, umumnya kita akan meluruhkan memori, sehingga
Page |9
hanya beberapa informasi yang diambil. Skema memainkan peran penting di daerah ini, dan membuat sulit bagi orang untuk mengingat hal-hal yang tidak termasuk di dalamnya. Misalnya, mengingat prototipe seseorang kecerdasan,
dari
menunjukkan kemampuan
"pekerja banyak
yang baik" sebagaimana usaha,
berartikulasi,
ketepatan
dan
waktu,
ketegasan,
kita
mungkin menekankan sifat-sifat dan mengabaikan orang lain ketika mengevaluasi kinerja anggota tim yang biasanya kita anggap baik. Sesuatu seperti ketegasan akan berlebihan karena itu adalah bagian dari kinerja tinggi prototipe kita.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI Dari ketiga komponen persepsi diatas, Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge (2012) menjelaskan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seperti terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi Faktor-faktor ini dapat berada di orang yang membuat penafsiran, di objek atau target yang dirasakan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat.
P a g e | 10
Ketika kita melihat target dan berusaha untuk menafsirkan apa yang kita lihat, penafsiran kita sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi kita (sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan). Misalnya, jika kita mengharapkan polisi untuk menjadi orang yang berwibawa atau orang muda yang malas, kita mungkin menganggap mereka seperti itu, terlepas dari sifat-sifat mereka yang sebenarnya. Karakteristik dari target juga mempengaruhi apa yang kita tafsirkan. Orang yang sering bersuara dalam kelompok lebih mungkin untuk diperhatikan daripada yang diam. Jadi, juga ada individu yang sangat menarik atau tidak menarik. Karena kita tidak melihat sasaran dalam isolasi, hubungan dari target dengan latar belakangnya juga mempengaruhi persepsi, seperti halnya kecenderungan kita untuk kelompok yang dekat dan hal-hal serupa bersama-sama. Kami sering melihat wanita, pria, kulit putih, Afrika Amerika, Asia, atau anggota dari kelompok lain yang memiliki karakteristik jelas dibedakan sebagai sama dalam lainnya, juga cara yang tidak terkait. Konteks juga hal yang penting juga. Waktu di mana kita melihat suatu obyek atau kejadian dapat mempengaruhi perhatian kita, demikian juga lokasi, cahaya, panas, atau sejumlah faktor situasional. Pada sebuah klub malam pada Sabtu malam, kita mungkin tidak melihat tamu muda Namun "berpakaian ke sembilan." Bahwa orang yang sama berpakaian untuk kelas manajemen Senin pagi kita sehingga pasti akan menarik perhatian kita (dan bahwa dari seluruh kelas). Baik perseptor atau target telah berubah antara Sabtu malam dan Senin pagi, tapi situasinya berbeda. Jennifer M. George dan Gareth R. Jones (2012) menjelaskan bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
persepsi
berdasarkan
karakteristik dari ketiga komponen persepsi. Karakteristik dari orang yang membuat persepsi meliputi skema, motivasi saat itu, dan suasana hati. Karakteristik target persepsi meliputi kemenduaan (ambiguitas),
status
sosial,
penggunaan
manajemen
impresi.
P a g e | 11
Karakteristik dari situasi yang meliputi informasi tambahan dan kekontrasan. Secara sederhana, faktor-faktor tersebut dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Karakteristik dari orang yang membuat persepsi Skema: basis pengetahuan orang yang membuat persepsi
Motivasi saat itu: kebutuhankebutuhan, nilai-nilai, dan keinginankeinginan saat mempersepsikan
Karakteristik target persepsi
Karakteristik dari situasi
Kemenduaan: Kurangnya kejelasan atau kepastian yang membuat sulit untuk menentukan seperti apa seseorang, tempat, atau hal itu Status sosial: posisi seseorang dalam masyarakat atau organisasi secara nyata atau yang dirasakan
Informasi tambahan: informasi situasional yang perseptor gunakan untuk menafsirkan target Kekontrasan: pengaruh keberbedaan suatu situasi
Suasana hati: Penggunaan perasaan pada saat manajemen impresi: mempersepsikan upaya seseorang untuk mengontrol persepsi orang lain tentang dirinya Diadaptasi dari Jennifer M. George dan Gareth R. Jones (2012)
dalam
P a g e | 12
Miftah Thoha
(2012) menjelaskan bahwa pengembangan
persepsi dalam diri seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor. Dalam bukunya, ketiga faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Psikologi Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari diwaktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang
buta
warna.
Atau
suara
merdu
Grace
Simon
yang
menyanyikan lagu cinta, barangkali tidak menarik dan tidak berkesan bagi seseorang yang sulit mendengar atau sulit. 2. Famili Pengaruhan
yang
paling
besar
terhadap
anak-anak
adalah
familinya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, tidak ayal lagi kalau orang tuanya
Muhammadiyah
Muhammadiyah
pula.
akan Demikian
mempunyai pula
anak-anak
seorang
anak
yang dalam
kampanye pemilu mendukung salah Parpol X, karena orang tuanya adalah tokoh di Parpol X tersebut. 3. Kebudayaan Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang melihat dan memahami keadaan di dunia ini.
C. TEORI ATRIBUSI Manusia tidak seperti benda mati yang tunduk pada hukum alam, karena manusia memiliki keyakinan, motif, dan maksudmaksud tertentu. Itulah mengapa ketika kita mengamati orang, kita berusaha untuk menjelaskan mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu. Karena itu, persepsi dan penilaian kita atas tindakan
P a g e | 13
seseorang akan sangat dipengaruhi oleh asumsi yang kita buat tentang keadaan internal orang itu. Teori atribusi mencoba untuk menjelaskan cara-cara ketika kita menilai orang secara berbeda, tergantung pada makna yang kita hubungkan dengan perilaku tertentu1. Hal ini menunjukkan bahwa ketika
kita
mengamati
perilaku
individu,
kita
mencoba
untuk
menentukan apakah itu yang disebabkan secara internal maupun eksternal. Bagaimanapun, penentuan tersebut tergantung pada tiga faktor: (1) kekhasan, (2) konsensus, dan (3) konsistensi (Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2012). Penyebab perilaku internal adalah kita yakini mereka berada di bawah kendali pribadi individu. Penyebab perilaku eksternal adalah apa yang kita bayangkan situasi yang memaksa individu untuk melakukannya. Jika salah satu karyawan kita terlambat kerja, kita mungkin menghubungkan bahwa ia berpesta hingga larut malam dan kemudian tidur berlebihan. Ini adalah atribusi internal. Tetapi jika kita menghubungkan keterlambatan pada kecelakaan mobil yang terkait lalu lintas, kita membuat sebuah atribusi eksternal. Kekhasan mengacu pada apakah seseorang menampilkan perilaku yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Apakah karyawan yang tiba hari ini terlambat juga salah satu komitmen "angin lalu" yang biasa? Apa yang kita ingin tahu adalah apakah perilaku ini tidak biasa. Jika ya, kita cenderung untuk memberikan sebuah atribusi eksternal. Jika tidak, kita mungkin akan menilai perilaku untuk menjadi internal. Jika setiap orang yang menghadapi situasi yang sama merespon dengan
cara
menunjukkan dikatakan
yang
sama,
konsensus.
memenuhi
kita
Perilaku
kriteria
ini
dapat
mengatakan
karyawan jika
semua
sering
perilaku terlambat
karyawan
yang
mengambil rute yang sama juga terlambat. Dari perspektif atribusi, 1
H. H. Kelley, “Attribution in Social Interaction,” in E. Jones et al. (eds.), Attribution: Perceiving the Causes of Behavior (Morristown, NJ: General Learning Press, 1972); and M. J. Martinko, P. Harvey, and M. T. Dasborough, “Attribution Theory in the Organizational Sciences: A Case of Unrealized Potential,” Journal of Organizational Behavior 32,no. 1 (2011), pp. 144–149.
P a g e | 14
jika konsensus tinggi, kita mungkin akan memberikan atribusi eksternal untuk keterlambatan karyawan. Sedangkan, jika karyawan lain yang mengambil rute yang sama dapat bekerja tepat waktu, kita akan menghubungkan keterlambatan kepada penyebab internal. Akhirnya,
seorang
pengamat
mencari
konsistensi
dalam
tindakan seseorang. Apakah orang tersebut merespon dengan cara yang sama dari waktu ke waktu? Datang terlambat dalam 10 menit untuk bekerja tidak persepsikan dengan cara yang sama bagi karyawan yang belum terlambat untuk beberapa bulan sama halnya bagi karyawan yang terlambat dua atau tiga kali seminggu. Perilaku yang
lebih
konsisten,
semakin
kita
cenderung
untuk
menghubungkannya dengan penyebab internal.
Gambar 5. Teori Atribusi (Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2012)
D.SELEKTIFITAS PERSEPSI Banyak rangsangan/stimuli yang dihadapkan pada setiap orang. Suara bising pendingin ruangan, suara orang-orang yang berbicara dan
berpindah-pindah,
ataupun
suara
mesin
ketik
merupakan
sebagaian dari rangsangan yang mempengaruhi indera (ditambah dampak dari situasi lingkungan secara keseluruhan). Kadang kala,
P a g e | 15
rangsangan tersebut di bawah ambang batas kesadaran seseorang, proses yang disebut persepsi subliminal (bawah sadar). Dengan semua rangsangan yang menimpa pada seseorang, bagaimana dan mengapa mereka menyeleksi hanya sebagian kecil rangsangan pada saat tertentu? Hal ini dapat diketahui dengan mendalami prinsip-prinsip selektivitas persepsi sebagai berikut (Fred Luthans, 1995). 1. Faktor-faktor perhatian dari luar Faktor-faktor dari luar terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar
yaitu:
intensitas,
ukuran,
keberlawanan,
pengulangan,
gerakan, dan kebaruan dan kemiripan. a. Intensitas Prinsip intensitas ini yaitu semakin inten/kuat suatu rangsangan luar semakin besar kemungkinannya untuk dipersepsikan. Agen iklan menggunakan intensitas untuk meningkatkan perhatian konsumen. Variabel-variabel psikologi yang lebih kompleks dapat mengalahkan variabel luar yang sederhana. Sebagai contoh, seorang manajer yang mengeraskan suaranya untuk mendapatkan perhatian bawahannya. Jenis-jenis komplikasi kompleks ini masuk kedalam semua aspek proses persepsi. Sebagaimana konsep psikologikal lainnya, prinsip persepsi tertentu tidak dapat berdiri sendiri menjelaskan perilaku manusia yang kompleks. b. Ukuran Dalam prinsip ini, obyek yang lebih besar akan lebih besar kemungkinannya untuk dipersepsikan. Sebagai contoh, seorang teknisi komputer mungkin akan lebih memperhatikan pada bagian-bagian
komponen
yang
besar
dibandingkan
pada
bagian-bagian komponen kecilnya, meskipun bagian komponen kecil
tersebut
bisa
pengoperasiannya. c. Keberlawanan
jadi
yang
lebih
penting
dalam
P a g e | 16
Dalam
prinsip
keberlawanan,
rangsangan
luar
yang
menghalangi latar atau apa yang tidak orang harapkan, akan mendapatkan perhatian mereka. Dari prinsip ini dipahami bahwa persepsi seseorang dibentuk dan dipengaruhi oleh faktor luar diri individu yang menunjukkan adanya keberlawanan obyek dengan latar belakang atau lingkungan sekelilingnya. d. Pengulangan Prinsip pengulangan mengemukakan bahwa rangsangan luar yang berulang akan memberikan perhatian lebih dari yang hanya sekali. Prinsip ini menjelaskan mengapa seorang manajer perlu menyampaikan arahan secara berulang meskipun untuk tugas yang sederhana. e. Gerakan Prinsip gerakan menunjukkan bahwa seseorang akan lebih memberikan perhatian pada benda yang bergerak di sekitar penglihatannya dibandingkan pada obyek yang diam. f. Kebaruan dan kemiripan Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian. 2. Faktor-faktor penyusun dari dalam Faktor-faktor dari dalam yang mempengaruhi selektivitas persepsi yaitu: pembelajaran (learning), motivasi, dan kepribadiannya. a. Pembelajaran Pembelajaran memainkan peranan terbesar dalam membangun proses
persepsi.
Pembelajaran
mempengaruhi
pengaturan
dengan menciptakan sebuah pengharapan untuk menafsirkan dengan cara tertentu. Seseorang banyak “melihat” dari apa yang ada di dunia sebagai sebuah hasil dari pengalaman dan pembelajaran masa lalu. Meskipun pengalaman masa lalu itu mungkin tidak relevan untuk situasi saat ini, hal ini tetap dilakukan oleh penafsir.
P a g e | 17
b. Motivasi Motivasi memiliki dampak penting dalam selektivitas persepsi. Motivasi primer dari sex dan lapar dapat digunakan untuk menjelaskan peranan motivasi dalam persepsi. Hasrat akan sex dan juga rasa lapar akan menyita perhatian dalam porsi yang besar. Motivasi sekunder juga memainkan sebuah peran penting dalam membangun pengaturan persepsi. Seseorang yang memiliki kebutuhan yang relatif tinggi akan kekuasaan, afiliasi, atau pencapaian akan lebih memperhatikan variabel situasional yang relevan. c. Kepribadian Kepribadian,
orang
yang
membuat
persepsi,
akan
mempengaruhi pada apa yang diperhatikan dalam suatu situasi yang dihadapi. Hal ini terkait dengan kesenjangan pada gender dan usia serta nilai-nilai yang mungkin mempengaruhi cara seseorang untuk menafsirkan lingkungan sekitarnya.
E. DISTORSI PESEPTUAL UMUM Berbagai
distorsi
yang
umum
dapat
menyebabkan
ketidakakuratan dalam kesan kita dan dalam proses persepsi secara umum. Distorsi tersebut yaitu stereotip dan prototipe, efek halo, persepsi selektif, proyeksi, efek kontras, dan ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya. 1. Stereotip Stereotip terjadi ketika kita mengidentifikasi seseorang dengan kelompok atau kategori, dan kemudian menggunakan atribut yang dirasakan
terkait
dengan
kelompok
atau
kategori
untuk
menggambarkan individu tersebut. Meskipun hal ini membuat segalanya lebih mudah bagi kita dengan mengurangi kebutuhan untuk berurusan dengan karakteristik individu yang unik, itu
P a g e | 18
terlalu
menyederhanakan.
Karena
stereotip
mengaburkan
perbedaan individu, kita dapat dengan mudah kehilangan individu yang nyata. Untuk manajer ini berarti tidak secara akurat memahami kebutuhan, preferensi, dan kemampuan orang lain di tempat kerja. Beberapa stereotip yang paling umum, di tempat kerja dan dalam kehidupan pada umumnya, berhubungan dengan faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, ras, dan kemampuan fisik. 2. Efek halo Efek halo terjadi ketika salah satu atribut dari seseorang atau situasi yang digunakan untuk mengembangkan kesan keseluruhan dari individu atau situasi. Seperti stereotip, distorsi lebih mungkin terjadi pada tahap organisasi dari proses persepsi. Efek halo biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Hasil dari efek halo adalah sama seperti halnya dengan stereotip, namun, dalam perbedaan individu dikaburkan. Efek halo yang sangat penting dalam
proses
penilaian
kinerja
karena
mereka
dapat
mempengaruhi evaluasi seorang manajer dari kinerja bawahan. Misalnya, orang dengan catatan kehadiran yang baik cenderung dipandang sebagai cerdas dan bertanggung jawab, mereka dengan catatan kehadiran yang buruk dianggap berkinerja buruk. Kesimpulan tersebut mungkin atau mungkin tidak sah. Ini adalah tugas manajer untuk mencoba mendapatkan kesan yang benar daripada membiarkan efek halo menghasilkan bias dan evaluasi yang keliru. 3. Persepsi selektif Persepsi selektif adalah kecenderungan untuk mengkhususkan suatu aspek-aspek situasi, orang, atau objek yang konsisten dengan kebutuhan seseorang, nilai-nilai, atau sikap. Dampak yang paling kuat terjadi pada tahap perhatian dari proses persepsi. Distorsi persepsi ini diidentifikasi dalam studi penelitian klasik yang melibatkan eksekutif di sebuah perusahaan manufaktur. Ketika diminta untuk mengidentifikasi masalah utama dalam kasus
P a g e | 19
kebijakan bisnis yang komprehensif, eksekutif masing-masing memilih masalah yang konsisten dengan area tugas fungsional pekerjaannya. Sudut pandang yang berbeda ini kemungkinan akan mempengaruhi
bagaimana
setiap
eksekutif
akan
mendekati
masalah, mereka juga bisa menciptakan kesulitan seperti halnya eksekutif yang berusaha untuk bekerja sama dalam meningkatkan hal-hal tertentu. 4. Proyeksi Proyeksi adalah pengalihan atribut pribadi seseorang ke orang lain, hal ini sangat mungkin terjadi dalam tahap interpretasi dari persepsi. Sebuah kesalahan proyeksi klasik digambarkan oleh manajer yang beranggapan bahwa kebutuhan bawahan mereka dan mereka sendiri bersamaan. Proyeksi dapat dikontrol melalui kesadaran diri dan empati tingkat tinggi. 5. Efek kontras Efek kontras yaitu ketika makna atau interpretasi dari sesuatu yang baru hadir dan dibandingkan dengan peristiwa atau situasi yang baru-baru ini terjadi. Bentuk distorsi persepsi ini dapat terjadi ketika seseorang memberikan ceramah setelah pembicara yang kuat atau ketika diwawancarai untuk suatu pekerjaan setelah serangkaian pelamar biasa-biasa saja. Sebuah efek kontras terjadi ketika karakteristik suatu individu dikontraskan dengan orang lain yang baru-baru ditemui dan yang memiliki peringkat yang lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama. 6. Ramalan Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya adalah kecenderungan untuk menciptakan atau menemukan dalam situasi atau individu lain yang Anda harapkan untuk ditemukan di tempat pertama. Sebuah ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya kadang-kadang disebut sebagai "efek Pygmalion," nama untuk mitos pematung Yunani yang menciptakan patung pasangan yang ideal dan kemudian membuatnya menjadi hidup. Manajer akan menemukan
P a g e | 20
bahwa ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya dapat memiliki hasil positif dan negatif. Akibatnya, mereka dapat diciptakan dalam situasi kerja yang kita harapkan untuk ditemukan. Misalkan Anda menganggap bahwa anggota tim lebih memilih untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan mereka di luar lingkungan kerja dan ingin hanya memiliki keterlibatan minimal dengan pekerjaan mereka. Akibatnya, Anda memberikan mereka dengan pekerjaan yang sangat sederhana, terstruktur dan dirancang untuk memerlukan keterlibatan kecil. Dapatkah Anda memprediksi apa tanggapan mereka pada situasi ini? Pada kenyataannya, mereka mungkin tetap menunjukkan kurangnya komitmen yang sama. Harapan awal Anda mendapatkan konfirmasi sebagai sisi negatif dari ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya. Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya juga memiliki sisi positif. Sisi positif tersebut
memberikan
pendapat
kuat
bagi
manajer
untuk
mengadopsi pendekatan yang positif dan optimis terhadap orang lain di tempat kerja.
P a g e | 21
DAFTAR PUSTAKA
George, Jennifer M. dan Gareth R. Jones. 2012. Understanding and Managing Organizational Behavior – 6th Ed. Pearson Education Inc. One Lake Street, Upper Saddle River, New Jersey. Hidayat, A. Alimul Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Salemba Medika, Jakarta. Luthans, Fred. 1995. Organizational Behavior – 7th Ed. McGraw-Hilll Book Company. New York. Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran. Prenhallindo. Jakarta. Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. 2003. Perilaku Organisasi. Buku ke-1. Salemba Empat. Jakarta. Robbins, Stephen P. And Timothy A. Judge. 2012. Organizational Behavior – 15th Ed. Pearson Education Inc. One Lake Street, Upper Saddle River, New Jersey. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2004. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Schermerhorn, John R., James G. Hunt, Richard N. Osborn, and Mary Uhl-Bien. 2010. Organizational Behavior – 11th Ed. John Wiley & Sons, Inc.. River Street, Hoboken, New Jersey. Thoha, Miftah. 2012. Perilaku Organisasi – Konsep Dasar dan Aplikasinya –Ed. 1, 22. Rajawali Pers - PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Sumber Internet Susianah Affandy. Pembentukan Persepsi. http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/04/pembentukanpersepsi-322736.html