LONG CASE PROLAPS UTERI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Diajukan Kepada Yth : dr. Supriyatiningsih, Sp.OG, M.Kes Disusun Oleh : Vivian Resiana 20154012009
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
BAB I LAPORAN KASUS I.
II.
Identitas Pasien Nama
: Ny. P
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 63 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Go dean Sleman
Status Pernikahan
: Menikah
MRS
: 19-04-2017
Anamnesa Keluhan Utama : Keluar benjolan dari vagina sudah 1 bulan ini Riwayat Pernyakit Sekarang Seorang perempuan P4A0 datang ke poliklinik kebidanan RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan keluhan ada benjolan yang keluar dari vagina sudah 1 bulan ini, benjolan kadang terasa nyeri serta mengganggu saat buang air kecil dan buang air besar. Benjolan tidak dapat masuk sendiri dan pada saat mengejan benjolan semakin keluar Riwayat Penyakit Dahulu : -
Alergi (-), hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Alergi (-), hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
Riwayat Menstruasi : -
Menarche
: 15 tahun
-
Lama menstruasi
: 4 hari
-
Ganti pembalut dalam 1 hari : -
-
Sakit saat menstruasi
:-
-
HPMT
:-
-
HPL
:-
Riwayat Obstretri : NO
Tahun
UK
Jenis Persalinan
Partus
Penolong
Penyulit
JK/BB
Keadaan anak sekarang
Persalinan
1.
1973
CB
Spontan
Dukun
-
L
Sehat
2.
1976
CB
Spontan
Dukun
-
P
Sehat
3.
1982
CB
Spontan
Dukun
-
P
Sehat
4.
1986
CB
Spontan
Dukun
-
L
Sehat
Riwayat KB Penggunaan KB suntik, pil dan IUD disangkal III.
Pemeriksaa Fisik Status Generalis -
Keadaan Umum
: Baik
-
Kesadaran
: Compos Mentis
-
Vitas sign TD : 130/65 mmHg
Pernafasan : 20 x/mnt
Nadi : 90 x/mnt
Suhu
-
BB
: 47 kg
-
TB
: 146 cm
-
Kepala
: Mesocephal
Mata
: CA (-), SI (-)
Hidung
: Discharge (-), nafas cuping (-)
Telinga
: Discharge (-)
Mulut
: Sianotik (-)
: 36 C
IV.
-
Leher
: Pembesaran Inn (-)
-
Thoraks
: Simetris
Cor
: S1- S2 reguler
Pulmo
: wheezing (-), rhonki (-)
-
Abdomen
: NT (-), BU (+) N
-
Ekstremitas
: Edema (-)
Pemeriksaan Penunjang -
Laboratorium
Al : 8400
GDS
: 123
Hb : 13.9
PT
: 14.8
AT : 361
APPT : 28.8
HMT : 39
gol dar : O
V.
Diagnosis Kerja : Prolaps Uteri Totalis
VI.
Planning
:
-
Asam Mefenamat 3 x 500mg
-
Rencana histerektomi
-
Awasi KU
Follow up 19-04-2017 Jam 19.00 S : nyeri bagian perut dan terasa panas, merasa ada benjolan keluar dari vagina O:
Keadaaan umum : Baik Kesadaran
: Compos Mentis
TD : 102/69 mmHg RR : 20 x/mnt Nadi :78 x/mnt Suhu : 36.8 C Thorax : Wheezing (-), Ronkhi (-) COR : S1 S2 Reguler
Abd
: Supel, NT (-), BU (+) N
Genetalia : -
Inspeksi : tampak benjolan keluar dari vagina, berwarna merah muda
-
Palpasi : lunak, nyeri tekan (-)
A : P4A0 dengan prolaps uteri totalis P : Rencana histerektomi vaginal Kamis, tanggal 20-04-2017 Asam mefenamat 3 x 500 mg
20-04-2017 Jam 10.00 (pre op) S : Merasa tidak ada keluhan lain, hanya merasa ada benjolan yang keluar dari vagina O:
Keadaaan umum : Baik Kesadaran
: Compos Mentis
TD : 113/71 mmHg RR : 22 x/mnt Nadi :70 x/mnt Suhu : 36,3 C Thorax : Wheezing (-), Ronkhi (-) COR : S1 S2 Reguler Abd
: Supel, NT (-), BU (+) N
Genetalia : -
Inspeksi : tampak benjolan keluar dari vagina, berwarna merah muda
-
Palpasi : lunak, nyeri tekan (-)
A : P4A0 dengan prolaps uteri totalis P : Rencana histerektomi vaginal jam 17.00 Asam mefenamat 3 x 500 mg
20-04-2017 Jam 20.00 (post op) S : Merasa nyeri di luka bekas operasi O:
Keadaaan umum : Cukup Kesadaran
: Compos Mentis
TD : 133/76 mmHg RR : 22 x/mnt Nadi :90 x/mnt Suhu : 36,3 C Thorax : Wheezing (-), Ronkhi (-) COR : S1 S2 Reguler Abd
: Supel, NT (-), BU (+) N
Genetalia : benjolan (-) A : P4A0 dengan prolaps uteri totalis post op histerektomi vaginalis P:
- inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr - Inj. Ketorolac 3 x 10 mg - Amoksisilin 3 x 500 mg - Asam mefenamat 3 x 500 mg - Sulfas ferosus 2 x 300 mg
21-04-2017 Jam 12.00 S : Nyeri bekas operasi berkurang O:
Keadaaan umum : Baik Kesadaran
: Compos Mentis
TD : 116/71 mmHg RR : 20 x/mnt Nadi :79 x/mnt Suhu : 36.5 C Thorax : Wheezing (-), Ronkhi (-)
COR : S1 S2 Reguler Abd
: Supel, NT (-), BU (+) N
Genetalia : prolaps uteri (-) A : P4A0 dengan prolaps uteri totalis post operasi histerektomi vaginalis P : - Amoksisilin 3 x 500 mg - Asam mefenamat 3 x 500 mg - Sulfas ferosus 2 x 300 mg - Aff infus dan DC
22-04-2017 Jam 19.00 S : keluhan (-) O:
Keadaaan umum : Baik Kesadaran
: Compos Mentis
TD : 113/65 mmHg RR : 22 x/mnt Nadi :69 x/mnt Suhu : 36,3 C Thorax : Wheezing (-), Ronkhi (-) COR : S1 S2 Reguler Abd
: Supel, NT (-), BU (+) N
Genetalia : prolaps uteri (-) A : P4A0 dengan prolaps uteri totalis post operasi histerektomi vaginalis P : - Amoksisilin 3 x 500 mg - Asam mefenamat 3 x 500 mg - Sulfas ferosus 2 x 300 mg - BLPL
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PROLAPS UTERI A. Pengertian Prolapsus uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam atau keluar melalui vagina, dikarenakan dukungan yang tidak adekuat dari ligamentum kardinal dan uterosakral serta struktur penyangga pelvis mengalami kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut turun. B. Etiologi dan Faktor Predisposisi Penyebab dari prolapsus organ pelvik adalah multifaktorial. Pada dasarnya prolapsus uteri terjadi karena terdapat kelemahan ligamen yang tegolong fascia endopelvik dan otot-otot serta fascia-fascia dasar panggul. Beberapa penyebab terjadinya prolapsus uteri adalah : -
Melahirkan bayi.
Melahirkan
bayi
pervaginam
dapat
menyebabkan
kelainan
pada
dasar
panggul, dimana tandanya adalah inkontinensia urin. Hal ini dapat menjadi predisposisi prolaps uteri. Kelainan dasar panggul biasanya terjadi akibat kerusakan mekanik, seperti kelahiran dengan forsep atau denervasi pada dasar panggul. Risiko untuk terjadinya denervasi meningkat pada partus lama atau melahrkan bayi besar. Wanita multiparitas juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya prolapsus uteri -
Umur
Pada usia lanjut tonus jaringan penyangga dasar panggul menurun, sehingga kemampuannya untuk menyangga organ dasar panggul juga menurun. Pada wanita yang telah menopouse hormon estrogen berkurang sehingga dasar otot panggul menjadi atrofi atau lemah
-
Meningkatnya tekanan intraabdominal
Tekanan intraabdominal yang meningkat dan berulang dapat menyebabkan tekanan pada dasar panggul, seperti pada batuk kronis, penyakit paru kronis, contispasi, pekerjaan mengangkat beban berat C. Faktor risiko Faktor obstetri
Faktor non obstetri
1. Paritas
1. Genetik
2. Persalinan pervaginam
2. Usia
3. Kala 2 lama ( >2jam)
3. Ras
4. Makrosomia (berat badan lahir
4. Menopouse
≥4000 gr) 5. Persalinan (riwayat
5. Peningkatan BMI (obesitas) dengan persalianan
tidakan
6. Peningkatan
dengan
abdomen
forscep atau ekstrasi vakum )
tekanan
intra
7. Kelainan jaringan ikat 8. Merokok
D. Patofisiologi Penyangga organ panggul merupakan interaksi yang kompleks antara otototot dasar panggul, jaringan ikat dasar panggul, dan dinding vagina. Interaksi tersebut memberikan dukungan dan mempertahankan fungsi fisiologis organorgan panggul. Apabila otot levator ani memiliki kekuatan normal dan vagina memiliki kedalaman yang adekuat, bagian atas vagina terletak dalam posisi yang hampir horisontal ketika perempuan dalam posisi berdiri. Posisi tersebut membentuk sebuah “flap-valve” (tutup katup) yang merupakan efek dari bagian atas vagina yang menekan levator plate selama terjadi peningkatan tekanan intra abdomen. Teori tersebut mengatakan bahwa ketika otot levator ani kehilangan kekuatan, vagina jatuh dari posisi horisontal menjadi semi vertikal sehingga menyebabkan melebar atau terbukanya hiatus
genital dan menjadi predisposisi prolapsus organ panggul. Dukungan yang tidak adekuat dari otot levator ani dan fascia organ panggul yang mengalami peregangan menyebabkan terjadi kegagalan dalam menyangga organ panggul. Mekanisme terjadinya prolapsus uteri disebabkan oleh kerusakan pada struktur penyangga uterus dan vagina, termasuk ligamentum uterosakral, komplek ligamentum kardinal dan jaringan ikat membran urogenital. Faktor obstetri, dan non-obstetri yang telah disebutkan di awal diduga terlibat dalam terjadinya kerusakan struktur penyangga tersebut sehingga terjadi kegagalan dalam menyangga uterus dan organ-organ panggul lainnya
E. Klasifikasi prolapsus uteri -
Desenses Uteri : uterus turun, tetapi serviks masih dalam vagina
-
Prolapsus uteri tingkat I : Uterus turun dengan serviks turun paling rendah sampai introitus vagina
-
Prolapsus uteri tingkat II : Uterus sebagian keluar dari introitus vagina
-
Prolapsus uteri tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina (Prosidensia uteri)
F. Derajat prolapsus organ panggul -
Derajat 0 : Tidak terlihat adanya prolapsus
-
Derajat I : Bagian distal dari prolapsus > 1 cm di atas himen
-
Derajat II : Bagian yang paling distal dari prolapsus < 1 cm dibawah lingkaran hymen
-
Derajat III: Bagian yang paling distal dari prolapsus >1 cm dibawah hymen namun kurang dari TVL (total Vagina Length) – 2 cm
-
Derajat IV : Eversi komplit total panjang traktus genetalia bawah. Bagian distal prolapsus uteri menurun sampai (TVL -2) cm
International Continence Society, the American Urogynecologic Society, and the Society of Gynecologic Surgeons memperkenalkan sistem POP-Q (Pelvic Organ Prolapse Quantification). Metode penilaian prolapsus organ pelvis ini memberikan penilaian yang objektif, deskriptif sehingga dapat memberikan nilai kuantifikasi atau derajat ringan beratnya prolapsus yang terjadi. Staging prolapsus organ pelvis berdasarkan sistem POP-Q adalah sebagai berikut
Kriteria stadium POP-Q
G. Diagnosis 1.
Anamnesis - Perasaan ada sesuatu yang menonjol di vagina atau menonjol di genetalia eksterna - Rasa sakit di panggul atau pinggang merupakan gejala klasik dari prolaps - Gangguan berkemih, seperti inkontinensia urin atau retensi urin - Kesulitan buang air besar - Infeksi saluran kemih berulang - Perdarahan vagina - Keputihan arau cairan abnormal dari vagina - Rasa sakit atau nyeri ketika berhungan - Prolaps uteri derajat III dapat menyebabkan gangguan bila berjalan dan bekerja
2. Pemeriksaan Fisik a. Dilakukan pemeriksaan ginekologis untuk menilai kondisi patologis lain b. Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai : -
Erosi atau ulserasi pada epitel vagina
-
Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus di biopsi segera, ulkus yang bukan kanker di observasi dan biopsi bila tidak ada reaksi terapi
-
Perlu diperiksa ada atau tidak nya prolapsus uteri dan penting untuk mengetahui derajat prolapsus uteri dengan inspeksi dahulu sebelum spekulum c. Manuver valsava d. Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi atau kekuatan otot levator ani e. Pemeriksaan rektovaginal untuk memastikan adanya retokel yang menyerupai prolapsus uteri
H. Penatalaksanaan 1.
Observasi Observasi direkomendasikan pada wanita dengan prolapsus derajat rendah (derajat 1 dan derajat 2, khususnya untuk penurunan yang masih di atas himen)
2.
Terapi konservatif -
Latihan otot dasar panggul
Latihan otot dasar panggul (senam Kegel) sangat berguna pada prolapsus ringan, terutama yang terjadi pada pasca persalinan yang belum lebih dari enam bulan. Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang mempengaruhi miksi. Cara melakukan latihan yaitu, penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti setelah selesai buang air besar atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang mengeluarkan buang air kecil dan tiba-tiba menghentikannya. -
Pemasangan presarium
Presarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita dengan prolapsus tanpa melihat stadium ataupun lokasi dari prolapsus. Pesarium digunakan oleh 75%- 77% ahli ginekologi sebagai penatalaksanaan lini pertama prolapsus, tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, serta mempunyai indikasi tertentu.
Tipe, mekanisme kerja, dan indikasi berbagai presarium Tipe
Mekanisme kerja
Indikasi
Keterangan
Ring
Suportif
sistokel, prolapsus Ketebalan, uteri ringan
rigiditas,
dan
bervariasi
Donut
Suportif
Semua prolapsus, kecuali
defek
posterior berat
Lever
Suportif
Sistokel,
Mengikuti
penurunan uterus kurvatura ringan Dish
Suportif
Prosidensia berat
Stemp
Suportif
Sistokel,
vagina
prodensia ringan Cube
Mengisi ruang
Semua prolapsus
Perlu dilepaskan setiap hari
Inflantable Mengisi ruang
Semua prolapsus
Perlu dilepaskan setiap hari
3. Operatif Operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur, masih berkeinginan untuk mendapatkan anak atau mempertahankan uterus, tingkat prolapsus, dan adanya keluhan. Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina juga perlu ditangani.
Macam-macam operasi untuk prolapsus uteri sebagai berikut: 1. Ventrovikasi Dilakukan pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak. Cara melakukannya adalah dengan memendekkan ligamentum rotundum atau mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare (membuat uterus ventrofiksasi) 2. Histerektomi vagina Operasi ini tepat dilakukan pada prolapsus uteri tingkat lanjut (derajat III dan IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah menopause. Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum kanan dan kiri atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mengurangi atau menghilangkan
gejala
saluran
pencernaan
seperti,
sembelit,
inkontinensia flatus, urgensi tinja, kesulitan dalam mengosongkan rektum atau gejala yang berhubungan dengan gangguan buang air besar dan untuk mencegah prolaps vagina di kemudian hari. Histerektomi vagina lebih disukai oleh wanita menopause yang aktif secara seksual. 3. Kolplokleisis (Kolpektomi) Tindakan ini merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menginginkan fungsi vagina (aktivitas seksual dan memiliki anak) dan memiliki risiko komplikasi tinggi. Operasi ini dilakukan dengan menjahit dinding vagina depan dengan dinding vagina belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus terletak di atas vagina. Keuntungan utama dari prosedur ini adalah waktu pembedahan singkat dan pemulihan cepat dengan tingkat keberhasilan 90 - 95%