Pan Pa nduan duan Nasi Nasion onal al Pela Pelaya yan nan Kedo Kedokt kter era an (PNP (PNPK) K) Tim PPM PDSKJI
Pendahuluan
Latar Belakang •
•
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran, khususnya Psikiatri, perlu ada Pedoman atau Acuan Kerja yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun material. Untuk mencegah kekeliruan à kerugian pasien dan praktisi
Pengertian dan Tujuan •
•
PNPK : Pedoman prosedur standar operasional dalam pelayanan dan perawatan pasien yang harus diketahui dan dijalankan oleh seorang psikiater dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan secara optimal, profesional dan dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan : memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan dan perawatan kepada pasien secara lebih optimal, berkesinambungan, profesional dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan material.
Dasar asar Hukum •
Permenkes No. 1438/IX/2010 yang mengamanatkan kepada Organisasi Profesi Dokter Spesialis untuk membuat Pedoman Nasional Pelayanan Kesehatan yang akan ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menjadi acuan setiap institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit/Rumah Sakit Khusus/Klinik dan lain-lain) dalam membuat Standar Pelayanan Operasional atau Panduan Pelayanan Klinis di tiap institusinya.
Dasar asar Hukum •
Berdasarkan Permenkes tersebut, Pengurus Pusat PDSKJI membentuk Tim Penyusun PNPK di bulan Oktober 2011 untuk merumuskan PNPK Psikiatri yang disahkan dan ditetapkan oleh Ketua PP PDSKJI.
Ti Tim PNPK
•
•
•
•
•
•
•
Nurmiati Amir Ronny T Wirasto Desmiarti Khamelia Juniar Effendi Imelda Indriyani Lahargo Kembaren
Ruang Lingkup PNPK •
Sepuluh penyakit terbanyak di setiap Divisi Psikiatri
•
Penyakit-penyakit Penyakit-penyakit yang dianggap penting walaupun kejadiannya kecil
•
Penyakit-penyakit yang memerlukan tindakan emergensi
•
Tata laksana laksana tindakan at atau au prosedur psikiatri
Alur SK PP PDSKJI
Tim PNPK
Feed Back Draft PNPK
Finalisasi
Penetapan
Sosialisasi
Revisi Rev isi Tiap Tah Tahun un
Kepustakaan •
Panduan Pelayanan Medik RSCM, RSMM, RSJSH
•
Buku Teks Psikiatri
•
Presentasi dr Nurmiati di Konas dan Seminar
•
Presentasi Sejawat Psikiater
Korek oreksi si//tambaha bahan n •
Klasifikasi berdasarkan ICD-10 atau DSM-IV-TR? à Kemkes menggunakan ICD-10
•
Daftar obat harus mencakup semua yang tersedia di pasaran
•
Pedoman dibuat umum, kekhususan spesifik daerah dapat dibuat di SOP RS masing2
•
Batas waktu koreksi 1 bulan
•
•
•
•
Injeksi long-acting? Injeksi lorazepam? à belum tersedia di pasaran *beri catatan khusus, mungkin dimasukkan pada koreksi tahun depan bila sudah tersedia Untuk di komunitas? Payung hukum agar tidak dianggap ilegal? Penanganan kesurupan massal? (tidak termasuk dalam pedoman nasional, dapat ditambahkan pada muatan lokal) Bunuh diri? à tmsk dlm PNPK Depresi à sebaiknya dibentuk PNPK tersendiri à background PNPK bdsrkn diagnosis, bukan gejala
Korek oreksi si//tambaha bahan n •
Klasifikasi berdasarkan ICD-10 atau DSM-IV-TR? à Kemkes menggunakan ICD-10
•
Daftar obat harus mencakup semua yang tersedia di pasaran
•
Pedoman dibuat umum, kekhususan spesifik daerah dapat dibuat di SOP RS masing2
•
Batas waktu koreksi 1 bulan
•
•
•
•
Injeksi long-acting? Injeksi lorazepam? à belum tersedia di pasaran *beri catatan khusus, mungkin dimasukkan pada koreksi tahun depan bila sudah tersedia Untuk di komunitas? Payung hukum agar tidak dianggap ilegal? Penanganan kesurupan massal? (tidak termasuk dalam pedoman nasional, dapat ditambahkan pada muatan lokal) Bunuh diri? à tmsk dlm PNPK Depresi à sebaiknya dibentuk PNPK tersendiri à background PNPK bdsrkn diagnosis, bukan gejala
PNPK DELIRUM
Batasan dan Uraian Umum •
Suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan kognisi yang terjadi secara akut dan berfluktuasi.
Manifestasi Klinis a.
Berkurangnya atensi (kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian), defisit memori, disorientasi, dan gangguan berbahasa.
b.
Agitasi psikomotor
c.
Gangguan persepsi
d.
Gangguan emosi
e.
Kekacauan arus dan isi pikir
f.
Gangguan siklus tidur-bangun.
g.
Terjadi dalam periode waktu yang pendek dan cenderung berfluktuasi dalam sehari
Klasifikasi Delirium •
Deli De liri rium um Akib Akibat at Ko Kond ndis isii Me Medi diss Um Umum um (K (KMU MU))
•
Deliri De lirium um Aki Akibat bat Int Intoks oksika ikasi/P si/Putu utuss Zat
•
Deliri De lirium um Akiba Akibatt Et Etiol iologi ogi Ber Berag agam am
•
Delirium Deli rium yang yang Tidak Spe Spesifik sifik
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR)
1. De Deliriu rium Akibat Kond ondisi Medis Umu Umum
A.
Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian
B.
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, disor ientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persep persepsi si yang tidak dikaitkan dengan demensia
C.
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari
D.
Ada bukti dari riwayat riwayat penyaki penyakit, t, pemeriksaan fisik, laboratorium bahwa gangguan disebabkan disebabkan oleh konsekuensi fisiologik langsung suatu KMU
Kondisi Medis Umum a.
Penyakit SSP (trauma kepala, tumor, pendarahan, hematoma, abses, nonhemoragik stroke, transien iskemia, kejang dan migrain, dan lain-lain)
b.
Penyakit sistemik (misalnya, infeksi, perubahan status cairan tubuh, defisiensi nutrisi, luka bakar, nyeri yang tidak dapat dikontrol, stroke akibat panas, dan di tempat tinggi (> 5000 meter)
c.
Penyakit jantung (misalnya, gagal jantung, aritmia, infark jantung, bedah jantung) Gangguan metabolik (misalnya, ketidakseimbangan elektrolit, diabetes, hipo/hiperglikemia) Paru (misalnya, COPD, hipoksia, gangguan asam basa)
d. e. f.
Obat yang digunakan (misalnya, steroid, medikasi jantung, antihipertensi, antineoplasma, antikolinergik, SNM, sinrom serotonin)
g. h. i. j.
Endokrin (misalnya, kegagalan adrenal, abnormalitas tiroid atau paratiroid) Hematologi (misalnya, anemia, leukemia, diskrasia) Renal (misalnya, gagal ginjal, uremia) Hepar (misalnya, gagal hepar, sirosis, hepatitis)
2. Delirium Akibat Intoksikasi Zat A.
Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
B.
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, disor ientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persep persepsi si yang tidak dikaitkan dengan demensia
C.
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari.
D.
Ada bukti dari riwayat riwayat penyakit, penyakit, pemeriksaan fisik, fisik, laboratorium, sebag se bagai ai ber beriku ikut: t: –
–
Simtom A dan B terjadi selama intoksikasi zat atau penggunaan medikasi Intoksikasi zat adalah etiologi terkait dengan delirium
3. Delirium Akibat Putus Zat A.
Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
B.
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, disor ientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persep persepsi si yang tidak dikaitkan dengan demensia
C.
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari.
D.
Ada bukti dari riwayat riwayat penyakit, penyakit, pemeriksaan fisik, fisik, laboratorium, sebag se bagai ai ber beriku ikut: t:
E.
Simtom A dan B terjadi selama atau segera setelah putus zat
4. Delirium Akibat Etiologi Beragam A.
Gangguan kesadaran (berkurangnya kejernihan kewaspadaan terhadap lingkungan) yang ditandai dengan berkurangnya kemampuan memfokuskan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.
B.
Adanya perubahan dalam kognisi (defisit memori, disorientasi, disor ientasi, gangguan berbahasa) atau gangguan persep persepsi si yang tidak dikaitkan dengan demensia
C.
Gangguan berkembang dalam periode waktu yang pendek, cenderung berfluktuasi dalam sehari.
D.
Ada bukti dari riwayat riwayat penyakit, penyakit, pemeriksaan fisik, fisik, laboratorium, bahwa :
E.
Delirium memiliki lebih dari satu etiologi, misalny misalnya a lebih dari satu KMU, KMU + intoksikasi zat, atau efek samping obat.
5. Deli elirium Yang Tidak Tidak Dapat pat Dispes pesifikasi A.
Kriteria untuk tipe delirium tertentu tidak terpenuhi. Misalnya;, manifestasi delirium diduga akibat KMU, penyalahgunaan zat tetapi tidak cukup bukti untuk menegakkan etiologi spesifik.
B.
Delirium disebabkan oleh penyebab yang tidak tercatat tercatat pada seksi ini (deprivasi sensorik)
Diagnosis Banding Delirium •
Demensia
•
Ganggu Gan gguan an Psik sikoti otik k Si Singk ngkat at
•
Skizofrenia
•
Skizofreniform
•
Gangguan Ganggua n Psik Psikotik otik Lainn Lainnya ya
•
dengan an Gamba Gambaran ran Ps Psik ikotik otik Mood deng
•
Ganggu Gan gguan an Stres Stres Akut
Agiitasi kar Ag karena seba sebab b lla ain?
Penatalaksanaan Tiga tujuan utama terapi delirium yaitu; 1.Mencari dan mengobati penyebab delirium (diperlukan pemeriksaan fisik yang cermat dan pemeriksaan penunjang yang adekuat. Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, analisis gas darah, fungsi hati, dan fungsi ginjal, serta EEG atau pencitraan otak bila terdapat indikasi disfungsi otak). 2.Memastikan keamanan pasien 3.Mengobati gangguan perilaku terkait dengan delirium, misalnya agitasi psikomotor.
Terapi Farmakologik •
•
Sangat Sangat bijak bila tidak lagi menambahkan obat pada obat yang sudah didapat oleh pasien (biasanya pasien sudah mendapat berbagai obat dari sejawat lain) kecuali ada alasan yang sangat signifikan misalnya agitasi atau psikotik psikotik (dicatat (dicatat direkam medik alasan penggunaan obat). Interaksi Interaksi obat harus menjadi perhatian serius. Antipsikotika Antipsikotika dapat dipertimbangkan bila ada tanda dan gejala psikosis, psikosis, misalnya misalnya halusinasi, waham atau sangat sangat agitatif (verbal atau fisik) sehingga berisiko terlukanya pasien atau orang lain
Terapi Farmakologik •
•
•
Haloperidol mempunyai rekam jejak terpanjang dalam mengobati delirium, dapat diberikan per oral, IM, atau IV. Dosis haloperidol injeksi adalah 2-5 mg IM/IV dan dapat diulang setiap 30 menit (maksimal 20 mg/hari). Efek samping parkinsonisme dan akatisia dapat terjadi
Terapi Farmakologik •
•
Bila diberikan IV, dipantau dengan EKG adanya pemanjangan interval QTc dan adanya disritmia jantung Pasien agitasi yang tidak bisa menggunakan antipsikotika antipsikotika (misalnya, pasien dengan Syndrom Neuroleptic Malignance ) atau bila tidak berespons bisa ditambahkan benzodiazepin benzodiazepin yang tidak mempunyai mempunyai metabolit aktif, aktif, misalnya lorazep lorazepam am 1 – 2 mg. Kontraindikasi Kontraindikasi untuk pasien dengan gangguan pernafasan.
Terapi Nonfarmakologik Nonfarmakologik •
•
•
Psi sik kot oter erapi api su supor porti tiff ya yang ng me memb mber erik ikan an pe perrasa asaan an am aman an da dapa patt memb me mban antu tu pa pasi sien en me meng ngha hada dapi pi fr frus usttras rasii da dan n ke kebi bing ngun unga gan n ak akan an kehil ke hilang angan an fu fungs ngsii me memor moriny inya. a. Perlunya reorientasi lingkungan, misalnya tersedia jam besar. Memberikan edukasi kepada keluarga cara memberikan dukungan kepada pasien
Peringatan •
•
Hindari penggunaan penggunaa n obat-obat yang mengandung antikolinergik antikolinergik (misalnya, triheksilfenidil) karena akan memperbarat delirum. Fiksasi (restrain) adalah pilihan terkhir karena dapat meningkatkan eskalasi agitasi.
Komplikasi •
Gangguan stres akut dapat terjadi pada pasien yang sudah sembuh dari delirium, misalnya, misalnya, pasien dapat seperti mengalami mengalami kembali kembali gangguan persepsi. Disorientasi, psikosis, deprivasi tidur menyebabkan menyebabkan delirium dipersepsikan dipersepsikan oleh pasien sebagai peristiwa peristiwa yang sangat traumatik. traumatik. Oleh karena itu, dianjurkan penggunaan benzodiazepin, jangka pendek (misalnya lorazepam), pada pasien yang tetap cemas setelah deliriumnya membaik.
Prognosis Angka kematian kematian dalam tiga bulan pertama adalah 23%-33%, dalam satu tahun 50%. Perjalanan penyakit biasanya berlangsung sangat cepat, gejalanya berkurang dalam waktu 3-7 hari setelah faktor penyebab penyebab diobati. Gejala akan menghilang setelah dua minggu.
Daftar Pustaka 1. Amer Americ ican an Psyc Psychi hiat atri ricc Asso Associ ciat atio ion: n: Deli Deliri rium um.. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th Edition, Text Revision, Washington, DC, American Psychiatric Psychiatric Association, 2000, hal. 136-147.
2. Sam Samuels SC SC, Ne Neugroschl JA JA. Delirium. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott Williams & Wilkins, A Wolter Kluwer Kluwer Company, 2000, hal.1054-1067
PNPK Demensia
Batasan dan Uraian Umum Merupakan sindrom akibat penyakit otak, bersifat kronik progresif, ditandai dengan kemunduran fungsi kognitif multipel, yaitu fungsi memori, aphasia, apr apraks aksia, agnosia, dan fungsi eksekutif. Kesadaran pada umumnya tidak terganggu. Adakalanya disertai gangguan psiko psikolo logi gik k dan dan peri perila laku ku..
Etiologi •
Deme De mensi nsia a pad pada a Pe Peny nyak akit it Al Alzh zhei eime mer* r*
•
Demen Dem ensia sia Vas Vasku kular lar
•
Deme De mens nsiia pa pada da Pe Peny nyak akiit Pi Pick ck
•
Demensi Dem ensia a pada Pen enyak yakit it Cre Creutf utfeld eld-Jac -Jacob ob
•
Deme De mens nsia ia pa pada da pe pen nya yaki kitt Hu Hunt ntin ingt gton on
•
Deme De mens nsia ia pad pada a Pe Peny nyak akit it Pa Park rkin inso son n
•
Deme De mens nsia ia pa pada da Pe Peny nyak akit it HI HIV/ V/AI AIDS DS
* Demens Demensia ia tip tipe e Alz Alzhei heime merr prev prevale alensi nsiny nya a pal palin ing g besar besar (50-60 (50 -60%) %),, di disu susu sull De Deme mens nsia ia Va Vask skul ular ar (2 (20-3 0-30% 0%). ).
Manifestasi Klinis Gejala Geja la di dini ni da dari ri De Deme mens nsia ia se seri ring ngka kali li be beru rupa pa ke kesu suli lita tan n me memp mpel elaj ajar arii inffor in orm mas asii ba baru ru da dan n mud udah ah lu lupa pa terh rhad adap ap keja jadi dian an ya yang ng ba baru ru di dial alam ami. i. Pad ada a kea eada daan an le lebi bih h la lanj njut ut mu munc ncul ul gan angg ggua uan n fu fung ngsi si kog ogni niti tiff kom ompl plek ekss disert dis ertai ai gan ganggu gguan an peri perilak laku, u, yai yaitu; tu; •
•
•
•
•
•
•
•
Disori Diso rien enttas asii wa wakt ktu u da dan n te temp mpat at Kesu Ke suli lita tan n me mela laku kuka kan n pe peke kerj rjaan aan se sehar harii ha hari ri Tida Ti dak k ma mamp mpu u me memb mbua uatt ke kep put utus usan an Kesulitan Kesuli tan be berbah rbahasa asa Kehi Ke hila lang ngan an mo moti tiv vas asii dan ini inisi siat atif if Gang Ga nggu guan an pe peng ngen enda dali lian an em emos osii Daya Da ya ni nila laii so sosi sial al te terg rgan angg ggu u Dan Da n be berb rbag agai ai pe peru ruba baha han n pe peri rila laku ku da dan n ps psik ikol olog ogis is la lain inny nya a (a (agr gres esif if-impulsif, halusinasi, waham)
Manifestasi Klinis •
•
Gejala gejala klinis di atas pada Demensia tipe Alzheimer berkembang perlahan lahan, semakin lama semakin parah, sampai pada tahap lanjut penderita menjadi tergantung penuh pada keluarga yang merawatnya. Pada Demensia Vaskular gejala muncul akut, gambaran klinis sesuai kerusakan kerusakan vaskuler di otak, kemunduran kemunduran fungsi kognitif kognitif berjenjang sejalan dengan serangan kerusakan vaskular berikutnya.
Kriteria Diagnosis Diagnosi s (DSM-IV-TR) (DSM-IV-TR) A.
Perk Pe rkemba embanga ngan n de defisi fisitt kogn ognitif itif mult multipel ipel ya yang ng dima dimanif nifes estas tasik ikan an ole oleh h baik baik:: 1. 2.
gangguan gangg uan da daya ya in inga gatt satu sa tu at atau au le lebih bih gan angg ggua uan n kog ognit nitif if be berrik ikut ut:: a.
afasia afa sia (gan (ganggua gguan n baha bahasa) sa)
b.
apraks apra ksia ia (ga (ganggu ngguan an ke kema mamp mpuan uan un untuk tuk me mela lakuk kukan an ak aktiv tivita itass mo motor torik ik wa wala laupu upun n fu fungs ngsii motor mo torik ik ad adal alah ah utuh utuh))
c.
agnosia agnos ia (k (keg egag agal alan an un untuk tuk me meng ngen enali ali at atau au me mengi ngiden dentif tifika ikasi si be benda nda wa wala laupu upun n fu fungs ngsii sensor sen sorik ik utuh utuh))
d.
gangguan dalam fungsi ekse gangguan eksekutif kutif (mer (merenca encanakan nakan,, mengor mengorgani ganisasi, sasi, mengur mengurutkan utkan dan abstrak)
B.
Defisit Defi sit kog ognit nitif if da dalam lam kr krite iteria ria A1 dan A2 masing masing-ma -masin sing g me men nye yeba babk bkan an gang ga nggu guan an ya yang ng be berm rmak akna na da dala lam m fu fung ngsi si so sosi sial al at atau au pe peke kerj rjaa aan n da dan n menu me nunj njukk ukkan an su suat atu u pe penur nurun unan an ber berma makna kna da dari ri tin tingk gkat at fu fung ngsi si sebelumnya.
C.
Perjala Perj alana nan n pe penya nyakit kit dit ditan anda daii ole oleh h on onse sett yang bert bertah ahap ap da dan n pe penu nuru runa nan n kogn ognitif itif ya yang ng ter terus us men meneru eruss
Diagnosis Banding •
Delirium
•
Depresi
•
Gangguan Buatan
•
Skizofrenia
Tata Laksana •
•
Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan mempertahankan kemampuan penderita yang masih tersisa, menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif, mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul. Latihan memori sederhana, latihan orientasi realitas, dan senam otak, dapat membantu menghambat kemunduran fungsi kognitif. Psikoedukasi terhadap keluarga/care giver menjadi bagian yang sangat penting penting dalam d alam tatalaksana pasien.
Tata Laksana •
Pemberian Pemberian obat o bat Anti Demensia seperti Donepezil dan Rivastigmin Rivastigmin bermanfaat untuk menghambat kemunduran fungsi kognitif pada pa da Demensia ringan sampai sedang, tapi tidak dianjurkan untuk Demensia berat. Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik antipsikotik dosis rendah (haloperidol 0,5-1 mg/hari atau Risperidon 0,5-1 mg/hari). Untuk mengatasi gejala Depresi dapat diberikan Antidepresan (Sertralin 25mg/hari).
Penyulit •
Kecemasan dan depresi mungkin memperkuat dan memperburuk gejala
Prognosis Perjalanan klasik dari demensia adalah perburukan bertahap selama 5 sampai 10 tahun yang akhirnya menyebabkan kematian. Pasien dengan onset demensia yang dini kemungkinan memiliki perjalanan penyakit yang cepat.
Daftar Pustaka 1.
Kaplan & Sadock, Comprehensive textbook of Psychiatry , 7th ed, 2000
2.
Andreasen, Black, Introductory Textbook of Psychiatry , 3th ed, 2001
3.
Departe Depar teme men n Ke Kese sehat hatan an RI Direk Direktor torat at Je Jende ndera rall Pe Pela laya yana nan n Me Medik dik.. Pedo Pe doma man n Pe Peng nggo golo long ngan an da dan n Di Diag agno nossis Ga Gang nggu guan an Jiw iwa a di Indonesia (PPDGJ) III, 1993
PNPK Gang Ga nggu guan an Terkait NAPZ APZA
Batasan dan Ruang Lingkup •
•
NAPZA (Narkotik, (Narkotik , Alkohol, Psikotropika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah setiap bahan kimia /zat yang yang bila masuk masuk ke dalam dalam tubuh mempengaruhi mempengaruhi susunan saraf pusat yang manifestasinya berupa gejala gejala fisik dan dan psikol psikologis. ogis. Pasien dengan ketergantungan NAPZA dapat mengalami kondisi putus obat obat atau intoksikasi. Selain Selain itu juga dapat mengalami gangguan psikiatrik lainnya dan kondisi medik umum sebagai sebagai komorbidi komorbiditas tas,, misalnya misalnya HIV/A HIV/AIDS IDS dan hepatiti hepatitis. s.
Kriteria Diagnosis Intoksikasi Opioid (DSM-IVTR) A. B.
Baru Baru saja saja men menggun ggunak akan an opi opioid. oid. Terdap erdapat at perila perilaku ku mala maladap daptif tif atau peruba perubahan han psik psikologi ologik k yang yang secara klinis bermakna (misalnya euforia yang diikuti dengan apati, disforia, agitasi atau retardasi motorik, hendaya daya nilai atau hendaya fungsi sosial atau hendaya pekerjaan) yang berkembang selama atau segera setelah penggunaan opioid. C. Kont Kontri riks ksii pupi pupill (ata (atau u dila dilatas tasii pup pupil il akib akibat at anok anoksi sia a kare karena na overdosis berat) dan satu (atau lebih) gejala-gejala di bawah ini berkembang selama atau segera setelah penggunaan opioid: Mengantuk/drowsiness Bicara cadel Hendaya dalam perhatian atau daya d aya ingat •
•
•
Kriteria Diagnosis D. Tidak disebabkan oleh gangguan fisik atau mental lainnya. •
Intoksikasi akut dapat terjadi dengan atau tanpa komplikasi medis lainnya. Komplikasi medis yang terjadi dapat berupa :
•
Trauma atau cedera tubuh lainnya
•
Hematemesis
•
Aspirasi muntah
•
Konvulsi
•
Delirium
•
Koma
Diagnosis Banding •
Intoksikasi zat psikoaktif lain atau campuran
Pemeriksaan Penunjang •
•
•
•
•
•
•
Naloxone Chalenge Test (bila pasien koma) Darah lengkap Urinalisis Rontgen Foto Kepala EEG CT scan otak Test HIV/AIDS bila ada faktor risiko didahului dengan konseling dan disampaikan hasil dalam konseling pasca tes
Penatalaksanaan Pena Pe nang ngan anan an ko kond ndis isii ga gawa watt da daru rura ratt •
Pemberia Pembe rian n An Antid tidotum otum Na Nalo loxxon HCl (Na (Narca rcan/N n/Nok okoba oba)) at atau au Na Nalox loxone one 0.8 mg IV IV dan dan tun tunggu ggu se sela lama ma 15 men menit it.. Jika Jika tid tidak ak ad ada a re resp spon ons, s, beri be rika kan n Na Nalox loxon one e 1.6 mg IV IV dan dan tun tungg ggu u 15 men menit. it. Ji Jika ka ma masi sih h te teta tap p tidak tid ak ada res respon pon,, beri berika kan n Na Nalo loxxone 3.2 mg IV dan cur curig igai ai pe peny nyeba ebab b lain la in.. Jika Jika pa pasi sien en be bere resp spon on,, te teru rusk skan an pe pemb mber eria ian n 0.4 mg/ mg/ja jam m IV.
•
Memant Mem antau au dan eva evalua luasi si tan tanda da-ta -tand nda a vit vital al
•
Meng Me ngat atas asii pe peny nyul ulit it se sesu suai ai de deng ngan an ko kond ndis isii kl klin inis is
•
Bila Bi la in into toks ksik ikas asii be bera ratt ru ruju juk k ke IC ICU U
Penyulit AIDS dan berbagai infeksi infeksi oportunistik dapat menyertainya, menyertainya, misalnya misalnya hepatitis, koma, kejang, edema paru, pneumania aspirasi, ganguan hemodinamik, hipotermi, edema cerebri, kondisi infeksi lainnya, dan kematian kematian (akibat apneu apneu yang memanjang).
Prognosis •
Pemberian nalokson pada waktu yang tepat dan cepat serta terjaganya ventilasi sebelum mendapat antidotum, perbaikan sempurna intoksikasi opioid dapat tercapai. Bila pasien menderita hipoksia yang bermakna dan terjadi aspirasi isi lambung, komplikasi kedua hal ini dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas.
PNPK Putus Zat Opiod
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A.
Salah satu di bawah ini : 1. 2.
B.
Penghen Peng hentia tian n at atau au pen pengur gurang angan an pe pengg nggun unaa aan n op opiod ioda a ya yang ng be berat rat da dan n te tela lah h be berl rlan angsu gsung ng lama lam a (b (bebe eberap rapa a min minggu ggu ata atau u leb lebih ih lam lama). a). Pemberian antagonis antagonis opioid setelah penggunaan opioid selama periode tertentu.
Terd erdapa apatt 3 atau atau lebi lebih h geja gejala la be berik rikut ut ya yang ng tim timbul bul aki akibat bat pe pengh nghent entian ian at atau au pengur pen guranga angan n pen penggu ggunaa naan n opi opioid oida a dal dalam am wak waktu tu beb bebera erapa pa men menit it samp sampai ai beberapa bebe rapa hari setel setelah ah kriteri kriteria a A, yaitu yaitu : a. b. c. d. e. f. g. h. i.
C. D.
Mood disforik Mual Mu al dan mu munt ntah ah Nyeri Ny eri ot otot ot Lakrimasi Lakrim asi atau rinor rinorea ea Dilatasi Dila tasi pupil, piloe piloereksi reksi atau berke berkeringat ringat Diare Menguap Demam Insomnia
Gejala-g Gejal a-geja ejala la pad pada a kri kriter teria ia B men menyeba yebabka bkan n pen pender derita itaan an yan yang g sec secar ara a kli klinis nis bermakna atau hendaya fungsi so sosial, pe pekerjaan atau fungsi penting lainnya. Tidak Tid ak dis diseba ebabka bkan n ole oleh h kon kondis disii medis medis umum ata atau u gan ganggu gguan an menta mentall lai lainny nnya. a.
Diagnosis Banding •
Common Cold
•
Gastro-enteritis
Pemeriksaan Penunjang •
Labor Lab orat atori orium um da dara rah h le leng ngka kap. p.
•
Peme emerik riksaa saan n ur urina inalis lisis is rut rutin. in.
•
Test HIV/A Test HIV/AID IDS S bi bila la ad ada a fa fakt ktor or ri risi siko ko di dida dahu hulu luii de deng ngan an ko kons nsel elin ing g da dan n disa di samp mpai aika kan n ha hasi sill da dala lam m ko kons nsel elin ing g pa pasc sca a te tes. s.
Terapi •
•
•
•
•
Simp Si mpto toma mati tik k se sesu suai ai ge geja jala la kl klin inis is Subtitusii golong Subtitus golongan an opioid opioid:: meta metadon, don, bufre bufrenorfin norfin yan yang g dibe diberika rikan n secara tapering off . Untuk Untuk me meta tado don n da dan n bu bupr pren enor orfi fin n te terrap apii da dapa patt dilan dil anjut jutka kan n un untuk tuk jan jangk gka a pan panjan jang g (ru (ruma mata tan). n). Bila tidak tidak tersed tersedia ia dapat dapat menggunakan kodein. Subtitus Subtit usii non nonopi opioid oid:: klon klonidi idin, n, perlu perlu pen penga gawa wasan san te teka kanan nan da dara rah. h. Bila Bila sist si stol ol ku kura rang ng da dari ri 10 100m 0mmH mHg g at atau au di dias asto toll ku kura rang ng 70 mmHg mmHg HARU HARUS S DIHENTIKAN. Pemberian Pemberi an seda sedatif-h tif-hipnot ipnotik, ik, antips antipsik ikotika otika dapa dapatt dibe diberika rikan n sesu sesuai ai indikasi. Perawa Pera wata tan n rum rumah ah sak sakit, it, tidak tidak men menjad jadii ke kehar harus usan an,, be berga rgantu ntung ng kassusn ka snya ya.. Bi Bila la ge gejjal ala a putu tuss za zatn tnya ya sa san nga gatt ber era at sebai aikn knya ya dir ira awa watt inap.
Penyulit •
AIDS be AIDS beser serta ta inf infeks eksii opo oportu rtunis nistik tikny nya, a, he hepa patit titis, is, ko komor morbid bidita itass den denga gan n gangg ga ngguan uan ps psiki ikiat atri rik k lai lainn nnya ya da dan n kema emati tian. an.
Prognosis •
Gejala putus zat muncul (misalnya, heroin) dalam 6-12 jam setelah dosis terakhir. Untuk zat yang yang masa masa kerjanya lebih panjang, panjang, misalnya metadon, gejala dapat muncul setelah dua-empat hari. Puncak gejala zat yang waktu paruhnya pendek, misalnya heroin, adalah 1-3 hari dan secara berangsur-angsur mereda hingga 5-7 hari.
PNPK Intoks ntoksika ikasi Amfetamin AtauZ tau Zat Yang Menyerupainya
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A.
Baru Baru meng menggu gunak nakan an amfe amfeta tami min n atau atau zat zat yang yang men menye yerup rupai ainy nya a (misalnya, (misalnya, metilfe metilfenidat, nidat, MDA, MDMA).
B.
Seca Secarra klin klinis is ter terja jadi di peril perilak aku u maldap maldapti tiff ata atau u peru perubah bahan an psikologis yang bermakna (misalnya, eforia atau afek tumpul, perubahan dalam kehidupan sosial, kewaspadaan yang berlebihan, sensitif dalam hubungan interpersonal, interpersonal, hendaya daya nilai atau hendaya dalam fungsi pekerjaan dan sosial, cemas, tegang atau marah, perilaku stereotipik) yang berkembang selama atau segera setelah menggunakan amfetamin atau zat yang menyerupai.
A.
Baru Baru meng menggu gunak nakan an amfe amfeta tami min n atau atau zat zat yang yang men menye yerup rupai ainy nya a (misalnya, (misalnya, metilfe metilfenidat, nidat, MDA, MDMA).
B.
Seca Secarra klin klinis is ter terja jadi di peril perilak aku u maldap maldapti tiff ata atau u peru perubah bahan an psikologis yang bermakna (misalnya, eforia atau afek tumpul, perubahan dalam kehidupan sosial, kewaspadaan yang berlebihan, sensitif dalam hubungan interpersonal, interpersonal, hendaya daya nilai atau hendaya dalam fungsi pekerjaan dan sosial, cemas, tegang atau marah, perilaku stereotipik) yang berkembang selama atau segera setelah menggunakan amfetamin atau zat yang menyerupai.
A.
Dua/le Dua/ lebi bih h da dari ri ge geja jala la di ba bawa wah h in inii ya yang ng be berk rkem emba bang ng se sege gera ra at atau au sela se lama ma me meng nggu guna naka kan n am amfet fetam amin in at atau au zat ya yang ng me meny nyer erup upai ai:: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Takikar Takik ardi di ata atau u br bradi adika kard rdii Dilatas Dil atasii pup pupil il Peni Pe ning ngka kata tan n at atau au pe penu nuru runa nan n te teka kanan nan dar darah ah Banyak Ban yak ke keri ring ngat at at atau au ke kedi dingi ngina nan n Mual Mu al at atau au mu munt ntah ah Penu Pe nuru runan nan be bera ratt bad badan an Agit Ag itasi asi at atau au re rettar ardas dasii mo moto tori rik k Kelelah Kel elahan an oto otot, t, dep depre resi si sist sistem em per pernafa nafasan, san, nye nyeri ri dada dan arit aritmia mia jantung Kebingu Keb ingungan ngan dan kej kejangang-kej kejang, ang, disk diskine inesia, sia, dist distonia onia atau kom koma a Geja Ge jala la-g -gej ejal ala a di at atas as ti tida dak k di dise seba babk bkan an ol oleh eh gan angg ggua uan n fi fisi sik k at atau au me men nta tall lainnya
Diagnosis Banding •
Intoksikasi kokain
•
Intoksikasoi PCP
•
Intoksikasi halusinagen
Pemeriksaan Penunjang •
Urinalisis
•
EKG : sesuai indikasi
Terapi •
Peme Pe meri riks ksaa aan n ta tand nda a vi vita tall
•
Perha Pe rhatik tikan an tan tandada-ta tanda nda int intoksi oksika kasi si
•
•
•
•
Simtoma Simt omati tik k be berg rgan antun tung g da dari ri kon ondi disi si kl klin inis is,, untu untuk k pe pengg nggun unaa aan n or oral al,, meran me rangs gsan ang g mu munta ntah h de denga ngan n activated charcoal at atau au ku kura rass la lamb mbu ung adalah ada lah pen pentin ting. g. Antipsikotika; haloperidol 2-5 mg per kali Antipsikotika; kali pemberian pemberian atau klorpr klor proma omazin zin 1 mg/kg BB, BB, oral, oral, seti setiap ap 4-6 jam Antih An tihip iper erte tens nsii bi bila la pe perl rlu u (TD di di atas atas 140 140/10 /100 0 mmHg). mmHg). Bila ad Bila ada a ge geja jala la an ansi siet etas as be beri rik kan an ansi sioli oliti tik k go golo long ngan an be benz nzod odia iazzep epin in;; diazep dia zepam am 3x5 mg atau atau klor klordia diazep zepoksi oksid d 3x2 3x25 5 mg.
Terapi •
•
•
•
Bila ad ada a kej kejang ang,, berika berikan n dia diazep zepam am 10-30 10-30 mg paren parenter teral al Aritmia kordi Aritmia kordis, s, lakuk lakukan an Cardiac monitoring, mis misaln alnya ya un untuk tuk pa palpi lpitas tasii diberi dib erikan kan pr propa opanol nolol ol 2020-80 80 mg/hari (pe (perha rhatika tikan n ko kontr ntrain aindik dikasi asiny nya) a) Kontro Kont roll te temp mper erat atur ur de deng ngan an se seli limu mutt di ding ngin in at atau au kl klor orpr prom omazi azin n un untu tuk k menc me ncega egah h te temp mpera eratu turr tu tubu buh h me meni ningk ngkat at Observa Obse rvasi si di IGD IGD 1 x 24 jam jam;; bila bila kon kondi disi si te tena nang ng da dapa patt di dite teru rusk skan an rawa ra watt ja jala lan n
Penyulit •
Aritm Ar itmia ia kor kordi diss
•
Penggunaan polydrug polydrugss
•
Koma
Prognosis •
Komplik Kompl ikas asii pa pali ling ng um umum um ad adal alah ah rh rhab abdo domy myoly olysi siss de deng ngan an ga gaga gall gi ginj njal al akut, kegag kegagalan alan bany banyak ak organ menye menyebabk babkan an heatstroke merupakan seba se bab b ut utama ama kem emat atia ian n in into toksi ksika kasi si am amffet etam amina ina.. In Indi dika kato torr pr progn ognos osis is buru bu ruk k pa pasi sien en in into toks ksik ikas asii am amfe feta tami mina na ad adal alah ah ko koma ma,, shock , kejang, oliguria, oligur ia, dan hipe hiperpire rpireksia. ksia. Asidosi Asidosis, s, hipovolemik, hipovolemik, kerusakan kerusakan ginja ginjal, l, dan da n is iske kemi mia a ad adal alah ah fa fakt ktor or-f -fa akt ktor or ri risi siko ko po pote tens nsia iall un untu tuk k berk be rkem emba bang ngny nya a gag gagal al gi ginj njal al ak akut ut..
PNPK Kond ondisi Pu Putus tusA Amfetam tamin Atau tau Zat Yang Menyerupai
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A.
Penghe Penghenti ntian an (pen (pengur gurang angan) an) mendad mendadak ak pengguna penggunaan an amf amfet etami amin n atau atau zat yang yang men menyer yerupa upaii yang sudah digunakan dalam jumlah banyak dan waktu lama
B.
Mood yang disforik dan dua (atau lebih) perubahan psikologis di bawah ini yang berkembang dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah kriteria A : a. b. c. d. e.
Fatique/kelelahan Mimpi bu buruk atau ha halusinasi Insomnia atau hipersomnia Nafsu makan meningkat Retardasi at atau agitasi motorik
C.
Gejala Gejala-ge -gejala jala pada pada krite kriteria ria B secar secara a klini kliniss berm bermak akna na meni menimbul mbulka kan n pende penderit ritaan aan ata atau u gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau fungsi-fungsi penting lainnya
D.
Gejala Gejala-g -geja ejala la di atas atas tidak tidak dise disebab babkan kan oleh oleh gangg gangguan uan fisik fisik atau atau ment mental al lain lainnya nya
Diagnosis Banding •
Intoksikasi Intoks ikasi Amfeta Amfetamin min
•
Putu Pu tuss ko koka kain in at atau au za zatt ya yan ng me men nye yeru rup pai
•
Episod Epi sode e man manik ik ata atau u hip hipoma omanik nik
Pemeriksaan Penunjang •
Urinalisis
•
EKG : sesuai indikasi
Terapi •
•
•
Obse Ob serv rvas asii 24 ja jam m un untu tuk k me meni nila laii kon ondi disi si fi fisi sik k da dan n ps psik ikia iatr trik ik.. Rawatt ina Rawa inap p di dipe perlu rluka kan n ap apab abil ila a di dise sert rtai ai ge geja jala la ps psik ikoti otik k be bera rat, t, ge geja jala la depr de pres esii be bera ratt atau kec ecen ende deru rung ngan an bu bunu nuh h di diri ri,, da dan n kom ompl plik ikas asii fi fisi sik k lainnya Ter erap api: i: anti antips psik ikoti otika ka (h (hal alop oper erid idol ol 3 x 1,5 1,5-5 -5mg, mg, ata atau u ri risp sper erid idon on 2 x 1, 1,553 mg), mg), an anti tian ansi siet etas as (a (alp lpra razo zola lam m 2 x 0,2 0,255-0,5 0,5 mg, at atau au di diaz azep epam am 3 x 510 mg, at atau au klo kloba bazzam 2 x 10 mg mg)) at atau au an anti tide depr pres esan an gol golon onga gan n SS SSRI RI atau at au tri trisik sikli lik/t k/tet etra rasik sikli lik k ses sesua uaii kon kondi disi si kl klin inis. is.
Penyulit •
Polydrugs
•
Gangguan Psikiatri lain yang mendasari
Prognosis
•
Bebera Bebe rapa pa ge geja jala la (d (dis isfo forik rik at atau au fa fatig tigue ue)) da dapa patt te terl rlih ihat at pa pada da be bebe bera rapa pa hari ha ri se sete tela lah h pe peng nggu guna naan an do dosi siss ya yang ng ag agak ak be besa sar. r. Se Sela lama ma fa fase se pu putu tuss amfe am feta tami min, n, pa pasi sien en da dapa patt me meng ngal alam amii de depr pres esii be bera rat. t. Dep Depre resi si in inii da dapa patt semb se mbuh uh me mesk skip ipun un ta tanp npa a pe peng ngob obat atan an bi bila la ti tidu durn rny ya no norm rmal al..
Daftar Pustaka •
•
•
•
•
American Psychiatric Association. Opioid Intoxication. Dalam: Dalam: Diagnostic Diagnostic and and Statisti Statistical cal Manual Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV). American Psychiatric Association, Washington DC, 2000: hal.222-225
Sadock BJ, Sadock JA. Opioid Intoxication . Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 447-451. Dalam:: Diagnostic Diagnostic and Statistic Statistical al American Psychiatric Association. Opioid-Realated Disorder . Dalam Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV). American Psychiatric Association, Washington DC, 2000: hal.269-277. Sadock BJ, Sadock JA. Opioid -Related Disorder . Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 407-412. Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA, Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI, 2010.
Daftar Pustaka •
•
•
•
American Psychiatri P sychiatricc Association. Substance-Related Substance-Related Disorder . Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Ed. Text Revision, DSM-IV-TR. American Psychiatric Association, 2000, hal. 191-296.
Sadock BJ, Sadock JA. Amphetamine (or amphetamine-like)amphetamine-like) - Related Disorder. Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Psy chiatry Behavioral Science/Clinical Science/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Kluwer, Lippincot L ippincottt Williams & Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 407-412. amphetamine-like)-Related American Psychiatric Psychiatric Association. Amphetamine (or amphetamine-like)-Related Disorder. Disorder. Dalam: Diagnostic and Statistical Statistical Manual of Mental Mental Disorders, Fourth Edition Psychiatric Association, Washington DC, 2000: hal.223-221. (DSM-IV). American Psychiatric Sadock BJ, Sadock JA. JA . Amphetamine (or amphetamine-like)-Related amphetamine-like)-Related Disorder. Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Psy chiatry Behavioral Science/Clinical Science/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Kluwer, Lippincot L ippincottt Williams & Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 407-412.
PNPK SKIZOFRENIA
Batasan dan Uraian Umum •
Gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gangguan penilaian realita
Manifestasi Klinis •
Gangguan Proses Pikir Asosiasi longgar, intrusi berlebihan, terhambat, klang asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme
•
Gangguan Isi Pikir Waham : adalah suatu kepercayaan yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan tidak bisa dikoreksi. dikoreksi .
.
Manifestasi Klinis Jenis-jenis waham antara lain: Waham kejar Waham kebesaran Waham rujukan Waham penyiaran pikiran Waham penyisipan pikiran •
•
•
•
•
menetap yang
Manifestasi Klinis •
Gangguan Persepsi Halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi .
•
Gang Ganggu guan an Em Emos osii Ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan oleh penderita skizofrenia (tetapi tidak patognomonik): •
•
•
Afek tumpul atau datar Afek tak serasi Afek labil
Manifestasi Klinis •
Gangguan Gangguan Perilak Perilaku u Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas.
•
Gangguan Motivasi Aktivitas yang disadari seringkali menurun atau hilang pada orang dengan skizofrenia. Misalnya, kehilangan kehendak dan tidak ada aktivitas.
•
Gangguan Neurokognitif Terdapat gangguan atensi, menurunnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah, gangguan memori (misalnya, memori kerja, spasial dan verbal) serta fungsi eksekutif.
Subtipe Skizofrenia •
Skizofrenia paranoid
•
Skizofrenia disorganisasi (hebefrenik)
•
Skizofrenia katatonik
•
Skizofrenia tak terinci
•
Skizofrenia residual
•
Skizofrenia simpleks
Kriteri Kriteria a Diagnos Diagnosis is ( ICD-X) ICD-X)
a.Penyiaran, a. Penyiaran, penarikan, penyisipan, dan gema pikiran b.Waham b. Waham dikontrol, dipengaruhi, dipengaruhi, pasivitas, atau waham persepsi c.Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien c.Halusinasi atau sekelompo s ekelompok k orang yang sedang mendiskusikan mendiskusikan pasien, atau bentuk halusinasi suara lainnya yang yang datang dari beberapa bagian b agian tubuh pasien. d.Jenis waham lainnya, mene d.Jenis menetap tap yang tidak sesuai dengan budaya budaya dan sangat tidak mungkin atau tidak masuk akal, misalnya mampu berkomunikasi dengan dengan makhluk makhluk asing yang datang dari planit p lanit lain.
e.
Halu Halusin sinasi asi yang ang menet enetap ap pada pada berba berbaga gaii moda modalit litas as
f.
Inko Inkohe here ren n atau atau pemb pembica icaraa raan n tida tidak k rele relev van atau atau neol neolog ogism isme. e.
g.
Perilaku katatonik
h.
Simtom Simtom negat negatif, if, misaln misalnya ya apati apati,, miski miskin n pem pembica bicaraan raan,, afek afek tump tumpul, ul, respons emosi emosi tidak sesuai sehingga s ehingga menye menyebabkan babkan penarikan sosial, dan kurangnya performa sosial
i.
Peru Perubah bahan an yang ang kon konsis siste ten n dan dan berm bermakn aknaa pad padaa sem semua ua aspek aspek pribadi, hilangnya minat, tidak adanya tujuan, dan malas. malas.
Tuntunan Diagnostik •
•
Minimal satu gejala yang jelas (dua ( dua atau lebih, lebih, bila gejala kurang jelas) yang tercatat pada kelompok a-d atau gejala gejala paling sedikit dua dua dari kelompok e-h, harus ada pada sebagian besar waktu selama periode paling sedikit satu bulan. Diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan bila ada penyakit otak, intoksikasi atau putus zat.
Menurut DSM-IV A.
Berl Berlan angs gsun ung g pal palin ing g sedi sediki kitt enam enam bula bulan n
B.
Penu Penuru runa nan n fung fungsi si yang yang cuk cukup up ber berma makn kna a yait yaitu u dalam dalam bid bidan ang g pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
C.
Perna Pernah h men menga galam lamii psik psikotik otik aktif aktif dala dalam m bentu bentuk k yang yang khas khas selam selama a periode tersebut
D.
Tidak Tidak dit ditemu emuii gejala gejala-ge -gejal jala a yang yang sesuai sesuai den denga gan n skizoa skizoafe fekti ktiff, gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan organik
Diagnosis Banding Skizofrenia •
Gangguan Kondisi Medis Umum misalnya epilepsi lobus temporalis, tumor lobus temporal temporalis is atau frontalis, frontalis, stadium awal sklerosis multipel dan sindrom lupus eritematosus
•
Penyalahgunaan alkohol dan zat psikoaktif
•
Gangguan Skizoafektif
•
Gangguan afektif berat
•
Gangguan Waham
•
Gangguan Perkembangan Pervasif
•
Gangguan Kepribadian Skizo Skizotipal tipal
•
Gangguan Kepribadian Skizoid
•
Gangguan Kepribadian Paranoid
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan berat berat badan badan (BMI), lingkaran pinggang, TD • Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium, laboratorium, DPL, fungsi liver, liver, profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu, kadar litium plasma • DIP, SCID-I, SCID-I, PANSS, PANSS, BPRS
Terapi Fase Akut •
Tujuan terapi: mencegah pasien melukai dirinya atau orang lain, mengendalikan perilaku yang merusak , mengurangi beratnya beratnya gejala psikot psi kotik ik dan gejala terkait lainnya misalanya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
•
Langkah pertama:
berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan. •
Langkah kedua:
keputusan untuk memulai pemberian pemberi an obat oral. Pengikatan atau isolasi hanya dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta usaha restriksi lainnya tidak berhasil. Pengikatan dilakukan hanya hanya boleh untuk sementara s ementara yaitu sekitar 2-4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan. Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk mendapatkan awitan kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera perlu dipertimbangkan.
Obat injeksi •
•
•
•
Olanzapine, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari Aripriprazol, dosis 9,75mg/injeksi (dosis maksimal 29,25mg/hari), intramuskulus. Haloperidol, dosis Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, 5mg/injeksi, intram intramuskulus uskulus,, dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis maksimum 30mg/hari
Obat Antipsikotika
Rentang Dosis Anjuran (mg/hari)
Antipsikotika Generasi I (APG-I) Klorpromazin
3 0 0 - 1 00 0
Flufenazin
5 – 20
Perfenazin
16 - 64
Trifluoperazin
15 - 50
Haloperidol
5 - 20
Obat Antipsikotika
Rentang Dosis Anjuran (mg/hari)
Antipsikotika Generasi II (APG-II) Aripriprazol Klozapin
10 - 30 1 5 0 - 6 00
Olanzapin
10 - 30
Quetiapin
3 0 0 - 8 00
Risperidon
2-8
•
Pemilihan antipsikotika sering ditentukan oleh pengalaman pasien sebelumnya dengan antipsikotika misalnya, respons gejala terhadap antipsikotika, profil efek samping, kenyamanan terhadap obat tertentu terkait cara pemberiannya.
Tahap pemberian obat
•
Terapi Inisial: Diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 – 3 minggu, sampai dosis optimal yang dapat mengendalik mengendalikan an gejala.
•
Terapi Pengawasan: Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 – 10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan.
•
Terapi Pemeliharaan: Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan sampai dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan sampai lima tahun bahkan seumur hidup.
•
Fase Stabilisasi Mengurangi stres pasien dan memberikan dukungan dukungan untuk mengurangi kekambuhan, meningkatkan adaptasi terhadap kehidupan dalam masyarakat, memfasilitasi pengurangan gejala secara terus menerus dan konsolidasi remisi, dan meningkatkan proses penyembuhan
•
Fase Stabil Tujuan terapi: mempertahankan remisi gejala atau untuk mengontrol, meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan (recovery ). ).
•
Langkah Ketiga:
Intervensi Psikososial untuk memfasiliatasi kesempatan bagi invidu untuk meraih tingkat kemandiriannya secara optimal di komunitas. Intervensi sosial berbasis bukti yang dianggap efektif efektif untuk skizofrenia adalah :
•
Psikoedukasi •
•
•
•
•
•
•
Intervensi keluarga Terapi Kognitif Perilaku Pelatihan Keterampilan Sosial TerapiVokasional Remediasi Kognitif Dukungan Kelompok Sebaya
Psikoedukasi pada Fase Akut Tujuan Intervensi: Intervensi: •
•
Mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor lingkungan dan peristiwaperistiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik, memberikan mem berikan dukungan atau harapan, menyediakan lingkungan yang nyaman, toleran perlu perlu dilakukan. dilakukan.
•
Psikoedukasi pada Fase Stabil Tujuan Intervensi: •
•
Mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan masyarakat. Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial dan terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase ini pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga mereka mampu mencegah kekambuhan berikutnya.
Penatalaksanaan Efek Samping
•
Bila terjadi efek samping, misalnya sindrom ekstrapiramidal (distonia akut atau parkinsonisme), langkah langkah pertama yaitu menurunkan dosis antipsikotika. antipsikotika. Bila tidak dapat ditanggulangi, berikan obat-obat obat-obat antikolinergik, misalnya triheksilfenidil, benztropin, sulfas atropin atau difenhidramin injeksi IM atau IV.
Nama Generik
Dosis
Waktu paruh
(mg/hari) eliminasi (jam)
Triheksilfenidil
Target efek samping ekstrapiramidal
1- 1 5
4
Amantadin
100-300
10-14
Propranolol
30-90
3- 4
Akatisia
Lorazepam
1-6
12
Akatisia
25-50
4- 8
Akatisia, distonia, parkinsonisme
Difenhidramin
•
•
•
Akatisia, distonia, parkinsonisme Akatisia, parkinsonisme
Kondisi Sindroma Neuroleptik Malignansi (SNM) memerlukan memerlukan penatalaksanaan segera atau emergensi karena SNM merupakan kondisi akut yang mengancam kehidupan. Dalam kondisi ini semua penggunaan antipsikotika harus dihentikan. Lakukan terapi simtomatik, perhatikan keseimbangan cairan dan observasi tabda-tanda vital (tensi, nadi, temperatur, pernafasan dan kesadaran). Obat yang perlu diberikan dalam kondisi kritis adalah : dantrolen 0.8 – 2.5 mg/kgBB/hari mg /kgBB/hari atau atau bromokriptin 20-30 20-30 mg/hari mg /hari dibagi dalam 4 dosis.
•
Untuk mencegah terjadinya diskinesia tardif, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: •
•
•
•
•
•
Perlu dipastikan efektivitas antipsikotika yang diberikan Untuk pemakaian jangka panjang digunakan dosis minimal yang efektif efektif Penggunaan pada pasien anak-anak, orang tua dan pasien-pasien dengan gangguan mood harus berhati-hati karena risiko terjadinya terjadinya diskinesia tardif lebih tinggi Lakukan evaluasi rutin terhadap adanya gejala diskinesia tardif dan catat hasilnya di rekam medik pasien
Bila ditemukan adanya gejala diskinesia tardif, turunkan dosis antipsikotika dan minta informed consent. Bila gejala psikotik tidak bisa diatasi dengan penurunan penurunan dosis antipsikotika atau bahkan memburuk, hentikan obat dan ganti dengan golongan antispikotika generasi kedua terutama klozapin.
Daftar Pustaka 1.
Cancro R, Lehmann HE. Schizophrenia: Clinical features . Dalam: Kaplan & Sadock s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott Williams & Wilkins, A Wolter Kluwer Company, 2000, hal.1169-1198 ’
2.
Marder SR. Schizophrenia: Schizophrenia: Somatic treatment Dalam: Kaplan & Sadock s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott Williams & Wilkins, A Wolter Kluwer Company, 2000, hal.1199-1231 ’
3.
PDSKJI, PDSKJI, Konsen Konsensus sus Penatal Penatalaks aksana anaan an Ganggu Gangguan an Skizof Skizofren renia, ia, 2011 2011
PNPK SKIZOFRENIA
Batasan dan Uraian Umum •
Gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gangguan penilaian realita
Manifestasi Klinis •
Gangguan Proses Pikir Asosiasi longgar, intrusi berlebihan, terhambat, klang asosiasi, ekolalia, alogia, neologisme
•
Gangguan Isi Pikir Waham : adalah suatu kepercayaan yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan tidak bisa dikoreksi. dikoreksi .
.
Manifestasi Klinis Jenis-jenis waham antara lain: Waham kejar Waham kebesaran Waham rujukan Waham penyiaran pikiran Waham penyisipan pikiran •
•
•
•
•
menetap yang
Manifestasi Klinis •
Gangguan Persepsi Halusinasi, ilusi, depersonalisasi, dan derealisasi .
•
Gang Ganggu guan an Em Emos osii Ada tiga afek dasar yang sering diperlihatkan oleh penderita skizofrenia (tetapi tidak patognomonik): •
•
•
Afek tumpul atau datar Afek tak serasi Afek labil
Manifestasi Klinis •
Gangguan Gangguan Perilak Perilaku u Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, dan agresif serta perilaku seksual yang tak pantas.
•
Gangguan Motivasi Aktivitas yang disadari seringkali menurun atau hilang pada orang dengan skizofrenia. Misalnya, kehilangan kehendak dan tidak ada aktivitas.
•
Gangguan Neurokognitif Terdapat gangguan atensi, menurunnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah, gangguan memori (misalnya, memori kerja, spasial dan verbal) serta fungsi eksekutif.
Subtipe Skizofrenia •
Skizofrenia paranoid
•
Skizofrenia disorganisasi (hebefrenik)
•
Skizofrenia katatonik
•
Skizofrenia tak terinci
•
Skizofrenia residual
•
Skizofrenia simpleks
Kriteri Kriteria a Diagnos Diagnosis is ( ICD-X) ICD-X)
a.Penyiaran, a. Penyiaran, penarikan, penyisipan, dan gema pikiran b.Waham b. Waham dikontrol, dipengaruhi, dipengaruhi, pasivitas, atau waham persepsi c.Halusinasi berupa suara yang berkomentar tentang perilaku pasien c.Halusinasi atau sekelompo s ekelompok k orang yang sedang mendiskusikan mendiskusikan pasien, atau bentuk halusinasi suara lainnya yang yang datang dari beberapa bagian b agian tubuh pasien. d.Jenis waham lainnya, mene d.Jenis menetap tap yang tidak sesuai dengan budaya budaya dan sangat tidak mungkin atau tidak masuk akal, misalnya mampu berkomunikasi dengan dengan makhluk makhluk asing yang datang dari planit p lanit lain.
e.
Halu Halusin sinasi asi yang ang menet enetap ap pada pada berba berbaga gaii moda modalit litas as
f.
Inko Inkohe here ren n atau atau pemb pembica icaraa raan n tida tidak k rele relev van atau atau neol neolog ogism isme. e.
g.
Perilaku katatonik
h.
Simtom Simtom negat negatif, if, misaln misalnya ya apati apati,, miski miskin n pem pembica bicaraan raan,, afek afek tump tumpul, ul, respons emosi emosi tidak sesuai sehingga s ehingga menye menyebabkan babkan penarikan sosial, dan kurangnya performa sosial
i.
Peru Perubah bahan an yang ang kon konsis siste ten n dan dan berm bermakn aknaa pad padaa sem semua ua aspek aspek pribadi, hilangnya minat, tidak adanya tujuan, dan malas. malas.
Tuntunan Diagnostik •
•
Minimal satu gejala yang jelas (dua ( dua atau lebih, lebih, bila gejala kurang jelas) yang tercatat pada kelompok a-d atau gejala gejala paling sedikit dua dua dari kelompok e-h, harus ada pada sebagian besar waktu selama periode paling sedikit satu bulan. Diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan bila ada penyakit otak, intoksikasi atau putus zat.
Menurut DSM-IV A.
Berl Berlan angs gsun ung g pal palin ing g sedi sediki kitt enam enam bula bulan n
B.
Penu Penuru runa nan n fung fungsi si yang yang cuk cukup up ber berma makn kna a yait yaitu u dalam dalam bid bidan ang g pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
C.
Perna Pernah h men menga galam lamii psik psikotik otik aktif aktif dala dalam m bentu bentuk k yang yang khas khas selam selama a periode tersebut
D.
Tidak Tidak dit ditemu emuii gejala gejala-ge -gejal jala a yang yang sesuai sesuai den denga gan n skizoa skizoafe fekti ktiff, gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan organik
Diagnosis Banding Skizofrenia •
Gangguan Kondisi Medis Umum misalnya epilepsi lobus temporalis, tumor lobus temporal temporalis is atau frontalis, frontalis, stadium awal sklerosis multipel dan sindrom lupus eritematosus
•
Penyalahgunaan alkohol dan zat psikoaktif
•
Gangguan Skizoafektif
•
Gangguan afektif berat
•
Gangguan Waham
•
Gangguan Perkembangan Pervasif
•
Gangguan Kepribadian Skizo Skizotipal tipal
•
Gangguan Kepribadian Skizoid
•
Gangguan Kepribadian Paranoid
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan berat berat badan badan (BMI), lingkaran pinggang, TD • Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium, laboratorium, DPL, fungsi liver, liver, profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu, kadar litium plasma • DIP, SCID-I, SCID-I, PANSS, PANSS, BPRS
Terapi Fase Akut •
Tujuan terapi: mencegah pasien melukai dirinya atau orang lain, mengendalikan perilaku yang merusak , mengurangi beratnya beratnya gejala psikot psi kotik ik dan gejala terkait lainnya misalanya agitasi, agresi dan gaduh gelisah.
•
Langkah pertama:
berbicara kepada pasien dan memberinya ketenangan. •
Langkah kedua:
keputusan untuk memulai pemberian pemberi an obat oral. Pengikatan atau isolasi hanya dilakukan bila pasien berbahaya terhadap dirinya sendiri dan orang lain serta usaha restriksi lainnya tidak berhasil. Pengikatan dilakukan hanya hanya boleh untuk sementara s ementara yaitu sekitar 2-4 jam dan digunakan untuk memulai pengobatan. Meskipun terapi oral lebih baik, pilihan obat injeksi untuk mendapatkan awitan kerja yang lebih cepat serta hilangnya gejala dengan segera perlu dipertimbangkan.
Obat injeksi •
•
•
•
Olanzapine, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari Aripriprazol, dosis 9,75mg/injeksi (dosis maksimal 29,25mg/hari), intramuskulus. Haloperidol, dosis Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, 5mg/injeksi, intram intramuskulus uskulus,, dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari Diazepam 10mg/injeksi, intravena/intramuskulus, dosis maksimum 30mg/hari
Obat Antipsikotika
Rentang Dosis Anjuran (mg/hari)
Antipsikotika Generasi I (APG-I) Klorpromazin
3 0 0 - 1 00 0
Flufenazin
5 – 20
Perfenazin
16 - 64
Trifluoperazin
15 - 50
Haloperidol
5 - 20
Obat Antipsikotika
Rentang Dosis Anjuran (mg/hari)
Antipsikotika Generasi II (APG-II) Aripriprazol Klozapin
10 - 30 1 5 0 - 6 00
Olanzapin
10 - 30
Quetiapin
3 0 0 - 8 00
Risperidon
2-8
•
Pemilihan antipsikotika sering ditentukan oleh pengalaman pasien sebelumnya dengan antipsikotika misalnya, respons gejala terhadap antipsikotika, profil efek samping, kenyamanan terhadap obat tertentu terkait cara pemberiannya.
Tahap pemberian obat
•
Terapi Inisial: Diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 – 3 minggu, sampai dosis optimal yang dapat mengendalik mengendalikan an gejala.
•
Terapi Pengawasan: Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8 – 10 minggu sebelum masuk ke tahap pemeliharaan.
•
Terapi Pemeliharaan: Dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal yang masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi diberikan sampai dua tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali kekambuhan, terapi diberikan sampai lima tahun bahkan seumur hidup.
•
Fase Stabilisasi Mengurangi stres pasien dan memberikan dukungan dukungan untuk mengurangi kekambuhan, meningkatkan adaptasi terhadap kehidupan dalam masyarakat, memfasilitasi pengurangan gejala secara terus menerus dan konsolidasi remisi, dan meningkatkan proses penyembuhan
•
Fase Stabil Tujuan terapi: mempertahankan remisi gejala atau untuk mengontrol, meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan proses kesembuhan (recovery ). ).
•
Langkah Ketiga:
Intervensi Psikososial untuk memfasiliatasi kesempatan bagi invidu untuk meraih tingkat kemandiriannya secara optimal di komunitas. Intervensi sosial berbasis bukti yang dianggap efektif efektif untuk skizofrenia adalah :
•
Psikoedukasi •
•
•
•
•
•
•
Intervensi keluarga Terapi Kognitif Perilaku Pelatihan Keterampilan Sosial TerapiVokasional Remediasi Kognitif Dukungan Kelompok Sebaya
Psikoedukasi pada Fase Akut Tujuan Intervensi: Intervensi: •
•
Mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor lingkungan dan peristiwaperistiwa kehidupan. Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi keterjagaan melalui komunikasi yang baik, memberikan mem berikan dukungan atau harapan, menyediakan lingkungan yang nyaman, toleran perlu perlu dilakukan. dilakukan.
•
Psikoedukasi pada Fase Stabil Tujuan Intervensi: •
•
Mempersiapkan pasien kembali pada kehidupan masyarakat. Modalitas rehabilitasi spesifik, misalnya remediasi kognitif, pelatihan keterampilan sosial dan terapi vokasional, cocok diterapkan pada fase ini. Pada fase ini pasien dan keluarga juga diajarkan mengenali dan mengelola gejala prodromal, sehingga mereka mampu mencegah kekambuhan berikutnya.
Penatalaksanaan Efek Samping
•
Bila terjadi efek samping, misalnya sindrom ekstrapiramidal (distonia akut atau parkinsonisme), langkah langkah pertama yaitu menurunkan dosis antipsikotika. antipsikotika. Bila tidak dapat ditanggulangi, berikan obat-obat obat-obat antikolinergik, misalnya triheksilfenidil, benztropin, sulfas atropin atau difenhidramin injeksi IM atau IV.
Nama Generik
Dosis
Waktu paruh
(mg/hari) eliminasi (jam)
Triheksilfenidil
Target efek samping ekstrapiramidal
1- 1 5
4
Amantadin
100-300
10-14
Propranolol
30-90
3- 4
Akatisia
Lorazepam
1-6
12
Akatisia
25-50
4- 8
Akatisia, distonia, parkinsonisme
Difenhidramin
•
•
•
Akatisia, distonia, parkinsonisme Akatisia, parkinsonisme
Kondisi Sindroma Neuroleptik Malignansi (SNM) memerlukan memerlukan penatalaksanaan segera atau emergensi karena SNM merupakan kondisi akut yang mengancam kehidupan. Dalam kondisi ini semua penggunaan antipsikotika harus dihentikan. Lakukan terapi simtomatik, perhatikan keseimbangan cairan dan observasi tabda-tanda vital (tensi, nadi, temperatur, pernafasan dan kesadaran). Obat yang perlu diberikan dalam kondisi kritis adalah : dantrolen 0.8 – 2.5 mg/kgBB/hari mg /kgBB/hari atau atau bromokriptin 20-30 20-30 mg/hari mg /hari dibagi dalam 4 dosis.
•
Untuk mencegah terjadinya diskinesia tardif, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: •
•
•
•
•
•
Perlu dipastikan efektivitas antipsikotika yang diberikan Untuk pemakaian jangka panjang digunakan dosis minimal yang efektif efektif Penggunaan pada pasien anak-anak, orang tua dan pasien-pasien dengan gangguan mood harus berhati-hati karena risiko terjadinya terjadinya diskinesia tardif lebih tinggi Lakukan evaluasi rutin terhadap adanya gejala diskinesia tardif dan catat hasilnya di rekam medik pasien
Bila ditemukan adanya gejala diskinesia tardif, turunkan dosis antipsikotika dan minta informed consent. Bila gejala psikotik tidak bisa diatasi dengan penurunan penurunan dosis antipsikotika atau bahkan memburuk, hentikan obat dan ganti dengan golongan antispikotika generasi kedua terutama klozapin.
Daftar Pustaka 1.
Cancro R, Lehmann HE. Schizophrenia: Clinical features . Dalam: Kaplan & Sadock s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott Williams & Wilkins, A Wolter Kluwer Company, 2000, hal.1169-1198 ’
2.
Marder SR. Schizophrenia: Schizophrenia: Somatic treatment Dalam: Kaplan & Sadock s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA, edit, seventh ed. Lippincott Williams & Wilkins, A Wolter Kluwer Company, 2000, hal.1199-1231 ’
3.
PDSKJI, PDSKJI, Konsen Konsensus sus Penatal Penatalaks aksana anaan an Ganggu Gangguan an Skizof Skizofren renia, ia, 2011 2011
PNPK Ganggu Ga ngguan an Skiz Skizoaf oafek ektif tif
Batasan dan Uraian Umum Skizoafektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan dua gambaran yang berulang yaitu gambaran gangguan skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia) dan episod mood baik depresi mayor maupun bipolar.
Subtipe Ada dua subtipe gangguan skizoafektif yaitu: •
Tipe bipolar
•
Tipe depresi
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A.
Selama periode penya penyakit kit (tidak terputus-putus), pada suatu saat, episode depresi mayor atau episode manik atau episode campuran terdapat bersamaan bersamaan dengan gejala-gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
B.
Catatan: Episode depresi mayor harus memenuhi kriteria A1: mood depresi
C.
Selama periode yang sama, terdapat waham atau halusinasi paling sedikit dua minggu tanpa adanya simtom mood yang menonjol.
D.
Simtom yang memenuhi kriteria episode mood mempunyai porsi durasi yang relatif singkat Dari total total durasi durasi periode aktif dan dan residual penyakit
E.
Gangguan bukan akibat langsung pengaruh fisiologik zat (penyalahgunaan (penyalahgunaa n zat atau medikasi) atau kondisi medik umum
Diagnosis Banding •
Gangguan psikotik akibat kondisi medik umum
•
Delirium
•
Demensia
•
Gangguan psikotik akibat zat
•
Skizofrenia
•
Gangguan mood dengan gambaran psikotik
•
Gangguan waham
Pemeriksaan Penunjang •
•
•
Pemeriksaan berat badan (BMI), lingkaran pinggang, TD Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu, kadar litium plasma PANSS, YMRS, MADRS.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan 1.
Farmakoterapi
2.
Psikoterapi
3.
Edukasi Keluarga
Farmakoterapi Fase Akut
Skizoafektif, Tipe TipeBipola polar, EpisodeManik Manik ata tauCampuran Injeksi •
•
•
•
Olanzapin, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari Aripriprazol, dosis 9,75mg Aripriprazol, 9,75mg/injeksi, /injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 29,25mg/hari. Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari. Diazepam 10mg/in Diazepam 10mg/injeksi, jeksi, intra intravena/ vena/intra intramusku muskulus, lus, dosis dosis maksi maksimum mum 30mg/hari.
Farmakoterapi (2) Oral Olanzapin 1 x 10 – 30 mg / hari atau risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), (200mg), hari II (400 (400 mg), hari III (600 mg) atau hari hari I (1x300 mg-XR), dan seterusnya dapat dinaikkan menjadi 1x600 mg-XR) atau aripirazol 1 x 10-30 mg / hari
•
Litium karbonat 2 x 400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg / hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 2 x 250 mg / hari (atau konsentrasi plasma 50-125 µg/L) atau 1-2 x500mg/hari ER).
•
Lorazepam 3 x 1- 2 mg / hari kalau kalau perlu (gaduh gelisah atau insomnia).
•
Farmakoterapi (3) Terapi Tera pi (Mon (Monote oterap rapi) i) •
Olanzapin, Risperidon, Quetiapin, Aripiprazol
•
Litium, Divalproat.
Terapi Kombinasi •
Olz + Li/Dival; Olz + Lor; Olz + Li/Dival+Lor
•
Ris + Li/Dival; Ris + Lor; Ris + Li/Dival + Lor
•
Que + Li/Dival
•
Aripip + Li/Dival; Aripip + Lor; Aripip + Li/Dival + Lor
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu atau sampai tercapai remisi absolut yaitu YMRS ≤ 9 atau MADRS ≤ 11.
Skizoafektif Epis EpisodeDepresi Mayor (fase akut) Injeksi •
Olanzapin, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari Aripriprazol, dosis 9,75mg Aripriprazol, 9,75mg/injeksi, /injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 29,25mg/hari.
•
Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari
•
Diazepam 10mg/in Diazepam 10mg/injeksi, jeksi, intra intravena/ vena/intra intramusku muskulus, lus, dosis dosis maksi maksimum mum 30mg/hari
•
Farmakoterapi (2) Oral Litium 2 x 400 m g / hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg / hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis dosis awal 3 x 250 mg / hari dan dinaikkan dinaikkan setiap beberapa beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau karbamazepin dengan dosis awal 300800 mg / hari dan dosis dapat dinaikkan 200 mg setiap dua –empat hari hingga mencapai kadar plasma 4-12 µg/mL sesuai dengan karbamazepin 800-1600 mg / hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/ hari •
Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
•
Antipsikotika Antipsikotika generasi generasi kedua, olanzapin olanzapin 1 x 10 – 30 mg / hari atau risperidone risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II (400 mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x 10-30 mg / hari •
Farmakoterapi (3) Terapi Tera pi (Mon (Monote oterap rapi) i) •
Litium, lamotrigin
•
Quetiapin
Terapi Kombinasi •
Li/Divalp + SSRI; Olz + SSRI
•
Li + Dival
•
Li/Dival + Bupropion
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu atau sampai tercapai remisi absolut yaitu YMRS ≤ 9 atau MADRS ≤ 11.
Farmakoterapi Fase Lanjutan
Farmakoterapi Terapi (Monoterapi) Litium karbonat 0,8-1.2 m Eq/L biasanya dicapai dengan dengan dosis dosis 900-1200 mg / hari sekali sedengan sedengan dosis 500 mg/ hari
•
Olanzapin 1 x 10 mg / hari
•
Quetiapin Quetiapin dengan dengan dosis 300 – 600 mg / hari
•
Risperidon dengan 1-4 mg / hari
•
Aripirazol dengan dosis 10-20 mg / hari
•
Terapi Kombinasi Kombinasi obat-obat di atas. Penggunaan antidepresan jangka panjang untuk skizoafektif tipe episode depresi mayor tidak dianjurkan karena dapat menginduksi terjadinya episode manik. •
Klozapin dosis 300-750 mg / hari (pasien yang refrakter)
•
Lama pemberian obat fase lanjutan 2-6 bulan sampai tercapai recovery yaitu bebas gejala selama 2 bulan.
Prognosis Prognosis skizoafektif lebih baik daripada skizofrenia tetapi lebih buruk bila dibandingkan dengan gangguan mood . Perjalanan penyakitnya cenderung tidak mengalami deteriorasi dan responsnya tehadap litium lebih baik daripada skizofrenia.
Daftar Pustaka •
•
•
American Psychiatric Associatio. Scizoaffective Scizoaffective Disorder. Disorder. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder , 4th Edition, Text Revision, Washington, DC, American Psychiatric Association, 2000, hal. 319-323
Fening S, Fochtmann LJ, Carlson GA. Schizoaffective Disorder . Dalam: Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA. 8th Ed, Lippincott Williams & Wilkins, A Wolters Cluwer Company, 2005: hal. 1633-1536 .
PNPK Ganggu Ga ngguan an Skiz Skizoaf oafek ektif tif
Batasan dan Uraian Umum Skizoafektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan dua gambaran yang berulang yaitu gambaran gangguan skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia) dan episod mood baik depresi mayor maupun bipolar.
Subtipe Ada dua subtipe gangguan skizoafektif yaitu: •
Tipe bipolar
•
Tipe depresi
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A.
Selama periode penya penyakit kit (tidak terputus-putus), pada suatu saat, episode depresi mayor atau episode manik atau episode campuran terdapat bersamaan bersamaan dengan gejala-gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
B.
Catatan: Episode depresi mayor harus memenuhi kriteria A1: mood depresi
C.
Selama periode yang sama, terdapat waham atau halusinasi paling sedikit dua minggu tanpa adanya simtom mood yang menonjol.
D.
Simtom yang memenuhi kriteria episode mood mempunyai porsi durasi yang relatif singkat Dari total total durasi durasi periode aktif dan dan residual penyakit
E.
Gangguan bukan akibat langsung pengaruh fisiologik zat (penyalahgunaan (penyalahgunaa n zat atau medikasi) atau kondisi medik umum
Diagnosis Banding •
Gangguan psikotik akibat kondisi medik umum
•
Delirium
•
Demensia
•
Gangguan psikotik akibat zat
•
Skizofrenia
•
Gangguan mood dengan gambaran psikotik
•
Gangguan waham
Pemeriksaan Penunjang •
•
•
Pemeriksaan berat badan (BMI), lingkaran pinggang, TD Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu, kadar litium plasma PANSS, YMRS, MADRS.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan 1.
Farmakoterapi
2.
Psikoterapi
3.
Edukasi Keluarga
Farmakoterapi Fase Akut
Skizoafektif, Tipe TipeBipola polar, EpisodeManik Manik ata tauCampuran Injeksi •
•
•
•
Olanzapin, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari Aripriprazol, dosis 9,75mg Aripriprazol, 9,75mg/injeksi, /injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 29,25mg/hari. Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari. Diazepam 10mg/in Diazepam 10mg/injeksi, jeksi, intra intravena/ vena/intra intramusku muskulus, lus, dosis dosis maksi maksimum mum 30mg/hari.
Farmakoterapi (2) Oral Olanzapin 1 x 10 – 30 mg / hari atau risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), (200mg), hari II (400 (400 mg), hari III (600 mg) atau hari hari I (1x300 mg-XR), dan seterusnya dapat dinaikkan menjadi 1x600 mg-XR) atau aripirazol 1 x 10-30 mg / hari
•
Litium karbonat 2 x 400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg / hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis 2 x 250 mg / hari (atau konsentrasi plasma 50-125 µg/L) atau 1-2 x500mg/hari ER).
•
Lorazepam 3 x 1- 2 mg / hari kalau kalau perlu (gaduh gelisah atau insomnia).
•
Farmakoterapi (3) Terapi Tera pi (Mon (Monote oterap rapi) i) •
Olanzapin, Risperidon, Quetiapin, Aripiprazol
•
Litium, Divalproat.
Terapi Kombinasi •
Olz + Li/Dival; Olz + Lor; Olz + Li/Dival+Lor
•
Ris + Li/Dival; Ris + Lor; Ris + Li/Dival + Lor
•
Que + Li/Dival
•
Aripip + Li/Dival; Aripip + Lor; Aripip + Li/Dival + Lor
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu atau sampai tercapai remisi absolut yaitu YMRS ≤ 9 atau MADRS ≤ 11.
Skizoafektif Epis EpisodeDepresi Mayor (fase akut) Injeksi •
Olanzapin, dosis 10mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 30mg/hari Aripriprazol, dosis 9,75mg Aripriprazol, 9,75mg/injeksi, /injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap 2 jam, dosis maksimum 29,25mg/hari.
•
Haloperidol, dosis 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis maksimum 20mg/hari
•
Diazepam 10mg/in Diazepam 10mg/injeksi, jeksi, intra intravena/ vena/intra intramusku muskulus, lus, dosis dosis maksi maksimum mum 30mg/hari
•
Farmakoterapi (2) Oral Litium 2 x 400 m g / hari, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2 mEq/L (biasanya dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg / hari, pada fungsi ginjal normal) atau divalproat dengan dosis dosis awal 3 x 250 mg / hari dan dinaikkan dinaikkan setiap beberapa beberapa hari hingga kadar plasma mencapai 50-100 mg/L atau karbamazepin dengan dosis awal 300800 mg / hari dan dosis dapat dinaikkan 200 mg setiap dua –empat hari hingga mencapai kadar plasma 4-12 µg/mL sesuai dengan karbamazepin 800-1600 mg / hari atau Lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/ hari •
Antidepresan, SSRI, misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
•
Antipsikotika Antipsikotika generasi generasi kedua, olanzapin olanzapin 1 x 10 – 30 mg / hari atau risperidone risperidone 2 x 1-3 mg / hari atau quetiapin hari I (200mg), hari II (400 mg), hari III (600 mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x 10-30 mg / hari •
Farmakoterapi (3) Terapi Tera pi (Mon (Monote oterap rapi) i) •
Litium, lamotrigin
•
Quetiapin
Terapi Kombinasi •
Li/Divalp + SSRI; Olz + SSRI
•
Li + Dival
•
Li/Dival + Bupropion
Lama pemberian obat untuk fase akut adalah 2-8 minggu atau sampai tercapai remisi absolut yaitu YMRS ≤ 9 atau MADRS ≤ 11.
Farmakoterapi Fase Lanjutan
Farmakoterapi Terapi (Monoterapi) Litium karbonat 0,8-1.2 m Eq/L biasanya dicapai dengan dengan dosis dosis 900-1200 mg / hari sekali sedengan sedengan dosis 500 mg/ hari
•
Olanzapin 1 x 10 mg / hari
•
Quetiapin Quetiapin dengan dengan dosis 300 – 600 mg / hari
•
Risperidon dengan 1-4 mg / hari
•
Aripirazol dengan dosis 10-20 mg / hari
•
Terapi Kombinasi Kombinasi obat-obat di atas. Penggunaan antidepresan jangka panjang untuk skizoafektif tipe episode depresi mayor tidak dianjurkan karena dapat menginduksi terjadinya episode manik. •
Klozapin dosis 300-750 mg / hari (pasien yang refrakter)
•
Lama pemberian obat fase lanjutan 2-6 bulan sampai tercapai recovery yaitu bebas gejala selama 2 bulan.
Prognosis Prognosis skizoafektif lebih baik daripada skizofrenia tetapi lebih buruk bila dibandingkan dengan gangguan mood . Perjalanan penyakitnya cenderung tidak mengalami deteriorasi dan responsnya tehadap litium lebih baik daripada skizofrenia.
Daftar Pustaka •
•
•
American Psychiatric Associatio. Scizoaffective Scizoaffective Disorder. Disorder. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder , 4th Edition, Text Revision, Washington, DC, American Psychiatric Association, 2000, hal. 319-323
Fening S, Fochtmann LJ, Carlson GA. Schizoaffective Disorder . Dalam: Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry, Sadock BJ, Sadock VA. 8th Ed, Lippincott Williams & Wilkins, A Wolters Cluwer Company, 2005: hal. 1633-1536 .
PNPK DEPRESI DEP RESI MA MAY YOR
Batasan dan Uraian Umum
Gangguan Depresi Mayor dapat berdiri sendiri atau menjadi bagian dari gangguan bipolar. Jika berdiri sendiri disebut Depresi Unipolar. Simptom terjadi sekurang-kurangnya dua minggu dan terdapat perubahan dari derajat fungsi sebelumnya.
Manifestasi Manifest asi Klinis Klinis
Gejala depresi depr esi Yang lazim:
konsentrasi dan dan perhatian berkurang
harga diri dan dan kepercayaan diri diri berkurang
gagasan perasaan bersalah dan tidak berguna, bahkan bahkan pada episod ringan sekalipun
pandangan masa depan suram dan pesimistis
gagasan atau perbuatan perbuatan membahayakan diri atau bunuh bunuh diri
nafsu makan berkurang
menurun bervariasi bervariasi pada tiap-tiap tiap-tiap indiv individu. idu. Mood yang menurun
Pada beberapa kasus, kegelisahan, ansietas dan agitasi motorik lebih menonjol pada waktu tertentu atau dalam bentuk afek iritabel, perilaku histrionik, minum alkohol berlebihan, eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada sebelumnya atau preokupasi hipokondrik
Gejala somatik Sindrom somatik dianggap ada bila terdapat sekurangnya sekurangnya gejala dibawah ini:
kehilangan minat atau kesenangan terhadap kegiatan yang biasanya dapat dinikmati
tidak ada reaksi emosional terhadap lingkunagn atau peristiwa peristiwa yang biasanya menyenangkan
bangun pagi lebih lebih awal dua dua jam atau lebih dari biasanya biasanya
depresi lebih parah pada pagi hari
bukti objektif dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata
kehilangan nafsu makan secara mencolok
penurunan berat badan (5 % atau lebih dari berat badan bulan terakhir)
penurunan libido yang mencolok.
Bila ada demensia atau retardasi mental timbul kesukaran untuk berkomunikasi. berkomunikasi. Diagnosis dapat ditegakkan ditegakkan berdasarkan gejala gejala somatik yang objektif misalnya, misalnya, retar retardasi dasi psikomotor, kehilangan nafsu makan dan berat badan serta gangguan tidur tidur..
Kategori
Kategori Ringan, Sedang atau Berat untuk episoda depresif tunggal/ pertama, bila berulang masuk dalam gangguan depresi berulang .
Episoda depresif ringan
Episoda Depresi Ringan Tanpa Gejala Somatik
Episoda Depresi ringan Dengan Gejala Somatik
Pedoman diagnostik Sekurangnya Sekurangn ya dua dari :
mood yang depresif
kehilangan minat dan kesenangan
mudah lelah
ditambah sekurangnya sekurangnya dua gejala lain dari episode depresif
tidak boleh ada gejala yang berat
berlangsung sekurangnya sekurangnya dua minggu
resah tentang gejalanya dan sukar menjalankan kegiatan pekerjaan dan sosial yang biasanya, namun tidak berhenti berfungsi sama sekali.
Episoda depresif sedang
Episoda Depresi Sedang Tanpa Gejala Somatik
Episoda Depresi Sedang Dengan Gejala Somatik So matik
Pedoman diagnostik:
Sekurangnya dua dari tiga gejala paling khas untuk episoda depresi ringan.
Ditambah sekurangnya tiga (sebaiknya 4) dari gejala depresi lainnya.
Berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu
Kesulitan nyata dalam kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga
Episod depresif berat tanpa gejala psikotik
Manifestasi klinis Episode Depresi Berat
ketegangan dan kegelisahan amat nyata, kecuali bila retardasi merupakan ciri terkemuka
kehilangan harga diri dan perasaan diri tidak berguna
bunuh diri merupakan bahaya nyata pada beberapa kasus berat
sindroma somatik hampir selalu ada pada depresi berat
Pedoman diagnostik:
harus ada ke ketiga tiga gejala khas pada depresi ringan dan sedang
ditambah sekurangn sekurangnya ya empat gejala lainnya lainnya
beberapa di-antaranya harus berintensitas berat, kecuali agitasi/retardasi sudah mencolok
berlangsung sekurangnya dua minggu, atau lebih pendek bila gejala sangat berat dan awitannya sangat cepat.
tidak mampu menjalankan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.
Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Pedo edoman man dia diagno gnost stik: ik: Meme menu nuhi hi kr krit iter eria ia de depr pres esii be berrat di dise sert rtai ai wah aham am,, Me halusi hal usinas nasii at atau au st stupor upor depresi depresiff. Isi waha waham m bia biasan sanya ya ide ide tent tentang ang dos dosa, a, kemi kemiski skinan nan at atau au tent te ntang ang ma mala lape peta tak ka ya yang ng meng mengan anca cam m da dan n in indi divi vidu du merras me asa a be bert rtan anggu ggung ng-j -jaw awab ab at atas as ha hall te terrse sebu but. t. Halu lusi sina nasi si au audi dito tori rik k / ol olffak akto tori rik k be beru rupa pa su suar ara a me meng nghi hina na Ha atau me menu nudu duh h atau ba bau u kot otor oran an / da dag gin ing g bu busu suk k Ret etar arda dasi si mo moto tori rik k be berrat ya yang ng da dapa patt me menu nuju ju st stup upor or.. Wah aham am / halu halusi sina nasi si bi bisa sa ser seras asii at atau au ti tida dak k se serras asii de deng ngan an afek.
Gangguan Depresif Berulang
Manifestasi klinis: berulang tanpa adany adanya a riwayat riwayat mania atau Episode depresi berulang hipomania.
Awitan, keparahan, durasi, dan frekuensi episode depresi sangat bervariasi.
Lama berlangsung antara antara 3 – 12 bulan, rata-ra rata-rata ta enam bulan, frekuensi frek uensi lebi lebih h jara jarang ng darip daripada ada bip bipolar olar
Remisi sempurna antara episode, sebagian kecil, terutama pada usia lanjut bisa menetap.
Seringkali tiap episode dicetuskan oleh stresor Bila dibandingkan dengan pada lelaki, kejadian pada wanita dua kali lebih sering.
Gangguan depresi berulang, episode kini ringan
gangguan suasana perasaan berulang lainny lainnya a
gangguan depresi berulang, episode kini ringan, tanpa gejala somatik
gangguan depresi berulang, episode kini ringan, dengan gejala somatik
Pedoman diagnostik
memenuhi kriteria gangguan depresi berulang, sekaran sekarang g episode depresif ringan dan
sekurangnya sekurangny a dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan yang bermakna.
Gangguan depresi berulang, episode kini sedang
gangguan suasana perasaan berulang lainny lainnya a
gangguan depresi berulang, episode kini sedang, tanpa gejala somatik
gangguan depresi berulang, episode kini sedang, dengan gejala somatik
Pedoman diagnostik, pasti
memenuhi kriteria gangguan depresi berulang, sekaran sekarang g episode depresif sedang dan
sekurangnya sekurangny a dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan yang bermakna.
Gangguan Depresi Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik
gangguan suasana perasaan berulang lainny lainnya a
gangguan depresi berulang, episode kini berat, tanpa gejala somatik
gangguan depresi berulang, episode kini berat, dengan gejala somatik
Pedoman diagnostik, pasti
memenuhi kriteria gangguan depresi berulang, sekaran sekarang g episode depresif berat tanpa gejala psikotik, dan
sekurangnya sekurangny a dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan yang bermakna.
Gangguan Depresi Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostik
memenuhi kriteria gangguan depresi berulang, sekaran sekarang g episode depresif berat dengan gejala psikotik, dan
sekurangnya sekurangny a dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan yang bermakna.
Gangguan Depresi Berulang, Kini Remisi
Pedoman diagnostik
dimasa lampau pernah gangguan depresi berulang sekarang tidak sedang mengalami gangguan apapun, dan
sekurangnya sekurangny a dua episode telah berlangsung selama minimal dua minggu dan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan suasana perasaan yang bermakna.
Diagnosis Banding
Ganggua Gangg uan n Mo Mood od Dise Diseba babk bkan an ol oleh eh Ko Kond ndis isii Me Medi diss Um Umum um (T (Tum umor or otak otak,, gangguan gan gguan met metaboli abolik, k, HIV AIDS AIDS,, Peny Penyakit akit Par Parkinso kinson n dan Pe Peny nyakit akit Cushing)
Ganggua Gan gguan n Moo Mood d dii diindu nduksi ksi Za Zatt
Skizofrenia
Berduka
Gangguan Ganggu an Kep Kepribad ribadian ian
Gangguan Ganggu an Skiz Skizoaf oafekti ektif f
Ganggua Gan gguan n Pe Peny nyesu esuaia aian n den denga gan n Moo Mood d Depr Depresi esi
Gangg Ga nggua uan n Ti Tidu durr Pr Prim imer er
Tatalaksana
Tujuan utama terapi yaitu mengakhiri episode depresi saat ini dan mencegah timbulnya episode penyakit di masa yang akan datang.
Untuk itu dibagi menjadi 3 fase :
Terapi fase akut
Terapi fase lanjutan
Terapi fase rumatan
Fase Akut
Dimulai dari keputusan untuk terapi dan berakhir dengan remisi. Skala Skala penentuan beratn beratnya ya depresi (HAM-D) (HAM-D) dapat membantu menentukan beratnya penyakit dan perbaikan gejala.
Indikasi yang pasti untuk perawatan perawatan di rumah sakit adalah:
prosedur diagnostik
risiko bunuh diri atau pembunuhan
kemunduran yang parah dalam kemampuan memenuhi kebutuhan makan dan perlindungan
cepatnya perburukan gejala
hilangnya sistem dukungan yang biasa didapatnya
Indikasi rawat rawat jalan ialah bila gejala depresi ringan dengan syarat sy arat tidak terjadi gangguan penilaian yang parah, penurunan berat badan dan insomnia berat. Kombinasi terapi psikososial dan farmakoterapi memberikan hasil yang baik. Untuk kasus ringan terapi psikososial saja juga memberikan memberikan hasil yang baik.
Jenis Obat Antidepresan Nama Obat
SSRI Citalopram Fluoksetin Paroksetin Sertralin SNRI Amitriptilin Duloksetin Imipramin Venlafaksin Klomipramin? NRI Desipramin Maprotilin
Dosis (mg)
harian
Efek Samping
20-60 10-40 20-50 50-150
semua SSRI bisa menimbulkan insomnia, insomnia, agitasi, agitasi, sedasi, sedasi, gangguan gangguan saluran cerna dan disfungsi seksual
75-300 40-60 75-300 150-375
mengantuk, antikolinergik
75-300 100-225
mengantuk, antikolinergik
kenaikan
insomnia,
BB,
agitasi,
Terapi Fase Lan Lanjutan jutan
Definisi kekambuhan yaitu munculnya kembali episode depresi walaupun masih berlangsung pengobatan. Untuk mencegah kekambuhan terapi dilanjutkan 6-12 bulan setelah remisi dari episode akut,
Jika diputuskan untuk menghentikan pengobatan, maka dosis diturunkan secara perlahan selama 4-12 minggu. Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala yang tidak menyenangkan dan meningkatkan rekurensi.
Terapi Fase Pemeli Pemeliharaan haraan
Tujuan untuk mencegah rekurensi. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah risik r isiko o rekuren, biaya dan keuntungan perpanjangan terapi.
Pasien yang yang telah tiga tiga kali atau atau lebih mengalami episode depresi atau dua episode berat dipertimbangkan terapi terapi pemeliharaan jangka panjang. Antidepresan yang telah berhasil mencapai remisi dilanjutkan dengan dosis yang sama selama masa pemeliharaan.
Terapi psikososial
Terapi Kognitif
Tujuannya adalah untuk menghilangkan atau meringankan episoda depresi dan mencegah timbulnya episoda tersebut dengan mengenali pola berpikir negatif, mengembangkan alternatif pola berfikir positif dan fleksibel, kemudian kemudian melatih kembali pola berpikir serta respons perilaku yang baru.
Terapi Interpersonal:
Fokus pada problem interpersonal yang ada. Diasumsikan bahwa, pertama, problem interpersonal interpersonal yang ada saat ini merupakan akar terjadiny terjadinya a disfungsi hubungan interpersonal. interpers onal. Kedua, problem interper interpersonal sonal saat ini berperan dalam terjadinyan gejala depresi.
Biasanya sesi berlangsung antara 12 sampai 16 minggu dan ditandai dengan pendekatan terapeutik yang aktif. Tidak ditujukan pada fenomena intraps intrapsikik ikik seperti mekanisme defensi dan konflik internal.
Keterbatasan asertif, gangguan kemampuan sosial, serta penyimpangan penyimpang an pola berpikir hanya ditujukan bila memang mempunyai efek pada hubungan interpersonal tersebut.
Terapi Perilaku:
Berdasarkan pada hipotesis Berdasarkan hipotesis bahwa pola pola perilaku maladaptif menghasilkan umpan-balik positif positif yang sedikit serta penolakan penolakan dari sosial. Diharapkan dengan terapi ini pasien belajar berperilaku yang menimbulkan perbaikan dari respons yang didapat sebelumnya.
Terapi orientasi-psikoanalitik:
Psikoterapi yang menimbulkan perubahan struktur Psikoterapi kepribadian atau karakter, tidak semata menghilangkan gejala depresi. Tujuan terapi antara lain ialah mencapai kepercayaan dalam hubungan interper interpersonal, sonal, kein keintiman, timan, mekanisme penyesuaian, penyes uaian, kapasitas dalam merasakan kesedihan, kesedihan, serta kemampuan dalam merasakan perubahan emosional secara luas. Selama menjalankan terapi, sering memerlukan pengalaman peningkatan peningkatan kecemasan serta penderitaan, yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
Terapi Keluarga:
Terapi ini dilakukan bila gangguan mood yang dideritanya dapat membahayakan hubungan perkawinannya atau fungsinya dalam keluarga. Demikia Demikian n pula bila gangguan mood disebabkan atau bertahan akibat situas situasii yang ada dalam keluarga tersebut.
Terapi keluarga mempelajari peran pasien di dalam situasi psikologik seluruh anggota keluarga, sebaliknya pun mempelajari peran seluruh anggota keluarga dalam mempertahankan gejala pasien.
Prognosis
Prognosis tiap episode adalah baik, akan tetapi gangguan ini bersifat bersif at kronis sehingga psikiater harus menganjurkan strategi terapi untuk mencegah kekambuhan di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka 1. America American n Psychiatric Psychiatric Association. Association. Major Depressive Depressive Episode. Diagnostic and Statistical Manual of Mental American an Disorders, 4th Ed. Text Revision, DSM-IV-TR. Americ Psychiatric Association , 2000, hal. 365-376.
2. Sadock BJ, Sadock JA. Mood Disorder . Dalam: Kaplan & Sadock s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 527-462. ’
PNPK GANGGUAN MOOD BIPOLAR
Batasan dan Uraian Umum •
Gangguan mood bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.
SUB TIPE GANGGUAN MOOD BIPOLAR •
Gangguan Bipolar I
•
Gangguan Bipolar II
•
Gangguan Siklotimia
•
Gangguan Bipolar yang tidak dapat dispesifikasikan
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR)
GangguanMood Bipola olar I •
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal •
•
•
•
•
Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode depresi mayor sebelumnya. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Saat Ini •
•
•
Saat ini dalam episode manic Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi, atau campuran Sama dengan B,C, dan D di atas
•
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Campuran Saat Ini •
•
•
•
Saat ini dalam episode campuran Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau campuran Sama dengan B,C, dan D di atas
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini •
•
•
Saat ini dalam episode hipomanik Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran Sama dengan B,C, dan D di atas
•
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Depresi Saat Ini •
•
•
•
Saat ini dalam episode depresi mayor Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran Sama dengan B,C, dan D di atas
Gangguan Mood Bipolar I, Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat Ini •
•
•
Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik, campuran, atau episode depresi. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran Sama dengan B,C, dan D di atas
Gangguan Mood Bipolar II •
Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu episode hipomanik
Gangguan Siklotimia A. Pali Paling ng sed sedik ikit it sela selama ma dua dua tahu tahun, n, ter terda dapa patt beberapa periode dengan gejala –gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejalagejala depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor. Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun. B. Selam Selama a peri periode ode dua dua tahu tahun n di at atas as pende penderit rita a tida tidak k pernah bebas dari gejala-gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
C.
Tida Tidak k ada ada episo episode de dep depre resi si may mayor or,, epis episod ode e manik manik,, epi episo sode de campuran, selama dua tahun gangguan tersebut Catatan: Setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih dengan manik atau episode campuran (diagnosis GB I dan gangguan siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor ( diagnosis GB II dan gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
D. Gejala-gejala pada kriteria A bukan skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan. E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik umum F. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya. (1)
Diferensial Diagnosis
1.
Gang Ga nggu guan an psik psikot otik ik aki akiba batt kon kondi disi si med medik ik umum umum
2.
Ganggu gguan psi psik kotik ak akibat zat
3.
Skizofrenia
4.
Ganggu gguan skizoafektif
5.
Gangguan waham
Pemeriksaan Penunjang
•
•
•
Pemeriksaan berat badan (BB), tinggi badan (TB), BMI, lingkaran pinggang, TD Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu, kadar litium plasma. SCID-I, YMRS, MADRS, MDQ, PANSS •
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa skala diagnostik lebih superior bila dibandingkan dengan wawancara klinis.
Terapi
•
Terapi Gangguan Bipolar, Agitasi Akut Injeksi •
Lini I •
•
•
Injeksi IM Aripiprazol, dosis adalah 9,75mg/injeksi, maksimum adalah 29,25mg/hari (tiga kali injeksi per hari dengan de ngan interval dua jam). Injeksi IM Olanzapin, dosis 10mg/ injeksi, maksimum adalah 30mg/hari. Interval pengulangan injeksi adalah dua jam.
Lini II •
•
Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah 30 menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari. Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dosis 20-30mg/hari. Dapat diberikan bersamaan dengan injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik
•
Terapi Gangguan Bipolar, Episod Mania Akut Oral •
Lini I •
•
•
Lini II •
•
Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol, aripiprazol, litium atau divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin, litium atau divalproat divalproat + olanzapin, litium atau divalproat divalproat + aripiprazol aripiprazol
Karbamazepin, terapi terapi kejang listrik (TKL), litium + divalproat, paliperidon
Lini III •
Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat + haloperidol, litium + karbamazepin, klozapin
•
Tidak direkomendasikan direkomendasikan •
•
Gabapentin, topiramat, lamotrigin, risperidon + karbamazepin, olanzapin + karbamazepin
Terapi Gangguan Bipolar, Episod Depresi Akut Oral •
Lini I •
•
Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR, litium atau divalproat + SSRI,olanzapin + SSRI, litium + divalproat
•
Lini II •
•
•
Quetiapin + SSRI, divalproat, divalproat, litium atau divalproat + lamotrigin lamo trigin
Lini III •
Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin, litium atau
•
divalproat + venlafaksin, litium + MAOI, TKL, litium atau
•
divalproat atau AA + TCA, litium atau divalproat atau
•
karbamazepin + SSRI + lamotrigin, penambahan topiramat
Tidak direkomendasikan direkomendasikan Gabapentin monoterapi, aripiprazol monoterapi
•
Terapi Rumatan pada Gangguan Bipolar I •
Lini I •
•
•
Lini II •
•
Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin, litium atau divalproat + quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang (RIJP), penambahan RIJP, RIJP, aripiprazol.
Karbamazepin, litium + divalproat, litium + karbamazepin, litium atau divalproat + olanzapin, litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin + fluoksetin
Lini III •
Penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan penambahan ECT, penambahan topiramat, penambahan asam lemak omega-3, penambahan okskarbazepin
•
Tidak direkomendasikan direkomendasikan •
•
Gabapentin, topiramat atau antidepresan monoterapi
Terapi Gangguan Gangguan Bipolar Bipolar II, Episode Depresi Depresi Akut •
Lini I •
•
•
Quetiapin
Lini II •
Litium,, lamotrigin, divalproat, litium atau
•
divalproat + antidepresan, litium + divalproat, antipsikotika antipsikotika atipik + antidepresan
Lini III •
Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien yang jarang jarang mengalami hipomania)
•
Terapi Rumatan Gangguan Bipolar •
Lini I •
•
Lini II •
•
•
•
Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik + antidepresan, kombinasi dua dari: litium, lamotrigin, divalproat, atau antipsikotika atipik
Lini III •
•
Litium, lamotrigin
Karbamazepin, antipsikotika antipsikotika atipik, ECT
Tidak direkomendasikan •
Gabapentin
Intervensi Psikososial
•
Intervensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavioral therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, psikoedukasi, dan berbagai bentuk terapi psikologi atau psikososial lainya. Intervensi psikososial sangat s angat perlu untuk mempertahankan keadaan remisi.
Prognosis •
•
•
Prognosis gangguan bipolar I lebih buruk bila dibandingkan dengan gangguan depresi mayor. Sekitar 40%-50% pasien dengan gangguan bipolar I mengalami kekambuhan dalam dua tahun setelah episod pertama. Sekitar 7% pasien dengan gangguan bipolar tidak mengalami kekambuhan. Sebanyak 45% mengalami lebih dari satu episod dan 40% menjadi kronik. Prognosis gangguan bipolar II belum begitu banyak diteliti. Diagnosisnya lebih stabil dan merupakan penyakit kronik yang memerlukan terapi jangka panjang.
Daftar Rujukan
1. American Psychi Psychiatric atric Association:Moo Association:Mood d Disorders. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorde r , 4th Edition, Text Revision, Washington, DC, DC, 2005, hal. 345-429 2. American Psychiatric Association. Practice guidelines for the treatment of patients with bipolar disorder. Am J Psychiatry 2002; 159: 1-50
3.
Yatham LN, Kennedy SH, Schaffer A, dkk. Canadian Network for Mood and Anxiety Treatment (CANMAT) and International Society for Bipolar Disorders (ISBD) collaborative update of CANMAT CANMAT guidelines for management of patients with bipolar disorder: Bipolar ar Disord Disord 2009; 11: 225-255 update 2009. Bipol
PNPK Ganggua gguan n Pani anik
Batasan dan Uraian Umum Gangguan panik yaitu yaitu adanya serangan panik yang yang berulang. Serangan panik adalah perasaan sangat ketakutan yang muncul secara tiba-tiba, kekhawatiran yang berlebihan atau teror, pada suatu periode tertentu, yang sering disertai dengan de ngan perasaan akan terjadinya malapetaka. malapetaka.
Subtipe •
Gangguan panik tanpa agorafobia
•
Gangguan panik dengan agora fobia
•
Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR)
Serangan Panik Catatan : Serangan panik bukan merupakan suatu gangguan yang memiliki kode. Berikan kode kode diagnosis spesifik ini bila serangan serangan panik muncul (misalnya, gangguan gangguan panik panik dengan agorafobia). agorafobia). Suatu periode tertentu yaitu adanya rasa takut atau tidak nyaman. Paling sedikit empat (atau lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam waktu sekitar 10 menit: 1.Palpitasi, jantung berdebar kuat, atau denyut jantung sangat cepat 2.Berkeringat 3.Gemetar atau bergoncang
Sera Seranga ngan n Panik Panik (lant (lant’) ’) 4. Nafas Nafas ter teras asa a sesa sesak k atau atau tert tertah ahan an 5. Pera Perasa saan an terc terce ekik kik 6. Peras Perasaan aan tidak tidak nyam nyaman an atau atau nyer nyerii di di dada dada 7. Mual Mual atau atau gang ganggu guan an per perut ut 8. Perasa Perasaan an pusi pusing, ng, mela melayang yang ata atau u mau mau pin pingsan gsan 9. Dereali Derealisasi sasi (pera (perasaan saan tidak tidak nyata) nyata) atau depersonal depersonalisasi isasi (bukan (bukan merasa merasa diri diri sendiri) sendiri) 10. Takut kehilangan kehilangan kendali atau menjadi gila 11. Rasa Rasa takut takut mati mati 12. Parestesia Parestesia (mati rasa atau sensasi geli) 13. Perasaan Perasaan dingin dingin atau atau panas
Agorafobia A.
Terjadin erjadinya ya ansi ansiet etas as keti ketika ka berad berada a di sua suatu tu tem tempat pat atau atau situa situasi si yang yang kemu kemungk ngkinan inan sulit untuk meloloskan diri (atau merasa malu) atau kemungkinan tidak terdapat pertolongan jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik. Karakteristik Karakteristik situasi yang menimbulkan rasa takut agorafobik tersebut meliputi; - berada berada sendir sendirian ian di luar ruma rumah h - berada di tempat tempat ramai ramai atau atau berada dalam antrian - berada berada di di ata atass jemb jembata atan n - bepergian bepergian sendiri sendirian an dengan bis, bis, kereta kereta api, api, atau mobil mobil Catatan: pertimbangkan diagnosis fobia spesifik bila penghindaran adalah terbatas terbatas pada suatu atau hanya beberapa situasi spesifik, atau fobia sosial jika penghindaran terbatas pada situasi situasi sosial
Lant’ B. Situasi tersebut dihindari d ihindari (misalnya, (misalnya, membatasi bepergian) atau jika dilakukan biasanya disertai penderitaan yang nyata atau dengan ansietas a nsietas akan mengalami serangan panik atau gejala mirip panik, atau memerlukan pendamping atau ditemani. C. Ansietas atau penghindaran penghind aran fobik tidak tidak memenuhi kriteria gangguan mental lainnya contohnya, fobia sosial (penghindaran terbatas pada situasi sosial karena karena rasa takut terhadap situasi tertentu, misalnya di elevator), gangguan obsesif-kompulsif obsesif-kompulsif (misalnya, menghindari kotoran pada seseorang dengan obsesi kontaminasi), gangguan stres stres pasca traumatik (misalnya, (misalnya, menghindari stimuli yang berhubungan berhubun gan dengan dengan stresor yang katastrofik), katastrofik), atau gangguan ansietas perpisahan (misalnya, (misalnya, menghindari meninggalkan meninggalkan rumah atau saudara)
Gangguan Panik Tanpa Agorafobia A. Baik 1 dan 2: a. Beru Berula lang ngny nya a (rek (rekur uren en)) sera serang ngan an pan panik ik b. Sekur Sekurangn angnya ya satu satu sera serang ngan an yang yang diikuti diikuti oleh oleh sekurangnya satu bulan (atau lebih) gejala berikut ini: c. Kekha Kekhawa wati tira ran n yang yang menet menetap ap aka akan n meng mengala alami mi serangan ulang d. Ketak Ketakutan utan tentan tentang g arti arti sera serang ngan an atau atau akibatn akibatnya ya (misalnya, kehilangan kendali, menderita serangan jantung, atau “menjadi gila”) e. Perub Perubaha ahan n per perila ilaku ku berma bermakna kna berhu berhubun bunga gan n dengan serangan B. Tidak dak te terdap rdapa at ag agoraf rafobia bia
Gangguan Gangguan Panik Panik Tanpa Tanpa Agorafo Agorafobia bia (lant) (lant) A.
Ser Serangan angan pani panik k buk bukan an kar karena ena efek efek fis fisiol iologi ogik k lang langsun sung g zat zat (misalnya, penyalahgunaan zat, medikasi) atau suatu kondisi medik umum (misalnya, hipertiroidisme)
B.
Sera Seranga ngan n pani panik k bukan bukan ganggu gangguan an ment mental al lainny lainnya a misa misalny lnya, a, fobi fobia a sosial (biasanya terjadi saat berhadapan dengan situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik (misalnya, mengalami situasi fobik tertentu), gangguan obsesif-kompulsif (misalnya, terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalnya, sebagai respons terhadap stimuli yang berhubungan dengan stresor katastrofik), atau gangguan ansietas perpisahan (misalnya, sebagai respons jauh dari da ri rumah atau a tau sanak sa nak saudara dekat).
Gangg ngguan uan Panik Panik deng denga an Agora orafobia obia A. Baik 1 dan 2: 1. Berula rulang ngny nya a se serang ranga an pa panik nik 2. Seku Sekura rang ngn nya satu satu ser serangan angan yang yang diiku diikuti ti oleh oleh sekurangnya satu bulan (atau lebih) berikut berik ut ini: a. Kekha ekhaw wat atir iran an yan yang g mene meneta tap p akan akan men meng galam alamii serangan ulang b. Keta Ketaku kuta tan n tent tentang ang arti arti ser serang angan an ata atau u akiba akibatn tny ya (misalnya, kehilangan kendali, menderita serangan jantung, atau “menjadi gila”) c. Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan B. Terdapat Terdapat agorafobia agora fobia
Gangg ngguan uan Panik Panik deng denga an Agora orafobia obia C.
Sera Serang ngan an panik panik buka bukan n karen karena a efek efek fisio fisiolog logik ik langs langsung ung dari dari zat zat (misalnya, penyalahgunaan zat, medikasi) atau suatu kondisi medik umum (misalnya, hipertiroidisme
C.
Seran Serangan gan pani panik k bukan bukan dise disebab babkan kan oleh oleh gangg gangguan uan ment mental al lainny lainnya a misalnya, fobia sosial (terjadi saat mengalami situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik (misalnya, mengalami situasi fobik tertentu), gangguan obsesif-kompulsif (misalnya, terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalnya, sebagai respons terhadap stimuli yang berhubungan dengan stresor katastrofik), atau gangguan ansietas perpisahan (misalnya, sebagai respons jauh dari da ri rumah atau a tau sanak sa nak saudara dekat).
Agoraf orafobi obia TanpaR pa Riwayat Gangg ngguan Pan Panik A.
Keberadaan agorafobia dikaitkan dengan rasa takut akan terjadinya gejala seperti panik (misalnya, pusing atau diare)
B.
Tidak pernah memenuhi kriteria gangguan panik
C.
Gangguan bukan karena efek efek fisiologik langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan zat, medikasi) atau suatu kondisi medik umum
D.
Jika terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, rasa takut yang digambarkan digambarkan dalam kriteria A jelas melebihi yang biasanya berhubungan dengan kondisi tersebut.
Diagnosis Banding 1.
Gangguan jantung (misalnya, aritmia, takikardia supraventrikular)
2.
Gangguan endokrin (misalnya, hipertiroid, hiperparatiroid dan peokromositoma)
3.
Disfungsi vestibular
4.
Gangguan kejang
5.
Kondisi psikiatrik lainnya (misalnya, gangguan mood, gangguan stres akut, gangguan obsesif-kompulsif, atau gangguan stres pasca trauma
6.
Gangguan psikotik
7.
Ketergantungan atau penyalahgunaan zat (misalnya, gejala putus alkohol, intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, atau kanabis)
Pemeriksaan Penunjang •
HAM-A
•
Pemeriksaan EKG
•
Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver Pemeriksaan liver,, profil lipid, fungsi ginjal, ginj al, glukosa sewaktu, sewaktu, dan fungsi tiroid.
Rekomendasi Farmakotera rapi untu tukGangguan Panik •
•
•
•
Lini pertama venlafaksin-XR
: escitalopram, fluoksetin, sertralin,
:klomipramin, imipramin, mirtazapin, Lini kedua benzodiazepin, adjunctive klonazepam :divalproat, gabapentin, adjunctive olanzapin, Lini ketiga risperidon, quetiapin Tidak direkomendasikan karbamazepin
buspiron, trazodon, propranolol,
Terapi Perilaku Kognitif Terapi perilaku kognitif pada gangguan panik bertujuan mengembalikan kemampuan seseorang untuk menguasai dan menanggulangi demoralisasi dan hilangnya kepercayaan diri, menurunkan tegangan tegangan fisik, fi sik, mengurangi penghindaran, dan memperbaiki umpan-balik negatif negatif..
•
Psikoedukasi –
–
–
•
Mengidentifikasi dan menyebutkan gejala-gejala gangguan panik Memberikan penjelasan langsung mengenai dasar-dasar mekanisme terjadinya gejala Merencanakan garis besar penatalaksanaan
Teknik manajemen ansietas harian (misalnya, latihan ulang pernapasan abdominal) untuk mengurangi reaktivitas fisiologik
Prognosis Prognosisnya baik bila pasien mendapat penatalaksaan penatalaksaan yang sesuai. Sebanyak 30%-40% pasien dapat mengalami kepulihan sempurna dan sekitar 50% pasien berlanjut mengalami gejala panik yang derajatnya ringan yang tidak mempengaruhi, secara bermakna, be rmakna, kehidupan seharihari pasien.
Daftar Rujukan •
•
•
American Psychiatric Association. Assoc iation. Anxiety Disorder Diso rder.. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Disorders, 4th Ed. Text Revision, DSMIV-TR. American Psychiatric Association Asso ciation, 2000, hal. 429-455.
Swinson RP, Bleau P, Chokka P, Craven M, Fallu A, Katzman M, et al. Clinical Practice Guidelines Management of Anxiety Disorders. Can J Psychiatry, Vol 51, Suppl 2 , July 2006 Sadock BJ, Sadock JA. Panic Disorser and Agoraphobia. Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 507-603.
PNPK Gan Ga ngguan Ansiet sieta as Menye enyelluruh ruh
Batasan dan Uraian Umum Gang angguan guan Ansi Ansie eta tass Meny Menye elur luruh (GA (GAM) mer merupak upaka an gang angguan uan ansi ansie etas kronik yang ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan, sulit dike ikendalik likan, dan menet netap, yang dise isertai degan gejala-gejala som somatik tik dan dan psi psikik. kik.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A.
Ansietas atau kekhawatiran yang berlebihan yang terjadi hampir sepanjang hari selama sekurangnya enam bulan, tentang sejumlah kejadian dan aktivitas (misalnya, pekerjaan dan prestasi sekolah)
B.
Mengalami Meng alami kesulitan kesulitan menge mengendalik ndalikan an ke kekhawati khawatiran rannya nya
C.
Ansietas Ansiet as dan kekh ekhawa awatir tiran an dis disert ertai ai oleh tig tiga a (at (atau au leb lebih) ih) dar darii en enam am gej gejala ala beri be riku kutt in inii ( sekur sekuran angn gnya ya be bebe berrap apa a ge geja jala la di diju jump mpai ai se sepa panj njan ang g ha hari ri se sela lama ma enam ena m bul bulan an te terak rakhir hir). ). Catatan: ha hany nya a sa satu tu ge geja jala la ya yang ng dip diper erlu luka kan n unt untuk uk anak-anak. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kegeli Kege lisa saha han n at atau au me meras rasa a te terku rkunc ncii (keyed up) at ata au cem emas as (s (sep epe ert rtii di diuj ujun ung g tanduk) Mera Me rasa sa mu muda dah h le lela lah h Sulit Sul it be berko rkons nsen entr tras asii ata atau u pik pikira iran n me menj njad adii kos koson ong g Iritabilitas Ketegang Kete gangan an otot Gangg Ga nggua uan n ti tidu durr (s (sul ulit it me memu mula laii ti tidu durr at atau au me mem mpe pert rtah ahan anka kan n ti tidu durr at ata au ti tidu durr tidak tid ak pu puas as))
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) D. Fokus ansietas dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan Aksis I, misalnya, kecemasan atau ketakutan bukan tentang menderita serangan panik (misalnya, pada gangguan panik), merasa malu di tempat umum (misalnya, pada fobia sosial), terkontaminasi (misalnya, pada gangguan obsesif-kompulasif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (misalnya, gangguan ansietas perpisahan), penambahan berat badan (misalnya, pada anoreksia nervosa), menderita berbagai keluhan fisik (misalnya, pada gangguan somatisasi) atau menderita penyakit serius (misalnya, pada hipokondriasis), serta ansietas dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stres pasca trauma E. Ansietas, kekhawatiran, atau atau gejala fisik menyebabkan menyebabkan penderitaan yang bemakna secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, atau pekerjaan, pekerjaan, atau fungsi penting penting lainnya F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan obat, medikasi) atau kondisi medis umum (misalnya, hipotiroidisme) dan tidak terjadi selama suatu gangguan mood , gangguan psikotik atau gangguan perkembangan pervasif
Farmakoterapi
Psikoterapi •
Terapi Perilaku Kognitif
•
Psikoedukasi
Prognosis Pada umumnya prognosis GAM adalah baik bila mendapat penatalaksanaan yang sesuai. Sekitar 50% pasien mendapat perbaikan dalam tiga minggu pertama pengobatan. pengobatan. Sekitar 77% membaik dalam sembilan bulan pengobatan.
Daftar Rujukan •
•
American Psychiatric Association. Associati on. Anxiety Disorder. Disorder. Diagnostic and Statistical Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Ed. Text Revision, DSM-IVTR. American Psychiatric Association , 2000, hal. 429-455.
Sadock BJ, Sadock JA. General Anxiety Disorder . Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Science/Clinical Psychiatry, 10th Ed. Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia 2007, hal. 622-626.
PNPK Gang Ga nggu guan an Obse Obsesif sif-K -Kom ompu pulsi lsif f
Batasan dan Uraian Umum Gangguan obsesif-kompulsif (GOK) merupakan salah satu kelompok gangguan ansietas ansietas yang ditandai ditandai oleh adanya obsesi obsesi dan/atau kompulsi kompulsi yang berulang, yang berlangsung paling sedikit 1 jam sehari, dan menyebabkan penderitaan yang jelas atau gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A. Baik obsesi atau kompulsi: •
Definisi obsesi sesuai dengan (1), (2), (3), dan (4):
1.
Berulang dan menetapnya pikiran, dorongan, atau bayangan yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, sebagai yang bersifat intrusif, tidak sesuai, yang menimbulkan kecemasan atau penderitaan yang jelas.
2.
Pikiran-pikiran, dorongan atau bayangan tersebut bukan suatu kekhawatiran yang berlebihan terhadap masalah kehidupan yang nyata
3.
Seseorang berusaha mengabaikan atau menekan pikiran, dorongan atau atau bayangan tersebut atau menetralisirnya pikiran-pikiran atau tindakantindakan lainnya.
4.
Seseorang menyadari bahwa pikiran, dorongan, bayangan-bayangan obsesinya tersebut merupakan hasil dari pikirannya sendiri.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) Definisi kompulsi sesuai dengan (1) dan (2) 1. Perilaku berulang berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurut, atau memeriksa) atau aktivitas mental (sembahyang, menghitung, mengulang kata-kata dalam hati), hati) , seseorang sese orang merasakan adanya adanya dorongan untuk melakukan hal tersebut dalam berespons terhadap suatu obsesinya 2.Perilaku atau aktivitas mental tersebut bertujuan untuk mencegah atau pengurangi penderitaan atau mencegah beberapa situasi atau peristiwaperistiwa yang yang menakutkan. menakutkan. Baik perilaku perilaku atau aktivitas mental tersebut tidak dikaitkan dengan dengan cara-cara realistik yang mereka buat untuk menetralisir atau mencegah atau secara jelas berlebihan.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) B. Selama perjalan penyakitnya, seseorang menyadari bahwa obsesi atau kompulsinya tersebut sangat tidak masuk akal dan sangat berlebihan. Catatan: Hal ini tidak dapat diterapkan pada anak-anak. C. Obsesi dan kompulasi menyebabkan penderitaan yang bermakna, membuang-buang waktu (lebih dari satu jam dalam sehari), atau secara bermakna mempengaruhi rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan,akademik, aktivitas atau hubungan sosial.
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) D. Bila ada Gangguan Aksis I lainnya, bentuk obsesi atau kompulsi tidak dibatasi terhadap hal ini (misalnya, preokupasi dengan makanan pada yang ada gangguan makan; mencabut-cabut rambut pada pasien dengan trikotilomania, sangat peduli dengan penampilan pada pasien dengan gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan zat pada pasien dengan penyalahgunaan zat, preokupasi dengan menderita penyakit berat pada pasien dengan hipokondriasis, atau berulangnya perasaan bersalah pada pasi pasien en deng dengan an gang ganggu guan an depr depres esii mayo mayor. r. E. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat (misalnya, peny penya alahg lahgun unaa aan n zat zat ata tau u medi medika kasi si)) ata tau u kond kondis isii medi medik k umum umum..
Diagnosis Banding •
Gangguan cemas akibat kondisi umum
•
Gangguan cemas akibat (diinduksi) zat
•
Gangguan depresi mayor
•
Gangguan cemas menyeluruh
•
Hipokondriasis
•
Gangguan tik
•
Ganguan kepribadian obsesif-kompulsif
Pemeriksaan Penunjang •
•
Pemeriksaan laboratorium, DPL, fungsi liver, profil lipid, fungsi ginjal, dan glukosa sewaktu. HAM-A, HAM-D, atauY-BOCS.
Farmakoterapi Pilih salah satu obat antidepresan di bawah ini dan berikan dengan dosis adekuat yang relatif tinggi, dalam dosis terbagi (dicapai dengan titrasi dosis, memerlukan waktu 1-3 minggu), misalnya : •
Klomipramin
: sampai 250 mg/hari.
•
Fluoksetin
: sampai 80 mg/hari.
•
Sertralin
: sampai 200 mg/hari.
•
Fluvoksamin
: sampai 300 mg/hari.
•
Paroksetin
: sampai 60 mg/hari.
Farmakoterapi •
Hindari kenaikan dosis yang terlalu cepat karena akan meningkatkan angka penghentian pengobatan ( drop out ) akibat efek samping yang lebih sering timbul pada dosis yang lebih tinggi. Jika terapi SRI gagal ganti terapi, jika terdapat panik ganti dengan MAOI, jika terdapat cemas ganti buspiron, jika j ika terdapat depresi dengan litium, jika terdapat tik dan waham berikan antipsikotik. Jika masih tidak respons atau terdapat riwayat bunuh diri lakukan ECT. Jika ECT gagal, berikan terapi kombinasi 2 SRI, atau kombinasikan SRI, ECT, dan terapi perilaku. –
– –
Psikoterapi •
CBT
•
Psikoterapi berorientsi tilikan
•
Psikoedukasi
Prognosis Awitan GOK berangsur-angsur. Untuk terpenuhinya kriteria lengkap GOK, kadang-ka -kadang diperlukan waktu bertahun-ta -tahun. Awitan cepat biasanya dikai kaitkan kan denga ngan adan danya streso esor kehi ehidupan pan yan yang berma rmakna ata tau u kehil ehila angan. Penyakit ini bersifat kro kronik tetapi ada kalanya bersifat fluktuatif. Buruknya prognosis dikaitkan dengan awitan dini (anak-anak), bentuk kompulsinya aneh, bertumpang-tindih dengan ganggu gguan depresi mayor, adanya ide-id -ide berlebihan (overvalued) , adan adanya ya gang ganggu guan an kepri kepriba badi dian an (gan (gangg ggua uan n kepr keprib ibad adia ian n skizotipal). Prognosis yang baik ditandai dengan baiknya penyesuaian sosial dan pekerjaan, adanya faktor presipit pitasi yang jel jelas, dan bent entuk sim simtomnya yang epis episod odik ik.. Tida Tidak k ada ada hubu hubung ngan an anta antara ra bent bentuk uk obse obsesi siny nya a deng dengan an prog progno nosi sis. s.
Daftar Pustaka 1.
Wibisono S. Tinjauan Klinis dan Penatalaksanaan Terapi Gangguan Obsesif-Kompulsif. Jiwa, Jiwa, Indon Psychiat Psychiat Quart XXVII,1994: 4: 9-22.
2.
Israni TH, Janicak PG, Davis JM. Obsessive-Compulsive Disorder . Dalam: Flaherty JA, Davis JM, Janicak PG, eds. Psychiatry Psychiatry - Diagnosis Diagnosis & Therapy. 2nd ed, Connecticut : Appleton & Lange, 1993 : 145-55.
3.
Diagnostic and Statistical Statistical Manual of Mental Mental Disorders, Disorders, Fourth American Ps Psychiatric Ass Association. Dalam: Diagnostic Edition (DSM-IV). American Psychiatric Psychiatric Association A ssociation, Washington DC, 1994 : 417-23.
4.
Stahl SM. SM. Ess Essential ial Ps Psycho chopha pharma rmacology. 2nded. New York : Cambridge Univ Press, 2000 : 335-46.
5.
Jenike MA, Baer L, Minichiello WE. An Overview of Obsessive-Compulsive Disorder . Dalam: ObsessiveCompulsive Disorder Disorder – Practical Management. 3rd ed. St. Louis : Mosby, 1998 : 3-11.
6.
Sado Sadock ck BJ, BJ, Sad Sadoc ock k VA. VA. Kap Kapla lan n & Sad Sadoc ock’ k’ss Syn Synop opsi siss of of Psy Psych chia iatr try. y. 9thed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2003 : 616-23.
7.
Bazire Bazire S. Psychot Psychotropi ropicc Drug Drug Direct Directory ory 2003/0 2003/04. 4. Sali Salisbur sbury y : Fivepi Fivepin n Publis Publishing hing,, 2003 2003 : 113-6, 113-6, 170-1, 170-1, 209-10, 209-10, 242-3, 250-65, 367, 370.
PNPK Gangguan Stres Pasca Trauma
Batasan dan Uraian Umum Keadaan yang timbul sebagai respons berkepanjangan dan/atau tertunda terhadap kejadian atau situas i yang bersifat stre sor katastrofik, sangat menakutkan, yang cenderung menyebabkan pen end deri rittaan pada ha hamp mpir ir semu mua a oran ang g (mi missaln lny ya per era ang, ge gem mpa bu bumi mi,, kecelakaan berat, menjadi korban penyiksaan, terorisme, dan perkosaan)
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana 2 dari berikut ini ditemukan : 1.
Oran Orang g meng mengal alam ami, i, meny menyak aksik sikan an atau atau dihad dihadap apka kan n den denga gan n suat suatu u keja kejadia dian n atau atau kejadian-kejadian kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian kematian yang sesungguhnya atau cedera cedera yang serius atau ancaman ancaman kepada kepada integritas fisik diri sendiri atau orang lain. Resp Respon onss oran orang g ter terse sebu butt beru berupa pa rasa rasa taku takutt yang yang kuat kuat,, ras rasa a tak tak ber berda daya ya atau atau horror (kengerian). Salah Salah satu satu sela selama ma menga mengala lami mi atau atau sete setela lah h menga mengala lami mi keja kejadia dian n yang yang mena menaku kutka tkan n individu memiliki 3 (tiga) atau lebih gejala disosiatif berikut :
2. 3.
•
•
•
•
•
Perasaan kaku yg subyektif, terlepas atau tidak ada responsivitas emosi. Berkurangnya Berkurangny a kepedulian terhadap sekelilingnya sekelili ngnya (misalnya (misal nya menjadi bingung ). Derealisasi. Depersonalisasi. Amnesia disosiatif (ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma). “
”
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) B. Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali dalam sekurangnya satu cara berikut : bayangan bayangan yang berulang, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik, atau suatu perasaan hidupnya kembali pengalaman atau penderitaan saat terpapar dengan kejadian traumatik yang mengingatkannya. C. Penghindaran nyata terhadap stimulus yang menyadarkan trauma2 yang tersimpan (misalnya pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang). D. Gejala kecemasan yang nyata atau peningkatan kesadaran kesadaran (misalnya sulit tidur, iritabilitas, konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respons kejut yang berlebihan dan kegelisahan motorik).
Kriteria Diagnosis (DSM-IV-TR) E. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, atau mengganggu kemampuan individu untuk mengerjakan tugas penting yang diperlukan, seperti memperoleh bantuan yang diperlukan atau menggerakkan kemampuan pribadi dengan menceritakan kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatiknya. F. Gangguan berlangsung selama sedikitnya 2 hari & maksimum 4 minggu dan terjadi dalam 4 minggu setelah kejadian traumatik. G. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau suatu kondisi medis umum, tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik singkat, dan tidak sematamata suatu eksaserbasi gangguan gangguan aksis I atau II yang telah ada sebelumnya.
Diagnosis Banding •
Psik Ps ikos osis is Ak Akut ut
•
Reak Re aksi si st stre ress ak akut ut
•
Ganggu Gan gguan an Pe Penye nyesu suaia aian n
•
Gang Ga nggua guan n De Depre presi si Ma Mayo yorr
A. Psikofarmaka •
Bila Bi la ce cema mas: s: –
–
–
Benzodiazepine; Klobazam 2x(5-10 mg) Lorazepam Loraz epam 1-2x (0,5-1 mg)
Lant’ •
Bila Bi la de depr pres esif if:: –
–
–
–
•
SSRI (Selective Serotonin Reuptak Reuptake e Inhibitor), a.l: Sertral Ser tralin, in, dos dosis is awal 1 x 12, 12,5-2 5-2 mg/ mg/har hari, i, dap dapat at din dinaik aikkan kan 1x5 1x50mg 0mg Fluoks Flu okseti etin, n, dos dosis is aw awal al 1 x 5-1 5-10mg/h 0mg/hari ari,, dap dapat at di dinai naika kan n me menja njadi di 1 x 2040mg/hari Fluv Fl uvok oksa sami min, n, do dosi siss aw awal al 1 x 25 25mg, mg, da dapa patt di dina naik ikka kan n me menj njad adii 1x 50 50-100mg/hari
Deriv Der ivat at tris trisikl iklik: ik: •
Amitriptilin: 2x (10-25)mg
•
Imipramin: 1-2 x (10-25)mg
Lant’ •
Bila ada gej gejala ala psik psikoti otik, k, beri berikan kan ant antips ipsik ikoti otik, k, con contoh tohny nya: a: •
Haloper Halo perido idol, l, dosis dosis 2 x 1-5 1-5mg mg atau atau
•
Risperidon, dosis 2 x 1-2mg atau Olanzapin, 1-2 x 2,5-10mg
•
Quetiapin, 50-100mg
•
Psikoterapi Tujuan Tuju an te tera rapi pi me menu nuru runk nkan an at atau au men mengh ghil ilan angk gkan an re reak aksi si ke kece cema masa san n pasie pa sien n ter terha hada dap p tr trau auma ma yg be berk rkait aitan an den deng gan stimu stimulus lus,, terd terdiri iri at atas as:: •
Edu duka kasi si ten enttan ang g re reak aksi si um umum um te terh rhad adap ap tr trau auma ma
•
Latiha Lat ihan n re relak laksas sasii
•
Terapi Kognitif Perilaku
•
EMDR
Daftar Pustaka •
Kaplan & Sadock. Comprehensive textbook of Psychiatry 7th ed. Lippincott William & Wilkins (2000): 1500-1501.