IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
PENDAHULUAN
Menurut UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Salinan lampiran Permendikbud No 69, 2013). Kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan cendrung mengalami perubahan yang disebabkan oleh tuntutan masyarakat, nilai sosial dan kebutuhan akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Anonim, Tanpa Tahun). di Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan kurikulum yang terjadi pada Tahun 2013 dikenal dengan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari KTSP, yang diantaranya terjadi perubahan pada elemen standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi, standar proses dan standar penilaian (Kemendikbud, 2012; Alawiyah, 2013). Adanya perombakan perombakan KTSP 2006 menjadi menjadi kurikulum kurikulum 2013 dilatarbelakangi dilatarbelakangi oleh banyak hal, diantaranya adalah (1) banyaknya kritikan dan komentar dari masyarakat mengenai beban belajar yang terlalu banyak dan menitikberatkan pada aspek kognitif saja (Kemendikbud, 2012), (2) hasil studi TIMMS dan PI SA yang menyebutkan bahwa capaian prestasi anak Indonesia dalam hal literasi bacaan, matematika, IPA dan kemampuan memecahkan masalah dan melakukan investigasi masih sangat rendah (Kemendikbud, 2012), (3) mengatasi berbagai persoalan moralitas bangsa, kualitas sumber daya manusia dan tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susilowati, 2013). Berdasarkan beberapa alasan di atas, maka perubahan orientasi kurikulum perlu dilakukan. Dalam implementasinya, kurikulum 2013 bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, efektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Kemendikbud, 2014). Untuk mencapai insan Indonesia seperti yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan suatu perubahan besar yang menjadi pola pikir sekaligus sebagai tuntutan dalam kurikulum 2013 yaitu: (1) Adanya keseimbangan antara softskill dan hardskill baik pada standar
kompetensi lulusan, standar penilaian, standar proses dan standar isi. (2) Buku yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah buku berbasis kegiatan. (3) Proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, student centered , dan pembelajaran yang mendukung kreativitas siswa dalam hal mengamati, menalar, mencoba, menanya dan membentuk jejaring (Kemendikbud, 2013). Tuntutan yang diamanatkan dalam kurikulum 2013, tidak sepenuhnya dapat diimplementasikan dengan baik oleh pelaksana kurikulum 2013 termasuk didalamnya adalah persiapan tenaga pendidik serta sarana dan prasarana. Berikut adalah beberapa hal mengenai implementasi kurikulum 2013 yang dihimpun dari berbagai referensi: (1) Guru belum mampu mengemas/menyajikan materi pelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 (Alawiyah, 2013; Kemendikbud; 2013) (2) Fakta di lapangan menunjukkan adanya keterlambatan distribusi awal buku teks pada tahun pertama penerapan Kurikulum 2013 yang menyebabkan proses pembelajaran masih menggunakan buku teks lama. Bahkan, pada tahun pelajaran 2014-2015, distribusi buku teks juga masih belum sesuai harapan. Hal ini terlihat seperti yang diberitakan koran elektronik sinarharapan.com (2014), bahwa memasuki hari ketiga tahun ajaran baru, beberapa sekolah belum mendapatkan buku pelajaran bagi para siswanya. Beberapa sekolah menyatakan buku Kurikulum 2013 belum sampai ke tangan para peserta didik. Laporan tersebut berasal dari sekolah di DKI Jakarta, Provinsi Jambi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Ketidaksesuaian antara tuntutan dan impelementasi kurikulum 2013, menimbulkan beberapa masalah yaitu: 1. Apa kendala yang dihadapi dalam implementasi kurikulum 2013? 2. Bagaimana mengatasi kendala pelaksanaan kurikulum 2013?
PEMBAHASAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19, menjelaskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Perkembangan kurikulum di Indonesia sejak jaman kemerdekaan sampai diberlakukannya Kurikulum 2013 digambarkan pada diagram dibawah ini.
Gambar 1. Perkembangan kurikulum di Indonesia
Perubahan kurikulum yang baru saja terjadi saat ini adalah kurikulum KTSP yang dirombak menjadi kurikulum 2013. Perombakan KTSP 2006 menjadi Kurikulum 2013 dilandasi pada sebuah pemikiran tantangan masa depan yaitu tantangan abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowledge-based society dan kompetensi masa depan (Kemendikbud, 2013). Perombakan kurikulum menjadi kurikulum 2013 merubah 4 standar dari 8 standar kurikulum KTSP, yaitu (1) standar kompetensi lulusan (SKL), SKL yang dicanangkan dalam Kurikulum 2013 adalah adanya kesetimbangan antara soft skill dan hard skill yang dimiliki oleh lulusan suatu lembaga sekolah (Kemendikbud, 2013), (2) standar isi, (3) standar proses, mengacu pada pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, mencipta dan mengkomunikasikan, dan (4) standar penilaian, mengacu pada penilaian autentik (portofolio), tidak hanya mengukur hasil akhir tetapi juga mengukur proses kerja siswa (Kemendikbud, 2014).
Perombakan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 didasarkan atas beberapa prinsip yang mendukung tercapai kompetensi lulusan yang diamanatkan dalam Kurikulum 2013, yaitu: 1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu 2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar 3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah 4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi 5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu 6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi 7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif 8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skills) dan keterampilan mental (soft skills) 9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat 10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani) 11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat 12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas 13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran 14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik (Salinan lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah). Dari prinsip-prinsip di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum 2013 dapat dilaksanakan dengan baik jika guru, sarana dan prasarana yang ada mendukung terlaksananya prinsip-prinsip di atas. Dalam pelaksanaannya, kurikulum 2013 menuai berbagai sikap dari masyarakat baik itu pro maupun kontra. Meskipun telah menuai berbagai pro dan
kontra, pemerintah bersikeras untuk tetap melaksanakan Kurikulum 2013 dengan alasan perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia ke depan seiring perubahan zaman yang semakin pesat. Kurikulum 2013 secara serentak dilaksanakan di satuan pendidikan terpilih secara bertahap pada awal tahun ajaran 2013/2014 (Awaliyah, 2013). Setelah diimplementasikan, kurikulum ini t ernyata masih mengalami banyak kendala, terutama bagi satuan pendidikan sebagai lembaga yang menyelenggarakan proses pembelajaran dan guru sebagai garda terdepan dalam implementasi kurikulum yang langsung berhadapan dengan peserta didik dan kunci penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Salah satu kendala pokok yang dihadapi dalam melaksanakan kurikulum 2013 adalah kekurangsiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 (Muljati, 2014). Kekurangsiapan guru adalah salah satu kendala yang sangat pokok dalam impelementasi Kurikulum 2013, karena guru memegang peran penting untuk mencapai tujuan kurikulum, Mengingat peran guru tersebut, seorang guru dituntun untuk memiliki kompetensi sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan menteri pendidikan nasional no 16 tahun 2007. Kompetensi yang berarti kemampuan atau kecakapan merujuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan. Menurut Mulyasa (2009) kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang m embentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi guru merupakan kemampuan guru untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan kewajiban pembelajaran secara profesional dan bertanggungjawab. Kompetensi guru terbagi menjadi 4 yaitu kompetensi professional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 adalah sebagai berikut : (1) Menguasai materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu (2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu (3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif (4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri Kompetensi selanjutnya yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogic. Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 adalah sebagai berikut: (1)
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual
(2)
Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
(3)
Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu
(4)
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
(5)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran
(6)
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
(7)
Berkomunikasi secara aktif, ematik, dan santun dengan peserta didik
(8)
Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
(9)
Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
(10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran Kompetensi ketiga adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yang dimaksudkan dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 adalah: (1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. (2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. (3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. (4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kompetensi terakhir yang harus dimiliki guru adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian yang dimaksudkan dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 adalah:
(1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. (2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. (3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. (4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Jika keempat kompetensi di atas, dianggap terlalu membebani guru, Saragih (2008) menyatakan seorang guru minimal menguasai ketrampilan mengajar dalam hal membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan, dan mengadakan variasi mengajar. Berdasarkan kompetensi minimal tersebut diharapkan guru dapat meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan dan variasi mengajar, terutama dalam variasi menggunakan media. Kembali pada kendala implementasi Kurikulum 2013, yaitu kekurangsiapan guru dalam mengimpelementasikan pembelajaran berdasarkan pendekatan saintifik, tentu hal ini berhubungan langsung dengan kurangnya kemampuan guru dalam melaksanakan keempat k ompetensi khususnya pada kompetensi professional dan pedagogik. Hal yang harusnya menjadi fokus pemerintah sebelum melaksanakan Kurikulum 2013 adalah perbaikan kualitas guru dengan meningkatkan kompetensi guru agar dapat menghasilkan guru yang memiliki kualitas kompetensi yang baik. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, pemerintah telah banyak melakukan upaya dengan jalan penataran,atau pelatihan (workshop). Walaupun demikian masih banyak sorotan tentang rendahnya mutu guru, sehingga dirasa perlu dilakukan upaya berkelanjutan (terus menerus) meningkatkan tingkat pendidikan para guru, diadakan kegiatan penataran, atau pelatihan dan dapat memberikan motivasi para guru guna mendorong meningkatkan kompetensinya (Pulungan, 2013). Berdasarkan pengamatan, ada dua hal yang menyebabkan diklat belum dapat memberikan dampak besar bagi peningkatan mutu guru. Pertama, diklat tidak berbasis masalah nyata dalam kelas (unrealistic class problem). Kedua, implementasi hasil diklat yang belum sepenuhnya, dengan kata lain hasil diklat, tidak diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini bisa disebabkan oleh content materi diklat yang terlalu berorientasi pada teori sehingga tidak aplikatif
atau dapat juga karena ketiadaan monitoring pasca diklat. Diklat hanya dianggap sebagai kegiatan ritual yang selesai tanpa adanya follow up dan pembinaan (Pulungan, 2013). Lebih dalam lagi terkait implementasi kurikulum 2013, Pemerintah telah melakukan program pelatihan Kurikulum 2013 yang diharapkan melalui pelatihan ini diharapkan guru sebagai juru kunci pelaksana kurikulum dapat melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kaidah Kurikulum 2013. Namun, kembali lagi pada permasalahan di atas, setiap pelatihan yang sifatnya hanya sementara tanpa memberikan efek apapun setelah pelatihan harusnya menjadi cerminan bagi pemerintah untuk memikirkan bagaimana caranya agar pelatihan ini dapat diaplikasikan oleh pemerintah. Solusi yang dapat diberikan agar impelementasi Kurikulum 2013 dapat dilaksanakan dengan baik adalah: 1. Pemerintah melaksanakan program pelatihan Kurikulum 2013, yang mana konten materi diklat tidak hanya berorientasi pada teori semata, tetapi juga berorientasi pada aplikasinya di dalam kelas. 2. Dalam melaksanakan program pelatihan Kurikulum 2013, hendaknya dilakukan pembinaan (pendampingan), monitoring dan evaluasi terhadap guru yang telah mengikuti pelatihan (diklat) tersebut. Monitoring tersebut dapat dilakukan dengan cara langsung atau tidak langsung. Misalnya saja pendamping dapat mendatangi langsung sekolah yang akan dimonitoring atau mengirimkan rekaman video saja. Hasil monitoring ini kemudian dievaluasi untuk menjadi refleksi perbaikan untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.
Referensi
Alawiyah, F. 2013. Dampak Impelementasi Kurikulum 2013 terhadap Guru. (Online), (http://berkas.dpr.go.id/), diakses 9 Oktober 2014. Kemendikbud, 2012. Dokumen Kurikulum (http://kangmartho.com). Diakses 12 Agustus 2014.
2013.
(Online),
Kemendikbud. 2014. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013. (Online), (http://kemdikbud.go.id/), diakses 9 Oktober 2014. Muljati, W.H. 2014. Masalah Kurikulum 2013 Bukan Hanya Guru, (Online), (http://sinarharapan.co/), diakses 10 Oktober 2014. Salinan Permendikbud No 65 Tahun 2013. 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. ( Online ), ( http://www.slideshare.net / ), Diakses 1 Oktober 2014. Salinan lampiran Permendikbud No. 16 Tahun 2007. 2013. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, (Online), (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/), diakses 9 Oktober 2014. Salinan lampiran Permendikbud No.69 tahun 2013. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, (Online), (https://docs.google.com/), diakses 9 Oktober 2014. Saragih, A.H. 2008. Kompetensi Minimal Guru dalam Mengajar. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, Vol. 5, No.1. (Online), (http://digilib.unimed.ac.id/), diakses 10 Oktober 2014. Susilowati. 2013. Membelajarkan IPA dengan Integrative Science Tinjauan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skill) dalam Implementasinya pada Kurikulum 2013. (Online), (http://staff.uny.ac.id/), diakses 10 Oktober 2014. Pulungan, I. 2013. Analisis Kompetensi Guru Pasca Diklat Guru Mata Pelajaran Kimia Tingkat Madrasah Aliyah Se Sumatra Utara. Karya Tulis Ilmiah, (Online), (http://sumut.kemenag.go.id/), diakses 10 Oktober 2014.