LAPORAN KASUS KELAINAN REFRAKSI DAN PRESBIOPIA Disusun Oleh :Brenda Karina 1102010052 Pembimbing: dr. Agah Gadjali, Sp. M dr. Gartati Ismail, Sp. M dr. Henry A. Wibowo, Sp. M dr. Hermansyah, Sp. M dr. Mustafa K. Shahab, Sp. M Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas YARSI RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto
Identitas Pasien • • • • • • • • • • • •
Nama : Ny. A Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 66 tahun Alamat : Jl.SMEA 6 RT/RW 08/09 No. 21, Cawang, Jakarta Timur Warga Negara : Indonesia Suku : Jawa Agama : Islam Status : Sudah menikah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : Tamat SMA Tgl pemeriksaan : 28 Mei 2015, pukul 11.03 WIB No. RM : 703.349
Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis Tanggal 28 Mei 2015, jam 11.03 WIB di RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto.
Keluhan utama Keluhan tambahan Mata sering terasa Pandangan bertambah perih, berair, dan kabur sejak 1 bulan pusing saat membaca yang lalu setiap serta sering gatal dan membaca. keluar kotoran.
Perjalanan penyakit sekarang : Seorang pasien wanita berumur 66 tahun, datang kebagian mata Rumah Sakit POLRI, untuk memeriksakan matanya, satu bulan terakhir pasien merasa pandangannya untuk membaca semakin buram. Kemudian pasien merasa matanya sering terasa perih, pusing dan berair saat membaca. Pasien juga mengeluhkan mata sering gatal dan keluar kotoran. Kemudian pasien memeriksakan diri ke bagian mata Rumah Sakit POLRI. Keluhan mata merah disangkal.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat DM : Diakui Riwayat alergi obat, trauma pada mata : Disangkal Riwayat operasi mata : Disangkal Riwayat penyakit dengan keluhan sama : Diakui Riwayat penggunaan kacamata : Diakui
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat hipertensi : Disangkal Riwayat DM : Diakui (Ibu) Riwayat penyakit keluhan sama : Diakui (Orangtua)
Pemeriksaan fisik Status generalis : Keadaan umum : baik Kesadaran : compos mentis
Vital sign : Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/ menit reguler RR : 18x/ menit Suhu : 36,5 o C
Status gizi : Kesan gizi cukup Kepala : tidak ada kelainan Kulit : tidak ada kelainan Jantung : tidak ada kelainan Hati :: tidak Paru tidak ada ada kelainan kelainan Limpa : tidak ada kelainan Limfe : tidak ada kelainan Ekstremitas : tidak ada kelainan
inspeksi
Status Oftalmologi Posisi Hirschberg Gerakan
OD
OS
Ortoforia
Ortoforia
bola
mata Visus sine koreksi 5/5 E
5/5 E
TIO
N/palpasi
N/palpasi
Palpebra superior Edema (-)
Edema (-)
Benjolan (-)
Benjolan (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis(-)
Nyeri tekan (-)
Nyeri tekan (-)
Status Oftalmologi Palpebra inferior
OD
OS
Edema (-)
Edema (-)
Benjolan (-)
Benjolan (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Nyeri tekan (-)
Nyeri tekan (-)
Konjungtiva tarsalis superior Hiperemis (-)
Konjungtiva tarsalis inferior
Konjungtiva bulbi
Hiperemis (-)
Papil (-)
Papil (-)
Edema (-)
Edema (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Papil (-)
Papil (-)
Edema (-)
Edema (-)
Injeksisiliar (-)
Injeksisiliar (-)
Status Oftalmologi OD
OS
Jernih
Jernih
Ulkus(-)
Ulkus(-)
Infiltrat (-)
Infiltrat (-)
Sikatriks (-)
Sikatriks (-)
Arcus senilis (+)
Arcus senilis(+)
Bilik mata depan
Dalam
Dalam
Iris
Jernih Bulat
Jernih Bulat
Batas tegas
Batas tegas
sinekia anterior (-)
sinekia anterior (-)
sinekia posterior (-)
sinekia posterior (-)
Kornea
Status Oftalmologi OD
OS
Bulat
Bulat
Jernih
Jernih
Berada di sentral
Berada di sentral
Lensa
Jernih
Jernih
Vitreus
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Fundus
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Pupil
Resume Seorang pasien wanita berumur 66 tahun, datang kebagian mata Rumah Sakit POLRI, untuk memeriksakan matanya, dikarenakan pasien merasa pandangannya semakin kabur saat membaca. Sebelumnya pasien sudah menggunakan kaca mata saat membaca selama 19 tahun. Ukuran kacamata yang terakhir digunakan saat memeriksa mata sebelum ini adalah kacamata bikonkaf dengan lensa atas plano dan lensa bawah untuk membaca ADD +2.00 (Spheris +2.00). Satu bulan terakhir pasien merasa pandangannya untuk membaca semakin buram. Kemudian pasien merasa matanya sering terasa perih, pusing dan berair saat membaca. Pasien juga mengeluhkan mata gatal dan keluar kotoran. Kemudian pasien memeriksakan diri ke bagian mata Rumah Sakit POLRI. Status Oftalmologi
Oculi Dekstra
Oculi Sinistra
Visus
5/5
5/5
Koreksi
E
E
Diagnosis Diagnosis kerja: ODS presbiopia Diagnosis banding: Hipermetropi
Tatalaksana: – Medikamentosa: • ODS = Cendo Protagent A eyedrop(Polivynilpyrrolidon 20mg/mL) 4x1 tetes sehari
– Pemberian resep kacamata
Jauh Dekat
Vitru
Vitru
Axis
Prism
Vitru
Vitru
Axis
Prism
Dista
m
m
(OD)
a
m
m
(OS)
a
nd
spher
cylin
basis
spher
cylin
basis
vitror
is
d
is
d
(OD)
(OD)
(OS)
(OS)
-
59 57
+2.75 -
-
-
+2.75 -
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG LANJUTAN
Tidak diperlukan
KONSELING DAN EDUKASI
Memberitahu keluarga bahwa presbiopia merupakan penyakit degeneratif dan dapat dikoreksi dengan kacamata
Prognosis Ocular Dextra Ocular Sinistra Quo Ad Vitam Ad bonam Quo Ad Dubia Ad malam Fungsionam Quo
Ad
Ad bonam
Sanactionam Quo
Ad
Ad bonam
Kosmetikam
Media Refraksi
Refraksi/ bias: pembelokan cahaya “proses pembiasan cahaya melalui media optik dengan indeks bias yang berbeda”
• 2 faktor yang berperan dalam derajat refraksi, yaitu: – Densitas komparatif antara 2 media – Sudut jatuhnya berkas cahaya di medium ke 2
Anatomi Media Refraksi
Anatomi Media Refraksi KORNEA : – MEMBIAS SINAR 80 % – INDEKS BIAS 40 DIOPTRI ( D ) – Tebal: 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi – Diameternya sekitar 11,5 mm. – Pemeriksaan:Keratometri – Lapisan: • • • • •
lapisan epitel lapisan bowman Stroma Membran descemet Lapisan endotel.
Anatomi Media Refraksi HUMOR AQUAEUS : – Indeks bias 1.34 – Diproduksi oleh korpus siliaris – Jaga keseimbangan TIO dan untuk nutrisi
LENSA : – Membias sinar 20 % – Kekuatan indeks bias 10 dioptri ( D ) – tebalnya sekitar 4 mm, diameter 9 mm – Bikonveks – Terikat oleh serabut zonula zinii & M. siliaris
Anatomi Media Refraksi Korpus Vitreus – Paling luas – Indeks bias = 1,34 – Massa gelatinous, transparan, avaskular, mengisi posterior bola mata. – Komposisi: air 99%. Kolagen dan asam hialuronat 1%
Anatomi Media Refraksi PERAN STRUKTUR MATA LAIN :
PUPIL : – Mengatur jumlah sinar Rangsangan masuk (mirip diagfragma)
RETINA / SARAF MATA
Akomodasi • kesanggupan mata untuk memperbesar daya pembiasannya. • dipengaruhi serat-serat sirkuler mm.siliaris: mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula zinii. • Punctum remotum (R) : Titik terjauh dilihat tanpa akomodasi. • Punctum proksimum (P) : Titik terdekat dilihat dengan akomodasi maksimal.
Teori Mekanisme Akomodasi • Teori Helmholtz:
Teori Mekanisme Akomodasi • Teori Schoen (M. siliaris diumpamakan bola karet)
Teori Mekanisme Akomodasi • Teori Tichering:
Proses Penglihatan
Tajam Penglihatan • "Visual Acuity" = Buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada tingkat kejelasan upaya pemfokusan di retina. • Penglihatan optimal: – Jalur saraf visual yang utuh – Stuktur mata yang sehat – kemampuan fokus mata yang tepat.
Dibagi menjadi: •
•
Recognition acuity: tajam penglihatan yang berhubungan dengan detail dari huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity: kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai dua objek yang terpisah
PEMERIKSAAN REFRAKSI Tujuan: memperoleh ketajaman penglihatan yang setinggi-tingginya dengan menggunakan lensa.
Objektif – – – –
Oftalmoskope Retinoskope Autorefraktometer Keratometer
Subjectif – Optotipe snellen – trial lenses
KELAINAN REFRAKSI
EMETROPIA “Sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi.” •
keseimbangan antara kekuatan pembiasan sinar dengan panjangnya bola mata.
•
Keseimbangan kekuatan pembiasan sebagian besar dibentuk oleh dataran depan, kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata.
AMETROPIA “Kelainan pembiasan sinar sejajar oleh media penglihatan sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi.” Klasifikasi: • Kelainan Refrakter – Miopia – Hipermetropia – Astigmatisma
• Kelainan Daya Akomodasi – Presbiopia
MIOPIA Definisi: cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina, tanpa akomodasi. Disebut juga: • Rabun jauh • Nearsightness
MIOPIA Etiologi: • Herediter • Penyakit sistemik • Kelainan endokrin • Malnutrisi, defisiensi vitamin dan mineral tertentu • Penyakit mata • Gangguan pertumbuhan • Lingkungan (iluminasi)
• Kerja dekat yang berlebihan • Pemakaian kaca mata yang tidak sesuai • Sikap tubuh yang tidak sesuai • pertambahan panjang aksis bola mata • Perubahan anatomi media refraksi
MIOPIA F
Klasifikasi
MIOPIA Klasifikasi U
MIOPIA Manifestasi Klinis Subjektif: • Penglihatan jauh kabur, sedangkan untuk dekat tetap terang. • Daerah lapangan pandangan melihat seperti benang: Jaringan retina perifer mengalami proses degenerasi dan terlepas dalam corpus vitreus (muscae volitantes). • Miopia tinggi-> R lebih dekat -> titik terjauh masih terang -> konvergensi lebih banyak-> astenopia konvergensi
MIOPIA Manifestasi Klinis Objektif: • Miopia simpleks : – segmen anterior: bilik mata dalam, pupil yang relatif lebar, bola mata yang agak menonjol. – segmen posterior: normal/ disertai myopic cresent ringan sekitar papil saraf optik.
MIOPIA Manifestasi Klinis Objektif Miopia patologik : • •
segmen anterior = simpleks segmen posterior:
Gambar: Fundus tigroid
– Badan kaca : kekeruhan (pendarahan /degenerasi yang terlihat sebagai floaters) – Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil lebih pucat meluas ke temporal dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur. – Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula. – Retina perifer : degenerasi Kista retina perifer, Pada fundus penipisan koroid dan retina -> bayangan koroid tampak lebih jelas(fundus tigroid).
MIOPIA • Anamnesis – Penegakan diagnosis dari anamnesis yaitu dari gejala yang pasien keluhkan dan riwayat keluarga
• Pemeriksaan oftamologi – Pemeriksaan ketajaman penglihatan jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat (Jaeger): trial and error, tes duke elder (DE) – Pemeriksaan penglihatan warna – Pemeriksaan gerakan bola mata – Pemeriksaan segmen anterior mata – Pemeriksaan segmen posterior mata (oftalmoskop) – Pemeriksaan tekanan intraokular
MIOPIA Tatalaksana 1.Koreksi dengan kacamata sferis negatif – Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal
2.Koreksi dengan lensa kontak – Lensa kontak lunak (Soft lens):hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer(Soft lens membawa oksigen dengan perantaraan air yang dikandungnya)
– Lensa kontak keras (Hard lens): PMMA (polymethylmethacrylate) yang memberikan oksigen melalui pinggir lensa kontak
MIOPIA Tatalaksana 3. Koreksi dengan LASIK: hasil permanen “Tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi kelengkungan kornea”
MIOPIA Tatalaksana PROSEDUR LASIK • Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak • Kelainan refraksi: – Miopia sampai -1.00 sampai dengan 13.00 dioptri. – Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri. – Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
• Usia minimal 18 tahun • Tidak sedang hamil atau menyusui • Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun
• Ukuran kacamata atau lensa kontak stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan • Tidak ada kelainan mata: infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan ambliopia • Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens).
HIPERMETROPIA Definisi “keadaan mata istirahat semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga dibiaskan dibelakang retina, dan sinarsinar divergen yang datang dari benda-benda yang jaraknya dekat dibiaskan lebih jauh lagi di belakang retina. Dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat.”
HIPERMETROPIA Etiologi • Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek) • sinar cahaya paralel mengalami konvergensi pada titik di belakang retina. • Panjangnya bola mata yang lebih pendek. • Kelengkungan kornea kurang • Indeksi bias yang kurang
HIPERMETROPIA Klasifikasi Penyebab
HIPERMETROPIA Manifestasi Klinis • Melihat dekat akan lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih dijauhkan. • Hipermetropia > + 3.00 D, tajam penglihatan jauh akan terganggu • Matanya lelah dan sakit terusmenerus(astenopia akomodatif) • Terus-menerus berakomodasi -> bola mata konvergensi>esotropia(juling ke dalam)
• Usia muda: tidak ada keluhan • Usia lanjut:sakit kepala pada dahi/frontal, silau, kadang melihat ganda, mata pedas dan tertekan. • Hipertrofi otot siliaris • Iris terdorong ke depan • Bilik mata depan menjadi dangkal. • Pupil miosis.
HIPERMETROPIA • Anamnesis – Penegakan diagnosis dari anamnesis yaitu dari gejala yang pasien keluhkan dan riwayat keluarga
• Pemeriksaan oftalmologi – Pemeriksaan ketajaman penglihatan jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat (Jaeger): trial and error – Pemeriksaan penglihatan warna – Pemeriksaan gerakan bola mata – Pemeriksaan segmen anterior mata – Pemeriksaan segmen posterior mata (oftalmoskop) – Pemeriksaan tekanan intraokular
HIPERMETROPIA Tatalaksana • Koreksi kaca mata sferis positif: – lensa sferis terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. – Akomodasi masih sangat kuat/ anak-anak: Diberikan siklopegik untuk melumpuhkan otot akomodasi -> koreksi kacamata dengan mata yang istirahat. – Hipermetropia aksial: kekuatan lensa lebih tinggi-> geser sinar ke macula lutea. – Esotropia/ ambliopia: kaca mata koreksi hipermetropia total
• Koreksi dengan kontak lens • Koreksi dengan LASIK
ASTIGMATISMA Definisi • sinar cahaya sejajar tidak direfraksikan dengan sama pada semua meridian. • 5% dari pasien yang memakai kaca mata mempunyai kelainan astigmatisma.
ASTIGMATISMA Etiologi
• • • • • •
Permukaan kornea tidak rata. Kongenital (autosomal dominan) Trauma/jaringan parut pada kornea Tumor palpebra Insisi kornea Traksi bola mata oleh otot-otot mata eksternal yang merubah bentuk sclera
ASTIGMATISMA Klasifikasi Faktor penyebab: • Astigmatisma kornea • Astigmatisma internal • Astigmatisma total (refraktif) “Astigmatisma internal = Astigmatisma total – Astigmatisma kornea”.
ASTIGMATISMA Klasifikasi Astigmatisma Reguler Letak daya bias terkuat: • Astigmatisme With The Rule.(Meridian V>H) • Astigmatisme Against The Rule.(Meridian H>V)
Astigmatisme With The Rule
Astigmatisme Against The Rule
ASTIGMATISMA Klasifikasi Astigmatisma Reguler Letak fokus terhadap retina: Astigmatismus Myopicus Simplex.
untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan disebut titik B .
ASTIGMATISMA KlasifikasiAstigmatisma Reguler Letak fokus terhadap retina: Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
untuk menyederhanakan penjelasan, titik fokus dari daya bias terkuat akan disebut titik A, sedang titik fokus dari daya bias terlemah akan
Astigmatisma Klasifikasi Astigmatisma Reguler Arah axis lensa koreksinya:
– Astigmatisme Simetris: axis cylindris mata kanan dan kiri yang bila dijumlahkan akan bernilai 180°
– Astigmatisme Asimetris: meredian utama kedua bola matanya tidak memiliki hubungan yang simetris terhadap garis medial
– Astigmatisme Oblique: meredian utama kedua bola matanya cenderung searah dan sama-sama memiliki deviasi lebih dari 20° terhadap meredian horisontal atau vertikal.
Astigmatisma Klasifikasi Astigma Irreguler: Meridian meridian utama bola matanya tidak saling tegak lurus. Penyebab? ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata / lensa mata (katarak stadium awal). Koreksi optimal: • Lensa kontak kaku (hard contact lens) • Operasi (LASIK, keratotomy).
Astigmatisma
Astigmatisma Irreguler
Astigmatisma Manifestasi Klinis Astigmatisma rendah: • Sakit kepala pada bagian frontal. • Pengaburan sementara penglihatan dekat. • Menutup atau mengucek-ucek mata.
Astigmatisma Manifestasi Klinis Astigmatisma tinggi: • Memiringkan kepala/tilting his head: astigmatisma obliq yang tinggi. • Memutarkan kepala. • Menyipitkan mata (efek pinhole atau stenopaic slide).
Astigmatisma •
•
Anamnesis – Penegakan diagnosis dari anamnesis yaitu dari gejala yang pasien keluhkan dan riwayat keluarga Pemeriksaan Oftalmologi – Pemeriksaan ketajaman penglihatan jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat (Jaeger), uji pinhole, uji pengaburan (fogging technique):trial and error – Pemeriksaan penglihatan warna – Pemeriksaan gerakan bola mata – Pemeriksaan segmen anterior mata – Pemeriksaan segmen posterior mata (oftalmoskop) – Pemeriksaan tekanan intraokular – Pemeriksaan keratometri
Astigmatisma
Kartu untuk tes Astigmatisma
Keratometri
Astigmatisma • Pemberian lensa silinder • Penggunaan lensa kontak • Tindakan operatif – Laser in Situ Keratomileusis (LASIK) – Photorefractive keratectomy (PRK)
Astigmatisma
Photorefractive Keratectomy (PRK).
Laser In-Situ Keratomileusis (LASIK). A: flap kornea. B: Spot laser multipel.
Photorefractive Keratectomy (PRK).
PRESBIOPIA Definisi Kondisi dimana lensa kristalin kehilangan fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang dekat, dimana punctum proksimum (titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang maksimal) telah begitu jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, menjahit sukar dilakukan. • Bagian alami dari penuaan mata. • Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun
PRESBIOPIA Etiologi • Kelemahan otot akomodasi • Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
PRESBIOPIA Klasifikasi Usia • Presbyopia Precock • Presbyopia Derajat keparahan • Presbiopi Insipien • Presbiopi Fungsional • Presbiopi Absolut • Presbiopi Prematur • Presbiopi Nokturnal
PRESBIOPIA Manifestasi Klinik • Sulit membaca tulisan halus / kecil. • Mata menjadi merah, berair, dan sering terasa pedih. Bisa juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama. • Membaca dengan menjauhkan kertas • Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari. • Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. • Terganggu secara emosional dan fisik. • Sulit membedakan warna
PRESBIOPIA • Anamnesis – Penegakan diagnosis dari anamnesis yaitu dari gejala yang pasien keluhkan dan riwayat keluarga
• Pemeriksaan oftalmologi – Pemeriksaan ketajaman penglihatan jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat (Jaeger): trial and error – Pemeriksaan penglihatan warna – Pemeriksaan gerakan bola mata – Pemeriksaan segmen anterior mata – Pemeriksaan segmen posterior mata (oftalmoskop) – Pemeriksaan tekanan intraokular
PRESBIOPIA 1.Koreksi dengan kacamata sferis positif – Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata Kekuatan Lensa Positif yang (tahun) dibutuhkan untukUsia memfokuskan objek-objek yang dekat. 40
+1.00 D
45
+1.50 D
50
+2.00 D
55
+2.50 D
60
+3.00 D
PRESBIOPIA Beberapa jenis lensa untuk mengoreksi kelainan refraksi disertai dengan presbiopia • Bifokal – untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif. • Trifokal – untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif. • Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya.
PRESBIOPIA 2.Koreksi dengan lensa kontak Lensa kontak lunak (Soft lens): gas permeable atau soft lense materials
• Tipe lensa kontak yang lain untuk koreksi presbiopia adalah monovision, di mana satu mata menggunakan preskripsi penglihatan jarak jauh dan mata yang lain menggunakan perskripsi untuk penglihatan dekat. • Efek:pusing atau mual, atau kesalahan memperkirakan jarak.
PRESBIOPIA 2.Koreksi dengan lensa kontak Jenis Monovision: – Monovision kontak : lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk mengambil foto. – Monovision modified: lensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca
PRESBIOPIA 2.Koreksi dengan lensa kontak Jenis Monovision modified: • Vistakon’s Accuvue Bifocal
PRESBIOPIA 2.Koreksi dengan lensa kontak Jenis Monovision modified: • Bausch and Lomb Softlense Multifocal
PRESBIOPIA 3. Koreksi dengan pembedahan – Conductive Keratoplasty, atau Near Vision CK Treatment – laser treatment – elastic polymer gel diinjeksikan ke dalam capsular bag – implantation of accommodative intraocular lenses (IOLs)
PRESBIOPIA Prognosis Prognosis quo ad vitam dan sanationam adalah bonam, namun quo ad fungsionamnya menjadi dubia ad malam karena kelainan ini adalah proses degenerasi.
PEMBAHASAN KASUS Teori Manifestasi
•Sulit membaca tulisan halus / kecil. •Mata lelah, merah, berair, dan sering terasa pedih saat membaca. •Membaca dengan menjauhkan kertas. •Sukar mengerjakan pekerjaan melihat dekat, terutama di malam hari. •Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. •Terganggu secara emosional dan fisik. •Sulit membedakan warna
Pasien •Pandangan buram saat membaca •Mata perih •Berair •pusing saat membaca •Mata gatal dan keluar kotoran.
PEMBAHASAN KASUS Teori Diagnosis
ODS Presbiopia
Terapi
•Koreksi dengan kacamata sferis positif Usia 60 tahun: s+3.00 •Koreksi dengan lensa kontak
Pasien ODS Presbiopia •Koreksi dengan kacamata sferis positif s+2.75 •ODS = Cendo Protagent A eyedrop(Polivynilpyrrolidon 20mg/mL) 4x1 tetes sehari
•Koreksi dengan pembedahan Prognosis
•Quo ad vitam, sanationam dan kosmetikam adalah bonam •Quo ad fungsionamnya menjadi dubia ad malam
Ocular
Ocular
Dextra Quo Ad Vitam Quo
Ad
Sinistra Ad bonam Dubia Ad malam
Fungsionam Quo
Ad
Ad bonam
Sanactionam Quo
Ad
Ad bonam
Kosmetikam
VIDEO Conductive Keratoplasty (Near Vision CK Treatment)
TERIMA KASIH