Nama
: Ainun Nadhifatun Arifah
NIM
: 160342606232 160342606232
Prodi/ Jurusan
: DKV/Seni dan Desain
Offering
:E
NIKAH MUDA SEBAGAI USAHA EFEKTIF MENJAGA KESUCIAN DIRI
Menikah dini yaitu menikah dalam usia remaja atau muda, bukan usia dewasa maupun tua.
Menikah atau lebih tepatnya “keberpasangan” adalah naluri seluruh
makhluk termasuk manusia. Alquran beberapa kali mengulang tabiat ini antara lain dalam surat al-Dzari’at:49,
As-syura:11, dan Yasin:36. Bagi laki-laki yang telah
mencapai usia baligh tapi belum mencapai usia dewasa hukumnya menurut syara ’ adalah sunnah (mandub). Rasulullah shallallahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, sallam bersabda,
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa -ah , maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang
baginya.” (HR. Bukhari no. 5065 5065 dan Muslim no. 1400). Pengertian pemuda (syab, jamaknya syabab) menurut Ibrahim Anis et. al (1972)
dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith hal. 470 adalah orang yang telah mencapai usia baligh tapi belum mencapai usia dewasa (sinn al rujuulah). Sedang yang dimaksud
kedewasaan (ar rujulah) adalah “kamal ash shifat al mumayyizah li ar rajul” yaitu sempurnanya sifat-sifat yang khusus/spesifik bagi seorang laki-laki . Adapun menikah dini bagi anak perempuan yang masih kecil (belum haid)
hukumnya boleh (mubah) secara syar’i dan sah. Dalil kebolehannya kebolehannya adalah Al -Qur`an dan As-Sunnah. Dalil Al-Qur`an adalah firman Allah SWT :
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah
mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan- perempuan yang belum haid.” (QS Ath-Thalaq [65] : 4). Berdasarkan dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa mubah hukumnya seorang laki-laki menikah dengan anak perempuan kecil yang belum haid. Hukum nikahnya sah dan
tidak haram. Namun syara’ hanya menjadikan hukumnya sebatas mubah (boleh), tidak menjadikannya sebagai sesuatu anjuran atau keutamaan (sunnah/mandub), apalagi sesuatu keharusan (wajib). Allah SWT berfirman:
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al -Anbiyaa 21: 107).
Berarti, secara logika (akal) syar’i bahwa apa -apa yang sesuai dengan syari’at akan membawa kebaikan (kerahmatan). Sebaliknya apa- apa akan membawa keburukan (musibah).
yang menyalahi syari’at
Pernikahan merupakan pengaturan syara’
terhadap interaksi antara laki-laki dan perempuan untuk menghasilkan keturunan (Taqiyuddin an-nabhani, Sistem Pergaulan dalam Islam, 2001). Berdasarkan logika
syar’i diatas (Q.S 21: 107) maka menikah (termasuk menikah dini) akan mendatangkan kerahmatan. Menikah dini juga merupakan salah satu cara efektif untuk menjaga kesucian diri. Seperti yang telah disebutkan dari Abu Hurairah radhiyal lahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang tiga golongan yang pasti mendapat pertolongan Allah. Di antaranya,
“… seorang yang menikah karena ingin menjaga kesuciannya.” (HR. An N asai no. 3218, At Tirmidzi no. 1655)
Ahmad bin Syu’aib Al Khurasani An Nasai
membawakan hadits tersebut dalam Bab “Pertolongan Allah bagi orang yang nikah yang ingin menjaga kesucian dirinya”. Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa, Allah mempermudah jalan bagi orang-orang yang berniat untuk kebaikan terutama dalam hal menjaga kesucian diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Selain mendapatkan rahmat dari Allah, dan dapat menjaga kesucian menikah dini juga memiliki banyak keutamaan yang lain
seperti lebih terjaga dari dosa dan maksiat. Yang dimaksudkan disini adalah sebagai seorang yang telah menikah, berhubungan dengan suami bukanlah hal yang telah diharamkan lain halnya dengan seseorang yang belum menikah, maka melihat, menyentuh, memegang, apalagi berduaan adalah hal yang dapat menimbulkan fitnah dan dilarang oleh Allah SWT. Dengan menikah adalah salah satu jalan keluar dari berbagai fitnah dan dosa. Keuntungan lain yang dari menikah muda adalah lebih menenangkan pikiran, karena orang yang telah menikah tidak khawatir akan timbul dosa dan fitnah ketika bersama pasangannya. Seperti yang dijelaskan pada firman Allah SWT
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Qs. Ar-Ruum : 21). Keuntungan lainnya adalah bisa belajar menjadi pribadi yang lebih baik, dapat belajar berpikir dewasa, mendapatkan pahala lebih, meraih keluarga yang berkah dan diridhoi Allah, dan masih banyak lagi. Namun, banyak yang asumsi negatif tentang nikah dini bermunculan, namun tidak sesuai dengan fakta, diantaranya:
Penyebab kanker cervix (sel-sel cervix yang muda bermutasi karena gesekan benda asing), padahal faktanya Ca-cervix adalah akibat terserang kuman HPV secara persisten dan akibat suka berganti-ganti pasangan (seks bebas).
Penyebab terjadinya komplikasi kehamilan, sehingga menyebabkan kematian ibu dan bayi, padahal banyak bukti di masyarakat nikah dini dapat hamil dan melahirkan sehat.
Rahim belum siap untuk hamil, padahal bila sudah haidh (baligh) berarti sistem reproduksi matang dan siap hamil (walaupun misalnya ibu berumur 9 tahun).
Bahayakan mental dan hak anak, padahal nikah dini dapat disiapkan sebelum
masuk baligh, Syara’ telah menetapkan mukallaf setelah baligh, sehingga dapat dikatakan dengan logika syar’i bahwa seseorang yang telah baligh itu siap bertanggungjawab dan justru bahagia menikah dini.
Rawan perceraian, padahal perceraian tinggi terjadi pada pernikahan pasca usia dini.
Sebagian besar nikah dini ditolak dengan alasan psikologi. Alasan ini merupakan alasan yang dibuat-buat karena ada ketidak-konsistenan antara upaya penyelamatan psikologi anak bila menjalani pernikahan dini dengan keresahan yang dialami anak menghadapi maraknya pergaulan bebas. Anak-anak semakin mengalami keresahan dimana pendidikan yang ada di negeri ini juga tidak menyiapkan mereka untuk memiliki kematangan berpikir dan bersikap dengan landasan ideologi Islam. Dapat kita bayangkan anak-anak yang sudah baligh mengalami penderitaan, di satu sisi dilarang menikah (karena adanya batasan definisi anak-anak dibawah 18 tahun menurut UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1), disisi lain mereka senantiasa mengkonsumsi produk-produk yang membangkitkan naluri seksual (film, sinetron, buku, komik, video dan di tempat-tempat umum). Ini akan membuat mereka gelisah, bingung bahkan sangat mudah terjerumus kedalam pergaulan bebas termasuk perzinahan. Ditambah lagi peran orang tua sebagai pendidik dan penanggung jawab telah digantikan oleh benda-benda elektronik dan pembantu karena orangtua sibuk berada di luar rumah mengejar materi dan eksistensi diri. Menurut polling yang dilakukan lembaga anti kekerasan online anak-anak, National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC), sebesar 75% atau 3 dari 4 anak tersasar dan menemukan gambar-gambar porno dan kekerasan di internet. Sebagai generasi penerus bangsa, alangkah baiknya kita mencegah rusaknya generasi dengan membangun generasi yang lebih bersih yang terhindar dari pengaruh buruk dan seks bebas. Dengan salah satu caranya adalah menjaga kesucian diri dengan menikah muda sebagai wujud syukur dan cara menghindari adanya zina dan fitnah.