BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kun jungan Industri ini dimaksud agar para Mahasiswa memahami dengan cara melihat dan mengamati langsung proses yang ada di PT Indonesia Power UBP Tanjung Priok. Kunjungan ini merupakan merupakan sarana mata perkuliahan di tingkat IV sub jurusan teknik energi elektrik yang wajib diikuti khususnya mata kuliah proteksi arus lebih. Dengan demikian diharapkan agar para Mahasiswa dapat lebih mantap dalam dunia kerja, dan dapat memotivasi dalam mempelajari ilmu di bangku perkuliahan dan ilmu yang diterima di luar kampus.
1.2 Tujuan dan Maksud Kunjungan Industri
Tujuan dan maksud dan maksud Kunjungan Industri adalah menunjukkan kepada Mahasiswa tentang kegiatan kerja dan cara kerja alat-alat pada dunia kelistrikan sehingga Mahasiswa dapat memahami dan mengkaji serta dapat membandingkan ilmu yang di dapat di bangku perkuliahan dengan di dunia pekerjaan.
1.3 Waktu dan Tempat
Waktu kunjungan industri ini pada 14 November 2013, bertempat di PT Indonesia Power UBP(Unit Bisnis Pembangkit) Tanjung Priok.
BAB II KUNJUNGAN DI PT INDONESIA POWER 2.1 Profil Umum Indonesia Power
Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan mempertimbangkan perlunya deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi ( MPE ) menerbitkan kerangka
dasar
kebijakan
(Sasaran
&
Kebijakan
Pengembangan
Sub
sektor
ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan. Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait. Pada 3 oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai sejumlah aset berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada tahun 1920an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat dipandang bahwa secara
kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia. Unit Bisnis Pembangkitan Priok ini menempati areal seluas 28 ha di tepi pantai jakarta utara, mengelola sejumlah pusat listrik tenaga thermal yang menggunakan bahan bakar gas alam, minyak residu (MFO) dan minyak solar (HSD) dengan kapasitas terpasang sebesar 1.455,68 MW. DTP & DMN Unit
DTP
DMN
KIT
Manufacturer Manufacturer
Initial operation
Status
(MW)
(MW)
PLTU 3
50
40,5
MHI
1972
Operational
PLTU 4
50
40,5
MHI
1972
Operational
GT 1.1
130
125
ABB
1993
Operational
GT 1.2
130
125
ABB
1993
Operational
GT 1.3
130
125
ABB
1993
Operational
ST 1.4
200
172.50
ABB
1993
Operational
GT 2.1
130
117,3
ABB
1994
Operational
GT 2.2
130
117,5
ABB
1994
Operational
GT 2.3
130
117,4
ABB
1994
Operational
ST 2.4
200
162.04
ABB
1994
Operational
WH 1
26
17
Westinghouse
1976
Operational
WH 2
26
17
Westinghouse
1976
Operational
Gambar 2.1 Unit Bisnis Pembangkitan Priok
Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan salah satu Unit Bisnis Pembangkitan besar yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power. Saat ini terpasang 16 unit pembangkit terdiri dari dua unit PLTG siklus terbuka, enam unit PLTD, dua blok PLTGU yang setiap bloknya terdiri dari 3 unit turbin gas dan 1 unit PLTU. Pertengahan tahun 1960, dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Jakarta khususnya dan Jawa Barat pada umumnya, maka PLN Eksploitasi XIII membangun PLTU konvensional 1 dan 2. Namun pada tahun 1989, dengan mempertimbangkan berbagai faktor maka PLTU 1 dan 2 tersebut tidak dioperasikan lagi. Pesatnya pembangunan di segala bidang khususnya industri maka di tahun 1972 dibangun 2 unit PLTU 3 dan 4. Setelah sekian lama dioperasikan, unit ini pada kondisi Reserve kondisi Reserve Shut Down. Down. Berikutnya dibangun PLTG John PLTG John Brown, Brown, kini dipergunakan oleh PLTA Suralaya untuk unit Black unit Black Start , lalu dibangun lagi 2 unit PLTG Westing House dan House dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini PUB 6 direlokasi ke PLN wilayah Sumatera bagian selatan yang letaknya di daerah Indragiri Palembang, sebagai pengelola PT. Cogindo anak perusahaan PT. Indonesia Power, sedangkan unit 7 Draw Back to GE . Unit 4 dan 5 direlokasi ke Bali menjadi PLTGU Pemaron. Hal penting yang harus diketahui adalah terdapatnya 2 unit PLTG yaitu PLTG 1 dan PLTG 3 yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik dari luar
( Black Start ),
apabila terjadi pemadaman total ( Black Out ). Energi listrik yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk menghidupkan unit pembangkit lainnya, kemampuan ini sangat menunjang dalam rangka pemulihan kembali sistem kelistrikan Jawa - Bali. Karena fungsinya yang sangat vital, kedua unit ini tidak dioperasikan setiap hari. Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga mengelola 6 unit PLTD Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan Kebayoran, melalui feeder melalui feeder Vip hingga Vip hingga saat ini memasok kebutuhan energi listrik ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI. Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan Internasional Konsorsium ABB dan Marubeni untuk membangun 2 blok. Dengan menggunakan kabel bawah tanah, listrik sebesar 150 KV disalurkan ke GI Plumpang dan GI Ancol. Selain itu listrik juga dialirkan melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150
KV ke Kemayoran I/II, dan Plumpang I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk dioperasikan maka dilakukan sinkronisasi ke sistem kelistrikan Jawa-Bali. Sampai saat ini, kemampuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki Unit Pembangkitan Priok merupakan aset yang tak ternilai. Selain memiliki SDM profesional yang ahli di bidangnya, pihak manajemen juga berhasil mengelola perusahaan dengan baik. Terbukti dengan berhasilnya mendapat sertifikat ISO 9002, ISO 14001 dan SMK 3 dan ISO 9001 versi 2000.
2.2 Tujuan,Visi, dan Misi, Tujuan, Motto Indonesia Power.
Tujuan
:
Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha pembangkitan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun kelestarian lingkungan.
Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat atas dasar saling menghargai antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus k ekokohan integritas pribadi dan profesionalisme.
Visi
: MENJADI PERUSAHAAN PUBLIK, DENGAN KINERJA KELAS DUNIA DAN BERSAHABAT DENGAN LINGKUNGAN
Misi
: MELAKUKAN USAHA BIDANG KETENAGALISTRIKAN DAN USAHA LAINNYA YANG BERKAITAN, BERDASARKAN KAIDAH INDUSTR I DAN NIAGA YANG SEHAT,GUNA MENJAMIN KEBERADAAN DAN PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DALAM JANGKA PANJANG
2.3 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Priok
Pada prinsipnya PLTGU adalah penggabungan PLTG dan PLTU, dengan memanfaatkan energi panas yang terbuang dari hasil pembakaran pada PLTG untuk memanaskan air pada HRSG (Heat Recovery Steam Generator) sehingga menghasilkan uap yang mampu menggerakkan turbin. Siklus yang terjadi pada PLTGU merupakan siklus tertutup yang terdiri dari siklus turbin gas dan siklus turbin uap. Dengan demikian energi dimanfaatkan secara optimal. Untuk mengaktifkan 1 unit PLTGU maka generator yang terdapat pada gas tubine akan diubah menjadi sebuah motor dengan menggunakan sistem SFC(Static Frequency Converter) dengan menggunakan thyristor (konverter tiga fasa), dimana thiyristor tersebut bekerja dengan menggunakan prinsip trigger dari sebuah gerbang catu untuk bekerja dan setelah tegangan AC dirubah menjadi tegangan DC maka arus DC tersebut dimanfaatkan sebagai pengeksitasi yang terhubung ke bagian motor dari generator. Thyristor ini di gunakan karna dalam aplikasinya thyristor ini bekerja hingga level daya 120 kW Sehingga generator turbin berfungsi sebagai alat yang menggerakkan poros. Pada tahap awal ini generator berfungsi untuk menggerakkan men ggerakkan kompresor sehingga kompresor mampu menghasilkan tekanan udara. Dengan tekanan yang besar, udara disalurkan ke dalam ruang pembakaran ( Combustion Chamber ) ) bersama-sama dengan masuknya bahan bakar ( minyak dan gas ) beserta udara lingkungan yang berasal dari lingkungan luar yang sudah difilter. Dari proses pembakaran menghasilkan panas yang besar yang kemudian kalor ini berfungsi sebagai penggerak turbin gas. Turbin gas akan menggantikan fungsi generator yang pertama kali menggerakkan kompresor, dan akan menggerakkan generator tersebut sehingga generator menghasilkan listrik . 2.4 Sistim Bahan Bakar Gas
Pada PLTGU priok ada dua jenis bahan bakar yang dapat digunakan yaitu bahan bakar gas dan HSD(High Speed Diesel). Bahan bakar ini dapat digunakan secara bersamaan namun hanya dilakukan pada saat pergantian dari bahan bakar gas ke bahan bakarr HSD dan sebaliknya tampa mematikan unit PLTGU.
Dari kedua jenis bahan bakar ini yang paling sering digunakan ialah bahan bakar gas, hal ini dikarenakan selain lebih murah dibandingkan HSD juga ramah terhadap lingkungan tentunya juga memberikan keuntungan yang lebih kepada perusahan. 2.4.1 Fungsi Umum
Sistem bahan bakar gas dari dari turbin gas bahan bakarnya disuplay ke burnner dengan jumlah aliran bahan bakar gas sesuai dengan power output yang dibangkitkan oleh turbine gas. Sistem bahan bakar gas telah telah diintegrasikan kedalam sistem proteksi pembangkit secara menyeluruh dengan demikian katup trip akan segera menghentikan aliran aliran bahan bakar yang ke burner bila terjadi suatu trip emergency. 2.4.2 Desain
Secara skematik sistem sistem bahan bakar gas pada turbin gas dapat dilihat pada gambar HTCT 305 423 dengan kelengkapan peralatan dan komponen utama sebagai berikut : -
Main shut off valve gas (MSOV)
MBP31 AA001
-
Relief Valve (RV)
MBP31 AA002
-
Stop valve (SV)
MBP31 AA010
-
Trip Valve (TV)
MBP31 AA003
-
Measurement of gas flow
MBP31 CP001
-
Control Valve(CV)
MBP31 AA007
-
Filter/Separator(FS)
MBP31 CF001
-
Ignition gas/blow off valve
MBP32 AA001
-
Gas Relief Fan(GRF)
MBP33 AN001
-
Relief Valve
MBP33 AA001
2.4.3 Prinsip Operasi
Secara umum prinsip dari pengoperasian dari sistem bahan bakar gas maupun dengan HSD pada turbin gas dimulai dari penyalaan awal pada ruang bakar dengan dengan bantuan gas propane dan busi. Busi akan memberikan percikan api awal untuk menyalakan gas propane, penyalaan ini akan belangsung selama 10 detik untuk dapat membakar bahan bakar gas yang digunakan untuk star up dari turbin gas. Secara spesifik pada proses start up ialah dimulai pada saat tombol automatik start telah ditekan maka master sequencer akan berlangsung dengan urutan sebagai berikut:
Bahan bakar gas EKG62 akan mensupply gas ke sistem pada tekanan yang telah ditetapkan yaitu 22 s/d 24 bar. Gas ini akan disalurkan disalurkan melalui Main shut off valve (MBP31 AA001) dan relief valve (MBP31 AA002) dimana pada masing-masing komponen ini dilengkapi dengan sebuah motor AC dan sebuah manual drive drive serta diintegrasikan pada satu blok valve. Kemudian main shut shut off valve MBP31AA001 akan membuka dan relief valve MBP31 AA002 akan menutup sehingga gas akan mengalir sampai ke katup trip valve MBP31 AA003(katup ini masih dalam keadan menutup). Automatik start juga akan memerintahkan gas relief fan untuk beroperasi.ketika putaran penyalaan telah tercapai(750rpm) maka katup trip valve akan membuka dan gas penyala(pilot flame system MBQ30) akan masuk pada kondisi beroperasi. Gas sekarang berada pada daerah control valve MBP31AA007 dan pada area ignition gas/blow off valve MBP32 AA001. Ignition Ignition Torch akan menyalakan gas propane yang disupply oleh sistem bahan bakar penyalaMBQ30,settelah tekanan operasi sebelum control valve MBP31 AA007 tercapai dimana hal ini akan mengakibatkan ignition gas/blow off valve akan berpindah keposisi menutup (ke arah blow off/pembuangan) berganti ke kondisi membuka (gas penyalaan ke arah combustor setting). Selama saat pembakaran awal dari trip valve MBP31AA003 sampai dengan perpindahan kondisi ke ignition gas/blow off setting akan hilang ke udara terbuka. Ignition gas mengalir melalui blow off valve yang merupakan katup 3 jalan dan oriface MPB32 BP001 serta burner MBM31 kedalam combustor MBM 30. Penyalaan akan dilakukan oleh gas propane MBQ30 yang akan menyala selama 10 detik.dengan sekali penyalaan diharapkan penyalaan awal dari bahan bakar gas sudah berhasil. Tiga buah flame monitor MBM30CR001, MBM30CR002, dan MBM30CR003, akan diaktifkan untuk mendeteksi penyalaan awal pada ruang bakar. Untuk langkah berikutnya adalah ad alah Control valve MBP31AA007 akan mulai membuka secara perlahan p erlahan lahan lah an sehingga aliran gas akan meningkat diikuti pula dengan penambahan putaran turbin sampai dengan nominal yang telah ditentukan (3000rpm) dan dilanjukan ke pembebanan pada generator. Ketika turbine gas dalam kondisi beroperasi control valve MBP31AA007 akan mengatur supplay bahan bakar gas sesuai dengan power output yang diinginkan. Menurut mode operasi
turbine gas yang telah ditetapkan, maka pengaturan turbin gas dapat dilakukan berdasarkan controller yang mendapat input dari inlet (set point) dari temperatur dan beban/frequency. Jika turbin inlet(set point) yang digunakan pada mode pengaturan beban /frequency akan membatasi temperatur inlet turbin pada batas maksimum. Sedangkan jika turbin inlet(set point) yang digunakan pada metode temperatur maka akan membatasi beban dan frekwensi pada batas maksimum. Biasanya set point yang sering digunakan ialah ialah membatasi temperatur, hal ini dikarenakan akan membuat frekwensi dan beban akan stabil dan peraralan-peralatan utama seperti generator akan stabil pula.
2.3 Proses Kontrol Pada Sistem Bahan Bakar Gas Pada Turbin Gas
Pada PLTGU Priok sistem sistem kontrol yang digunakan ialah ialah menggunakan kontrol DCS. Distributed Control System (DCS) ini dapat diartikan sebagai sistem kontrol yang terdistribusi merupakan sebuah kontrol sistem yang mendistribusikan data – data data dari tiap – tiap sistem hingga pada suatu main kontrol yang memonitor dari tiap – tiap tiap sistem tersebut. Pada unit PLTGU digunakan suatu kontrol yang disebut sebagai PROCONTROL P buatan ABB (Asea Brown Boveri). Dalam unit PLTGU PROCONTROL P yang digunakan ialah PROCONTROL K (Decontic), dan P14. Decontic
Kontrol DCS dari Sistem bahan bakar gas pada turbin Gas, didasarkan dari rangkaian sequenser seperti gambar d bawah ini:
Dari rangkaian diatas sinyal 1 akan diberikan dengan mode pemilihan fuel selection gas dan sinyal 0 pada fuel selection dual, kedua sinyal ini akan d inputkan pada logika ODR(OR) dan akan menghasilkan keluran sinyal sinyal 1 pada keluaran ODR. Selanjutnya pada main stop valve(MBP31AA001) akan diberikan sinyal 0 yang kemudian di NOTkan sehingga akaan menghasilkan sinyal 1 pada keluarannya namun pada saat ini main stop valve masih dalam keadaan tertutup(belummemberikan supply gas). Selanjutnya pada FG feed pressure akan diberikan sinyal 1 dimana akan mengukur tekanan gas yang masuk melalui main stop valve dimana tekana dari gas yang diperlukan 22s/d24 bar. Kemudian sinyal 1 juga
diberikan pada gas relief fan(MBP33AN001) dimana gas relief fan ini digunakan sebagai pendingin dari aliran gas yang masuk ke ruang bakar. Waktu yang dibutuhkan untuk menyalakn gas relief fan ini yaitu sekitar 3s, keluaran dari timer pada gas relief fan ini juga akan tetap bernilai sinyal sinyal 1. Sinyal- sinyal 1 dari hasil keluaran diatas diatas akan di inputkan pada logika UND(AND) dimana sesuai dengan prinsipnya logika UND jika diberikan sinyal 1 pada kesemua inputnya maka keluarannya akan menghasilkan sinyal 1 pula. Karena semua input yang masuk pada UND semua nya bernilai 1 maka pada keluarannya akan bernnilai 1 pula, sehingga supply bahan bakar gas akan diberikan dan proses start up dari turbin gas akan berlangsung temasuk proses pembakaran pembak aran serta proses perpindahan penyalaan dari penyalaan p enyalaan awal dengan gas propane ke proses bahan bakar utama.
2.6 Peralatan Proteksi / Pengaman Gedung
Peralatan proteksi yang terdapat di PT. INDONESIA POWER dan masih dapat digunakan adalah layak sinkron yang terdapat diturbin dan generator, dan juga menggunakan sistem relay untuk peralatan listrik. Proteksi yang digunakan yaitu dengan menggunakan penangkal petir dengan pentanahan langsung pada setiap gedungnya. Untuk control proteksi gedungnya sendiri masih manual yaitu dengan perawatan dan pengecakan secarala berkala. Apabila terjadi kebakaran, tetap tenang jangan panik terus berjalan cepat jangan berlari keluar melalui pintu evakuasi, utamakan kesehatan dan keselamatan kerja.
2.7 Prinsip proteksi petir
Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir tidaklah dapat mence gah terjadinya petir.
Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan standar ini, tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara mutlak; namun demikian penggunaan Standar ini akan mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya.
Jenis dan lokasi sistem proteksi petir sebaiknya dipertimbangkan secara seksama pada tahap perancangan suatu bangunan gedung baru, sehingga bagian bangunan gedung yang
secara listrik bersifat konduktif dapat dimanfaatkan secara maksimum. Dengandemikian rancangan dan konstruksi instalasi secara keseluruhan akan lebih mudahdilaksanakan dan efektivitas sistem proteksi petir dapat ditingkatkan dengan biaya danusaha yang minimum.
2.8 Sistem Pengaman Gedung
Sistem pengaman gedung dibuat untuk melindungi gedung tersebut dari berbagai macam gangguan. Salah satu sistem pengaman gedung adalah sistem penangkal petir beserta pembumiannya. Instalasi bangunan yang menurut letak, bentuk, penggunaanya dianggap mudah terkena sambaran petir dan perlu dipasang penangkal petir adalah : a. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat,menara, dan cerobong pabrik. b. Bangunan – banguna tempat penyimpanan bahan yang mudah terbakar atau meledak seperti pabrik amunisi, atau gudang penyimpan bahan peledak. c. Bangunan – banguna sarana umum seperti gedung bertingkat pusat
perbelanjaan,instansi
pemerintahan, sekolah dan sebagainya. d. Bangunan yang berdasar fungsi khusus perlu dilindungi seperti gedung arsip negara. Jenis penangkal petir juga dipengaruhi dipe ngaruhi oleh keadaan atap dari gedung yang akan diamankan. Untuk bangunan dengan atap datar, yaitu bangunan ban gunan yang memiliki selisih tinggi antara bumbungan dan lisplang kurang dari 1 meter maka sistem yang sesuai adalah sistem faraday yaitu sistem penangkal petir
BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Gas Turbin PLTGU Priok menggunakan bahan bakar utama Gas Alam dan bahan bakar cadangan HSD tetapi juga dapat digunakan kedua-duanya (Dual Fuel). 2. Sistem Kontrol Proteksi gedungya masih manual yaitu dengan perawatan yang sekaligus pengecekan secara berkala. 3. Perlu diperhatikan bahwa sistem proteksi petir petir tidaklah dapat mencegah terjadinya petir.
4. Suatu sistem proteksi petir yang dirancang dan dipasang sesuai dengan standar ini, tidak dapat menjamin proteksi terhadap bangunan gedung, manusia atau obyek secara mutlak; namun demikian penggunaan Standar ini akan mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan petir terhadap bangunan gedung yang diproteksinya. 5. Proteksi yang digunakan yaitu dengan menggunakan penangkal petir dengan pentanahan langsung pada setiap gedungnya. 6. Dalam pengoperasiannya PLTGU Priok dapat menggunakan 2 metode, yaitu Open Cycle maupun Combined Cycle. Bila dioperasikan pada Open Cycle gas buang dari Turbin Gas langsung dibuang ke atmosfer, sementara bila dioperasikan Combined Cycle dimana panas yang dihasilkan dari Turbin Gas dimanfaatkan untuk dipakai sebagai pemanas air hingga menjadi uap untuk menggerakkan Turbin Uap yang prosesnya dilakukan didalam Boiler dalam hal ini disebut HRSG (Heat Recovery Steam Generator. 7. PLTGU UBP Priok menggunakan sistem PROCONTROL P, dan P14 dari ABB dalam mengendalikan kegiatan Combined Cycle Plant. PROCONTROL P adalah sistem yang cocok bagi Combined Cycle Plant PLTGU UBP Priok, karena semua bagian dari PLTGU juga berasal dari ABB.