PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF ILMU PENYAKIT DALAM KETOASIDOSIS DIABETIK 2016 RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
1.
No. ICD 10
E10-E14
2.
Diagnosis
Ketoasidosis Diabetik
3.
Pengertian
Merupakan dekompensasi metabolik yang akut ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis metabolik dan hiperketonemia terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
4.
Anamnesis
Poliuri, polidipsi, penurunan berat badan, riwayat berhenti menyuntik insulin, demam, mual, muntah, nyeri perut (gastropati diabetikum). diabetikum).
5.
Pemeriksaan Fisik
Penurunan kesadaran; mulai delirium, depresi sampai koma, pernafasan cepat dan dalam (Kussmaul), dehidrasi (turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering), bau aseton dari hawa nafas tidak terlalu mudah tercium, takikardi, hipotensi.
6.
Kriteria Diagnosis
1. Kadar glukosa glukosa darah darah yang tinggi > 250 mg/dL mg/dL 2. pH darah < 7,3 3. Peningkatan kadar keton serum > 5 mEq/L (asam hidroksibutirat > 0,6 mEq/L), diserat dengan keton urine positif 4. Kadar serum bikarbonat bikarbonat ≤ 18 mEq/L dan peningkatan peningkatan anion anion gap.
7.
Diagnosis Banding
Ketosis diabetik, status hyperosmolar hiperglikemi (HHS)
8.
Pemeriksaan Penunjang
Glucose sticks, urine strip, kadar HCO3, anion gap, pH darah dan juga idealnya pemeriksaan pemeriksaan kadar keton dalam dalam darah.
9.
Konsultasi
Neurologi, nefrologi, nefrologi, sesuai dengan dengan diagnosis faktor faktor pencetus dan penyulit
10. Perawatan Rumah Sakit
Tipe A, B
11. Terapi / tindakan
1. Cairan: digunakan larutan fisiologis berdasarkan perkiraan hilangnya cairan pada KAD mencapai mencapai 100 cc/kgBB atau sebesar 5-8 liter jam pertama: 1 liter, jam kedua: 1 liter dan selanjutnya 1 liter setiap 4 jam sampai pasien terehidrasi.
(ICD 9-CM)
2. Insulin: insulin intravena paling umum digunakan. Insulin intramuskuler atau subkutan adalah alternatif bila pompa infus tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan, misal: pada anak kecil. Jika tidak terdapat hipokalemia (K < 3,3 mEq/l), dapat diberikan insulin regular 0,15 u/kgBB, diikuti dengan infus kontinu 0,1 u/kgBB/jam (5 -7 u/jam). Jika kadar kalium < 3,3 mEq/l, maka harus dikoreksi dahulu untuk mencegah perburukan hipokalemia yang akan dapat mengakibatkan aritmia jantung, dengan target penurunan gula darah 50-75 mg/dL. Jika gula darah tidak menurun sebesar sebesar 50 mg/dl dari nilai awal pada jam pertama, periksa status hidrasi pasien. Jika status hidrasi mencukupi, infus insulin dapat dinaikkan 2 kali lipat setiap jam sampai tercapai penurunan gula darah konstan antara 50 - 75 mg/dl/jam. Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, turunkan infus insulin menjadi 0,05 - 0,1 u/kgBB/jam (3 - 6 u/jam), dan tambahkan infus dextrose 5 - 10%. Pada kondisi klinik pemberian insulin intravena tidak dapat diberikan, maka ins ulin diberikan dengan dosis 0,3 iu (0,4 - 0,6 iu)/kgBB yang terbagi menjadi
setengah dosis secara intravena dan setengahnya lagi secara subkutan atau intramuskular, selanjutnya diberikan insulin secara intramuskular atau subkutan 0,1 iu/kgBB/jam, selanjutnya protokol penatalaksanaannya sama seperti pemberian drip intravena. 3. Kalium: Total deficit K yang terjadi selama KAD diperkirakan mencapai 3-5 mEq/kgBB. Terapi kalium dimulai saat terapi cairan sudah dimulai, dan tidak dilakukan jika tidak ada produksi urine, terdapat kelainan ginjal, atau kadar kalium > 6 mEq/L 4. Glukosa: Bila kadar glukosa mencapai < 200 mg% maka dapat dimulai infus mengandung glukosa 5. Bikarbonat: masih kontroversial, hanya dianjurkan pada KAD yang berat (pH<7,1) 6. Pengobatan lain: a.
Antibiotik yang adekuat
b. Oksigen bila pO2 < 80 mmHg c.
Heparin bila ada DIC atau bila hiperosmolar (>380 mOsm/L)
12. Tempat Pelayanan
Ruang intensive care, semi intensif RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
13. Penyulit
Edema otak, Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS), thrombo emboli
14. Informed Consent
Diperlukan
15. Tenaga Standar
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Endokrinologi, Metabolik Diabetes
16. Lama Perawatan
7 hari
17. Masa Pemulihan
3 hari
18. Hasil
Baik dengan pengobatan yang tepat
19. Patologi
Tidak diperlukan
20. Otopsi
Tidak diperlukan
21. Prognosis
Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut
Pemantauan: Kontrol rutin dan mengikuti saran yang diberikan.
23. Tingkat Evidens & Rekomendasi
IA
24. Indikator Medis
1. 2. 3. 4.
25. Edukasi
Edukasi DM (pemberian dosis insulin / OAD yang tepat dan kepatuhan), komunikasi efektif terutama saat penyandang DM mengalami sakit akut (misalnya batuk, pilek, diare, demam, luka)
26. Kepustakaan
1. Soewondo P. Ketoasidosis Diabetik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.p.1896-9.
Kesadaran membaik Sesak berkurang Analisa gas darah normal Gula darah normal
2. Gotera W, Budiyasa DGA. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetic (KAD). Jurnal Penyakit Dalam; 2010. Vol 11.