20
PHYLUM COELENTERATA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Avertebrata merupakan golongan hewan yang termasuk ke dalam kelompok yang tidak mempunyai tulang belakang atau penyokong tubuh. Salah satu golongan avertebrata yang akan dibahas dimakalah ini adalah Filum Coelenterata. Istilah coelenterata diambil dari bahasa Yunani (Greek);coilos= rongga, enteron=usus. Namun gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, melainkan cukup disebut hewan berongga. Coelenterata adalah hewan yang memiliki rongga di dalam tubuhnya yang berfungsi sebagai organ pencernaan sekaligus sebagai pengedar sari makanan. Coelenterata disebut juga Cnidaria berasal dari bahasa Yunani ; cnidos=jarum penyengat. Disebut demikian karena memiliki knidosit atau sel-sel penyengat yang ada pada epidermisnya.
Filum Coelenterata tersebut terdiri dari tiga kelas yaitu Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa. Hydrozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu hydro yang berarti air dan zoa yang berarti hewan. Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani, scypho = mangkuk dan zoa = hewan. Anthozoa berasal dari bahasa Yunani, anthos berarti bunga, dan zoon berarti hewan.
Tubuh hewan-hewan dari filum ini tersusun oleh dua lapis jaringan dan satu lapisan non seluler. Bagian luar berupa lapisan jaringa epidermis dan dalam lapisan jaringan endodermis atau gastrodermis, sedangkan di antara kedua lapisan ada lapisan non seluler yang disebut mesoglea. Bentuk tubuhnya memiliki dua tipe yaitu sebagai polip yang sesil dan sebagai medusa yang dapat bergerak bebas.
Coelenterata dapat berkembangbiak secara seksual maupun aseksual. Dalam makalah ini juga membahas aspek-aspek biologi Hydra, Aurelia aurita, Metridium marginatum dilihat dari sistem reproduksi, respirasi, pergerakan, dsb.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat beberapa rumusan masalah seperti:
Apakah pengertian dari Coelenterata?
Bagaimana karakteristik umum maupun khusus dari Coelenterata?
Bagaimana klasifikasi dari Filum Coelenterata?
Bagaimana aspek-aspek biologi seperti sistem pencernaan, reproduksi, respirasi, pergerakan dari Coelenterata?
Apa saja manfaat Coelenterata bagi kehidupan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, yaitu:
Dapat mengetahui pengertian dari Coelenterata.
Untuk mengetahui karakteristik umum maupun khusus dari Coelenterata.
Untuk mengetahui klasifikasi dari filum Coelenterata.
Dapat mengetahui bagaimana aspek-aspek biologi dari Coelenterata seperti sistem pencernaan, reproduksi, pergerakan, respirasi, dll.
Untuk mengetahui apa saja manfaat Coelenterata bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Coelenterata
Istilah coelenterata diambil dari bahasa Yunani (Greek);coilos= rongga, enteron=usus. Namun gabungan istilah tersebut tidak diartikan sebagai hewan yang ususnya berongga, melainkan cukup disebut hewan berongga. Istilah tersebut juga menandakan bahwa hewan coelenterata tidak memiliki rongga tubuh sebenarnya, melainkan hanya berupa rongga sentral yang disebut coelenteron. Fungsi dari rongga tersebut sebagai rongga pencernaan dan sekaligus sebagai pengedar sari makanan. Oleh karena itu rongga tersebut disebut juga rongga gastovaskular . Filum Coelenterata disebut juga Cnidaria berasal dari bahasa Yunani ; cnidos=jarum penyengat. Disebut demikian karena memiliki knidosit atau sel-sel penyengat yang ada pada epidermisnya.
Contoh hewan-hewan dari filum ini meliputi golongan Hydra, ubur-ubur, anemon laut, dan koral atau hewan karang. Hewan-hewan yang termasuk dalam anggota filum coelenterata berupa hewan akuatik, hidup bebas atau melekat dan memiliki tubuh yang bagian tengahnya berongga (coleom) sehingga disebut hewan berongga. Dinding tubuhnya terdiri atas tiga lapisan yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoglea. Tubuh hewan ini berstruktur radial dengan sejumlah sekat yang berupa jari-jari berjumlah empat pada jenis yang kecil atau kelipatannya pada hewan yang besar. Dikalangan coelenterata terdapat dua tipe berdasarkan strukturnya yaitu polyp dan medusa. Kedua bentuk ini banyak modifikasinya, dan kedua bentuk tersebut ada pada siklus hidup kebanyakan spesies. Coelenterata dibagi atas tiga kelas yakni Hydrozoa, Scypozoa, dan Anthozoa.
2.2 Karakteristik Umum dan Khusus Filum Coelenterata
Tubuh hewan-hewan Coelenterata tersusun oleh dua lapis jaringan dan satu lapisan non seluler. Bagian luar berupa lapisan jaringa epidermis dan dalam lapisan jaringan endodermis atau gastrodermis, sedangkan di antara kedua lapisan ada lapisan non seluler yang disebut mesoglea. Mesoglea merupakan lapisan non seluler yang berbentuk bubur atau lender atau "pasta" yang disekresikan oleh sel-sel epidermis dan gastrodermis. Zat-zat tersebut mengisi ruangan antara lapisan epidermis dan gastrodermis. Kadang-kadang di dalam lapisan mesoglea terdapat sel-sel amoboid. Jadi sebenarnya tubuh Coelenterata tersusun oleh dua lapis germinal, yaitu ektoderm dan endoderm.
Bentuk tubuh Coelenterata mempunyai dua tipe sebagai polip yang sesil atau menempel dan sebagai medusa yang dapat berenang bebas. Tipe polip memiliki bentuk seperti tabung atau silinder, sedangkan medusa berbentuk seperti sebuah lonceng/bel atau seperti payung.
POLIP
Umumnya hidup soliter (sendiri), tapi ada pula yang membentuk koloni.
Melekat pada dasar perairan, tidak dapat bergerak bebas, sehingga menyerupai tumbuhan yang tertambat
Tubuh atas membesar
Di dalam tubuh polip ini terdapat rongga gastrovaskuler yang fungsinya sebagai usus.
Di bagian atas terdapat mulut dan tentakel untuk berperan untuk menangkap mangsa dan dapat bergerak memanjang atau mengkerut.
Polip merupakan fase vegetatif pada coelenterata, karena bisa melakukan fragmentasi pemutusun bagian dari tubuhnya itu untuk membentuk individu baru
MEDUSA
Fase medusa merupakan fase generatif (seksual), dimana pada fase ini menghasilkan sel telur dan sel sperma.
Medusa dapat melepaskan diri dari induk dan berenang bebas di perairan.
Bentuknya seperti payung dan punya tentakel yang melambai-lambai.
Kita biasa menamakannya dengan ubur-ubur.
Gambar 1 Struktur Tubuh Coelenterata
Coelenterata juga memiliki ciri-ciri khusus diantaranya:
Hewan karnivora, menggunakan knidosit yang berada di permukaan tentakel dengan melepaskan nematokist untuk menyerang dan menangkap mangsa.
Tubuh radial simetris (silindris, globular, atau spherical).
Tubuh tidak beranus, hanya dilengkapi dengan mulut yang dilengkapi dengan tentakel
Sistem pencernaan makanan tidak komplit, hanya berupa rongga gastrovaskuler
Belum memiliki alat pernapasan, sirkulasi, maupun ekskresi yang khusus, secara difusi
Jaringan reproduksi biasanya terletak di mesoglea polip atau di rongga perut medusa.
Seluruh hewan yang termasuk dalam filum Coelenterat hidup di air, baik itu air laut ataupun air tawar. Sebagian besar hidup berkoloni atau soliter (Darmayanti, 2013)
Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan ke dalam mulut (Masdar, 2009).
2.3 Klasifikasi Coelenterata
Coelenterata dibagi menjadi 3 kelas, yaitu:
Kelas Hydrozoa
Klasifikasi berdasarkan:
Ada tidaknya metagenesis
Sifat eksoskleton
Susuna zoophyte dan medusa (medusa hydrozoa)
Ordo 1. Hydroidea
Sub ordo 1: Anthomedusa (Athecata), contohnya Bouganinvillea ramose
Sub ordo 2: Leptomedusa (Thecata), contohnya Obelia geniculate
Ordo 2. Hydrocorallina
Sub ordo : Millepotina
Ordo 3. Tracchylina, contohnya Petasus sp.
Ordo 4. Siphonopora, contohnya Physalia pelagica
Kelas Scyphozoa
Klasifikasi berdasarkan:
Bentuk Umbrella
Ada tidaknya, letak dan jumlah tentaculocyt.
Ordo 1. Stauromedusae (Lacernariida), contohnya Lacernarida sp.
Ordo 2. Cubomedusae (Carydeida), contohnya Tamoya sp.
Ordo 3. Decomedusae
Sub ordo 1: Simaeostomae, contohnya Aurelia aurita (ubur-ubur)
Sub ordo 2: Rhizostomae, contohnya Pillema pulmo
Kelas Anthozoa
Klasifikasi berdasarkan:
Jumlah dan sifat tentakel
Jumlah mesentrium dan siphonoglypha
Ada tidaknya dan sifat skeleton dan ada tidaknya koloni
Sub Kelas 1: Hexacorallia
Ordo 1. Actinaria (Anemon laut), contohnya Metridium marginatum
Ordo 2. Madreporaria (batu karang), contohnya Madrepora aspera
Ordo 3. Zoantharia, contohnya Zoanthus sociatus
Ordo 4. Antipatharia (Karang hitam), contohnya Antipathes ternatensis (akar bahar untuk gelang)
Sub Kelas 2: Octocorallia
Ordo Stolonifera contoh : Tubipora musica, Clavularia, (karang sling)
Ordo Pennatulacea contoh : Pennidula Sulcata, Pennatula, Renilla (bulu laut)
Ordo Gorgonace contoh : Corallium rubrom, Gorgonia, (karang merjan)
Ordo Telestacea contoh : Telesto
Ordo Alcyonacea contoh : Xenia, Alcyoni
Kelas Hydrozoa
Hydrozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu hydro yang berarti air dan zoa yang berarti hewan.
Hewan dari kelas Hydrozoa mempunyai 6 atau 7 tentakel disekitar mulutnya, panjang tubuhnya 1-20 mm. Sebagian besar Hydrozoa memiliki pergiliran bentuk polip dan medusa dalam siklus hidupnya.Hydrozoa dapat hidup soliter, hidup di dalam air tawar. Siklus hidupnya terdiri dari fase polip dan fase medusa. Tipe polip memiliki bentuk seperti tabung atau silinder, sedangkan medusa berbentuk seperti sebuah lonceng/bel atau seperti payung. Ujung tempat letaknya mulut disebut ujung Oral, sedangkan yang melekat pada dasar disebut ujung Aboral. Polip menetap dan menempel pada substrat, seperti batu, dibagian aboral (berlawanan dengan mulut) pada tubuhnya, oleh karenanya, polip bersifat pasif dalam mencari makanan dan menggunakan tentakel untuk menangkap mangsa.. Pada bagian atas terdapat mulut dan anus yang menjadi satu sebagai tempat makan dan pengeluaran limbah. Organ ini dikelilingi oleh tentakel. Tentakel ini menghadap ke atas dan ke luar. Sedangkan medusa, berbentuk hampir sama dengan polip hanya letak mulut / anus berada di bawah. Berbeda dengan polip, medusa dapat bergerak bebas di air karena terbawa air atau proses kontraksi tubuhnya yang berbentuk seperti lonceng. Beberapa contoh spesies dari kelas Hydrozoa adalah Hydra.
Hydra
Klasifikasi
Phylum: Coelenterata
Classis: Hydrozoa
Ordo: Hydroidea
Sub ordo: Anthomedusae
Famili: Hydroidae
Genus: Hydra
Species: Hydra viridisima
Gambar 2 Struktur Tubuh Hydra
Hydra adalah hewan bersel banyak yang hidup di kolam atau di sungai/empang yang airnya mengalir, memiliki bentuk seperti silinder yang dapat dipanjang pendekkan. Kemampuan untuk dapat menjulur dan memendek karena tubuh Hydra memiliki fibril-fibril khusus pada beberapa sel. Panjang tubuhnya selitar 2-20 mm, dengan diameter tidak lebih dari 1 mm. Hidupnya soliter, setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita yang merentang panjang yang disebut tangan mulut. Hydra memiliki 6 atau 7 tantakel di sekitar mulutnya, berbentuk polip dan tidak memiliki bentuk medusa sehingga hidupnya sessil. (Jasin, 1992)
Hydra termasuk hewan yang bersifat diplobastik, karena jaringan dinding tubuhnya terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan epidermis (di bagian luar) dan gastrodermis (di bagian dalam) yang tersusun dari jaringan epitel. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat suatu lapisan non selular yang disebut mesoglea. Lapisan epidermis merupakan lapisan tipis yang sel-selnya berbentuk kubus, berfungsi sebagai pelindung tubuh dan alat penerima rangsang dari luar.Sedangkan lapisan gastrodermis merupakan lapisan yang membatasi rongga gastrovaskular. Lapisan gastrodermis nampak lebih tebal dibandingkan lapisan epidemis dan tersusun atas sel-sel yang berbentuk balok panjang-panjang. Lapisan ini, khususnya sel-sel berflagel, berfungsi sebagai alat pencerna makanan, penyerap sari-sari makanan, dan sebagai pengedar sari-sari makanan keseluruh bagian tubuhnya. Lapisan mesoglea merupakan lapisan nonseluler yang bentuknya seperti gudir atau bubur, bersifat elastik dan berfungsi sebagai alat penunjang tubuh. Mesoglea sering disebut juga dengan lapisan mesolamella karena lapisan ini terletak di tengah-tengah antara lapisan epidermis dengan lapisan gastrodermis .
Aspek-Aspek Biologi
Cara Gerak
Tangkai tubuh dan tentakel Hydra dapat digerakkan karena adanya kontraksi dari fibril-fibril otot yang memanjang pada bentalan epidermis. Gerak pada Hydra dapat terjadi karena adanya rangsangan dari lingkungan. Ada 8 macam gerak pada Hydra:
a.Gerak Spontan
Dilakukan bila Hydra sedang beristirahat dengan melekatkan diri pada suatu subjek pada kaki cakramnya secara berkala 5-10 menit sekali secara spontan dengan memanjang-mendekkan tubuhnya. Jika berkali-kali gerak, Hydra akan beritirahat dan melakukan gerak spontan dengan arah lain.
b.Gerak seperti Ulat Kilan
Mula-mula dilakukan dengan membungkukkan tubuhnya. Dalam posisi ini, tentakel yang memiliki nematokist glutinant akan berpegang pada suatu objek dan pada bagian pangkal tubuh akan bergeser mendekati posisi bagian tentakel yang telah melekat pada objek. Begitu seterusnya sehingga tampak adanya gerak seperti gerak ulat kilan.
c.Gerak Merayap
Mula-mula tubuhnya dibungkukkan dengan tentakel berpegang pada suatu objek dengan posisi cakram basal di atas, sehingga yang bersangkutan berdiri dengan bagian tubuh di bawah, Hydra bergerak merayap dengan menggunakan tentakelnya.
d.Gerak Salto
Gerak ini hampir sama dengan gerak seperti ulat kilan. Bedanya yaitu pada Hydra-nya mengadakan gerak jungkir balik akrobatik. Mula-mula tubuhnya dibungkukkan kemudian hewan berdiri dengan posisi mulut di bawah dan cakram basal di atas, setelah itu tubuhnya dibungkukkan lagi sehingga untuk berdiri dengan posisi bagian cakram basal di bawah dan mulut di atas, begitu seterusnya seperti gerak orang yang melakukan salto.
Gerak Memanjat
Dengan menggunakan tentakelnya, Hydra dapat berpindah tempat dengan bergelantungan pada suatu objek yang satu ke objek yang lain.
f. Gerak Mengapung
Dalam gerak ini tubuhnya diapungkan di permukaan air dan akan dibawa oleh air. Terkadang Hydra tersebut menggunakan sehelai daun sebagai alat pengapungnya.
g. Gerak Melayang
Gerak yang dimaksud ialah gerak melayang dekat permukaan air. Prinsipnya sama dengan gerak mengapung tetapi dalam hal ini menggunakan gelembung-gelembung gas sebagai alat layangnya. Gelembung-gelembung gas tersebut merupakan produksi dari sel kelenjar yang terletak di daerah cakram basal.
h. Gerak Meluncur
Dengan menggunakan zat lendir yang dihasikan oleh sel-sel kelenjar yang berada di daerah cakram basal, Hydra bergerak meluncur seperti halnya orang bermain ski.
Cara Makan dan Pencernaan Hydra
Makanan Hydra berupa hewan-hewan yang berukura kecil seperti microcrustacea (copepod ; Cyclops), Annelida atau larva-larva insekta yang hidup di dalam air. Kadang-kadang Hydra menelan mangsanya yang ukurannya lebih besar dari pada ukuran tubuhnya sendiri. Saat sedang kelaparan, Hydra mempunyai kebiasaan berdiri tegak diatas cakram basalnya dengan tentakel-tentakel yang digapai-gapai seolah-olah akan meraih tubuh mangsanya. Ketika salah satu tentakelnya telah menyentuh tubuh mangsanya, maka nematokist-nematokist segera bekerja. Nemetokist tipe penetrant akan menembakkan panah beracunnya yang mengandung hipnotoksin paralisis, sedangkan nematokist tipe volvent bekerja dengan benang lassonya untuk menjerat kaki-kaki atau apendiks tubuh mangsanya, dan nematokist tipe glutinannya membantu mempercepat proses penggulungan mangsanya untuk ditarik ke dekat tubuhnya. Tubuh mangsa yang telah tertangkap tersebut segera dimasukkan ke dalam tubuhnya (hipostome), kemudian ditelan masuk kedalam enteron. Kelancaran proses penelanan makanan dibantu oleh sekreta yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Setelah tubuh mangsanya tiba di liang enteron, maka segera dicerna oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh sel-sel sekretoris dari lapisan gestrodermis. Karena sel endothelio-muskular, maka proses pengadukan partikel makanan di enzim-enzim pencernaan. Partikel-partikel makanan yang telah mengalami proses pencernaan sarinya akan segera diserap oleh sel-sel nutritive.
Proses pencernaan dalam tubuh Hydra berlangsung secara ekstraselular dan dilanjutkan secara intraselular oleh sel-sel berflagel. Sari-sari makanan akan diedarkan keseluruh bagian tubuh oleh dinding gastrodermis, dengan demikian sistem enteronnya memiliki dua tugas yaitu sebagai alat pencerna dan alat transportasi sehingga dikatakan bahwa sistemnya bersifat sebagai sistem gatrovaskular. Partikel-partikel makanan yang tidak tercerna akan dikeluarkan dari tubuh dengan cara dimuntahkan kembali lewat mulut. Hydra menyimpan cadangan makanan pada tubuhnya dalam bentuk glikogen, di dalam sel-sel nutritive dan lapisan gastrodermis. Ketika cadangan makanan akan digunakan, maka simpanan glikogen tersebut akan diubah kembali menjadi bentuk gula terlarut (glukosa) kemudian secara difusi dan osmosis akan diedarkan ke seluruh tubuh.
Respirasi dan Ekskresi
Pertukaran gas terjadi secara langsung pada permukaan tubuhnya karena tidak mempunyai organ khusus untuk pernapasan, pembuangan hasil ekskresi, dan tidak mempunyai darah dan sistem peredaran darah. Dinding tubuh Hydra merupakan dinding tipis, karenanya pertukaran gas oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat sampah dari bahan nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh Hydra. Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung secara difusi osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Bisa dikatakan proses pernafasan ataupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masing-masing sel yang bersangkutan.
Sistem Reproduksi
Hydra mempunyai cara-cara reproduksi, baik secara aseksual maupun secara seksual.
Reproduksi secara Aseksual
Hydra melakukan reproduksi atau perkembangbiakan secara aseksual dengan: membentuk kuncup dan dengan membelah diri.
Membentuk kuncup
Saat tubuh Hydra siap untuk bereproduksi, maka di bagian tengah-tengah batang tubuhnya (zona pembentukannya kuncup), sel-sel interstisial akan membelah diri secara cepat dan membentuk tojolan. Tojolan tersebut semakin lama tumbuh menjadi semakin besar, yang kemudian membentuk kuncup. Kuncup tersebut akan terbentuk mulut dan tentakel-tentakel kuncup. Bila kuncup telah terbentuk secara sempurna maka akan memisahkan diri dari tubuh induk untuk berkembang menjadi Hydra baru.
b.Membelah Diri
Hydra juga mampu berkembangbiak dengan cara membelah diri, baik membelah secara transversal maupun longitudinal . perkembangbiakan seperti ini biasanya dilakukan saat-ssat tertentu saja, misalnya pada kejadian regenerasi yang berlangsung secara abnormal.
Reproduksi secara Seksual
Di dalam perkembangbiakan secara seksual atau gneratif, pada umumnya Hydra bersifat hermaprodit, tetapi ada juga yang tidak. Pembentukan gonad hanya terjadi pada musim tertentu saja. Satu organisme menghasilkan sel telur dan sperma sekaligus, yang dilepaskan di air. Setelah di luar spermatozoa-spermatozoa tersebut akan berenang-renang menuju ke tempat ovarium untuk menemui ovum. Setelah di luar tubuh Hydra spermatozoa-spermatozoa tersebut hanya sampai kira-kira 3 hari. Saat sel telur dan sperma bertemu maka akan mengalami fertilisasi (peleburan). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang sampai stadium gastrula. Kemudian embrio ini akan berkembang membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk atau larva bersilia yang disebut planula. Kista ini dapat berenang meninggalkan induknya dengan tujuan agar tidak terjadi perebutan makanan. Di tempat yang sesuai akan melekat pada objek di dasar perairan, kemudian setelah 10 atau 70 hari, dari dalam kista tersebut akan menetaslah (muncullah) seekor Hydra muda yang lengkap dengan tentakelnya yang pendek. Berarti dalam hal ini proses pertumbuhan Hydra tidak melaui fase larva.
Kelas Scyphozoa
Scyphozoa adalah salah satu dari tiga kelas Phylum Coelenterata. Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani, scypho = mangkuk dan zoa = hewan.
Jadi Scyphozoa adalah hewan yang memiliki bentuk tubuh seperti mangkuk. Sama halnya dengan Hydrozoa, Scyphozoa memiliki siklus hidup yang terdiri dari fase polip dan fase medusa, namun fase medusa lebih dominan, sedangkan fase polipnya sukar dijumpai. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-ubur. Medusa Scyphozoa umumnya memiliki ukuran 2-40 cm. Scyphozoa hidup melayang-layang di air biasanya berenang dipermukaan laut. Tiap tentakelnya ditutupi dengan sel-sel penyengat (knidosit) yang mampu membunuh hewan lain. Namun ada juga Scyphozoa yang tidak memiliki tentakel, contohnya Lacernarida sp. Scyphozoa dapat berkembangbiak secara seksual maupun aseksual. Contoh anggota dari Kelas Scyphozoa adalah Aurelia aurita atau ubur-ubur.
Aurelia aurita
Klasifikasi:
Phylum: Coelenterata
Classis: Scyphozoa
Ordo: Decomedusae
Sub ordo: Simaeostomae
Famili: Auriidae
Genus: Aurelia
Species: Aurelia aurita
Struktur tubuh Aurelia aurita
Aurelia aurita atau ubur-ubur adalah salah satu spesies dari filum coelenterata, yang memiliki tentakel pinggiran tepi,tekstur tubuh lunak dan kenyal serta mempunyai ciri-ciri melewati fase polip dan medusa, polip bersifat sesil atau menempel pada substrat, sedangkan medusa dapat bergerak bebas. Pada masa hidupnya, bentuk tubuh medusa lebih dominan dibandingkan dengan bentuk polip. Bentuk polip hanya dijumpai pada waktu larva. Polip aurelia berukuran kurang lebih 5 mm, terikat pada suatu objek didasar laut. Diameter tubuh biasanya berkisar antara 7,5 cm hingga 30 cm tapi ada juga yang mencapai 60 cm. Saluran pencernaan makanan pada ubur-ubur berupa gastrovaskular. Di tengah permukaan tubuh sebelah bawah muncullah semacam kerongkongan pendek menggantung ke bawah. Bentuknya simetri radial, larva planula, memiliki cnidia, dan memiliki tentakel di sekeliling mulutnya. Bentuk tubuh scyphozoa seperti mangkuk, transparan, dan melayang-layang di laut. Hewan ini memiliki lapisan mesoglea yang tebal sebagai sumber nutrisi. Pada siklus hidupnya, bentuk tubuh medusa merupakan fase dominanaurelia Aurelia aurita diklasifikasikan masuk dalam class schypozoa, sering ditemukan dalam bentuk medusa. Aurelia aurita memiliki lapisan tubuh diploblastik (Dawson and martin, 2001).
Aspek-aspek Biologi
Cara makan dan Pencernaan Aurelia aurita
Aurelia aurita dan spesies Aurelia lainnya memakan plankton yang mencakup organisme seperti moluska, crustacea, larva uurochordata, rotifera, polychaeta muda, protozoa, diatom, telur, telur ikan, dan organisme kecil lainnya. Sesekali, mereka juga terlihat memakan zooplankton menggudir seperti hydromedusae dan ctenophora. Baik medusa dewasa dan larva Aurelia aurita memiliki nematosista untuk menangkap mangsa dan juga untuk melindungi diri dari predator.Aurelia aurita berperan sebagai tactile predator, yakni organisme yang memangsa dengan menggunakan nematosit untuk merasakan keberadaan mangsanya ketika disentuh (Albert, 2011)
Cara mendapatkan makanannya adalah menggunakan tentakel biasanya dengan nematosista tentakelnya, diikat dengan lender. Setelah para korban atau mangsa masuk ke dalam mulut, kemudian melalui lorong manubrium selanjutnya ditampung dalam rongga gastrovaskular. Di rongga tersebut mangsa yang belum sempat mati akan digarap oleh nematokist-nematokist yang terdapat di dalam filament gastric untuk diparaliskan. Di dalam rongga gastrovaskular makanan tersebut dicampur dengan enzim serosa yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Enzim tersebut sanggup mencernakan zat makanan yang berupa protein, karbohidrat, lemak, bahkan zat kitin sekalipun. Proses pencernaan yang terjadi di dalam rongga gastrovaskular semacam ini disebut proses pencernaan ekstraselular (Roenedi, 2009).
Partikel-partikel makana yang telah tercerna akan disalurkan keseluruh cabang saluran system gastrovaskular. Selanjutnya sari-sari makanan akan diserap oleh sel-sel nutritive dari lapisan gastrodermis. Sari-sari makanan tersebut akan ditampung dan diedarkan ke segala bagian tubuh oleh sel-sel pengembara atau sel-sel amoeboid. Di dalam sel pengembara, khususnya di dalam vakuola makanan, sari-sari makanan yang masih belum menjadi sederhana susunan molekul-molekulnya akan dicernakan lebih lanjut. Proses pencernaan yang terjadi di dalam vakuola makanan semacam ini dinamakan proses pencernaan intra-selular. Ubur-ubur biasanya menyimpan zat cadangan makanan berupa tetes glikogen yang disimpan di dalam sel-sel gastrodermal (Kastawi, 2005)
Pencernaan dilakukan secara ekstraseluler dengan mensekresi enzim semacam tripsin untuk mencerna protein oleh sel kelenjar enzim pada gastrodermis. Makanan akan hancur menjadi partikel-partikel kecil seperti bubur dan dengan gerakan flagela diaduk secara merata. Sel otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk menangkap dan menelan partikel makanan, dan pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Hasil pencernaan didistribusikan ke seluruh tubuh secara difusi. Cadangan makanan berupa lemak dan glikogen
Respirasi dan Ekskresi
Spesies ini bernapas dengan difusi oksigen dari air melalui membran tipis yang menutupi tubuhnya. Dalam rongga gastrovaskular, air beroksigen rendah dapat dikeluarkan dan air beroksigen tinggi dapat datang dengan tindakan silia, sehingga meningkatkan difusi oksigen melalui sel. Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi masuk ke dalam lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya gas-gas CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi. Demikian halnya dengan zat-zat nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.
Besar luas permukaan membran terhadap volume membantu Aurelia untuk meningkatkan difusi oksigen dan nutrisi ke dalam sel. Respirasi dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh, memiliki satu lubang bukaan sebagai mulut dan sebagai tempat ekskresi dan melalui lubang ini, hasil ekskresi dikeluarkan (Jasin, 1992).
Sistem Reproduksi
Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina. Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut scifistoma, kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak seperti tumpukan piring atau strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri menjadi medusa disebut Efira, selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa (Barnes, 1980).
Aurelia aurita memiliki cara-cara reproduksi baik secara aseksual maupun secara seksual.
Reproduksi secara aseksual
Aurelia aurita bereproduksi melalui fase aseksual dengan cara melibatkan satu induk saja. Dengan reproduksi ini dilakukan dengan cara membentuk kuncup yang semakin lama semakin besar lalu membentuk tentakel. Untuk beberapa waktu, anak ubur-ubur tersebut akan melekat pada induknya sampai sang induk membentuk kuncup lain yang sehingga tercipta koloni. Setelah beberapa lama, anak akan memisahkan diri dan menjadi ubur-ubur muda atau yang disebut dengan efira.
Reproduksi secara seksual
Untuk fase ubur-ubur yang berbentuk medusa umumnya melakukan metagenesis secara seksual yang melaibatkan ubur-ubur jantan dan betina. Ubur-ubur jantan dan betina tersebut membentuk sel gamet yang kemudian menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan berkembang menjadi planula dan melekat pada dasar lautan supaya dapat tumbuh menjadi individu yang baru.
Adapun siklus hidup Aurelia aurita sebagai berikut:
Medusa dewasa jantan dan betina diploid (2n) rnenghasilkan segamet (sperma atau sel telur) yang haploid (n)
Sel telur (n) dibuahi oleh sperma (n), akan menghasilkan zigot (2n). Fertilisasi terjadi secara eksternal di dalam air
Zigot akan mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi blastula, gastrula, kemudian menjadi larva bersilia planula yang berenang bebas beberapa waktu.
Planula kemudian menempel pada suatu substrat dan tumbuh menjadi larva polip berukuran kecil yang bertentakel, disebut skifistoma. Polip skifistoma dapat membentuk tunas-tunas.
Pada bulan-bulan tertentu, skifistoma melakukan strobilasi, yaitu melakukan pembelahan secara melintang pada ujung oral untuk menghasilkan setumpuk bakal medusa atau efira.
Efira akan terlepas satu persatu. Setelah efira terlepas semua, skifistoma akan hidup sebagai polip kembali. Skifistoma dapat hidup satu hingga beberapa tahun. Efira akan tumbuh menjadi ubur-ubur dewasa (Sridianti, 2015).
Kelas Anthozoa
Anthozoa adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Cnidaria. Anthozoa berasal dari bahasa Yunani, anthos berarti bunga, dan zoon berarti hewan. Anthozoa berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga, yang meliputi anemon laut serta hewan-hewan karang. Anthozoa hidup sebagai polip.
Anthozoa merupakan salah satu dari tiga kelas dalam Filum Coelenterata. Anthozoa berasal dari bahasa Yunani (anthus = bungan dan zoa = hewan). Jadi Anthozoa itu hewan yang bentuknya seperti bunga. Anthozoa memiliki banyak tentakel yang berwarna warni. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa, ia hanya berbentuk polip. Polip anthozoa itu lebih besar dari hydrozoa maupun scyphozoa. Anthozoa bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan fragmentasi serta reproduksi seksual dengan menghasilkan gamet.
Tubuh Anthozoa berbentuk silinder pendek. Pada salah satu ujungnya terdapat mulut berupa celah yang dikelilingi oleh tentakel yang mengandung nematosista. Ujung yang lain berupa lempeng untuk melekatkan diri pada suatu dasar. Di bawah mulut terdapat kerongkongan yang disebut stomodeum. Sepanjang stomodeum, pada satu sisi atau pada kedua sisi terdapat saluran sempit yang bersilia dan disebut sifonoglifa yang merupakan alat pernapasan yang paling sederhana. Di bawah stomodeum terdapat rongga gastrovaskuler yang terbagi menjadi ruang-ruang kecil oleh sekat-sekat yang berasal dari dinding kerongkongan. Pada sekat ini terdapat nematosista yang mengeluarkan racun untuk melumpuhkan mangsanya. Makanannya berupa udang-udangan kecil dan invertebrata lain (Oktavian, 2014). Contoh anggota dari kelas Anthozoa adalah Metridium marginatum.
Metridium marginatum (Anemon laut)
Klasifikasi
Filum : Coelenterata
Kelas : Anthozoa (Actinozoa)
Sub Kelas : Hexacorallia (Zoantharia)
Ordo : Actinaria
Familia : Sagartiidae
Genus : Metridium
Spesies : Metridium marginatum
Struktur tubuh Metridium marginatum
Tubuh Metridium berbentuk silindris dengan bagian oral agak melebar seperti corong yang dihiasi dengan rangkaian tentakel-tentakel yang membentuk seperti mahkota bunga. Panjang tubuhnya sekitar 5-7 cm, tetapi ada juga yang berukuran raksasa hingga 1m. Tubuhnya radial simetris dengan warna yang bervariasi, tetapi biasanya warnanya kecoklat-coklatan atau kekuning-kuningan.
Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu; bagian diskus pedal atau bagian kaki, bagian kolumna atau skapus atau bagian batang tubuh, dan bagian diskus oral atau kopitulus. Antara bagian diskus pedal dengan bagian skapus dihubungkan oleh apa yang disebut limbus, sedangkan antara bagian skapus dengan bagian diskus oral dihubungkan oleh apa yang disebut kollar atau parapet.[8]
Sistem gastrovaskular dimulai dengan mulut, mulut dihubungkan dengan coelenteron oleh suatu saluran yang berbentuk suatu tabung yang disebut stomodeum atau gullet. Saluran stomodeum tersebut di sepanjang sisinya dilengkapi alur cincin yang bersilia disebut sifonoglifa ("siphonoglyph"). Alur ini merupakan jalan masuknya aliran air ke dalam coelenteron. Rongga coelenteron dibagi menjadi bersekat-sekat oleh 6 buah septa atau mesentris sehingga terbentuklah 6 buah kompartemen (ruang), yang berposisi radial. Air dapat mengalir dari kompartemen satu kelainnya melalui celah yang disebut ostia. Ke 6 buah septa tersebut dinamakan septa primer. Disamping septa primer, masih ada lagi septa yang lain yaitu septa sekunder yang merupakan septa kecil yang menonjol dari dinding tubuh ke dalam rongga (liang) enteron. Septa ini tidak sampai mencapai stomodeum. Di antara septa primer dengan septa sekunder masih ditemukan septa lagi yang disebut septa tersier. Bagian tepi bebas (ujung distal) dari septa dalam coelenteron di bagian bawah stomodeum berkembang menjadi bentuk yang tebal yang disebut filament digestial, yang di dalamnya mengandung sel-sel kelenjar penghasil getah pencerna yang mengandung enzim. Dekat bagian dasar dari filament digestif ditemukan benang-benang akonsia (acontia), yang di dalamnya dilengkapi dengan sel-sel kelenjar dan nematokist. Salah satu fungsi dari akonsia adalah untuk mengusir musuh dengan cara akonsia tersebut dijulurkan lebih dahulu melalui pori-pori yang ada pada dinding tubuh hewan yang bersangkutan.
Aspek-aspek Biologi
Cara Makan dan Pencernaan Metridium marginatum
Metridium marginatum seperti halnya anemon laut lainnya bersifat karnivora. Makanannya berupa hewan invertebrata kecil-kecil lainnya, dan juga ika-ikan kecil. Untuk jenis ikan tertentu tidak di mangsa bahkan malah bersimbiosis, jenis ikan tersebut masuk dalam genus Amphiprion. Mangsa terlebih dahulu dilumpuhkan dengan racun yang di hasilkan oleh nemakosit, baru kemudian ditarik ke dalam mulutnya menggunakan tentakel-tentakelnya. Makanan kemudian ditelan melalui stomodeum, dan akhirnya sampai pada rongga gastrovaskuler. Di dalam rongga makanan tersebut dicernakan aleh enzim yang terkandung di dalam getah pencernaan (Roenedi, 2009).
Selanjutnya, sari-sari makanan akan diserap oleh dinding gastrodermis, sedangkan bagian atau partikel yang tak tercernakan akan dimuntahkan kembali melalui mulutmya. Proses pencernaan berlangsung baik secara interselular maupun ekstraselular. Getah pencernaan dihasilkan oleh sel-sel kelenjar yang ditemukan di bagian filament disgetif, maupun di dalam akonsia. Getah pencerna yang mengandung enzim proteolitik sanggup mencernakan zat makanan yang berupa protein dan juga zat lemak maupun karbohidrat(Kastawi,2005).
Respirasi dan Ekskresi
Metridium marginatum tidak mempunyai alat khusus untuk pernafasan maupun pembuangan hasil ekskresi. Dalam hal pernafasan baik pengambilan yang terlarut di dalam air laut, maupun pengeluaran gas karbondioksida berlangsung secara difusi osmosis secara langsung melalui semua permukaan tubuhnya. Yang dimaksud permukaan adalah permukaan epidermis maupun permukaan gastrodermis. Dalam hal ini, aliran air yang timbul di dalam saluran gastrovaskuler disebabkan oleh gerak sapu dari rambut-rambut getar yang berjajar di bagian dinding stomodeum maupun dinding gastrovaskular. Gerakan rambut getar pada kedua macam dinding menyebabkan air keluar dan masuk. Kedua mekanisme ini sangat membntu dalam hal pertukaran gas maupun sisa-sisa metabolisme lainnya (Kastawi, 2005).
Sistem Reproduksi
Metridium marginatum bereproduksi secara aseksual maupun secara seksual.
Reproduksi aseksual
Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan kuncup maupun secara fragmentasi. Fragmentasi dilakukan dengan cara memutuskan tubuhnya dibagian diskus pedal. Bagian yang membawa diskus pedal akan membentuk bagian diskus oral baru, dan yang membawa diskus pedal akan membentuk bagian diskus pedal baru. Tetapi fragmentasi tersebut bisa terjadi dengan arah membujur, yang biasa dikenal dengan istilah pembelahan biner. Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara pembentukan kuncup bermula dengan timbulnya semacam tonjolan pada kolumna atau skapus.Tonjolan terus berkembang hingga terbentuk Metridium baru.Bila sudah saatnya anakan tersebut akan melepaskan diri dari tubuh induknya dan hidup secara mandiri (Kastawi, 2005).
Reproduksi seksual
Metridium marginatum ada jenis yang bersifat hermaprodit ada yang berkelamin terpisah. Pada jenis yang hermaprodit, perkembangan antara sel telur dengan spermatozoid tidak bersamaan masaknya. Dengan demikian perkawinan sel telur dengan spermatozoid terjadi secara perkawinan silang. Baik ovum maupun spermatozoid yang telah masak akan akan dikeluarkan melalui mulutnya dan perkawinannya berlangsung di alam bebas.dari hasil fertilisasi terbentuk zigot yang akan berkembang menjadi coeloblastula. Coeloblastula tersebut selanjutnya dengan proses gastrulasi akhirnya membentuk larva yang berambut getar atau planula. Denga rambut getar tersebut planula akan bebas berenang-renang untuk mencari tempat hidup baru. Bila sudah menemukan tempat yang sesuai, maka planula akan melekatkan diri pada suatu obyek dan tumbuh menjadi polip Metridium baru(Anonim b,2009).
2.4 Manfaat Coelenterata bagi Kehidupan
Bidang Ekonomi:
Dari kelas Scyphozoa, yaitu ubur ubur. Hewan ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan di daerah Jepang. Selain dikonsumsi secara langsung, ubur-ubur ini dapat diolah menjadi tepung oleh masyarakat sekitar.
Dari kelas anthozoa, Beberapa peneliti sedang mengembangkan obat kanker dari ekstrak hewan hewan kelas ini. Jika penelitian ini berhasil, maka akan memberi dampak yang besar dalam dunia kedokteran.
Bidang Ekologi:
Dari kelas anthozoa yang diwakilkan oleh karang. Karang merupakan habitat penting bagi sejumlah spesies ikan dan ganggang di laut yang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Karang memiliki manfaat dang fungsi yang besar dalam keberlangsungan kehidupan di laut. Karang di pantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai.
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Engeman, J.G. dan Hegner, R.W. 1981. Invertebrate Zoology. New York: Macmillan Publishing Co.,Inc.
Maskoeri J. 1984. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Penerbit Sinar Wijaya.
Meglitsch, P.A. 1972. Invertebrate Zoology. New York: Oxford University Press, Inc.
Nawangsari S. 1989. Bahan Pengajaran Zoologi Avertebrata II. Depdikbud-Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi-PAU, IPB.
Sugeng P.1982. Invertebrata: Sistematika Hewan Rendah I. Surabaya: FKIE IKIP Surabaya.