Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis Tuber kulosis
KARS
KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2013
Disclaimer Buku ini didanai oleh United States Agency for International Development dibawah USAID Tuberculosis CA! I" Cooperative Agreement #o$ AID%&AA%A%'(% ((()( Buku ini men*adi mungkin berkat dukungan yang baik dari rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development +USAID,$ Isi men*adi tanggung *awab TB CA! I dan tidak mencerminkan visi USAID atau -emerintah Amerika Serikat$
KATA PENGANTAR
I
ke%. dengan *umlah pasien tuberkulosis terbanyak di dunia$ -engobatan tuberkulosis merupakan salah satu cara untuk mengendalikan infeksi dan ndonesia merupakan negara
menurunkan penularan tuberkulosis$ -rogram Tuberkulosis #asional telah berhasil
mencapai target Millenium Development Goals berupa meningkatkan penemuan kasus baru
BTA positif sebanyak
/( 0 dan angka kesembuhan 120 namun sebagian rumah sakit dan
praktik swasta masih belum melaksanakan strategi Directly Observed Treatment
Shortcourse +D&TS, maupun International Standards for Tuberculosis Care
Upaya memperluas penerapan
+ISTC,$
D&TS masih merupakan tantangan besar bagi
strategi
Indonesia dalam pengendalian tuberkulosis$ 3onitoring
dan evaluasi
telah dilakukan
pada tahun )((2 dengan hasil angka putus obat yang masih tinggi mencapai
2(%12 0
meskipun angka penemuan kasus tuberkulosis sudah cukup tinggi$
dan
Tata laksana tuberkulosis yang seharusnya sesuai pedoman nasional
ISTC tetapi
dan pengetahuan masing%masing tersedia saat ini memiliki isi yang baik tetapi
pada praktiknya lebih cenderung kepada pengalaman praktisi$ Buku pedoman yang telah tidak
disusun berdasarkan
-raktik 4edokteran
Berbasis Bukti" oleh sebab itu dibuatlah
-edoman #asional -elayanan 4edokteran +-#-4, Tuberkulosis ini$
ini adalah membuat pedoman berdasarkan bukti ilmiah untuk para praktisi yang menangani tuberkulosis dan memberikan rekomendasi bagi rumah sakit dan penentu kebi*akan untuk menyusun protokol setempat atau paduan praktik klinik$ -#-4 ini *uga dapat di*adikan sebagai dasar bagi 4olegium untuk menyusun kurikulum Tu*uan -#-4
pendidikan dokter$
dan penghargaan anggota tim penyusun termasuk para Ucapan terima kasih
yang setingi%tingginya ditu*ukan kepada seluruh
pakar yang telah memberikan kontribusi$
yang sama ditu*ukan kepada 4ementerian 4onsorsium Upaya 4esehatan"
4esehatan
I" khususnya
Dir*en Bina Upaya 4esehatan
5al
seluruh anggota
dan 3enteri 4esehatan
I
atas bantuan dan ker*asamanya$
Akhirnya
tim penyusun dengan tangan terbuka mengharapkan
saran
dan
kritik untuk
kesempurnaan buku pedoman ini$
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
v
6akarta"
September )('7 Tim -enyusun
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
v
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GABAR DAFTAR SINGKATAN PENDA!"L"AN BAB I A# Latar Belakan$ B# Tu%uan Sasaran BAB II ET'D'L'GI A# Penelusuran K e(ustakaan B# Penilaian Perin$kat Bukti D# Dera%at Rekomendasi BAB III PR'GRA NASI'NAL PENGENDALIAN T"BERK"L'SIS A# Latar Belakan$ B# Standar Internasional "ntuk Pelayanan Tuberkulosis BAB I) T"BERK"L'SIS PAR" *** A# *+* *** B# Diagnosis Tuberkulosis -engobatan Tuberkulosis -aru D# Tuberkulosis esisten &bat BAB ) T"BERK"L'SIS PADA KEADAAN K!"S"S A# Tuberkulosis ilier B# Tuberkulosis -aru dengan Diabetes 3elitus Tuberkulosis -aru dengan 5I9 : AIDS D# Tuberkulosis -aru pada Ibu 5amil dan 3enyusui E# Tuberkulosis -aru dengan -enyakit
vi
iii iv vi vi vii ' ' 2 2 / / / / / 1 1 '2 '/ '/ )) )2 78 .' .' .) .7 .; 2' 27 2. 21 8(
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
B# =imfadenopati Tuberkulosis Tuberkulosis Saluran Urogenital D# Tuberkulosis Sistem Saraf -usat E# Tuberkulosis Tulang dan Sendi F# Tuberkulosis
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
8' 8' 8. 81 /' /7 /. /8 // 1' 1) 17 ;( '(( '((
vii
DAFTAR TABEL -#-# -enerapan Strategi D&TS di Berbagai >asilitas 4esehatan .#- Dosis ekomendasi &bat Antituberkulosis =ini -ertama untuk Dewasa
.#/
-aduan Standar -asien TB 4asus Baru +Dengan Asumsi atau Diketahui -eka &AT,
.#0 ?5@=9= D9=& 756!DCD .#. -endekatan Berdasarkan
) )2 )/ 7)
Untuk 3engobati !fek Tidak Diinginkan Abat Antituberkulosis
77
Dosis ang Direkomendasikan Untuk -asien Dewasa Dengan -enurunan >ungsi
27
2#-
-emeriksaan yang Dian*urkan untuk Diagnosis Tuberkulosis !kstraparu
2;
2#/
!stimasi -roduksi Cairan Serebrosinal" 9olume dan 6umlah yang Aman untuk -ungsi =umbal
88
3#-
Sistem Skoring Diagnosis TB Anak di >asilitas -elayanan 4esehatan -rimer
;/
3#/
ekomendasi 5& untuk Terapi Tuberkulosis pada Anak
;1
1#-
DAFTAR
.#-# .#/ 1#2#3#-
viii
GAMBAR
Algoritme Diagnosis Tuberkulosis -aru pada Dewasa
).
Algoritme -engobatan Tuberkulosis -aru pada Dewasa
77
Algoritme Tata =aksana TB%5I9
.8
Algoritma Diagnosis Tuberkulosis Susunan Saraf -usat
81
Alur Tata =aksana TB Anak di =ayanan -rimer
;7
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
DAFTAR SINGKATAN E
)5F!:.757G ) bulan rifampisin" isoniaHid" piraHinamid" etambutol dan dilan*utkan . bulan rifampisin" isoniaHid yang diberikan secara intermiten 7
kali seminggu
E
)5F!:.5G ) bulan rifampisin" isoniaHid" piraHinamid" etambutol dan
E
dilan*utkan . bulan rifampisin" isoniaHid )5F!:85!G ) bulan rifampisin" isoniaHid" piraHinamid" etambutol dan
E
dilan*utkan 8 bulan isoniaHid" etambutol )5F!S:'5F!:25!G ) bulan rifampisin" isoniaHid" piraHinamid" etambutol" sterptomisin dan dilan*utkan ' bulan rifampisin" isoniaHid" piraHinamid" etambutol dan dilan*utkan 2 bulan rifampisin" isoniaHid"
etambutol E
8F%+!,%4n%=fE%!to%Cs : '1F%+!,%=fE%!to%CsG FG 8 bulan piraHinamid" 5CD-!C& #DD-=9= &5J#9D9= 5C=D-=< 9=#&95U=
E E E E E E E E E E E E E
B4-3G balai kesehatan paru masyarakat BTAG basil tahan asam D&TSG Directly &bserved Treatment Short Course D-SG dokter praktik swasta !B3G evident base medicine !TDG efek obat tidak diinginkan =5>L =U9 I#5G isoniaHide ISTCG International Standards for Tuberculosis Care 4DTGobat antituberkulosis kombinasi dosis tetap 3D
E
&ATG obat antituberkulosis -ASG para amino salisilat -3&G pengawas menelan obat -#-4G pedoman nasional pelayanan kedokteran --4G panduan praktik klinik
E E E E
E
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
E E E E E E E
--3G public private miE
S4TG survei kesehatan rumah tangga S-SG dahak sewaktu" pagi" sewaktu TB%G tuberkulosis resistens rifampisin TBG tuberkulosis 5&G orld 5ealth &rganiHation D%TBG eEtensively%drugs resistance tuberculosis
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
iE
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang uberkulosis
T
+TB,
merupakan penyakit
menular
yang
masih
men*adi
di dunia kesehatan hingga saat ini$ Dalam situasi TB di dunia memburuk dengan meningkatnya *umlah kasus TB dan pasien TB
permasalahan yang
yang tidak berhasil disembuhkan terutama
di )) negara dengan beban TB
di dunia" World Health Orani!ation +5&, melaporkan dalam perbaikan bermakna dalam Global Tuberculosis "eport #$%% terdapat pengendalian TB dengan menurunnya angka penemuan kasus dan angka kematian akibat TB dalam dua dekade terakhir ini$ Insidens TB secara global
paling tinggi
dilaporkan menurun dengan la*u )")0 pada tahun )('(%)(''$ alaupun dengan kema*uan yang cukup berarti
TB masih tetap besar $ Diperkirakan pada tahun )('' insidens kasus TB mencapai 1"/ *uta +termasuk '"' *uta dengan koinfeksi 5I9, dan ;;( ribu orang meninggal karena TB$ Secara global diperkirakan insidens TB resisten obat adalah 7"/0 kasus baru dan )(0 kasus dengan riwayat ini" beban global akibat
pengobatan$ Sekitar ;20 kasus TB dan ;10 kematian akibat TB di dunia ter*adi di negara berkembang$'") -ada tahun )('' Indonesia
+dengan ("71%("2. *uta kasus,
menempati urutan keempat
setelah India" Cina" Afrika Selatan$ Indonesia merupakan negara dengan beban
tinggi
TB pertama di Asia Tenggara
yang berhasil mencapai target Millenium penemuan kasus TB di atas /(0 dan angka
Development Goals +3D<, untuk kesembuhan 120 pada tahun )((8$'") -engobatan kasus
TB merupakan
salah
satu
strategi utama pengendalian TB
karena dapat memutuskan rantai penularan$ 3eskipun -rogram -engendalian
dan angka kesembuhan" penatalaksanaan TB di sebagian besar rumah sakit dan praktik swasta TB #asional
telah berhasil
mencapai
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
target
angka penemuan
'
belum sesuai dengan strategi Directly Observed Treatment Short-course +D&TS, dan penerapan standar pelayanan berdasar International Standards for Tuberculosis Car e +ISTC,$ )"7
)
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
di Indonesia hanya dilaksanakan di
-ada awalnya" penerapan strategi D&TS
pusat kesehatan masyarakat +puskesmas,$ Seiring ber*alannya waktu" strategi D&TS mulai dikembangkan di Balai 4esehatan
-aru 3asyarakat
+B4-3, dan rumah
TB
sakit baik pemerintah maupun swasta$ 5asil survei prevalens
melaporkan bahwa pola pencarian pengobatan
tahun )((.
sebagian besar pasien TB ketika
pertama kali sakit adalah rumah sakit sehingga melibatkan rumah sakit untuk
melaksanakan strategi D&TS men*adi sesuatu yang penting yang memberikan kontribusi
berarti
terhadap
upaya
penemuan
pasien
TB$)". Tabel
1.1
menggambarkan *umlah fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia yang telah menerapkan strategi D&TS$ Tabel
1.1. 6umlah fasilitas pelayanan kesehatan yang telah menerapkan strategi
D&TS$
Fasulitas pelayaa
#u$la" t%tal
!ese"ata
FPK
#u$la" &'( FPK ya) tela" $ee*ap!a D+TS
Puskesmas
735
7!! "#$%&
(
( ")!!%&
#
# ")!!%&
)('5 5(3 7$ )'7 $'$
3!%
#!.!!!
Tidak diketa*ui
BP' RS Paru
Ruma* Sakit ‡ RS Pemerinta* ‡ RS BU+N ‡ RS TNI,Polri ‡ RS S-asta Praktisi S-asta
/sum0er1 data 2ro3insi 2ada 2ertemuan e3aluasi nasional TB !)!
Dikutip dari +),
Upaya
perluasan
strategi
D&TS
ke rumah sakit merupakan tantangan besar
bagi Indonesia dalam mengendalikan dilakukan
oleh
program nasional
meskipun angka penemuan
kasus
TB$ 5asil monitoring
TB pada tahun TB di rumah
dan evaluasi
yang
)((2 menyebutkan bahwa sakit cukup
tinggi"
angka
keberhasilan pengobatan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
7
masih rendah" yaitu di bawah
2(0 dengan angka putus berobat mencapai 2(0%120$ .
&ublic-&rivate Mi' +--3, adalah keterlibatan seluruh penyedia kesehatan publik
dan swasta" formal dan dengan International
informal
Standar d for
dalam
Tuberculosis
atau diduga menderita TB$
yang telah
penyediaan
TB sesuai
perawatan
Care +ISTC, untuk pasien
Belum terdapat komitmen
kuat dari
dan tenaga medis +dokter umum dan spesialis, serta paramedis dalam penanggulangan TB sesuai ISTC$ =aporan hasil evaluasi (oint )'ternal T* Monitorin Mission +6!33, )('' menyebutkan" dari sekitar '2)7 rumah sakit di Indonesia" hanya 710 yang
pihak mana*emen +pimpinan
rumah sakit,
melaksanakan program D&TS$ &ublic private mi' memungkinkan semua penyedia layanan kesehatan untuk berpartisipasi dalam memberikan gabungan yang tepat dari tugas pelayanan kesehatan
yang selaras dengan program pengendalian penyakit
nasional dan dilaksanakan secara lokal$2
4etidakpatuhan untuk berobat secara teratur hambatan
bagi penderita TB
tetap men*adi
untuk mencapai angka kesembuhan yang tinggi$ Tingginya
angka
obat mengakibatkan tingginya kasus resistensi kuman terhadap &AT +obat anti TB, yang membutuhkan biaya yang lebih besar dan bertambah lamanya pengobatan$ Angka putus obat di rumah sakit di 6akarta pada tahun )((8 sekitar /0$ putus
Berdasarkan laporan Subdit TB Depkes I tahun )((;" proporsi putus obat pada pasien TB paru kasus baru dengan hasil basil tahan asam +BTA, positif berkisar
antara ("80%';")0
dengan angka putus obat tertinggi yaitu di provinsi -apua BaratMM
angka putus obat di 6akarta pada tahun )((; sebesar 2"/0$. Banyak faktor yang memengaruhi ter*adinya kasus putus obat pada pasien TB paru$
4omunikasi
yang
baik
antara petugas
kesehatan dengan pasien
merupakan
faktor penting yang menentukan keberhasilan pengobatan$ -enelitian yang dilakukan oleh 6anani dkk$8 di Srilanka pada tahun )(() menyatakan bahwa putus obat berhubungan dengan kebiasaan merokok" riwayat pengobatan
dan luas lesi radiologis$ -enelitian di
TB sebelumnya"
India pada tahun )((. menyimpulkan
bahwa putus obat berhubungan dengan *enis kelamin" konsumsi alkohol" usia" status pengobatan TB dan *umlah kuman BTA pada
awal pemeriksaan$/ -enelitian
di UHbekistan pada tahun )((2 menyatakan bahwa putus obat *uga berhubungan
.
dengan status peker*aan$1
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
Selain
itu *uga terdapat beberapa penelitian lain
obat
berhubungan
pengobatan +S,"
dengan
status
penghasilan"
efek
yang menyatakan bahwa putus
perkawinan" samping
*arak
pengobatan"
dll,"
penyakit penyerta +D3" hepatitis" tumor paru"
ke tempat
rumah
tingkat
sumber biaya pengobatan"
*enis pengobatan yang digunakan dan pengawas menelan obat +-3&,$
-elatihan D&TS bagi dokter praktik swasta telah dilaksanakan
: kabupaten di
pendidikan" ;"'(
di sepuluh kota
delapan provinsi +Sumatera Barat" D4I 6akarta" 6ogyakarta"
6awa
Barat" 6awa Timur " #usa Tenggara Barat" 3aluku Utara" 6ambi,$ -erkumpulan Dokter -aru Indonesia +-D-I, beker*asama dengan -rogram
membentuk sebuah sistem yang memfasilitasi
para spesialis
TB #asional telah paru di 6akarta agar
mendukung pelaksanaan --3 di Indonesia sehingga dapat meningkatkan angka diagnosis dan kesembuhan pasien TB$ -erkumpulan
Dokter -aru Indonesia
pusat telah melatih
)7 dokter spesialis
paru
dan )7 perawat di wilayah
D4I$
6umlah
total
keseluruhan dokter yang sudah dilatih )2( orang +data Subdit TB" tidak dipublikasikan,$)
Permasalahan '$ -enanganan
TB
yang
International Standar d
seharusnya
dengan pedoman
sesuai
nasional
dan
for Tuberculosis Care +ISTC," dalam praktik sebagian
dokter tidak mengikutinya tetapi lebih cenderung menggunakan pengalaman dan
pengetahuan semasa pendidikan
)$ Buku pedoman yang sudah ada sebenarnya isinya sudah baik tetapi ditulis tidak sesuai dengan evidence-based medicine +!B3,"
oleh sebab itu -#-4 ini dibuat
sesuai !B3 agar men*adi acuan bagi para praktisi yang menangani TB
7$ =ebih dari /20 dokter praktik swasta tidak terpa*an Directcly Observed Tr eatment Short Course +D&TS, dan ISTC
.$ Data besar
TB nasional dokter
tidak mencerminkan keadaan sebenarnya karena sebagian
praktik
terutama
dokter
praktik
swasta
+D-S,
tidak
memberikan kontribusi kepada data surveilans nasional 2$ Ancaman TB resisten obat akibat tata laksana TB yang tidak tepat 8$ Belum ada keseragaman dalam tata laksana TB Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
2
B. Tujuan '$ Tu*uan umum 3embuat pedoman berdasarkan bukti ilmiah untuk para praktisi yang menangani
TB )$ Tu*uan khusus a$ 3emberi rekomendasi bagi rumah sakit : penentu kebi*akan untuk menyusun protokol setempat
atau
panduan praktik klinis +--4, dengan melakukan
adaptasi terhadap -edoman #asional -elayanan 4edokteran +-#-4, ini
b$
(5=6#DC#D D6#D C=@#D9= SD9=5 /0
c$ 3encegah TB resisten obat d$ 3en*adi dasar bagi kolegium untuk membuat kurikulum e$ 3enurunkan morbiditas dan mortalitas TB
C. Sasaran '$ Semua tenaga medis
TB" termasuk dokter diharapkan dapat diterapkan di
yang terlibat dalam penanganan
spesialis" dokter umum dan perawat$ -anduan ini
layanan kesehatan primer dan rumah sakit$
)$
-embuat kebi*akan di
lingkungan rumah sakit" institusi pendidikan dan kelompok
profesi terkait$
Daftar pustaka '$
orld 5ealth &rganiHation$
)$
4ementrian 4esehatan I$ encana aksi nasionalG public private mi' pengendalian TB IndonesiaG )(''% )('.$ 4ementerian 4esehatan I$ 6akarta" )(''$
7$
Departemen 4esehatan I dan Ikatan Dokter Indonesia$ -anduan tata laksana TB sesuai ISTC dengan strategi D&TS untuk dokter praktik swasta +D-S,$ Departemen 4esehatan I dan Ikatan
Dokter Indonesia$ 6akarta" )(''
.$
4ementerian 4esehatan I$ Terobosan menu*u akses universalG Strategi pengendalian TB di Indonesia )('(%)('.$ 4ementerian 4esehatan I$ 6akarta" )('($
2$
orld 5ealth &rganiHation$ -ublic private miE for TB care and controlG A toolkit$ orld 5ealth
&rganiHation$
8
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
8$
-inidiyapathirage 6" Senaratne " ickremasinghe $ -revalence and predictors of default with tuberculosis treatment
/$
in Srilanka$ Southeast Asian 6 Trop
3ed -ublic 5ealth$ )((1MM7;G'(//%1)$
9i*ay S" 4umar -" Chauhan =S" 5anumanthappa B" 4iHhakkethil" ao S<$ isk factors
associated with default among new smear positive TUB!4U=&SIS patients treated under D&TS in India$ -los !$ )('(MM2G'%;$
1$
Coker $ Tuberculosis" non%compliance and detention for the public health$ 6 3ed !thics$
)(((MM)8G'2/%;$ ;$
!rawatyningsih !" -urwanta" Subekti 5$ >actors affecting incompliance with medication among lung tuberculosis patients$ Berita 4edokteran 3asyarakat$ )((;MM)2G''/%)7$
'($ Chan%eung 3" #oert*o*o 4" =eung CC" Chan S=" Tam C3$ -revalence and predictors of default from tuberculosis treatment in 5ongkong$ 5ongkong 3ed 6$ )((7MM;G)87%1$
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
/
BAB II MET+D+L+GI
A. Penelusuran pustaka -enelusuran kepustakaan dilakukan secara manual dan secara elektronik" kata kunci
yang digunakan yaitu tuberculosis, guidelines, DTS, !STC$
B. Telaah kritis Setiap bukti ilmiah yang diperoleh dilakukan telaah kritis oleh pakar dalam bidang Ilmu
-ulmonologi" -enyakit Dalam" Anak" Bedah &rtopedi" Bedah Digestif"
4ulit" 4ebidanan" #eurologi" Urologi$
C. Peringkat bukti =evel evidence yang digunakan adalahG
E
=evel I
E
=evel II G u*i klinis lebih kecil :
E
=evel III G penelitian
E
=evel I9 G serial kasus" laporan kasus" konsensus" pendapat ahli
G metaanalisis" u*i klinis besar dengan randomisasi tidak dirandomisasi
retrospektif" observasional
D. Derajat rekomen"asi Berdasarkan peringkat di atas dapat dibuat rekomendasi sebagai berikutG
1
E
ekomendasi A bila berdasar pada bukti level I
E
ekomendasi B bila berdasar pada bukti level II
E
ekomendasi C bila berdasar pada bukti level III
E
ekomendasi D bila berdasar pada bukti level I9
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
BAB III
PR+GRAM NASI+NAL
PENGENDALIAN
TUBERKUL+SIS
A. Latar belakang engendalian tuberkulosis +TB,
-
di Indonesia sudah berlangsung se*ak Haman
pen*a*ahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu$ Setelah perang
TB ditanggulangi melalui
kemerdekaan"
Balai -engobatan -enyakit -aru
+B-.,$ Se*ak tahun ';8; pengendalian dilakukan secara nasional melalui -uskesmas$
anti tuberculosis +&AT, yang digunakan isoniaHid +I#5," asam para amino salisilat
+-AS,
satu sampai
salisilat
&bat
dua tahun$
Asam
para amino
adalah paduan +reimen, standar
dan streptomisin selama kemudian
diganti
dengan
piraHinamid$ Se*ak ';// mulai digunakan paduan &AT *angka pendek yang terdiri atas isoniaHid" rifampisin" piraHinamid" dan etambutol selama 8 bulan$1 -ada
tahun
menerapkan
-rogram
';;2
strategi
-engendalian
#asional
directly
observed
TUB!4U=&SIS
treatment short
course +D&TS,
mulai dan
dilaksanakan di -uskesmas secara bertahap$ Se*ak tahun )((( strategi D&TS dilaksanakan
secara
di
nasional
seluruh
fasilitas
pelayanan
kesehatan
+fasyankes, terutama -uskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar$1 >akta
menun*ukkan bahwa
TB
masih merupakan
masalah
utama kesehatan
masyarakat Indonesia" antara lainG1
E
ke%. di dunia setelah *umlah pasien TB di
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak India"
Cina"
dan
Afrika
Selatan$
Diperkirakan
Indonesia sekitar 2"/0 dari total *umlah pasien TB dunia" dengan setiap tahun ada .2($((( kasus baru dan 82$((( kematian$
-enemuan
kasus TB apusan
dahak basil tahan asam +BTA, positif se*umlah ';$/;/ pada tahun )(''$# Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
;
TB di Indonesia adalah sekitar
E -ada tahun )((;" prevalens 5I9 pada kelompok )"10$ E
-revalens TB resisten &AT ganda +multidru resistance
TB baru adalah sebesar )0" dan di
P 3D, di antara kasus
antara kasus pengobatan ulang adalah sebesar
')0" sesuai laporan 5& tahun )(')$#
E
-ada tahun ';;2" hasil Survei 4esehatan umah Tangga +S4T, menun*ukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
kardiovaskular
dan penyakit saluran napas pada semua kelompok
usia" dan
nomor satu dari golongan penyakit infeksi$ E
5asil
survei
prevalens
TB di Indonesia
TB dengan apusan
pada
tahun
)((.
menun*ukkan bahwa
dahak BTA positif secara nasional adalah
''(
per '(($((( penduduk$
TB dengan strategi D&TS meliputi ;10 -uskesmas" sementara di rumah sakit umum dan Balai Besar:Balai 4esehatan -aru 3asyarakat +B:B4-3, mencapai sekitar Sampai
tahun
)(''"
keterlibatan
dalam program
-engendalian
2(0$
Pe,%$a Nasi%al Pe)e,alia TB !.
$isi "an %isi1
$isi Q3enu*u masyarakat bebas masalah TB" sehat" mandiri dan berkeadilanR %isi
a$ 3eningkatkan pemberdayaan masyarakat" termasuk swasta masyarakat
dan
madani dalam pengendalian TB$
b$ 3en*amin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna" merata" bermutu dan berkeadilan$ c$ 3en*amin ketersediaan dan pemerataan sumber daya pengendalian TB$ d$ 3enciptakan tata kelola program TB yang baik$ '(
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
!!.
Tujuan "an Sasaran
Tujuan 3enurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka pencapaian
pembangunan
tu*uan
kesehatan
untuk
meningkatkan
kesehatan
dera*at
masyarakat$ ' Sasaran Sasaran
strategi
nasional pengendalian
strategis 4ementerian
TB ini mengacu
pada
rencana
4esehatan dari )((; sampai dengan tahun )('. yaitu
prevalens TB dari )72 per '(($((( penduduk men*adi )). per '(($((( penduduk$ Sasaran luaran adalahG & +', meningkatkan persentase kasus baru TB paru +BTA positif, yang ditemukan dari /70 men*adi ;(0MM +), meningkatkan persentase keberhasilan pengobatan kasus baru TB paru +BTA positif, mencapai 110MM +7, meningkatkan persentase provinsi dengan crude death rate +CD, di atas /(0 mencapai 2(0MM +., meningkatkan persentase provinsi dengan keberhasilan menurunkan
pengobatan di atas 120 dari 1(0 men*adi 110$
!!!. 'ebijakan Pengen"alian TB "i !n"onesia1 1.
Dasar 5ukum Dalam rangka penyelenggaraan -rogram #asional
TB sebagai
dasar hukum
adalahG 1. UU pada
#o )7:;)G 4ewenangan penyelenggaraan -rogram #asional ada
pemerintah
-asal 8G -emerintah bertugas
dan mengatur"membin a
dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan merata ter*angkau masyarakat$
-asal ;G -emerintah bertanggung *awab untuk meningkatkan
dera*at
kesehatan masyarakat$ -asal 27G hak perlindungan hukum 4U5- ps 2( *alankan UU Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
''
4U5- ps
')
2' atas perintah atasan
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
#. UU #o 7) th )((. tentang -emerintah daerahG
amandemen UUD ';.2 -asal '/ dan -asal '1" istilah baku yang dipakai adalah Qurusan pemerintahanR bukan QkewenanganR Sebagai landasan atau aspek legal penyelenggaraan penanggulangan
TB
nasional adalahG 1 a$ 4epmenkes #o 78.:3enkes:S4:9:)((; tanggal '7 3ei )((; tentang -edoman #asional -enanggulangan TB
b$ S4 3enkes I #omor '7:)('7 tentang -edoman 3ana*emen Terpadu -engendalian TB esistan &bat
c$ Surat !daran Dir*en Bina -elayanan 3edik #o$ 3$()$(1:III:8/7:(/ tentang penatalaksaan TB di umah Sakit
d$ S4 3enkes #o$')/1:3enkes:S4:II:)((; tentang 4olaborasi TB% 5I9
)$ Target -rogram TB Target program penanggulangan TB #asional adalahG 1 E 3ulai tahun )((2 menemukan pasien baru sedikit
TB BTA positif
paling
/(0 dari perkiraan pasien baru TB BTA positif
E 3enyembuhkan paling sedikit 120 dari semua pasien baru TB BTA positif
yang
diobati$ 4enaikan anga penemuan semua kasus
TB sebesar 20
dari capaian tahun sebelumnya +S-4 )('7,$ Sedangkan Millenium Development Goals +3D
tercapai$ &. 4ebi*akan -engendalian TB di Indonesia Untuk mencapai tu*uan tersebut" ditetapkan kebi*akan
operasional
sebagai
berikutG1 a$ -engendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan asas desentralisasi dalam kerangka autonomi dengan 4abupaten : kota
sebagai
titik berat
mana*emen program" yang meliputiG perencanaan" pelaksanaan" monitoring Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
'7
dan evaluasi serta men*amin ketersediaan sumber daya +dana" tenaga" sarana
dan prasarana,$ b$ -engendalian
TB dilaksanakan dengan menggunaka n strategi D&TS dan
memperhatikan strategi Global Stop T* partnership$
c$ -enguatan kebi*akan ditu*ukan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program pengendalian TB$
d$ -enguatan
strategi
peningkatan
D&TS
dan pengembangannya ditu*ukan terhadap
mutu pelayanan" kemudahan akses untuk penemuan dan
pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah ter*adinya TB kebal obat ganda$
e$ -enemuan dan pengobatan
dalam rangka pengendalian
TB dilaksanakan
oleh seluruh fasilitas pelayanan kesehatan +fasyankes," meliputi -uskesmas" umah
-emerintah"
Sakit
B:B4-3"
4linik
-engobatan"
Dokter
-raktek Swasta +D-S, dan fasilitas kesehatan lainnya$
TB dilaksanakan melalui penggalangan ker*a sama dan kemitraan di antara sektor pemerintah" non%pemerintah" swasta dan
f$ -engendalian
masyarakat dalam wu*ud
g$ -eningkatan kemampuan laboratorium
di berbagai
tingkat pelayanan
ditu*ukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan$
h$ &bat anti%TB +&AT, untuk pengendalian cuma
TB diberikan
dan dikelola dengan mana*emen logistik
yang
secara cuma%%
efektif
demi
men*amin ketersediaannya$ i$ 4etersediaan tenaga yang kompeten dalam *umlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kiner*a program$
*$ -engendalian
TB
lebih diprioritaskan
kepada kelompok
miskin
dan
kelompok rentan lainnya terhadap TB$
k$ -asien TB tidak di*auhkan dari keluarga" masyarakat dan peker*aannya$ l$ 3emperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam 3D
'.
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
a. 3emperluas dan meningkatkan pelayanan D&TS yang bermutu$ b. 3enghadapi tantangan TB:5I9"
TB resisten obat ganda" TB anak dan
kebutuhan masyarakat miskin serta rentan lainnya$ c. 3elibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah" masyarakat +sukarela," perusahaan dan swasta melalui pendekatan &ublic-&rivate Mi' +&&M,
dan
men*amin kepatuhan terhadap International Standards for T* Care$ ". 3emberdayakan masyarakat dan pasien TB$ e. 3emberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan mana*emen program pengendalian TB$ f. 3endorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB$ g. 3endorong penelitian" pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis$ ). 4egiatan'
a. Tata laksana pasien TBG E -enemuan tersangka +suspek, TB E Diagnosis E -engobatan
0. 3ana*emen -rogramG E -erencanaan E -elaksanaan o
-encatatan dan pelaporan
o
-elatihan
o
Bimbingan teknis
o
-emantapan mutu laboratorium
o
-engelolaan logistik
E -emantauan dan !valuasi
4. 4egiatan -enun*angG E -romosi E 4emitraan E
-enelitian
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
'2
d. 4olaborasi TB : HI di Indonesia" meliputiG E 3embentuk mekanisme kolaborasi E 3enurunkan beban TB pada &D5A dan E 3enurunkan beban 5I9 pada
pasien TB$
*. &rganisasi -elaksanaan
Aspek mana*emen programG1
a$ Tingkat -usat
TB dilakukan melalui
akyat$
penanggulangan
3enteri 4esehatan $I sebagai penanggung
*awab teknis upaya
penanggulangan TB$ -elaksanaan program
TB
secara nasional dilaksanakan
oleh Direktorat
-engendalian -enyakit 3enular =angsung" cV$ Sub Direktorat TB$
b$ Tingkat -rovinsi
Di tingkat provinsi dibentuk
disesuaikan dengan kebutuhan kabupaten : kota$ -elaksanaan program TB di tingkat kabupaten : kota dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten :
kota$
Aspe! Tata La!saa Pasie TB- 1
'8
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
Dilaksanakan D-S$
a$
oleh -uskesmas"
umah Sakit" B:B4-3"
4linik -engobatan
dan
-uskesmas Dalam
pelaksanaan
di
-uskesmas"
dibentuk
4elompok
-uskesmas
atas -uskesmas u*ukan 3ikroskopis +-3," dengan didukung oleh kurang lebih 2 +lima, -uskesmas Satelit +-S,$ -ada keadaan 656UD@9 LD6 9&=C
yang
terdiri
(D<=U= 77( LD6 dilengkapi tenaga dan fasilitas pemeriksaan sputum BTA$ umah Sakit
b$
umah Sakit Umum" B:B4-3"
dan
klinik pengobatan
lain
yang dapat
melaksanakan semua kegiatan tata laksana pasien TB$
c$
Dokter -raktik Swasta +D-S, dan fasilitas layanan lainnya$ Secara umum konsep pelayanan dengan
di Balai -engobatan dan D-S sama
pelaksanaan pada rumah sakit$
B. Stan"ar internasional untuk pela+anan TB1 +International Standards for T* Care. ISTC, dan +&atients/ Charter 0or T* Care" -CTC,$ -ada
tahun
)((2 International Standards for Tuberculosis
Care
+ISTC,
dikembangkan oleh semua organisasi profesi internasional dan diperbarui pada tahun )((;$
Standar
tersebut
*uga
didukung
oleh
organisasi
profesi
di IndonesiaMM
International Standar ds for Tuberculosis Care merupakan standar minimal yang
TB" yang terdiri atas 8 standar untuk penegakan diagnosis TB" / standar untuk pengobatan TB" . standar untuk penyakit penyerta dan infeksi 5I9 pada TB dan . standar untuk fungsi tanggung harus dipenuhi dalam tata laksana pasien
*awab kesehatan masyarakat$ ."2 Beberapa hal yang perlu diketahui dalam ISTC tersebut adalahG
',
Standar tersebut dibuat dan akan digunakan oleh semua profesi yang terkait
dalam penanggulangan TB di semua tempat" Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
'/
),
Standar digunakan untuk menangani semua pasien
TB" baik TB
anak"
TB
'1
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
paru BTA positif
dan BTA negatif" TB ekstraparu" TB kebal obat serta TB:
5I9" 7,
Tiap orang yang menangani
TB
harus men*alankan fungsi kesehatan
masyarakat dengan tingkat tanggung *awab yang tinggi terhadap masyarakat
dan pasien"
.,
4onsisten dengan pedoman internasional yang sudah ada$
Daftar pustaka '$
Surya
A" Bassri C" 4amso
S" ed$ -edoman #asional -engendalian TB$ )nd ed$
6akarta" IndonesiaG 4ementerian 4esehatan epublik IndonesiaMM )(''$ )$
orld 5ealth &rganiHation$
7$
4ementrian 4esehatan I$ Terobosan menu*u akses universalG strategi pengendalian TB
di
Indonesia )('(%)('.$ 4ementrian 4esehatan I$ 6akarta" )('($
.$
5opewell
-C -3" 3aher D" Uplekar 3" aviglione
3C$ International standards
for
tuberculosis care +ISTC,$ =ancet Infect Dis$ )((8MM8G/'(%)2$
2$
Tuberculosis Coalition
for Technical Assistance$ International standards
for tuberculosis care
+ISTC," )nd ed$ Tuberculosis Coalition for Technical Assistance$ The 5ague" )((;$
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
';
BAB I.
TUBERKUL+SIS
PARU
Tersangka pasien TB adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau ge*ala klinis mendukung TB + sebelumnya dikenal sebagai suspek TB ,
Adalah seorang pasien TB yang hasil pemeriksaan
sediaan biologinya positif
dengan pemeriksaan mikroskopis" biakan atau diagnostik cepat yang diakui oleh GB)
-=9D& W55MS5UC
85-D SD9=5 LD6 -5-54= <5@=9= == 4DU9
dicatat tanpa memandang apakah pengobatan TB sudah dimulai ataukah belum$ Termasuk dalam tipe pasien tersebut adalah G
%
-asien TB paru BTA positif G -asien
TB yang hasil pemeriksaan
cara pemeriksaan
mikroskopis
sediaan dahaknya positif
langsung" biakan
dengan
atau tes diagnostik
cepat +misalnya
Adalah seseorang yang
tidak -5-54=
<5@=9=
S5-5U=#9DD bakteriologis$
memulai pengobatan
sebagai pasien
TB namun
!5U
Termasuk dalam tipe pasien ini adalah G
% Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil mendukung
foto
toraks sangat
gambaran TB
%
Pasien TB ekstra paru CDSD 4D9=& #@U-D9= S5-5U=#9DD &D!UDCU=-
%
-asien TB dengan diagnosis klinis apabila kemudian terbukti hasil
atau setelah men*alani pengobatan, 4DU9 <=#&D9=@#D9=#D #5-!D&= 95!D6D= SD9=5 /0 <56D pemeriksaan laboratorium BTA positif +sebelum
#@U-D9= 4D9=& )(
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
%
S5-5U=#9DD !D#C5U=&6=9 95!D6D=-DD <5@=9= SD9=5 C5U95!C <=DCD9
4eluhan" ge*ala dan kondisi klinis sangat kuat mendukung TB
4ondisi pasien perlu segera diberikan pengobatan misal
G
pada
TB
meningen" TB milier" pasien dengan 5I9 positif dsb$
Tindakan pengobatan untuk kepentingan pasien dan sebaiknya diberikan
atas persetu*uan tertulis dari pasien atau yang diberi kuasa$
Apabila
fasilitas
memungkinkan"
segera
diupayakan
pemeriksaan
penun*ang yang sesuai misal G pemeriksaan biakan" pemeriksaan diagnostik cepat dsb$ untuk memastikan diagnosis$
Semua orang dengan batuk produktif dua sampai di*elaskan
tiga minggu
yang tidak dapat
sebaiknya dievaluasi untuk TB$ Standar 1 International Standards for Tuberculosis Care
?=D69=9 /0 <56D #@U-D9= !D#C5U=&6=9 DCD #&=A=9
lokasi anatomi penyakitMM
45
riwayat pengobatan sebelumnyaMM
hasil bakteriologis tahun 45
dan u*i resistensi &ATMM
+pada revisi guideline 5&
)('7 hanya tercantum resisten obat, 45
status 5I9$ 1
45
TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial$ Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
)'
/0 -=&=5U <=#&D9=@#D9=#D 95!D6D= /0 SDU #DU5D C5U
7D9=5 LD6 -56D&D-= /0 SDU
TB ekstraparu adalah kasus paru
seperti
pleura"
TB
kelen*ar
yang melibatkan organ
getah
bening"
di luar parenkim
abdomen"
saluran
genitourinaria" kulit" sendi dan tulang" selaput otak$ 4asus TB ekstraparu dapat
atau histologis dengan #@U-D9= !D#C5U=&6=9
ditegakkan secara
semaksimal mungkin
klinis
setelah
diupayakan
1,#
E
'asus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat &AT sebelumnya
riwayat mendapatkan &AT
E
atau
kurang dari ' bulan$ sebelumn+a adalah pasien yang pernah
!&D DCD &5!=4 $D99 =A= <=#&D9=@#D9=#DA &5!=4 &D3C
-5
berdasarkan hasil pengobatan terakhir sebagai berikutG o
'asus kambuh adalah pasien yang sebelumnya
pernah mendapatkan
dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan saat ini ditegakkan diagnosis TB episode rekuren &AT +baik
untuk
kasus yang benar%benar kambuh atau episode baru yang
disebabkan reinfeksi,$ o
'asus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya pernah
mendapatkan &AT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan$ o
'asus setelah putus obat adalah pasien yang pernah menelan &AT
atau
'
dan tidak meneruskannya selama lebih dari ) bulan berturut% turut atau dinyatakan tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan$ +-ada U5=9= 6=<5&=5 GB) CD4A #&D9=@#D9= =A= <=U5=9= -53D<= pasien "engan perjalanan pengobatan ti"ak "apat bulan
lebih
"ilacak (loss to follow up) yaitu
&AT o
dan dinyatakan
pasien
mendapatkan
tidak dapat dilacak pada akhir pengobatan,$
$&D9=@#D9= !5U=#C =A= !DU <=CD-!D4#D SD
sebelumnya pernah mendapatkan &AT
))
yang pernah
adalah pasien
dan
hasil akhir pengobatannya
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
tidak diketahui atau tidak didokumentasikan$ Pasien pin"ah adalah pasien yang dipindah dari register TB +TB (7, lain
o
C# -5&D3C#D S56!DCD $&D9=@#D9= =A= C=
o
pasien yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu kategori di atas$
75C=6 <==<5AC=@#D9= U=FDLDC S56!DCD 95!5&-LD #DU5AD C5U
dan u*i resistensi obat atau metode diagnostik
cepat yang telah
disetu*ui 5& +pert 3TB:I>, untuk semua pasien dengan riwayat pemakaian &AT$'")
obat
Semua pasien suspek : presumtif TB harus dilakukan pemeriksaan bakteriologis
-56#@U-D9= S5LD#=C /0 75-5U=#9DD !D#C5U=&6=9 -5U3# SD
berdasarkan biakan atau metode diagnostik cepat yang telah mendapat rekomendasi 5& +pert 3TB: I>,$) -ada wilayah dengan laboratorium *aminan mutu eksternal" kasus TB paru dikatakan
apusan dahak positif berdasarkan terdapatnya paling sedikit hasil pemeriksaan
satu spesimen pada saat mulai pengobatan$ -ada
pemeriksaan apusan dahak adalah BTA positif$ ) 4asus TB paru apusan negatif adalahG)
'$
5asil pemeriksaan apusan dahak BTA negatif tetapi biakan positif untuk
M1 tuberculosis )$ 3emenuhi kriteria diagnostik berikut iniG o
keputusan oleh klinisi untuk mengobati dengan terapi antiTB lengkapMM DA#
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
)7
o
).
temuan radiologis sesuai dengan TB paru aktif DA#G
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
45
kuat berdasarkan laboratorium atau manifestasi
terdapat bukti
klinisMM ATAU 45
bila 5I9 negatif
+atau status 5I9 tidak diketahui tetapi tinggal
di
daerah dengan prevalens 5I9 rendah," tidak respons dengan antibiotik
9S5#CU- &D9 <= &DU ) X/
D
E
DCD klinis yang memiliki hasil positif untuk tes infeksi 5I9 yang dilakukan pada saat ditegakkan pasien
diagnosis
TB atau memiliki
bukti
dokumentasi bahwa
telah terdaftar di register 5I9 atau obat antiretroviral +A9, atau
praterapi A9$
D
E
!D#C5U=&6=9 atau klinis yang memiliki hasil negatif untuk tes 5I9 yang dilakukan pada saat
di kemudian hari
ditegakkan diagnosis TB$ Bila pasien ini diketahui 5I9 positif
4DU9 <=959D=#D #&D9=@#D9=LD D
E
#@U-D9= bakteriologis memiliki
atau
bukti dokumentasi diketahui
klinis yang tidak memiliki telah
terdaftar
hasil
dalam register
tes 5I9 dan tidak
5I9$
Bila
pasien
ini
B"; S9=C=I <=#5-<=D 4DU= 4DU9 <=959D=#D #&D9=@#D9=LD
3enentukan dan menuliskan status 5I9 adalah penting untuk mengambil keputusan
pengobatan"
pemantauan
dan menilai kiner*a program$ Dalam
kartu berobat
TB" 5& mencantumkan tanggal pemeriksaan 5I9" dimulainya terapi SU@&D#9=9 #CU=-#9DK& <=-&D=LD C5UDS= DC=U5CU=UD& dan register
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
)2
+dewasa" rema*a" dan anak yang dapat mengeluarkan dahak, yang dicurigai sebaiknya mengirimkan dua spesimen dahak untuk pemeriksaan mikroskopik
Semua pasien TB paru
ke laboratorium yang ter*amin kualitasnya$ Bila mungkin diperoleh paling sedikit satu spesimen pagi karena memiliki hasil yang terbaik$ Semua orang dengan temuan
foto
toraks tersangka
TB sebaiknya mengirimkan spesimen
dahak untuk pemeriksaan mikrobiologi$ Standar 2 dan 4 International Standards for Tuberculosis Care
B. Diagnosis tuberkulosis
TB ditegakkan berdasarkan terdapatnya paling sedikit satu spesimen #@U-D9= M1 tuberculosis atau sesuai dengan gambaran histologi TB atau bukti
Diagnosis
klinis sesuai TB$
5& merekomendasi pemeriksaan
u*i resistensi rifampisin dan : atau isoniaHid
terhadap kelompok pasien berikut ini pada saat mulai pengobatanG
E
Semua pasien dengan riwayat &AT$7". TB resisten obat banyak didapatkan pada
pasien dengan riwayat gagal terapi$2
E Semua pasien dengan 5I9 yang didiagnosis TB aktif khususnya mereka yang tinggal di daerah dengan prevalens sedang atau tinggi TB resisten obat$
E
-asien dengan TB aktif setelah terpa*an dengan pasien TB resisten obat$
E
Semua pasien baru di daerah dengan kasus TB resisten obat primer Y70$8 5& *uga merekomendasi u*i resistensi obat selama pengobatan berlangsung pada situasi berikut iniG
E
-asien baru atau riwayat &AT dengan apusan dahak BTA tetap positif pada akhir
fase
intensif maka sebaiknya melakukan apusan dahak BTA pada
bulan berikutnya$
6ika
biakan M1 tuberculosis
hasil apusan BTA tersebut masih positif maka
dan u*i resistensi
obat atau pemeriksaan
pert
3TB:I> harus dilakukan$
)8
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
%eto"e konensional uji resistensi obat
-5<#6 S566DD -5C<5 !=D#D -5<=D >D=U
%eto"e cepat uji resistensi obat -uji "iagnostik molekular cepat
dan mendeteksi resisten U=ID-S=9=
2pert
assay
tuberculosis
resisten obat dengan u*i kepekaan obat konvensional masih digunakan sebagai baku
emas +old standard,1 -enggunaan pert 3TB:I> tidak menyingkirkan kebutuhan metode biakan dan u*i resistensi obat konvensional yang penting untuk menegakkan
<=D69=9 <5@=C=I /0 SD
?=D69=9 /0 <=C56D##D !5U
atau
sesuai dengan gambaran histologi TB atau bukti klinis dan radiologis sesuai
TB$
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
)/
Suspek TB
Sputum mikroskopia +BTA,
BTA +,
>oto toraks
BTA +%,
4asus deZnitif TB BTA +,
=ihat klinis dan foto toraks
Tidak sesuai TB
Antibiotik ) minggu
-erbaikan
Bukan TB
Sesuai TB
4asus TB BTA +%,
Tidak perbaikan" klinis sesuai TB
&bati sesuai kasus TB BTA +%, serta melakukan pemer iksaan biakan sputum 3$tb
/ambar (.1. Algoritme diagnosis TB paru pada dewasa
)1
TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
C. Pengobatan tuberkulosis paru Tu*uan pengobatan TB adalahG) 45
3enyembuhkan" mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien
45
3encegah kematian akibat TB aktif atau efek lan*utan
45
3encegah kekambuhan TB
45
3engurangi penularan TB kepada orang lain
45
3encegah perkembangan dan penularan resisten obat$
obat kombinasi dosis tetap +4DT, untuk mengurangi risiko ter*adinya TB resisten obat akibat monoterapi$ Dengan 4DT pasien tidak dapat memilih obat yang diminum" *umlah butir obat yang harus diminum lebih sedikit sehingga dapat meningkatkan ketaatan pasien dan kesalahan resep oleh dokter *uga diperkecil karena berdasarkan berat badan$)"1 Dosis harian 4DT di Indonesia distandarisasi men*adi empat kelompok berat badan 7(%7/ kg BB" 71%2. kg BB" 22%/( kg BB dan lebih dari /( kg BB$; World
Health
Orani!ation merekomendasikan
Tabel (.1. Dosis dewasa
rekomendasi
&AT lini pertama untuk
Dosis rekomendasi 5arian
&AT
7 kali per minggu
Dosis
3aksimum
Dosis
3aksimum
+mg:kgBB,
+mg,
+mg:kgBB,
+mg,
2 +.%8,
7((
'( +1%'),
;((
ifampisin
'( +1%'),
8((
'( +1%'),
8((
-iraHinamid
)2 +)(%7(,
%
72 +7(%.(,
%
!tambutol
'2 +'2%)(,
%
7( +)2%72,
%
StreptomisinW
'2 +')%'1,
'2 +')%'1,
'(((
IsoniaHid
W-asien berusia di atas 8( tahun tidak dapat mentoleransi lebih dari 2((%/(( mg per hari" beberapa pedoman merekomendasikan dosis '( mg:kg BB pada pasien kelompok usia ini$ -asien dengan berat badan di bawah 2( kg tidak dapat mentoleransi dosis
lebih dari 2((%/2( mg per hari$ Dikutip dari +),
Semua pasien +termasuk mereka yang terinfeksi 5I9, yang belum pernah diobati harus diberi paduan obat yang disepakati secara internasional menggunakan obat yang bioavailabilitasnya telah diketahui$
>ase inisial seharusnya
terdiri atas isoniaHid"
rifampisin" piraHinamid"
dan etambutol$ >ase lan*utan seharusnya terdiri atas isoniaHid dan rifampisin yang diberikan selama
. bulan$ Dosis obat anti TB yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi internasional$ 4ombinasi dosis tetap yang terdiri atas kombinasi ) obat +isoniaHid," 7 obat +isoniaHid" rifampisin" dan piraHinamid," dan . obat +isoniaHid" rifampisin" piraHinamid" dan etambutol, sangat direkomendasikan$ Standar 8 International Standards for Tuberculosis Care
Pa"uan obat stan"ar untuk pasien "engan kasus baru -asien dengan kasus baru diasumsikan peka terhadap &AT kecualiG) o
tinggal di daerah dengan prevalens tinggi resisten isoniaHid
ATAU o
riwayat kontak dengan pasien
TB resisten
obat$ -asien kasus baru seperti
ini cenderung memiliki pola resistensi obat yang sama dengan kasus sumber $ -ada
kasus ini sebaiknya
pengobatan
dilakukan
u*i
resistensi
obat
se*ak
awal
dan sementara menunggu hasil u*i resistensi obat maka paduan
obat yang berdasarkan u*i resistensi obat kasus sumber sebaiknya dimulai$ =ihat Tabel (.#.
-aduan )5F!:85! didapatkan lebih banyak menyebabkan kasus kambuh dan kematian
dibandingkan paduan
)5F!:.5$ '( Berdasarkan
hasil penelitian
metaanalisis ini maka 5& merekomendasikan paduan )5F!:.5$) -asien yang menerima &AT
tiga
kali seminggu memiliki angka resistensi obat yang
lebih
tinggi dibandingkan dengan yang menerima pengobatan harian$ &leh
sebab
itu 5& merekomendasikan pengobatan dengan paduan
periode pengobatan &AT +)5F!:.5, pada pasien dengan
harian sepan*ang
TB
paru kasus
baru dengan alternatif paduan )5F!:. 5 yang harus disertai pengawasan ketat
secara langsung
7
7
oleh pengawas menelan obat +-3&,$ )"'' &bat program yang berasal dari pemerintah
Indonesia memilih menggunakan paduan )5F!:. 5 dengan pengawasan ketat 7 7 secara langsung oleh -3&$
Tabel (.#. Pa"uan obat stan"ar pasien TB kasus baru -"engan asumsi atau "iketahui peka AT >ase intensif
>ase lan*utan
5F! ) bulan
5 . bulan Dikutip dari +),
Berdasarkan hasil penelitian metaanalisis maka 5& merekomendasikan paduan standar untuk TB paru kasus baru adalah )5F!:.5
0ekomen"asi A -aduan alternatif )5F!:.75 7 harus disertai pengawasan ketat secara langsung untuk setiap dosis obat$ 0ekomen"asi B
Global &lan to Stop T* #$$3-#$%4 mencanangkan target untuk semua pasien dengan riwayat
pengobatan
&AT harus
diperiksa
u*i
&AT pada
resistensi
awal
dan rifampisin -6#= 954=66D
pengobatan$ U*i resistensi obat dilakukan sedikitnya untuk isoniaHi d
dan tu*uannya D
95<=A=
6enis pengobatan &AT ulang bergantung pada kapasitas
laboratorium daerah
Bila terdapat laboratorium yang dapat melakukan u*i resistensi obat berdasarkan u*i molekular cepat dan mendapatkan hasil dalam '%) hari maka hasil ini digunakan untuk menentukan paduan &AT pasien$'7 Bila laboratorium hanya dapat melakukan u*i resistensi obat konvensional dengan media cair atau padat dan mendaparkan hasil dalam beberapa minggu atau bulan maka daerah setempat$
tersebut sebaiknya
menggunakan
paduan empiris sambil menunggu hasil u*i
resistensi obat$) -asien dengan kasus seperti
ini dapat menerima kembali paduan
lini pertama +)5F!S:'5F!:25!,$)"'. -erlu dicatat bahwa pengobatan ulang dengan paduan &AT lini pertama ini tidak didukung oleh bukti u*i klinis$ 3etode ini didesain untuk digunakan pada daerah dengan prevalens rendah TB resisten obat primer dan bagi &AT
pasien yang sebelumnya diobati dengan paduan yang mengandung rifampisin pada
fase ) bulan pertama$'2
-enilaian
kemungkinan
resistensi
obat" berdasarkan
riwayat pengobatan
terdahulu"
pa*anan dengan sumber yang mungkin resisten obat" dan prevalens resistensi obat dalam masyarakat seharusnya dilakukan pada semua pasien$ U*i resistensi obat seharusnya dilakukan pada awal pengobatan untuk semua pasien yang sebelumnya pernah diobati$ -asien yang apus dahak tetap positif setelah pengobatan tiga bulan selesai dan pasien gagal pengobatan" putus obat" atau kasus kambuh setelah pengobatan harus selalu dinilai terhadap resistensi obat$
Untuk pasien dengan kemungkinan resistensi obat" biakan
obat
setidaknya
meminimalkan
dan u*i sensitivitas:resistensi
terhadap isoniaHid dan rifampisin seharusnya dilaksanakan segera untuk kemungkinan penularan$ Cara%cara pengontrolan infeksi yang memadai
seharusnya dilakukan$ Standar 11 International Standards for Tuberculosis Care
Pemantauan respons pengobatan Semua pasien harus dipantau untuk menilai respons terapi$ -emantauan yang regular
D#D -5-ID9=&=CD9= S56!DCD &56#DS =<5C=@#D9=
CDCD
&D#9DD U5D#9= !DC
tidak diinginkan$ Semua pasien" -3& dan tenaga kesehatan sebaiknya diminta untuk melaporkan
ge*ala TB yang menetap atau muncul kembali" ge*ala efek samping
&AT atau terhentinya pengobatan$) Berat badan pasien harus dipantau setiap bulan dan dosis &AT disesuaikan dengan perubahan berat badan$ espons pengobatan TB paru dipantau dengan apusan dahak
BTA$) -erlu
dibuat
rekam
diberikan" respons bakteriologis"
medis
tertulis
yang berisi
seluruh
obat
yang
resistensi obat dan reaksi tidak diinginkan untuk
setiap pasien pada 4artu Berobat TB$)
fase intensif lini pertama baik kasus
5& merekomendasi pemeriksaan apusan dahak BTA pada akhir pengobatan
baru
untuk pasien
dan pengobatan
kedua
+)5F!:.5,
yang diobati
dengan &AT
ulang$ Apusan dahak BTA dilakukan pada akhir bulan untuk
kasus
baru
dan
akhir
bulan
+)5F!S:'5F!:25!, untuk kasus pengobatan ulang$ ekomendasi berlaku untuk pasien dengan apusan dahak BTA negatif$)
ketiga
ini *uga
Apusan dahak BTA positif pada akhir
fase
intensif mengindikasikan beberapa
hal berikut iniG'7 45
supervisi kurang baik pada fase inisial dan ketaatan pasien yang burukMM
45
kualitas &AT
45
dosis &AT di bawah kisaran yang direkomendasikanMM
45
resolusi lambat karena pasien memiliki kavitas besar
yang burukMM dan *umlah kuman
yang
banyakMM 45
terdapatnya komorbid yang mengganggu ketaatan pasien atau respons terapiMM
pasien memiliki respons 45
M1 tuberculosis resisten obat yang tidak memberikan
terhadap terapi &AT lini pertamaMM 45
bakteri mati yang terlihat oleh mikroskop$
>oto toraks untuk memantau respons pengobatan tidak diperlukan" tidak dapat
diandalkan$ '.
ekaman tertulis tentang pengobatan yang diberikan" respons bakteriologis" dan efek samping
seharusnya disimpan untuk semua pasien$ Standar 13 International Standard for Tuberculosis Care
%enilai respons pengobatan pa"a pasien TB kasus baru -emeriksaan dahak tambahan +pada akhir bulan ketiga
fase
intensif sisipan,
diperlukan untuk pasien TB kasus baru dengan apusan dahak BTA positif pada akhir
fase intensif$) -emeriksaan
biakan
dilakukan pada
M1
tuberculosis
pasien TB kasus
dan
u*i
resistensi
obat
sebaiknya
baru dengan apusan dahak BTA masih positif
pada akhir bulan ketiga$ Tu*uan utamanya adalah mendeteksi kuman resisten obat
tanpa harus menunggu bulan kelima untuk mendapatkan terapi yang tepat$)
dan u*i
-ada daerah yang tidak memiliki kapasitas laboratorium untuk biakan
resistensi obat maka pemantauan tambahan dengan apusan dahak BTA positif pada bulan ketiga adalah pemeriksaan apusan dahak BTA pada satu bulan sebelum akhir
pengobatan dan pada akhir pengobatan +bulan keenam,$) Bila hasil apusan dahak BTA positif pada bulan kelima
berarti pengobatan gagal
dan
4artu Berobat
atau pada akhir pengobatan
TB ditutup dengan
hasil QgagalR
dan 4artu Berobat TB yang baru dibuka dengan tipe pasien Qpengobatan gagal$R Bila seorang pasien didapatkan
setelah
TB dengan strain resisten obat maka
pengobatan dinyatakan gagal kapanpun waktunya$ ) -ada pasien dengan apusan dahak BTA negatif +atau tidak dilakukan,
pengobatan
dan
pada awal
tetap negatif pada akhir bulan kedua pengobatan maka tidak
diperlukan lagi pemantauan dahak lebih lan*ut$ -emantauan dilakukan secara klinis
dan berat badan merupakan indikator yang sangat berguna$)
espons terhadap terapi pada pasien
TB paru harus dimonito r
dengan pemeriksaan dahak
mikroskopik berkala +dua spesimen, waktu fase intensif selesai +dua bulan,$ 6ika apus dahak positif pada akhir
fase
intensif" apus dahak harus diperiksa kembali pada akhir bulan
ketiga dan" *ika positif" biakan dan u*i resistensi terhadap isoniaHid dan rifampisin harus dilakukan$ -ada pasien TB ekstraparu dan pada anak" penilaian respons pengobatan
terbaik
adalah secara klinis$
Standar 10 International Standards for Tuberculosis Care
-emeriksaan dahak tambahan +pada akhir bulan ketiga setelah fase intensif sisipan, diperlukan untuk pasien TB kasus baru dengan apusan dahak BTA positif pada akhir fase intensif$
-emeriksaan biakan M1 tuberculosis dan u*i resistensi obat sebaiknya dilakukan pada pasien TB kasus baru dengan apusan dahak BTA masih positif pada akhir sisipan$
0ekomen"asi A
pengobatan sebelumn+a -ada pasien
dengan
riwayat pengobatan
sebelumnya
bila spesimen
yang
diperoleh pada akhir fase intensif +bulan ketiga, adalah BTA positif maka biakan dahak dan u*i resistensi obat sebaiknya dilakukan$ )
Bila
apusan dahak
dilakukan kembali pengobatan
fase intensif
BTA positif pada akhir apusan dahak BTA pada
+bulan kedelapan,$
Bila
maka sebaiknya
akhir bulan kelima
dan
akhir
hasil apusan dahak bulan kelima tetap
Bila laboratorium yang tersedia sudah biakan dahak dan u*i resistensi obat
positif maka pegobatan dinyatakan gagal$
memiliki kapasitas yang cukup maka dilakukan pada
awal pengobatan dan bila hasil apusan dahak BTA positif saat
pengobatan$)
85-D #D99 /0 <56D #@U-D9= !D#C5U=&6=9
pengobatan ti"ak "apat "ilacak Bila seorang pasien satu kali sa*a tidak berkun*ung untuk mengambil &AT pada fase intensif maka pemberi layanan TB : puskesmas harus menghubungi pasien tersebut dalam satu hari setelah &AT habis" sedangkan
minggu setelah
&AT
habis$
-enting
pada fase lan*utan adalah satu
untuk
mengetahui
penyebab
ketidakhadiran pasien sehingga tindakan yang tepat dapat diambil dan pengobatan dapat dilan*utkan$)
Biakan M1 tuberculosis dan
u*i resistensi obat sebaiknya dilakukan pada pasien yang
menghentikan pengobatan selama ) bulan berturut%turut atau lebih$)
Tabel (.&.
?5@=9= 4D9=& S56!DCD
Sembuh
7D9=5 /0 SDU <56D #@U-D9= !D#C5U=&6=9 SD
-engobatan lengkap
-asien TB yang telah menyelesaikan pengobatan tetapi tidak memiliki bukti gagal T!TA-I tidak memiliki rekam medis yang menun*ukkan apusan dahak BTA atau biakan negatif pada akhir pengobatan dan satu kesempatan sebelumnya" baik karena tidak dilakukan atau karena hasilnya tidak ada$
-engobatan gagal
-asien TB dengan apusan dahak atau biakan positif pada bulan kelima atau setelahnya selama pengobatan$ Termasuk
36D
-asien TB yang meninggal dengan alasan apapun sebelum dan selama pengobatan$
-utus obat +pada revisi guideline 5& )('7
-asien TB yang tidak memulai pengobatan atau menghentikan pengobatan selama ) bulan berturut%turut atau lebih$
<5@9== == <=U5=9= men*adi Qtidak dapat dilacakR, Dipindahkan +pada revisi guideline 5& <5@9== == direvisi men*adi Qtidak dievaluasiR,
-asien yang dipindahkan ke rekam medis atau pelaporan lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui$
-engobatan sukses
6umlah pasien TB dengan status hasil pengobatan sembuh dan lengkap$ Dikutip dari +'"),
-ada pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya bila spesimen yang diperoleh pada akhir fase intensif +bulan ketiga, adalah BTA positif maka biakan dahak dan u*i resistensi
obat sebaiknya dilakukan$ 0ekomen"asi A
TB -ar u
TB -aru 4asus Baru
&AT 4ategori I
TB -aru 4asus -engobatan Ulang
&AT 4ategori II" bila terdapat hasil biakan sputum 3$Tb dan u*i kepekaan obat maka terapi disesuaikan
/ambar (.#$ Algoritme pengobatan TB paru pada dewasa$
fek AT +ang ti"ak "iinginkan pengobatan
Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan
tidak diinginkan
tanpa
ke*adian
yang bermakna namun sebagian kecil dapat mengalaminya$
4arena itu penting memantau klinis pasien selama pengobatan sehingga efek tidak
diinginkan dapat dideteksi segera sehat dapat mencegah
atau
kebas
perempuan
penyakit
ditata laksana dengan tepat$ -asien yang
samping induksi obat$ #europati perifer seperti
rasa seperti terbakar pada tangan atau kaki sering ter*adi pada hamil" infeksi 5I9" penyalahgunaan
hati kronik" gagal gin*al$)
pengobatan
=ihat
efek
dan
pencegahan
alkohol" malnutrisi" diabetes"
-ada pasien seperti ini sebaiknya diberikan
dengan piridoksin )2 mg: hari bersama dengan &AT$'8
Tabel (.(.
<==6=#D )X/
mayor
terapi
maka
pemberiannya$ )
simptomatik$
paduan
&AT
-ada
pasien
atau
&AT
yang
mengalami
penyebab
efek
sebaiknya
samping
dihentikan
Tabel (.(. -endekatan berdasarkan ge*ala untuk mengobati efek tidak diinginkan &AT fek ti"ak "iinginkan -TD
'emungkinan obat pen+ebab
Henti5an obat penyebab dan ru6u5 5epada do5ter ahli seera
Mayor uam kulit dengan atau tanpa gatal
Pengobatan
Sterptomisin" isoniaHid" rifampisin" piraHinamid Streptomisin
Tuli +tidak didapatkan kotoran yang mneyumbat telinga pada pemeriksaan otoskopi, -using +vertigo dan nistagmus, Streptomisin 6aundis +penyebab lain disingkirkan," IsoniaHid" hepatitis piraHinamid" rifampisin Bingung +curigai gagal hati akut Sebagian besar terinduksi obat bila terdapat *aundis, &AT
5entikan &AT
5entikan streptomisin
5entikan streptomisin 5entikan &AT
5entikan &AT
5entikan etambutol 5entikan streptomisin 7an6ut5an O8T. ce5 dosis O8T
Minor Anoreksia" mual" nyeri perut
-iraHinamid" rifampisin" isoniaHid
#yeri sendi
isoniaHid
X9S=U= DCD !DC DC==JD-D9=
isoniaHid
nonsteroid" atau parasetamol -iridoksin 2(%/2 mg: hari+'7,
asa terbakar" kebas atau kesemutan di tangan dan kaki asa mengantuk
isoniaHid
Air kemih berwarna kemerahan
rifampisin
8=
-emberian rifampisin intermiten
malaise" sakit kepala" nyeri tulang,
Berikan obat dengan bantuan sedikit makanan atau menelan &AT sebelum tidur" dan sarankan untuk menelan pil secara lambat dengan sedikit air $ Bila ge*ala menetap atau memburuk" atau muntah berkepan*angan atau terdapat tanda%tanda perdarahan" pertimbangkan kemungkinan !TD mayor dan ru*uk ke dokter ahli segera
-astikan untuk memberi obat sebelum tidur -astikan pasien diberitahukan sebelum mulai minum obat dan bila hal ini ter*adi adalah normal Ubah pemberian rifampisin intermiten men*adi setiap hari'7
Dikutip dari +),
4etaatan
pada
pasien
pengobatan
TB
sangat
penting
untuk
mencapai
kesembuhan" mencegah penularan dan menghindari kasus resisten obat$ -ada QStop
dan mendukung pasien untuk minum &AT merupakan landasan D&TS dan membant u mencapai target keberhasilan pengobatan 120$'/ 4esembuhan pasien dapat dicapai hanya bila pasien dan petugas pelayanan
T* Stratey9 mengawasi
kesehatan berker*asama dengan baik dan didukung oleh penyedia *asa kesehatan dan masyarakat$ '. -engobatan dengan pengawasan membantu pasien untuk minum &AT secara teratur dan lengkap$ Directly
Observed
Treatment
metode pengawasan yang direkomendasikan
Short Course +D&TS, merupakan
oleh
5&
dan merupakan
pendukung yang dapat men*awab kebutuhan pasien$ -engawas menelan
obat bahwa &AT yang ditelan tepat obat" tepat dosis dan tepat interval" di sampingitu
+-3&, harus mengamati pasien
adalah
setiap asupan
paket
obat oleh -3&
sebaiknya adalah orang telah dilatih" yang dapat diterima baik dan dipilih bersama dengan pasien$ -engawasan
dan komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan
!DLD# AC# 5<#D9= =<5AC=@#D9= DUD J5#9=!5& dengan adaptasi terhadap keadaan akan memberikan kesempatan lebih
sehingga nyaman bagi pasien$)"'8"'1
Directly Observed Treatment Short Course mengandung lima komponenG '$
4omitmen pemerintah untuk men*alankan program TB nasional
)$
-enemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopis$
7$
-emberian obat *angka pendek yang diawasi secara langsung$
.$
-engadaan &AT secara berkesinambungan$
2$
3onitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baku : standar$
Pencatatan "an pelaporan program penanggulangan TB Salah
satu komponen
penting
dengan tu*uan untuk mendapatkan
surveilans
adalah pencatatan
dan pelaporan
data yang dapat diolah" dianalisis" diintepretasi"
disa*ikan dan disebarluaskan$ tepat waktu
Data yang dikumpulkan harus akurat" lengkap dan
sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis$ Data program TB diperoleh
dari pencatatan di semua sarana pelayanan kesehatan dengan satu sistem baku$; >ormulir yang digunakan dalam pencatatan
TB di fasilitas pelayanan kesehatan yang
meliputi puskesmas" rumah sakit" balai pengobatan penyakit paru" klinik dan dokter
praktek swasta" dll$ adalahG ;
E
Daftar tersangka pasien +suspek, yang diperiksa dahak S-S +TB$(8,
E
>ormulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak +TB$(2,
4artu E +TB$(',
pengobatan
pasien
TB
E
4artu identitas pasien TB +TB$(),
E
egister TB sarana pelayanan kesehatan +TB$(7 sarana pelayanan kesehatan,
E
>ormulir ru*ukan:pindah pasien +TB$(;,
E
>ormulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan +TB$'(,
E
egister =aboratorium TB +TB$(.,
D. Tuberkulosis resisten obat
$D99 /0 <=#&D9=@#D9=#D
E
isolat M1 tuberculosis kebal terhadap salah satu &AT
-oliresistenG isolat M1 tuberculosis kebal
dua atau lebih &AT lini pertama
lini
selain
kombinasi rifampisin dan isoniaHid$
E
esisten obat ganda atau dikenal dengan multidru-resistant tuberculosis +3D% TB,G
isolat
M1 tuberculosis resisten
rifampisin yaitu &AT yang paling
kuat
minimal dengan
terhada p
atau
isoniaHid
and
tanpa disertai resisten
terhadap &AT lainnya$
E
esisten berbagai &AT : e'tensively
dru-r esistant tuberculosis +D%TB,G adalah
/0 U59=9C5A !DC 6D
dan
salah
satu dari tiga obat
in*eksi
lini
kedua +amikasin" kapreomisin
atau kanamisin,$ E
esisten rifampisinG resisten terhadap rifampisin yang dideteksi menggunakan
metode fenotipik
dan genotipik" dengan atau
tanpa resisten terhadap &AT
lain$
ini" baik monoresisten" poliresisten" resisten obat ganda atau resisten berbagai & AT$ tota tall : tot esiste es isten n &AT to totall allyy dru-resistant tuberculosis +TD%TB,G TB E Apapun dengan resisten rifampisin termasuk dalam kategori
resisten
dengan semua &AT lini I dan lini II$
obat ganda diobati dengan &AT lini kedua atau obat pertama ma dan men meny yebabk ebabkan an cadanga cad angan$ n$ &bat lini kedua ini tidak seefektif &AT lini perta -asien TB
resiste resi sten n
lebih banyak efek samping$'; 4riteria suspek TB resisten obat berdasarkan -rogram #asional adalahG
'$
kasus kronik atau pasien gagal pengobatan dengan &AT kategori II"
pasien ien deng dengan an hasi hasill pem pemerik eriksaan saan daha dahak k tetap pos positif itif sete setelah lah bul bulan an ketig ketigaa dengan )$ pas
&AT
kategori II"
pasien n yang pern 7$ pasie pernah ah dioba diobati ti
TB
secara substandar
di fasyankes tanpa D&TS"
termasuk penggunaan &AT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin"
.$
pasien gagal pengo pengobatan batan dengan &AT kategor kategorii I"
pasien en deng dengan an hasil pem pemeriksa eriksaan an daha dahak k tetap posi positif tif setel setelah ah sisi sisipan pan deng dengan an &AT 2$ pasi kategori I"
8$ kasus TB kambuh" pasien en yan yang g kem kembali bali setel setelah ah lalai pad padaa pen pengob gobatan atan kate kategori gori I /$ pasi
dan : atau kategori
II" pasien n TB resisten TB dengan keluhan yang tinggal dekat pasie obat 6D
pasien n suspek 1$ pasie
/0 resisten obat ganda" pasien en koinfeksi ;$ pasi
TB%5I9" yang
tidak memberikan respons klinis terhadap
pengoba pen gobatan tan TB den dengan gan &A &AT T lini per pertam tama$ a$
hasil u*i resistensi dari laboratorium dengan *aminan mutu eksternal$ Semua suspek TB resisten obat ganda diperiksa dahaknya untuk selan*utnya dilakukan pemeriksaan biak biakan an dan u*i resistensi$ 6ika hasil u*i kepe terdapa apatt M1 tuberculosis yang kepekaaa kaaan n terd Diagnosis TB resisten
o bat ganda dipastikan obat
berdasarkan
resisten minimal terhadap rifampisin dan isoniaHid maka dapat ditegakkan diagnosis TB resisten obat ganda$)(
Strategi program pengobatan sebaiknya berdasarkan
data u*i resistensi dan frekuensi
penggunaan &AT di negara tersebut$ Di bawah ini beberapa strategi pengobatan TB resisten obat gandaG';
E
-engobata -eng obatan n padua paduan n
pasien yang
survei vei standar $ Data sur
represen repr esentatif tatif
karena tidak tersedianya
digunak dig unakan an hasil
obat dari
resist res istens ensii
populasi
dasar da sar padua paduan n pengobatan
sebaga seb agaii
pasien n u*i resistensi individual$ Seluruh pasie
akan mendapatkan padu paduan an pen pengob gobatan atan yan yang g sam sama$ a$ -as -asien ien yan yang g dicu dicuriga rigaii TB
resisten obat ganda
E
95!D=#LD <=#@U-D9= <56D 3= U59=9C59= !DC
-engobatan padu berdasarkan an paduan an empiris$ Setiap padua paduan n pengobatan dibuat berdasark riwayat pengobatan
pada popul populasi asi
TB
pasien pasie n sebelumnya
representa repres entatif$ tif$
Biasany Bias anyaa
dan data
paduan padua n
hasil
pengobata pengo batan n
u*i resistensi empiris emp iris
akan
disesuaikan setelah ada hasil u*i resistensi obat individual$ E
-engobatan padua berdasa dasarka rkan n paduan n individual$ -aduan pengobatan ber
riwayat
pengobatan pengobat an TB sebelum sebelumnya nya dan hasil u*i resiste resistensi nsi pasien bersangk bersangkutan$ utan$
obat standar TB resisten obat ganda di Indonesia adalah minimal 8 S=U UDK DK= =DD-=< =< 5CD-!C& #DD-=9= bulan ID95 =AC5A9=I <56D SD<D !DC S= lan*utan dengan &5J#9D9= etionamid" sikloserin dan dilan*utkan '1 bulan fase lan*utan &5J#9D9= 9D9= 5C=D-=< 9=#& 9=#&95U= 95U= P + paduan obat S=UDK=D-=< 5CD-!C& &5J# '1F%+!,%=fE%!to%Cs,$ %Cs,$ !tambutol dan piraHinamid dapat diberikan $ :IN +C Cs : '1F%+!,%=fE%!to namun tidak termasuk obat padua paduan n standar " bila telah terbukti resisten maka -aduan
etambutol tidak diberikan$';")( -engobatan TB resisten obat ganda dibagi men*adi dua fase yaitu yaitu fase intensif dan lan*utan$ =ama fase intensif padua paduan n stand standar ar Indone Indonesia sia adal adalah ah berda berdasarka sarkan n konversi
biakan$
&bat
sunt su ntik ik
dibe di beri rika kan n
sela se lam ma
fas asee
inte in tens nsif if
dite di terus ruskan kan
sekurang%%
kurangnya
8 bula bulan n atau minimal . bula bulan n setelah konversi biakan$ #am #amun un rekomendasi 5& tahun )('' menyebutkan fase intensif intensif yang yang direkomendasikan direkomendasikan paling sedikit 1 bulan$$ -endekatan individual termasuk hasil biaka bulan biakan" n" apus apusan an dahak BTA" foto toraks dan keadaan klinis pasien *uga dapat membantu mem memutuskan utuskan menghentikan Sedangkan total lamanya lamanya pengobatan paduan standar yang yang pemakaian obat suntik$ Sedangkan konversii biakan adalah meneru meneruskan skan berda be rdasark sarkan an konvers setelah konversi
pengobatan pengoba tan
minimall '1 bulan minima
biakan$ biaka n$ #am #amun un 5& tahun )('' merekomendasikan total lamanya pengobatan adalah paling sedikit )( bulan$)"';
Daftar pustaka '$
U&< B5D&C4 )U 6D=KDC= 6D=KDC= ?5@=C @ =C= = D< U5SUC=6 IUD-5F IUD-5FU# U# IU C!5U>&9= C!5U>&9=9 9 U5=9=
G
)$
orld 5ealth &rganiHation$ Treatment of tuberculosisG guidelines$ .th ed$
5& -ressMM
)('($ 7$
orld 5ealth &rganiHation$ The
editor$
orld 5ealth &rganiHation$ The global 3D%TB D%TB D%TB response plan )((/%)((1$
2$
orld 5ealth &rganiHation$
8$
!spinal 3" aviglione 3C$ >rom threat to realityG the real face of multidrug%resistant tuberculosis$ Am 6 of espir and Crit Care 3ed$ 3ed$ )((1MM'/1G)'8%/$
/$
orld 5ealth &rganiHation$
1$
3enHies D" Benedetti A" -aydar A" 3artin I" oyce S" -ai 3" et al$ !ffect of duration and intermittency of rifampin on tuberculosis treatment outcomesG a systematic review and meta%
analysis$ -loS 3edicine$ )((;MM8+;,Ge'((('.8$
;$
Surya A" Bassri C" 4amso S" ed$ -edoman #asional -engendalian TB$ )nd
ed$ 6akarta"
IndonesiaG 4ementerian 4esehatan epublik epubl ik IndonesiaMM )(''$
'($ Barnard 3" Albert 5" CoetHee <" &[Brien " Bosman 3!"$ apid molecular screening for multidrug%resistant tuberculosis in a
high%volume public health laboratory in South Africa$ Am 6
of espir and Crit Care 3ed$ )((1MM'//G/1/%;)$
Infectious Diseases Society Society of America$ America$ Treatment of ''$ American Thoracic Society" CDC" Infectious tuberculosis$ 3orbidity and 3ortality eekly eportG ecommendations and eports$ )((7 Contract #o$G %''$
')$ 3enHies D" Benedetti A" -aydar -aydar A" oyce S" -ai -ai 3" Burman " et al"$ StandardiHed treatment of active tuberculosis in patients with previous pr evious treatment treat ment and:or with mono%resistance mono%r esistance to
isoniaHidG a systematic review and meta%analysis$ -loS 3edicine$ )((;MM8+;,Ge'((('2($
'7$ Toman 4$ Toman[s tuberculosis$ Case detection" treatment" and monitoringG Vuestions and answers$ )nd ed$
'.$
illiams <" Alarcon !" 6ittimanee 6ittimanee S" alusimbi 3" Sebek 3" Berga !" et al$ Care during the intensive phaseG promotion of adherence$ Int 6 of Tuberc and =ung Dis$ )((1MM')+8,G8('%2$
'2$ orld 5ealth &rganiHation$ The Stop TB TB StrategyG building on and enhancing D&TS to meet
the TB%related 3illennium Development
'8$
usen ID I%4#" Alarcon !" Billo #" Bissell 4" Boillot >" et al$ Cochrane systematic review of directly observed therapy for treating tuberculosisG good analysis of the wrong outcome$ Int
6ourn of Tuberc and =ung Dis$ )((/MM''+),G')(%'$ '/$ 5opewell -C -3" 3aher D" Uplekar 3" aviglione 3C"$ International standards for tuberculosis care$ =ancet Infectious Diseases$ )((8MM8+'',G/'(%)2$
'1$ 5&:IUAT=D
';$ orld 5ealth &rganiHation$
)($ -erhimpunan Dokter -aru Indonesia$ TBG -edoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia$ TB T4" editor$ 6akartaG -D-IMM )(''$
BAB .
TUBERKUL+SIS
A.
PADA
KEADAAN KHUSUS
Tuberk ulosis
Milier
ene$akkan dia$nosis TB milier
meru(akan
tantan$an yan$
da(at
menimbulkan kera$uan (ada dokter yan$ ber(en$alaman sekali(un# * *** ***** **** ** **** ** **** ***** ***** *****+*6 * ******* ** **** ** * ** *** * **** ****** *** *6 ******** ** !R&T relati7 sensiti7 dan menun%ukkan $ambaran nodul milier yan$ terdistribusi ******* *** ** *** +*6 CT 45Scan dan magnetic ** 8 resonance imaging 9RI: ber$una untuk menentukan keterlibatan or$an lain 9TB ekstra(aru: (ada *** **** ***** ** **** *8 ******* ******** * *****6 ******** ************* *** ***** * ** * *6 ******** ** * M. tuberculosis dari * ** *6 * ** ** ** * *** * ** ** *** ** **** ** ** ****** * dia$nosis# Tuberkulosis milier yan$ tidak diobati akan berakibat 7 atal dalam - ta;un# Dia$nosis dan (emberian anti tuberkulosis se$era da(at menyelamatkan **** * **** ** * 8 *** **** * ****** *6 ** *** ***** * * * * * interaksi obat (ada !I)
tuberkuloma otak#/Kriteriadia$nosis milier='$
-resentasi
klinis
sesuai
dengan
TB
diagnosis
tuberkulosis
seperti
demam
dengan peningkatan suhu di malam hari" penurunan berat badan" anoreksia" takikardi" keringat malam menetap setelah pemberian antituberkulosis selama 8 minggu$ )$ >oto toraks menun*ukkan gambaran klasik pola milier 7$ =esi paru berupa gambaran retikulonodular
difus bilateral di belakang bayangan
milier yang dapat dilihat pada foto toraks maupun 5CT
.$ Bukti mikrobiologi dan atau histopatologi menun*ukkan tuberkulosis
Pen$obatan milier=
TB
E
awat inap
E
-aduan
E
-ada keadaan khusus +sakit berat," tergantung
dan
obatG keadaan klinis" radiologi
evaluasi pengobatan" maka pengobatan lan*utan dapat diperpan*ang
E
-emberian kortikosteroid tidak rutin" hanya diberikan pada keadaan
%
tanda : ge*ala meningitis
%
sesak napas
%
tanda : ge*ala toksik
%
demam tinggi
B. Tuberkulosis Paru "engan Diabetes %elitus Diabetes melitus +D3, merupakan salah satu faktor risiko tersering pada pasien TB paru$ Saat ini" prevalens ter*adinya TB paru meningk at seiring dengan peningkatan
prevalens pasien D3$ >rekuensi D3 pada pasien TB dilaporkan sekitar '(%'20 dan prevalens penyakit infeksi ini )%2 kali lebih tinggi pada pasien diabetes dibandingkan dengan kontrol yang non%diabetes$7 Diabetes
berhubungan
dalam pengobatan
dengan
tuberkulosis$
risiko relatif gabungan kegagalan isiko relatif untuk
kematian
peningkatan -asien
risiko
dengan
kegagalan
diabetes
dan
melitus
kematian
mempunyai
dan kematian sebesar '"8; +I4 ;20" '"78%)"'),$
dalam
pengobatan
+I4;20" '"2)%)"78,$ Diabetes *uga berhubungan dengan 7"1; +I4
tuberkulosis
sebesar
'"1;
dengan peningkatan risiko relaps
;20 )".7%8")7,$.
-asien TB%D3 infeksinya lebih berat +.20 vs ))"/0, +p\("('," muatan mycobacterial
+)"; '"7 +,
vs '"; '"/ +, +p\("('," tingkat kegagalan pengobatan yang lebih tinggi +'/0 vs )0, dan waktu konversi yang yang
lebih banyak
lebih lama )"2 7 bulan vs '"8 '".
bulan$ Setelah
' tahun" pasien TB%D3 cenderung
lebih
banyak yang men*adi TB resistens obat ganda dibanding TB non D3 +20 vs ("1 0
pP("(280,$ -asien
TB%D3 *uga mengalami keterlambatan pemulihan indeks massa
tubuh dan kadar hemoglobin yang merupakan hal terpenting pada proses pemulihan$2"8 -enanganan gula darah
dilakukan
TB%D3 harus difokuskan pada diagnosis awal" pengendalian kadar serta monitoring ketat klinis dan pengobatan$ Dengan demikian perlu skrining TB yang teratur pada pasien D3" terutama yang
menun*ukkan 653D&D LD6 9S59=@# / ekomendasipengobatan tuberkulosis dengan diabetes melitusG E
-aduan &AT pada prinsipnya sama dengan
gula
darah terkontrol Apabila kadar E
E
E E
gula
TB
tanpa D3" dengan syarat kadar
darah tidak terkontrol" maka lama pengobatan dapat dilan*utkan
sampai ; bulan 5ati%hati dengan penggunaan etambutol" karena
efek
samping etambutol pada
mataMM
sedangkan pasien D3 sering mengalami komplikasi kelainan pada mata -erlu diperhatikan penggunaan rifampisin karena akan mengurangi efektivitas obat oral antidiabetes +sulfonil urea, sehingga dosisnya perlu ditingkatkan -erlu pengawasan sesudah pengobatan selesai" untuk mendeteksi dini bila ter*adi kekambuhan
Dianosis T* pada &asien HI
Deteksi dini tuberkulosis pada pasien 5I9 harus dilakukan dengan teliti dan diperlukan pengalaman praktisi$ Diagnosis
/0 SD
TB
pada pasien 5I9 berbeda dengan diagnosis
653D&D /0 SD
lebih sering ditemukan pada pasien
pasien tanpa
5I9 sehingga
kemungkinan infeksi
5I9$
dengan 5I9 dibandingkan
bila ditemukan TB ekstraparu Tuberkulosis
ekstraparu
yang
harus dipikirkan sering
ditemukan
adalah limfadenopati pada leher " abdominal" aksila" mediastinal" efusi pleura"
efusi perikardial" efusi peritonealdan meningitis$1
U*i 5I9 dan konseling harus direkomendasikan pada semua pasien yang menderita atau yang diduga menderita tuberkulosis$ -emeriksaan ini merupakan bagian penting mana*emen rutin bagi semua pasien di daerah dengan prevalensi infeksi 5I9 yang tinggi dalam populasi umum" pasien dengan ge*ala dan:atau tanda kondisi yang berhubungan
dan pasien dengan
5I9
riwayat risiko tinggi terpa*an 5I9$ 3engingat terdapat hubungan yang erat
antara tuberkulosis dengan infeksi 5I9 pada daerah dengan prevalensi 5I9 yang tinggi maka
pendekatan
yang
terintegrasi
direkomendasikan
untuk
pencegahan
dan
penatalaksanaan kedua infeksi$ Stan"ar 1( !STC
dini TB
dini 5I9 pada pasien TB keduanya penting untuk meningkatkan penemuan dini koinfeksi TB%5I9 sehingga dapat memulai pengobatan lebih cepat dan keberhasilan pengobatan akan lebih baik$ Algoritma tatalaksana TB%5I9 dapat dilihat pada gambar 2$'$ 5al%hal Baik deteksi
pada pasien 5I9 maupun deteksi
yang perlu diketahui dalam menegakkan
diagnosis pada pasien TB dengan 5I9
adalah sebagai berikutG
E
)%7 minggu"
TB pada pasien 5I9:AIDS batuk bukan merupakan ge*ala umum$ -ada TB%5I9" demam dan penurunan berat badan merupakan ge*ala sedangkan
yang penting$Tuberkulosis ekstraparu perlu diwaspadai pada orang hidup dengan 5I9:AIDS+&D5A,
karena ke*adiannya lebih sering dibandingkan
TB dengan 5I9 negatif$ Tuberkulosis ekstraparu pada pasien 5I9 merupakan tanda bahwa penyakitnya sudah lan*ut$
E
Sputum BTA
TB padapasien 5I9 secaraklinisdanpemeriksaan sputum BTA lebih sering negatif" diperlukan pemeriksaan biakan M1 tuberculosis yang merupakan baku emas untuk diagnosis TB$ -ada &D5A 4arenasulitnya
yang
diagnosis
hasil pemeriksaan
mikroskopik
dahaknya
dian*urkan
karena dapat membantu menegakkan
dilakukan
u*i sensitivitas obat untuk mengetahui
merupakan salah satu faktor risiko
negatif"
biakan
sangat
diagnosis TB$ -erlu *uga TB 3D karena 5I9
TB%3D$1
E
pert 3TB:I> -enggunaanpert 3TB:I> dalam algoritma diagnostik
TB
untuk populasi
&D5A adalah cost-effective dalam mengurangi kematian dini orang dengan 5I9 lan*ut dan sangat cost-effective dalam meningkatkan harapan hidup &D5A yang
memulai
terapi
A9$
Algoritma
menggunakan
pert
3TB:I>
sensitif dibandingkan dengan menggunakan skrining ge*ala" BTA toraks$ -emeriksaan
pert 3TB:I> meningkatkan
waktu dan deteksi resistensi rifampisin
TB dengan
lebih
dan foto
sensitivitas" ketepatan
pada pasien dengan 5I9$ Diagnosis
resisten obat pada pasien dengan 5I9 memungkinkan inisiasi terapi
yang tepat$1";
E
>oto toraks
foto toraks bervariasi baik lokasi maupun bentuknya$ Umumnya gambaran foto toraks pada TB terdapat di apeks" tetapi pada TB%5I9 bukan di apeks terutama pada 5I9 lan*ut$ -ada TB%5I9 awal gambaran foto
toraks dapat sama dengan gambaran foto toraks TB pada umumnya" namun
6D-!DUD IC CUD#9 9DA6DC C=
E
-enggunaan antibiotik pada pasien suspek TB dengan 5I9 positif$ -emberian antibiotik pada pasien suspek TB paru sebagai alat bantu diagnosis TB paru tidak direkomendasikan lagi karena hal ini dapat konsekuensi TB diagnosis menyebabkan keterlambatan dengan keterlambatan pengobatan TB ehingga meningkatkan risiko kematian$ -enggunaan antibiotik Vuinolon sebagai terapi infeksi sekunder pada TB dengan 5I9 positif harus dihindari" sebab golongan antibiotik ini respons terhadap mikobakterium TB sehingga dikhawatirkan menghilangkan ge*ala sementara dan kemungkinan timbulnya kuman kebal obat$ Antibiotik golongan Vuinolon ini dicadangkan sebagai &AT lini kedua$ =ihat /ambar ).1.
/ambar ).1. Algoritme tata laksana TB%5I9
Pencegaan pa!anan >aktor yang dapat meningkatkan
+paru
atau
angka penularan
adalah letak infeksi TB
laring," sputum BTA positif" kavitas serta aerolisasi
saat
batuk
atau
berbicara$ -aparan terhadap pasien TB sputum BTA negatif memberikan transmisi yang lebih rendah dibandingkan pasien pada
orang dengan
5I9
TB sputum BTA positif$9aksinasi
dikontraindikasikan
menyebabkan penyakit TB diseminata$1
karena
potensinya
BC<
untuk
5arus di*elaskan pada pasien 5I9 bahwa
tinggal di lingkungan berisiko tinggi untuk
ter*adinya penularan TB +seperti lingkungan kumuh dan panti *ompo, akan meningkatkan kemungkinan ter*adinya infeksi M1 tuberculosis 0ekomen"asi B
-ada fasilitas kesehatan dan lingkungan berisiko tinggi untuk ter*adinya penularan TB" pasien dengan kecurigaan infeksi TB harus dipisahkan dari pasien lain" terutama dari pasien 5I9
0ekomen"asi A
Pengobatan tuber"ulosis pada pasien #I$ -ada prinsipnya tata laksana pengobatan TB pada pasien dengan infeksi 5I9 sama seperti pasien
TB
tanpa 5I9$ &bat
TB
pada pasien 5I9 sama efektifnya
dengan pasien TB tanpa 5I9$ -engobatan pasien dengan koinfeksi TB%5I9 lebih
sulit dari pada TB pada pasien tanpa 5I9$
-asien TB%5I9 mempunyai sistem
imunitas yang rendah dan sering ditemukan infeksi hepatitis sehingga sering timbul efek samping obat" interaksi antar
obat
yang akan memperburuk kondisi pasien
dan obat harus dihentikan atau dikurangi dosisnya
maka pengobatan
pun
men*adi lebih pan*ang serta kepatuhan pasien sering terganggu$ 1
Semua
pasien
+termasuk
diberikan paduan
obat lini
yang
terinfeksi
5I9,
yang
belum
pernah
diobati
harus
pertama yang disepakati secara internasional menggunakan
obat yang bioavailibilitinya telah diketahui$ Stan"ar 2 !STC
o
>ase awalG ) bulan
o
>ase lan*utanG
o
-emberian
I#5" I>" -FA" dan !3B . bulan I#5 dan I>" atau 8 bulan I#5 dan etambutol I#5 dan !3B selama 8 bulan untuk fase lan*utan
direkomendasi untuk pasien TB dengan 5I9 karena mudah pengobatan atau kambuh$
tidak
ter*adi kegagalan
Semua pasien
TB dengan 5I9 atau
pasien
TB
yang tinggal dilingkungan dengan
prevalens 5I9 tinggi"pengobatan TB fase awal dan fase lan*utan harus diberikan setiap hari 0ekomen"asi A
Untuk pasien yang tidak mungkin diberikan setiap hari" pemberian 7 kali seminggu merupakan
alternatif 0ekomen"asi B
Dosis &AT yang diberikan dian*urkan untuk mengik uti an*uran internasional dan
sangat dian*urkan dalam kombinasi dosis tetap +4DT,$ -rinsip pengobatan pasien
TB% 5I9 adalah mendahulukan
pengobatan TB$ -engobatan antiretroviral +A9,
dimulai sesegera mungkin setelah dapat ditoleransi dalam
)%1 minggu pengobatan
fase awal$ -engobatan A9 sebaiknya hanya diberikan oleh dokter yang telah
dilatih khusus 5I9 karena meningkatkan risiko
obat A9 bisa
berinteraksi dengan &AT
efek samping$ !favirenH
interaksi
samping obat"
dalam terapi &AT$ !favirenH
dengan
ringan dibanding #evirapine$ -ada pemberian &AT
interaksi antar
dapat
+!>9, mewakili golongan ##TI
baik digunakan untuk pemberian AT pada pasien direkomendasikan karena mempunyai
dan *uga
rifampisin
yang
lebih
dan A9 perlu diperhatikan A9" tumpang tindih efek
obat%obat yang digunakan" peran immune-reconstitution 7:;D&&DW"<= =:G<"&H +IIS, dan masalah
kepatuhan pengobatan$
Semua pasien tuberkulosis dengan infeksi 5I9 seharusnya dievaluasi untuk menentukan perlu:tidaknya pengobatan antiretroviral diberikan selama masa pengobatan tuberkulosis$ -erencanaan yang tepat untuk mengakses obat antiretroviral seharusnya dibuat untuk pasien yang memenuhi indikasi$ Bagaimanapun *uga pelaksanaan pengobatan tuberkulosis tidak boleh ditunda$ -asien tuberkulosis dan infeksi 5I9 *uga seharusnya diberi kotrimoksaHol sebagai pencegahan infeksilainnya$ Stan"ar 1) !STC
-asien dengan infeksi 5I9 mudah sekali terkena infeksi oportunistik sehingga semua pasien
5I9
yang
opportunistik harus
telah
TB
sebagai
salah
satu
infeksi
kotrimoksaHol
sebagai
pencegahan
infeksi
terdiagnosis
diberikan
lain$-ada pusat layanan
#5954DCDA LD6 -5-SLD= ID9=&=CD9 S5-5U=#9DD T?
SU@&D#9=9 #CU=-#9DK&
padaa pasi pasien en direkomendasikan untuk pasien dengan nilai CD. \)(( sel:mm7 pad
telah didiagnosis TB kotrimoksaHol nilai nil ai CD CD.$ .$ -emberia n kotrimoksaHol
5I9 tanpa TB" sedangkan pada pasien 5I9 yang daapat diberikan langsung d tersebut dapat
elihat hat tanpa meli
menurunkan
ke*adian
6iroveci pneumonia pneumonia"" toEoplasmosis
infeksi
infection"
oportunistik malaria
seperti &neumocystis
dll$ Berdasarkan data
observasi pencegah pencegahan an kotrimoksaHol pada pada pasien 5I9 menurunkan mortalitas 2(0$
&emberian Isonia!id sebaai penceahan dan terapi T* laten
-asien dengan 5I9 setelah dievaluasi dengan seksama tidak menderita tuberkulosis aktif" sebaiknya diobati sebagai infeksi tuberkulosis laten dengan isoniaHid selama 8%; bulan Stan"ar 1* !STC
Anak berusia
\ 2 tahun dan individu semua usia dengan infeksi 5I9 yang memiliki kontak
tuberkulosis errat dengan pasien tuberkulosis e
dan setelah dievaluasi dievaluasi dengan seksama tidak menderita
tuberkulosis aktif" sebaiknya diobati sebagai infeksi laten tuberkulosis dengan isoniaHid$ Stan"ar 13 !STC
Sehubungan Indonesia merupakan negara endemik TB" maka hal ini belum
dari implementasi
diterapkan di Indonesia" menunggu hasil ka*ian
awal yang
akan dilakukan oleh 4ementerian 4esehatan$ '(
Tuberkulosis maternal berhubungan dengan peningkatan risiko abortus spontan" mortalitas perinat perinatal" al"
Tuberkulo Tube rkulosis sis
kecil untuk
kongeni kon genital tal
infeksi tuberkulosis
usia
merupakan mer upakan
gestasi
dan
komplikas komp likasii
beratt bera
badan bada n lahir rendah$
yang *aran *arang g
padaa ter*adii pad ter*ad
in utero yang merupakan akibat penyebaran hematogen
mater ma ternal nal$$ Tuberkulosis kongenital sulit didiagnosis didiagnosis karena ge*alanya mirip infeksi neonatal
dan
kongenital
lainnya$
biasanya
muncul
pada
)%7 minggu
pascapartus$
dan foto
toraks biasany biasanyaa abnormal$''
padaa kehamilan A, direkomendasikan untuk TB pad meskipun terdapat peningkatan risiko hepatotoksisitas pada ibu hamil$
IsoniaHid +4ategori 4ehamilan
piridoksin sin tuberkulosis$')Suplementasi piridok 2(mg:hari dian*urkan untuk setiap karena
ibu hamil
yang mengkonsumsi
isoniaHid
<5@9=59= 95U=6 C5U3D<= SD
+4ategori
4ehamilan
C, dapat
menyebabkan
pendarahan
yang
berhubungan dengan hipoprotrominemia pada bayi apabila dikonsumsi pada
pada ibu hamil padaa ibu +'(mg:hari, dan 4 harus diberikan pad igaa trimeste esterr tig rifamp rif ampisi isin n dig digunak unakan an pada trim
trimester ketiga kehamilan$ -enggunaan rifampisin direkomendasikan
dengan tuberkulosis
dan vitamin
bayi se sete tela lah h melahirkan
apabi ap abila la
kehamilan men*elang partus$') !tambutol !tambut ol +4ategor +4ategorii 4ehami 4ehamilan lan A, direkomendasikan direkomendasikan untuk TB pada kehamilan$
-iraHinam -iraH inamid id
+4atego +4at egori ri
4ehami 4eh amilan lan belum
tersedi ter sedia,$ a,$
Sampai Sam pai
saat ini
belum
terdapat laporan efek samping penggunaan pengg unaan obat ini pada penatal penatalaksanaa aksanaan n pasien TB$ Apabila
piraHinamid tidak digunakan maka padua paduan n
obat ;
bulan bula n isoniaHid" rifampisin
dan etambutol dian*urkan$') Streptomisin +4ategori 4ehamilan belum tersedia, berhubungan dengan ototoksisitas *anin
dan TIDA4
DI!4&3!#DAS DI!4& 3!#DASI4A# I4A#
untu un tuk k pengobatan
tuberkulosis
pada wanita hamil$')"'7 >luorokuinolon +4ategori 4ehamilan B7, hanya digunakan pada wanita hamil apabila keuntungan terapi lebih besar dibandingkan risikonya
dan
hanya dapat
digunakan oleh dokter yang sudah berpengalaman dalampenanganan tuberkulosis$') 3eskipun
terdapat
konsentrasi
konsentrasinya minimal
dan
&AT yang
disekresikan pada
ASI
namun
bukan merupakan kontraindikasi pada perempuan
menyusui$ 4onsentrasi &AT pada ASI sangat rendah sehingga tidak bisa diandalkan
C# C5UDS= /0 SD
Ibu dengan TB paru sensitif obat dapat melan*utkan &AT sambil menyusui dan !DL=LD -5
hanya
seharusnya
mendapatkan
didapatkan
)(0 dosis I#5 dibandingkan
sedangkan
untuk
kecil$-ada pasien TB yang menyusui" &AT beberapa &AT dapat
masuk ke dalam
&AT lainnya
dan
dosis yang
dengan
konsentrasinya
lebih
ASI tetap dapat diberikan" walaupun
kecil
ASI" akan tetapi konsentrasinya
tidak menyebabkan toksik pada bayi$ -emberian antituberkulosis
dan
yang cepat dan
tepat merupakan cara terbaik mencegah penularan dari ibu ke bayinya$''%'7
-ada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB dengan rifampisin" dian*urkan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal" karena dapat ter*adi
interaksi obat yang menyebabkan efektivitas obat kontrasepsi hormonal berkurang$ Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan$')"'7 . Tuberkulosis Paru "engan Pen+akit /injal 'ronik
men*alani dialisis serta
-asien dengan penyakit gin*al kronik" sedang
transplantasi
gin*al
mempunyai
peningkatan
tuberkulosis$ espons terhadap u*i tuberkulin
risiko
untuk
pasca
menderita
menurun sekitar 2(0 pada pasien
dengan penyakit gin*al kronik sehingga diagnosis
TB
tidak dapat disingkirkan
pada pasien dengan hasil u*i tuberkulin negatif$ Stadium pada penyakit gin*al kronik
adalahG'. E
Stadium ' G 4lirens
kreatinin dan fungsi normal namun terdapat kelainan traktus
urinarius seperti gin*al polikistik dan struktur abnormal
E
Stadium ) G 4lirens kreatinin 8(%;( ml:menit
E
Stadium 7 G 4lirens kreatinin 7(%8( ml:menit
E
Stadium . G 4lirens kreatinin '2%7( ml:menit
E
Stadium 2 G 4lirens kreatinin \'2 ml:menit dengan atau tanpa dialisis
E
-asien dengan TB paru maupun TB ekstra paru harus menerima anti tuberkulosis standar
<56D -<=@#D9= =C5UD& <9=9 <56D <UD9= 9CD
E
-6 1C# #5-SU@&D#9=9
=9=DK=< tunggal" 7 bulan untuk isoniaHid rifampisin atau .%8 bulan untuk rifampisin tunggal$
E
XSD!=&D SD9=5 LD6 95
E
6ika
pasien menun*ukkan ge*ala
TB
maka dilakukan pemeriksaan untuk mengisolasi
organisme untuk u*i kepekaan$
E
Tuberkulosis ekstra paru harus dipikirkan pada pasien dengan ge*ala sistem
ik atau sistem
9S59=@# LD6 C=
E
ifampisin
dapat berinteraksi
dengan paduan
obat imunosupresan" meningkatkan
kemungkinan penolakan transplantasi" dosis mycophenolatemofetil" sisklosporin
memerlukan
sehingga
penyesuaian
dosis$
takrolimus dan
Dosiskortikosteroid
harus
digandakan pada pasien yang menerima rifampisin$ 0ekomen"asi B
TB
) bulan isoniaHid" rifampisisn" etambutol dan piraHinamid dilan*utkan dengan . bulan isoniaHid dan rifampisin$ -engobatan
yang
dian*urkan
adalah
IsoniaHid dan rifampisin dieliminasi melalui eksresi bilier sehingga tidak diperlukan
penyesuaian dosis$ Selama menerima isoniaHid" pasien dengan gangguan gin*al maupun
gagal gin*al harus diberikan bersama dengan piridoksin untuk mencegah
neuropati perifer $ !ksresi etambutol sehingga diperlukan penyesuaian diberikan
dan metabolit piraHinamid
dosis
untuk
kedua
obat
ter*adi
tersebut$
di gin*al !tambutol
'2 mg:kg BB dan piraHinamid )2 mg:kg BB sebanyak 7E seminggu$
Streptomisin menyebabkan
peningkatan nefrotoksik diberikan
dan ototoksik sehinggga streptomisin sebaiknya tidak
pada pasien dengan
gagal gin*al"
namun
apabila
harus diberikan
maka dosisnya '2mg:kgBB +dosis maksimal ' gram, yang diberikan )%7
kali
kadar obat dalam darah$'7-enyesuaian dosis dalam
seminggu dengan memonitor pemberian
)X/ SD
C5U-=AD&
men*alani hemodialisis dapat dilihat pada Tabel ).1. Dosis
Tabel ).1. penurunan
yang
direkomendasikan
untuk
pasien
dewasa
dengan
fungsi gin*al dan untuk pasien dewasa dengan hemodialisis
Perubahan p" 4rekuensi5
bat
Dosis 6 4rekuensi +ang "isarankan pa"a pasien "engan kliren
pasien "ial+sis IsoniaHid
Tidak ada perubahan
7(( mg sekalisehariatau ;(( mg 7E: minggu
ifampin
Tidak ada perubahan
8(( mg sekali sehari atau 8(( mg 7E: minggu
-iraHinamid
a
)2%72 mg:kg per dosis 7E:minggu +tdk setiap hari,
!tambutol
a
'2%)2 mg:kg per dosis 7E:minggu +tdk setiap hari, Dikutip dari +'.,
-asien dengan pembawa virus hepatitis" riwayat hepatitis
akut
serta konsumsi
alkohol yang berlebihanapabila tidak terdapat bukti penyakit hati kronik dan fungsi
hati normal
dapat mengkonsumsi &AT standar$ eaksi hepatotoksik lebih sering
ter*adi sehingga
perlu diantisipasi
lebih lan*ut$ -ada pasien dengan
hati lan*ut dan tidak stabil" pemeriksaan
fungsi hati harus dilakukan
penyakit sebelum
pengobatan dimulai$ Apabila kadar S<&T Y7E normal sebelum terapi dimulai maka paduan obat penyakit
berikut ini perlu
dipertimbangkan$
Semakin tidak stabil dan lan*ut
hatinya maka semakin sedikit obat hepatotoksik
3onitoring klinis dan pemeriksaan fungsi
hati
yang bisa digunakan$
harus dilakukan secara berkala$'2
-aduan
obat
yang dapat diberikan adalahG '8
E
Dua obat hepatotoksik o
; bulan isoniaHid rifampisin etambutol
o
) bulan isoniaHid rifampisin etambutol
streptomisin diikuti 8 bulan
isoniaHid rifampisin o
E
8%; bulan rifampisin piraHinamid etambutol
Satu obat hepatotoksik o
)
bulan
isoniaHid"
etambutol"
streptomisin
diikuti
'(
bulan
isoniaHidetambutol E
Tanpat obat hepatotoksik o
E
!&D 9CU5SC-=9= 5CD-!C& JU#=&
-enggunaan antituberkulosis pada kelainan hati berdasarkan bergantung dari dera*at beratnya penyakit dan dera*at dekompensasi$ -ada penyakit hati dera*at
B, dapat digunakan satu atau dua obat hepatotoksik sementara seluruh obat hepatotoksik seluruhnya harus dihindari pada sedang +Sirosis Child
sirosis Child C$ E
Bila ada kecurigaan penyakit hati" dian*urkan pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan
E
-ada kelainan hati" piraHinamid tidak boleh diberikan
E
-aduan
obat
yang dian*urkan +rekomendasi 5&, ialah )5!S:85 atau
)5!S:'( 5!
E
-ada pasien hepatitis akut dan atau klinis ikterik" sebaiknya &AT ditunda sampai
hepatitis
akutnya
mengalami
penyembuhan$
diperlukan dapat diberika n S dan !3B maksimal
-ada
keadaan
sangat
7 bulan sampai hepatitis
menyembuh dan dilan*utkan dengan 85
E
Sebaiknya ru*uk ke dokter spesialis paru atau spesialis penyakit dalam
5epatitis imbas obat biasanya ter*adi )( hari setelah terapi antituberkulosis dimulai dan berlangsung selama '. hari$ Insidens kumulatifnya adalah )"220$
paling sering ditemukan adalah mual" muntah dan anoreksia$ Sekitar /;")20 pasien
sembuh"
mengalami perbaikan"
'8";10 pasien
serum S<&T
dan S<-T
dan '"1;0 orang meninggal$ '/ >aktor obat adalah penurunan berat badan ) kg
tetap meningkat
risiko terpenting pada hepatitis imbas
atau lebih
'"1;0 pasien gagal dengan
. minggu pertama pengobatan tuberkulosis$ >aktor risiko lainnya berupa infeksi hepatitis C" usia Y8( tahun dan TB resistens obat ganda$'1
dalam
Sebanyak
770 pasien dengan hepatitis imbas obat tidak menun*ukkan
1 orang dengan hepatotoksisitas berat sehingga pemeriksaan fungsi hati berkala berguna untuk mendeteksi kerusakan hati asimtomatis" mengurangi angka perawatan di S dan meningkatkan komplians pengobatan ge*ala klinis termasuk
tuberkulosis$ ';5epatitis
imbas obat adalah kelainan fungsi hati akibat penggunaan
obat%obat hepatotoksik$Tatalaksana hepatitis imbas obatG'7
Bila klinis +, +Ikterik NK" ge*ala mual" muntah NK, E dihentikan
E Bila ge*ala +, dan S<&T" S<-T Y 7 kali dihentikan E
6
6
&AT
&AT
Bila ge*ala klinis +%," laboratorium terdapat kelainanG
&AT dihentikan
o
Bilirubin Y)
o
S<&T" S<-T Y2
kali
6
&AT dihentikan
o
S<&T" S<-T Y7
kali
6
teruskan pengobatan" dengan pengawasan
6
&aduan O8T yan dian6ur5an >%? 5entikan &AT yang bersifat hepatotoksik E +5F,
E
E
dan laboratorium$ Bila klinis dan laboratorium kembali normal +bilirubin" S<&T" S<-T," maka tambahkan I#5 desensitisasi sampai dengan dosis penuh +7(( mg,$ Selama itu perhatikan klinis dan periksa laboratorium saat I#5 dosis penuh " bila klinis dan laboratorium Setelah
itu" monitor
klinis
kembali normal" tambahkan
rifampisin" desensitisasi sampai dengan dosis
penuh +sesuai berat badan,$
Sehingga paduan obat men*adi 5!S
-iraHinamid tidak boleh diberikan lagi
4esulitan diagnosis tuberkulosis pada penderita
geriatri adalah
memberikan keterangan dengan
untuk
*elas
kurangnya kemampuan mengenai
ge*ala
yang
dirasakan karena keterbatasan tertentu yang terkait usia seperti berkurangnya memori" tuli" buta" confusion state ataupu n gangguan berbicar a$ -enyakit kronik lain dan beberapa *enis penyakit keganasan yang sering ter*adi pada
usia
geriatri
akan memberikan gambaran klinis yang tumpang tindih$)(
Terapi tuberkulosis pada geriatri tidak mudah karena populasi geriatri terutama yang sangat tua tidak dapat diandalkan untuk minum obat secara teratur " pada waktu yang tepat atau dalam dosis yang tepat" terutama *ika beberapa obat harus diminum secara
bersamaan$
3emori yang buruk" penglihatan
yang buruk"
dan kebingungan
mental mungkin men*adi faktor yang mendasari kondisi ini$ -enderita geriatri sering men*adi apatis tentang pengobatan mereka
dan
sering didapatkan kurangnya tekad
atau keinginan untuk menyelesaikan program pengobatan enam bulan$ Dalam suatu studi retrospektif"
telah dilaporkan bahwa penderita geriatri hampir
tiga kali
lipat lebih mungkin untuk bereaksi terhadap &AT dibandingkan dengan pasien%%
pasien
yang lebih muda$ Berbagai penelitian
merupakan prediktor penting
3anfaat
terapi
etambutol
hepatotoksisitas
dan streptomisin
menun*ukkan
bahwa usia lan*ut
akibat
dan
harus
I#5
dipertimbangkan
rifampisin$ terhadap
risiko dalam pengelolaan pasien usia lan*ut dan dosisnya *uga harus disesuaikan
mengingat
efek samping yang sering ter*adi pada pasien geriatri$)(")'
Daftar Pustaka
-# S;arma SK> o;an A> S;arma A# &;allen$es in t;e dia$nosis ? treatment o7 miliary tuber@ulosis# Indian , ed Res# /-/-0191:=30450# /# &;aud;ry LA> Ebtesam B45E> Al45Solaiman S# illiary tuber@ulosis Cit; unusual (aradoi@al HJ L M NO JQU VJW = UU XYZ[[J \] XOW ^_`^ ͖ Ϳ^^`*cMW 7$ Cahyadi" A" 9enty$ TB -aru pada -asien Diabetes 3ellitus$ 6 Indon 3ed Assoc$ )(' 'MM8'G'/7%1$ cW Baker A> !arries AD> ,eon &f> !art ,E> Ka(ur A> Lonnrot; K> et al# T;e im(a@t o7 diabetes on U[ VJ V ZLVQ g[N W D DhW ^_`ϭibj`W L IP ZH ^ 1# YJ] =d ͕ IR >k ͕ kJ l ͕ tR k, ͕ >RJ] mD͕ [J >= ͕ L UW n h[L VUU[ IJ
Y U[J[ U g[Z Jh LVFJL IRLV [J HQJ N[LY HUVJZ U[ HILJQU U [J Y V]J VUQh][LJW = ?V Dh W ``_*Mp^j`W ͖ Ϳ^_``* ?YU=HJ ͕ J] E͕ XZ]Ih ' ͕ q[hU = ͕ ?YU=HJ D͕ S Z oW D' ͕ L UW dY U IP h[L V[h[Z P U[ LVFJL IRLV HHQg IYIL hZ IV
DNJĂ͕ dJJ[W D K W yH Dd m [J QVUZ d hLQJ VJ] HHU U[g[J] N[LY >KW dLVFJ U[ ][hU[JW ct; ed# /-# `cW D[UJ GYVJ E͕ g[ X ͕ InVJ ^͕ J[NO[ ? ͕ qYII ^͕ L UW v[hU[J P Y HgJQJ Jh VJ]VJL IP DZ[V U[ [J P QJ Jh h[ [J hU HQJ [Y YJ[ O[hJZ h[W dYW ͖ Ϳ^_`_**pp_W -1# U[O ͕ h O[[ E͕ ] ^͕ K <͕ q[[U ^͕ L UW DJ]VJL IP Jh [O P ULh YHLILI[[Z h[J] U[ VJW dO dOW ^_`Ϯ Ϳ_^*`MccW `W ;HhYZZ Z \[J]Y W dU[ [J [g [Y[W Dh[[J ;HhLW ^_`Ϯ^^cpjW -3# \YJ] X y[ [R ? tJ] y J >R UW OJ E, ͕ gJ h t d^͕ gJ ULJ m W t[]YL U h[J] U[ VJ [ J [VHJ [O P P h][Jhh YHLILI[[Z W = ERL W ^_`ϭ Ϳ`_M*c__ jW IP YhUh VIJ[L[J] `iW tR ^͕ y[ k ͕ g y ͕ YJ] k ͕ dJ] ^͕ kJ] **L UW n IP U[g JQJ h[J] JQdU[ LVFJL [J HQg IYIL [J Y[JW D XU[ >UYW ^_`Ϯ`^ccW /# > IhYR J ULVJJ ?[[] hhJOVH Z͕ >G t W dU[ [J Y UhUZ [J VJZ W H[ =W ^_`` RŐ͖ͿMja^*bcopp_W , ͕
, ͕
͕
͕
͕
/-# z]HUJ \W dU[ Jh ][J] ]UU YUY HUVW U[J
BAB .I
TUBERKUL+SIS EKSTRAPARU
D
5@A=9= C!5U#&9=9 5#9CUDSDU D
kelen*ar
getah bening"
abdomen"
traktus
genitorinarius" kulit" tulang dan sendi serta selaput otak$ Diagnosis dibuat
kuat
berdasarkan satu spesimen dengan biakan positif atau histologi atau bukti klinis
yang konsisten
dan diikuti keputusan
dengan tuberkulosis ekstraparu
klinisi
untuk memulai terapi antituberkulosis$ -asien dengan diagnosis tuberkulosis paru
dan 5#9CUDSDU <=#&D9=@#D9=#D 95!D6D= #D99 C!5U#&9=9 SDU
-ada semua pasien +dewasa" rema*a
dan
bagian tubuh yang terlibat
untuk pemeriksaan
diambil
'
anak, yang diduga TB ekstraparu" spesimen
mikroskopik
dan dilakukan
pemeriksaan biakan dan histopatologi *ika fasilitas dan sumber daya memadai$ Stan"ar & !STC
Biopsi *aringan dan aspirasi *arum halus bertu*uan untuk mendapatkan bahan yang cukup
untuk
diagnosis$
-emeriksaan
yang
dian*urkan
untuk
diagnosis
tuberkulosis ekstraparu dapat dilihat pada Tabel *.1. Apabila terdapat kemungkinan
TB ekstraparu maka beberapa sampel di bawah ini harus ditempatkan pada pot kering dan dikirim untuk biakan tuberkulosisG) E
Biopsi kelen*ar getah bening
E
-us yang didapatkan pada aspirasi kelen*ar getah bening
E
Biopsi pleura
E
Seluruh sampel bedah dikirim untuk biakan rutin
E
Seluruh sampel radiologis dikirim untuk biakan rutin
E
Sampel histologi
E
Sampel aspirasi
E
Sampel otopsi
Tabel *.1. -emeriksaan yang dian*urkan untuk diagnosis tuberkulosis ekstraparu rgan
Pencitraan
4elen*ar
%
Biopsi
#odus
#odus atau aspirasi
>oto polos dan CT =okasi penyakit
Tulang atau Sendi
3I
1&CUD96UD@
Sistem -encernaan
dan
Disseminata
abses
Biopsi Asites
1U6UD@ =CUD5D 1&CUD96UD@
=okasi penyakit
Urin pagi hari =okasi penyakit 4uret endometrium
5CT Toraks
-aru 5ati Sumsum tulang
Bilasan bronkus 5ati Sumsum tulang Darah
Tuberkuloma
Cairan serebrospinal
=okasi penyakit
=okasi penyakit
1&CUD96UD@
Sistem saraf pusat
Biopsi atau paraspinal Cairan sendi
&mentum Usus besar
CT Abdomen Sistem
Biakan
CT 4epala 3I
4ulit -erikardium
!kokardiogram
-erikardium
Cairan perikardium
Abses hati
1&CUD96UD@
=okasi penyakit
=okasi penyakit Dikutip
dari
+),
Diagnosis cepat untuk kompleks M1 tuberculosis pada spesimen pertama hanya
digunakan apabilaG) '$
$@U-D9= >5SDC <=D69=9 /0 SD
)$ Sebelum melakukan lare contact-tracin initiative 7$ Diagnosis TB ekstraparu tetap dipertimbangkan meskipun hasil diagnosis cepat negatif pada cairan pleura" cairan serebrospinal dan urin
.$
dan
hasil laboratorium
lain
sesuai dengan
TB selaput otak
harus segera diterapi meskipun hasil diagnosis cepatnya negatif karena kondisi pasien dapat mengalami perburukan$
A. Tuberkulosis Pleura
berat badan" malaise" keringat malam hari dapat ter*adi$
napas dilaporkan
ter*adi
pada
/0 kasus$
-leuritis
TB hampir
selalu
melibatkan salah satu hemitoraks sa*a +;(%;20,$7".
9=IDC SD9=!D9=&5U SDD=UD S&5UD -5=6#DC#D 95A9=C=@CD9 ' 7T2 dari 2'"/0 men*adi /("80$) 3etode konvensional seperti pemeriksaan langsung 7U595ACD9= #&=A=9 9S59=@#
cairan
pleura"
biakan
cairan pleura
dan biopsi
pleura terbukti
tidak cukup
dalam -556D##D S&5U=C=9 /0
?=D69=9 S&5U=C=9 /0 D=UDA S&5UD 95A9=C=@CD9ALD C# /0 pleuritis$ -asien diduga TB pleuritis *ika salah satu dari -5>DSD= ketiga tes tersebut menun*ukkan 4D9=& S9=C=I <56D 9S59=@9=CD9 ?=D69=9 /0 S&5U=C=9 <=C56D##DA !=&D #5C=6D pemeriksaan tersebut menun*ukkan hasil positif$ 4ombinasi pemeriksaan antara D<59=5 <5D-=D95
cairan
seoptima l mungkin
dilakukan
sesuai
keadaan
dan dapat diberikan kortikosteroid +5ati%hati pemberian kortikosteroid TB dengan lesi luas dan D3,$ &perasi dilakukan pada kondisi yang berat
dan tidak membaik
dengan terapi medis seperti empiemektomi:pleurektomi dan
dapat disertai dekortikasi$ /
4egagalan men*adi
diagnosis
dan
terapi TB pleuritis
dapat
menyebabkan penyakit
dan dapat melibatkan organ lain pada 820 pasien$ 4omplikasi yang SD&=6 S5C=6 & D
progresif
internal maupun eksternal$ / B. Limfa"enopati Tuberkulosis
=imfadenitis servikal tuberkulosis dapat ter*adi pada pada
usia '(%7(
usia
berapa
pun terutama
tahun$ =imfadenopati lebih sering ter*adi pada perempuan$
77%120 pasien$ Diagnosis ditegakkan melalui D9S=UD9= 3DU- 4D&9
=JD-D9= granulomatous kaseosadengansel =anghans$ 1 Terapi
limfadenopati tuberkulosis
)5F!:.5$
Tidak
sama
terdapat perbedaan
#5#D-!4D DACDUD &D-D S56!DCD yang
mengganggu
keberhasilan
dengan pengobatan angka
kesembuhan
!&D <56D pengobatan
TB
paru
maupun
angka
!&D 85!D4 @CU =#
adalah
pasien
mengalami
perburukan ge*ala selama pengobatan +paradoE upgrade reaction:-U,$ -U bervarisi seperti pembesaran
yaitu
node" node baru atau pengeringan
Tingkat sinus pada
pasien yang telah menerima pengobatan selama minimal '( hari$ -engobatan dapat
diperpan*ang pada
-U dan
diberikan kortikosteroid$ !ksisi bedah dipertimbangkan
pada limfadenitis yang memberikan ge*ala klinis simptomatis dan kasus resistensi pengobatan$; C. Tuberkulosis Saluran 7rogenital
?=D69=9 C!5U#&9=9 9D&UDA U65A=CD& 9&=C #DU5D 653D&DLD 9S59=@# 5al yang paling penting adalah anamnesis pasien$ iwayat infeksi tuberkulosis sebelumnya baik tuberkulosis paru maupun ekstraparu memberikan petun*uk penting
pada banyak kasus$ -eriode laten antara infeksi tuberkulosis
saluran urogenital yang tidak
dapat mencapai 7( tahun$
dan tuberkulosis
miksi dan urgensi kronik
respons terhadap antibiotik dapat mengarah kepada tuberkulosis saluran urogenital$
!pididimimitis
kronik
merupakan
tuberkulosissaluran
manifestasi
urogenital
yang paling sering ditemukan pada saluran genital laki%laki" biasanya ditemukan bersama <56D @9C&D 9#UCD& W53D&D &D=A LD6 C5U#D
hematuria"
frekuensi
miksi bertambahdan
miksi yang sedikit%sedikit dan sering yang
di malam hari dan kemudian dirasakan *uga pada siang hari$ 4olik gin*al *arang ditemukan" hanya ter*adi pada '( persen pasien$ awalnya hanya ter*adi
pasien
pembengkakan
mencari pengobatan$
5ematospermia"
sistitis
rekuren
serta
testis yang menimbulkan rasa nyeri dapat *uga ditemukan pada
tuberkulosis saluran urogenital$'(
Diagnosis
mikrobiologi
tuberkulosis
saluran
urogenital
ditegakkan
melalui
dari urin atau biopsi *aringan pada media padat konvensional atau radiometri$ Setidaknya 7 spesimen urin pagi hari +2 spesimen media biakan =owenstein%6ensen untuk lebih baik, dibiakkan pada +', mengisolasi M1 dan mikobakteria calmette-Guerin +BC<, tb" bacille -56D<6 S5A=9=&=A AC# nontuberkulosis +),media telur S=UDC -56=<5C=@#D9= M1 bovis" yang merupakan anaerob parsialdan tumbuh dibawah isolasi organisme penyebab
permukaan media biakan$ Tiap spesimen harus diinokulasi setelah diambil$ Biakan positif
atau
secepat
mungkin
analisis histologi spesimen biopsi
dikombinasikan dengan -C terkadang masih dibutuhkan SD
yang
SD9=5
C# -5
pola
histologi
atau
deteksi kompleks M11 tb melaui -C
pada )2%7(0 pasien$'("''
Deteksi bakteri tahan asam pada
urin
dengan mikroskopi +pewarnaan asam
Fiehl% #ielsen, tidak dapat men*adi patokan karena dapat
*uga ditemukan M1
smematis LD6 -5USD#D !D#C5U= CD4DA D9D- 36D
X#C=@CD9 !=&6=9 !D#C5U= CD4DA D9D- 4DLD
dapat dilihat melalui penanaman mikobakteria$ '(
5asil laboratorium yang sering ditemukan adalah piuria" albuminuria dan hematuria$
Urin biasanya
steril
dan
pada
leukosit$ 5ematuria makroskopik
sebagian besar
+1(0,
pasien mengandung
ter*adi pada '(0 pasien sedangkan hematuria
mikroskopik ter*adi pada hampir 2(0 pasien$'( -emeriksaan foto polos saluran urogenital sangat penting karena dapat menun*ukkan
#D&9=@#D9= <=
awal penyakit
dapat
mendeteksi perubahan pada
satu
kaliks berupa
nekrosis parenkim$ =esi gin*al dapat tampak sebagai distorsi kaliks$ -ada kaliks dapat ter*adi
@!U9=9 =& -&C=S5& #D&=95D& berat dan destruksi parenkim$ -ada stadium lan*ut dapat ditemukan distorsi kaliseal"
9CU=#CU U5CUD
Diagnosis
Tuberkulosis
Saluran
'$ Suspek )$ iwayat tuberkulosis sebelumnya +TB paru maupun estraparu, 7$
75-5U=#9DD @9=9
2$ U*i tuberkulin 8$ Analisis urin +leukosit" eritosit" bakteri, /$ -emeriksaan radiologis a$ -ielogram intravena b$ CT Scan
?=D69=9 <5@=C=I '$ -emeriksaan mikroskopik +Fiehl%#ielsen pewarnaan asam, )$ 4ultur +urin" pulasan" sekresi" e*akulat" spesimen *aringan, 7$ -C .$ -emeriksaan histologi +spesimen *aringan, dikombinasikan dengan pewarnaan Fiehl #ielsen dan:atau -C
Sebanyak2(%/20
laki%laki dengan tuberkulosis genital mempunyai kelainan radiologis di
saluran kemih sehingga lokasi primer di epididimis harus diperiksa$ 0ekomen"asi B
-aduan
obat
antituberkulosis
8 bulan efektif untuk tuberkulosis
standar selama
saluran urogenital tanpa komplikasi$ -ertimbangan khususdilakukan apabila terdapat gangguan
fungsi
gin*al$
obat antituberkulosis merupakan
3eskipun paduan
terapi utama namun prosedur bedah seperti bedah ablasi dapatdilakukan pada
lagi
sepsis atau abses$ !ksisi bedah pada gin*al yang sudah tidak berfungsi
atau lesi luas pada
gin*al
yang
fungsinya
hanya
sebagian
masih
men*adi
kontroversi$ #efrektomi diindikasikan apabila ter*adi komplikasi seperti infeksi saluran kemih
atas berat
dengan bakteri gram positif maupun gram negatif"
batu dan hipertensi$ Bedah rekonstruksi diperlukan terutama untuk memperbaiki striktur pada ureter ':7 distal
Durasi pengobatan tuberkulosis saluran urogenital adalah 8 bulan komplikasi$ Terapi
untuk kasus tanpa
;%') bulan diberikan pada kasus dengan komplikasi +kasus
kambuh" imunospresi dan 5I9:AIDS, E
4ateter ureter 6 ganda dapat digunakan pada striktur uretra untuk beberapa tu*uan seperti stentin setelah dilatasi" mempertahankan
drainase selama proses penyembuhan
dan
C# 5@#D9= C5UDS= E
#efrektomi direkomendasikan pada pasien dengan hipertensi akibat komplikasi nefropati
tuberkulosis 0ekomen"asi B
D. Tuberkulosis Sistem Saraf Pusat
Sebagian besar pasien dengan TB meningitis memiliki riwayat sakit kepala dengan keluhan tidak khas selama )%1 minggu sebelum timbulnya ge*ala iritasi meningeal$
W53D&D 9S59=@# -5&=SC= -D&D=95 DU5#9=D UD9D &5&D4 <5-D- -=D&6=D
<5@9=C 5U&6=9 I#D& S5U!D4D
perilaku dan penurunan kesadaran$ iwayat TB hanya didapatkan pada sekitar '(0 pasien$ >ototoraks yang menun*ukkan
TB paruditemukan
pada
7(%2(0 pasien$
Sekitar '(0 pasien TB meningitis *uga mengalami TB tulang belakang$ Apabila TB meningitistidak diobati maka dapat menyebabkan kerusakan otak seperti gangguan
mental" paralisis motorik" ke*ang serta perilaku abnormal$'7"'. =ihat /ambar *.1.
ekomendasiG '2 '$
Tuberkulosis meningitis merupakan kegawatan medis" keterlambatan penanganan sangat berhubungan dengan mortalitas$ Terapi &AT empiris harus segera diberikan SD
-5=6=C=9 %D6D -566 #@U-D9=
<=D69=9 molekuler maupun mikrobiologis$ )$ Diagnosis TB meningitis ditegakkan berdasarkan lumbal pungsi dan pemeriksaan seresbrospinal$ Suspek
cairan
TB meningitis apabila terdapat leukositosis
cairan serebrospinal +terutama limfosit," protein cairan serebrospinal meningkat serta
perbandingan
glukosa
cairan
serebrospinal
dan plasma
\2(0$
4etepatan diagnosis meningkat dengan semakin banyaknya cairan serebrospinal +CS, yang diperiksakan untuk pemeriksaan mikroskopik maupun biakan M1
tuberculosis" lumbal pungsi dapat diulang apabila diagnosis masih meragukan$ =ihat /ambar
*.#.
7$
-encitraan penting untuk diagnosis tuberkuloma serebral dan tuberkulosis yang
-5&=!DC#D #U
seperti paru" cairan lambung" kelen*ar getah bening" hati
dan sumsum tulang$
.$
-enatalaksanaan segala bentuk
TB
sistem saraf pusat harus terdiri
obat yaitu isoniaHid" rifampisin" etambutol pertama
dan dilan*utkan
dan piraHinamid
pada
dua
dari . bulan
dengan dua obat yaitu isoniaHid dan rifampisin selama
minimal
'( bulan$ 4ortikosteroid +deksametason atau prednisolon, harus diberikan pada seluruh pasien TB meningitis tanpa melihat dera*atnya$
2$ Semua pasien yang diduga maupun terbukti
TB susunan
saraf pusat harus
ditawarkan untuk pemeriksaan 5I9$ -rinsip diagnosis
dan penatalaksanaan
TBsusunan saraf pusat sama pada pasien dengan dan tanpa infeksi 5I9 meskipun
infeksi 5I9 memperluas diagnosis banding dan terapi anti retroviral mempersulit
penanganan$ -enemuan BTA pada cairan serebrospinal dan *aringan merupakan diagnosis cepat terbaik
E
untuk diagnosis tuberkulosis sistem saraf pusat
di cairan serebrospinal pada hampir 1(0 dewasa dengan TB meningitis meskipun diagnosis tergantung pada volume cairan serebrospinal dan
E
Bakteri dapat terlihat
cara pemeriksaan$ -ada usia berapapun '(0 volume cairan serebrospinal dapat diambil untuk pemeriksaan" setidaknya sebanyak 8 ml cairan serebrospinal$ +Tabel 8$), E
Biopsi *aringan mempunyai nilai diagnostik yang lebih tinggi dibandingkan cairan serebrospinal untuk dignosis tuberkuloma dan tuberkulosis spinal
E
Biopsi otak stereotaktik dapat dipertimbangkan untuk diagnosis tuberkuloma apabila
alat
diagnostik lain gagal menegakkan diagnosis tuberkulosis ekstraneural 0ekomen"asi A
Tabel *.# !stimasi produksi cairan serebrosinal" volume
dan *umlah
yang aman
untuk pungsi lumbal$ -roduksi cairan
Usia
seresbropinal +m:$ *am,
9olume cairan
serebrospinal +ml,
6umlah cairan serebrospinal yang aman untuk diambil
untuk pungsi lumbal
Dewasa
))
'2(%'/(
'2%'/
ema*a
'1
')(%'/(
')%'/
Anak
')
'((%'2(
'(%'2
Bayi
'(
8(%;(
8%;
'
)(%.(
)%.
#eonatus
Dikutip dari +'',
E
Setiap pasien TB meningitis harus dilakukan CT-Scankepala dengan kontras sebelum diterapi atau dalam .1 *am pertama terapi
E
CT-Scan kepala dapat membantu diagnosis TB meningitis
dan memberikan
informasi
dasar yang penting terutama untuk pertimbangan intervensi bedah pada hidrosefalus
E
Semua pasiendengan tuberkuloma serebral atau tuberkulosis spinal sebaiknya dilakukan 3I untuk menentukan perlunya intervensi bedah dan melihat respons terapi
E
Seluruh pasien harus mempunyai foto toraks
0ekomen"asi A
E
ekomendasi paduan
obat
terapi
lini pertama
untuk segala bentuk tuberkulosis sistem
saraf pusat selama minimal ') bulan$
E
Setiap pasien TB meningitis diberikan kortikosteroid tanpa memandang tingkat keparahan
E
Dosis kortikosteroid untuk dewasa
+Y '. tahun, dapat dimulai dari (". mg:kgbb:hari
dengan tappering off dalam 8%1 minggu E
Thalidomide tidak digunakan untuk terapi rutin TB meningitis
E
Indikasi bedahG hidrosefalus" abses serebral tuberkulosis dan tuberkulosis vertebra dengan
paraparesis E
Dekompresi bedah segera harus dipertimbangkan pada lesi ekstradural yang menyebabkan
paraparesis 0ekomen"asi A
E
5idrosefalus communicatin dapat diterapi dengan furosemide
+.(
mg:). *am,
dan
acetaHolamide +'(%)( mg:kgBB, atau dengan pungsi lumbal berulang 0ekomen"asi B
/ambar *.1. Algoritma diagnosis tuberkulosis susunan saraf pusat Dikutip dari +'',
. Tuberkulosis Tulang "an Sen"i
W53D&D C!5U#&9=9 C&DA6
dan destruksi
tulang
dan sendi$
5anya 2(0 pasien dengan tuberkulosis tulang dan sendi yang foto toraksnya sesuai
menutu utupi pi diag diagnos nosis$ is$ TB seh sehin ingga gga men
deng de ngan an
atau bengkak
#yeri #y eri
merupaka mer upakan n
kelu ke luha han n yang paling sering ditemui$ Demam dan penurunan berat badan hanya terdapat pada bebe beberap rapaa pasi pasien$ en$ >ist >istula ula kuli kulit" t" abs abses" es" defo deformi rmitas tas send sendii dap dapat at ditem ditemukan ukan pada penyakit lan*ut$'8"'/
mengalam galamii -asien dapat men
malaise mal aise"" penurun penurunan an bera penurunan an beratt bada badan" n" penurun
dan demam
makan" keringat malam
d an
nafsu
pada malam hari" tulang belakan belakang g kaku
bila digerakkan serta deformitas ki kifo fosi siss yang nyeri bila diperkusi$
nyer ny erii
biasany anyaa mel meliputi iputi send sendii tung tunggal gal nam namun un lesi multifocal dapat arthritis bias
Tuberkulosis Tuberkul osis
ditemukan$
minggu min ggu
sampai sam pai
beberapa bebe rapa
bulan$ bula n$
-adaa -ad
paraspina pinall arthritis panggul terdapat spasme paras
di sekita sekitarr tulan tulangg verteb vertebra ra yang terlib terlibat at yang relaks ketika tidur seh sehing ingga ga -5- S5U65UD#D D SD
osteo os teomi mieli elitis tis
pembengkakan pemben gkakan
yang
ekstr ek strasp aspina inall dapat
tidak
teraba
hangat"
berupa
abses
dingin
yait itu u
eritema maupun nyeri$ -ada
pemeriksaan seksama dapat ditemukan small 5nuc5le 5yphosis pada palpasi$'8"'/ Baku
emas
untuk
tuberkulosis
diagnosis
tulang
dan
sendi
adalah biakan
atau cairansinovial$ Aspirasi *arum dan biops biopsii #@U-D9 U-D9== /0 9SA<=&=C=9 XD&=9=9 >D=UD +CT - uided <=U5#-5
merup me rupaka akan n indi indikas kasii biopsi sinovi sinovial$ al$
U*i sensiti sensitivit vitas as antimikr antimikrobi obial al isolat isolat penting penting
diker*akan$'/ Tidak
ada temuan radiologis
yang patognomoni kuntuk TB tulang
dan
sendi$
dapat ditemukan pemben *aringan gan luna lunak" k" oste osteope openia nia dan -ada -a da infeksi awal dapat pembengkakan gkakan *arin
perubahan an destruksi tulang$ -ada infeksi lan*ut dapat di*umpai kolaps struktur " perubah 9SA<=&= =&=C= C=99
sklero skl eroti tik k
dan
dapat menun*ukkan gambaran
sepe se pert rtii
balon balo n
tula tu lan ng
padaa pad
bekas as TB mengetah men getahui ui bek
perluasan perluas an
infeksi
atau
fala fa lang ng$$
>oto
tora to raks ks
-emeriks riksaan aan TB paru paru$$ -eme
dap apat at 3I
dilak di lakuka ukan n dap apaa
unt ntu uk
tmenentukan
seki kittar tul ulaang se sepe pert rtii ke *arin *aringan gan luna lunak k dan strukt struktur ur di se
medulaspinalis$'8"'/ medulaspinalis$
;%') bulan dengan mempertimbangkan S5A5CUD9 =!DC LD6 &5-D4 #5
in i ndicator
biasanya diberikan selama
klinis
seperti
nyeri"
ge*ala
konstitusional"
mobilitas
dan
tanda
neurologis$'/ 4omplikasi terpenting TB spondilitis adalah kompresi korda spinalis$ -asien
TB
spondilitis mempunyai risiko paraparesis atau paraplegia yang dibagi men*adiG '8
'$ -araplegia awitan cepat" merupakan fase aktif penyakit vertebra awitannya dalam
CD4A S5UCD-D 7DC&6= LD6 C5U3D<= D
dalam lesi iskemik korda spinalis$
)$ -araplegia awitan lambat" muncul lebih dari ) tahun setelah penyakit ditemukan kolum m vert vertebra ebra$$ 4omplikas 4omplikasii neurolog neur ologis is dapa dapatt berh berhubu ubunga ngan n degan dega n di kolu penyakit atau kompresi mekanik pada korda spinalis$ -atologi yang dapat ter*adi adalah *aring *aringan an perki perki*uan" *uan" debri debriss tuber tuberkel" kel" gibu gibuss intern internal" al" steno stenosis sis kanal kanalis is vertebra atau
<5IU-=CD9 !5UDC /=6#DC #5SDUD4D <5@9=C 5U&6=9
C5U6DC6
SD
pada tuberculosis tulang
dan sendi adalahG'8
'$ 4omplikasi neurologis yang tidak respons terhadap terapi konservatif )$ Destruksi tulang progresif 7$ Tidak respons terhadap terapi konservatif anak k dengan beratt pada ana .$ -encegahan kifosis bera ( .(
pada awitan penyak penyakit, it,
lesi
dorsal ekstensif +kifosisY
2$ -asien dengan abses dingin pada dada 8$ Diagnosis tidak *elas
4 Tuberkulosis /astrointestinal .
berat badan +/."80," diare:konstipasi
+)2". 0," diare +'8".0," darah pada rektum
+''";0," nyeri tekan abdomen +7/"7 0," massa abdomen +'7".0, dan limfadenopati
=esi makroskopik ditemukan di sebelah kanan +ulkus 11 0" nodul +'"20,$
yang
ditemukan pada
dan ascending
+caecum
endoskopi paling colon,
dan
ulkus primer
lesi polipoid '(".0,$ Setelah
2("/0" penyempitan lumen +.."10,"
sering
terapi
TB
sebagian besar ulkus 1/")0" nodul 1."80" lesi polipoid 12"/0" penyempitan lumen /8")0
dan deformitas
katup
ileo%saekal
+/8"20, mengalami
resolusi$ &rgan
yang paling sering terlibat adalah ileum terminal karena prevalens kelen*ar getah
di daerah tersebut tinggi dan waktu kontak isi usus halus lebih lama$ =esi yang paling sering ditemukan adalah ulkus dan penyempitan lumen paling sering ditemukan di usus halus$ '1 bening
Tuberkulosis usus besar *arang ditemukan dan diagnosisnya mirip dengan tumor kolon"
7:;D&&DW"<=
)"@HO G7-HD-H "
kolitis
iskemik
atau
kolitis
infeksi$
-asientuberkulosis gastrointestinal yang bersamaan dengan TB paru ditemukan pada kurang
dari )20 pasien$ Diagnosis TB gastrointestinal membutuhkan sulit
terutama pada
daerah nonendemis$
Beberapa pasien
terkadang
didiagnosis
dengan 7:;D&&&DW"<= )"@HO disease dan mendapatkan obat%obatan imunosupresan
yang menyebabkan penyebaran TB lebih lan*ut$'1
akut
maupun kronik intermiten$ Sebagian
besar pasien mengalami nyeri perut" demam" diare dan konstipasi" penurunan berat
TB peritoneumbiasanya bermanifestasi sebagai TB gastrointestinal" ditemukan pada individu berusia \.( tahun dan frekuensinya &5!=4 !59DU SD
kanker ovarium lan*ut" mikosis dalam" infeksi ersinia dan amebomas$ -asien
dengan TB peritoneum dapat mengalami pembesaran abdomen mulai dari asites dan nyeri perut$ Adhesi aktor risiko TB
peritoneum menerima
adalah
infeksi
5I9"
sirosis"
diabetes
melitus
keganasan
dan
dialisis peritoneal$ '1"'; Tuberkulosis peritoneal mempunyai 7 tipe yaituG ';
'$ Tipe basah dengan asites )$ Tipe kista dengan pembesaran abdomen 7$ /=S5 @!UC=# <56D -D99D D!<-5 LD6 C5U<=U=
tipe%tipe tersebut *uga dapat ditemukan$ Selama infeksi" peritoneum men*adi tebal" hiperemis dan lebih suram$ =apisan peritoneum viseral dan 4ombinasi
parietal dipenuhi oleh nodul tuberkulosis
multipel$ Asites ter*adi akibat cairan
eksudat yang berasal dari tuberkel$ Sekitar ;(0 pasien dengan TB peritonitis mempunyai asites$'/ Beberapa kriteria diagnosis untuk TB abdomenG'1
'$ 5asil biopsi kelen*ar getah bening mesenterik menun*ukkan bukti histologi tuberkulosis )$ Inokulasi
atau
biakan pada *aringan tertentu menun*ukkan pertumbuhan
Mycobacterium tuberculosis 7$ -emeriksaan histopatologis menun*ukkan tuberkulosis
dengan nekrosis
kaseosa .$ Bukti histologi kuman tahan asam pada lesi
CT-Scan pada
dengan
septa
TB peritoneum menun*ukkan penebalan peritoneum" asites halus dan omental ca5in $ 3eskipun kelainan radiologis tidak
ditemukan bukan berarti tidak terdapat TB abdomen" foto polos abdomenpada 2(0 kasus TB abdomen
4D9=&LD U-D& 1&CUD96UD@ 9D6DC -5-!DC -5<5C5#9=
#5C5U&=!DCDA S5U=CA5D& -enggunaan barium *uga kadang tidak dapat mendeteksi
tuberkulosis$U*i
tuberkulin hanya sensitif pada dua pertiga kasus$ Apusan BTA
maupun biakan cairan peritoneum bisanya tidak cukup dan kepositifannya Aktivitas adenosine deaminase pada cairan asites telah direkomendasikan
diagnosis TB peritoneum namun masih men*adi kontroversi$
rendah$
untuk
U*i -C pada biopsi
*aringan dan biakan M1 tuberculosis sangat berguna pada pasien dengan asites$
Biakan tuberkel kadang memberikan hasil negatif
dan laparatomi 9D6DC 5@9=5 C# -5<=D69=9 /0 S5U=C5D& BD9=& S5-5U=#9DD C5U95!C
meskipun terdapat granuloma kaseosa$ -emeriksaan laparoskopi dikategotikan men*adi 7 kelompok yaituG ';
'$ -eritoneum yang dipenuhi dengan tuberkel multipel )$ -enebalan peritonium 7$
75U=CA=C=9 @!UD<59=I
Terapi TB abdomen merekomendasikan terapi antituberkulosis konvensional selama
8 bulan termasuk 5F! pada ) bulan pertama$ Durasi pengobatan dapat diperpan*ang hingga ')%'1 bulan$ 4omplikasi TB abdomen dapat berupa ulkus" S5UIUD9= S5U&56#5CD !9CU#9= S5
/$ Tuberkulosis n"ometrium Tuberkulosis genital mencakup sekitar 20 infeksi pelvis dan ditemukan pada sekitar
'(0 kasus TB paru$ Salah satu *enis TB genital adalah TB endometrial yang mencakup
sekitar
8(%/(0
TB
kasus
pascamenopause$)(Tuberkulosis endometrium infertilitas
tersering
di
genital
merupakan
India$ Tuberkulosis
pada
salah
wanita
satu penyebab
endometrium *arang terdiagnosis
sebab seringkali disertai dengan 653D&D C=
!D4#D D9=-C-DC=9 W53D&D
SD&=6 95U=6 <=3-SD= SD
ditemukan pyometra atau leucorrhea$ )' -emeriksaan
radiologis digunakan sebagai petun*uk adanya infeksi M1 tuberculosis
di endometrium$ -ada pasien TB endometrial" pemeriksaan US< transvaginal menun*ukkan penebalan endometrium atau pyometra$))5isterosalpingogram dapat memperlihatkan
gambaran distorsi rongga uterus$ 4uretase endometrial dapat
digunakan untuk diagnosis ditegakkan
histopatologi
apabila
TB endometrial$ Diagnosis TB endometrial dapat
ditemukan
sediaan biopsi
gambaran
atau
granulomatosa
kuretase
*aringan
melalui pemeriksaan
endometrium$
Sampel
kuretase
dibagi men*adi
7 bagian" yaitu
untuk pemeriksaan histopatologi"
sensitivitas" serta untuk inokulasi pada hewan percobaan$
*arang diker*akan hasil
sediaan
-emeriksaan hasilnya
karena tidak tersedia kuretase
BTA
tidak
dari
endometrium
dan
-emeriksaan terakhir
luas$ Ditemukannya
mendukung
biakan
diagnosis
tuberkel TB
pada
endometrial$
darah mentruasi dapat *uga diker*akan tetapi seringkali
memuaskan$ )7 -emeriksaan
D#A mikobakterium
berdasarkan
pemeriksaan -C mengindikasikan infeksi basil tuberkel menyebabkan penyakit laten
atau
subklinis yang berpotensi menyebabkan manifestasi klinis di masa yang
akan datang$ ). Terapi yang diberikan sama dengan terapi TB paru$ Setelah pemberian &AT"
dapat dilakukan
dilatasi
konversi *aringan
dan kuretase
endometrial$
-ada
ulang untuk menilai sebagian
besar
kasus"
apakah
terdapat
akan
di*umpai
perbaikan siklus mentruasi$ Apabila setelah pengobatan konsepsi tidak ter*adi" dapat
<=&D##D 4=9C5U9D&S=66UD@
&AT berdasarkan hasil -C% TB endometrium baik pada kesempatan
&DSDU9#S=
)7
yang diberikan
positif memberikan hasil yang
konsepsi spontan$).
Tuberkulosis merupakan penyebab .0 perikarditis akut" /0 tamponade *antung dan 80
konstriktif$
perikarditis
perikarditis pada
negara
Tuberkulosis
nonindustri$)2
merupakan yang
muncul
penyabab
utama
terutama
bersifat
sistemik" yaitu demam" penurunan berat badan" anoreksia dan malaise$ Sekitar )20 pasien dengan TB perikarditis memiliki keterlibatan organ lain seperti pleuritis dan
TB perikardial sangat bervariasi" yaitu dapat berupa perikarditis akut dengan atau tanpa efusiMM tamponade *antung yang bersifat silent " efusi perikardial berulang . ge*ala toksik dengan demam persisten" limpadenitis$)8 -resentasi klinis
perikarditis
konstriktif
akut"
konstriktif%efusif atau perikarditis
perikarditis
konstriktif
subakut"
perikarditis
#A9CU=#C=I #UA=#
+D&D9= DFD& /0 S5U=#DU<=C=9 -5&=SC= S5-5U=#9DD IC CUD#9 5##DU<=6UD@ C# membuktikan ada efusiperikardial
efusi"
dan
CT:3I
untuk melihat
tanda peradangan"
dan pembesaran
nodus limfatikus mediastinal:trakeobronkial$
dilakukan untuk tu*uan diagnostic
-erikardiosintesis
dan terapeutik$ -erikardiosintesis terapeutik
dilakukan pada tamponade *antung$ Cairan yang diambi lharus diperiksakan
untuk biakan" analisis cairan untuk membedakan eksudat atau transudat" serta" u*i indirek seperti interferon gamma atau adenine deaminase +ADA, *ika diperlukan$ 9ariabilitas deteksi basil tuberkel pada pemeriksaan pulasan langsung cairan
antara (%.)0$ Biakan positif cairan perikardial bervariasi antara 2(%/20$Diagnosis <5@=C=I /0 S5U=#DU<=C=9 !5U
'$ Biakan M1 tb positif dari efusi perikardial atau *aringan )$ BTA positif atau granuloma kaseosa pada spesimen biopsi perikardial 7$ -C +, pada spesimen biopsi perikardial
+##DU<=6UD@ 9D6DC !5U6D C# <=D69=9 5I9= S5U=#DU<=D& C!5U#&9=9 !=&D C5U
5#94 SD
<56D tampilan seperti massa mengelilingi epikardium
)$ :DS=9D @!U= LD6 <=<5@=9=#D 95!D6D= 6DU=9 -&C=S5& DCD 9CU#CU 95S5UC= pita dari epikardium ke perikardium yang menon*ol ke ruang perikardial$
7$ -enebalan perikardiumY ) mm pada ekokardiogram ) dimensi
3ana*emen
optimal
termasuk
SH<70D
@7:G"@ terbuka untuk mencegah
reakumulasi cairan$ -erikardiosintesis sering gagal karena stadium lan*ut efusi
@!U=9D S5=#DU<=C-= <56D
untuk TB
perikardial$
mencegah reakumulasi cairan$ )2
4ortikosteroid
memberikan
manfaat
untuk
E
-emberian kortikosteroid dengan dosis prednisolon ' mg:kgbb dengan tappering of f dalam '' minggu 0ekomen"asi A
!. Tuberkulosis 'ulit
M1 tuberculosis *arang ditemukan di negara ma*u$ -enularan ter*adi akibat inhalasi droplet dan *arang disebabkan oleh inokulasi langsung di kulit$)1
Invasi kulit
-resentasi klinis TB kulit berupa lesi kronik" tidak nyeri" non%patognomonik" dapat berupa papula
kecil
dan eritema hingga tuberkuloma besar$); 3eskipun
morfologi lesi sangat bervariasi" terdapat beberapa temuan khas" yaitu gambaran scrofuloform"
S&D# D&DU <56D !DCD9 5U#9D SD
4=S5UCU@ )1 ?=D69=9
<5@=C=I <=C56D##D !5U
mikobakterial masih merupakan baku emas untuk menentukan mikobakteria" tetapi memiliki yiel d rate yang rendah
dan memerlukan
waktu beberapa minggu$
Biakan sampel kulit terutama diperlukan untuk diagnosis pada pasien dengan AIDS atau imunokompromais karena manifestasi kulit
dan lesi histopatologis
80
kasus lupus vulgaris$
biasanya 3edia
tidak khas$ Biakan hanya biakan
+=owenstein%6ensen,
yang paling
dan media
positif pada
sering
digunakanadalah
semisintetik
media
berbasis
telur
dengan agar $ 3edia biakan solid
1 minggu untuk memberikan hasil$ 3edia cair dapat mempercepat pertumbuhan dan dapat mendeteksi pertumbuhan dalam 7 sampai / hari$ Spesimen biopsi dapat dibiakkan *ika disimpan dalam larutan salin dan idealnya <=D-!=& 95!5&- )X/ <=!5U=#D $&D9=@#D9= C!5U#&9=9 #&=C
waktu
. sampai
Tabel *.& .
$&D9=@#D9= C!5U#&9=9 #&=C Contoh
Cara pen%ebaran
E
ksogenG tuberklosis chancre" TB verukosa kutis" lupus vulgaris
E
n"ogenG o
:D696 9#UI&<5U-D /0 U=@9=D&=9
o
5ematogenG
TB milier akut" abses TB metastatik"
lupus
vulgaris =imfatikG lupus vulgaris
o
&enis ba"teri
E
9#UI&<5U-D /0 U=@9=D&=9 /0
%ultibasilerG TB chancre
milier akut" TB gumatosa E PausibasilerG TB verukosa kutis" lupus vulgaris" tuberkulid Dikutipdari+7',
Terapi standar tuberkulosis )5F!:.5 diberikan untuk tuberkulosis kulit selama 8 bulan$ 4ombinasi dengan pembedahan dapat dipertimbangkan pada lupus vulgaris"
tuberkulosis
verukosa
dan skrofuloderma
untuk
mencegah
kekambuhan
dan
resistensi$7'"7) 8. Pengobatan kstraparu
Tuberkulosis
-aduan terapi adekuat dapat dimulai tanpa menunggu hasil biakan bila histologi dan gambaran klinis sesuai dengan diagnosis tuberkulosis$ Seluruh pasien TB ekstraparu
harus melakukan foto toraks untuk menyingkirkan TB paru$ -aduan terapi adekuat harus
diteruskan
meskipun
hasil
biakan
ekstraparu diterapi dengan paduan
obat
negatif$
yang sama namun
menyarankan ;%') bulan untuk TB meningitis pada
disabilitas
Tuberkulosis
paru
TB
beberapa pakar
karena mempunyai risiko serius
dan mortalitas dan ; bulan untuk TB tulang dan sendi karena
sulitnya memonitor respons terapi$ 4ostikosteroid direkomendasikan
untuk
TB
-ada TB meningitis etambutol diganti dengan streptomisin$ Terapi bedah mempunyai peran kecil dalam penatalaksanaan TB
perikardial
dan
dan
TB
meningitis$
ekstraparu$ Terapi bedah hidrosefalus"
neurologis
uropati
dilakukan pada komplikasi
obstruktif"
akibat penyakit
lan*ut penyakit
perikarditis konstriktif
-ott +TB
spinal,$
dan
seperti
keterlibatan
Apabila terdapat pembesaran
kelen*ar getah bening yang cukup banyak maka drainase" aspirasi maupun insisi
dapat membantu$
E
-asien dengan TB ekstraparu" paduan obat selama
8%; bulan +) bulan I#5" I>" -FA" dan
!3B diikuti dengan .%/ bulan I#5 dan I>, -engecualian rekomendasi 8%; bulan untuk
E
TB ekstraparu
pada sistem saraf pusat
+tuberkuloma atau meningitis, dan TB tulang dan sendi" yaitu selama ;%') bulan
E
Terapi a*uvan kortikosteroid harus ditambahkan pada TB sistem saraf pusat dan perikardial
0ekomen"asi A
Terapi dengan kortikosteroid dimulai secara intravena secepatnya" kemudian disulih oral tergantung perbaikan klinis$ ekomendasi kortikosteroid yang digunakan adalah
("7%(". mg:kg di taperin-off selama 8%1 minggu atau prednison ' mg: kg selama 7 minggu" lalu taperin-off selama 7%2 minggu$ !valuasi pengobatan TB deksametason
ekstraparu dilakukan dengan memantau klinis pasien" tanpa melakukan pemeriksaan
histopatologi ataupun biakan$
-ada pasien tuberkulosis ekstra paru dan pada anak" respon pengobatan terbaik
dinilai secara
klinis Stan"ar 19 !STC
Daftar Pustaka
F{J[QIJG U[ W *[h ^_`M DY M *W g[UU V -# NNN WNYIW YwƉͿ [JƚďHU[QJ ]UUHƚ^__ϳU Ŷ /# E< W dU[ U[J[U h[]J[ Jh VJ]VJL IP U[Ɛ͕ Jh V P [ Hg JQJ Jh IJUW^_``W *[h ^_`^ K `p *W g[UU V NNN W J[W YwƉͿ ]WO ][hJĞ v``p# 7$ Schluger" #$ $ om = The host immune response to tuberculosis$ State of the Art Am 6 .$
1# W
espir Crit Care 3ed$ ';;1MM'2/G8/;%8;'$ Seibert" A$ >" 5aynes" 6" 3iddleton" $ Bass
eEperience$ Chest$ ';;'MM;;G117%118
6B Tuberculous pleural effusionG twenty years
YJ[ D͕ UJ[ = ͕ YV[ hYV[ >W \[VHU VYh P H[h h[]J[ U[ HU[Q LQQU HHYW [J h[g dY JJW ^__ϰ Ϳ͖`^`*^MW qV X \J D<͕ YRYJ ^͕ qY sD͕ \[J]Y ^͕ Xh >qW VJ Y EX m Z [J h[]J[ HUU U[ hLQJ DW U[ [J HUU |[h Jh HV UUh [J c*`_^^_W JhVW X\ KJW ͖ Ϳ^_`_* , ͕
͕
UV] >D͕ RVJ t = ͕ Y[GGIJ m ͕ UZ l ͕ O[Jh \ ͕ ?[hVJ lE͕ 3# L UW V[J dY[ \[LJ JL P [ IJU Jh XgJQŶ< J P Q [ \[Z IP V[ VJ U[W V = H[ [ DhW ^__ϯ Ϳ`opac*bo_Mo^W jW qJhU s ͕ qU]J[ k ͕ qJhHUU[ EZ͕ qJhU DW [UZ IS gh LVFJL Y
[J [VVJVHJ HQJ U g[U UZVHYhJHLYZ Lh [J g[h JQJU U[ JU H]VVW J] VOO W dU VJ[J][Q [J hU g[N IP hh IP hgUHVJ P [J] J H]JQ P P IRLVW ? D[[UW ^_`Ϯ Ϳp*``_` `oW `cW Y[J dYV \s W FJU JgIRG ZLV U[W >UY \[W ^_` Ϳϭ ```*`` /3# -1# dYN[ ' ͕ ?[Y D͕ >FV[J]NZ \Iw ' ͕ \UVJ d W J Jh =[J dU[W Y[J Dh UUW ^__ Ϳϳ^`*`W `jW DRON ^͕ g[ Z͕ Xh q \ W IUIJ U[ JhH[ P Jh HHQg JhH[ P UUNH } JQU[ LVFJLW U[J dJU vGJLUW ^_`ϮM^cW `iW qJ[O D͕ XHh[ <͕ ]U[h[ X*D[O *dHU X* ZHU E͕ L UW dU[ [J Y H[JV J } UUW mH vGJLUW ^_`Ϯ Ϳoa^*bMoi pcW /# vRJ]hO <͕ ;UO s* \Y * O * dO[h]
͕
HVJHU HZVW = KS LL vZJUW ^__ϱ Ϳ͖^*`j^_W /0# d[HLYZ \E͕ d[HLYZ \EW vZJU][U dU[ J HhLW V HhW ͖ Ϳ^_`^* /1# kIIJ \ ͕ >YJ k^͕ >IJ] =D͕ K = ͕ >J >\W dU H[h[Q HJQJ] VUQHU |QJ] V [J H[h[U nRG[IJW = qJ Dh \[W ^pM*M^jW ͖ Ϳ^_`^* ^oW m R] = ͕ lIRN s= ͕ UU ? W dY VJ]VJL IP U H[h[U nRG[IJb H[J [J ^MM JQg HQJW h[gGT = \ W ^__ϳ Ϳ`j`* ^_W ͖ /3# D[Y ͕ \ P Ig[ XD͕ [Q ͕ U Z͕ [JVUU Z͕ hU k ͕ L UW v[hU[J IJ Y h[]J[ Jh VJ]VJL IP H[h[U h[ sQg VVLJ͖ dY dO P IJ t;e dia$nosis and mana$ement o7 (eri@ardial diseases o7 t;e Euro(ean so@iety o7 @ardiolo$y# > =W ^__ϰ Ϳ͖^p*jp`_W U[J[H[hV[U][U ^jW N[ ͕ vYIGY ͕ XhU Z͕ q[Y X W hZ IP _ IP J U[ [J LQZ LY[J] YH[U [J HOYĂ͕ EHUW
s[J ? [Y DW dU[ XQU ][h P U[J[[JƐ͕ JRƐ͕ ULZ LYJ[[J Jh Vh[U [U[[W X[ b XJ [J >UŚ͖ ^_`M ^_`M V =UZ ^c g[UU *[h NNN W ~IIOWV P W] V PyhITG ŶU[ƐU[JWHh # YwƉͿ 0# Eg ?' ͕ vILRrrI W R L J U[W U[J VLUW ^__ϳ Ϳ^^* `pMj_W ͖ 0-# UV] Yg = ͕ KVHI Jh[J[ = ͕ mFJhIJ W JL HJV [J Y h[]J[ IP ^p_W J U[W V[{U[]W ^__ϵ Ϳ`__p* ͖ 0/# dJ ͕ k E͕ k[Ug k ͕ U[O K
^W
͕
BAB .II
TUBERKUL+SIS
T
PADA ANAK
uberkulosis +TB, pada anak merupakan spektrum
TB
mempunyai permasalahan
dengan
dewasa$ -ada
TB
yang berbeda
khusus
anak permasalahan
yang unik dan
TB
orang
yang dihadapi adalah masalah
diagnosis"
pengobatan" dan pencegahan" serta TB pada 5I9$
pasti
pemeriksaan mikrobiologis$
ditegakkan -ada
sulit
anak"
menemukan
kuman
mendapatkan
untuk
TB
pada
spesimen
yang representatif dan berkualitas baik$ Seringkali" walaupun spesimen
diagnostik
diperoleh" M1 tuberculosis
berhasil
dengan
*arang ditemukan pada sediaan langsung
maupun biakan$'")
3engingat
sulitnya penegakan
diagnosis
TB
anak" pelaporan *umlah
pada
*uga mengalami kesulitan$ !stimasi *umlah pasien TB anak adalah sekitar '(%'20 dari *umlah kasus TB dewasa$ =aporan TB anak di kasus
TB
anak yang akurat
7
Indonesia pada tahun )(') menyatakan
*umlah kasus TB anak 1")0 dari seluruh
kasus" namun permasalahannya
*ika
adalah
dirinci
data
dari
masing%masing
propinsi" angkanya bervariasi antara '"/%'2"80$ Angka ini menyiratkan belum adanya standar penegakan diagnosis
yang
sangat
TB pada anak sehingga menghasilkan rentang
besarMM kemungkinan overdianosis di underdianosis di propinsi lainnya$
data
beberapa propinsi" tetapi
Data ini pun sebagian besar berasal dari puskesmas dan S yang sudah men*alankan strategi D&TS dalam pelayanan TB$ Data TB anak dari dokter praktik swasta hampir seluruhnya belum masuk dalam sistem rekam lapor TB nasional$ strategi D&TS$ Bahkan S pemerintah pun belum seluruhnya melaksanakan 4ecenderungan yang teramati di lapangan adalah TB anak di layanan primer pemerintah umumnya masih under-dianosis sedangkan di layanan swasta ter*adi over -dianosis yang luar biasa$
A. Penemuan kasus pasien TB anak
negara dengan *umlah kasus TB yang besar" sampai saat ini skrining masal terhadap TB belum dilakukan$ Anak +menurut sistem rekam lapor TB adalah mereka yang berusia (%'. tahun, dapat terkena TB pada usia berapa pun namun tersering pada usia '%. tahun$ isiko morbiditas dan mortalitas tertinggi adalah pada bayi dan anak kurang dari ) tahun" yaitu kelompok usia yang tersering
3eskipun Indonesia adalah
mengalami
TB diseminata$ -er*alanan penyakit TB anak dari terinfeksi men*adi
TB mayoritas ter*adi selama ' tahun setelah anak terinfeksi" oleh sebab itu angka TB pada anak *uga merupakan indikator berlangsungnya transmisi kuman TB di komunitas$ " sakit
.2
-asien
TB
anak
dapat
ditemukan
investigasi terhadap anak yang kontak
melalui
) pendekatan
erat dengan
utama"
pasien TB dewasa aktif
menular " serta anak yang datang ke pelayanan kesehatan dengan ge*ala tanda klinis yang
yaitu
dan dan
mengarah ke TB$
'$ Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular $ ang dimaksud dengan kontak
erat adalah
anak yang tinggal serumah
atau sering bertemu dengan pasien TB menular $ -asien TB menular adalah pasien TB +umumnya pasien TB dewasa dan masih mungkin pasien anak, yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif$
)$ Anak yang menun*ukkan tanda dan ge*ala klinis yang sesuai dengan TB pada anak$ TB anak merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering terkena adalah paru$
E
3akin muda usia anak" makin tinggi risiko morbiditas dan mortalitas TB -endekatan diagnosis TB anak melalui ) caraG investigasi anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif dan investigasi anak dengan keluhan tanda dan ge*ala klinis sesuai TB Adanya pasien TB anak merupakan indikator masih berlangsungnya transmisi kuman TB di komunitas 0ekomen"asi C
B. Diagnosis TB anak Diagnosis pasti
TB adalah dengan menemukan kuman penyebab TB
tuberculosis pada pemeriksaan
sputum" bilas
yaitu M1
lambung" cairan serebrospinal"
cairan pleura ataupu n biopsi *aringan$ 3engingat kesulitan penegakan diagnosis pasti" maka
DD-59=9 5U-DC 9D6DC
<=S5U&#D ekomendasi pendekatan diagnosis TB pada anakG)
'$ Anamnesis +riwayat kontak erat dengan pasien TB dan ge*ala klinis sesuai TB, )$ 75-5U=#9DD @9=9 C5U-D9# DD&=9=9 C-!4 #5-!D6 DD# 7$ U*i tuberkulin .$ $@U-D9= !D#C5U=&6=9 SDLD#D 95-D#9=-D& -6#= 2$ -emeriksaan penun*ang
lain
yang relevan +foto toraks toraks" pungsi lumbal"
biopsi dan yang lainnya sesuai lokasi organ yang terkena,
8$ Skrining 5I9 pada kasus dengan kecurigaan 5I9 TB anak merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang paling sering terkena adalah paru$
E 0DC# &D-D DCD S5U9=9C5A ] -=66 !DC# !5U9=IDC non-remittin +tidak pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah, dan penyebab lain batuk telah disingkirkan$
E ?5-D- &D-D ] demam
tifoid"
-=66
saluran
kemih"
malaria"
dan
lain%lain,$
Demam
umumnya tidak tinggi +subfebris, dan dapat disertai keringat malam$
E #afsu makan tidak ada +anoreksia, atau berkurang" disertai gagal tumbuh +failur e to thrive,1 E Berat badan turun selama )%7 bulan berturut%turut tanpa sebab yang *elas ATAU
berat badan tidak setelah
naik
naik
dengan adekuat ATAU tidak
dalam
' bulan
diberikan upaya perbaikan giHi yang baik$
E =esu atau malaise" anak kurang aktif bermain$
sa*a apabila tidak disertai <56D 653D&D 653D&D 9=9C5-=# -- &D=A !#D -5USD#D 653D&D
E 4eringat malam dapat ter*adi" namun keringat malam
9S59=@# /0 pada anak$ /ejala klinis terkait organ
klinis
organ
yang
terkena
TB"
tergantung
pada
*enis
organ
yang
terkena" misalnyaG kelen*ar limfe" susunan saraf pusat +SS-," tulang" dan kulit" adalah sebagai berikutG '$
TB kelen*ar +terbanyak di daerah leher atau regio colli,G 75-!59DUD $W0 -&C=S5& <=D-5C5U ] >- #9=9C59= #5LD& C=
)$ TB otak dan selaput otakG E
3eningitis TBG
E
Tuberkuloma otakG
7$ TB sistem skeletalG E
Tulang belakang +spondilitis,G -enon*olan tulang belakang +ibbus,1
E
Tulang panggul +koksitis,G -incang" gangguan ber*alan" atau tanda peradangan di daerah panggul$
E
Tulang lutut +gonitis,G -incang dan:atau bengkak pada lutut tanpa sebab
yang *elas$
E
Tulang kaki dan tangan +spina ventosa:daktilitis,G bengkak pada persendian tangan atau kaki
.$ SkrofulodermaG
?=CD
2$ TB mataG E
$A3A6C==C=9 J=#C5A&DU=9 >on6unctivitis phlyctenularis,1
E Tuberkel koroid +hanya terlihat dengan funduskopi,$ E Skleritis TB 8$ TB organ lainnya" misalnya peritonitis TB" TB gin*al dicurigai bila ditemukan ge*ala gangguan pada organ%organ tersebut tanpa sebab yang *elas dan disertai
kecurigaan adanya infeksi TB$
E "an keringat malam
E
/ejala lokal tergantung pa"a organ +ang terkena
'!i tuber"ulin
TB
pada anak dapat
dilakukan penegakan diagnosis TB pada anak dengan memadukan ge*ala klinis dan pemeriksaan penun*ang lain yang sesuai$ Adanya riwayat kontak erat dengan pasien
TB menular +BTA positif, merupakan sumber penularan$ Selan*utnya"
salah
satu informasi
penting adanya
perlu dibuktikan apakah anak telah tertular oleh
u*i tuberkulin$ -emeriksaan penun*ang utama untuk membantu menegakkan diagnosis TB pada anak adalah membuktikan adanya infeksi yaitu dengan melakukan u*i tuberkulin atau Mantou' test $) Tuberkulin yang tersedia di Indonesia saat ini adalah --D T%)7 ) TU dari Staten Serum Institute Denmark dan --D +?2<7BHG ?<"WH7: CH<7DW7H , yang sama dari kuman TB dengan
melakukan
Staten yang dikemas ulang oleh Biofarma$
-embacaan
hasil
u*i
+intrakutan, dilakukan
tuberkulin
yang
dilakukan
dengan
cara
3antouE
.1%/) *am setelah penyuntikan dengan mengukur diameter
transversal$ U*i tuberkulin dinyatakan positif yaituG
'$ -ada kelompo k anak dengan imunokompeten termasuk anak dengan riwayat imunisasi BC< diameter indurasinya Y '(mm
)$ -ada kelompo k anak dengan imunokompromais +5I9" keganasan
giHi
buruk"
dan lainnya, diameter indurasinya Y 2mm
13= C!5U#&= LD6 S9=C=I -5D
Bila
daya tahan tubuh anak cukup
baik maka secara klinis anak +pasien, akan tampak sehat$ 4eadaan ini disebut sebagai infeksi TB laten$ #amun apabila daya tahan tubuh anak lemah dan tidak mampu mengendalikan kuman"
maka
anak
akan
men*adi
sakit
TB
serta
menun*ukkan ge*ala klinis dan radiologis$ U*i tuberkulin relatif mudah dan murah" penelitian menun*ukkan bahwa
potensi tuberkulin tetap konstan setelah vial dibuka selama ' bulan$1
13= C!5U#&= S9=C=I /X'7X D
E
I#>!4SI TB +TB =aten,
13= C!5U#&= S9=C=I ?"/ X(0X 653D&D --
E
SA4IT TB
Peeri"saan )ara dan Serologis Selain
u*i tuberkulin" banyak pemeriksaan darah
yang beredar secara komersial
dengan tu*uan menilai respons imun tubuh terhadap TB seperti halnya u*i tuberkulin$ Bukti%bukti
unggul
menun*ukkan bahwa pemeriksaan%pemeriksaan
daripada
tersebut tidak lebih
u*i tuberkulin$ -emeriksaan Interferon-amma release assay
+IG"8/s," meskipun dapat membedakan tidak dapat
membedakan
-emeriksaan
I<A pada
antara
atau
TB
sakit
tidak
anak
infeksi TB alamiah dengan BC<" tetap
menun*ukkan
hanya
TB$;
terinfeksi
keunggulan
mengingat
harganya yang mahal dan masih rendahnya bukti akurasi pada bayi dan anak$'("'' -emeriksaan lain seperti la*u endap
darah
dan
darah perifer
untuk
melihat
limfositosis tidak direkomendasikan untuk menegakkan diagnosis TB$ -emeriksaan 3ycoDot" untuk
serologi
ICT"
digunakan
sering
yang
!=ISA dan sebagai
digunakan
lainnya,
sarana
tidak
diagnostik
secara
komersial
+-A-
direkomendasikan
oleh
TB" terutama TB
pada
TB" 5&
anak$)
E
U*i tuberkulin merupakan alat diagnosis
yang pali paling ng
baik
untuk membuktikan adanya
infeksi TB$
E
u*i tuberkulin" namun studi relat atif if mahal dan saat ini belum I<A rel
I<A mempunyai poten potensi si keunggulan dibanding -emeriksaan I<A pada anak belum bany banyak$ ak$ 5arga pemerik pemeriksaan saan
tersedia di Indonesia$
E
diagnostik ostik TB -emeriksaan serologi tidak direkomendasikan penggunaannya baik untuk diagn
pada pasien dewas dewasaa maupun anak$
E
-emeriksaan darah +=!D" limfositosis, tidak ada ru*ukannya" dan tidak dian*urkan dalam
pedoman pedom an diagnosi diagnosiss TB nasiona nasionall maupun interna internasional sional
Peeri"saan *a"teriologis
75-5U=#9DD !D#C5U=&6=9 -56=<5C=@#D9= DDUD &D696
dan Mycobacterium Mycobac terium tuberculosis dari biaka biakan n atau metode pemeriksaan lainnya$ 1SDLD C# -5&D##D #@U-D9= <=D69= <=D69=99 4DU9 <=&D##D !D4#D <= C5-SDC tepa patt dari organ yang te terba rbata tas$ s$ Sp Spes esim imen en yang te deng de ngan an fasilitas te terli rliba batt dieval die valua uasi si untuk pemeriksaan pemeriksaan bakteriologis yaitu dengan dengan pulasan pulasan langsung +direct basil tahan tahan asam +BTA, dan pemerik biakan an untu untuk k pemeriksaa saan biak
menemukan ukan smear , untuk menem
menumbuhkan kuman TB$
Ada 7 cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan sampel spesimen bakteriologis bakt eriologis pada anakG
%1 )5spe5tora )5spe5torasi si -ada anak lebih
dari 2 tahun dengan
ge*ala
TB
paru"" dian*urkan untuk paru
melakukan pemerisaan dahak mikroskopis" mikroskopis" terutama bagi anak yang mampu
mengeluarkan
daha da hak$ k$
4emungk 4em ungkinan inan
mendapatk men dapatkan an
hasi ha sill posi positif tif
lebih
padaa anak Y2 tahu tahun n dan sem semua ua anak den dengan gan ge*a ge*ala la TB ya yang ng lebih ting ti nggi gi pad
berat$ #1 8spirasi lambun Aspirasi lambung dengan +sonde lambung, dapat dilakukan pada anak yang
tidak dapat mengeluarkan dahak$ Dian*urkan spesimen dikumpulkan selama
7 hari berturut%turut pada pagi hari$ ?1 Indu5si sputum Induksi sputum relatif rela tif mudah" aman dan efektif untuk diker*akan diker*aka n pada anak
semua umur" dengan hasil yang lebih baik daripada aspirasi lambung"
' sampel$ -emeriksaa n sampel dari ' induksi sputum menghasilkan 7 kali nilai positif yang lebih tinggi daripada aspirasi lambung$'7"'. 3etode ini aman dan relatif mudah sehingga bisa menggunakan kan lebih dari terutama apabila mengguna
padaa pasie pasien n diker*ak dike r*akan an pad
rawat raw at
*alan$$ *alan
Untuk Untu k
melakuk mela kukanny annyaa
diperl dip erlukan ukan
pelatihan pelatiha n dan pera peralata latan n yan yang g sede sederhana rhana$$
Peeri"saan #istopatologi -emeriksaan histopatologi +-A:-atologi Anatomi, dapat memberikan gambaran yang khas" yaitu menun*ukkan gambaran granuloma dengan nekrosis perki* perki*uan uan
di tengahnya dan dapat pula ditemukan gambaran sel datia langhans dan atau suss yang dicurigai TB ek ekst stra rapar paru u dan kum ku man TB$ Bila pada suatu kasu memerlukan tindakan bedah yang merupakan kesempatan baik mendapatkan spesimen" pemeriksa pemeriksaan an histopatoloi hendaknya dilakukan$ Idealnya pemeriksaa pemeriksaan n
dilakuka dila kukan n pad padaa spes spesime imen n yan yang g dipe diperole roleh h den dengan gan cara biop biopsi si eksi eksisi$ si$
histopatol histo patologi ogi
Bil ilaa ti tida dak k me memu mung ngki kink nkan an melakukan aspirasi
*arum
halus
biopsi eksisi
+B:H :HHGOH aspiration
maka maka
pemeriksaan pemeriksaan
biopsyE0A8*,
dapat
biopsi
membantu
penegakan diagnosis TB pada anak$'2
Peeri"saan foto tora"s
lain yan ang g cu cuku kup p penti penting ng adal adalah ah pemeriksaan foto #amun un gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena *uga dapat toraks$ #am di*umpai pada penyakit lain$ Selain itu" variabilitas antar pembaca hasil foto toraks cuku pemeriksaan saan foto toraks sa*a tidak dapat Deng ngan an demikian pemerik cukup p besa besar$ r$ De digunakan un mendiagnosis iagnosis TB" kecuali gamb gambaran aran TB milier $ Seca untu tuk k mend Secara ra umum umum"" -emeriks -eme riksaan aan
penun* pen un*ang ang
'8
gambaran radiologis yang menun*ang TB adalah sebagai berikutG #5&5A3DU 3DU 4=&9 DCD SDUDCUD#5D& <56D CDSD =@&CUDC =9D&=9D9=LD a$ 75-!59DUD #5&5A selain dengan foto toraks A-" harus disertai foto toraks lateral,
b$ 4onsolidasi segmental:lobar c$ !fusi pleura d$ 3ilier e$ Atelektasis
f$ 4avitas g$
$D&9=@#D9= <56D =@&CUDC
h$ Tuberkuloma -emeriksaan radiologi yang dilakukan harus memenuhi kualitas yang baik" dan
direkomendasikan dibaca oleh radiologist yang terlatih membaca hasil ontgen toraks pada
anak$ ana k$
Deskri De skripsi psi
^bronkopneumonia ^bronkopn eumonia dupleks"
hasil has il
TB
foto
toraks tora ks
yang ya ng
bersifa ber sifatt
umum um um
seperti sep erti
masih mungkin[ perl perlu u disikapi dengan
hati%hati
arti harus disesuaikan dengan data klinis dan penun*a penun*ang ng lain$ 4ecuali gambaran khas seperti milier " deskripsi radiologis sa*a tidak dapat di*adikan dasar dalam
utama diagnosis di agnosis TB anak$
Peeri"saan ter"ini T*
Sa at
ini beberapa
men enin ingk gkat atka kan n
teknologi
ketepatan
baru bar u
diagnosis
telah tela h
o le h
didu di duku kung ng
TB Anak" diantaranya
dengan metode ce cepa patt yaitu penggunaan
5&
pemeriksaan
untuk biakan
%20OH70 F07G F&SO7B0DW7": G H-W misalnya
mendukung g pert 3TB:I> 3TB:I> pada tahun )('( dan telah pert 3TB:I>$ 5& mendukun mengelu meng eluark arkan an
3TB:I>$ Saat
dan belum
padaa rekom re komen endas dasii pad
tahu ta hun n
)(''
untuk
mengg me ngguna unakan kan
per p ertt
ini data tentang penggun penggunaan aan pert 3TB:I> masih terbatas
ada rekomendasi
khusus untuk pengguna penggunaannya annya pada anak$ Data
baik
menu me nun* n*uk ukkan kan
hasil
sensitivitasnya
biakan kan dan dia diagnosi gnosiss klin klinis" is" masih lebih rendah dari pemeriksaan pemeriksaan bia
yang
lebih
pemeriks eriksaan aan dari pem
mikrokopi mikr okopis" s"
selain itu it u hasil pert pert 3TB:I> yang negatif tidak selalu
E
$@U-D9= $@ U-D9= <=D69=9 <=D69=9 <56D S5-5U=#9DD !D#C5U=&6=9 S&D9D &D696
E
-emeriksaan radiologis membantu menegakkan diagnosis" namun harus dibaca oleh tenaga yang terlatih
E
Induksi sputum merupakan cara pengambilan spesimen yang paling baik dan dapat diker*akan untuk semua anak baik di ruang rawat inap maupun rawat *alan
pasien n buka bukan n TB$'/"'1 -ada pasie pasien n anak penggunaan menun*ukkan pasie terbentur
masalah klasik yaitu kesulitan mendapatkan spesimen bakteriologis$
cara ini
tetapii tetap
C. Diagnosis TB pa"a anak "engan sistem skoring -enggunaan sistem skoring banyak mengundang kontroversi" karena beberapa studi menun*ukkan bahwa sistem skoring cukup
yang menyatakan
baik
namun banyak studi lain
banyak kelemahan yang dimiliki sistem skoring$ Bukti yang
ada menun*ukkan banyak kelemahan sistem skoring$ '; #amun demikian" tenaga kesehatan di layanan kesehatan dengan fasilitas terbatas : layanan primer seringkali
mengalami kesulitan
mendiagnosis
TB pada Anak$ Selain keterbatasan
diagnosis" tiadanya tenaga dokter *uga men*adi kendala
5al ini menyebabkan besaran masalah TB kesehatan di layanan kesehatan primer over -dianosis
anak
TB
di
diagnosis TB pada anak$
pada anak tidak terdata karena tenaga
ragu atau kurang peraya diri untuk
mendiagnosis TB anak sehingga ter*adi under -dianosis$ ter*adi
alat
layanan
Di sisi lain agaknya *ustru
swasta
karena
cenderung
menggampangkan$ Sistem
skoring
diagnosis
TB
Anak
yang
disusun
oleh
-ok*a
TB
Anak
I dan Ikatan Dokter Anak Indonesia +IDAI, membantu tenaga kesehatan agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun 4emenkes
pemeriksaan penun*ang sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi ter*adinya
underdianosis maupun overdianosis TB$)( Anak
dinyatakan probable
TB *ika skoring mencapai nilai 8 atau
lebih$
*ika anak yang kontak dengan pasien BTA positif dan u*i tuberkulinnya S9=C=I D- C=#S <=!5U=#D SU@&D#9=9 "'B terutama anak balita$
#amun demikian"
6ika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini" pasien diru*uk ke fasilitas
pelayanan kesehatan ru*ukanG '$ >oto toraks menun*ukan gambaran efusi pleura atau milier atau kavitas )$
4e*ang" kaku kuduk
45
-enurunan kesadaran
45
4egawatan lain" misalnya sesak napas
Sistem skoring "iagnosis TB Anak "i fasilitas pela+anan kesehatan primer)( Parameter 4ontak TB
U*i tuberkulin +3antouE,
9
1
#
Tidak *elas
%
=aporan keluarga"
#egatif
&
Skor
BTA +,
BTA+%, :BTA tidak %
*elas: tidak tahu %
79==I ] --
DD ] -- SD
Berat Badan: 4eadaan
%
Demam yang tidak diketahui penyebabnya Batuk kronik -embesaran kelen*ar limfe kolli" aksila" inguinal -embengkakan tulang:sendi panggul" lutut" falang >oto toraks
%
% %
BB:TB\;(0 atau BB: U\1(0 ] -=66
%
4linis giHi buruk atau BB:TB \/(0 atau BB:U \8(0 %
%
% %
% %
%
%
%
%
] -=66
] >- &5!=4 dari ' 4
%
Ada pem% bengkakan
#ormal
Skor Total
CatatanG 45
Bila BB kurang" diberikan upaya perbaikan giHi dan dievaluasi selama ' bulan$
45
?5-D- _ -=66
<=!5U=#D pengobatan sesuai baku terapi di puskesmas 45
45
foto
ke TB berupaG pembesaran kelen*ar hilus atau SDUDCUD#5D& <56D CDSD =A@&CUDC DC5&5#CD9=9 #9&=
toraks mengarah
Semua bayi dengan reaksi cepat +\) minggu, saat imunisasi BC< harus dievaluasi
dengan sistem skoring TB anak -asien usia balita yang mendapat meragukan" 45
skor 2"
dengan ge*ala klinis yang
maka pasien tersebut diru*uk ke S untuk evaluasi lebih lan*ut
E
Sistem skoring hanya digunakan di fasilitas kesehatan primer yang terbatas" baik keterbatasan tenaga medis maupun perangkat diagnosis
E
4asus yang meragukan harus diru*uk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap
E
Untuk fasilitas layanan kesehatan yang lebih lengkap" sistem skoring dapat digunakan sebagai penapisan awal" namun harus dilengkapi dengan pemeriksaan diagnosis yang lebih lengkap
ekomendasi C
Setelah dinyatakan sebagai pasien
TB
pada anak
dan diberikan pengobatan
&AT harus dilakukan pemantauan hasil pengobatan secara cermat$ Apabila respons klinis terhadap pengobatan baik" maka &AT dapat dilan*utkan sedangkan apabila didapatkan
respons klinis tidak baik maka sebaiknya pasien segera diru*uk ke fasilitas
pelayanan kesehatan ru*ukan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lan*ut$
Skrinin$
TB Akti7
Beri 'AT / bln tera(i
Res(ons 9•:
Res(ons 945:
Terapi TB diteruskan
u*uk
ke S untuk evaluasi lebih
lan*ut /ambar
:.1
Alur Tata =aksana TB Anak di layanan primer
05!5UDSD =9C=&D4
7$
7D9=5 /0 XD# SD9C= <5@=C=I DD# <56D 4D9=& !=D#D S9=C=I M1tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan" sekurang%kurangnya ) dari 7 spesimen dahak S-S hasilnya BTA positif
755CD #&D9=@#D9=
'$ TB -aru$ tidak
TB
paru adalah
TB
yang menyerang *aringan +parenkim, paru"
termasuk pleura +selaput paru, dan kelen*ar pada hilus$
TB !kstraparu$ TB
)$
yang menyerang organ tubuh lain selain paru" misalnya
pleura" selaput otak" selaput *antung +pericardium," kelen*ar limfe" tulang" persendian" kulit" usus" gin*al" saluran kencing" alat kelamin" Anak
dan lain%lain$
dengan ge*ala hanya pembesaran kelen*ar tidak selalu menderita TB
ekstraparu$
7D9=5 <56D /0 SDU
B. Peeri"saan ba"teriologis, 1. BTA positifG sekurang%kurangnya
' dari 7 spesimen dahak S-S hasilnya BTA
positif$ #. BTA negatifG kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputiG 5asil BTA negatif dengan biakan positif M1 tuberculosis" E atau
E
Diputuskan oleh dokter untuk diobati &AT dan gambaran radiologis mendukung gambaran TB paru aktif" dan ada bukti kuat baik secara klinis
atau laboratorium adanya infeksi 5I9 atau status 5I9 negatif atau tidak diketahui tetapi tidak ada perbaikan dengan antibiotik spektrum luas
#5>D&= )X/ JU#=&
sistem skoring$ 4asus ini diregister sebagai kasus BTA tidak diperiksa$ C. -iwa%at pengobatan sebelun%a, 1. Baru 4asus
TB
anak yang belum pernah
mendapat pengobatan dengan &AT
dari satu bulan dengan hasil pemeriksaan !D#C5U=&6=9 959D= <5@=9= <= DCD9 &#D9= S5LD#=C !=9D SDU DCD 5#9CUDSDU atau sudah pernah
menelan
&AT kurang
#. -engobatan ulang 4asus
TB
Anak yang pernah mendapat pengobatan dengan &AT lebih
dari
' !&D <56D 4D9=& S5-5U=#9DD !D#C5U=&6=9 959D= <5@A=9= <= DCD9 &#D9= penyakit bisa paru atau ekstraparu$ Berdasarkan hasil pengobatan sebelumnya" DD#
D. *erat dan ringann%a pen%a"it
'$ TB ringanG tidak berisiko menimbulkan kecacatan berat atau kematian" misalnya TB primer tanpa komplikasi" TB kulit" TB kelen*ar dll
)$
TB
beratG
TB
pada anak yang berisiko menimbulkan kecacatan berat atau
TB tulang dan sendi" TB abdomen" termasuk TB hepar " TB usus" TB paru BTA positif" TB resisten obat" TB 5I9$ kematian"
misalnya
TB meningitis"
TB milier "
. Status #I$
-emeriksaan 5I9 direkomendasikan pada semua anak suspek
TB
pada daerah
atau risiko tinggi terinfeksi 5I9$ Berdasarkan pemeriksaan 5I9" TB SD
1. 5I9 positif #. 5I9 negatif &. 5I9 tidak diketahui
-enulisan Diagnosis TB Anak E TB paru : ekstraparu +pilih salah satu" atau keduanya" sesuai organ terkena
E
-emeriksaan bakteriologisG ```````
E
iwayat pengobatan &AT sebelumnyaG ```````$$
E
isiko kecacatan : kematianG ``````$$
E
Status 5I9G ``````````$
D. Tata laksana TB anak
Tata laksana medikamentosa TB Anak terdiri atas terapi +pengobatan, dan
S5>56D4D /5UDS= /0 <=!5U=#D SD
/0 CDSD 9D#=C /0 SU@&D#9=9 95#<5U -rinsip pengobatan TB pada anak sama dengan TB dewasa" dengan tu*uan utama dari pemberian obat anti TB sebagai berikutG
'$ 3enyembuhkan pasien TB )$ 3encegah kematian akibat TB atau efek *angka pan*angnya 7$ 3encegah TB relaps .$ 3encegah ter*adinya dan transmisi resistensi obat 2$ 3enurunkan transmisi TB 8$ 3encapai seluruh tu*uan pengobatan dengan toksisitas seminimal mungkin /$ 3encegah reservasi sumber infeksi di masa yang akan datang Beberapa hal penting dalam tata laksana TB Anak adalahG
E &bat TB diberikan monoterapi$
dalam
paduan
obat"
tidak boleh
diberikan
E
-emberian giHi yang adekuat$
E
3encari penyakit penyerta" *ika ada ditata laksana secara bersamaan$
3engingat tingginya risiko
TB disseminata
pada anak kurang
dari 2
sebagai
tahun"
TB hendaknya diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan$ Terdapat beberapa perbedaan penting antara anak dengan dewasa" di antaranya maka terapi adalah
usia muda mempengaruhi
kecepatan
metabolism
obat sehingga anak
dari 2 tahun memerlukan dosis yang lebih tinggi +mg:kgBB, dibandingkan anak besar atau dewasa$ " 6enis anti TB lini pertama dan dosisnya tercantum dalam Tabel :.1. terutama usia kurang
)' ))
Tabel :.1. &AT yang dipakai dan dosisnya Dosis harian
;ama bat
'( +/%'2,
IsoniaHid +5,
Dosis
maksimal
fek samping
5epatitis" neuritis perifer "
7((
hipersensitivitis
'2 +'(%)(,
ifampisin +,
hepatitis" trombositopenia"
8((
peningkatan enHim hati" cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
-iraHinamid +F,
72 +7(%.(,
%
!tambutol +!,
)( +'2)2,
%
Toksisitas hepar" artralgia" gastrointestinal #euritis optik" keta*aman mata berkurang" buta warna merah hi*au"
hipersensitivitas" gastrointestinal 0ekomen"asi A
-enelitian menun*ukkan bahwa pemberian &AT setia p
pemberian &AT intermiten$ Al%Dossaury
tahun )(() melakukan penelitian
TB dengan strategi D&TS mendapat terapi setiap hari ) minggu pertama dengan isoniaHid" rifampisin" dan pyraHinamid" kemudian diikuti dengan 8 minggu isoniaHid" rifampisin" dan piraHinamid setiap ) kali perminggu" diikuti dengan '8 minggu isoniaHid dan rifampisin ) kali perminggu mendapatkan hasil dari 1'0 anak yang menyelesaikan terapi" hanya observasi pada
'/2
dkk
hari lebih baik dibandingkan
anak
7/0 yang menun*ukkan respons yang baik terhadap terapi$)7
3enon dkk melakukan metaanalisis terhadap mendapatkan
hasil anak dengan terapi intermitten
yang kurang baik bila dibandingkan
("'2%("2'$
. "andomi!ed Control Trial +.88 anak, cenderung mendapatkan
hasil
dengan terapi setiap hari +& (")/" ;80
CI
Analisis Intention to treat " & ($88 +;20 I4 ($)7 sampai '$1.,$ ).
Anak yang lebih kecil umumnya memiliki *umlah kuman
sedikit + paucibacillary, sehingga transmisi kuman TB lebih rendah"
dari
yang
*auh
pasien anak
lebih
*uga
serta rekomendasi pemberian pada
. macam &AT pada fase intensif tidak sekuat
orang dewasa" kecuali pada BTA positif" TB berat dan adult-type TB$ Terapi
TB
pada
anak
dengan
BTA negatif
menggunakan
paduan
I#5"
ifampisin" dan -iraHinamid pada fase inisial ) bulan pertama kemudian diikuti oleh
. bulan fase lan*utan$ 4ombinasi 7 obat tersebut memiliki success rate lebih dari ;20 dan efek samping obat kurang dari )0$ -ada ifampisin
dan
I#5 pada
Tabel :.# disa*ikan paduan obat anti TB pada anak$ Tabel anak
:.#.
-aduan
&AT pada
8enis TB
4ase intensif
4ase lanjutan
TB ringan
)5F
.5
Lama
8 bulan
TB BTA positif
)5F tambah ! dan
.5
TB berat
atau S
'(5
') bulan
-espons terapi dan peantauan, E
dan
Idealnya setia p anak dipantau setidaknyaG
tiap ) minggu
pada
fase
intensif
setiap ' bulan pada fase lan*utan sampai terapi selesai
E
-enilaian meliputiG penilaian ge*ala" kepatuhan minum obat" efek samping" dan pengukuran berat badan
E
Dosis obat mengikuti penambahan berat badan
E
4epatuhan minum obat dicatat menggunakan kartu pemantauan pengobatan
E
-emantauan sputum harus dilakukan pada anak dengan BTA +, pada diagnosis
awal" yaitu pada akhir bulan ke%)" ke%2 dan ke%8$ E
>oto rontgen tidak rutin dilakukan karena perbaikan radiologis ditemukan dalam *angka waktu yang lama" kecuali pada TB milier setelah pengobatan
' bulan dan
efusi pleura setelah pengobatan ) . minggu$
E
Anak yang tidak menun*ukkan perbaikan dengan terapi TB harus diru*uk untuk
penilaian
dan
terapi" anak mungkin mengalami resistensi obat" komplikasi
TB yang tidak biasa" penyebab
paru lain atau masalah
dengan keteraturan
+adherence , minum obat
.orti"osteroid
sumbatan *alan napas
sepertiMM meningitis TB" akibat TB kelen*ar " dan perikarditis TB$ -ada kondisi
meningitis TB
kortikosteroid
4ortikosteroid dapat digunakan untuk TB dengan komplikasi berat
morbiditas" sehingga kortiosteroid
meningkatkan
dian*urkan pada
survival kasus
dan menurunkan
meningitis
TB$)2
pula diberikan pada TB milier dengan gangguan napas yang berat" efusi pleura dan TB abdomen dengan asites$ &bat yang sering digunakan adalah prednison dengan dosis ) mg:kg: hari" sampai . mg:kg:hari pada kasus sakit Steroid dapat
berat" dengan dosis maksimal 8( mg:hari selama . minggu" kemudian tapperin-off
bertahap '%) minggu sebelum dilepas$
Iune reconstitution
*uga
Disebut
reaksi paradoksal" perburukan klinis +ge*ala baru
atau perburukan
ge*ala" tanda" atau manifestasi radiologis, biasa ter*adi setelah terapi anti TB akibat
peningkatan
kapasitas
respons
imun
yang
akan
merangsang
perburukan
penyakit" demam dan peningkatan ukuran kelen*ar limfe atau tuberkuloma$ Imun rekonstitusi ter*adi akibat peningkatan status giHi atau akibat terapi anti TB sendiri$ -ada pasien
TB
dengan 5I9 imun rekonstitusi
dan disebut 7&&2:H
dengan antiretroviral
-=:G<"&H
.4.3
&AT
setelah
dapat ter*adi setelah pengobatan
+A9,
dimulai$
Untuk
mengurangi
risiko
hepatotoksisitas"
dipertimbangkan mengganti nevirapin dengan sediaan yang lain$ 6ika ter*adi IIS" terapi TB tetap diteruskan" sebagian kasus bisa ditambahkan kortikosteroid" namun
*ika ter*adi keraguan hendaknya anak diru*uk
ke level yang lebih tinggi$
)8
/utrisi Status
giHi
pasien
sangat
penting
untuk
bertahan
terhadap penyakit
TB" dan
malnutrisi berat berhubungan dengan mortalitas TB$ -enilaian yang terus menerus dan cermat pada pertumbuhan
dengan
anak perlu
dilakukan$
-enilaian
mengukur berat" tinggi" lingkar lengan atas atau pengamatan
dilakukan ge*ala dan
tanda malnutrisi seperti edema atau &2-0OH @D-W7:(
-emberian
air
susu
ibu
tetap diberikan"
*ika
masih dalam periode menyusui$
-emberian
tambahan
makanan
sebaiknya
mudah diterima anak dan bervariasi$
diberikan
dengan
makanan
6ika tidak memungkinka n
yang
dapat diberikan
suplementasi nutrisi sampai anak stabil dan TB dapat di atasi$ Pirido"sin
"9=DK=<
piridoksin +2%'( mg:hari, direkomendasikan pada bayi yang mendapat ASI ekslusif"
5I9 positif atau malnutrisi berat$)
D. Tata laksana efek samping obat !fek samping obat TB lebih *arang ter*adi pada anak dibandingkan dewasa$ -emberian
etambutol
untuk
anak
mengalami
TB
berat
tidak
banyak
ge*ala efek samping selama pemberiannya sesuai dengan rentang
menimbulkan
dosis yang direkomendasi$ )/ !fek hepatotoksisitas"
yang
piraHinamid$ !nHim
hati
yang
hati
dapat
samping
disebabkan
yang
oleh
paling penting isoniaHid"
adalah
atau
rifampisin
tidak rutin diperiksa" pada keadaan peningkatan enHim
dari 2 kali nilai normal, bukan merupakan indikasi penghentian terapi obat anti TB$ 6ika timbul ge*ala hepatomegali atau ikterus harus segera dilakukan pengukuran kadar enHim hati dan *ika perlu penghentian obat TB$ -enapisan ke arah penyebab hepatitis lain harus dilakukan$ &bat TB diberikan kembali *ika fungsi hati kembali normal" diberikan dengan dosis yang lebih kecil dalam rentang terapi" dengan tetap memonitor kadar enHim hati$ 4onsultasi ke ahli hepatologi diperlukan untuk tata laksana lebih lan*ut$ ringan
tanpa
ge*ala
klinis
+kurang
)1
. Pencegahan TB $a"sinasi (*C0)
*acillus
Calette
et
uerin
9aksin BC< merupakan vaksin yang berisi M1 bovis hidup yang dilemahkan$ !fek proteksi sangat bervariasi mulai dari (%1(0 bahkan di wilayah endemis TB
diragukan efek proteksinya$ #amun demikian" vaksin BC< memberikan proteksi yang cukup baik terhadap ter*adinya TB berat +TB milier dan meningitis TB,$);
Sebaliknya pada anak terinfeksi 5I9 maka vaksin BC< tidak banyak memberikan
efek menguntungkan dan dikhawatirkan dapat menimbulkan BC<%itis diseminata" yaitu penyakit TB aktif akibat pemberian BC< pada pasien imunokompromas$ 5& menetapkan bahwa vaksinasi BC< merupakan kontraindikasi pada anak
5al ini sering men*adi dilema bila bayi mendapat BC< segera setelah lahir pada saat status 5I9%nya belum diketahui$ Bila status 5I9 ibu telah diketahui dan &reventin Mother to Child Transmission of 5I9 +-3TCT, telah dilakukan maka vaksinasi BC< dapat diberikan pada bayi yang 5I9 yang berge*ala$
terinfeksi
lahir dari ibu B";
S9=C=I #5>D&= 3=#D D
7(
-enulisan Diagnosis TB Anak E TB paru : ekstraparu +pilih salah satu" atau keduanya" sesuai organ terkena
E
-emeriksaan bakteriologisG ```````
E
iwayat pengobatan &AT sebelumnyaG ```````$$
E
isiko kecacatan : kematianG ``````$$
E
Status 5I9G ``````````$
3#P#'+)2 S'-4)/$+$ 516 Sekitar
2(%8(0
anak kecil yang tinggal dengan pasien TB paru dewasa dengan
BTA sputum positif" akan terinfeksi akan mengalami sakit TB diseminata diperlukan
TB$ Infeksi TB
yang berat +misalnya
TB$ 4ira%kira
'(0
dari *umlah tersebut
pada anak kecil berisiko tinggi men*adi
TB meningitis
atau TB milier, sehingga
S5-!5U=D #5-SU@&D#9=9 C# -5>56D4 9D#=C /0
7U@&D#9=9 SU=-5U <=!5U=#D SD
dan
tanda klinis
TB$
&bat yang diberi kan adalah
dengan pemantauan dan evaluasi minimal
kali per bulan$ Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BC<" perlu <=!5U=#D 0W 95C5&D4 S56!DCD SU@&D#9=9 <56D "'B 95&59D=
satu
!5&-
atau tidak terinfeksi +u*i tuberkulin negatif,$ -ada anak dengan kontak erat TB yang
=-#-SU-D=9 95S5UC= SD
tidak terdapat ge*ala
dan
tanda klinis TB$)"
7'
Dosis
dan
lama pemberian I#5
sama dengan pencegahan primer$
7U@&D#9=9 "' -6 #6 00 <56D U5D6 <9=9 -6 #600 <=!5U=#D SD
0ekomen"asi A
Daftar pustaka -# Ra;man N> Pedersen KK> Rosen7eldt )> ,o;ansen IS# &;allen$es in dia$nosin$ tuber@ulosis in @;ildren# Dan Med J# /-/1=A..20# /# Xorld !ealt; 'r$aniation# Guidan@e 7or national tuber@ulosis (ro$rammes on mana$ement o7 tuber@ulosis in @;ildren# Geneva= Xorld !ealt; 'r$aniation /2# 9X!' Xells &D# Global e(idemiolo$y o7 @;ild;ood tuber@ulosis# Int , Tuber@ Lun$ Dis# /.=2024.3# .# arais B,> !esselin$ A&> Gie RP> S@;aa7 !S> Beyers N# T;e burden o7 @;ild;ood tuber@ulosis and t;e a@@ura@y o7 @ommunity4based surveillan@e data# Int J Tuberc Lung Dis. /2-=/1€20# 1# arais B,# &;ild;ood tuber@ulosis44risk assessment and dia$nosis# S Afr Med J# /33=34/# 2# Ri$outs L# &lini@al (ra@ti@e= dia$nosis o7 @;ild;ood tuber@ulosis# Eur J Pediatr # /-2=-/14# 3# !o@ao$lu AB> Er$e D'> Anal '> akay B> "uner N> Karaman '# &;ara@teristi@s o7 @;ildren Cit; (ositive tuber@ulin skin test# Tuberk Toraks /--1=-1420# # Fern•nde4)illar A> Gor‚s A> 'tero > &;ou@iƒo N> )„ue R> uƒo ,> dkk# 3†E!"F†'L… ˆ"FK ‰"R…FR…!†PR' ?R…)!"fDXLR… RI 0"RX!L… 0†"L‡!G v!"LfDXLf!) 13 /..=0-40#
# andalakas A> Det%en AK> !esselin$ A&> Benedetti A> enies D# Inter7eron4 Ȗ
release assays and @;ild;ood tuber@ulosis= systemati@ revieC and meta44 analysis# Int J Tuberc Lung Dis. /---1=--€0/# -# &;ia((ini E> Bonsi$nori F> A@@etta G> Boddi )> Galli L> Bi$$eri A> et al# Inter7eron4 $amma release assays 7or t;e dia$nosis o7 y@oba@terium tuber@ulosis in7e@tion in @;ildren= a literature revieC# Int J Immunopatol Parmacol# /-//1=0014.0# --# &;ia((ini E> Bonsi$nori F> an$one G> Galli L> aantini R> Sollai S> et al# Serial T4SP'T#TB and „uantiFER'N4TB4Gold In4Tube assays to monitor res(onse to antituber@ular treatment in Italian @;ildren Cit; a@tive or latent tuber@ulosis in7e@tion# Pediatr Infect Dis J # /-/0-=3.43# -/# Xorld !ealt; 'r$aniation# &ommer@ial serodia$nosti@ tests 7or dia$nosis o7 tuber@ulosis= (oli@y statement# /--# Diundu; dari= ;tt(=< Soto4&astellares G> Gilman R!> &aviedes L> &astillo E> Kolevi@ L> et al# Dia$nosti@ a((roa@;es 7or (aediatri@ tuber@ulosis by use o7 di‹erent s(e@imen ty(es> @ulture met;ods> and P&R= a (ros(e@tive @ase€@ontrol study# Lancet Infect Dis. /--=2-/€/# -.# ar !,> !anslo D> A(olles P> SCin$ler G> !ussey G# Indu@ed s(utum versus $astri@ 'DfD,! IR" PLF"RELR'R,LFD' FR…‡"PDXLR… RI S†'PR…D"Œ X†E!"F†'R)L) L… L…ID…X) D…G youn$ @;ildren= a (ros(e@tive study# Lancet. !""#$% 021=-0€ .# -1# Li$t;elm L,> Ni@ol P> !oek KGP> ,a@obson R> van !elden PD> arais B,> et al# S!"X A3‰ 1>: IR" "DSLG GLD,…R)L) RI X†E!"F†'R†) 'ŒPSKDG!…LXL) I"RP ‡…! …!!G'! as(iration bio(sy s(e@imens# J Clin Microbiol. /--.=023€3# -2# SCin$ler G!> du Toit G> Andronikou S> van der erCe L> ar !,# Dia$nosti@ a@@ura@y o7 @;est radio$ra(;y in dete@tin$ mediastinal lym(;adeno(at;y in sus(e@ted (ulmonary tuber@ulosis# Ar@; Dis &;ild# /1=--1042# -3# Ni@ol P> Xorkman L> Isaa@s X> unro ,> Bla@k F> Eley B> et al# A@@ura@y o7 t;e †(ert TB Sout; A7ri@a= a des@ri(tive study# Lancet Infect Dis. /----=-€/.# -# &;an$ K> Lu X> Xan$ ,> ;an$ K> ,ia S> Li F> et al# Ra(id and e‹e@tive dia$nosis o7 tuber@ulosis and ri7am(i@in resistan@e Cit; †(ert TB Kitetele F> )an Rie A# A$reement betCeen @lini@al s@orin$ systems used 7or t;e dia$nosis o7 (ediatri@ tuber@ulosis in t;e !I) era# Int J Tuberc Lung Dis # /3--=/204#
/# Ikatan Dokter Anak Indonesia# Pedoman Nasitonal TB Anak# ,akarta= Badan Penerbit IDAI> /#
/-#
Donald PR> arit ,S> Dia@on A!# T;e (;arma@okineti@s and (;arma@odynami@s o7 ri7am(i@in in adults and @;ildren in relation to t;e dosa$e re@ommended 7or @;ildren# Tuberculosis# /---=-24/3# //# Ra(id advi@e= treatment o7 tuber@ulosis in @;ildren# Geneva= Xorld !ealt; 'r$aniation /-# 9X!' 'n$ LT> &orrea AG> Starke ,R# Treatment o7 @;ild;ood tuber@ulosis Cit; a si mont; dire@tly observed re$imen o7 only tCo Ceeks o7 daily t;era(y# Pediatr Infect Dis J# ///-=-43# /.# enon P> Lod;a R> Sivanandan S> Kabra S# Intermittent or daily s;ort @ourse @;emot;era(y 7or tuber@ulosis in @;ildren= meta4analysis o7 randomied @ontrolled trials# Indian Pediatrics # /-.3=23€30 /1# S@;oeman ,F> yl LE> Laubs@;er ,A> Donald PR# E‹e@t o7 @orti@osteroids on L…X"DF"D…LD' S"!))†"! FRPS†X!G XRPR,"DSKLF ‡…GL…,) D…G F'L…LFD' R†XFRP! L… youn$ @;ildren Cit; tuber@ulous menin$itis# Pediatrics.-3=//244 0-# /2# S;elburne SA 0rd> !amill R,> Rodri$ue4Barradas &> Greenber$ SB> Atmar RL> †)K!" v= !X D' >PP†…! "!FR…)XLX†XLR… L…DPPDXR"Œ )Œ…G"RP! !P!",!…F! RI D uni„ue syndrome durin$ ;i$;ly a@tive antiretroviral t;era(y# Medicine &'altimore(.
//-=/-04/3# /3# =R"'G •!D'XK /",D…LŽDXLR… 9XKDPE†XR' !I‡FDFŒ D…G XR•LFLXŒ BreCee TF> Berkey &S> Xilson E> Burdi@; E> Fineber$ !)> dkk# T;e !I‡FDFŒ RI EDFL''†) ?D'P!XX! †!"L… fDFFL…DXLR… RI …!ER"…) D…G L…ID…X) L… XK! (revention o7 tuber@ulosis= meta4analysis o7 t;e (ublis;ed literature# Pediatri@s# -12=/401# 0# =•/ †LG!'L…!) IR" L…X!…)L‡!G FD)! ‡…GL…, IR" X†E!"F†'R)L) D…G L)R…LDŽLG (reventive t;era(y 7or (eo(le livin$ Cit; !I) in resour@e4@onstrained settin$s# Xorld !ealt; 'r$aniation> Geneva# /-# 0-# Smie%a ,> ar@;etti &> &ook D> Smail F# Isoniaid 7or (reventin$ tuber@ulosis in non4!I) in7e@ted (ersons# 9RevieC:# &o@;rane Database Syst Rev / /=&D-020#
+RGANISASI /ANG TERLIBAT '$ 4ementrian 4esehatan I 4onsorsium Upaya 4esehatan
6l$5 rasuna Said Blok 2 4av .%; TelpG +()', 2)( '2;(
>aEimileG +()', 2)8 '1'." 2)( 71/) Surat elektronikG sekretariatkukyahoo$com
a$ -rof$ dr$ Sofyan Ismael" Sp$ A +4, b$ dr$
Broto asisto" 3-5
c$ -rof$ Dr$ dr$ Sudigdo Sastroasmoro" Sp$ A +4, d$ -rof$ Dr$ dr$ Sudarto onoatmo*o" 3$ Sc e$ -rof$ dr $ Amal Chalik S*aaf" S43" Dr$ -5 f$ -rof$ !lly #urachma" D#Sc g$ dr$
D*oti Atmod*o" Sp$ A" 3AS
h$ dr$ Diar Indriarti 3AS +sekretariat, i$
dr$
>ainal irawan" 33$ 3AS +secretariat,
)$ -engurus Besar Ikatan Dokter Indonesia 7$ -erhimpunan Dokter -aru Indonesia +-D-I, a$
XU=@ 'DFD9 8S 7 $ (X28
D$ dr$ !rlina Burhan" 3$ Sc" Sp$ - +4,
c$ dr$
Sri Dhuny Atas Asri" Sp$ -
d$ dr$ indi #ovriani" Sp$ .$ Ikatan Dokter Anak Indonesia +IDAI, a$ dr$ #astiti
#$ aha*oe" Sp$ A +4,
b$ dr$ Darmawan Budi Setyanto" Sp$ A +4, c$ dr$ #astiti 4aswandani" Sp$ A +4, 2$ -ersatuan Ahli -enyakit Dalam Indonesia +-A-DI, a$ Dr$
Anna Uyainah F#" Sp$ -D" 4%-" 3AS
b$ D$ dr $ Ari >ahrial Syam" Sp$ -D" 4%I#ASI3" 33B" >AC-
8$ -erhimpunan Ahli 3ikrobiologi 4linik Indonesia +-A34I, /$ -erhimpunan Dokter Spesialis -atologi 4linik Indonesia +-DS -AT4=I#, 1$ -erhimpunan Dokter Spesialis adiologi Indonesia +-DSI, ;$ -erhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia +-!D&SSI, '($ -erhimpunan Dokter Spesialis 4ulit dan 4elamin Indonesia +-!D&S4I, ''$ -ersatuan Dokter Spesialis Bedah Indonesia +-ABI, ')$ -erhimpunan
Dokter
Spesialis
&rthopaedi
Traumatologi Indonesia
+-AB&I, '7$ Ikatan Ahli Urologi Indonesia +IAUI, '.$ -erhimpunan Bedah Digestif Indonesia +I4ABDI, '2$ 5impunan Bedah Toraks 4ardiovaskular Indonesia +5BT49I, '8$ -erhimpunan Dokter Spesialis 4ardiovaskular Indonesia +-!4I, '/$ -erkumpulan &bstetri dan
SUSUNAN TIM PAKAR PED+MAN NASI+NAL PELA/ANAN TATA
KED+KTERAN
LAKSANA TB
4etua
G
D$ dr$ !rlina Burhan" 3$ Sc" Sp$- +4, 6akarta
Sekretaris Tim -akar
G dr$ Anna Uyainah" Sp$-D" 4%-" 3AS
6akarta G D$ dr$ Ari >ahrial Syam" Sp$ -D" 4%I#ASI3" 33B" >ACdr$ Darmawan Budi Setyanto" Sp$ A +4,
K+NTRIBUT+R
;ama
!nstitusi
-rof$ Ida -arwati" Sp-4" -hD
-A-4=I#
Seno Ad*ie$ Sp&< dr$ >inny >itri $ SpA +4, dr$ etno Asih S" SpA+4,
-&
dr$ !ry &vianto" SpA
IDAI
dr$
dr$
Seno Ad*ie$ Sp&<
IDAI
-&
dr$ 6emfy #aswil$
-B IDI
dr$ Fulrasdi
IDI
drs$ A
IAI
5aditomo$ Apt
dr$ Soedarsono" Sp- +4,
SUD Soetomo
dr$ Bambang Sigit iyanto" Sp-D +4-,
SU- Sard*ito
dr $ Arto uwono Soetoro" Sp-D +4,
SU- 5asan Sadikin
dr$ -rayudi Santoso" S--D +4,
SU- 5asan Sadikin
dr$ Setiawan Dati 4usumo
5&
dr $ 9ini >adhiani
>5I
dr $ Triya #ovita Dinihari
Subdit TB" 4!34!S
dr$ Diar Indriarti" 3AS
Subdit umah Sakit -ublik" 4!34!S
dr $ Adriani 9ita 5
Subdit umah Sakit -ublik" 4!34!S
dr$ 6ohn Sugiharto" 3-5
TB CA! I
dr$
>ainal irawan" 33$ 3AS
TB CA! I