PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP MADURA
SKRIPSI
0leh : M. Tasut (02110229)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli, 2007
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1
DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP MADURA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakutas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang Untuk Memnuhi Salah satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
0leh : M. Tasut (02110229)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Juli, 2007
2
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP MADURA
SKRIPSI
Oleh: M. Tasut NIM: 02110229
Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing
Drs. H. Asmaun Sahlan, M.Ag NIP : 150 024 016
Tanggal, 17 Juli 2007
Megetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh.Padil, M.PdI NIP: 150 267 235 3
HALAMAN PENGESAHAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI MONCEK TIMUR LENTENG-SUMENEP SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh: M. Tasut (02110229) Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 21 Juli 2007 dengan nilai B Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar strata satu Pendidikan Agama Islam ( S.pd.I) Pada tanggal 25 Juli 2007 Panitia Ujian
Ketua Sidang
Sektetaris Sidang
Drs. H. Asmaun Sahlan, M. Ag NIP. 150 024 016
Amin Prasojo, S. Ag NIP. 150 301 115
Penguji Utama
Pembimbing
Drs. A. Fatah Yasin, M. Ag Ag NIP. 150 287 892
Drs.H. Asmaun Sahalan M. NIP. 150 024 016
Mengesahkan Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. Muhammad Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031
4
PERSEMBAHAN Karya Ini Ku Persembahkan: 1. Ayahanda dan Ibunda yang telah melahirkan, serta dengan penuh kasih saying dan kesabaran untuk membesarkan, mendidik dan memberikan dorongan moril, sprituakl maupun materiil yang mestinya sudah cukup banyak sehingga saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata 2. Kakak-kakak saya, M. Maltuf, Muftir dan Husin serta adik saya Elmaliyah, dan seluruh keluarga yang tidak bosan-bosannya memberikan perhatian, motivasi dalam menyelesaikan studi saya. 3. Sahabat-sahabat saya, Karim Ahmad Gibran, Alif Mahsun yang tak hentihentinya memberikan masukan wacana bagi saya melalui diskusi. 4. Sahabat-sahabat saya dirumah,Habibullah, Nurullah, Fatrowi dan Ely Idris yang selalu memberikan dukungan dan do’a, pada saya.
5
MOTTO ÉΟó¡Î0 «!$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# ÉΟŠÏm§9$# ¨βÎ*sù yìtΒ Îô£ãèø9$# #·ô£ç„ Artinya: ”Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
6
Drs. Asmaun Sahlan, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal Lampiran
: Skripsi M.Tasut : 5 (lima) Eksemplar
Tanggal, 13 Juli 2007
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang di Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : M. Tasut NIM : 02110229 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : Problematika Pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur Sumenep Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diuji. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Pembimbing
Drs. Asmaun Sahlan, M.Ag. NIP. 150 024 016
7
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam karya (skripsi) ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengatuhuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 13 Juli 2007
M. Tasut
8
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada saya berupa kekuatan, kesehatan jasmani dan rohani, serta telah melimpahkan Hidayah dan Inayah-Nya. Sholawat dan salam yang senantiasa tercurah limpahkan kepada revolusioner pembawa kebernaran dan kedamaian yaitu Nabi Muhammad Saw. Penulis akhirnya dapat menyesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Problematika pembelajaran Pendidikan agama Islam Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai pihak yang terkait yang telah memberikan motivasi serta saran dan kritik yang knstruktif, maka sudah menjadi kewajiban bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banhyaknya kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda tercinta dan tersayang yng telah memberikan cinta dan kasih sayangnya, yang telah mendidik, membesarkana serta selalu mendoa’kan keberhasilah saya dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang. 3. Bapak Prof.Dr. H.M.Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. 4. Bapak Drs. Padil, M.Pd I selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang.
9
5. .Bapak Drs. Asmaun Sahlan MA, yang telah membimbing dengan sabar dan sungguh-sungguh sehingga saya dapat menyesaikan skripsi ini dengan baik 6. . Bapak dan Ibu dosen yang membimibing dan mendidik serta memotiivasi saya untuk menyelesaikan sekripsi ini. 7. Kakak-kakak saya, M. Maltuf, Muftir dan Husin serta adik saya Elmaliyah, dan seluruh keluarga yang tidak bosan-bosannya memberikan perhatian, motivasi dalam menyelesaikan studi saya. 8. Sahabat-sahabat saya, Karim Ahmad Gibran, Alif Mahsun yang tak hentihentinya memberikan masukan wacana bagi saya melalui diskusi. 9. Sahabat-sahabat saya dirumah,Habibullah, Nurullah, Fatrowi dan Ely Idris yang selalu memberikan dukungan dan do’a, pada saya. 10. Terakhir kalinya penulis mohon ma’af apabila ada kesalahan dalan penuisan skripsi ini. Jikalau ada kebenaran dari penulisan ini, maka semata-mata karena hidayah allah ( sebagai sumber mutlak kebenaran). Sekali lagi penulis berharap saran dan kritik, demi meningkatkan kualitas penulisan skripsi ini. 11. Akhirnya penulis berharap, semoga penulisan skripsi ini dapat berman faat bagai penulis secara pribadi ndan bagi semua pembaca secara umum. Wassalamua’laikum Wr.Wb Malang, 13 Juli 2007-07
Penulis
10
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................v NOTA DINAS....................................................................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN............................................................................. vii KATA PENGANTAR........................................................................................ viii DAFTAR ISI...........................................................................................................x HALAMAN ABSTRAK ......................................................................................xv BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah.............................................................................5 C. Tujuan Penelitian..............................................................................5 D. Keguanaan Penelitian .......................................................................6 E. Batasan Penelitian.............................................................................6 F. Definisi Oprasional ...........................................................................7 G. Sistematika Pembahasan ..................................................................8 BAB II: KAJIAN PUSTAKA 1. Kajian Tentang Pembelajaran Pendidikan agama Islam A. Dasar Pembelajaran Pendidikan agama Islam ............................10 B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan agama Islam ..........................13
11
C. Sistem Pembelajaran Pendidikan agama Islam...........................14 D. Fungsi Pembelajaran Pendidikan agama Islam...........................22 E. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan agama Islam............................................................................................24 2. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Problem Anak Didik ...................................................................31 2.
Problem Pendidik ......................................................................33
3. Problem Kurikulum.....................................................................40 4. Problem Sarana dan Pra Sarana ..................................................41 5. Problem Lingkungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...42 3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan agama Islam 1. Anak Didik ..................................................................................46 2. Pendidik ......................................................................................48 3. Kurikulum ...................................................................................53 4. Sarana (Alat) dan Pra sarana .......................................................55 5. Lingkungan .................................................................................56 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................58 B. Kehadiran Peneliti.............................................................................59 C. Lokasi Penelitian...............................................................................60 D. Sumber Data ....................................................................................60 E. Teknik Pengumpulan Data................................................................61
12
F. Teknik Analisis Data.........................................................................63 G. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................64 H. Tahap-tahap Penelitian......................................................................66 BAB IV: HASIL PENELITIAN 1. Tentang Sekolah Dasar Negeri Moncek Timur Lenteng-Sumenep A. Deskripsi Lokasi .........................................................................68 B. Sejarah Berdirinya.......................................................................68 C. Visi dan Misi ...............................................................................69 D. Tujuan Sekolah............................................................................70 E. Kondisi Sekolah ..........................................................................71 F. Kondisi Yang Diharapkan Sekolah.............................................75 G. Program Sekolah .........................................................................78 2. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek Timur 1. Problem Lingkungan...................................................................83 2. Problem Media ............................................................................85 3. Problem Pendidik........................................................................87 4. Problem Anak Didik ...................................................................90 5. Problem Metode ..........................................................................90 6. Problem Pendekatan Pembelajaran .............................................91 7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran ......................93 8. Problem Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran ......................94 9. Problem Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran........94
13
3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan agama Islam Di SD Negeri Moncek Timur Lenteng-Sumenep 1.Upaya Pada Lingkungan ................................................................96 2.Upaya Pada Media .........................................................................98 3.Upaya Pada Pendidik .....................................................................99 4.Upaya Pada Anak Didik...............................................................100 5.Upaya Pada Metode .....................................................................101 6.Upaya pada Pendekatan Pembelajaran.........................................102 7.Upaya Pada Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran..................103 8.Upaya Pada Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran..................103 9.Upaya Pada Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran ...104 BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Probelamtika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek Timur 1. Problem Lingkungan.................................................................105 2. Problem Media ..........................................................................107 3. Problem Pendidik......................................................................111 4. Problem Anak Didik .................................................................113 5. Problem Metode Pembelaran ....................................................115 6. Problem Pendekatan Pembelajaran ...........................................117 7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran PAI .............118 8. Problem Pelaksanaan Pembelajaran PAI ..................................120 9. Problem Evaluasi Pembelajaran PAI ........................................121
14
B. Langkah-Langkah penaggulangan problematika pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur 1. Upaya Pada Lingkungan ...........................................................121 2. Upaya Pada Media ....................................................................124 3. Upaya Pada Pendidik ................................................................124 4. Upaya Pada Anak Pendidik.......................................................126 5. Upaya Pada Metode ..................................................................126 6. Upaya pada Pendekatan Pembelajaran......................................127 7. Upaya Pada Perencanaan Pelaksanaan pembelajaran ...............127 8. Upaya Pada Pelaksanaan Perencanan Pembelajaran.................128 9. Upaya Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran.........128 BAB VI: PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................130 B. Saran................................................................................................133 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................134 LAMPIRAN-LAMPIRAN
15
DAFTAR PUSTAKA
A Natsir, Sahilum Pokok-Pokok Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. (Surabaya: Al-Ikhlas, 1982) Ahmadi, Abu. Metodik Khusus Pendidikan Agama. (bandung: Amriko, 1986) Ali Nashif, Syekh Mansur. Mahkota Pokok-Pokok Hadits Rasulullah SAW. Jilid 1, (Bandung: Sinar Baru, 2002) Arifin, H. M. Ilmu Pendidikan Islam (Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner). (Jakarta: Bumi Aksara, 1989) ------------. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: bumi aksara, 1993) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa) Depag RI. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Guru. (Jakarta: Direktorat jenderal kelembagaan agama Islam, 2005) Kusrini, Siti Dkk. Keterampilan dasar mengajar (PPL I): berorientasi pada kurikulum berbasis kompetensi, (Malang: Fak. Tarbiyah UIN Malang, 2005) Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000) Majid, Abdul. Perncanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart Kompetensi Guru. (Bandung: Rosdakarya, 2007), Margono, S. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet II, 2000) Mansyur Dkk, Metodologi Pendidikan Islam. (Jakarta: CV. Forum, 1981) Mantra, Ida Bagoes, Filsafat Penelitian dan Metode penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) ---------. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005)
16 119
---------- dan Abd. Mujib. Pemikiran Pendidikan Islam: (Kajian Filosofis Dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya), (Bandung: Trigenda Karya,1993) Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (Bandung: Remaja rosda Karya, 2006), --------, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet. 4, 2006) Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Trasito, 1996) Nazir, Moh., Metode Penelitian.Jakarta, Galia Indonesia, 1998. Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka1997) Proyek sarana dan prasarana PTAI/IAIN. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: direktorat Jendral kelembagaan agama Islam, cetke-II, 1985) Ramayulis. Evaluasi Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) Soecipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Depertmen pendidikan dan kebudayaan: Renika Cipta) Sugiono, Memahmi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2005) Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remja Rosdakarya, 2005) Tim Dosen FKIP IKIP. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1998) UUSPN No. 20. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Surabaya: Karina, 2003) Yamin, Martinis Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) Yunus, Mahmud. Metode Khusus Pendidikan Agama. (Jakarta: Hidakarya, cet. Ke-II, 1983) Zuhairini. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Malang: UIN 2004)
17
ABSTRAK Tasut, Muhammad, Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek Timur Lenteng. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Drs. Asmaun Sahlan M.Ag. Mengajar secara umum adalah menyampaikan informasi dan memindahkan pengetahuan dari pendidik (guru) kepada anak didik (siswa). Di dalamnya ada proses agar anak didik yang tadinya tidak mengerti jadi mengerti, yang tidak paham menjadi paham. Inilah yang pada umumnya masih dilakukan para pendidik di sekolah sampai saat ini meskipun sebenarnya tugas seorang pendidik tidak semata mengajar, tetapi sekaligus mendidik. Namun, tuntutan ’pasar’ menjadikan porsi mengajarnya lebih mendominasi bidang tugasnya. Dalam konteks ini tidak ada lagi apa yang disebut pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, efektif, apalagi inovatif. Dengan diberlakukannya Kurikulum 2006, (baca: KTSP), pendidikdiberi kebebasan mendesain pembelajaran sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Oleh karena itu, sudah bukan saatnya lagi pendidikmemaksakan pengetahuan kepada anak didik Model pembelajaran seperti itu menempatkan anak didik hanya sebagai obyek. Anak didik tidak dihargai sebagai individu yang sedang belajar dan membutuhkan bimbingan untuk mengembangkan potensinya, baik potensi intelektual maupun kepribadiannya. Walaupun pembelajarn memainkan peran penting dalam sebuah proses pendidikan bagi anak didik namun tetap begitulah kiranya kondisi pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah di negeri ini tanpa adanya perubahan yang fundamental. Berasarkan hal tersebut di atas, pembahasan skripsi ini adalah tentang problematika pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep Madura dan bagaimana langkah-langkah penanggulangannya.Jenis paradigma penelitian ini adalah kualitatif dengan metode pengumpulan data: observasi, dukumentasi, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis datanya adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis yaitu induktif, deduktif dan komparasi. Pengcekan keabsahan data penelitian ini meggunakan trianggulasi, member chek, meggunakan bahan refrensi, dan diskusi dengan teman sejawat. Dari hasil penelitian lapangan diperoleh kesimpulan bahwa pendidik : 1. Pendidik bidang studi pendidikan agama Islam kurang profesional dan minim pengalaman. 2. Kurang berpartisipasi aktifnya para pendidiknon agama dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, 3. Adanya cara pandang dikotomis sehingga memunculkan adanya wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidikagama saja, 4. Kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi 5. Problem lain adalah duka ketika pendidikdihadapkan pada kenyataan adanya murid bandel, nakal, kurang memperhatikan keterangan atau ada sarana dan prasarana yang kurang memadai. Anak didik: Kurang memperhatikan akan pentingnya belajar {
18
kurang minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya perhatian dari orang tua dan keadaan masyarakat yang kurang mendukung terhadap anak didik untuk giat. Pendekatan pembelajaran: Pendekatan pembelajaran cenderung pedagogis yang implikasinya adalah muncul perlakuan intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama Islam. Metode pembelajaran: Kurang variatif dan cendurung monoton, Lingkungan, lingkungan Keluarga: kurang memperhatikan keadaan anaknya Masyarakat: Praktik kebiasaan masyarakat kurang mendukung terhadap perkembangan pembelajaran pendidikan agama Islam. Sekolah: Kurang terciptanya lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan, kemampuan talenta dan potensi anak. Media pembelajaran: Keadaan media atau sarana penunjang pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur kurang memadai dan masih minim. Perencanaan pembelajaran: Perencanaan pembelajaran yang ada di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep kurang begitu baik Pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Tidak disiapkannya hal-hal yang perlu disiapkan oleh pendidiksebelum mengajar telah berakibat terhadap pelaksanaan pembelajaran agama Islam di kelas tidak terlaksana dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan Evaluasi pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Problem perencanaan dan pelaksanaan perencanaan pembelajaran seperti tersebut diatas berakibat pada adanya problem evaluasi Pembelajaran Pendidikan agama Islam, misalkan belum jelasnya evaluasi apa yang digunakan. Adapaun langkah- langkah penaggulangannya sebagai berikut: Peningkatan Human Capital Pendidikan, misalnya rekrutmen pendidik bermutu yang dibarengi dengan sarana penunjang kematangan profesi misalnya pelatihan pendidikdan lainnya, dan jaminan kesejahteraan yang memadai, selektif dalam input anak didik dan berbenah dalam sistem pembelajaran utuk lebih baik. Dua usaha ini akan juga berakibat terhadap perbaikan pendekatan dan metode pembelajaran, pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang baik dan berkualitas. Pembangunan Infrastruktur Kependidikan, dalam hal lingkungan keluarga dan masyarakat SDN Moncek Timur mengusahakan pertemuan triwulan dengan wali anak didik dan para tokoh masyarakat untuk penciptaan suasana lingkungan belajar yang mendukung baik dilingkungan keluarga sendiri maupun lingkungan masyarakat secara umum, sedangkan di lingkungan sekolah diusahakan oleh sekolah sendiri. Kata Kunci: Problematika, Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam
19
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW adalah mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada dua fenomena perkembangan yaitu : a) Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi yang berkualitas dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah SWT. dalam surat Ali Imran Ayat 110
ΝçGΖä. uöyz >π¨Βé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Ψ=Ï9 tβρâß∆ù's? Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ šχöθyγ÷Ψs?uρ Ç⎯tã Ìx6Ζßϑø9$# tβθãΖÏΒ÷σè?uρ «!$$Î/ 3 öθs9uρ š∅tΒ#u™ ã≅÷δr& É=≈tGÅ6ø9$# tβ%s3s9 #Zöyz Νßγ©9 4 ãΝßγ÷ΖÏiΒ šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$# ãΝèδçsYò2r&uρ tβθà)Å¡≈xø9$# Artinya : ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. 1
b) Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai “Kholifah” di muka bumi yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya baik yang alamiah maupun ijtimaiyah, di mana Tuhan menjadi potensi sentral 1
Alqur’an dan Terjemahnya, Depertemen Agama RI, Penerbit J-ART 2004, hlm. 65
20
perkembangannya. Firman Allah SWT. dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi :
øŒÎ)uρ tΑ$s% š•/u‘ Ïπs3Íׯ≈n=yϑù=Ï9 ’ÎoΤÎ) ×≅Ïã%y` ’Îû ÇÚö‘F{$# Zπx‹Î=yz Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat ; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah dimuka bumi”. 2
Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut di atas diperlukan
ikhtiar
kependidikan
yang
sistematis
berencana
berdasarkan
pendekatan dan wawasan interdisipliner, karena manusia semakin kompleks. Kompleksitas perkembangan sosial itu sendiri menunjukkan interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi aspek kepentingan. Agama Islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi kepentingan hidup umat manusia di atas bumi baru aktual dan fungsional bila diinternalisasikan ke dalam pribadi melaui proses kependidikan yang konsisten dan terarah kepada tujuan. Oleh karena itu, proses kependidikan agama Islam memerlukan konsepkonsep yang pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dalam praktisasi di lapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan Islam itu akan dapat berdiri tegak di atas fondasi pandangan dasar yang telah digariskan oleh Allah dalam kitab yang wahyukan-Nya. Maka dengan teori pendidikan Islam itulah, para pendidik muslim akan mengembangkan konsep-konsep baru sesuai dengan kebutuhan zaman dan tempat sehingga pendidikan agama Islam akan terus berkembang. Mengacu kepada 2
Ibid. hal. 7
21
tuntutan masyarakat yang berkembang secara dinamis-konstruktif menuju masa depan yang lebih sejahtera dan maju. Bila pendidikan agama Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan alamiah, maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang bernafaskan Islam yang lebih efektif dan efisien. Kita mengetahui bahwa sejak Islam diaktualisasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat sampai kini, proses kependidikan agama Islam telah berlangsugn 14 abad lamanya, yang mana selama berabad-abad tersebut pendidikan Islam telah mengacu dalam masyarakat yang beraneka ragam kultur dan budayanya, selama itu pula hasil-hasilnya telah mampu mewarnai sikap dan kepribadian manusia yang tersentuh oleh dampak-dampak positif dari keberlangsungan pendidikan Islam tersebut. Dengan demikian, perlu adanya pendidikan yang berkualitas, untuk itu memerlukan perhatian yang bersungguh-sungguh, sebab masalah ini secara langsung akan mempengaruhi kebijakan pendidikan selanjutnya. Pemerintah serta para pakar pendidikan dihadapkan pada suatu alternatif yang sulit untuk memilih dan
menetapkan
kebijakan
pendidikan,
apa
memilih
kualitas
dengan
mengorbankan kuantitas, atau sebaliknya mengutamakan kuantitas dengan mengorbankan kualitas. Masalah kuantitas pendidikan agama Islam di negara kita ini sudah tidak perlu dikhawatirkan, namun masalah kualitas masih perlu di pertanyakan. Terlepas dari realita tersebut di atas, pemerintah dewasa ini mengupayakan keduanya, sekaligus memprioritaskan untuk meningkatkan mutunya. Mutu tersebut akan dicapai bila mana pendidikan dilaksanakan secara kontinu, serta dilaksanakan secara terpadu.
22
Namun di sisi lain, dalam kurun waktu akhir-akhir ini, akibat timbulnya perubahan sosial di berbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta timbulnya nilainya ikut mengalami pergeseran yang kurang mapan. Maka pendidikan agama Islam seperti yang dikehendaki umat Islam harus merubah strategi dan taktik operasional. Strategi dan taktik operasional itu membutuhkan perombakan model sampai dengan institusi-institusinya, sehingga lebih efektif dan efisien. Rupanya usaha-usaha yang telah dilakukan selama ini ternyata masih kurang mampu untuk mendongkrak tata nilai pendidikan agama Islam yang masih terpuruk. Hal ini terbukti dengan adanya prilaku-perilaku anak didik yang masih sering bertentangan dengan tata nilai keIslaman. Pembelajaran pendidikan Agama Islam di sekolah masih banyak mengalami promlem atau kendala yang meliputi para pendidik dimana sebagaian besar dari merka belum memehami cara mendidik yang benar misalnya kesulitan dalam menghadapi adanya individu anak didik, kesulitan menentukan materi yang cocok dengan peserta didik3, kesulitan memilih metode yang tepat
sehingga
sasaran dari pendidikan agama Islam yakni membentuk kesadaran kepada peserta didik dalam mengamalkan syari’at islam dan berahlaqul karimah dalam kehidupan sehri-hari kurang optimal atau belum sepemuhnya tercapai Problem pembelajaran pendidikan Agama Islam juga terdapat pada peserta didik dimana lingkungan tempat mereka berada sudah banyak mengalami dekadensi moral yang disebabkan oleh lemahnya kontrol dan kesadaran diri akan nilai-nilai Agama, problem juga pada penyediaan sarana dan pra saran 3
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970. hal. 137
23
pembelajaran pendidikan Agama Islam hal ini sangat terkait dengan memampuan finansial sekolah yang kurang memadai misalnya tempat udhu’, Mushalla dan lain-lain Dari realitas itulah penulis ingin sekali meneliti tentang “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur LentengSumenep”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng-Sumenep? 2. Bagaimana upaya-upaya dalam Mengatasi Problem Pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng-Sumenep?
C. Tujuan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis bertujuan untuk : 1. Menjelaskan problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep. 2. Menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi Problem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur LentengSumenep.
24
D. Kegunaan Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis mengarapkan hasil penelitiannya akan bermanfaat bagi : 1. Pihak sekolah Sebagai bahan informasi, pertimbangan, dan acuan kerangka berpikir bagi pengelolaan sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang diahrapkan oleh masyarakat, bangsa dan negara. 2. Pihak Pendidik Pendidikan Agama Islam Dalam penulisan skripsi ini, pendidik Pendidikan Agama Islam menjadi obyek utama selain anak didik itu sendiri. Eksistensi skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai bahan evaluasi tambahan untuk kesempurnaan dan perbaikan sistem dan metode pengajaran yang akan datang. 3. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna mengadakan penelitian lebih lanjut. Dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat kesulitan dan problematika dalam pengajaran agama Islam serta bagaimana solusi yang seharusnya dilaksanakan.
E. Batasan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain : a. Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah unsur organik (anak didik dan pendidik), kurikulum, sarana dan pra sarana, dan lingkungan.
25
b. Waktu penelitian dan biaya yang sangat terbatas, akan tetapi hasil-hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis sudah dianggap cukup representatif.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya penafsiran yang kurang tetap dalam skripsi atau pembahasan yang melebar dan tidak terarah, penulis akan menguraikan beberapa istilah dalam skripsi sebagai berikut : a. Problematika Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, “Problem adalah masalah, persoalan”. Jadi yang dimaksud problematika dalam penulisan skripsi ini adalah permasalahan-permasalahan yang terdapat pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep b. Pembelajaran Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan anak didik mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. Banyak usaha telah dilakukan oleh para ilmuwan pembelajaran dalam mengklasifikasikan variable-variabel pembelajran yang menjadi perhatiannya terutama bila dikaitkan dengan teori-teori pembelajaran.4
4
Drs. Muhaimin, dkk. Stategi Belajarb Mengajar ( Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama) . Surbaya, Citra Media , 1996 hlm.99
26
c. Pendidikan Agama Islam Menurut Ahmad D. Marimba adalah “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.”5 Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuan dan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akherat6. Berdasarkan pada penegasan istilah diatas, maka maksud judul tersebut adalah penelitian tentang Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan langkah- langkah dalam mengatisinya di SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep Madura.
H. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran yang dapat dimengerti dan menyeluruh mengenai rancang isi dari skripsi ini, secara global dapat dilihat dari sistematika pembahsan di bawah ini:
5 6
D. Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, PT Alma'arif, Bandung,1981,hlm.23 Zakiyah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta,1984, hlm, 29
27
BAB I
Bagian ini merupakan bab pendahuluan yang bersikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian kegunaan penelitian, batasan penelitian, dan sistematika pembahsan.
BAB II
Bagian ini merupakan bab kajian teortis yang berisikan tentang: kajian pembelajaran
pendidikan
agama
Islam
yang
melputi:
Dasar
pembelajaran pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam,
sistem
pembelajaran
pembelajaran pendidikan
pendidikan agama
Islam,
agama
Islam,
fungsi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pembelajaran pendidikan Islam, kajian tentang problematika pembelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi: problematika pembelajaran pendidikan agama Islam, dan langkahlangkah mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam.. BAB III
Bagian ini merupakan bab Metodologi Penelitian yang berisikan tentang : Desain penelitian, obyek penelitian, subyek penenlitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis data.
BAB IV
Bab ini merupakan pemaparan data temuan di lapangan dengan metode yang telah di paparkan di Bab III
BAB V
Bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanankan di lapangan.
BAB VI
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi: kesimpulan dan saransaran.
28
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Tentang Problema Pembelajaran Pendidikan Agama Islam A. Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai landasan atau dasar sebagai tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia harus mempunyai ladadasan kemana sesuatu kegiatan dan semua perumusan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam itu dihubungkan. Dasar atau landasan pembelajaran pendidikan agama Islam itu terdiri dari Al-Qur’andan Sunah Nabi Muhammad SAW, yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-Mashalahah mursalah, istihsan, Qiyas dan sebagainya7. a. Al-Qur’an Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang di sebut aqidah dan yang berhungan dengan amal yang disebut syari’ah.
7
Dr. Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan agama Islam Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hal. 19.s
29
Pembelajaran pendidikan agama Islam, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, maka termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah, pembelajaran sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia baik pribadi maupun masyarakat. Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip berkenaan dengan kegiatan atau pembelajaran itu. Sebagai contoh dari kisah Luqman yang mengajari anaknya (surat luqmman ayat 12-13)
ô‰s)s9uρ $oΨ÷s?#u™ z⎯≈yϑø)ä9 sπyϑõ3Ïtø:$# Èβr& öä3ô©$# ¬! 4 ⎯tΒuρ öà6ô±tƒ $yϑ¯ΡÎ*sù ãä3ô±o„ ⎯ϵšøuΖÏ9 ( ⎯tΒuρ txx. ¨βÎ*sù ©!$# ;©Í_xî Ó‰‹Ïϑym ∩⊇⊄∪ øŒÎ)uρ tΑ$s% ß⎯≈yϑø)ä9 ⎯ϵÏΖö/eω uθèδuρ …çµÝàÏètƒ ¢©o_ç6≈tƒ Ÿω õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( χÎ) x8÷Åe³9$# íΟù=Ýàs9 ÒΟŠÏàtã ∩⊇⊂∪ Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”8 Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan agama Islam merumuskan al-Qur’an sebagai dasar utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pembelajaran pendidikan agama Islam. b. As-Sunnah As-Sunah ialah perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasul Allh SAW. Sunnah merupakan sumber ajaran Islam kedua sesudah al-Qur’an. 8
Alqur’an dan Terjemahnya, Depertemen Agama RI, Penerbit J-ART 2004, hlm. 412-413
30
Seperti al-Qur’an, Sunah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu Rasulullah menjadi pendidik dan pendidik utama, beliau sendiri menjadi pertama dengan menggunakan rumah al-arqam ibn Abi AlArqam. Kedua dengan memnfaatkan tawaran perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para shahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam, semua itu adalah pembelajaran dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh karena itu, sunah merupakan dasar kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa ijtihad perlu di tingkatkan dalam memahaminya termasuk Sunah. c. Ijtihad Ijtihad adalah istilah para fuqaha’ yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuawan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan dlam al-Qur’an dan As-Sunah9. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pembelajaran. Ijtihad dalam pembelajaran harus tetap bersumber dari Al- Qur’an dan Sunah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pembelajaran
9
Ib id, hal. 21
31
pendidikan agama Islam. Ijtihad di bidang pembelajaran pendidikan agama Islam ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam yang terdapat dalam AlQur’an dan Sunah adalah bersifat pokok dan prinsip-prinsipnyan saja.
B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Secara umum pembelajaran pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berahlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.10 Dari definisi di atas dapat ditarik beberapa demensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegitan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu : 1). Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran Islam. 2). Dimensi pemahaman serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran islam. 3). Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam. 4). Dimensi pengalaman dalam arti dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama Islam dan nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, serta mengaktualisasikan dan merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
10
Drs. Muhaimin MA, Pradigma Pendidikan Islam, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004, hal. 78.
32
Pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah dasar bertujuan lulusannya11: 1. Terampil dan bergairah beribadah, mampu berdzikir dan berdo’a. 2. Mempu membaca al-qur’an dan menulisnya dengan benar serta berusaha memahaminya. 3. Terbiasa berkpribadian muslim (berahlaq mulia). 4. Mampu memahami sejarah dan perkebangan islam. 5. Terbiasa menerapkan aturan dasar Islam dalam kehidupan sehari-hari.
C. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sistem pembelajaran pendidikan agama Islam ialah suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran pendidikan agama Islam yang masingmasing berdiri sendiri, tetapi saling bekaitan satu dengan lainnya. Sehingga terbentuk suatu kebulatan yang utuh dalam pencapaian tujuan yang di inginkan12. Lembih lanjut Muhaimin mengatakan. Sistem pembelajaran pendidikan agama Islam terdiri dari beberapa komponen antara lain: a. Pendidik Pendidik yaitu orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi kognitif, potensi afektif, potensi psikomotorik. 11
Ibid, hal. 81. Drs. Muhaimin MA-ABD Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Tregenda Karya, Bandung,1993, hal.166
12
33
Karena pendidik ( pendidik ) adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi kependidikan agar supaya dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif diantara kompetensi kependidikan antara lain: 1. Kompetensi kepribadian Setiap pendidik memiliki kepridianya sendiri-sendiri yang unik. Tidak ada pendidik yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi kependidikan. Jadi pribadi kependidikan itupun” unik” dan perlu diperkembangkan secara terus-menerus agar pendidik itu terampil dalam: 1. Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau anak didik yang diajarnya. 2. Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral terhadap anak didik bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam pikiran serta perbuatan anak didik dan pendidik. 3. Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling percaya mempercyai antara pendidik dan anak didik. 2. Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran . Penguasaan yang mengarah kepada spesialisasi atas ilmu atau kecakapan/pengetahuan yang diajarkan. Penguasaan yang meliputi bahan bidang studi sesuai dengan kurikulum dan bahan pendalaman
34
aplikasi bidang studi. Kesemuanya ini amat perlu di bina karena selalu dibutuhkan dalam: a. Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang harus diajarkannya kedalam bentuk komponen-komponen dan informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan. b. Menyusun
komponen-komponen
atau
informasi-informasi
itu
sedemikian rupa baiknya sehingga akan memudahkan anak didik untuk mempelajari pelajaran yang diterimanya. 3. Kompetensi dalam cara-cara mengajar. Kompetansi dalam car-cara menganjar atau keterampilan mengajar sesuatu bahan pengajaran sangat diperlukan pendidik. Khususnya keterampilan dalam: a. Merencanakan atau menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan untuk satu satuan waktu( catur wulan/semester atau tahun ajaran. b. Mempergunakan dan mengembangkan media pembelajaran ( alat bantu atau alat peraga) bagi anak didik dalam proses belajar yang diperlukannya. c. Mengembangkan dan mempergunakan semua metoda-metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.
35
Ketiga aspek kompetensi tersebut di atas harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian pendidik. Dengan demikian itu dapat diharapkan dari padanya untuk mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara profesonal dan efektif. b. Anak didik Anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis untuk mencapai tujuan pembelajarannya melalui lembaga pendidikan.13 Dalam pengelolan belajar mengajar, pendidik dan anak didik memegang peranan penting, karena keberhasilan suatu pembelajaran juga ditentukan oleh anak didik, oleh karena itu agar supaya belajarnya efektif dan produktif maka anak didik itu harus memperhatikan hal-hal berikut: 1. Anak didik harus mnyadari sepenuhnya kearah dan tujuan belajarnya, sehingga ia senantiasa siap siaga untuk menerima dan mencernakan bahan. Jadi bukan belajar asal belajar saja. 2. Anak didik harus memiliki motive yang murni (niat). Niat yang benar adalah karena Allah, bukan karena sesuatu yang lain, sehingga terdapat keikhlasan dalam belajar. Untuk itulah mengapa belajar harus dimulai dengan mengucapkan basmalah
13
Ibid., hlm. 177
36
3. Harus belajar dengan “kepala penuh” artinya anak didik memiliki pengetahuan dan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya sehingga memudahkan dirinya untuk menerima sesuatu yang baru. 4. Anak didik harus menyadari bahwa belajar bukan semata-maat menghafal. Di dalamnya juga terdapat penggunaan daya-daya mental lainnya yang harus dikembangkan sehingga memungkinkan dirinya memperoleh pengalaman-pengalaman baru dan mempu memecahkan berbagai masalah. 5. Harus senantiasa memusatkan perhatian( konsentrasi pikiran)terhadap apa yang sedang dipelajari dan berusaha menjauhkan hal-hal yang mengganggu konsentrasi sehingga terbina suasana ketertibaan dan keamanan belajar bersama. c. Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang di inginkan.14 Komponen kurikulum dalam pembelajaran sangat berarti, karena merupkan oprasionalisi tujuan yang dicita-citakan, bahkan tujuan tidak akan tecapai tanpa keterlibatan kurikulim.Kurikulum merupakan salah satu komponen pokok pembelajaran, dan kurikulum sendiri juga merupakan sistem
yang
mempunyai
komponen-komonen
tertentu.
Komponen
kurikulum tersebut paling tidak mecakup tujuan, struktur program, strategi
14
Ibid., hal.184
37
pelaksanaan yang menyangkut sistem penyajian pelajaran, peinilaian hasil belajar, bimbingan penyuluhan, administrasi dan supervisi. Namun, komponen-komponen tersebutu belum memadai sebagai komponen kurikurlum pembelajaran. Untuk itu, komponen kurikulum pembalajaran setidak-tidaknya mencakup empat klaster (kelompok) pokok, yaitu: a. Klaster komponen dasar, mencakup konsep dasar tujuan dalam kurikulum pembalajaran, prinsip-prinsip kurikulum yang dianut, pola orgaisasi kurikulum, kriteria keberhasilan, orientsai pembalajaran, dan sistem evaluasi. b. Klaster komponen pelaksana, menckup materi pembalajran, sistem penjenjangan,
sistem
penyampaian,
proses
pelaksanaan,
dan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. c. Klaster komponen pelaksanaan dan pendukung kurikulum, mencakup pendidik, anak didik, bimbingan konseling, administrasi pembelajaran, saran-prasana, dan biaya pembelajran. d. Klaster komponen usaha-usaha pengembangan, yakni usaha-usaha pengembangan terhadap ketiga klaster tersebut dengan berbagai komponen yang tercakup di dalamnya. d. Metode Pendidik dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada anak didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan tennik pembalajaran guna kelangsungan transformasi dan internalisasi materi
38
pelajaran. Hal ini kerena metode dan teknik materi pembalajaran pendidikan agama Islam tidak sama dengan metode dan teknik materi-materi pada umumnya. Tujuan diadakan metode ialah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pembelajaran pendidikan agama Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada anak didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar-mengajar antar pembelajaran dengan anak didik. Di samping itu, dalam uraian tersebut ditunjukan bahwa fungsi metode pembelajaran adalah memberi inspirsi pada anak didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan anak didik yang seiring dengan tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam. Tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikogis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pembelajaran yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar anak didik mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini meteri yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas utama metode tersebut adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta penemuan nilai dan norma yang berhubungan
39
dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa metode dalam pembelajaran pendidikan agama Islam itu sangat penting sekali karena metode termasuk salah satu yang menentukan keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam. Kiranya tidak salah kalau adanya sebuah ungkapan bahwasanya metode itu lebih penting dari pada materi. e. Evaluasi Evaluasi
ialah
suatu
proses
penaksiran
terhadap
kemajuan,
pertumbuhan, dan pekembangan anak didik untuk tujuan pendidikan.15 Menurut Abdul Majid tujuan evaluasi hasil belajar anak didik untuk mengetahui ketuntasan anak didik menguasai kompetensi dasar.16 Sedangkan menurut Muhaimin dan abd mujib mengatakan bahwa Tujuan dari evaluasi ialah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajar anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa di antara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat sekolah, sasaran evaluasi tidak bertujuan mengevaluasi anak didik saja, tetapi juga bertujuan mengevaluasai pendidik, yaitu sejauh mana ia
15
Ibid., hal. 277 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standart Kompetensi Guru). PT. Remaja rosda karya, Bandung, 2006. hlm. 224
16
40
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.17 Sedangkan fungsi evaluasi ialah membantu anak didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Disamping itu, evaluasi dapat membantu seorang pendidik dalam mempertingkan baik tidaknya metode pengajaran, serta membantu dan mempertimbangkan administrasinya. Jadi dengan evaluasi akan diketahui
tingkat keberhasilan suatu
pembelajaran dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga pihak sekolah akan mencari solusi untuk menutupi kelemahankelamahan tersebut.
D. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Adapun fungsi pembelajaran pendidikan agama Islam ialah menyediakan segala fasilitas yang dapat menungkinkan tugas pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut tercapai dan dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mngandung arti dan tujuan bersifat struktural dan institusional. Arti dan tujuan struktur menuntut terwujudnya struktur organisasi yang mngaur jalanya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun segi horizontal. Faktor-faktor pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berfungsi secara interaksional ( saling mempengaruhi ) yang berarah pada tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan instetusional mengandung implikasi bahwa proses pembelajaran yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin proses pembelajaran yang berjalan secara konsisten dan berkesinambungan mengikuti kebutuhan dan perkembang manusia dan cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai jenis dan jalur pembelajaran yang formal, informal, dan non formal dalam masyarakat.
17
Muhaimin. Op. Cit., hlm. 277
41
Menurut Kurshed Ahamad, fungsi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan nasional. 2. Alat untuk mengadakan prerubahan, inovasi, dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skil yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi. Di dalam GBPN PAI 1994 pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah berfungsi sebagai pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, dan sumber nilai.18 a. Sebagai pengembangan berarti pembelajaran pendidikan agama Islam berusaha untuk menumbuhkan kembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah di tanamkan dalam lingkungan keluarga. b. Sebagai penyaluran berarti pembelajaran pendidikan agama Islam berusaha menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus yang ingin mendalam bidang agama agar bakatnya dapat berkembang secara optimal. c. Sebagai perbaikan berarti pembelajaran pendidikan agama Islam berusah untuk memperbaiki kesalehan-kesalehan, kelemahan peserta didik dalam hal keyakinan, pemahaman dan pengaman ajaran Islam dalam kehidupan. 18
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan agama Islam, Pusat Kurikulum Penelitian dan Pengembangan, Jakarta, 2001, hal.9.
42
d. Sebagai penyesuaian berarti, pembelajaran pendididkan agama Islam berusaha membimbing peserta didik untuk menyesuaikan diri baik terhadap
lingkungan
maupun
sosialnya
dan
dapat
mengarahkan
lingkungan sesuai dengan ajaran Islam. e. Sebagai sumber nilai, berarti pembelajaran pendidikan berusaha memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagaan di dunia maupun di akhirat nanti.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan anak didik atau bagaimana membuat anak didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan anak didik19. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
kurikulum
dengan
menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama Islam yang terkandung di dalam kurikulum. Selanjutnuya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan, dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di tetapkan sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri anak didik.
19
Ibid, hal. 145.
43
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang mempengaruhi proses pembelajaran pendidikan agama Islam, ketiga tersebut yaitu: 1) kondisi pembelajaran pendidikan agama. 2) metode pembelajaran pendidikan agama Islam. 3) hasil pembelajaran pendidikan agama Islam. a. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah semua faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran pendidikan agama Islam, karena itu, perhatian kita adalah berusaha mengidentifikasi dan mendiskripsikan. Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran yaitu: 1. Tujuan dan karateristik bidang studi Pendidikan agama Islam. 2. Kendala dan karateristik bidang studi pendidikan agama Islam. 3. Karateristik anak didik.
b. Metode Pembelajaran Pendidikan agama Islam. Metode pembelajaran dapat di kalasifikasikan menjadi: 1. Stategi pengorganisasian yaitu suatu metode untuk mengorganisasi isi bidang studi pendidikan agama Islam yang dipilih untuk pembelajaran. Pengorganisasian bidang studi mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi pembuatan program, skema, format, dan sebagainya. Strategi pengorganisasian dapat debedakan menjadi strategi mikro dan strategi makro. Stategi mikro mengacu pada pada metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran pendididkan agama Islam yang menyangkut satu konsep,
44
prosedur atau prinsip, dalil, hukum. Sedangkan strategi makro berkaitan dengan bagaimana memilih pembelajaran berdasarkan urutan konsep secara procedural, membuat sintesis dengan menunjukan keterkaitan antar konsep atau prosedur misalnya, konsep lingkungan, konsep bersih, konsep indah, konsep sehat, dan konsep keimnanan bias ditarik suatu sistesis denagn menujukan keterkaitan antar konsep, sehingga dapat melahirkan prinsip-prinsip Islam dalam menjaga dan memelihara lingkungan serta prosedural dalam mengembangkan lingkungan yang bersih, sehat, indah, dan agamis. 2. Strategi penyampaian pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu metode-metode penyampaian pembelajaran pendidikan agama Islam yang di kembangkan untuk membuat anak didik dapat merespon dan menerima pelajaran agama Islam dengan mudah, cepat, dan menyenangkan. Karena itu, penetapan penyampaian perlu menerima serta merespon masukan dari peserta didik. Dengan demikian, strategi penyampaian mencakup lingkuangan fisik, pedidik atau orang-orang, bahan-bahan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran yang lain. Dengan perkataan lain media pembelajaran merupakan komponen penting dan menjadi kajian utama dalam strategi ini, strategi penyampaian ini berfungsi sebagai penyampai isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi yang diperklukan anak didik untuk menampilkan unjuk kerja.
45
Ada tiga komponen dalam strategi penyampaian,20 yaitu: 1) Media pembelajaran. 2) Interaksi media pembelajaran dengan anak didik dan 3). Pola atau bentuk belajar mengajar. a. Media pembelajaran pendidikan agama Islam mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan anak didik, media pembelajaran dapat berupa apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk dimuati pesan-pesan nilai pendidikan agama Islam yang akan disampaikan kepada anak didik. Media bias perangkat keras, seperti computer, televisi, orang atau alat dan bahan cetak yang digunakan pada perangkat keras. Dengan demikian pendidik pendidikan agama Islam merupakan salah satu media pembelajaran pendidikan agama Islam yang akan mengantarkan pesan nilai-nilai dan normanorma ajaran Islam melalui pembelajaran yang direncanakan.. b. Interaksi anak didik dengan median berarti bagaiman media pembelajaran dalam merangsang kegatan belajar peserta didik. Setiap media pembelajaran pendidikan agama Islam yang direncanakan hendaknya dipilih, ditetapkan, di dikembangkan dapat menimbulkan interaksi peserta didik dengan pesan-pesan yang dibawa media pembelajaran. Kecocokan suatu media dapat diukur dari tingkat keefektifan, keefesienan, kemudahan, serta kemenarikan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja( hasil belajar) melalui media yang digunakan. Oleh karena itu, dalam pemilihan suatu media pembelajaran
20
Ibid, Hal. 152.
46
dipengaruhi karakteristik bidang studi dan kendala sumber belajar yang tersedia. Rangcangan pembelajaran pendidikan agama Islam diharapkan dapat mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengnan karakteristik bidang studi pendidikan agama Islam, kendala sumber belajar yang tersedia, dan karekteristik pola-pola belajar peserta didik. Pola pembelajaran menggambarkan bagaimana peserta didik belajar dalam kelompok besar, kelompok kecil, atau perseorangan. c. Pola belajar mengajar, dewasa ini dapat kita saksikan penggunaan media informsi yang beragam model dan gaya untuk pembelajaran pendidikan agama Islam, baik melalui media cetak maupun elektronik cukup tersedia. Dari pemdia eletronik dapat disaksikan model rekaman yang berisi pengajaran lewat radio dan layar kaca( TV) yang berupa pembelajaran agama ( kuliah subuh, hikman fajar dsb). Sedangkan dari media cetak dapat kita jumpai berbagai bentuk dan model penerbitan dan publikasi pembelajaran agama, mulai dari yang bersifat ilmiah, bacaan popular, cerita, komik sampai yang bersifat brosur, mulai dari bernilai jurnal ilmiah sampai denagn majalah anak-anak seperti aku anak shaleh. 3. Strategi pengelolaan pembelajaran yaitu merupakan metode untuk minta interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaianan isi pembelajaran. Strategi pembelajaran pendidikan agama Islam berupaya untuk menata interaksi peserta didik dengan memperhatikan 4 hal:
47
1. Penjadwalan kegiatan pembelajaran yang menunjukan tahap kegiatan yang harus ditempuh peserta didik dalam pembelajaran. 2. Pembuatan catatan kemajuan belajar anak didik melalui penilaian yang komprehensif dan kendala selama pembelajaran. 3. Pengelolaan motivasi anak didik dengan menciptakan cara-cara yang mampu meningkatkan motivasi belajar anak didik. 4. Control belajar yang mengacu kepada pemberian kebebasan untuk memilih tindakan belajar sesuai dengan karateristik anak didik. c. Hasil Pembelajaran Pendidikan agama Islam. Hasil pembelajaran dapat di klasifikasikan menjadi keefektifan, efesiensi dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan kreteria: a) kecermatan penguasaan kemampuan atau prilaku yang dipelajari b) kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar c) kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh d) kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar e) kualitas hasil akhir yang dapat dicapai. f) tingkat alih belajar g) tingkat retensi belajar. Sedangkan efesiensi pembelajaran dapat diukur denagan rasio antara keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau dengan jumlah biaya yang dikeluarkan serta daya tarik pembelajaran bisanya diukur dengan mengamati kecenderungan anak didik untuk berkeinginan terus belajar.
48
2. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam kaitannya dengan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah agar dapat berjalan dengan baik, tergantung dari beberapa faktor atau komponen yang dapat mendukung, antara lain adalah faktor anak didik, faktor pendidik, kurikulum pembelajaran, alat-alat pembelajaran dan faktor lingkungan. Akan tetapi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah ternyata tidak semulus dengan apa yang kita bayangkan, terutama banyak dihadapkan pada berbagai macam problema.21 Dalam hal ini akan penulis uraikan satu persatu mengenahi problemaproblema yang terkait denagn faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:
1. Problem Anak Didik Pendidikan tidaklah terbatas pada pengertian dan penguasaan ilmu pengetahuan, melainkan juga perkembangan jiwa dan penyesuaian diri dari anak didik terhadap kehidupan sosialnya. Anak didik adalah manusia yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya hingga meninggal.22 Perkembangan disini diartikan adanya perubahan-perubahan yang selalu terjadi dalam diri anak didik secara wajar, baik ditunjukkan kepada diri sendiri maupun kearah penyesuaian dengan lingkunganya. Tugas utama pendidik dalam perkembangan anak didik adalah membimbing perkembangan itu pada
21
Proyek Pembinaan PTAI, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta, 1982, hlm. 53 Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia: Tangtangan Bagi Para Pemimpin Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1987. hal.132.
22
49
tiap tingkatannya, serta meyakinkannya bahwa cara-cara anak didik memenuhi kebutuhannya senantiasa sejalan dengan pola kehidupan sosialnya. Bagi pendidik untuk dapat mengikuti tingkat-tingkat perkembangan jiwa anak didiknya perlu mengenal kejiwaan serta kesanggupan-kesanggupannya. Hal ini akan memudahkan baginya untuk memasukan bahan-bahan pendidikan sesuai
dengan
tingkat
kesanggupan
anak
didik
pada
tiap
tingkat
perkembangannya. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi problema pembelajaran pendidikan agama Islam yang disebabkan oleh anak didik ini adalah: 1) Anak didik mempunyai tingkat pengetahuan agama Islam yang tidak sama. Adakalanya anak didik yang memasuki sekolah sudah memiliki dasardasar pengetahuan agama Islam yang didapatnya dari pembelajaran orang tuanya di rumah. Dengan demikian kesengjangan antara anak didik yang mempunyai dasar-dasar pengetahuan tentang agama yang memadai dengan anak didik yang belum memiliki dasar-dasar pengetahuan tentang agama, akan menjadi penghambat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Seperti yang diungkapkan Zuhairini dkk: Bahwasanya anak yang sudah dilahirkan membawa fitrah beragam dan kemudian tergantung kepada pembelajaran pendidikan selanjutnya kalau mereka mendapat pendidikan agama dengan baik, maka merekan akan menjadi orang yang taat beragama pula. Sebaliknya bila benih agama yang dibawa itu tidak dipupuk dan dibina dengan baik, maka anak akan menjadi orang tidak bergama.23 2) Anak didik mempunyai tingkat kecerdasan (IQ) yang berbeda. Anak didik yang mempunyai tinkat kecerdasan yang lebih tinggi akan lebih mudah 23
Dra. Zuhairi, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992. Hal. 31-32.
50
menerima pelajaran agama dibandingkan anak didik yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Masalah ini juga akan menyebabkan faktor yang menjadi problem pembelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan oleh pendidik. 3) Anak didik kurang sungguh-sungguh dalam belajar agama Islam. Maksudnya anak didik tersebut mempelajari agama Islam bukan untuk membekali dirinya dengan pengetahuan agama sebagai sarana untuk melaksanankan ibadah kepada Allah. Tetapi belajar agama hanya untuk mendapatkan nilai. Hal ini, juga kan menjadi problema keberhasilan pembelajaran pendidikan agama Islam. Karena tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam bukan hanya aspek cognitive( pengetahuan ) saja tetapi yang lebih penting agar anak didik dapat mengamalkan ajaran agama Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 4) Problema anak didik yang paling mendasar ada pada keluarga anak didik tersebut. Dalam arti, jika keluarga anak didik tesebut tingkat keagamaannya baik, maka secara langsung perkembangan pembelajaran pendidkan agama Islam anak akan baik pula. Sebaliknya jika tingkat keagamaan keluarganya minim, maka perkembangan anak didik tidak akan berbeda jauh dengan hal tersebut.Jadi tingkat keberagamaan keluarga terutam orang tua akan sangat mempengaruhi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam anak. 5) Kebiasaan yang di bawa anak didik dari keluarga dan masyarakat di mana dia tinggal. Ritual budaya keseharian anak didik dalam keluarga dan
51
masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pola interaksi pembelajaran antar pendidik anak didik dikelas. Hal demikian membuat permasalahan yang rumit dalam hal pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN. 2. Problem Pendidik Pendidik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran karena pendidik itulah yang akan bertanggung jiwa dalam mendidik dan membimbing anak didik dalam proses belajar mengajar kearah pembentukan kepribadian yang baik, cerdas, trampil dan mempunyai wawasan atau cakrawala berfikir yang luas serta dapat bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup. Terutama pembelajaran pendidikan agama Islam yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran pada umumnya. Karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT. Perlu diingat bahwa pendidik tidak sekedar menolong, membimbing, tetapi pertolongan dan bimbingan itu haruslah disadari dan dapat menghubungkan semua tingkatannya dengan tujuan pendidikan yang dikehendaki. Disamping itu pendidik harus dapat menciptakan sistuasi pembelajaran yang baik dan se-Islami mungkin bagi pembelajaran pendidikan agama Islam pada khususnya, berpengetahuan luas dan yang lebih penting lagi bagaimana pengetahuan tersebut dapat diamalkan serta di yakini, bukan hanya sekedar ditahui( hanya sebagai pengetahuan semata).
52
Dalam proses interaksi belajar mengajar (pembelajaran), seorang pendidik harus mampu menciptakan dan menstimulasi kondisi belajar anak didiknya dengan baik dan dapat merealisasikan tujuan yang ingin dicapai. Agar pendidik agama Islam dapat melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya, maka dibutuhkan adanya syarat-syarat tertentu, disamping syaratsyarat yang harus dimiliki oleh pendidik pada umumnya, yaitu: a. Mempunyai ijazah formal. b. Sehat jasmani dan rohani. c. Berakhlak yang baik. d. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin. e. Taat untuk menjalankan agam serta mampu memberikan tauladan yang baik kepada anak didik. f. Memiliki jiwa pendidi dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya. g. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang kependidikan, terutama metodik dan dedaktik. h. Menguasai ilmu pengtahuan agama. i. Tidak cacat rohani dan jasmani.24 Sebagai pelengkap syarat-syarat di atas, pendidik agama Islam harus memiliki sifat-sifat, sebagai berikut: a) Zuhud, tidak mengutakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah.
24
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan agama Islam, Armico, Bandung, 1986. hal. 49.
53
b) Bersih jasmani dan rohani, penampilan lahiriahnya menyenangkan dan mulia akhlaknya. c) Mengetahui tabi’at anak didik, yang mencakup pembawaan , kebiasaan, perasaan dan pemikiran. d) Menguasai mata pelajaran yang akan disampaikan.25 Dari syarat-syarat dan sifat-sifat pendidik di atas dapat diambil pengertian bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik tidak hanya membimbing dalam proses belajar-mengajar saja, namun pada pembelajaran pendidikan agama Islam bimbingan mengenai sikap keagamaan juga harus mendapat perhatian yang besar, sehingga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik harus mampu memberiikan anjuran-anjuran, normanorma, macam-macam pengetahuan dan kecakapan yang berhubungan dengan agama. Hal ini dalam rangka pembentukan pribadi anak didik yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, memang berat tugas dan tanggung jawab para pendidik khususnya pendidik agama. Sebab pendidik agama Islam secara umum mempunyai tugas sebagai berikut: a) Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik. b) Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
25
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970. hal. 137
54
c) Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan agar anak didik memilihnya dengan tepat. d) Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangn anak didik berjalan dengan baik. e) Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.26 f) Memberikan teladan yang baik karena anak didik memandang pendidiknya (pendidiknya) sebagai teladan utama bagi mereka dimana ia bercita-cita agar menjadi foto kopi dari pada pendidiknya. Ia akan meniru jejak/akhlaq, ilmu, kecerdasan, keutamaan dan semua gerak dan diam pendidiknya. Apabila ini yang menjadi perhatian anak didik terhadap pendidik mereka, maka seharusnyalah pendidik itu selalu menjadi ikutan baik bagi anak didik mereka, menjadi contoh teladan yang ideal sesuai dengan prinsip-prinsip yang diakui mereka dan nilai-nilai yang mereka jelaskan, keutamaankeutamaan yang mereka lukiskan dan apa yang mereka gambarkan tentang teladan-teladan yang bersumber pada akhlaq mulia. Disamping itu hendaklah pendidik itu merupakan gambar yang hidup yang memantulkan keutamaan tingkah laku yang sebenarnya, yang mereka anggap hebat apabila anak didik membiasakan dirinya dengannya, sebagai tingkah laku yang terbaik dalam hidupnya dan sebagai syi’ar yang harus mereka tegakkan baik secara lahir maupun secara batin. 26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Presspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994. hal. 79.
55
Itu semua dimaksudkan agar anak didik tidak terjerumus kedalam situasi kontradiksi yang berbahaya. Banyak sifat-sifat, akhlaq nilai-nilai dan sikap tidak dipelajari oleh anak didik kecuali melalui contoh teladan pendidk yang menjadi panutan mereka. Begitu pula anak didik akan lebih bergairah melaksanakan
syiar-syiar
peribadatan
dengan
tekun
jika
ia
melihat
pendidiknya(pendidiknya) sendiri mengerjakannya dengan baik. Ia akan khusyu, mendengar bacaan \al-Quran dalam jam pelajaran atau di luarnya jika ia mengetahui bahwa pendidiknya (pendidiknya) menghormati Al-Qura’an dan khusyu’ membacanya. Anak didik akan mementingkan masalah kebersihan tubuhnya dan menotong kuku, menggunting rambut jika ia melihat pendidiknya memotong kuku dan menggunting rambutnya dengan rapi dan sebagainya. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan ialah seorang harus menampakkan wajah yang berseri-seri dikala berjumpa dengan anak didik dan memberi salam kepada mereka dengan salam Islam, setiap kali masuk kelas atau bertemu dengan sekumpulan dari mereka, sehingga makna penghormatan Islam menjadi mantap dan berkesan dalam jiwa mereka. Sedangkan problema pembelajaran pendidikan agama Islam yang datang dari pendidik adalah: a) Seorang pendidik tidak dapat menanamkan jiwa saling mempercayai dan persaudaraan terhadap anak didiknya. b) Tidak adanya kerja sama antara pendidik dengan orang tua anak didik, sehingga menimbulkan pertentangan antara pembelajaran yang disampaikan
56
pendidik di sekolah dengan pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua di rumah. c) Banyaknya pendidik yang kurang memiliki rasa pengabdian yang tinggi kearena kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan hidup para pendidik, maka dari itu kesejahteraan pendidik harus diperhatikan. d) Pendidik (pendidik) merasa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam hanya mempunyai tugas mengajar dalam artian menurut mereka ketika menghabiskan bahan pelajaran tugas mereka dianggap sudah selesai. Adapun problema-problema lain yang datang dari pendidik yaitu: 1. Kesulitan dalam menghadapi adanya perbedaan individu anak didik, yang disebabkan perbedaan IQ, perbedaan watak dan latar belakangnya. 2. Kesulitan dalam menentukan materi yang cocok dengan anak didik yang dihadapainya. 3. Kesulitan dalam memilih metode yang tepat atau sesuai dengan materi yang diberikan. 4. Kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan kelihatan dalam melaksanakan rencana yang telah ditentukan, karena kadang-kadang kekurangan waktu.27 5. Adanya sebagian pendidik yang beranggapan bahwa tugas dia adalah mengajar saja { menteransfer ilmu pengetahuan saja} hal ini akan menjadi problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, karena pendidi itu tidak akan sungguh-sungguh dalam kesuksesan anak didik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
27
Zuhairini dkk, op.cit. hal. 38-39.
57
6. Kesejahtraan pendidik yang kurang memadai akan menjadi problem dalam pembelajaran, mengapa demikian, karena jika kesejahteraan pendidik kurang maka pendidik yang bersangkutan tidak focus dalam mengajar sebab dia harus berusaha tambahan untuk mengatasi kesejahteraannya dirinya dan keluarganya, yang pada akhirnya tugas dia sebagai seorang pendidik
yang
seharusnya
membimbing
dan
berusaha
dalam
mensukseskan anak didiknya kurang diperhatikan 7. Kurang bergairah dalam mengembangkan potensi diri termasuk dalam problem pendidik dalam pembelajaran, hal semacam ini biasanya terjadi jika kesejahtraan pendidik itu kurang, ketika Pendidik itu kesejahteraanya kurang maka untuk mengembangkan potensinya kurang diperhatikan padalal dia sebagai pendidik harus selalu mengembangkan potensi agar supaya bisa melaksanakan tugas kependidikannya berjalan sesuai dengan harapan.
3. Problem Kurikulum Setiap pembelajaran pendidikan agama Islam memerluakan suatu perencanaan organisasi. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara sistematis dan tersetruktur. Demikian pula pula dalam pembelajaran pendidikan agama Islam diperlukan adanya program yang mapan dan dapat mengantarkan proses penilaian dalam pembelajaran atau yang lebih dikenal dengan kurikulum pendidikan. Pada dasarnya penyusunan kurikulum sudah dilakukan oleh tokoh Islam sejak zaman dahulu, diantaranya Umar Bin khattab, beliau telah menulis
58
kurikulum dan mengmkannya kepada penguasa-penguasa Islam, yaitu berbunyi Ajarlah anak-anakmu berenang, berkuda, sampaikan kepada mereka pepatahpepatah yang berlaku dan sajak-sajak yang terbaik.28 Dari sini dapat dimengerti bahwa kurikulum sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, yang dapat mengantarkan pendidikan dalam kancah modern Karena bentuknya telah tersusun secara sistematis dan terperinci. Secara umum problem-problem dalam faktor kurikulum adalah: a. Terlalu padatnya program yang berkibat tidak terlaksananya tujuan dari program yang direncanakan. b. Kurangnya jam pelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan materi pembelajaran pendidikan agama Islam. c. Kurikulum yang ada tidak terorganisir dengan baik, sehingga sering terjadi pengulangan pokok bahasan (materi)
4. Problem Alat atau Sarana Pembelajaran Alat pembelajaran menurut Sutari Imam Barnadib dalam bukunya Jalaluddin dan umar Said ialah suatu tindakan atau perbuatan dan situasasi atau benda yang sengaja diadakan untuk mendapai suatu tujuan dai dalam pembelajaran. Jadi alat pembelajaran tidak terbatas pada benda-benda yang bersifat kongkrit saja. Tetapi juga berupa nasehat, tuntunan, bimbingan, contoh hukuman, ancaman dan sebagainya.29
28
Athiyah Al-Abrasy, op.cit.hal. 161. Jalaluddin, Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep Dan Perkembangan Pemikirannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994. hal.57.
29
59
Dalam memilih alat pembelajaran pendidikan agama Islam, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain: 1) Tujuan apa yang akan dicapai. 2) Alat mana yang tersedia atau cocok diguanakan. 3) Pendidik mana yang akan menggunakan. 4) Kepada anak didik alat itu digunakan30 Adapun problem yang datang dari alat pembelajaran pendidikan agama Islam antara lain: 1. Seorang pendidik yang kurang cakap dalam menggunakakan suatu alat Pembelajaran, sehingga pelajaran yang disampaikan tidak dapat difahami oleh anak didik. 2. Dalam menentukan alat-alat yang akan dipakai seorang pendidik tidak memperhitungkan atau mempertimbangkan pribadi peserta didiknya yang melipuiti, jenis kelamin, umur, bakat, perkembangannya dan sebagainya. Dengan demikian pembelajaran tidak akan membawa hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. 3. Hambatan yang lainnya terletak pada ruang dan waktu, artinya seorang pendidik kurang mampu menempatkan waktu yang tepat dalam menjelaskan pelajaran. Misalnya :diwaktu siang, ketika udara panas pelajaran yang menguras fikiran tidak tepat untuk diberikan kepada anak didik31 5. Problem Lingkungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
30 31
Ibid. hal. 57. Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Logos, Jakarta, 1999. hal. 155-158.
60
Faktor lingkungan dalam pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting untuk menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang dilaksanakan secara esensial, faktor lingkungan turut memiliki andil dalam membentuk pribadi seseorang dan dapat memberikan pengaruh yang positif dan negative terhadap perkembangan jiwa, sikap, ahklak maupun agamanya. Dari uraian dia atas, dapat dipahami bahwasanya lingkungan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu lingkungan yang didalamnya terdapat ciri-ciri yang memungkinkan terselenggaranya penmbelajaran pendididkan agama Islam dengan baik. Fungsinya untuk menunjang terjadinya pembelajaran secara aman, tertib dan berkelanjutan.32 Dengan memperhatikan pengertian di atas dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pembelajaran itu terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Pada perkembangan selanjutnya lembaga pendidikan ini disederhanakan menjadi lingkungan pembelajaran luar sekolah dan lingkungan pembelajaran sekolah. Dari uraian diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwasanya yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar individu peserta didik yang berupa benda, orang, peristiwa, perasaan yang di alaminya dan mempunyai pengaruh pada perkembangannya. Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif bilamana lingkungan dapat memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada peserta didik untuk berbuat hal-hal yang baik, sebagai contoh di sekolah anak mendapat pelajaran pendidikan agama Islam dari pendidik agama Islam dan di rumah anak selalu mendapatkan bimbingan dari orang tuanya, maka secara tidak
32
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, Jakarta,1997. hal.111.
61
langsung keagamaan anak didik tersebut akan selalu terpupuk dan berbina dengan baik. Bertolak dari keterangan tersebut, dapat ditarik garis pokoknya bahwa baik buruknya lingkungan itu dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan oleh suatau lembaga pendidikan. Faktor-faktor yang menjadi problem yang datang dari lingkungan antara lain: a. Lingkungan keluarga atau orang tua yang tidak aktif dalam menjalankan ajaran agama Islam bahkan bersikap acuh tak acuh dengan aktivitas anaknya sehari-hari. b. Lingkungan masyarakat sekitarnya yang merupakan tempat hidup anak didik dalam bersosialisasi bukanlah manyarakat yang agamis melainkan masyarakat abangan. c. Lingkungan kawan sehari-hari atau sering disebut sebagai lingkungan pergaulan yang tidak baik dapat mendatangkan pengaruh negative yang sangat kuat bagi perkembang anak didik, dimana pengaruh yang datangnya dari kawan sulit sekali dihindari. Di samping problema-problema yang telah penulis sebutkan di atas, juga masih banyak lagi problema-problema yang lain sebagaimana para tokoh yang mengamati adanya kelemahan-kelemahan dalam melakasanakan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah misalnya: Towaf mengamati adanya kelemahan-kelemahan pembelajaran pendidikan agama di sekolah, antara lain sebagai berikut:
62
a. Pendekatan
masih
cenderung
normative,
dalam
arti
pembelajaran
pendidikan agama Islam menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi kontek sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama Islam sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. b. Kurikulum pembelajaran pembelajaran pendidikan yang dirancang di sekolah sebernarnya lebih menawarkan minimum kopetesi atau minimum informasi, tetapi pihak GPAI sering kali terpaku padanya, sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. c. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut maka GPAI kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bias dipakai untuk pembelajaran pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. d. Keterbatasan sarana dan prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya. Pembelajaran pendidikan agama Islam yang diklem sebagai aspek yang penting, sering kali kurang diberi prioritas dala urusan fasilitas. Sedangkan merurut Amin Abdullah juga telah menyoroti kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini berlangsung di sekolah, antara lain sebagai berikut: a. Pembelajaran pendidikan agama Islam lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata serta amalan-amalan ibadah praktis.
63
b. Pembelajaran pendidikan agama Islam kurang concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agam yang kognitif menjadi ”makna” “ dan “ nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri anak didik lewat berbagai cara, media dan forum. c. Isu kenakalan remaja, perkelahian diantara para remaja, tindak kekerasan, premanisme, konsumsi minuman keras dan sebagainya. d. Metodologi pembelajaran pendidikan agama Islam tidak kunjung berubah antara pra dan post era modernitas. e. Pembelajaran pendidikan agama Islam lebih menitikberatkan pada korespondensi-tekstual,
yang
lebih
menekankan
hafalan
teks-teks
keagamaan yang sudah ada. f. Sistem evaluasi, bentuk-bentuk soal-soal ujian agama Islam menunjukkan prioritas utama pada kognitif dan jarang pertanyaan tersebut mempunyai bobot muatan “nilai” dan “makna” spiritual keagamaan yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari.33 3. Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam menghadapi kemajuan zaman seperti saat ini, maka pendidikan agama Islam sangat perlu sekali untuk diberikan pada anak didik. Namun dalam pelaksanaannya tidaklah semudah yang kita bayangkan, karena sebagai suatu aktivitas yang mempunyai tujuan tentunya problem-problem yang dihadapi
33
Muhaimin MA-ABD Mujib., OP. Cit., hlm. 90
64
sangatlah komplek. Sehingga dalam penyelesaianya perlu adanya pemikiran dan pertimbangan yang matang serta rasa tanggung jawab yang tinggi. Suhubungan dengan hal ini, maka penulis akan membahas tentang upaya mengatasi problematika atau hambatan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Hal ini sesuai dengan batasan masalah yang penulis sajikan dalam pembahasan, maka penulis akan mengemukakan upaya-upaya yang dilakukan
oleh
pendidik
agama
Islam
dalam
mengatasi
problematika
pembelajaran pendidikan agama Islam. 1. Anak Didik Dalam dunia pembelajaran pendidikan agama Islam peserta didik merupakan salah satu faktor yang terpenting oleh karena itu, segala sesuatu yang ada kaitannya dengan individu anak didik, pendidik harus tanggap dan berusaha mencari jalan keluarnya. Hal ini disebabkan karena anak didik selalu mengalami perkembangan, dimana perkembangan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan dari masing-masing peserta didik. Adapun upaya yang di tempuh oleh pendidik agama Islam dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara memberikan motivasi belajar pada anak didik. Berkenaan dengan ini Sardiman A.M. mengatakan bahwa: “Peran pendidik sebagai motivator ini sangatlah penting artinya dalam rangka meningkatkan semangat dan pengembangan kegiatan belajara anak didik. Pendidik dituntut dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi anak didik, menumbuhkan aktivitasdan
65
kreativitas sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar”.34 Jadi, kegiatan belajar anak didik dapat terjadi apabila anak didik ada perhatian dan dorongan terhadap rangsangan belajar. Untuk itu, maka seorang pendidik harus berupaya menimbulkandan mempertahankan perhatian serta dorongan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan belajar. Upaya memberikan perhatian dan dorongan belajar kepada anak didik dapat dilakukan pendidik dengan cara sebagai berikut: a) Memberikan tugas rumah. b) Membentuk kelompok belajar. c) Menambah jam pelajaran d) Mengadakan persaingan atau kompetisi e) Memberi nasehat tentang pentingnya belajar terutama di era globalisasi ini
2. Pendidik Bukan rahasia lagi kalau pendidik (pendidik) memiliki posisi yang strategis dalam pengembangan segenap potensi yang memiliki anak didik. Selagi ada kegiataan pembelajaran, maka disanalah pendidik sangat dibutuhkan karena pada diri pendidiklah kejayaan dan keselamatan masa depan bangsa dapat terjamin. Hal ini, karena pendidik mempunuyai kewajiban dalam membentuk pribadi yang sejahtera lahir dan batin, baik itu yang ditempuh melalui pembelajaran pendidikan agama Islam maupun umum.
34
Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Perss, Jakarta, 1992. hal.142.
66
Berkaitan dengan ini, maka pendidik harus mampu menjadi pendidik yang professional, berorientasi pada anak didik secara penuh dalam kreatifitas maupun aktifitas keseharian dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan profesionalisme pendidik pembelajaran pendidikan agama Islam, perlu ditingkatkan melalui cara sebagai berikut: a. Mengikuti penataran-penataran Yang dimaksud dengan penataran ialah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian pendidik dan pegawai guna menyelamatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan kemajuan dan perkembagan ilmu pengetahuan dalam bidangnya masing-masing. Adapun tujuan dari penataran ini adalah sebagai berikut: 1. Mempertinggi mutu para petugas dalam bidang posisinya masingmasing.35 2. Meningkatkan efisiensi kerja menuju kearah tercapainya hasil yang optimal 3. Mengembangkan kegairahan kerja dalam meningkatkan kesejahteraan (pendidik) pendidik.36 b. Mengikuti kursus-kursus kepembelajaran. Dalam menambah wawasan pendik agama Islam disarankan juga mengikuti kursus terutama yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam dan juga kursus bahasa, seperti bahasa arab, komputer dan sebagainya. 35
Muhammad Djumhur, Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, C.V. Ilmu, Bandung, 1991. hal. 115. 36 Ibid., hlm. 115
67
Cakrawala pendidik harus luas dengan mengikuti perkembangan yang selama ini terjadi sejalan dengan semaraknya internet. Bentuk kursus itu sendiri tidak terbatas atau terikat baik dilkaukan secara inidividu maupun kelompok. c. Memperbanyak membaca buku. Pendidik (pendidik) yang profesional tidak berpedoman pada satu buku saja guna menambah bahan materi yang akan disampaikan. Dengan begitu pendidik tidak kehabisan bahan dan anak didik sendiri akan tertarik untuk terus mendengarkan penjelasan yang disampaikan pendidik (pendidik), apalagi kalau pendidik mampu mengolah kata yang baik, maka anak didik akan semakin cepat paham dan mengerti. d. Mengadakan kunjungan kesekolah lain. Suatu strategi yang tepat, apalagi mengadakan studi banding guna bertukar fikiran dan pengalaman serta saling melengkapi dan mengatasi problem yang dihadapi. Dengan begitu kita mampu mengetahui kekurangan sebagai kendala kita dan kelebihan kita sekaligus dapat meningkatkan mutu pendidikan yang baik dari pendidik agama Islam sendiri maupun faktor lainnya e. Tugas pendidik yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertaian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada anak didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa di antara para pendidik banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu, asumsi keliru tersebut
68
seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinngga banyak pendidik yang suka mengambil jalan pintas dalam pembalajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi. Pendidik harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat yang sangat komleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar disekolah berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu pendidik harus mendampingi anak didik menuju kesuksesan belajar atau kedewasaan. Aspek psikologios menunjuk pada kenyataan bahwa anak didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga menuntut materi yang berbeda pula. Demikian halnya kondisi anak didik, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri mengandung variasi, sperti belajar menghafal, balajar keterampilan motorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya. Perbedaan tersebut menuntut model mengajar yang berbeda sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar anak didik oleh para pendidik yang menuntut berbagai prosedur didaktis, berbagai cara mengelompokkan anak didik, dan beraneka ragam media pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik harus menentukan secara tepat jenis belajar yang paling berperan dalam proses pembalajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai. Kondisi eksternal yang harus diciptakan oleh pendidik menunjuk variasi juga dan tidak
69
sama antara jenis belajar yang satu dengan yang lain, meskipun ada pula kondisi yang paling dominasi dalam segala jenis belajar. Dengan demikian, pendidik harus memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai Janis-jenis belajar yang ada dan kondisi-kondisi internal peserta didik, serta kondisi eksternal yang mempengaruhinya. Tugas pendidik dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampainan informasi atau materi saja kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, pendidik harus memeliki kemampuan untuk memehami anak didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, pendidik dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing anak didik secara optimal. Dalam kaitannya dengan perencanaan, pendidik dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam kenyatannya, dengan berbagai alasan, banyak pendidik yang mengambil jalan pintas dengan tidak membuat persiapan ketiaka mau melakukan pembelajaran, sehingga pendidik mengajar tanpa persiapan. Mengajar tanpa persiapan, di samping merugikan pendidik sebagai tenaga profesional juga akan sangat mengganggu perkembangan anak didik. Banyak perilaku pendidik yang negative dan menghambat perkembngan anak didik yang diakibatkan oleh perilaku pendidik yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran. Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam pembelajaran, pendidik hendaknya memandang pembelajran sebagai suatu sistem, yang jika
70
salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem tersebut. Keadaan pendidik yang kesejahteraanya kurang maka akan mengakibatkan terhadap kurang bergairahnya pendidik untuk mengembangkan potensi dirinya dan kurang focus seorang pendidik terhadap pendidikan dan kesuksesan anak didik oleh karena itu maka jalan keluarnya: a. Pemerintah menaikan gaji para Pendidik yang pegawai negeri sipil{PNS}, dengan demikian diharapkan supaya para pendidik itu bisa focus terhadap pendidikan atau profesinya sebagai seorang pendidik, dengan kenaikan gaji itu diharapkan juga supaya pendidik itu bisa mengembangkan potensi dirinya
misalnya
dengan
membeli
buku
dan
mengikuti
kursus
kependidikan. b. Harus ada perhatian dari lembaga pendidikan terhadap pendidik dalam artian lembaga mengusahakan untuk memberikan kesejahteraan para pendidik, misalnya para pendidik swasta pihak lembaga bisa memberi bayaran yang sepantasnya hal ini bisa di implimentasikan lewat minta bantuan swadaya masyarakat ( wali anak didik) c. Pihak lembaga menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan agar supaya para pendidik bisa mengembangkan potensi dirinya lewat membaca buku tersebut. 3. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Salah satu komponen operasional pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai sistem adalah materi atau disebut juga sebagai kurikulum. Jika
71
demikian, maka materi yang disampaikan oleh pendidik ( khususnya pendidik agama Islam) hendaknya mampu menjabarkan seluruh materi yang terdapat didalam buku dan tentunya juga harus ditunjang oleh buku pegangan pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak sempit. Disamping itu materi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Nur Uhbiyati mengenai defenisi kurikulum: ” Kurikulum adala sejumlah pegalaman pembelajaran, kebudayaan social, oleh raga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi anak didik-anak didik didlam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untukperkembangan mnyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran”37 Namun merealaisasikan kurikulum yang ada disuatu lembaga pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah, sedangkan alokasi waktu untuk pembelajaran pendidikan agama Islam sangat sedikit. Dengan demikian dapat menjadi problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Maka dari itu pendidik harus pandai-pandai mencari upaya-upaya jalan keluarnya, jalan keluarnya sebagai berikut: 1. Menambah jam pelajaran. Alaokasi waktu pembelajaran pendidikan agama Islam yang terdapat dalam GBPP yang hanya 2 jam merupakan kendala, sebab materi yang disampaikan sangat banyak berdasarkan rumusan kurikulum yang ada. Oleh karena itu perlu penabahan waktu jam pelajaran.
37
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, C.V. Pustaka Setia, Bandung, 1997. hal. 75.
72
Penambahan jam pelajaran ini untuk mengimbangi padatnya isi kurikulum. Adapun maksud dari penambahan jam pelajaran ini agar materi pembelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan dapat terpenuhi seluruhnya, pendidik memiliki waktu yang cukup sehingga dapat menerangkan materi yang ada secara jelas dan gamlang sesuai yang direncanakan. 2. Menganjurkan belajar kelompok. Kelompok belajar dibentuk oleh pendidik (pendidik) agama Islam antar anak didik yang dasar pengetahuan agamanya tinggi dengan yang kurang mampu dapat saling bertukar fikiranan dan anak didik yang belum faham dapat bertanaya pada temannya yang sudah faham sehingga pendidik tidak perlu lagi mengulang-ulang materi yang telah disampaikan. 3. Menyesuaikan tingkat materi pembelajaran dengan kemampuan anak didik serta dengan waktu yang tersedia. Penyesuaian tersebut harus dilakukan pendidik, sebab pemberian sesuatu bila sesuai dengan obyek pendidikannya, maka pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam akan mudah dicapai. Oleh karena itu, pendidik agama Islam di dalam pembelajaran harus menyapaikan materi sesuai dengan kemampuan dan tingkat kecerdasan anak didik, sebab hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan minat, motivasi, respon dan keaktifan anak didik. 4. Alat Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
73
Untuk meningkatkan alat pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik handaknya
berusaha
untuk
dapat
memperoleh
sesuatu,
maka
harus
menyediakan alat pembelajaran yang memungkinkan untuk dipakai dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam. Sebab jika tidak demikian, maka akan menjadi problem proses pembelajaran pendidikan agama Islam itu. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Imansjah Alipandie sebagai berikut ini: “Maksud dan tujuan alat Bantu pembelajaran ialah memberikan variasi dalam cara-cara pembelajarn, memberikan lebih banyak realitas dalam pembelajaran sehingga lebih terwujud dan lebih terarah untuk mencapai tujuan”38 Dari segi alat pendidikan pembelajaran penididikan agama Islam diperlukan adanya usaha meningkatkan, yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Mengerti secara mendalam tentang fungsi alat pembelajaran. b) Mengerti penggunaan media Pembelajaran secara tepat dalam proses belajar-mengajar. c) Mampu membuat alat-alat pembelajaran secara mudah dan sederhana. d) Mampu memilih media yang tepat sesuai dengan tujuan dan isi pelajaran yang diajarkan. 5. Lingkungan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Lingkungan pembelajaran itu tidak hanya mengacu pada lingkungan dalam sekolah saja akan tetapi lingkungan sekitar tempat tinggal anak didik,
38
Imansjah Alipandie, Didktik Metodik Pendidikan Umum, Usaha Nasional, Surabaya. 1984. hal.153.
74
teman sepergaulannya dan keluarga terutama akan sangat berpengaruh sekali pada tingkah laku dan pola pikir anak. Untuk memantau kegiatan anak didik sehari-hari tidak mungkin dilakukan oleh pendidik sendiri akan terapi perlu adanya kerjasama dengan orang tua (wali anak didik). Apalagi orang tua pada umumnya tidak mnguasai masalah-masalah mengenai pembelajaran dan pengajaran. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kesukaran tertentu bagi pendidik agama Islam dalam rangka membentuk pribadi anak didik. Karena Pendidik (pendidik) agama Islam mengalami suatu kesukaran dalam menyelaraskan antara pembelajaran yang diberikan pendidik di sekolah dan yang diberikan orang tua di rumah. Dan untuk mngetahui tingkat perkembangan atau pergaulan anak didik serta untuk menyeimbangkan antara pembelajaran yang diberikan pendidik dan orang tua di rumah maka harus dicarikan jalan keluar sebagai berikut: a. Memberikan penerangn-penerangan melalui pertemuan-pertemuan orang tua anak didik dan pendidik. b. Memberi penerangan-penerangan melalui surat kabar, majalah, radio dan sebagainya( tentunya harus ada kerjasama denagn pihak Departemen P dan K).39 c. Jadi dengan cara seperti itu diharapkan ada kerjasama antara pendidik dan orang tua dalam memantau tingkat pergulan anak mengingat pada era modern seperti sekarang ini pengaruh negative mempunyai banyak peluang dalam
mempengaruhi
pergaulan
39
anak
yang
pada
akhirnya
akan
Dewa Kethut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, Usaha Nasional, Surabaya, 1983. hal. 94.
75
mengakibatkan damapak negative terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam anak didik.
76
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data yang berupa kata-kata, gambaran umum yang terjadi di lapangan Arikunto dalam bukunya yang berjudul “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek”
menjelaskan
bahwa:
jika
penelitian
yang
dalam
pengumpulan data dan penafsiran hasilnya tidak menggunakan angka, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian kualitatif. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif tidak diperbolehkan menggunakan angka. Dalam hal tertentu bisa menggunakan angka, seperti menggambarkan kondisi suatu keluarga (menyebutkan jumlah anggota keluarga, menyebutkan banyaknya biaya belanja sehari-hari, dan sebagainya), tentu saja bisa. Yang tidak diperbolehkan mempergunakan angka dalam hal ini adalah jika dalam pengumpulan data dan penafsiran datanya menggunakan rumus-rumus statistik. sedangkan penelitian yang dalam pengumpulan data dan penafsiran hasilnya menggunakan angka, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian kuantitatif.40
40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 10 77
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa jika pengumpulan dan penafsiran datanya tidak menggunakan angka, maka disebut penelitian kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan dan penafsiran datanya menggunakan angka disebut penelitian kuantitatif. Oleh karena itu, jenis data yang digunakan adalah kualitatif, karena data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa gambaran, gejela, dan fenomena yang terjadi. Sehingga dengan demikian, karena jenis datanya hanya berupa gambaran, gejala, dan fenomena yang terjadi, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dan dilihat dari jenis penelitiannya, penelitian ini disebut penelitian lapangan (studi kasus), “yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan mendasar tentang suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu. Jadi tujuan penelitian kasus/lapangan adalah mempelajari secara intensif tentang latar belakang berdasarkan keadaan sekarang, interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.”41 Jadi, dengan demikian jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif. Dan penelitian ini disebut penelitian studi kasus karena peneliti akan menggali data tentang informasi mengenai Problematika Pembelajaran pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep. B. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian skripsi ini, peneliti adalah sebagai instrumen dan sekaligus sebagai pengumpul data. Selain itu, instrumen pendukungnya dalam penelitian ini adalah pendoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman 41
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet II, 2000), hal. 9 78
dokumentasi. Kemudian mengenai statusnya, peneliti adalah sebagai pengamat penuh serta diketahui oleh subyek atau informan. C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian skripsi ini adalah di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian ini, penulis berdasarkan atas beberapa hal, yaitu: Ingin mengetahui proses pembelajaran pendidikan agama Islam, problem yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan Islam, dan bagaimana cara mengatasi problem, yang dilakukan oleh SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep. Peneliti meneliti SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep dengan beberapa alasan yang antara lain: 1. Karena lembaga dekat dengan rumah peneliti dengan harapan peneliti bisa membantu mengatasi problem-problem yang dihadapi oleh lembaga itu. 2. Karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu peneliti meneliti lembaga yang dekat dengan rumah peneliti. D. Sumber Data Sumber data dalam sebuah penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh.42 Jika dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan kuesioner, maka sumber datanya adalah responden. Jika dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya adalah informan. Dalam penelitian ini, yang menjadi sumber data adalah semua unsur yang ada kaitannya dengan Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
42
Moh. Nazir, Metode Penelitian.Jakarta, Galia Indonesia, 1998. hal. 107 79
seperti:, pendidik agama Islam dan anak didik {data primer} Selain itu, sumber datanya berupa sarana dan prasarana dan kepala sekolah (data skunder) yang ada di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Observasi Metode observasi merupakan sebagai pencatatan sistematik fenomenafenomena yang diselidiki.43 Dengan demikian peneliti terjun langsung ke lapangan ataupun pada sebuah lembaga pendidikan dengan mengadakan pengamatan (melihat, mendengar dan bertanya) dan mencatat keadaan yang terjadi pada lembaga tersebut yang dijadikan obyek penelitian. Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi langsung (direct observation), yaitu cara pengambilan data dengan pengamatan yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap obyek yang diteliti. Peneliti melakukan pengamatan atau observasi untuk mengetahui
Problematika Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep. 2. Wawancara (Interview) Menurut S. Margono, wawancara merupakan sebuah alat pengumpul informasi dengan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk menjawab secara lisan pula.44 Hal senada dikatakan oleh Lexy. J. Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu antara pewawancara (interviewer) dan
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), hal. 136 44 S. Margono, Op.Cit. hal. 165 80
yang diwawancarai (interviewee).45 Sehubungan dengan kebutuhan penelitian ini dalam menggunakan metode interview, peneliti menggunakan beberapa pendekatan antara lain: a. Interview bebas, dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat pada data apa yang akan dikumpulkan. Hubungan interviewer dan interviewee dalam suasana biasa dan wajar. Interview bebas berguna untuk mendapatkan data dari informan yang mengetahui tentang Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam b. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Keluwesan untuk mengadakan pertanyaan pendalaman terbatas. Wawancara ini dilakukan untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi/bias yang kemungkinan bisa terjadi pada informan yang jumlahnya lebih dari satu. Peneliti menggunakan interview ini untuk mendapatkan data dari informan: guru agama, siswa, dan lain-lain. c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antar interview bebas dan terpimpin. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar. Pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Namun tidak perlu ditanyakan secara berurutan, sehingga ada peluang mengadakan pendalaman atas pertanyaan yang diajukan. Peneliti menggunakan interview ini sama halnya dengan interview terpimpin yaitu untuk mendapatkan data dari informan guru agama, siswa, dan lain. Akan
45
Lexy J. Moleong, Op.Cit. Hal. 5 81
tetapi, dalam wawancara ini peneliti tidak membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan terperinci, penulis hanya membawa kerangka pertanyaan beberapa hal tentang Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data dengan jalan memanfaatkan dokumen (bahan tertulis atau gambaran-gambaran penting/film yang mendukung obyektifitas penelitian).46 Peneliti menggunakannya untuk mengetahui sejarah berdirinya dan perkembangan SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep serta beberapa hal yang berkaitan dengan Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. F. Tehnik Analisis Data Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilanjutkan dengan analisa data. Peneliti akan mengulas dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Ini dimaksudkan untuk menginterpretasikan data dari hasil penelitian, untuk mengolah data yang terkumpul maka dalam penulisan skripsi ini akan menggunakan yang sesuai dengan sifat dan jenis datanya. Penelitian diskriptif
ialah merupakan penelitian non hipotesis
sebagaimana pendapat Suharsimi Arikunto yang mengemukakan bahwa penelitian diskriptif itu dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variable, gejala atau keadaan.
46
Ibid., hal. 103 82
Analisi
diskriptif
–
kualitatif
merupakan
suatu
teknik
yang
menggambarkan, menguraikan, dan menginterpretasikan arti data-data yang terkumpul dengan memberi perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang di observasi, sehingga memperolah gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Menurut M. Nizar bahwa tujuan deskriptif ini ialah untuk membuat deskripsi, lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.47 Untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif ini akan digunakan teknik reflektif thinking yaitu denagn mengkombinasikan cara berfikir deduktif dan induktif, dengan cara ini maka analisanya bersumber dari hasil interview yang ada hubungan dengan pokok bahasan diatas yaitu mengombinasikan antara berfikir deduktif dan induktif untuk kemudian ditarik kesimpulan. G. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan temuan atau juga dikenal dengan validitas data merupakan pembuktian bahwa apa yang telah diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada di lapangan (dunia kenyataan), dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada atau tidak.48 Maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik untuk mengetahui validitas data dengan mengadakan:
47
M. Nizar Op.Cit. hal.63
48
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: Trasito, 1996), hal. 105 83
1. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.49 Menurut Moleong yang dikutip Ida Bagoes Mantra menyatakan; membandingkan hasil data dengan sumber lain, membandingkan
hasil
penelitian
dengan
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan metode analisis yang berberbeda.50 Peneliti memperoleh data mengenai Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dari guru agam dan siswa, serta peneliti memerlukan beberapa dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi untuk memastikan kebenaran kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tersebut. 2. Menggunakan bahan referensi, adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.51 Peneliti memperoleh data mengenai Problematika Pembelajaran Pendidikan agama Islam dengan menggunakan wawancara langsung dan dokumentasi. 3. Member Chek, adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data52 Setelah peneliti mentranskrip hasil wawancara atau mencatat hasil pengamatan atau mempelajari dokumen, kemudian mendiskripsikan, menginterpretasikan
dan
memaknai
data
secara
tertulis,
kemudian
dikembalikan kepada sumber data untuk diperiksa kebenarannya, ditanggapi, dan jika perlu ada penambahan data baru. Member check dilakukan segera setelah ada data yang masuk dari sumber data dan setelah draf skripsi sesudah jadi secara utuh. 49 50
51 52
Sugiono, Memahmi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2005), hal. 125 Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 91
Sugiono, Op. Cit. hal. 128 Ibid., hal. 129 84
H. Tahap-tahap Penelitian Untuk
mndapatkan
data
tentang
Problematika
Pembelajaran
Pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep, penulis mendatangi langsung obyek penelitian dan mengambil data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Lebih jelasnya langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagaimana di bawah ini. 1) Persiapan Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang sangat penting. Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dengan baik sebab yang baik akan memperlancar jalannya penelitian. Sehubungan dengan judul dan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab terdahulu, maka persiapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah menyusun rencana penelitian dalam bentuk proposal penelitian tentang Problematika Pembelajaran
pendidikan agama
Islam. Kemudian mengurus surat pengantar ijin melaksanakan penelitian dan mempersiapkan instrumen penelitian. 2) Pelaksanaan Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan penelitian. Dalam pelaksanaan tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain: Observasi, Wawancara/interview, dan Dokumentasi. 3) Penyelesaian
85
Setelah kegiatan penelitian selesai, penulis mulai menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis data dilakukan dengan menata dan menelaah secara sistematis semua data yang diperoleh. Kemudian dari hasil penelitian tersebut dibahas dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada pada bab sebelumnya.
86
BAB IV HASIL PENELITIAN
1. TENTANG SEKOLAH DASAR NEGERI MONCEK TIMUR A. Diskripsi lokasi Letak SDN Moncek Timur di daerah pengunungan yang lingkunganya agamis, terbukti di sekitar SDN Moncek Timur Lenteng terdapat beberapa madrasah dan pesantren. Sekolah ini termasuk di wilayah kecamatan Lenteng yang berjarak kurang 5 Kilo Meter darinya. SDN Moncek Timur, disebut juga Sekolah Dasar Negeri Desa Moncek Timur. Letaknya di perbatasan empat desa: disebelah timur dibatasi desa Gingging, disebelah utara desa Banaresep Timur, disebelah barat dibatasi desa Moncek Tengah sedangkan diarah selatan dibatasi desa Karduluk . Masyarakat di sekitar sekolah Dasar Negeri ini mayoritas muslim. Dan merupakan penduduk asli pribumi secara turun temurun. Hal demikian membuat karekter kemasyarakatan dengan seluruh warisan budayanya tetap terjaga dengan baik ditengah perubahan zaman yang selalu bergulir. B. Sejarah Berdirinya SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep berdiri pada tahun 1978 latar belakang berdirinya sekolah ini adalah karena jauhnya anak didik yang harus sekolah ke Moncek Tengah, dengan demikian maka masyarakat dan tokoh yaitu H.Habibullah musyawarah dirumah H. Habibullah di Moncek Timur yang pada intinya ingin mengajukan permohonan ke diknas Kabupaten
87
Sumenep agar supaya didirikan sekolah dasar negeri di moncek Timur, permohonan masyarakat itu dikabulkan oleh diknas Kabupaten dan pada tahun 1978 didirikan SD Negeri Moncek Timur. Situasi politik yang memanas di Jakarta pada tahun 1997 berimbas ke desa Moncek Timur yaitu dengan di bakarnya SD Negeri Moncek Timur oleh santri pondok pesantren AnNuqayah dan sebagian masyarakat Moncek Timur. Pembakaran sekolah ini dilatar belakangi oleh marahnya santri dan sebagian masyarakat terhadap pemerintah yang dianggap curang pada pelaksanaan pemilu tahun 1997. akibat dari pembakaran ini banyak buku paket dan sarana dan prasarana yang hangus. C. Visi Dan Misi 1. Visi SDN. Moncek Timur Kecamatan lenteng a. Mewujudkan anak didik beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa ( berimtaq) •
Unggul dalam aktivitas keagamaan ( Mengamalka ajaran agama Islam)
•
Unggul dalam bermoral dan berbudi pekerti yang luhur
•
Unggul dalam kepedulian sosial
b. Mewujudkan anak didik berilmu pengetahuan dan bertehnologi ( ber Imtaq ) •
Unggul dalam mencapai pestasi belajar
•
Unggul dalam beraktivitas
•
Unggul dalam kesenian dan olah raga
88
•
Unggul dalam kedisiplinan atau peraturan.
2. Misi SDN Moncek Timur Kecamatan Lenteng a. Menumbuhkan penghayatan terhadap agama Islam, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak. b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap anak didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara kontinu kepada seluruh warga sekolah. d. Mendorong dan membantu setiap anak didik untuk menggali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan kemampuan yang dilimiki secara optimal. D. Tujuan Sekolah Bertitik tolak dari visi dan misi sekolah tersbut, maka SDN Moncek Timur mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Anak didik dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam. 2. Anak didik memiliki teman asuh di masing-masing kelas. 3. Melaksanakan pendidikan keterampilan di kelas IV, V, VI. 4. Pada tahun pelajaran 2005-2006 anak didik naik kelas 99% 5. Anak didik kelas VI yang telah lulus tahun pelajaran 2005-2006 dapat masuk di SLTP atau MTs.
89
6. Pada tahun pelajaran 2005-2006 memiliki cabang olah raga yang mampu menjadi finalis di tingkat kecamatan. 7. Mampu melaksanakan wawasan Wiyatamandala. E. Kondisi Sekolah Kondisi obyektif sekolah, mempunyai pengertian dimana suatu kondisi atau suatu keberadaan sekolah secara nyata dapat membantu maupun tidak dapat membantu secara kondusif terselenggaranya pendidikan di SDN Moncek Timur Kecamat lenteng. Letak SDN Moncek Timur di daerah pengunungan yang lingkunganya agamis, terbukti di sekitar SDN Moncek Timur Lenteng terdapat berapa madrasah dan pesantren. Dalam rangka menciptakan kondisi yang diinginkan SDN Moncek Timur dapat mencapai tujuan sebagaimana visi dan misi serta tujuan pendidikan sekolah secara efektif dan efesien maka seluruh sumber daya pendidikan yang ada di sekolah perlu dikelola dan didayagunakan seoptimal mungkin, sumber daya yang berupa pendidik, penjaga sekolah, anak didik dan wali anak didik ( sebagai komite sekolah ) secara langsung, Dana sarana, dan prasarana, metode pembelajaran dan seterusnya harus diorganisir guna mencapai tujuan yang diinginkan oleh SDN Moncek Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.
90
Dalam pembahasan kondisi obyektif SDN Moncek Timur ini meliputi: a. Data Gedung Gedung merupakan sarana yang esensi dalam rangka menunjang kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan khususnya di SDN Moncek Timur, sedangkan gedung di SDN Moncek Timur terdiri dari: 1. Unit pertama Inpres 3/77 Dengan nomor statistik bangunan: Gedung ini terdiri 4 ruang : 1 ruang untuk Pendidik/kepala sekolah, 3. ruang untuk ruang kelas I, II, dan kelas III. Kalau melihat kodisi keadaan gedung ini sudah memerlukan pebaikan. 2. Unit ke 2 Inpres 3/78 Dengan nomor statistik bangunan: Gedung ini terdiri 3 ruang semua untuk tempat kegiatan belajar mengajar, yaitu untuk kelas IV, V, dan kelas VI. Ketiga ruangan itu sudah memerlukan perbaikan berat. b. Data Pendidik/ Pegawai Pada tahun pelajaran 2006-2007 jumlah pegawai SDN Moncek Timur Kecamatan Lenteng sebanyak 9 orang dengan rincian sebagai berikut: 6 Orang sebagai Pendidik kelas 1 Orang sebagai pendidik Pendidikan agama Islam 1 Orang sebagai pendidik Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 1 Orang sebagai penjaga sekolah
91
Untuk memperjelas data kepegawaian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: TABEL I DATA PENDIDIK / PEGAWAI TAHUN 2006-2007 GOLONGAN NO
NAMA
L/P
JABATAN RUANG
1.
ABDULLAH,BA
VI a
L
Kepala Sekolah dan Guru kelas II
2.
Drs. KHOLILI
L
III c
Guru Kelas VI
3.
ABD. RAHIM ,S.Pd L
III c
Guru Kelas III
4.
SUDIRMAN, S.Pd
L
III c
Guru Kelas IV
5.
ANWARI, SPd.
L
III b
Guru Kelas V
6.
ELPRIDA BR
P
III b
Guru Kelas I
92
7.
SUNARJI
L
8
SUPRIYADI
L
Guru Penjaskes
MOH.MAZHARI.
L
Guru PAI
Ib
Penjaga SD
Pendidik tersebut di atas selain melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan membimbing anak didik, Ia juga membantu kepala sekolah dalam meenyelesaikan administrasi. Untuk mewakili secara langsung di dalam kegiatan sekolah maka Bapak Khalili, Ama Pd ditunjuk sebagai wakil kepala sekolah
c. Data Anak didik Keberadaan anak didik di suatu lembaga pndidikan merupakan penentu yang dominan dan merupakan modal dasar untuk keberhasilan tujua yang hendak dicapai, manakala anak didik tersebut dimamfaatkan sebaik-baiknya dalam meningkatkan prestasi belajar. Keberadaan anak didik SDN Moncek Timur tahun pelajaran 20062007 sebagai berikut: TABEL II DATA ANAK DIDIK TAHUN PELAJARAN 2006-2007 NO. 1. 2. 3. 4.
KELAS I II III IV
JUMLAH ANAK DIDIK L P 20 11 29 11 20 15 17 17
93
JML. 31 40 35 34
KET.
5. 6.
V VI
11 8
16 13
27 21
JUMLAH
93
84
188
Data anak didik ini diambil pada tanggal 30 Agustus 2006, hal ini untuk menjaga kevalidan dari data yang diambil, mengingat pada bulan Juli 2006 masih ada anak didik yang dimutasi atau anak didik baru untuk kelas I. Dalam rangka menciptakan suasana dan kondisi transparansi akuntabel dan demokrasi dalam penyelenggaraan serta untuk mendukung suksesnya penyelenggaraan pendidikan di SDN Moncek Timur, maka telah dibentuk komete sekolah berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor : 044/U/2002 tanggal 2 Apri 2002 . Dengan komposisi kepenpendidiksan Komete sekolah di SDN Moncek Timur Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep Ketua
: Muhammad Mazhar
Wakil Ketua
: H. Madruki
Sekretaris
: Hasan
Wakil Scretaris
: Matrop
Bendahara
: Abdul Ghafur
Wakil Bendahara
: Kholili
F. Kondisi Yang Diharapkan Kondisi yang diharapkan oleh SDN Moncek Timur adalah terwujudnya atau terlaksananya “ Visi dan Misi SDN Moncek Timur” yang telah dibahas sebelumya
94
Untuk tidak terjadi suatu kerancuan dengan istilah illustrasi belaka, maka dalam mengimplementasikan visi dan misi tersebut perlu adanya tahapantahapan yang diharapkan agar visi dan misi tersebut tercapai. Adapun kodisi yang diharapkan tersebut adalah: I. PENDIDIK, DAN WALI ANAK DIDIK 1. Pendidik benar-benar sebagai tenaga profisional kependidikan dan menghayati serta mengamalkan keprofsionalannya. 2. Pendidik sebagai pengemban tanggung jawab dan amanah dari wali anak didik yang harus dipertanggung jawabkan secara kedinasan maupun moral. 3. Adanya keseimbangan kerja antar sesama pendidik di sekolah. 4. Sebagai pendidik selalu tekun untuk mengevaluasi pekerjaan anak didik baik disekolah maupun kepekerjaan rumah. 5. Pendidik hendaknya memberi contoh moral baik pada anak didiknya. 6. Wali anak didik tidak hanya menyerahkan tanggung jawab pada sekolah semata-mata, akan tetapi menjadi tanggung bersama antara sekolah dan wali anak didik. Sehingga tercapai apa yang diharapkan oleh wali anak didik maupun pendidik 7. Wali anak didik dapat memberi motivasi pada anak-anaknya agar giat untuk belajar 8. Wali anak didik dapat membantu mensukseskan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
95
II. ANAK DIDIK 1. Anak didik patuh dan ikhlas menjalankan ibadah 2. Anak didik kelas IV,V, dan kelas VI fasih membaca Al-Qur’an. 3. Anak didik dapat berbudi pekerti yang luhur. 4. Anak didik dapat mentaati aturan sekolah/ kelas secara ikhlas. 5. Anak didik dapat; menyelesaikan tugas-tugas sekolah maupu tugas pekerjaan rumah 6. Anak didik kelas VI setelah lulus dapat diterima di SMP maupu MTs. III SARANA DAN PRASARANA 1. Situasi sekolah/ kelas yang menyenangkan 2. Tersedianya buku paket 3. Tersedianya buku penunjang 4. Tersedianya lembar kerja siswa ( LKS ) 5. Alat peraga yang cukup memadai 6. Terlaksananya tertib administrasi sekolah / kelas 7. Terciptanya 5 K 8. Terselesainya 2 buah kamar kecil 9. Tersedianya sebuah Mushalla 10. Tersedianya lapangan olah raga 11. Terselesainya tempat parkir Kondisi yang diharapkan di SDN Monck Timur yang tertuang dalam visi dan misi, maka pembahasan tersebut diatas dapat membantu terciptanya misi SDN Moncek Timur yang kondusif. Dalam faktanya Pendidikan di sekolah ini
96
tambah lebih baik dan maju manakala dibanding dengan keberadaan sekolah sebelumya. Oleh karena itu perlu selalu dilakukan intruspeksi dan evaluasi serta inovasi dalam strategi pembelajaran maupun dalam strategi pembenahan sarana dan prasarana yang lebih baik. G. Program Sekolah Dalam penyusunan program kerja ini SDN Moncek Timur bertitik tolak pada program kerja sekolah pada tahun yang lalu. Penyusunan program kerja SDN Moncek Timur selain tersebut, juga berdasarkan pada kalender Pendidikan Tahun Pelajaran 2006-2007 yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan. Berdasarkan tersebut kami susun program kerja sebagai berikut: I. Penerimaan Anak didik Baru Tahun Pelajaran 2006-2007 Pemberian pengumuman pada masyarakat tentang penerimaan anak didik baru tahun pelajaran 2006-2007 sejak tanggal 4 Juli 2006 Pendaftaran anak didik baru pada hari Senin tanggal 4 Juli 2006 jam hari kerja a. Pengumuman anak didik yang diterima pada kelas I tanggal 18 Juli 2006 b. Anak didik masuk pertama pada 25 Juli 2006 II. Perencanaan Kelas Dan Penyusunan Jadwal Pelajaran Pada tanggal 2 Juli 2007 penugasan Pendidik kelas pada kelas tertentu yang disusuaikan dengan kemampuan pendidik sesuai dengan hasil rapat pendidik.
97
Penugasan pendidik tersebut di atas dilaksanakan sebelum liburan semester II tahun pelajaran 2006--2007, dengan pengertian para pendidik telah mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugas baru yang telah ditentukan oleh kepala sekolah. Dengan tujuan administrasi pada tahun pelajaran 2006-2007 sudah diterapkan, suatu misal: a. Program kerja pendidik b. Jadwal pelajaran pada kelas yang bersangkutan c. Program pengajaran d. Persiapan penganjaran harian e. Rangkuman materi pelajaran f. Program evaluasi belajar g. Administrasi kelas lainnya III. Hari Pertama Masuk Kegiatan pertama masuk sekolah a. Perkenalan antar anak didik baru, pendidik membacakan tata tertib sekolah dan lingkungan khususnya anak didik baru kelas I b. Melalakukan Kebersihan bersama baik dalam kelasnya maupun pada halaman sekolah. IV. Kegiatan Belajar Mengajar Penyajian pelajaran merupakan interaksi antar pendidik dan anak didik dalam rangka mencapai tujuan pelajaran
98
a. Tujuan agar mempunyai pengetahuan, menilai dan sikap, serta keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan yang termuat dalam GBPP / kurikulum b. Fungsi penyampaian pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran kurikulum yang hendak dicapai c. Jenis penyajian yaitu bercerita, tukar menukar pengetahuan, diskusi, kerja keompok dan simulasi d. Pelaksanaan: sebelum menyajikan pelajaran pendidik hendaknya: a. Menyediakan bahan dan alat pelajaran yang diperlukan b. Memilih cara penyajian yang tepat e. Evaluasi : menilai kemampuan anak didik setalah mengikuti pelajaran a. Evaluasi harian ( Ulangan Harian ) b. Ulangan Umum Semesteran c. Ujian akhir sekolah ( UAS ) V. KEGIATAN UPACARA
Fungsi upacara : menanamkan cinta tanah air, mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan.
Jenis Upacara: 1. Upacara setiap hari senin 2. Upacara hari nasional
99
Waktu Upacara 1. Upacara hari senin dilaksanakan setiap hari senin pukul 07.00 yang diikuti oleh semua anak didik dari kelas I sampai kelas VI beserta dengan semua pendidik 2. Upacara nasional, pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk kepala Dinas Pendidikan
VI. KENAIKAN KELAS / TINGKAT Dalam suatu pengertian pemindahan anak didik yang berprestasi dari suatu kelas ke kelas yang lebih tinggi. ¾ Tujuan : Anak didik dapat mengikuti pelajaran yang lebih tinggi sehingga dapat memberikan motivasi belajar yang lebih baik lagi. ¾ Fungsi : Merupakan suatu pernyataan bahwa anak didik yang bersangkutan telah berhasil menyelesaikan program pengajaran denagn baik dan telah memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. ¾ Ketentuan : Nilai raport semester ke I dan II dengan rata- rata 6 dan budi pekerti yang baik. ¾ Pelaksanaan : Rapat kenaikan kelas yang diikuti oleh semua dewan pendidik dan kepala sekolah ¾ Pengumuaman kenaikan kelas pada tanggal 01 Juli 2006 yang dinyatakan dalam raport masing-masing anak didik. ¾ Pembagian buku raport pada tanggal 01 Juli 2006.
100
VII. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Kegiatan ektra kurlikuler adalah kegiatan yang tidak diatur oleh kurikulum, akan tetapi mempunyai sifat melengkapi atau menunjang dalam keberhasilan kurikulum tersebut. Dan biasanya dilaksanakan pada sore hari atau hari libur. Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah adalah kepramukaan yang dilaksanakan pada hari Jum’at sore yang dipimpin oleh kakak Pembina. VIII. TINDAK LANJUT KONDISI YANG DIHARAPKAN Progranm kondisi tindak lanjut yang diharapkan oleh SDN Moncek Timur sudah dibahas pada bab sebelumnya yang antara lain kondisi tersebut adalah: 1. Sosok pendidik yang professional sehingga dalam mengelola kegiatan pembelajaran berhasil dengan baik. 2. Anak didik adalah peserta didik yang mengerti sebagai seorang pelajar dan terpelajar yang baik. 3. Wali anak didik sebagai salah satu stoke holder dalam rangka memajukan pendidikan putra purtinya yang ada di sekolah. 4. Sarana dan prasarana yang mamadai di sekolah sesuai dengan harapan bersama Kondisi tersebut adala kondisi yang diharapkan sesuai dengan visi dan misi SDN moncek Timur yang tentunya dihadapakan pada tuntutan sekarang dan yang akan datang.
101
2. PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG AGUNG SUMENEP MADURA Kemajuan kegiatan pendidikan di SDN Moncek Timur masih terlalu jauh dengan harapan masyarakat/wali anak didik bila dibandingkan dengan sekolahsekolah yang ada di kecamatan Lenteng yang telah maju apalagi dengan harapan pemerintah. Dalam rangka menciptakan agar tujuan pendidikan yang semaksimal mungkin sesuai dengan harapan masyarakat atau orang tua anak didik masih menjumpai beberapa problem, secara umum diantaranya adalah: 1. lingkungan, 2. media, 3. pendidik, 4. anak didik, 5. metode, 6. pendekatan (way of think) pembelajaran,7. perencanaan pembelajaran, 8. pelaksanaan perencanaan pembelajaran, 9. dan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembelajaran53.
1. Problem Lingkungan Pertama, anak didik SD Negeri Moncek Timur meliputi lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya hal ini terbukti dengan tidak adanya kontrol dalam belajar dan hasil yang di capai dari sekolah, yang pada akhirnya tidak ada kesingkronan antara apa yang di usahakan oleh pendidik di sekolah dan realita keluarga tersebut. Kedua, lingkungan masyarakat anak didik, lingkungan masyarakat yang ada di sekitar anak didik SD Negeri Moncek Timur kalau di lihat dari agama yang penduduk dapat dikatakan Islami akan tetapi praktek dilapangan kurang 53
Polarisasi diatas merupakan hasil wawancara peneliti secara umum terhadap beberapa tenaga kependidikan di SDN Moncek Timur, selain itu juga merupakan hasil observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti sendiri dalam proses penelitian.
102
mencerminkan ke Islaman dan kurang mendukung terhadap perkembangan pembelajaran pendidikan agama Islam, pendapat ini dapat dibenarkan karena sebagian masyarakatnya ada yang melakukan praktek balapan merpati, adu ayam dan minuman keras, yang pada akhirnya anak didik dapat memperaktekan kelakuan masyarakat tersebut dan megganggu terhadap program pembelajaran di sekolah. Hal diatas di pertegas dengan hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam Mazhari: Sebenarnya mas! Saya sebagai pendidik agama menginginkan anak didik semua paham tentang agama dan menjadi orang beragama yang baik, misalkan di sekolah mereka diajarkan tentang kejujuran, kebenaran, mendirikan sholat lima waktu, puasa dan lainya. Tetapi ini tidak didukung dari susana keluarga dan budaya masyarakatnya yang bisa dikatakan masih banyak menyimpang dari ajaran agama yang diajarkan kepada anak didik di sekolah, contohnya kadang orang tuanya tidak sholat atau tidak berpuasa, belum ada kebiasaan berjamaah di masjid, belum lagi adanya aduan sapi, kambing. ini kan kalo’ dilihat oleh anak didik yang masih kecil bisa berbahaya kan mas!54 Ketiga, lingkungan sekolah, mayoritas anak didik banyak keluar kelas pada waktu proses belajar mengajar dikelas dilaksanakan apalagi saat para pendidik tidak ada di kelas atau tidak masuk untuk mengajar, keadaan ini di perparah yang sesekali mereka keluar sekolah hanya untuk sekedar bermain. Kondisi diatas dikarenakan kurang terciptanya lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan dan potensi mereka sebagai anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal, misalnya tidak adanya arena dan media untuk bermain, belajar agama dan beragama yang baik dengan alam dan sebagainya. Hal demikian terbukti dengan 54
Hasil wawancara dengan pendidik PAI di kantor SDN Moncek Timur tanggal 23 Mei 2007
103
Begini dek! Ini kan sekolah desa dan adek sendiri termasuk salah satu penduduk sini, adek tahu sendiri keadaan sekolah ini baik dari lingkungan dan media belajar dan bermain yang dimiliki sekolah ini.55
Adapun lebih jelasnya tentang problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut : 1. Kurang adanya keteladanan dari pihak orang tua sebagai kepala keluarga terhadap anak dalam mengamalkan syari’at Islam. Hal ini dimungkinkan oleh keterbatasan waktu pihak orang tua, sehingga tidak dapat membimbing keagamaan pada anak. 2. Kurang adanya pengkaderan terhadap generasi muda dalam masyarakat tentang sistem pengembangan syiar Islam serta adanya pengaruh dari budaya-budaya asing serta budaya agama lain yang cenderung lebih ringan dalam masalah pengamalan ibadah, hal ini sangat berbahaya bagi anak yang lemah imannya. 3. Kurang adanya komunikasi timbal balik antara lingkungan lembaga formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari. 2. Problem Media Keadaan media di SD Negeri Moncek Timur kurang memadai misalnya: Kurangnya pembelajaran buku paket yang seharusnya dimiliki oleh anak didik, jalan alternatif yang dilakukan oleh pendidik agama Islam yaitu 55
Hasil wawancara dengan Kepela Sekolah di kantor SDN Moncek Timur tanggal 23
Mei 2007
104
mendikti pelajaran atau menulis di papan tulis yang pada gilirannya akan memakan waktu yang banyak, tidak adanya mushalla padahal mushalla ini sangat dibutuhkan untuk memperaktekan materi pelajaran misalnya cara sembahyang. Dik keberadaan media pembelajaran kan sangat membantu terhadap kesuksesan pembelajaran, karena disini media itu kurang memadai maka kalau dibandingkan dengan anak didik yang sekolah di sekolah yang media pembelajarannya cukup ya mutunya jauh.56 Problem yang dihadapi pendidik berkaitan dengan alat pendidikan sehubungan dengan pelaksanaan dan pengajaran agama Islam, maka problem yang berkaitan dengan alat pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Kurang lengkapnya alat-alat pengajaran pada umumnya sehingga menghambat kelancaran proses belajar mengajar misalnya sering terjadi kurangnya buku pegangan bagi anak didik, buku-buku bacaan majalah dan lain-lain. Sedangkan disisi lain pendidik dituntut untuk menyampaikan materi secara CBSA, bagaimana mungkin bila sarana yang ada kurang menadai. 2. Pendidik, harus bisa memberikan manfaat alat pendidikan represif seperti pemberitahuan, teguran, peringatan, ganjaran dan hukuman anak untuk memberi semangat dan motivasi dalam belajar. 3.
Kurang adanya sarana yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam.57
56
57
Hasil wawancara dengan pendidik PAI di kantor SDN Moncek Timur tanggal 23 Mei 2007. Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah tentang minimnya kemampuan media pembelajaran PAI di SDN Moncek Timur ini Zuhairini, hlm 121
105
3. Problem Pendidik Pendidik agama Islam yang ada di SD Negeri Moncek Timur sering terlambat masuk sekolah hal terutama pada musim tembakau karena masih menyeram tembakau, dengan keadaan seperti ini maka waktu untuk pembelajaran pendidikan agama Islam akan tersita Secara garis besar pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur tidak berjalan dengan baik yang disebabkan banyak hal diantaranya pendidik yang memegang bidang studi pendidikan agama Islam adalah pendidik-pendidik kurang profesional58 dan berpengalaman. Sebenarnya pihak sekolah telah melarang semua pendidik untuk fokus dalam mendidik anak didik di sekolah, artinya diharapkan semua pendidik menanggalkan terlebih dahulu semua aktivitas keseharian yang dianggap menganggu konsentrasi dalam mendidik anak disekolah dalam bentuk apapun itu, namun kami sebagai pihak sekolah tidak bisa memaksa apalagi memberikan sangsi jika masih ada yang melakukannya.59 Selain permasahan diatas pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur juga mengalami beberapa kendala diantaranya kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, terutama pada peringatan hari-hari besar Islam sebagaimana yang diungkapkan oleh Mazhari: Sebenarnya kami berharap banyak kepada pendidik- pendidik non agama dalam mebantu pelaksanaan pembelajaran agama Islam disekolah, namun gimana lagi mas, kami disini masih baru ngajar dan sokwan lagi di sekolah ini sehingga untuk menegur mereka arassah todus otabeh songkan{red. Malu/ sungkan}, misalkan mengharap bantuan mereka 58
Dalam tulisan term “kurang professional” untuk menggambarkan ketidakberdayaan seorang pendidik agama Islam di SDN Moncek Timur dikarenakan selain sebagai berprofesi pendidik dia juga berprofesi dalam hal lainnya. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti pada tanggal 25 Mei dalam melihat keseharian kehidupan beliau sebagai seorang pendidik agama Islam di sekolah di pagi hari. 59 Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah dikantor pada tanggal 25 Mei 2007
106
dalam partisipasi aktif dalam pelaksanaan hari- hari besar Islam di sekolah.60 Selain terurai diatas dan sebagaimana peneliti pahami dari data penelitian dilapangan bahwa adanya wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama saja sehingga mengakibatkan tidak sistematis dan terorganisirnya penanaman nilai- nilai agama Islam terhadap anak didik.
Kondisi diatas kemudian peneliti kroscek lagi kepada beberapa tenaga pendidik di sekolah tersebut termasuk kepada pendidik agama Islam yang menyatakan: Tiap kali ada pelanggaran etika atau anak didik tidak sopan ke pendidik, orang tua dan sebagainya pasti yang menjadi sasaran pertama adalah saya sebagai pendidik agama Islam. Padahal kalau dipikir-pikir semua pendidik harus bertanggung jawab atas akahlak anak didik meskipun mereka ngajarnya matematika, iya khan mas tasut.61
Problem lain adalah duka ketika pendidik dihadapkan pada kenyataan adanya anak didik bandel, nakal, kurang memperhatikan keterangan atau ada sarana dan prasarana yang kurang memadai. Yang tak kalah sukanya bila pendidik mengetahui bahwa anak didiknya menjadi juara atau berhasil lulus dengan nilai yang cukup baik. Sebaliknya pendidik akan gelisah jika anak didiknya ada yang tidak lulus ujian.
60
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei 2007 61 Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei 2007
107
Beberapa kendala atau problem yang dihadapi oleh pendidik, antara lain adalah : Dengan
adanya
kurikulum
yang
baru
(KTSP)
yaitu
dengan
menyeimbangkan antara ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik, maka seorang pendidik dalam menyajikan materi pelajaran seharusnya menuju sasaran tersebut. Tetapi kenyataannya masih banyak pendidik yang kurang berani untuk menuju dan mencapai ketiga ranah tersebut, melainkan hanya mengutamakan sebagian ranah saja, terutama ranah kognitif. Sehingga dengan demikian anak kurang mendapat bimbingan yang bersifat afektif dan psikomotorik. Bermacam-macam sifat dan karakter serta pendidikan yang dimiliki oleh seorang pendidik disamping kwalitas iman dan taqwa, selain itu mereka belum mampu menunjukkan sikap dan kepribadian sebagai orang muslim yang sejati, sebab masih sering melanggar norma-norma Islam, padahal ia jadi panutan bagi anak didiknya. Kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik sehingga cenderung menghitung nilai dari nilai material kemanusiaan. Akhinya menyebabkan menurunnya moral kerja, apalagi hal tersebut didukung dengan adanya latar belakang ekonomi yang serba pas pasan, sehingga menyebabkan tidak jarang pendidik yang menyita jam efektifnya untuk digunakan kerja demi untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Bila hal ini benar-benar terjadi, maka pendidik yang demikian akan
108
menimbulkan dampak negatif, baik pada agama, maupun pada bangsa dan negara.
4. Problem Anak didik Anak didik SD Negeri Moncek Timur kurang memperhatikan akan pentingnya belajar {kurang minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya perhatian dari orang tua dan keadaan masyarakat yang kurang mendukung terhadap anak didik untuk giat. Anak didik disini selama ini masih kurang mendapat fasilitas dan dukungan yang maksimal dalam pembelajaran pendidikan agama Islam hal ini terbukti misalnya kurangnya dukungan dari orang tua, masyarakat di tambah lagi kurangya fasilitas sekolah, sehingga pembejaran pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah agaknya kurang membekas dalam kehidupan anak didik sehari-hari dan kurangnya minat dan kesungguhan belajar anak didik62 5. Problem Metode Metode mengajar yang ada di SD Negeri Moncek Timur kurang variatif dan cendurung monoton yaitu hanya memakai metode ceramah saja, sehinga anak didik merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam. Kak selama ini pendidik pendidikan agama Islam dalam menyampaikan pelajaran dalam bentuk ceramah sehingga hal tersebut sangat membosankan63 Hal ini dikarenakan belum diperhatikannya tentang cara-cara memilih suatu metode untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajarnya yang sesuai
62
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei 2007 63 Hasil wawancara peneliti dengan salah saru anak didik di ruang kelas pada tanggal 25 Mei 2007
109
dengan karakteristik sub pokok bahasannya. Merekam komentar guru PAI dapat diilustrasikan sebgai berikut: Tetang metode yang saya pakai dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas kami seringnya memakai ceramah. Disatu sisi saya sebenarnya menyadari akan dibutuhkankannya variasi dalam penggunaan metode sebagaiamana yang saya dapat simpulkan dari beberapa pelatihan keguruan yang pernah saya ikuti.64 Sering kali terjadi problem dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam dalam hal metode. Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Khususnya mengenai metode mengajar di dalam kelas, selain dari faktor tujuan, faktor anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang berbagai keadaannya, fasilitas yang berbagi kualitas dan kuantitasnya. Kepribadian pendidik serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang pendidik akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus. Dengan demikian seorang pendidik harus bisa mengantisipasi problem yang mungkin timbul dalam menyampaikan materi pelajaran. 6. Problem Pendekatan Pembelajaran
64
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik agama Islam di ruang kelas pada tanggal 25 Mei 2007
110
Pendekatan pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek Timur cenderung pedagogis yang implikasinya adalah muncul perlakuan intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama Islam. Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah satu anak didik SDN Moncek Timur di rumahnya: Pendidik agama Islam kurang sabaran kak dalam menghadapi anak didik masak ketika saya tidak hafal dan tidak bisa dalam pelajaran saya diberdirikan bahkan terkadang telingaku dicubit65 Untuk membuktikan problem pendekatan pembelajaran diatas, dengan menggunakan metode observasi peneliti melihat dengan mata kepala sendiri beberapa hal yang menyangkut permasalahan seperti tersebut diatas kemudian dapat menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik di SDN tersebut masih kuarang tepat. Dalam amatan peneliti hal demikian lebih dikarenakan kemampuan awal pendidik dalam hal metodologi pembelajaran masih minim ditambah lagi tidak adanya programprogram dari pihak sekolah dalam upaya meningkatkan human capital dalam diri tenaga pendidik. Selain data yang merupakan hasil penelitian seperti tersebut diatas peneliti mengadakan uji validitas lanjutan dengan mewancarai pendidik PAI untuk mengetahuai pendekatan pembeljaran yang beliau terapkan di SDN Moncek Timur:
65
Hasil wawancara peneliti dengan salah saru anak didik di rumahnya pada tanggal 25 Mei 2007
111
Mengenai pendekatan pembelajaran atau yang mas tasut maksudkan sebagai cara berfikir dalam pelaksanaan pembelajaran tentu kami sebagai pendidik agama Islam menerapkan pedagogi66 sebagaiamana yang selama ini yang saya ketahui dan saya pelajari di bangku kuliah.67 7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran yang ada di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep kurang begitu baik dimana pendidik yang akan mengajar tidak mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan di kelas {pendidik tidak membuat rencana pembelajaran yang meliputi media, penciptaan susana prabelajar yang baik dan sebagainya} sehingga proses belajar mengajar tidak terarah Terus terang dalam masalah perencanaan saya kurang mempersiapkan hal ini terjadi karena kesibukan saya dalam hal lain (saya harus berusaha hal yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup saya) karena kalo hanya honor dari sekolah ya kurang mas untuk memenuhi kehidupan seharihariku, tapi mas saya akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk selalu membenahi kekungan saya68 Untuk mengkroscek keabsahan data tentang pernyataan saudara Mazhari sebagai pendidik agama Islam seperti tersebut diatas peneliti mencoba mentabulasi beberapa pernyataan-pernyataan baik dari orang SDN sendiri maupun masyarakat sekitar khususnya para wali anak didik dan dapat disimpulkan bahwa problem tersebut benar adanya, tetapi walaupun demikian ada argumentasi yang melingkupinya, seperti yang diungkapkan oleh bagian penanggung jawab kurikulum: 66
istilah pedagogy merupakan bahasa peneliti sendiri untuk menggambarkan bahwa pendekatan {way of think} yang di terapkan oleh guru PAI di SDN Moncek Timur adalah mendudukkan anakdidik sebagai obyek yang harus di bentuk dan diajari sedangkan guru berposisi sebagai orang yang harus mengajar dan membentuk mereka tanpa kecuali. 67 Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007 68 Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007
112
Secara makro perencanaan pendidikan kemudian dikembangkan dalam perencanaan pembelajaran sebenarnya pihak sekolah sendiri sudah melakukannya, misalnya dalam rapat-rapat resmi pendidik atau berbincangan tidak resmi tetapi serius dikantor sekolah oleh kepala sekolah, para pendidik termasuk saya sendiri. Tetapi secara adminstratif misalkan pendidik harus mempersiapkan RP dalam tiap mata pelajaran sekolah tidak terlalu mewajibkan itu, asalkan pendidik sudah paham betul mengenai visi, misi dan tujuan pembelajaran dari tiap mata pelajaran yang dia ajarkan.69 8. Problem Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur mengalami beberapa kekurangan dan hambatan karena sejak mulai dari awal pendidik agama Islam tidak mempersiapkan hal-hal yang perlu disipkan sebelum mengajar dengan baik dan tepat sehingga hal demikian berakibat terhadap pelaksanaan pembelajran agama Islam di kelas tidak terlaksana dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebagaiaman tersebut diatas mengenai pemencanaan pembelajaran secara adminstratif, pihak SDN Moncek Timur tidak terlalu mengharuskan seorang pendidik termasuk pendidik agama Islam dalam membuatnya tetapi lebih menekankan pada tujuan pendidikan dan pembelajaran secara umum sehingga upaya-upaya pencapaianpun kurang begitu terinci. Demikian inilah yang mengakibatkan tidak terlalu jelasnya pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas sebagai terungkap: Kalo menurut saya sebagai pendidik agama saya sudah melakukan yang terbaik dalam kelas, tapi tidak terlalu kaku seperti yang anda tanyakan tadi yang anda kaitkan dengan adanya RP administrative, tapi yang penting kami tahu tujuan pembelajarannya.70 69
Hasil wawancara peneliti dengan bapak ABD. Rahem, yang merupakan penaggung jawab kurikulum di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007 70 Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007
113
9. Problem Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran Pendidikan agama Islam kurang hal ini di sebabkan tersitanya jam pelajaran karena sering terlambatnya pendidik dan Pendidik harus mendikti pelajaran atau menulis materi pelajaran di papan tulis sehingga kalau evaluasi serinng di laksanakan maka materi tidak akan selesai. Evaluasi dalam pelajaran pendidikan agama Islam terus terang kurang disini sebab waktu untuk mata pelajaran agama sedikit, ditambah lagi banyak anak didik yang tidak mempunyai buku ajar sehingga hal ini sangat menyita waktu, dan kalo selalu mengadakan evaluasi terhadap anak didik maka implikasinya materi pelajaran akan banyak yang tidak terselesaikan.71 Apabila dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar tentang kesulitan belajar anak didik dalam menerima pelajaran, tidak dan belum diadakan suatu program perbaikan demi meningkatkanya prestasi belajar anak didik, sehingga dalam pelajarannya mereka tidak jauh ketinggalan dari pada teman-teman sekelasnya. Menyimpulkan hasil observasi peneliti yang tiap harinya melakukan pengamatan dilapangan karena rumah peneliti dekat dengan sekolah dasar negeri tersebut, bahwa problem pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur dapat digariskan sebagai berikut: 1. Perbedaan latar belakang pendidikan orang tua 2. Kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak 3. Lingkungan yang kurang mendukung 4. Perbedaan IQ anak didik
71
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 26 Mei 2007
114
3. UPAYA-UPAYA
MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP
Diatas telah digambarkan problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek Timur dan berikut ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang akan membahas tentang upaya-upaya mengatasinya. Data ini mrupakan hasil pengumpulan data campuran yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi selama peneliti melakukan penelitian. 1. Upaya Pada Lingkungan Dalam hal lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya pihak sekolah dasar negeri di Moncek Timur mengadakan pertemuan triwulan dengan pihak orang tua anak didik sekedar untuk memberikan evaluasi pendidikan secara keseluruhan dan mendorong mereka untuk terus mengupayakan sinergitas dan partnership dalam mendidik anak- anak mereka dengan pihak sekolah secara bersama- sama. Sedangkan dalam hal lingkungan masyarakat anak didik, masih menjamurnya budaya yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dengan nilainilai kebenaran, keadilan disekolah di lingkungan masyarakat di sekitar anak didik SD Negeri Moncek Timur sebagai diatas pihak sekolah memanfaatkan momentum pertemuan triwulan. Selain itu diusahaknya komunikasikomunikasi dengan para tokoh masyarakat untuk mendorong mereka untuk
115
mengusahakan pembudayaan yang sesuai dengan nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, persamaan dan sebagainya. Hal diatas di pertegas dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala SDN Moncek Timur bapak Abdullah BA: Dalam hal untuk mengatasi lingkungan masyarakat yang kurang mendukung terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam maka pihak sekolah mengusahakan dengan adanya pertemuan wali anak didik, tokoh masyarakat dengan pihak sekolah yang dilaksanankan pada awal tahun pelajaran, moment-moment hari-hari besar Islam dan kumpulan (organisasi kemasyarakatan) yang didalam diantaranya diisi dengan pentingnya kesuksesan pendidikan agama Islam yang tentunya harus didukung oleh semua pihak (sekolah, keluarga dan masyarakat)72 Selanjutnya berikut wawancara peneliti dengan pendidik PAI Mengenai lingkungan setiap ada pertemuan antara pihak sekolah dan wali murid saya selalu mendorong dan meminta kepada wali murid untuk membuat lingkungan keluarga yang sekiranya bisa mendorong terhadap belajar anak didik73
Disamping dua upaya-upaya mengatasi diatas berikut usaha pihak sekolah dalam penanggulangan problem lingkungan sekolah yang masih mines dalam mencipatakan lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan dan potensi mereka sebagai anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal, pihak sekolah mengusahakan secara terus- menerus untuk memperbaiki fasilitas dan media pembelajaran melalui pengajuan proposal terhadap pemerintah baik pusat maupun daerah maupun mengushakan donator- donator pribadi dari orangtua anak didik mapun lainnya.
72 73
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 27 Mei 2007 Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI dikantor sekolah pada tanggal 27 Juli 007
116
Adapun lebih jelasnya dalam hal untuk mengatasi tentang problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut : •
Memberikan pemahaman akan pentingnya keteladanan dari pihak orang tua sebagai kepala keluarga terhadap anak dalam mengamalkan syari’at Islam.dengan demikian ada kesingkoran nilai-nilai yang diterima anak didik dengan keadaan suasana dalam keluarga.
•
Menyiapkan kader muslim sejati dengan menciptakan sistem pengkaderan yang baik serta membuat system antibody yang baik pula terhadap pengaruh luar yang cendrung tidak baik.
•
Pihak sekolah mengadakan komunikasi timbal balik antara lingkungan lembaga formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembejaran Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari seperti melalui pertemuan wali anak didik dan kumpulan masyarakat dengan harapan hal tersebut dapat membantu terhadap kesuksesan pembelajaran pendidikan agama Islam.
2. Upaya Pada Media Dalam penaggulangan kurangnya media pembelajaran semacam buku paket, mushalla dan sebagainya berikut usaha- usah yang dilakukan pihak sekolah: Untuk mengatasi dalam media ini maka saya dan kepala sekolah berusaha untuk bisa mendapatkan buku paket dari pemerintah yaitu dengan mengajukan proposal kediknas kabupaten, seterusnya mas saya selaku
117
pendidik agama mengusul pada kepala sekolah kalo bangun mushalla misalnya untuk praktek sembahayang74 Selanjutnya peneliti wawancara dengan kepala sekolah mengenai hal media Pihak sekolah sangat menyadari akan pentingnya keberadaan media pembelajaran sebab media kan sangat membantu terhadap kesuksesan pembelajaran, karena disini media itu kurang memadai maka pihak sekolah selalu mengadakan terobosan-terobosan baik pada pemerintah atau pada wali anak didik dan pihak donatur-donatur.75 Sepanjang observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan usaha- usaha tersebut diatas memang betul adanya, hal ini terlihat dari file- file propposal dan maket pembangunan infrastruktur pendidikan kedepan yang kami temukan di SDN Moncek Timur ini. Kami sebagai orang tua memang sering dilibatkan oleh pihak sekolah dalam pembangunan waktu kami diundang ke sekolah.76 3. Upaya Pada Pendidik Adapaun dalam hal penagggulangan seringnya keterlambatan pendidik masuk sekolah karena punya profesi lain selain sebagai pengajar dan minimnya pengalaman dalam bidang yang dia ajarkan sebagai berikut. Pihak sekolah menyadari ketika melihat kurang aktifnya pendidik akan mengganggu akan kelancaran pembelajaran pendidikan, namun apa boleh buat mas, wong pendidiknya dalam kehidupan sehari-harinya ya pas pasan, jadi untuk mengatasi hal ini memberikan tugas terhadap anak didik (PR) dan meminta agar supaya pendidik yang sering terlambat (tidak aktif) itu memaksimalkan waktu dalam memanfaatkan semaksimal mungkin dalam hal pembelajaran dikelas, sehingga pelajaran akan berjalan sesuai dengan semestinya,77 74
Hasil wawancara dengan pendidik PAI pada di kantor sekolah pada tanggal 26 Juli 2007 Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 27 Mei 2007 24 Hasil wawancara peneliti dengan salah satu wali anak didik di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007 75
77
Hasil wawancara peneliti dengan bapak ABD. Rahem, kurikulum di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007
118
yang merupakan penaggungjawab
Sedangkan dalam hal kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dan adanya wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam saja usaha sekolah berupa: Dalam hal ini mas! sekolah dalam rapat evaluasi pendidikan membahas masalah ini dengan mengomonkannya bersama termasuk juga dalam memberikan pemahaman terhadap wali anakdidik dalam hal yang sama agar mereka satu visi dalam mendidik78
Banyak pendidik yang belum menuju dan mencapai ketiga ranah pendidikan (Kognitif, afektif dan psikomotorik), sifat dan karakter serta pendidikan yang dimiliki oleh seorang pendidik disamping kwalitas iman dan taqwa yang bereda, selain itu mereka belum mampu menunjukkan sikap dan kepribadian sebagai orang muslim yang sejati, sebab masih sering melangar norma-norma Islam, kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, dan latar belakang ekonomi yang serba pas pasan. Tetapi selain hal yang telah kami programkan, dalam permasalahan ini pihak sekolah mengirimkan beberapa pendidik termasuk pendidik agama dalam beberapa pelatihan dan semacamnya yang diadakan instansi pemerintah maupun swasta79 4. Upaya Pada Anak didik Adanya sebagian anak didik SDN Moncek timur yang
kurang
memperhatikan akan pentingnya belajar {kurang minat belajar}, maka untuk 78
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 27 Mei 2007 Hasil wawancara peneliti dengan bapak ABD. Rahem, yang merupakan penaggung jawab kurikulum di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007. Hal senada juga diungkapakan oleh kepala sekolah
79
119
mengatasi problem seperti diatas ini maka menurut pendidik pendidikan agama Islam Bapak Mazhari: Memberikan pengertian dan memotivasi akan pentingnya ilmu pengetahuan kepada anak didik dan menyarankan kepada wali anak didik melalui pertemuan disekolah, atau kumpulan masyarakat untuk memperhatikan perkembangan belajar serta memonitor prilaku anaknya.80
Untuk membuktikan apa yang pernah pendidik agama tersebut katakan tentang usaha- usahanya dalam menaggulangi problem anak didik peneliti pernah ikut beliau (peneliti termasuk teman dekat dan tetangganya) untuk silaturrahim kerumah para wali anak didiknya di sekolah dan kenyataanya memang demikian adanya. 5. Upaya Pada Metode Penggunaan metode mengajar yang ada kurang variatif dan cenderung monoton dan cara-cara memilih suatu metode untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajarnya yang tidak sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasannya maka: Mas sebenarnya untuk tidak memakai metode ceramah saja dalam menyampaikan pembelajaran dalam hal ini pembelajaran pendidikan Islam insyaallah saya bisa, tapi kalo peke metode diskusi kan membutuhkan waktu yang banyak dan pembelajaran tidak akan merata kepada semua anak didik, padahal dalam hal waktu saja kita mempunyai sedikiti waktu, tapi saya selalu mencobanya agar mereka terus bisa berkembang dengan baik.81
Hasil observasi peneliti pihak sekolah juga berusaha menetapkan apakah suatu metode dapat disebut baik, dengan menentukan tujuan yang akan 80
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI pada tanggal 27 Juli 2007.
81
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007
120
dicapai. Pemberian pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kelemahan-kelemahannya kepada seluruh tenaga pengajar termasuk pendidik agama Islam oleh diskusi bareng dengan teman sejawat (kepala sekolah, pendidik dsb.) yang diadakan sekolah. 6. Upaya Pada Pendekatan Pembelajaran Kecenderung penggunaan pedagogis sehingga memunculkan perlakuan intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama Islam, SDN Mocek Timur mengusahakan: Selama ini saya rasa pendekatan pembelajaran yang saya terapkan terkadang intimidatif, sebab terkadang kalo tidak demikian anak didik sering lalai misal mengerjakan soal rumah, akan tetapi kebelakang dari sekarang saya akan lebih telaten dalam hal mendidik anak didik.82 Selanjutnya peneliti wawancara dengan kepala sekolah yang hasilnya sebagai berikut: Menurut kepala sekolah untuk mengatasi problem ini, pihak sekolah sudah meminta kepada pendidik tersebut untuk telaten dan sabar apalagi yang dihadapi anak SD, selain megirim mereka ke berbagai pelatihan kependidikan dan pendidikan yang diadakan.83 Selain hal diatas pihak sekolah telah melakukan pengiriman delegasi pendidik dalam pelatihan- pelatih atau worksop baik yang dilakukan pemerintah maupun lainnya seperti yang peneliti lihat sendiri dari adanya undangan pelatiahan teknologi pendidikan dan salah satu pendidik di SDN Moncek Timur mengikutinya termasuk pendidik agama Islam. Ini undangan mas! Untuk mengikuti pelatihan kependidikan dan ini salah satu usahanya sepeti yang mas tanayakan tadi.84 7. Upaya Pada Perencanaan pelaksanaan Pembelajaran 82
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI pada tanggal 27 Juli 2007 Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI pada tanggal 27 Juli 2007 84 Ibid. 83
121
Kurang matangnya perencanaan pelaksanaan pembelajaran berikut hasil wawancara peneliti dengan pendidik pendidikan agama Islam Bapak Mazhari: Mas saya memahami akan pentingnya perencanaan dalam hal pelaksanaan pembelajaran, akan tetapi karena saya terdesak dengan kebutuhan seharisehari ya terus terang jarang saya merencanaan pembelajaran, tapi demi kebaikan anak didik saya kebelakang sekarang saya berusaha.85
Tetang hal diatas peneliti pernah ditanyai tentang cara membuat perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kurikulum KTSP, diskusipun terus berlanjut sampai tidak terasa sudah waktunya pulang sekolah, namun tak pelak lagi karena masih ada banyak yang perlu didiskusikan kamipun sepakat melanjutkannya di rumah peneliti. 8. Upaya Pada Pelaksanaan Peraencanaan Pembelajaran Selain usaha pendidik agama Islam dalam memperbaiki kerja dan kinerjanya terkait perencanaan pelaksanaan pembelajaran, dia juga berusaha memperbaiki pelaksanaan pembelajaran sesuai rencana dan tujuannya semula yang telah disiapkan sebelumnya. …….tapi demi kebaikan anak didik saya kebelakang sekarang saya berusaha memperbaiki kinerja saya termasuk dalam hal perencanaan, pelaksanaan pembelajaran yang sesuai rencana dan tujuan pemebelajaran dan pendidikan serta penentuan evaluasinya.86
9. Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran Kurang diperhatikannya evaluasi adalah suatu problem yang dihadapi SDN Moncek Timur dalam pembelajaran agama Islam, untuk mengetahui aksi penaggulangannya peneliti mewancarai kepala sekolah: 85 86
Hasil wawancara peneliti dengan pendidik PAI di rumahnya pada tanggal 27 Mei 2007 Ibid
122
untuk mengatasi hal evaluasi ini maka tiap setengah bulan sekali diadakan semacam kursus dalam masalah pendidikan agama yaitu tiap hari minggu sore,87 hal senada diungkapkan oleh pendidik PAI Bapak Mazhari bahwasanya untuk menunjang dan mengevaluasi hasil belajarnya anak didik maka tiap setengah bulan diadakan kursus seperti baca al-Qur’an
Menyimpulkan hasil observasi peneliti yang tiap harinya melakukan pengamatan dilapangan karena rumah peneliti dekat dengan sekolah dasar negeri tersebut, bahwa upaya mengatasi prolem pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur dapat digariskan sebagai berikut: yaitu pihak sekolah mengupayakan dan selalu mengadakan perbaikan serta mengharapkan peran serta wali anak didik dan masyarakat agar supaya mendukung dan memperhatikan anak didik dalam hal pendidikan, hal ini demi kesuksesan anak didik dalam pembelajarannya.
87
Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah di kantornya pada tanggal 28 Mei 2007
123
BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
A. PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP
1. Problem Lingkungan Mengenai lingkungan Pertama, murid SD Negeri Moncek Timur meliputi lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya hal ini terbukti dengan tidak adanya kontrol dalam belajar dan hasil yang di capai dari sekolah, yang pada akhirnya tidak ada kesingkronan antara apa yang di usahakan oleh pendidik di sekolah dan realita keluarga tersebut. Kedua, lingkungan masyarakat anak didik, lingkungan masyarakat yang ada di sekitar anak didik SD Negeri Moncek Timur kalau di lihat dari agama yang penduduk dapat dikatakan Islami akan tetapi praktik dilapangan kurang mencerminkan ke Islamian dan kurang mendukung terhadap perkembangan pembelajaran pendidikan agama Islam, pendapat ini dapat dibenarkan karena sebagian masyarakatnya ada yang melakukan praktek balapan merpati, adu ayam dan minuman keras, yang pada akhirnya anak didik dapat memperaktekan kelakuan masyarakat tersebut dan memganggu terhadap program pembelajaran di sekolah. Ketiga, lingkungan sekolah, mayoritas anak didik banyak keluar kelas pada waktu proses belajar mengajar dikelas dilaksanakan apalagi saat para
124
pendidik tidak ada di kelas atau tidak masuk untuk mengajar, keadaan ini di perparah yang sesekali mereka keluar sekolah hanya untuk sekedar bermain. Kondisi diatas dikarenakan kurang terciptanya lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan dan potensi mereka sebagai anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal, misalnya tidak adanya arena dan media untuk bermain, belajar agama Islam dan beragama yang baik dengan alam dan sebagainya. Adapun lebih jelasnya tentang problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut : 1. Kurang adanya keteladanan dari pihak orang tua sebagai kepala keluarga terhadap anak didik dalam mengamalkan syari’at Islam. Hal ini dimungkinkan oleh keterbatasan waktu pihak orang tua, sehingga tidak dapat membimbing keagamaan pada anak didik. 2. Kurang adanya pengkaderan terhadap generasi muda dalam masyarakat tentang sistem pengembangan syiar Islam serta adanya pengaruh dari budaya-budaya asing serta budaya agama lain yang cenderung lebih ringan dalam masalah pengamalan ibadah, hal ini sangat berbahaya bagi anak yang lemah imannya. 3. Kurang adanya komunikasi timbal balik antara lingkungan lembaga formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari.
125
Dengan demikian dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi anakdidik haruslah sesuai dengan nilai- nilai islam. ...........lingkungan pembelajaran pendidikan Islam adalah suatu lingkungan yang didalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya penmbelajaran pendididkan Islam dengan baik. Fungsinya untuk menunjang terjadinya pembelajaran secara aman, tertib dan berkelanjutan.88
2. Problem Media Keadaan media di SD Negeri Moncek Timur kurang memadai misalnya: Kurangnya pembelajaran buku paket yang seharusnya dimiliki oleh anak didik, jalan alternatif yang dilakukan oleh pendidik agama Islam yaitu mendikti pelajaran atau menulis di papan tulis yang pada gilirannya akan memakan waktu yang banyak, tidak adanya mushalla padahal mushalla ini sangat dibutuhkan untuk memperaktekan materi pelajaran misalnya cara sembahyang. Problem yang dihadapi pendidik berkaitan dengan alat pendidikan sehubungan dengan pelaksanaan dan pembelajaran pendidikan agama Islam, maka problem yang berkaitan dengan alat pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Kurang lengkapnya alat-alat pengajaran pada umumnya sehingga menghambat kelancaran proses belajar mengajar misalnya sering terjadi kurangnya buku pegangan bagi anak didik, buku-buku bacaan majalah dan lain-lain. Sedangkan disisi lain pendidik dituntut untuk menyampaikan materi secara CBSA, bagaimana mungkin bila sarana yang ada kurang menadai. 88
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, Jakarta,1997. hal.111.
126
2. pendidik, harus bisa memberikan manfaat alat pendidikan represif seperti pemberitahuan, teguran, peringatan, ganjaran dan hukuman anak untuk memberi semangat dan motivasi dalam belajar. 3. Kurang adanya sarana yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam.89 Media atau sarana/ alat merupakan salah satu faktor penunjang dalam proses mengajar baik sarana fisik maupun sarana non fisik, perangkat keras maupun perangkat lunak.
Alat pendidikan dapat berupa tingkah laku,
keteladanan, anjuran, perintah, larangan dan hukuman. Termasuk cara penyampaian atau metode yang digunakan. Sehubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan ala-alat pendidikan, maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Harus sesuai dengan tujuan. 2. Harus dapat membantu menumbuhkan tanggapan terhadap bahan pelajaran. 3. Harus merangsang timbulnya minat anak didik 4. Harus sesuai dengan kemampuan pendidik dan anak didik. 5. Harus sesuai dengan situasi dan kondisi.90 Dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibutuhkan alat-alat pengajaran. Alat-alat pembelajaran tersebut dibagi dalam beberapa macam, yaitu : 1. Alat pengajaran klasikal. 89 90
Zuhairini, hlm 121 Depag, Panduan pembelajaran PAI berbasis kompetensi, (Jakarta: Depag, 2004) hlm, 145
127
Alat pengajaran klasikal yakni alat-alat pengajaran yang digunakan oleh pendidik bersama-sama anak didik, sebagai contoh : papan tulis, kapur tulis, tempat sholat dan sebagainya. 2. Alat pengajaran individu. Yakni alat pengajaran yang dimiliki oleh masing-masing pendidik dan anak didik, buku pegangan pendidik dan buku pegangan anak didik serta buku persiapan mengajar untuk pendidik 3. Alat peraga. Yakni alat-alat yang berfungsi memperjelas atau memberikan gambaran yang kongkrit tentang hal-hal yang diajarkan, terdiri atas dua macam: a. Secara langsung. Misalnya mengajarkan surat pendek. b. Alat peraga tidak langsung. Berkaitan dengan perkembangan teknologi modern pada abad dua puluh ini mengakibatkan timbulnya alat-alat modern yang dapat dipergunakan dalam bidang pendidikan antara lain : 1. Visual Aids, yakni alat pendidikan yang dapat diserap melalui indra penglihatan, seperti gambar-gambar yang diproyeksikan, gambargambar didepan tulis dan sebagainya. 2. Audio Aids, yakni alat pendidikan yang diserap melalui indra pendengar, seperti radio, tape dan alat elektronik lainnya. 3. Audio Visual Aids, yakni alat pendidikan yang dapat diserap melalui mata dan telinga, seperti televisi, film dan sebainya.
128
Alat-alat yang berupa upaya-upaya yang Diambil untuk Kelancaran Proses Belajar Mengajar pendidikan agama Islam Mengenai alat-alat dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Alat pendidikan preventiv yaitu alat pendidikan yang bersifat pencegahan yang bertujuan untuk menjaga hal-hal yang menghambat atau menggangu kelancaran proses pendidikan dapat dihindarkan. Sedangkan alat-alat yang termasuk alat-alat preventif adalah : 1. Tata tertib yaitu deretan peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau dalam tata kehidupan tertentu. 2. Anjuran dan perintah, adalah saran atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang berguna. 3. Larangan, adalah suatu keharusan untuk tidak dilakukan. 4. Paksaan adalah suatu perintah dengan kekerasan terhadap anak untuk melakukan sesuatu. 5. Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan dan larangan-larangannya.91 2. Alat pendidikan represif, alat pendidikan yang bersifat kuratif atau korektif yang bertujuan untuk menyadarkan anak unuk kembali pada hal-hal yang benar, baik dan tertib. Alat represif itu digunakan bila terjadi sesuatu yang dianggap
bertentangan
dengan
peraturan-peraturan.
termasuk alat pendidikan represif itu antara lain :
91
Depag, hlm 244
129
Adapun
yang
1. Pemberitahuan, yakni pemberitahuan pada anak didik yang telah melakukan sesuatu yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya pendidikan. 2. Teguran, ada sesuatu peraturan kemudian dilanggar oleh anak padahal dia telah maklum, maka teguran sebagai jalan awal. 3. Peringatan, diberikan pada anak yang telah beberapa kali melakukan pelanggaran dan telah diberikan teguran pula atas pelanggarannya. 4. Hukuman, tindakan paling akhir bila teguran dan peringatan belum mampu mencegah anak melakukan pelangaran-pelanggaran. 5. Ganjaran, bila keempat alternatif di atas merupakan alat pendidikan represif yang kurang menyenangkan, maka ganjaran adalah sebagai alat pendidikan represif yang menyenangkan.92 3. Problem Pendidik {pendidik PAI} Membincang tentang problem manusia pembelajar peneliti akan memulainya dari pendidik, kemudian anak didik, pendekatan dan diakhiri dengan metode. Pertama, pendidik, kita semua mungkin tahu akan pekerjaan dengan segala resikonya, maka menjadi pendidikpun terdapat suka dukanya. Suka ketika anak didik mengerti dan memahami serta mengamalkan materi yang telah disampaikan. Duka ketika pendidik dihadapkan pada kenyataan adanya anak didik bandel, nakal, kurang memperhatikan keterangan atau ada sarana dan prasarana yang kurang memadai. Yang tak kalah sukarnya bila pendidik mengetahui bahwa anak didiknya menjadi juara atau berhasil lulus dengan 92
Indrakusuma “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam” {Bandung: Rosdakarya, 1973} hlm. 140
130
nilai yang cukup baik. Sebaliknya pendidik akan gelisah jika anak didiknya ada yang tidak lulus ujian. Pendidik (pendidik) agama Islam yang ada di SD Negeri Moncek Timur yang sering terlambat masuk sekolah terutama pada musim tembakau karena masih menyiram tembakau, dengan keadaan seperti ini maka waktu untuk pembelajaran pendidikan agama Islam akan tersita Adanya wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam saja sehingga mengakibatkan tidak sistematis dan terorganisirnya penanaman nilai- nilai agama Islam terhadap anak didik. Memperhatikan itu semua, secara umum beberapa kendala atau problem yang dihadapi oleh pendidik agama Islam hari ini, antara lain adalah : Pertama, dengan adanya kurikulum yang baru (KTSP) yaitu dengan menyeimbangkan antara ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik, maka seorang pendidik dalam menyajikan materi pelajaran seharusnya menuju sasaran tersebut. Tetapi kenyataannya masih banyak pendidik yang kurang berani untuk menuju dan mencapai ketiga ranah tersebut, melainkan hanya mengutamakan sebagian ranah saja, terutama ranah kognitif. Sehingga dengan demikian anak didik kurang mendapat bimbingan yang bersifat efektif dan psikomotorik. Kedua, bermacam-macam sifat dan karakter serta pendidikan yang dimiliki oleh seorang pendidik disamping kwalitas iman dan taqwa yang bereda, selain itu mereka belum mampu menunjukkan sikap dan kepribadian
131
sebagai orang muslim yang sejati, sebab masih sering melangar norma-norma Islam, padahal ia jadi panutan bagi anak didiknya. Ketiga, kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik
sehingga cenderung menghitung nilai dari nilai
material kemanusiaan. Akhinya menyebabkan menurunnya moral kerja, apalagi hal tersebut didukung dengan adanya latar belakang ekonomi yang serba pas pasan, sehingga menyebabkan tidak jarang pendidik yang menyita jam efektifnya untuk digunakan kerja demi untuk menutup kebutuhan seharihari. Bila hal ini benar-benar terjadi, maka pendidik yang demikian akan menimbulkan dampak negatif, baik pada agama Islam, maupun pada bangsa dan negara.93 4. Problem Anak Didik Dalam hal anak didik: ia
merupakan obyek utama dalam pendidikan
dimana pendidikan berusaha membawa anak didiknya yang semula serba tak berdaya, selalu menguntungkan pada orang lain menuju pada keadaan dimana anak didik mampu berdiri sendiri, baik secara individu, sosial maupun susila anak didik dapat mencari nilai-nilai harus mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut Islam anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan hanya membawa fitrah, alam sekitarnyalah yang memberi corak terhadap nilai-nilai hidup atas pendidikan agamanya. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi SAW:Artinya Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW bersabda : “Setiap bayi dilahirkan atas fitrah itu, maka kedua orang tuanya 93
Depag, Panduan pembelajaran PAI berbasis kompetensi, (Jakarta: Depag, 2004) hlm, 112
132
menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani atau Majusi seperti halnya binatang yang dilahirkan lengkap. Apakah kamu merasakan sesuatu cacat di dalamnya ?”(HR. Bukhari)94 Menurut Hadits diatas bahwa pada dasarnya anak didik itu membawa fitrah
agama,
kemudian
tergantung
pada
pendidikannya
dalam
mengembangkan fitrah itu sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian terlihat begitu penting peranan pendidikan dalam menanamkan pandangan hidup keagamaan terhadap anak didik.95 “Bahwasanya anak yang sudah dilahirkan membawa fitrah beragam dan kemudian tergantung kepada pembelajaran pendidikan selanjutnya kalau mereka mendapat pendidikan agama dengan baik, maka merekan akan menjadi orang yang taat beragama pula. Sebaliknya bila benih agama yang dibawa itu tidak dipupuk dan dibina dengan baik, maka anak akan menjadi orang tidak bergama.”96
Anak didik SD Negeri Moncek Timur kurang memperhatikan akan pentingnya belajar { kurang minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya perhatian dari orang tua dan keadaan masyarakat yang kurang mendukung terhadap anak didik untuk giat. Keadaan ini sering terjadi disekitar kita lebih dikarenakan para pendidik termasuk pendidik masih belum memahami betul tentang perkembangan seorang anak didik, kau dan positivistic dalam mendidiknya. Pendidikan tidaklah terbatas pada pengertaian dan penguasaan ilmu pengetahuan, melainkan juga perkembangan jiwa dan penyesuaian diri dari anak didik terhadap kehidupan sosialnya. Anak didik adalah manusia yang senantiasa mengalami perkembangan sejak terciptanya hingga meninggal.97 94
Bujhari dan Muslim, Shahih Bukhari, (Libanon: Beirut, 189) hlm, 333 Depag, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: depag, 1991) hlm.30 96 Zuhairini dkk, op.cit. Hal. 31-32. 97 Wasty Soemanto dan Hendyat Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia: Tangtangan Bagi Para Pemimpin Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1987. hal.132. 95
133
Wasty menambahkan: Problema anak didik yang peling mendasar ada pada keluarga anank didik tersebut. Dalam arti, jika keluarga anak didi tesebut tingkat keagamaannya baik, maka secara langsung perkembangn pembelajaran pendidkan agama anak akan baik pula. Sebaliknhya jika tingkat keagaan keluarganya minim, maka perkembangan anak didik tidak akan berbeda jauh dengan hal tersebut.Jadi tingkat keberagamaan keluarga terutam orang tua akan sanga mempengaruhi dalam pembelajaran pendidikan agama anak.98
5. Problem Metode Pembelajaran Metode mengajar yang ada di SD Negeri Moncek Timur kurang variatif dan cendurung monoton yaitu hanya memakai metode ceramah saja, sehinga anak didik merasa jenuh dan bosan untuk mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini dikarenakan belum diperhatikannya tentang cara-cara memilih suatu metode untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajarnya yang sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasannya. Sering kali terjadi problem dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam dalam hal metode. Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dalam proses interaksi belajar mengajar ( pembelajaran ), seorang pendidik harus mampu menciptakan dan menstimulasi kondisi belajar anak didiknya dengan baik dan dapat merealisasikan tujuan yang ingin dicapai.99
98 99
Wasty,. hal.133. Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1986. hal. 50.
134
Khususnya mengenai metode mengajar di dalam kelas, selain dari faktor tujuan, faktor anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang berbagai keadaannya, fasilitas yang berbagi kualitas dan kuantitasnya. Kepribadian pendidik serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang pendidik akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus. Dengan demikian seorang pendidik harus bisa mengantisipasi problem yang mungkin timbul dalam menyampaikan materi pelajaran.100 Sedangkan dalam kaitannya dengan penggunaan media dalam problem metode pengajaran Pendidikan Agama Islam. Sering kali terjadi problem dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam hal metode. Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, banyak metode yang dapat digunakan antara lain: 1. Metode ceramah. 2. Metode diskusi. 3. Metode tanya jawab.
100
Depag, Panduan pembelajaran PAI berbasis kompetensi, (Jakarta: Depag, 2004) hlm, 101
135
4. Metode pemberian tugas. 5. Metode drill 6. Metode kerja kelompok.101 Dalam menggunakan metode tersebut harus dipertimbangkan serta disesuaikan dalam arti apakah metode yang paling baik dan paling tepat untuk kegiatan dalam situasi dan kondisi yang ada. Jadi dalam memilih metode harus tahu dan memahami hal-hal sebagai berikut: 1. Sifat dan jenis kegiatan. 2. Apa yang melatar belakangi kegiatan tersebut. 3. Dengan
tehnik
pemecahan
yang
bagaimana
kegiatan
itu
dapat
diselesaikan. 4. Fasilitas apa saja yang mungkin dipergunakan.102 Dengan demikian akan dapat memilih metode yang tepat sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar berhasil dengan baik.
6. Problem Pendekatan {Way OF Think} Pembelajaran Pendekatan pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri Moncek Timur cenderung pedagogis yang implikasinya adalah muncul perlakuan intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama Islam. Kecendrungan pendekatan pembelajaran yang intimidatif, dogmatis dan sebagainya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam hari ini lebih dikarenakan adanya impor pengetahuan mentah secara besar101
Zuhairini “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” {Surabya: Sinar Ilmu, 1993}, hlm.
74 102
Depag, hlm. 237
136
besaran oleh lembaga- lembaga pendidikan bangsa ini dari Eropa (baca: barat) tanpa dibarengi stdy kritis terhadap epistemology pengetahuannya103 Kecendrungan terpengarauh seperti terungkap dalam pandangan Karim diatas telah mengakibatkan system pendidikan nasional negeri ini juga intimidatif
terhadap
anak
didik
seperti
halnya
kasus
UAN
yang
menigilustrasikan penilaian pendidikan hanya dari keberhasilan anak didik dari mengerjakan soal- soal ujian saja Tidak ada lagi apa yang disebut pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, efektif, apalagi inovatif. Seluruh sumber daya sekolah seolah dipersiapkan dan diarahkan untuk menghadapi UAN. Pembelajaran difokuskan sepenuhnya untuk meraih persentase lulusan yang tinggi, bahkan kalau mungkin dengan rata-rata nilai yang tinggi pula. Tidak berarti pendidik tidak mengetahui kelemahan sistem drill, tetapi cara ini tetap dipertahankan semata agar dapat bersaing dengan sekolah lain, terutama dalam UN.104
7. Problem Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran PAI Sedangkan dalam hal perencanaan pembelajaran yang ada di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep kurang begitu baik dimana pendidik yang akan mengajar tidak mempersiapkan apa yang akan dilaksanakan di kelas {pendidik tidak membuat rencana pembelajaran yang meliputi media, penciptaan susana pra belajar yang baik dan sebagainya, sehingga proses belajar mengajar tidak terarah
103
Muhammad Karim, Pendidikan Kritis Transformatif (Study Krirtik Terhadap Modernisme Pendidikan Agama Islam), (Malang: Skripsi Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007) hlm. 5. Karim yang dalam skripsinya menyoroti beberapa kelemahan dalam hal epistemologi pengetahuan, yang juga dalam pandangannya problem epistemology tersebut berakibat terhadap pendekatan, metode, pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran di lapangan serta hasil output dari proses pendidikan agama Islam secara keseluruhan yang dalam kritiknya akan terus menjadi obyek dari seluruh regulasi yang dibuat oleh Barat dalam hal ini Eropa. 104 Ermy Listiyaning, Mengajar Belajar, (www.google.com: Jakarta: Opini Kompas)
137
Ketidaktepatan
perencanaan
pembelajaran
berakibat
terhadap
amburadulnya pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur mengalami beberapa kekurangan dan hambatan karena sejak mulai dari awal pendidik (pendidik) agama Islam tidak mempersiapkan hal-hal yang perlu disipkan sebelum mengajar dengan baik dan tepat sehingga hal demikian berakibat terhadap pelaksanaan pembelajran agama Islam di kelas tidak terlaksan dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal yang sama pula terjadi pada evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam kurang hal ini di sebabkan tersitanya jam pelajaran karena sering terlambatnya pendidik dan Pendidik harus mendikti pelajaran atau menulis materi pelajaran di papan tulis sehingga kalau evaluasi serinng di laksanakan maka materi tidak akan selesai. Apabila dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar tentang kesulitan belajar anak didik dalam menerima pelajaran, tidak dan belum diadakan suatu program perbaikan demi meningkatkanya prestasi belajar anak didik, sehingga dalam pelajarannya mereka tidak jauh ketinggalan dari pada teman-teman sekelasnya. Menyimpulkan hasil observasi peneliti yang tiap harinya melakukan pengamatan dilapangan karena rumah peneliti dekat dengan sekolah dasar negeri tersebut, bahwa problem pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur dapat digariskan sebagai berikut: 5. Perbedaan latar belakang pendidikan orang tua
138
6. Kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak 7. Lingkungan yang kurang mendukung 8. Perbedaan IQ anak didik 8. Problem Pelaksanaan Pembelajaran PAI Ketidaktepatan
perencanaan
pembelajaran
berakibat
terhadap
amburadulnya pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur mengalami beberapa kekurangan dan hambatan karena sejak mulai dari awal pendidik (pendidik) agama Islam tidak mempersiapkan hal-hal yang perlu disipkan sebelum mengajar dengan baik dan tepat sehingga hal demikian berakibat terhadap pelaksanaan pembelajaran agama Islam di kelas tidak terlaksan dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal yang sama pula terjadi pada evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam kurang hal ini di sebabkan tersitanya jam pelajaran karena sering terlambatnya pendidik dan Pendidik harus mendikti pelajaran atau menulis materi pelajaran di papan tulis sehingga kalau evaluasi serinng di laksanakan maka materi tidak akan selesai. Dengan demikian secara garis besar Pelaksanaan
pembelajaran
pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur tidak berjalan dengan baik yang disebabkan banyak hal diantaranya pendidik yang memegang bidang
139
studi pendidikan agama Islam adalah pendidik kurang profesional105 dan berpengalaman. Selain permasahan diatas pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur juga mengalami beberapa kendala diantaranya kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam, terutama pada peringatan hari-hari besar Islam. 9. Problem Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Sedikitnya jam pelajaran dan minimnya sumber pelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Moncek Timur menjadi salah satu problem untuk mengadakan evaluasi pelaksanaan pembelajaran bagi pendidik mengapa demikian, karena waktu pelajaran terkadang habis hanya dengan mendikti mata pelajaran saja.
B. UPAYA-UPAYA MENGATASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENADIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN MONCEK TIMUR LENTENG SUMENEP
1. Upaya Pada Lingkungan Dalam hal lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya pihak sekolah dasar negeri di Moncek Timur mengadakan pertemuan triwulan dengan pihak orang 105
Dalam tulisan term “kurang professional” untuk menggambarkan ketidak berdayaan seorang pendidik agama Islam di SDN Moncek Timur dikarenakan selain sebagai berprofesi guru dia juga berprofesi dalam hal lainnya. Hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti pada tanggal 25 Mei dalam melihat keseharian kehidupan beliau sebagai seorang pendidik agama Islam di sekolah di pagi hari.
140
tua anak didik sekedar untuk memberikan evaluasi pendidikan secara keseluruhan dan mendorong mereka untuk terus mengupayakan sinergitas dan partnership dalam mendidik anak- anak mereka dengan pihak sekolah secara bersama- sama. Sedangkan dalam hal lingkungan masyarakat anak didik, masih menjamurnya budaya yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dengan nilainilai kebenaran, keadilan disekolah di lingkungan masyarakat di sekitar anak didik SD Negeri Moncek Timur sebagai diatas pihak sekolah memanfaatkan momentum pertemuan triwulan. Selain itu diusahaknya komunikasikomunikasi dengan para tokoh masyarakat untuk mendorong mereka untuk mengusahakan pembudayaan yang sesuai dengan nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, persamaan dan sebagainya. ..............lingkungan pembelajaran pendidikan Islam adalah lingkungan yang didalamnya terdapat ciri-ciri keislaman memungkinkan terselenggaranya penmbelajaran pendididkan dengan baik. Fungsinya untuk menunjang terjadinya pembelajaran aman, tertib dan berkelanjutan.106
suatu yang Islam secara
Disamping dua upaya mengatasi diatas berikut usaha pihak sekolah dalam penanggulangan problem lingkungan sekolah yang masih mines dalam mencipatakan lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan dan potensi mereka sebagai anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal, pihak sekolah mengusahakan secara terus- menerus untuk memperbaiki fasilitas dan media pembelajaran melalui pengajuan proposal terhadap
106
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Logos, Jakarta,1997. hal.111.
141
pemerintah baik pusat maupun daerah maupun mengushakan donator- donator pribadi dari orang tua anak didik mapun lainnya. Adapun lebih jelasnya dalam hal untuk mengatasi tentang problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan lingkungan di SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep adalah sebagai berikut : •
Memberikan pemahaman akan pentingnya keteladanan dari pihak orang tua sebagai kepala keluarga terhadap anak dalam mengamalkan syari’at Islam.dengan demikian ada kesingkoran nilai-nilai yang diterima anak didik dengan keadaan suasana dalam keluarga.
•
Menyiapkan kader muslim sejati dengan menciptakan sistem pengkaderan yang baik serta membuat system antibody yang baik pula terhadap pengaruh luar yang cendrung tidak baik.
•
Pihak sekolah mengadakan komunikasi timbal balik antara lingkungan lembaga formal, informal dan nonformal tentang pentingnya pembejaran Pendidikan Agama Islam bagi kehidupan sehari-hari seperti melalui pertemuan wali murid dan kumpulan masyarakat dengan harapan hal tersebut dapat membantu terhadap kesuksesan pembelajaran pendidikan agama Islam.107
Sepanjang observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan usaha- usaha tersebut diatas memang betul adanya, hal ini terlihat dari file- file proposal dan maket pembangunan infrastruktur pendidikan kedepan yang kami temukan di SDN Moncek Timur ini. 107
Depag. Hlm. 233
142
Dengan memperhatikan pengertian di atas dapat diidentifikasikan bahwa lingkungan pembelajaran itu terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Pada perkembangan selanjutnya lembaga pendidikan ini disederhanakan menjadi lingkungan pembelajaran luar sekolah dan linkungan pembelajaran sekolah. 2. Upaya Pada Media Upaya untuk mengatasi problem yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Moncek Timur, maka pihak sekolah yang tentunya didalanya termasuk pendidik agama Islam ingin membangun kamar kecil dan mushalla untuk tegiatan keagamaan dan praktek yang berkaitan dengan pelajaran agama Islam seperti praktek shalat 3. Upaya pada Pendidik Adapaun dalam hal penagggulangan seringnya keterlambat pendidik masuk sekolah karena punya profesi lain selain sebagai pengajar dan minimnya pengalaman dalam bidang yang dia ajarkan pihak sekolah berusaha meningkatkan jaminan kesejahteraan mereka meskipun banyak tergantung dengan pemerintah dan tak lupa pula megikutkan para pendidik pada pelatihan- pelatihan kependidikan baik dari pemerintah maupuan swasta. Sedangkan dalam hal kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama Islam dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam dan adanya
wacana dan kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam saja, pihak sekolah
143
telah mengadakan evaluasi bersama secara resmi amupun tidak resmi dalam membincang problem sebagaiamana disebut. Agar pendidik agama Islam dapat melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya, maka dibutuhkan adanya syarat-syarat tertentu, disamping syaratsyarat yang harus dimiliki oleh pendidik pada umumnya, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Mempunyai ijazah formal. Sehat jasmani dan rohani. Berakhlak yang baik. Memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin. Taat untuk menjalankan agam serta mampu memberikan tauladan yang baik kepada anak didik. Memiliki jiwa pendidi dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya. Mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang kependidikan, terutama metodik dan dedaktik. Menguasai ilmu pengtahuan agama. Tidak cacat rohani dan jasmani.108 Sebagai pelengkap syarat-syarat di atas, pendidik agama harus memili
sifat-sifat, sebagai berikut: c. Zuhud, tidak mengutakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan Allah. d. Bersih jasmani dan rohani, penampilan lahiriahnya menyenangkan dan mulia akhlaknya. e. Mengetahui tabi’at murid, yang mencakup pembawaan , kebiasaan, perasaan dan pemikiran. f. Menguasai mata pelajaran yang akan disampaikan.109 Banyak pendidik yang belum menuju dan mencapai ketiga ranah pendidikan (Kognitif, afektif dan psikomotorik), sifat dan karakter serta pendidikan yang dimiliki oleh seorang pendidik disamping kwalitas iman dan taqwa yang bereda, selain itu mereka belum mampu menunjukkan sikap dan kepribadian sebagai orang muslim yang sejati, sebab masih sering melangar 108
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1986. hal. 49. M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970. hal. 137
109
144
norma-norma Islam, kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, dan latar belakang ekonomi yang serba pas pasan. Mengikuti penataran-penataran Mengikuti kursus-kursus kepembelajaran Memperbanyak membaca buku. Mengadakan kunjungan kesekolah lain.110 4. Upaya Pada Anak Didik Adanya sebagian anak didik SDN Moncek timur yang
kurang
memperhatikan akan pentingnya belajar {kurang minat belajar}. Untuk membuktikan apa yang pernah pendidik agama Islam tersebut katakan tentang usaha- usahanya dalam menaggulangi problem anak didik peneliti pernah ikut beliau (peneliti termasuk teman dekat dan tetangganya) untuk silaturrahim kerumah para wali anak didiknya di sekolah dan kenyataanya memang demikian adanya. 5. Upaya Pada Metode Penggunaan metode mengajar yang ada kurang variatif dan cendurung monoton dan cara-cara memilih suatu metode untuk dilaksanakan dalam kegiatan belajarnya yang tidak sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasannya. Hasil observasi peneliti pihak sekolah juga berusaha menetapkan apakah suatu metode dapat disebut baik, dengan menentukan tujuan yang akan dicapai. Pemberian pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, baik mengenai kelemahan-kelemahannya kepada seluruh tenaga pengajar 110
Zuhaurini, hlm 23
145
termasuk pendidik agama Islam oleh diskusi bareng dengan teman sejawat (kepala seklah, pendidik dsb.) yang diadakan sekolah. 6. Upaya Pendekatan Pembelajaran Kecenderung penggunaan pedagogis sehingga memunculkan perlakuan intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama Islam. Kecenderungan diatas berakibat seperti apa yang pernah dikatakan Towaf: a. Pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pembelajaran pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi kontek social budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. b. Kurikulum pembelajaran pembelajaran pendidikan yang dirancang di sekolah sebernarnya lebih menawarkan minimum kopetesi atau minimum informasi, tetapi pihak GPAI sering kali terpaku padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum deang penganlaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. c. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut maka GPAI kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.111 7. Upaya Pada Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Tentang kurang matangnya perencanaan pelaksansan pembelajaran peneliti pernah ditanyai tentang cara membuat perencanaan pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kurikulum KTSP, diskusipun terus berlanjut sampai tidak terasa sudah waktunya pulang sekolah, namun tak pelak lagi karena masih ada banyak yang perlu didiskusikan kamipun sepakat melanjutkannya di rumah peneliti.
111
Towaf, hlm 22
146
8. Usaha Pada Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran Selain usaha pendidik agama Islam dalam memperbaiki kerja dan kinerjanya terkait perencanaan pelaksanaan pembelajaran, dia juga berusaha memperbaiki pelaksanaan perencanaan pembelajaran sesuai rencana dan tujuannya semula yang telah disiapkan sebelumnya hal ini dilakukan dalam rangka supaya tercapainya suatu kesuksesan bagi sekolah (pendidik) anak didik, wali murid dan lain-lain. 9. Upaya Pada Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran Kurang diperhatikannya evaluasi adalah suatu problem yang dihadapi SDN Moncek Timur dalam pembelajaran agama Islam. Menyimpulkan hasil observasi peneliti yang tiap harinya melakukan pengamatan dilapangan karena rumah peneliti dekat dengan sekolah dasar negeri tersebut, bahwa upaya mengatasi prolem pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur dapat digariskan sebagai berikut: yaitu pihak sekolah mengupayakan dan selalu mengadakan perbaikan serta mengharapkan peran serta wali murid dan masyarakat agar supaya mendukung dan memperhatikan anak didik dalam hal pendidikan, hal ini demi kesuksesan anak didik dalam pembelajarannya. Sesuai data penelitian dilapangan dalam penaggulangan problematika pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Sumenep Madura sebagian tergolong Prefentif dan sebagian lainnya tergolong Curatif. Sifat pencegahan (prefentif) yaitu pemberian bantuan (terutama) kepada permasalahan sebelum permasalahan atau persoalan yang serius dihadapinya. Sedangkan sifat penyembuhan (curatif) yaitu usaha perbaikan selama
147
mengalami persoalan serius, dengan maksud agar permasalahan atau problem hilang atau teratasi.
148
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian {dalam bab IV} dan hasil analisa data (dalam bab V) dapat disimpulkan dan dipolarisasi sebagai berikut : 1. Poblematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek Timur Lenteng Sumenep a. Pendidik: 1. Pendidik yang memegang bidang studi pendidikan agama Islam adalah pendidik kurang profesional dan minim pengalaman. 2. Kurang berpartisipasi aktifnya para pendidik non agama dalam pelaksanaan pandang
pembelajaran pendidikan agama Islam, 3. Adanya cara
dikotomis
sehingga
memunculkan
adanya
wacana
dan
kecenderungan bahwa moral anak didik hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama Islam dan pendidik agama Islam saja, 4. Kurang adanya rasa pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, 5. Problem lain adalah duka ketika pendidik dihadapkan pada kenyataan adanya anak didik bandel, nakal, kurang memperhatikan keterangan atau ada sarana dan prasarana yang kurang memadai. b. Anak didik: Kurang memperhatikan akan pentingnya belajar { kurang minat belajar} hal ini di sebabkan kurangnya perhatian dari orang tua dan keadaan masyarakat yang kurang mendukung terhadap anak didik untuk giat.
149
c. Pendekatan pembelajaran: Pendekatan pembelajaran cenderung pedagogis yang implikasinya adalah muncul perlakuan intimidatif pendidik terhadap anak didik dalam proses pembelajaran agama Islam. d. Metode pembelajaran: 1. Kurang variatif dan cenderung monoton yaitu hanya memakai metode ceramah saja, 2. Faktor tujuan, problem anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang menyangkut berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya, kepribadian pendidik serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda telah menjadi faktor munculnya problem dalan hal metode pembelajaran. e. Lingkungan, mengenai problemnya dapat ditabulasikan sebagai berikut: 1. Keluarga: lingkungan keluarga dimana orang tua anak didik kurang memperhatikan keadaan anaknya dalam pendidikannya 2. Masyarakat: Praktik kebiasaan masyarakat dilapangan kurang mencerminkan nilai keIslamian dan kurang mendukung terhadap perkembangan pembelajaran pendidikan agama Islam 3. Sekolah: Kurang terciptanya lingkungan sekolah yang sesuai dengan karakter, kemauan, kemampuan talenta dan potensi mereka sebagai anak yang berada dalam masa pertumbuhan awal. f. Media pembelajaran: Keadaan media atau sarana penunjang pembelajaran di SD Negeri Moncek Timur kurang memadai dan masih minim. g. Perencanaan pembelajaran: Perencanaan pembelajaran yang ada di SD Negeri Moncek Timur Lenteng Sumenep kurang begitu baik dimana pendidik yang akan mengajar tidak mempersiapkan apa yang akan
150
dilaksanakan di kelas {pendidik tidak membuat rencana pembelajaran yang meliputi media, penciptaan susana pra belajar yang baik dan sebagainya} h. Pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Tidak disiapkannya hal-hal yang perlu disiapkan oleh pendidik sebelum mengajar telah berakibat terhadap pelaksanaan pembelajran agama Islam di kelas tidak terlaksana dan terarah dengan baik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan i. Evaluasi pelaksanaan perencanaan pembelajaran: Problem perencanaan dan pelaksanaan perencanaan pembelajaran seperti tersebut diatas berakibat pada adanya problem evaluasi Pembelajaran Pendidikan agama Islam, misalkan belum jelasnya evaluasi apa yang digunakan atau tersitanya waktu untuk melakukan evaluasi karena waktu akibat minimnya sarana penunjang.
2. Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi
Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Moncek Timur Lenteng a. Peningkatan kemampuan Pendidik, Anak didik, Pendekatan, Metode, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
Pembelajaran misalnya
rekrutmen pendidik bermutu yang dibarengi dengan sarana penunjang kematangan profesi misalnya pelatihan pendidik lainnya, dan jaminan kesejahteraan yang memadai, selektif dalam input anak didik dan berbenah dalam sistem pembelajaran untuk lebih baik. Dua usaha ini akan juga
151
berakibat terhadap perbaikan pendekatan dan
metode pembelajaran,
pembuatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran yang baik dan berkualitas. b. Pembangunan dan Peningkatan kemampuan
Lingkungan dan Media
Pembelajaran, dalam hal lingkungan keluarga dan masyarakat SDN Moncek Timur mengusahakan pertemuan triwulan dengan wali anak didik dan para tokoh masyarakat untuk penciptaan suasana lingkungan belajar yang mendukung baik dilingkungan keluarga sendiri maupun lingkungan masyarakat secara umum, sedangkan di lingkungan sekolah diusahakan oleh sekolah sendiri dalam pembenahannya yang juga menyangkut didalamnya mengusahakan pengadaan media pembelajaran yang memadai dan menunjang proses pembelajaran. B. Saran-saran Dari hasil studi tentang “Problematika Pembelajaran pendidikan agama Islam di SDN Moncek Timur ”, maka penulis masih perlu memberikan saransaran baik kepada pihak Sekolah, kepada para pendidik, anak didik, orang tua dan masyarakat sekitar agar nantinya pelaksanaan pembelajaran agama Islam di SDN Moncek Timur lebih baik dan kualitas dan prestasi anak didik dapat lebih meningkat, yakni sebagai berikut: 1. Kepada pihak sekolah Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran belum cukup hanya melengkapi
fasilitas
belajar
mengajar
saja,
tanpa
meningkatkan
profesionalisme dan kemampuan para pendidiknya, oleh karena itu untuk
152
memenuhi hal tersebut diharapkan pihak sekolah memberi kesempatan kepada para pendidik untuk mengikuti inservice training dan up grading, serta kursus tertentu baik yang diselenggarakan oleh Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan nasional. Selain hal ini juga sangat diperlukan dukungan keluarga dan masyarakat dalam penciptaan lingkungan belajar yang mendukung dan menunjang. 2. Kepada Para Pendidik a. Khususnya
pendidik
pendidikan
agama
Islam
hendaknya
lebih
meningkatkan ilmu pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya terutama yang berkaitan dengan masalah pengolahan proses pembelajaran dalam bidang agama Islam, sehingga menjadi pendidik yang profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. b. Untuk pendidik non agama Islam bahwa dalam membincang siapa yang menjadi penanggung jawab mengatasi moralitas anak didik jawabannya tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik PAI saja tetapi seluruh tenaga kependidikan yang ada disekolah tersebut. Kondisi laten ini akan tersudahi dengan tidak berfikir dikotomis dalam memandang da memahami arti pendidikan. 3. Kepada Semua anak didik Baik anak didik hendaknya disiplin dalam melaksanakan dan megikuti seluruh kegiatan pembelajaran baik yang dilaksnakan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar. 4. Kepada Lingkungan (Masyarakat).
153
Hendaknya antara tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat selalu menjalin kerja sama yang baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yaitu saling memperhatikan serta saling memberi dan menerima masukan sebagai informasi berkenaasn dengan masalah pendidikan, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kwalitas pendidikan bagi anakanaknya.
154