INDERA RASA
Kelompok B-5: Yunira Rosandita
021211131065
Arinil Haque
021211133050
Cornelia Johana C.
021211133051
Luluk Rahmawati
021211133053
Amelia Sinta M.
021211133054
Dita Dwi Firza Putranto
021211133055
Indira Ika Christianti
021211133056
Valita Aulia Andari
021211133057
Diyang Mahiswari
021211133058
Nathania Astria
021211133059
Eghia Laditra A.
021211133061
Intan Ayu Rizki P.
021211133062
Ainani Dwi Hapsary
021211133063
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013 1.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori
Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebri tempat mekanisme ini diintegrasikan. Golongan pertama, paleo-sensibilitas, yang meliputi rasa – rasa primitif atau rasa – rasa vital seperti rasa raba, tekan sakit, dingin dan panas. Saraf aferen dari rasa-rasa ini bersinaps dengan interneuron – interneuron yang bersinaps lagi dengan motor neuron – motor neuron dari medula spinalis dan sentrum atasan (Thalamus dan Korteks Serebri) melalui traktur SpinoTalamikus. Golongan kedua, gnostik atau neo-sensibilitas, yang meliputi rasa-rasa yang sangat di deferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan, diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang , diskriminasi kekerasan, diskriminasi ukuran dan bentuk. Saraf aferen dari rasa-rasa ini menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus dorsospinalis ke arah sensoris di dalam korteks serebri, setelah di integrasikan seperlunya pada pusat-pusat dibawahnya. Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit, yakni pada
titik-titik yang
berbeda
dan
terpisah-pisah,
dengan
diameter
perangsangan kira-kira 1 mm. Pada sebagian besar daerah tubuh jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor panas dan pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 3-5 titik dingin pada jarijari, dan kurang dari satu titik dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaandada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit. Alat indera untuk nyeriadalah ujung saraf telanjang yang terdapat di hampir semua jaringan tubuh. Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu-satunya perbedaan dari ketiga jenis sensasi ini adalah sensasi raba umumnya disebabkan oleh perangsangan reseptor taktil di dalam kulit, sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam, dan sensasi getaran disebabkan oleh isyarat sensoris yang berulang 2
dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan tekanan, terutama jenis reseptor yang cepat beradaptasi. Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi raba dan tekanan. Reseptor raba dengan kepekaan khusus adalah korpuskuslus Meissner, suatu ujung saraf berkapsul yang merangsang serabut saraf sensoris besar bermielin. Reseptor ini terutama banyak didalam ujung jari,
bibir,
dan
daerah
kulit
lain,
tempat
kemampuan
seseorang
untuk membedakan sifat-sifat ruang dari sensasi raba sangat berkembang. Reseptor-reseptor initerutama bertanggung jawab bagi kemampuan untuk mengenali dengan tepat letak tubuh bagian mana yang disentuh dan untuk mengenali tekstur benda yang diraba. Golongan
paleo-sensibilities
dengan
golongan
sistem
anterolateral.Sedangkan untuk golongan neo-sensibilities, guyton menyebut dengan golongan sistemkolumna dorsalis-lemnikus medialis. Sistem anterolateral atau paleo-sensibilities mempunyai kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yaitu kemampuan untuk menjalarkan modalitas sensasi yang sangat luas. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan dermis. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama adalah stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau kecoklatan. Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut stratum lusidum dan lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk disebut stratum korneum. Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur, sehingga kulit dapat 3
mengembang. Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. Kulit juga dapat mengatur suhu tubuh. Caranya dengan mengeluarkan keringat melalui kulit. Saat berolahraga, terjadi pembakaran energi di tubuh. Hal ini membuat suhu tubuh meningkat. Karena itu, tubuh mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Stimulus
Receptor
Sensoric
Sensoric area
Asosiation nerve
Cortex cerebri
Motoric nerve Motoric area Cortex Cerebri Perception 4
efector
output Respons
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara mengukur rasa paans dan dingin? 2. Bagaimana cara mengetahui sifat reseptor dan reaksi-reaksi pada kulit? 3. Bagaimana cara mengukur lokalisasi rasa tekan dan diskriminasi rasa tekan? 4. Bagaimana cara mengukur diskriminasi kekuatan rangsangan dengan hukum Weber-Fecher? 5. Bagaimana cara mengetahui kemampuan diskriminasi kekasaran dan bentuk? 6. Bagaimana cara menganalisa rasa nyeri pada kulit dan otot? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui cara mengukur rasa paans dan dingin. 2. Mengetahui sifat reseptor dan reaksi-reaksi pada kulit. 3. Mengetahui cara mengukur lokalisasi rasa tekan dan diskriminasi rasa tekan. 4. Mengetahui cara mengukur diskriminasi kekuatan rangsangan dengan hukum Weber-Fecher. 5. Mengetahui cara cara mengetahui kemampuan diskriminasi kekasaran dan bentuk. 6. Mengetahui cara menganalisa rasa nyeri pada kulit dan otot. 2.
Cara Kerja 2.1
Paleo-Sensibilities 2.1.1 Rasa-rasa panas dan dingin a. Sediakan 3 buah bak yang masing-masing berisi air es, air panas 40˚ C dan air dengan suhu ruangan kamar (air PDAM). b. Masukkan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air panas 40˚ C. c. Kemudian masukkan kedua telunjuk ke dalam bak ketiga yang berisi dengan suhu kamar. d. Tempelkan punggung tangan didepan mulut dan tiuplah kulit tangan tersebut secara perlahan-lahan. 5
e. Basahilah punggung tangan tersebut dengan air dahulu, kemudian tiuplah seperti percobaan sebelumnya. f. Olesi punggung tersebut dengan alcohol atau ether dahulu kemudian tiuplah lagi. 2.1.2 Reaksi-reaksi di kulit 1. Letakkan telapak tangan kiri di atas meja dan tandailah suatu daerah 3x3 cm dengan stempel yang telah tersedia. Tutplah mata orang coba. 2. Selidiki secara teratur mengikuti garis sejajar titik panas dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah di rendam di dalam air panas 50˚C. Berilah tanda pada titik-titik tersebut dengan tinta hitam. 3. Lakukan percobaan tersebut untuk menentukan titik-titik dingin dengan menggunakan kerucut yang telah direndam air es. 4. Lakukan percobaan tersebut untuk menentukan titik tekan dengan menggunakan aeshiometer rambut dari frey dan juga titik-titik nyeri dengan menggunakan jarum. 5. Buatlah gambar tangan diatas kertas putih dan tuliskan titiktitik rasa itu ke dalamnya. 6. Lakukan percobaan tersebut (no. 2s/4) untuk daerah lengan bawah, kuduk dan pipi. 2.2
Neo-Sensibilities 2.2.1 Lokalisasi rasa tekan 1. Tutuplah mata orang percobaan, kemudian tekanlah ujung pensil dengan kuat pada ujung jarinya. 2. suruhlah orang percobaan menunjukkan dengan pensil tempat yang telah dirangsang. Tentukan jarak antara titik rangsang dengan titik yang ditunjuk oleh orang percobaan dalam milimeter. 3. ulangi percobaan tersebut sebanyak tiga kali dan hitung jarak rata-rata. 6
4. Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah telapak tangan, pipi, lengan atas, lengan bawah, dan kuduk. 2.2.2 Diskriminasi rasa tekan 1. Tutuplah mata orang percobaan , kemudia letakkanlah kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultant) pada ujung jarinya. 2. ambilah mula-mula jarak ujung jangka kecil sehingga orang percobaan belum dapat membedakan dua titik, kemudian perbesarlah jarak kedua ujung jangka setiap kali dengan 2 mm, sehingga tepat dapat dibedakan dua titik oleh orang percobaan. 3. Ulangi percobaan ini no. 1-3, dengan jarak ujung jangka yang besar dahulu, kemudian dikecilkan setiap kali dengan 2 mm sampai ambang diskriminasi. Ambilah jarak rata-rata dari tindakan no 2 dan 3. 4. lakukan percobaan no 1-3, tetapi sekarang dengan menekan kedua ujung jangka secara berturut-turut (succesif). 5.
tentukan
dengan
cara-cara
tersebut
diatas
ambang
diskriminasi dua titik untuk daerah-daerah kuduk, bibir, dan pipi. Catatlah yang saudara alami. 2.2.3 Diskriminasi Kekuatan Rangsangan 1. Tutuplah mata orang percobaan dan letakkan tangannya diatas meja dengan telapak tangannya menghdapa keatas 2. Letak kotak timbangan dengan beban 5gr di dalamnya pada ujung-ujung jarinya. 3. Tambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban sampai orang percobaan tepat dapat membedakan tambahan berat. Catatlah berat permulaan (+kotak timbangan) dan berat terakhir itu. 4. Lakukan percobaan no.2 dan 3 dengan beban mula-mula di dalam kotak berturut-turut 5gr,10gr,50gr, dan 100 gr 2.2.4 Kemampuan Diskriminasi
7
2.2.4.1 Kemampuan Diskriminasi kekasaran Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan menebak orang coba terhadap kekasaran kertas gosok yang halus, sedikit kasar(sedang) dan kasar. Percobaan dilakukan pada beberapa bagian tubuh yaitu jari tangan, lengan bawah dan kuduk. Bagian yang paling peka dalam menebak kekasaran kertas gosok adalah pada bagian jari tangan, sedangkan pada lengan bawah dan kuduk terjadi kesalahan dalam penebakan terutama dalam menebak kekasaran kertas gosok sedang. 2.2.4.2 Kemampuan Diskriminasi Bentuk Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kemampuan menebak
bentuk
orang
coba.
Pengukuran
kemampuan
dilakukan dengan menggunakan beberapa bentukan yaitu bentukan bulat, balok, kubus dan bentukan campuran. Bentukan pada bagian tubuh jari tangan, lengan bawah dan kuduk. Pada jari tangan orang coba dapat menebak semua bentukan dengan benar namun pada lengan bawah dan kuduk terjadi kesalahan dalam penebakan terutama dalam menebak bentuk balok dan kotak. 2.2.4 Rasa Nyeri Kulit dan Otot Pada percobaan ini, alat yang digunakan adalah alat dari HardyWolff, yaitu terdiri dari lampu proyeksi yang dapat memusatkan sinarsinarnya untuk menembus suatu lubang (diafragma). Kekuatan radiasi sinar ditentukan dengan sebuah rheostat yang disusun seri dengan lampu. Lama penyinaran diukur dengan stopwatch. 1. Hitamkan (dengan tinta hitam, sebagai tanda) pada daerah kecil di kulit lengan bawah. Kemudian, tepatkan diafragma alat Hardy-Wolff 1 cm dari daerah kulit tersebut. 2. Lakukan penyinaran dengan kekuatan radiasi yang 8
rendah selama 10 detik (pada tiap tingkat radiasi). Untuk itu, haruslah diatur dengan rheostat. 3. Lakukan tindakan no.2 dengan setiap kali menggeser tombol rheostat, sampai orang percobaan merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. 4. Catatlah angka yang ditunjuk rheostat dan lama penyinaran dalam detik. Ini merupakan nilai ambang rasa nyeri orang percobaan. A. Pengaruh Mengalihkan Perhatian 1. Ulangi tindakan no. 1 sampai dengan 4, tetapi percobaan kali ini dengan mengalihkan perhatian orang
percobaan.
Pengalihan
perhatian
dapat
dilakukan dengan cara mengajak bicara orang percobaan, menggaruk-garuk kepalanya, atau caracara pengalihan perhatian lain yang serupa. 2. Catatlahlah besarnya radiasi dan waktu radiasi yang didapat. B. Pengaruh Hiperaemia 1. Gosoklah tangan yang telah dihitamkan dengan balsem yang telah tersedia. Kemudian, lakukan kembali tindakan no 1 sampai dengan 4 seperti sebelumnya. 2. Catatlah hasil yang didapat C. Pengaruh Anestetika Topical 1. Berikan tanda hitam pada lengan bawah yang berbeda dari lengan bawah sebelumnya. Oleskan kulit yang telah dihitamkan itu dengan anestetika topical yang telah tersedia. Kemudian, ulangi tindakan no 1 sampai dengan 4 seperti sebelumnya. 9
2. Catat hasil yang didapatkan.
3. Hasil Praktikum 3.1 Paleo-sensibilitas 3.1.1 Rasa Panas dan Dingin A. Jari Tangan Lokasi Ka ( Panas ) Ki (Dingin) Ka-Ki (normal)
Uraian Rasa Terasa Panas Terasa Dingin Kanan : Pada awalnya hangat, lama kelamaan terasa dingin Kiri : Semakin hangat
B. Punggung Tangan Lokasi Uraian Rasa Kondisi kering Terasa hembusan nafas, tidak hangat Basahi alkohol Dingin seperti terkena air es Olesi alkohol Dingin 3.1.2 Reaksi-Reaksi di Kulit a. Pada tangan Punggung tangan
Lengan bawah
Pipi
Kuduk
10
b. Pada air dingin Punggung tangan
Lengan bawah
Pipi
Kuduk
c. Pensil Punggung tangan
Lengan bawah
Pipi
Kuduk
11
Reaksi Kulit Punggung Tangan
Lengan Bawah
Pipi
Kuduk
Air Panas
9
8
4
8
Air Dingin
20
19
24
19
Tekan (Pensil)
15
15
18
19
3.2 Neo-sensibilitas 3.2.1 Lokalisasi Rasa Tekan
I II III Ratarata
Ujung Jari Telapak tangan Lengan Bawah Lengan Atas 2 mm 5 mm 2 mm 12 mm 0 mm 3 mm 9 mm 11 mm 4 mm 3 mm 9 mm 27 mm 2 3.67 6.67 16.67
Pipi 4 mm 6 mm 1 mm 3.67
Kuduk 3 mm 2 mm 3 mm 2.67
3.2.2 Diskriminasi Rasa Tekan a. dari dekat ke jauh Jarak (mm) 1 mm 2 mm 4 mm 6 mm 8 mm
Ujung Jari
Kuduk
Bibir
Pipi
Simultan Suksesif Simultan Suksesif Simultan Suksesif Simultan Suksesif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2
b. dari jauh ke dekat Jarak (mm) 8 mm
Ujung Jari
Kuduk
Bibir
Pipi
Simultan Suksesif Simultan Suksesif Simultan Suksesif Simultan Suksesif 2 2 1 2 2 2 2 2 12
6 mm 4 mm 2 mm 1 mm
2 2 1 1
2 2 2 1
1 1 1 1
2 1 1 1
2 2 1 1
2 2 2 1
3.2.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan BeratAkhir yang BeratMula-Mula Dirasakan (gr) Orang ke-1 (gr) 5 15 10 15 50 55 100 115
1 1 1 1
2 1 1 1
BeratAkhir yang Dirasakan Orang ke-2 (gr) 15 45 115 125
3.2.4 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
No.
kekasaran kertas gosok
Jari Tangan
Lengan Bawah
Ulangan
Kuduk
Ulangan
Ulangan
I
II
III
I
II
III
I
II
III
1
halus
+
+
+
+
+
+
+
+
-
2
sedang
+
+
+
-
+
+
+
-
+
3
kasar
+
+
+
+
+
+
+
+
+
3.2.4 Kemampuan Diskriminasi Bentuk Jari Tangan No.
Bentuk
Lengan Bawah
Ulangan
Kuduk
Ulangan
Ulangan
I
II
III
I
II
III
I
II
III
1
Bola
+
+
+
+
+
+
+
+
+
2
Balok
+
+
+
+
+
+
-
+
+
3
Kubus Bentuk campuran
+
+
+
+
-
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
4
3.3 Rasa Nyeri Kulit dan Otot a. Perlakuan pada orang percobaan normal No. 1.
Perlakuan Lingkaran yang dihitamkan
TeganganListrik 100 mV 13
Waktu 50 s
2. 3. 4.
Lingkaran yang dihitamkan + dialihkanperhatian Lingkaranhitam + balsam Lingkaranhitam + anestetikatropikal
120 mV
60 s
100 mV 100 mV
50 s 50 s
TeganganListrik 80 mV 60 mV
Waktu 40 s 30 s
80 mV 80 mV
40 s 40 s
b. Perlakuan pada orang percobaan tidak normal No. 1. 2. 3. 4.
Perlakuan Lingkaran yang dihitamkan Lingkaran yang dihitamkan + dialihkanperhatian Lingkaranhitam + balsam Lingkaranhitam + anestetikatropikal
14
4. Pembahasan 4.1 Paleo-sensibilitas 4.1.1 Rasa Panas dan Dingin 1. Kedua jari ( telunjuk kanan dan kiri) dimasukkan kedalam bak berisi air es dan air panas 40 C. Setelah itu kedua jari dipindahkan dan dimasukkan ke dalam bak yang berisi air bersuhu kamar ( air PDAM) Tangan kiri (air 40 C) terasa sejuk saat dimasukkan ke dalam air suhu kamar. 2. Tangan kanan ( air es ) sedikit sekali merasa hangat. Saat telunjuk kanan dimasukkan ke dalam air es, tubuh mengalami rasa dingin dengan cepat dan terasa nyeri akibat hipotermia di ujung jari. Ujung bagian tubuh (jauh dari jantung) mengalami efek hipotermia yang cepat ( O’Cornell, JJ, O.A, Reagan, R.F. Awdental Hypothermia and Fiosbite. ( Related Condition, 2001). Saat kedua jari dipindahkan ke air bersuhu
normal,
secara
normal
kulit
akan
mempertahankan
keseimbangan suhu dengan cara menstabilkan pemasukan dan pengeluaran panas.
•
Pada punggung tangan yang tidak diberi perlakuan apapun, saat ditiup akan terasa biasa saja. Karena suhu tubuh hampir sama dengan suhu ruangan.
•
Pada punggung tangan yang dibasahi dengan air lalu ditiup, terasa lebih dingin.
•
Lalu pada percobaan ketiga yang menggunakan alkohol pada punggung tangan akan timbul rasa dingin dibandingan percobaan sebelumnya. Tetapi rasa dingin yang timbul tidak bertahan lama karena alkohol meguap sehingga menimbulkan rasa hangat dan kemudian kembali normal. Perubahan suhu tubuh mengubah aktivitas sel-peningkatan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu 15
memperlambat reaksi-reaksi tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktuasi suhu internal maka manusia secara homeostasis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal agar metabolisma sel berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius darpada pendinginan. Bahkan peningkatan moderat suhu tubuh mulai
menyebabkan malfungsi syaraf dan denaturasi protein
ireversibel. 3 Berdasarkan hasil percobaan dapat menyimpukan bahwa sensasi titik panas dan dingin dapat teraba jelas berada pada daerah tengah tangan.Disini terlihat bahwa reseptor-reseptor panas dan dingin pada daerah tangan terbanyak terletak pada daerah tengah, dan juga bukan karena reseptor-resptor panas dingin saja yang banyak tetapi juga karena di daerah tengah tangan sedikit lebih curam, ini menandakan disana lebih sedikit jaringan lemaknya sehingga sensasi titik panas dan dingin lebih terasa. 2
4.1.2 Reaksi-reaksi di kulit Hasil percobaan menunjukkan bahwa reseptor untuk rasa-rasa pandan dan dingin, tekan dan nyeri berbeda. Tingkat kepekaan daerah pada tubuhpun berbeda. Dari percobaan di dapati bahwa reseptor rasa panas paling sensitif pada daerah pipi dan kuduk. Rasa nyeri berada pada lengan bawah, dan rasa dingin pada Krause yang terdapat pada dermis dan banyak ditemukan di daerah mukokatis/bibir dan gomalia eksternal). Reseptor rasa tekan adalah Korpuscle Pacini yang di jaringan subkutan dan banyak ditemukan di daerah mukokatis/bibir. Reseptor rasa nyeri adalah Free nerve ending yang terdapat pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor. 4.2 Neo-sensibilitas 4.2.1 Lokalisasi Rasa Tekan Menurut hasil percobaan ketepatan orang percobaan 16
dalam menunjukan titik rangsangan paling tepat pada ujung jari dan ketepatannya kurang pada lengan bawah dan lengan atas. Kepekaan peraba pada hasil percobaan sangat besar pada ujung jari. Reseptor yang merespon pada tekanan adalah corpuscle Pacini. Corpuscle Pacini adalah ujung saraf di kulit yang bertanggung jawab untuk kepekaan terhadap getaran dan tekanan (Thomas Caceci). Sensitivitas yang optimal dari corpuscle pacini adalah 250 Hz, rentang frekuensi yang dihasilkan pada ujung jari dengan tekstur yang terbuat dari fitur yang lebih kecil dari 200 mikrometer, sehingga daerah pada ujung jari lebih peka terhadap rangsangan. 4
4.2.2 Diskriminasi Rasa Tekan Apakah perbedaan diskriminasi bila ujung-ujung jangka ditekan secara simultant dan succesif? Ada perbedaan ditekan secara serental (simultant) dan berturutturut (succesif). Apabila dilakukan secara simultant, perasaan akan 2 titik lebih kecil atau sedikit dibanding dengan yang dilakukan secara succesif. Pada succesif, meskipun jarak yang dibuat cukup kecil, masih bisa terasa sebagai 2 titik. 5 4.2.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan 1. Bagaimana bunyi hukum Weber –Fechner? Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rasa-rasa, pada umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya. 2. Sesuaikah hukum ini dengan hasil percobaan? Mengapa? Sesuai, menurut hukum Weber-Fechner
sensor perasa
memiliki pengaruh langsung pada perilaku. Pada reaksi sensor perasa akan ditemukan dua macam perilaku. Bergantung pada 17
kondisi organ dan sifat perangsangnya, maka dampaknya mungkin menjadi semakin bertambah atau semakin berkurang dalam kepekaannya. Pada hasil percobaan didapatkan bahwa sebuah rangsang/stimulus yang didapatkan akan lebih rendah daripada rangsang/stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya. Pengenalan “Rasio” Kekuatan Rangsangan. Pada pertengahan tahun 1800-an, mula-mula Weber kemudian Fechner
mengajukan
prinsip
bahwa
gradasi
kekuatan
rangsangan dibedakan secara proposional dalam bentuk logaritma kekuatan rangsangan. Yaitu, seseorang yang sudah memegang beban 30 gram di tangannya dapat secara kasar menyadari adanya kenaikan berat sebanyak 1 gram, dan ketika sudah memegang beban seberat 300 gram, orang tersebut dapat menyadari adanya kenaikan 10 gram ketika memegang benda seberat 300 gram. Jadi, pada keadaan ini, rasio perubahan kekuatan rangsangan yang diperlukan untuk menyadari itu masih tetap konstan, sekitar 1 sampai 30, yang merupakan prinsip logaritma. Untuk memperlihatkan hal ini secara sistematis. 1 Kekuatan sinyal yang diinterpretasikan = Log (Rangsangan) + Konstanta
Akhir –akhir ini, telah dibuktikan bahwa prinsip WeberFechner secara kuantitatif hanya akurat untuk intensitas penglihatan, pendengaran, dan pengalaman sensorik kutaneus yang lebih tinggi, dan penerapannya tidak begitu baik pada kebanyakan pengalaman sensorik jenis lain. Ternyata prinsip Weber-Fechner masih yang paling baik untuk diingat karena hal ini memperkuat dugaan bahwa semakin besar intensitas sensorik yang diterima, semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita dapat 18
mendeteksi perubahan tersebut. 1
4.2.4 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan menebak orang coba terhadap kekasaran kertas gosok 1,2, dan 3 (halus, sedang, kasar). Percobaan dilakukan pada beberapa bagian tubuh yaitu jari tangan, telapak tangan, lengan bawah dan kuduk. Bagian yang paling peka dalam menebak kekasaran kertas gosok adalah pada bagian jari tangan, sedangkan pada telapak tangan, lengan bawah dan kuduk terjadi kesalahan dalam penebakan terutama dalam menebak kekasaran kertas gosok sedang. 4.2.5 Kemampuan Diskriminasi Bentuk Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kemampuan menebak
bentuk
orang
coba.
Pengukuran
kemampuan
dilakukan dengan menggunakan beberapa bentukan yaitu bentukan bulat, balok, kubus dan limas. Bentukan pada bagian tubuh jari tangan, telapak tangan, lengan bawah dan kuduk. Pada jari tangan dan telapak tangan orang coba dapat menebak semua bentukan dengan benar namun pada lengan bawah dan kuduk terjadi kesalahan dalam penebakan terutama dalam menebak bentuk balok dan kotak. 4.3 Rasa Nyeri Kulit dan Otot 4.3.1 Pengaruh hiperaemia Saat dilakukan rangsangan dengan penyinaran alat Hardy-Wolff, kulit akan mengalami iskemia. Setelah penyinaran dihentikan, kulit akan mengalami hiperaemia reaktif merupakan peningkatan aliran darah secara tiba-tiba setelah oklusi selesai. Pemberian balsam pada daerah yang terkena sinar akan memperlancar aliran darah karena panas pada balsam akan merespon tubuh untuk melakukan vasodilatasi. Hiperaemia merupakan reaksi kompensasi sementara dan agar efektif rangsangan harus dihentikan. Setelah 19
diadesi dengan balsam, nilai ambang rasa nyeri menurun karena sebelum aliran darah kembali normal, rangsangan nyeri sudah terjadi lagi dan jaringan mengalami kerusakan sehingga rasa nyeri semakin cepat dirasakan. 4.3.2 Pengalihan Perhatian Pengalihan perhatian ini hampir sama dengan hipnotis. Dengan pengalihan perhatian maka rasa nyeri akan berkurang. Membuktikan bahwa faktor psikologis juga mempengaruhi rasa nyeri pada seseorang. Apabila pengalih perhatian berupa reward, maka tubuh akan mengalami respon positif terhadap apapun yang mengenai tubuh. Pengalihan perhatian dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk untuk tidak dikirimkan ke korteks cerebri sehingga menurunkan persepsi nyeri (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 99). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan. Kemudian, otot berkontraksi sehingga menimbulkan
nyeri. Persepsi
dipengaruhi oleh modalitas renspons dari reaksi sel T (Hidayat, 2008, hlm. 129-130). Menurut Gill, 1990, Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (Potter dan Perry, 2006, hlm. 1511-1515). 4.3.3 Anestetika Topikal Anastetika topikal yaitu pengolesan analgetik lokal diatas selaput mukosa. Anestetika topikal diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah kulit maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung-ujung saraf superfisial. Semua agen anestetika topikal sama efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa dan menganestesi dengan kedalaman 2-3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat. Pemberian anestetika local sangat ampuh dalam pemberian rasa nyeri. Anestetika tropikal akan menghambat reseptor nyeri. Tetapi tidak hanya reseptor, melainkan sepanjang jalan reflek. Meliputi sensorik, motorik dan system kerja reflek. Salah satu bentuk sediaan anestetika topical adalah salep yang mengandung lignokain hidroklorida 5%. Diperlukan waktu 3-4 menit untuk 20
memberikan efek anastesi. Beberapa industri farmasi bahkan menyertakan enzim hialuronidase dalam produknya dengan harapan dapat membantu penetrasi agen anastesi lokal dalam jaringan. Amethocaine dan benzocaine umumnya juga ditambahkan dalam preparat ini. Salep sangat bermanfaat bila diaplikasikan pada gingiva lunak sebelum pemberian tumpatan yang dalam 5. Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa tubuh memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda pada tiap bagiannya. Hal ini disebabkan kepadatan titik-titik reseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama. Pada hasil percobaaan kami, dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki kepekaan paling tinggi adalah pipi, diikuti dengan kuduk, lengan bawah, dan telapak tangan. Pada pemberian rangsangan dingin, lengan bawah terdapat 21 titik reseptor, dengan kata lain rangsangan dingin paling dirasakan oleh lengan bawah pada percobaan ini. Pada pemberian rangsangan panas, kuduk mempunyai titik reseptor rasa panasyang lebih banyak. Sedangkan pada pemberian rangsangan nyeri, pipi dan telapak tanganlebih terasa. Pada semua pemberian rangsangan tersebut juga dirasakan rasa tekan.
Daftar Pustaka 1. Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier 2. Ganong WF. 2006. Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGrawHill companies 3. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem ed.2. Jakarta:EGC 4. Scheibert J, Leurent S, Prevost A, Debrégeas G. (2009). The role of fingerprints in the coding of tactile information probed with a biomimetic sensor. Science. 323(5920):1503-6. 5. Thomas Caceci. "Example: Lamellar Corpuscle". VM8054 Veterinary Histology. Retrieved 2013-05-19.
21
22