MAKALAH Mata Kuliah Keperawatan Komunitas IV Promosi Kesehatan Pada Kelompok Remaja (Metode: R ole P lay lay )
Fasilitator Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep.
Disusun Oleh: Kelompok 5 A2 2015
Agi Putri Alfiyanti
(131511133046) (131511133046)
Elly Ardianti
(131511133058) (131511133058)
Heny Oktora Safitri
(131511133068) (131511133068)
Asti Pratiwi
(131511133069) (131511133069)
Fara Anggita Rosa
(131511133104) (131511133104)
Talia Puspita Adianti
(131511133118) (131511133118)
Dewita Pramesti S.
(131511133125) (131511133125)
Nadia Nur Mar’atush Mar’atush S
(131511133137) (131511133137)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23
SURABAYA 2018 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Promosi Kesehatan Pada Kelompok Remaja (Metode: Role Play)” Play)” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku fasilitator pada mata kuliah Keperawatan Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik pada penulisan maupun isi dalam makalah ini. i ni. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kitik dan saran dari semua pihak sebagai penyempurna makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Surabaya, November 2018
Penulis
ii
SURABAYA 2018 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Promosi Kesehatan Pada Kelompok Remaja (Metode: Role Play)” Play)” dengan tepat waktu. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Selanjutnya, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang membantu baik moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Ibu Sylvia Dwi Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku fasilitator pada mata kuliah Keperawatan Komunitas IV di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik pada penulisan maupun isi dalam makalah ini. i ni. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kitik dan saran dari semua pihak sebagai penyempurna makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Surabaya, November 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI Cover ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................ ........................... ..... i Kata Pengantar ............................................ ................................................................... ............................................. ............................. ....... ii Daftar Isi ............................................. .................................................................... ............................................. ....................................... ................. iii BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang .................................. ........................................................ ............................................. .............................. ....... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................. ................................................... ............................................. .............................. ....... 2 1.3. Tujuan .............................................................. .................................................................................... ..................................... ............... 3 BAB II Tinjauan Pustaka
2.1. Konsep Promosi Kesehatan ....................... .............................................. ......................................... .................. 4 2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan .............................................. ..................................................... ....... 4 2.1.2 Tujuan Promosi Kesehatan ....................................................... ....................................................... 4 2.1.3 Fungsi Promosi Kesehatan ....................................................... ....................................................... 5 2.1.4 Sasaran Promosi Pr omosi Kesehatan ............................................ ...................................................... .......... 5 2.1.5 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan ......................................... ......................................... 6 2.1.6 Strategi Promosi Promosi Kesehatan ........................................ ..................................................... ............. 6 2.1.7 Jenis Metode Promosi Kesehatan ............................................. ............................................. 7 2.2. Konsep Promosi Pr omosi Kesehatan Pada Remaja ........................................ ........................................ 12 2.2.1
Definisi Remaja ............................................ .................................................................. ........................ .. 12
2.2.2
Batasan Usia Kelompok ................................... ....................................................... .................... 13 13
2.2.3
Tugas Perkembangan Masa Remaja..................................... ..................................... 13
2.2.4
Ciri-Ciri Remaja .......................................... ................................................................ ........................ .. 13
2.2.5
Tahapan Remaja .............................................. ...................................................................1 .....................14 4
2.2.6
Masalah Kesehatan yang Sering Muncul pada Remaja ........15
BAB III Kasus
Kasus............................................. .................................................................... ............................................. ...................................... ................ 18 BAB IV Kesimpulan ............................................. ................................................................... .......................................... .................... 27 Daftar Pustaka ........................................... ................................................................. ............................................ ............................... ......... 28
Lampiran 1. 1. SAP Kegiatan ..................................... ........................................................... .......................................... .................... 29
iii
`BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun (WHO). Masa remaja merupakan masa terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat keingintahuan yang besar, menyukai petualangan, dan cenderung berani menanggung banyak resiko tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat remaja dapat men ghadapi konflik dan jatuh dalam perilaku cenderung berisiko serta harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik maupun psikososial (Kemenkes RI). Remaja menghadapi masalah yang kompleks meskipun selama ini diasumsikan sebagai kelompok yang sehat. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa perilaku konsumsi minuman beralkohol cukup tinggi dikalangan remaja remaja laki-laki usia 15 – 24 tahun (15.6%) untuk pernah minum akohol kadang-kadang, dimana angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional RISKESDAS 2007 yaitu sebesar 5.5% (Badan Litbangkes, 2007). Kesehatan reproduksi juga masih merupakan salah satu masalah kesehatan di usia remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Suwandono, dkk di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, menunjukkan bahwa 65% orang tua remaja, 83.3% guru sekolah, dan 77.3% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang, dalam hal perkembangan reproduksi remaja, perubahan psikologis dan emosional remaja, penyakit menular seksual dan abortus. Masalah kesehatan lain yang juga dialami remaja dan sudah umum terlihat di masyarakat adalah merokok. Data dari survei tembakau pada anak sekolah usia 13 – 15 tahun Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang dilakukan di 50 sekolah menunjukkan prevalensi pelajar yang pernah merokok sebesar 33%, sedangkan prevalensi perokok saat ini (perokok tiap hari dan kadangkadang) diantara pelajar adalah 22% (Kemenkes RI, 2004). Data dari Susenas 2001 menunjukkan bahwa persentase merokok pada usia 10 tahun ke atas di Jawa Barat adalah sebesar 31%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional (27.7%). Masih dari hasil Susenas 2001, persentase usia mulai merokok tertinggi di Jawa Barat adalah pada kelompok usia 15 – 19 tahun (62.9%), sedangkan persentase untuk usia mulai merokok lebih muda, 10 – 14 tahun adalah 5.6%. Sementara data dari GYTS tahun 2009 menunjukkan proporsi pernah merokok pada laki-laki usia 13 -15 tahun adalah sebesar 57.8% di populasi 1
anak sekolah di Jawa dan Sumatra. Faktor risiko perilaku lainnya yang juga berperan dalam status kesehatan usia remaja adalah pemakaian obat-obatan terlarang atau penyalahgunaan zat dan konsumsi minumanberalkohol. Penyalahgunaan obat terlarang masih merupakan salah satu masalah remaja di Indonesia, yang diketahui erat kaitannya dengan masalah sosial seperti kejahatan, pengangguran, kesehatan, dan juga masalah ekonomi. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Jakarta, selama bulan Oktober dan Desember 2000 | 5 menunjukkan bahwa psikopatologi mempunyai hubungan yang bermakna dengan keparahan penggunaan zat diantara remaja (Gerald, 2001). Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas merupakan hasil akhir dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut, serta ada tidaknya kondisi lingkungan yang turut memengaruhi (IDAI, 2013). Faktor yang menyebabkan munculnya perilaku berisiko pada remaja menurut Kumpfer Alvarado antara lain yaitu kurangnya sosialasi dari orang tua, lemahnya pengawasan, kemiskinan, perbedaan budaya, faktor lingkungan, dan teman sebaya. Hasil survei yang dilakukan WHO di beberapa negara memperlihatkan adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Sementara informasi mengenai pemeliharaan kesehatan remaja secara benar dan masih sangat kurang. Penanganan masalah remaja dilakukan melalui kerjasama multi-sektoral dan multidimensional, dengan intervensi pada aspek preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang komprehensif. Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak sat u dekade yang lalu. Selama lebih dari 10 tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa penyuluhan dan diskusi dengan remaja tentang masalah kesehatan. Makalah ini akan dibahas lebih detail mengenai promosi kesehatan pada kelompok remaja sebagai salah satu upaya preventif dan promotif. 1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa definisi dari promosi kesehatan ?
1.2.2
Apa tujuan dari promosi kesehatan ?
1.2.3
Siapa saja sasaran dari promosi kesehatan ?
1.2.4
Bagaimana strategi prmosi kesehatan ?
1.2.5
Apa definisi dari remaja ?
1.2.6
Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada remaja ?
1.2.7
Bagaimana asuhan keperawatan pada kelompok remaja ?
1.2.8
Bagaimana promosi kesehatan pada remaja dengan kasus merokok ? 2
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui definisi dari promosi kesehatan
1.3.2
Mengetahui tujuan dari promosi kesehatan
1.3.3
Mengetahui sasaran dari promosi kesehatan
1.3.4
Mengetahui dtrategi promosi kesehatan
1.3.5
Mengetahui definisi dari remaja
1.3.6
Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada remaja
1.3.7
Mengetahui asuhan keperawatan pada kelompok remaja
1.3.8
Mengetahui promosi kesehatan pada remaja dengan kasus merokok
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Promosi Kesehatan 2.1.1
Definisi Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2011). Promosi Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu kemauan dan kemampuan. Sehingga tujuan dari Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan menci ptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Piagam Ottawa, 1986 dalam Susilowati, 2016). 2.1.2
Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan yang utama adalah memberikan informasi yang pada tingkatan lebih lanjut dapat memicu kesadaran masyarakat mengenai program atau gerakan
yang
tengah
Kesehatan menjadi
dicanangkan
bagian
aktivitas promkes atau promosi
yang
oleh secara
kesehatan yang
pemerintah. Direktorat khusus ditujukan
Promosi
membawahi bagi
masyarakat
segala luas.
(Kemenkes RI, 2011) Menurut Green (1991) dalam Maulana (2009), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu : a. Tujuan Program Refleksi dari fase sosial dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun. b. Tujuan Pendidikan
4
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : c akupan angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun. c. Tujuan Perilaku Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan 2.1.3
Fungsi Promosi Kesehatan
Program promosi kesehatan juga memiliki fungsi sebagai penyaring informasi langsung dari tingkat masyarakat. Kegiatan promosi yang berlangsung di tingkat masyarakat dapat menjadi sebuah media efektif untuk mengumpulkan data dan informasi yang kemudian dapat diolah, dianalisis dan digunakan sebagai informasi penunjang untuk merancang perencanaan dan pelaksanaan berbagai macam program promosi kesehatan selanjutnya. Tugas penting lain dari aktivitas promosi kesehatan adalah menjadi pembimbing dan pengendali teknis kegiatan promosi kesehatan. Promosi ini dapat berupa kegiatan lintas program, lintas sektoral ataupun melibatkan berbagai elemen masyarakat, instansi pemerintah ataupun instansi swasta. 2.1.4
Sasaran Promosi Kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 jenis sasaran, yaitu : a.
Sasaran Primer Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
b.
Sasaran Sekunder Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
c.
Sasaran Tersier 5
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara : Memberlakukan kebijakan/ peraturan perundang-undangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya. 2.1.5
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Menurut Keleher, dkk, (2007) terdapat 10 area tindakan promosi kesehatan, meliputi: a. Membangun kebijakan kesehatan publik b. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan c. Memberdayakan masyarakat d. Mengembangkan kemampuan personal e. Berorientasi pada layanan kesehatan f. Promote social responbility of health g. Meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social h. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan i. Meningkatkan kemampuan masyarakat. j. Infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan 2.1.6
Strategi Promosi Kesehatan
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana dan advokasi, serta dilandasi oleh semangat kemitraan. a. Pemberdayaan, adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu, keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS. b. Bina suasana, adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif dan
mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi PHBS dan melestarikannya. 6
c. Advokasi, adalah pendekatan dan motivasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi mate ri maupun non materi. d. Kemitraan, kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pe muka atau tokoh masyarakat, media massa dan lain-lain. 2.1.7
Jenis Metode Promosi Kesehatan
Tersedia banyak metode untuk menyampaikan informasi dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi yang akan disampaikan, keadaan sasaran/penerima informasi (termasuk sosial budaya), dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan waktu. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk memaksimalkan hasil. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan kesehatan yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu metode. Metode harus berbeda antara sasaran massa, kelompok atau sasaran individual. Berikut metode yang sering digunakan dalam promosi kesehatan: 1) Metode Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi Tetanus Toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/ mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan disini tidak berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau al asan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat bagaimana cara membantunya maka perlu menggunakan bentuk pendekatan (metode) berikut ini, yaitu: 7
a. Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling ) Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat digali dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). b. Interview (wawancara) Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat tentang informasi yang diberikan (perubahan perilaku yang diharapkan), juga untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan yang disampaikan. Jika belum berubah, maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. 2) Metode Kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan. A. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar. a) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Merupakan metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan. Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metoda ceramah:
Persiapan: Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. - Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
8
- Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya.
Pelaksanaan: Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal seba gai berikut: - Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap raguragu dan gelisah. - Suara hendaknya cukup keras dan jelas. - Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah. - Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk. - Menggunakan alat-alat bantu lihat-dengar (AVA) semaksimal mungkin.
b) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat. B. Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain: a. Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya
secara
bebas,
menyumbangkan
pikirannya
untuk
memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama. Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapt berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus 9
merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat. Untuk
memulai
diskusi,
pemimpin
diskusi
harus
memberikan
pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta. Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
b. Curah Pendapat (Brain Storming )
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok, yang diawali dengan pemberian kasus atau pemicu untuk menstimulasi tanggapan dari peserta. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi. c. Bola Salju ( Snow Balling )
Metode dimana kesepakatan akan didapat dari pemecahan menjadi kelompok yang lebih kecil, kemudian bergabung dengan kelompok yang lebih besar. Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung
10
lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok. d. Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya. e. Role Play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka
memperagakan,
misalnya
bagaimana
interaksi
atau
berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas. 6) Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa
bentuk permainan
seperti
permainan
monopoli.
Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber. 3) Metode Massa
Metode pendidikan kesehatan secara massa dipakai untuk mengkomunikasikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness (kesadaran) masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (metode) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau 11
melalui media massa. Beberapa contoh metode pendidikan kesehatan secara massa ini, antara lain: a. Ceramah umum ( public speaking) Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa. b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa. c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa. e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu 2.2
Konsep Remaja 2.2.1
Definisi
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia, menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003). Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Masa remaja dimulai dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. (Soetjiningsih, 2004). 2.2.2
Batasa Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan 12
pada laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu 18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010). Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti dkk, 2009). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada perempuan relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki. 2.2.3
Tugas Perkembangan Masa Remaja
Ali & Asrori (2006) tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Menurut Havighurst (Hurlock, 1990), tugas perkembagan remaja meli puti: 1) Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat. 2) Mencapai peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, selaras dengan tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya. 3) Menerima kesatuan organ-organ tubuh/ keadaan fisiknya sebagai pria/wanita dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing 4) Menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya. 5) Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya dan mulai menjadi “diri sendiri”. 6) Mempersiapkan diri untuk mencapai karir (jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang kehidupan ekonomi. 7) Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan dan kehidupan berkeluarga. 8) Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya. 2.2.4
Ciri-Ciri Remaja
Menurut Soerjono Soekanto (1990:52), ciri-ciri remaja apabila dilihat dari sudut kepribadian sebagai berikut:
13
1) Perkembangan fisik yang pesat, sehingga ciri-ciri fisik sebagai laki-laki atau wanita tampak semakin tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para remaja, s ehingga perkembangan fisik yang baik dianggap sebagai salah satu kebanggaan. 2) Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi sosial dengan kalangan yang lebih matang kepribadiannya. Kadang-kadang diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan masyarakat menganggap remaja sudah dewasa. 3) Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan dari kalangan dewasa walaupun mengenai masalah tanggung jawab secara relatif belum matang. 4) Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik secara sosial, ekonomi maupun politik dengan mengutamakan kebebasan dari pengawasan yang terlalu ketat oleh orang tua atau sekolah. 5) Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam arti netral) untuk mendapatkan identitas. 6) Mengingatkan sistem kaidah atau nilai yang serasi dan kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu sama dengan kaidah dan nilai yang dianut oleh seseorang dewasa. 2.2.5
Tahapan Remaja
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut: 1) Masa remaja awal/dini (early adolescence): umur 11 – 13 tahun. Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya. 2) Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14 – 16 tahun. Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam. 3) Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17 – 20 tahun. Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan. Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan ( sex specific), seperti pertumbuhan 14
payudara pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki laki. 2.2.6
Tahap Masalah Kesehatan yang Sering Muncul pada Remaja
Terdapat beberapa masalah yang sering dialami oleh remaja, antara lain: 1) Masalah emosi pribadi Pada saat pubertas, terjadi perubahan emosi yang signifikan. Remaja biasanya menunjukkan emosi yang kuat dan terkadang naik turun sehingga sering menimbulkan konflik. Pubertas sangat sensitif terhadap emosi dan terkadang mereka sering menyalahartikan ekspresi atau bahasa tubuh seseorang. Kemudian, remaja juga lebih sadar diri. Mereka mulai memperhatikan penampilan dibandingkan setelah mereka dewasa. Masalah yang terjadi pada perubahan emosi, biasanya adalah konflik yang dapat terjadi di keluarga, lingkungan sekolah atau teman. Orang tua terkadang kesulitan berkomunikasi dengan anaknya karena adanya pemahaman yang berbeda antara keduanya. Belum lagi akibat keinginan orang tua yang terlalu ti nggi terhadap anaknya. Semua itu akan menyebabkan anak merasa tidak didukung dan diperhatikan oleh orang tuanya. Masalah emosi lain yang sering timbul adalah emosi dengan lawan jenis. Pada saat pubertas, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Mereka sudah mulai melihat lawan jenis dengan penglihatan berbeda. Dengan matangnya organ-organ seksual pada remaja maka akan mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual. Masalah tentang seksual pada remaja adalah berkisar masalah bagaimana mengendalikan dorongan seksual, konflik antara mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, adanya “ketidaknormalan” yang dialaminya berkaitan dengan organ-organ reproduksinya, pelecehan seksual, homoseksual, kehamilan dan aborsi, dan sebagainya. 2) Masalah perilaku Pada saat pubertas terjadi perubahan perilaku pada remaja. Remaja mencari cara untuk menemukan jati dirinya. Perilaku negatif sering ditemukan pada remaja yang mengalami pubertas. Perilaku agresif seperti berkelahi, mencuri, mengganggu (bullying ) temannya merupakan contoh masalah perilaku negatif pada remaja saat ini. 3) Masalah kesehatan reproduksi
15
Remaja mengalami perubahan seks sekunder yang tampak dari perubahan fisik mereka. Remaja laki-laki sudah bertambah tingginya, pertumbuhan jakun dan bulu rambut yang muncul, serta pengalaman mereka mengalami mimpi basah merupakan tanda dari munculnya seks sekunder. Pada remaja perempuan, payudara yang mulai muncul, bentuk badan yang lebih berlekuk, dan terjadinya menstruasi. Orang t ua harus dapat menjelaskan semua perubahan ini, agar remaja menjadi tidak malu terhadap dirinya sendiri. Pada masa pubertas, remaja harus diberi penjelasan mengenai masalah kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya. Perilaku seks bebas, hamil di luar nikah dan aborsi merupakan masalah yang sering terjadi pada r emaja yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Ketidakpuasan akan diri ini sangat erat kaitannya dengan distres emosi, pikiran yang berlebihan tentang penampilan, depresi, rendahnya harga diri, onset merokok, dan perilaku makan yang maladaptif (& Shaw, 2003; Sti ce & Whitenton, 2002). Lebih lanjut, ketidakpuasan akan body image ini dapat sebagai pertanda awal munculnya gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia (Polivy & Herman, 1999; Thompson et al). 4) Masalah sosial Remaja mulai memperhatikan kondisi sosial lingkungan sekitarnya. Mereka mulai merasa pentingnya teman dekat dan terdapat pengaruh teman sebayanya. Mereka juga sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif. Konflik sosial antar teman biasanya sering terjadi. Selain itu, rasa hormat terhadap orang tua juga mulai berkurang dan terkadang seringkali berkata kurang baik ke orang tua. Permasalahan penggunaan alkohol dan obat-obatan pada remaja menjadi sangat memprihatinkan saat ini. Santrock (2003) menemukan beberapa alasan mengapa remaja mengkonsumsi narkoba yaitu karena ingin tahu, untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan, maupun untuk kompensasi. 5) Pubertas yang terlalu cepat atau terlambat Pubertas yang terlalu cepat atau tanda-tanda pubertas sudah muncul sebelum usia 8 tahun untuk anak wanita dan kurang dari 9 tahun untuk anak laki-laki lebih sering dikenal dengan pubertas prekoks. Penyebab pasti pubertas prekoks secara pssti belum dapat di ketahui namun dapat terjadi karena adanya gangguan organ endokrin, 16
bawaan genetik, gangguan pada otak, gangguan tumor yang menghasilkan hormon reproduksi. Pubertas yang terlambat adalah perkembangan pubertas pada umur yang terlambat yaitu sewaktu remaja berumur 13 tahun pada perempuan dan 14 tahun pada laki-laki. Pubertas terlambat biasanya disebabkan riwayat pubertas terlambat dalam keluarga atau karena terdapat penyakit kronis yang mendasarinya. Penanganan dengan dokter anak harus dilakukan guna memeriksa penyebab pubertas prekoks maupun pubertas yang terlambat ini.
17
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Kasus pada Remaja (Pengunaan Rokok)
Di sebuah SMP X terdapat 15 kelas dengan total jumlah murid sebanyak 800 siswa . Terdapat 300 siswa laki-laki dan 500 siswi perempuan. Berdasarkan catatan yang ada pada guru BK, terdapat beberapa siswa yang mengkonsumsi rokok yang dilakukan oleh mayoritas siswa lakilaki dari kelas VII sampai kelas IX. Selama ini belum pernah ada kegiatan penyuluhan mengenai bahaya merokok di SMP tersebut. Saat dilakukan penggeledahan ditemukan ada siswa yang menyimpan beberapa batang rokok di tas mereka. Setelah dilakukan pengkajian beberapa diantaranya mengaku hanya mencoba-coba dan ikut-ikutan kakak kelas mereka. Mereka mengaku mengetahui efek samping dari merokok namun hanya dari mulut ke mulut dan tidak pernah ada penyulian secara langsung dari pihak sekolah. Siswa j uga mengaku bahwa mereka merokok secara diam-diam agar tidak ketahuan oleh orang tua dan guru-guru di sekolah. 3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN A. Data inti 1. Data Umum
a. Sejarah Komunitas Di SMP X terdapat 15 kelas dengan total jumlah murid sebanyak 800 siswa. Terdapat 300 siswa laki-laki dan 500 siswi perempuan.. b. Luas Wilayah Luas wilayah SMP X 30 km 2 c. Batas Wilayah Utara
: berbatasan langsung dengan masjid An Nur
Selatan
: berbatasan langsung dengan perumahan warga
Timur
: berbatasan dengan sawah
Barat
: berbatasan langsung dengan jalan raya
2. Demografi
a. Agama Siswa SMP X mayoritas beragama islam. b. Pekerjaan Pelajar 18
c. Suku Siswa SMP X mayoritas bersuku Jawa. d. Data Statistik Dari 800 siswa terdapat : 1) 300 siswa laki-laki, 23 diantaranya mengkonsumsi rokok. 2) 500 siswa perempuan. B. Data Subsistem 1. Lingkungan Fisik
Jarak sekolah dan rumah para siswa berdekatan. Bangunan sekolah terbuat dari tembok (permanen). Lantainya terbuat dari tegel, rata-rata di setiap kelas terdapat jendela, dan pencahayaan sebagian besar terang. 2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a. Penyakit terbanyak 3 bulan terakhir yang terjadi di sekolah adalah batuk dan pilek. b. Mayoritas siswa SMP X bila sakit memanfaatkan fasilitas kesehatan dari puskesmas dan bidan setempat. c. Siswa SMP X belum memanfaatkan Usaha Kesehatan Sekolah sebagai sarana pelayanan kesehatan. 3. Keamanan dan Transportasi
a. Siswa SMP X menggunakan angkutan umum (becak, angkot), dan jalan kaki untuk berangkat ke sekolah. b. Keamanan kesehatan lingkungan di SMP X kurang, karena masih ada oknum guru yang merokok. Guru merokok di tempat yang terbuka, bisa dilihat siswasiswa dan saat jam pembelajaran telah usai. Kebersihan lingkungan sudah cukup baik. 4. Komunikasi
a. Sebagian besar siswa SMP X menggunakan handphone sebagai sarana komunikasi meskipun telah dilarang oleh pihak sekolah. b. Siswa SMP X mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan secara langsung dari pihak sekolah terkait bahaya merokok. 5. Rekreasi
Di SMP X memiliki event khusus untuk hiburan siswa yaitu classmeeting yang diadakan tiap semester.
19
3.2 ANALISA DATA
No 1.
Data Obyektif −
Terdapat 300 siswa lakilaki di SMP X, 23 diantaranya mengkonsumsi rokok. − Ditemukan beberapa batang rokok di dalam tas siswa
Data Subjektif −
Masalah Keperawatan
Siswa yang merokok
Perilaku
mengaku
cenderung
hanya
mencoba-coba ikut-ikutan
kesehatan berisiko
dan pada anak usia remaja kakak
kelas mereka.
di SMP X [Domain 1. Promosi
Kesehatan,
Kelas 2. Manajemen Kesehatan,
Kode
00188]
2.
-
mengaku Ketidakefektifan
Mereka mengetahui
efek pemeliharaan
samping
dari kesehatan pada anak namun
usia remaja di SMP X
hanya dari mulut ke
[Domain 1. Promosi
mulut
Kesehatan, Kelas 2.
merokok
dan
pernah
tidak ada
penyuluhan
secara
langsung dari pihak
Manajemen Kesehatan,
Kode
00099]
sekolah.
Siswa
mengaku
sering
melihat
beberapa
guru
merokok di tempat yang
dapat
dilihat
semua siswa
20
3.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. D.0099 Kategori: psikologi Subkategori: Integritas ego Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan
2. D.0117 Kategori : perilaku Subkategori : penyuluhan dan pembelajaran Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah d.d kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat 3.4 Skala Prioritas Masalah
1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis. Merokok, konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan Kriteria
1. Sifat masalah :
Bobot
1
Perhitungan
3/3 x 1 = 1
Aktual (3)
Pembenaran
Masalah ini merupakan masalah aktual, kurang terpapar informasi, ketidakadekuatan
dukungan
sosial, pemilihan gaya hidup tidak sehat (merokok). 2. Kemungkinan
2
2/2 x 2 = 2
Dengan adanya kerjasama antar
masalah dapat di
guru, orang tua, serta siswa
rubah :
masalah
Rendah (0)
kebiasaan merokok siswa dapat
dapat
teratasi
dan
dihentikan. 3. Potensi masalah untuk dicegah : Cukup (2)
1
2/3 x 1 = 2/3
Salah pergaulan dapat dicegah dengan memberikan konseling yang
baik
serta
memberikan
contoh yang baik untuk siswasiswa.
21
4. Menonjolnya
2
2/2 x 1 = 1
masalah
Masalah sudah aktual (terjadi) dan perlu segera ditangani
Harus ditangani (1) Skor
3
2/3
2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d ketidakmampuan mengatasi masalah d.d kurang menunjukkan minat untuk meningkatkan perilaku sehat Kriteria
1. Sifat masalah :
Bobot
1
Perhitungan
3/3 x 1 = 1
Aktual (3)
Pembenaran
Masalah ini merupakan masalah aktual,
situasi
penyerta
memepengaruhi individu, kurangnya saling
mendukung,
pahamnya
salah/tidak
informasi
yang
didapatkan orang terdekat. 2. Kemungkinan
2
0/2 x 2 = 0
Dengan adanya kerjasama antar
masalah dapat di
anggota keluarga dan guru, masalah
rubah :
dapat teratasi
Tinggi (2) 3. Potensi masalah
1
2/3 x 1 = 2/3
untuk dicegah :
sebagai
Cukup (2) 4. Menonjolnya
Konflik sulit dicegah karena guru role
model
tidak
memberikan contoh yang baik. 2
2/2 x 1 = 1
masalah
Masalah sudah aktual (terjadi) dan perlu segera ditangani
Harus ditangani (1) Skor
2
1/3
22
3.5 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan 1 D.0099 Kategori: psikologi Subkategori: Integritas ego
NOC Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perilaku Diagnosa 2 : Perilaku kesehatan menjadi lebih baik kesehatan cenderung dengan kriteria hasil: berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis. Keseimbangan gaya hidup Merokok, konsumsi alkohol (2013) 1. Dapat mencari informasi berlebihan) d.d gagal tentang strategi untuk melakukan tindakan aktivitas hidup yang seimbang pencegahan masalah 2. Ikut dalam aktivitas yang kesehatan meningkatkan pengembangan diri 3. Ikut dalam aktivitas yang sesuai dengan nilai-nilai personal
NIC Pendidikan kesehatan (5510) 1. Identifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat 2. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga atau kelompok 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau berisiko 4. Libatkan individu, keluarga dan kelompok dalam perencanaan dan rencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan 5. Manfaatkan sistem dukungan sosial dan keluarga untuk meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan 6. Tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur dan olahraga , dan lain-lain. Modifikasi perilaku (4360) 1. Tentukan motivasi klien terhadap perlunya perubahan perilaku 2. Dukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan denga kebiasaan yang diinginkan 3. Dukung klien untuk memeriksa perilakunya sendiri 4. Berikan umpan balik terkait dengan perasaan saat pasien tampak bebas dari gelala-gejala dan terlihat rileks. 5. Dukung pasien untuk berpartisipasi dalam monitor dan pencatatan perilaku
23 1 25
3.6
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Pertemua n ke
No
Diagnosa
Implementasi
Paraf
Evaluasi Formatif
Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat 1
(mis.
(6
Merokok,
November 2018)
1
konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan
Pendidikan kesehatan (5510) 1. Mengidentifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat. Respon: Klien dapat mengetahui dan menyebutkan faktor dalam meningkatkan atau mengurangi untuk berperilaku sehat seperti berhenti merokok untuk hidup lebih sehat 2. Menentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga atau kelompok. Respon: Klien mengetahui bahwa gaya hidup saat ini tidak baik untuk kesehatan. 3. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau berisiko. Respon: klien menerima petugas kesehatan dengan baik dan tetapi masih belum berani menolak ajakan teman-temannya untuk merokok. 4. Melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam perencanaan dan rencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan.
S:
Siswa
menyatakan
telah
mengetahui informasi mengenai bahaya merokok O: Siswa tampak memahami
penjelasan yang telah diberikan namun belum mau ikut turut serta dalam
aktivitas
α
yang
meningkatkan kesehatan A: Kriteria hasil belum tercapai P:
Lanjutkan
intervensi
selanjutnya
24 25
2
3.6
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Pertemua n ke
No
Diagnosa
Implementasi
Paraf
Evaluasi Formatif
Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d pemilihan gaya hidup tidak sehat 1
(mis.
(6
Merokok,
November 2018)
1
konsumsi alkohol berlebihan) d.d gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan
Pendidikan kesehatan (5510) 1. Mengidentifikasi faktor internal atau eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat. Respon: Klien dapat mengetahui dan menyebutkan faktor dalam meningkatkan atau mengurangi untuk berperilaku sehat seperti berhenti merokok untuk hidup lebih sehat 2. Menentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu, keluarga atau kelompok. Respon: Klien mengetahui bahwa gaya hidup saat ini tidak baik untuk kesehatan. 3. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak perilaku yang tidak sehat atau berisiko. Respon: klien menerima petugas kesehatan dengan baik dan tetapi masih belum berani menolak ajakan teman-temannya untuk merokok. 4. Melibatkan individu, keluarga dan kelompok dalam perencanaan dan rencana implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan.
S:
Siswa
menyatakan
telah
mengetahui informasi mengenai bahaya merokok O: Siswa tampak memahami
penjelasan yang telah diberikan namun belum mau ikut turut serta dalam
aktivitas
α
yang
meningkatkan kesehatan A: Kriteria hasil belum tercapai P:
Lanjutkan
intervensi
selanjutnya
24 25
2
Respon: Klien mengatakan bahwa temantemannya juga belum memiliki gaya hidup yang sehat. 5. Memanfaatkan sistem dukungan sosial dan keluarga untuk meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan. Respon: klien mengatakan bahwa ia santai dalam merokok mengingat beberapa guru juga merokok ditempat yang mereka bisa lihat. 6. Menekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur dan olahraga , dan lain-lain. Respon: Klien mengatakan akan mulai menerapkan pola hidup sehat. Modifikasi perilaku (4360) 1. Menentukan motivasi klien terhadap perlunya perubahan perilaku. Repon: klien belum memiliki motivasi untuk berhenti merokok. 2. Mendukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan dengan kebiasaan yang diinginkan. Respon: Klien terlihat mulai mengurangi porsi rokoknya, yang awalnya 3 batang sehari menjadi 1 batang sehari 3. Mendukung klien untuk memeriksa perilakunya sendiri. Respon: Klien menyadari bahwa perilakunya saat ini merugikan bagi k esehatannya.
25
3
Respon: Klien mengatakan bahwa temantemannya juga belum memiliki gaya hidup yang sehat. 5. Memanfaatkan sistem dukungan sosial dan keluarga untuk meningkatkan efektivitas gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan. Respon: klien mengatakan bahwa ia santai dalam merokok mengingat beberapa guru juga merokok ditempat yang mereka bisa lihat. 6. Menekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur dan olahraga , dan lain-lain. Respon: Klien mengatakan akan mulai menerapkan pola hidup sehat. Modifikasi perilaku (4360) 1. Menentukan motivasi klien terhadap perlunya perubahan perilaku. Repon: klien belum memiliki motivasi untuk berhenti merokok. 2. Mendukung untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan dengan kebiasaan yang diinginkan. Respon: Klien terlihat mulai mengurangi porsi rokoknya, yang awalnya 3 batang sehari menjadi 1 batang sehari 3. Mendukung klien untuk memeriksa perilakunya sendiri. Respon: Klien menyadari bahwa perilakunya saat ini merugikan bagi k esehatannya.
25
3
4. Memberikan umpan balik terkait dengan perasaan saat pasien tampak bebas dari gelala-gejala dan terlihat rileks. Respon: Klien merasa diperhatikan dengan adanya umpan balik ini. 5. Mendukung pasien untuk berpartisipasi dalam monitor dan pencatatan perilaku. Klien menerima petugas dan terlihat bersemangat dalam menerima penyuluhan
25 26
4
4. Memberikan umpan balik terkait dengan perasaan saat pasien tampak bebas dari gelala-gejala dan terlihat rileks. Respon: Klien merasa diperhatikan dengan adanya umpan balik ini. 5. Mendukung pasien untuk berpartisipasi dalam monitor dan pencatatan perilaku. Klien menerima petugas dan terlihat bersemangat dalam menerima penyuluhan
25 26
BAB 4 KESIMPULAN
Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak – anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial. Banyak permasalahan yang dapat dialami oleh remaja diantaranya: masalah emosi pribadi, perilaku, kesehatan reproduksi, sosial, pubertas yang terlalu cepat atau terlambat, serta adanya masalah psikologi. Faktor penyebab masalah- masalah tersebut dapat berasal dari dalam individu anak tersebut, keluaarga, masyarakat, atau bahkan dari lingkungan sekolah. Untuk melakukan promosi kesehatan paada remaja, kita perlu menerapkan beberapa pendekatan, metode, serta media yang sesuai dengan usia sasaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
4
BAB 4 KESIMPULAN
Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak – anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial. Banyak permasalahan yang dapat dialami oleh remaja diantaranya: masalah emosi pribadi, perilaku, kesehatan reproduksi, sosial, pubertas yang terlalu cepat atau terlambat, serta adanya masalah psikologi. Faktor penyebab masalah- masalah tersebut dapat berasal dari dalam individu anak tersebut, keluaarga, masyarakat, atau bahkan dari lingkungan sekolah. Untuk melakukan promosi kesehatan paada remaja, kita perlu menerapkan beberapa pendekatan, metode, serta media yang sesuai dengan usia sasaran agar mendapatkan hasil yang maksimal.
27 23
DAFTAR PUSTAKA
drg. Marlina Ginting, M.Kes, dkk. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan. Jakarta : . Kementrian Kesehatan Indonesia Pusat Promosi Kesehatan Fertman, Cl., & Allensworth, DD.2010. Health Promotion Program. San Francisco, US : A Wiley Imprint. IDAI.
2013.
Kesehatan
Remaja
di
Indonesia
(online).
Diakses
dari
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-remaja-di-indonesia pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00 Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja (online). Diakses dari file:///C:/Users/user/Downloads/infodatin%20reproduksi%20remaja-ed.pdf pada
Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Puslitbang. 2015. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia (online). Diakses dari http://www.who.int/ncds/surveillance/gshs/GSHS_2015_Indonesia_Report_Bahasa.p df pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00 Santrock, John W. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya . Jakarta: PT. Rhineka Cipta. Syamsul Bachri Thalib. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif . Jakarta: Kencana Widyastuti, Y., dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitrimaya. Zayanti, Nina et al. 2017. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah Diberikan Promosi Kesehatan Mengenai Bahaya Seks Bebas Di Desa Cilayung (online). JSK,
Volume
2
Nomor
3
Maret
Tahun
2017.
Diakses
dari
file:///C:/Users/user/Downloads/11960-24247-1-PB.pdf pada Selasa, 06 November 2018 pukul 19.00 http://promkes.kemkes.go.id/promosi-kesehatan diakses pada 6 November 2018pukul 14.00 WIB 28
2
Lampiran 1 SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA ROKOK PADA SISWA DI SMP MELATI
Disusun oleh :
Kelompok 5 A2/2015 Agi Putri Alfiyanti
(131511133046)
Elly Ardianti
(131511133058)
Heny Oktora Safitri
(131511133068)
Asti Pratiwi
(131511133069)
Fara Anggita Rosa
(131511133104)
Talia Puspita Adianti
(131511133118)
Dewita Pramesti S.
(131511133125)
Nadia Nur Mar’atush S
(131511133137)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018
29
3
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) BAHAYA ROKOK PADA SISWA DI SMP MELATI
Tempat
: Aula SMA Kusuma Bangsa
Sasaran
: Siswa kelas X SMA Kusuma Bangsa
Hari/Tanggal
: Sabtu/ 10 November 2018
Alokasi waktu
: 45 menit
A. TUJUAN
Meningkatkan pengetahuan peserta tentang bahaya rokok, dampak negatif serta cara mencegah supaya tidak merokok. B. MATERI
Pengertian rokok, dampak negatif dan upaya penc egahan merokok. C. METODE
Role play D. MEDIA
Drama E. KEGIATAN No
1.
Tahap dan waktu
Kegiatan fasilitator
Pendahuluan
Pembukaan
10 menit
1. Membuka acara dan salam 2. Perkenalan
1. Menjawab salam dan mendengarkan
3. Kontrak waktu
2. Mendengarkan
4. Menyampaikan tujuan dari
3. Mendengarkan
role play 2.
Kegiatan responden
4. Mendengarkan
Kegiatan inti
Pelaksanaan
25 menit
1. Pemeranan Role play dari 1. Duduk perawat.
memperhatikan dan menyaksikan.
30 4
3.
Penutup 10 menit
1. Evaluasi: Pemberian edukasi dan penyampaian
1. Mendengarkan 2. Menjawab salam
kesimpulan oleh perawat yang bertugas. 2. Menutup dan mengucapkan salam
F. ANTISIPASI MASALAH
1. Perhatian yang kurang dari audience. 2. Pemeran kurang mendalami peran G. EVALUASI
1. Evaluasi struktur a.
Ruang kondusif untuk kegiatan
b.
Peserta hadir di tempat yang telah ditentukan
2. Evaluasi proses a.
Peserta antusias dan memperhatikan terhadap role play yang diperankan.
b.
Ketepatan waktu pelaksanaaan
3. Evaluasi hasil a.
Perawat dapat menjalankan role play dengan baik sesuai dengan yang diperankan.
b.
Peserta memahami tentang bahaya rokok bagi kesehatan
5
31
NASKAH ROLE PLAY
Cast : 1. Nadia Nur Mar’atush S sebagai Anton 2. Heny Oktora S sebagai Budi 3. Elly Ardianti sebagai Candra 4. Fara Anggita Rosa sebagai Perawat 1 5. Agi Putri Alfianti sebagai Perawat 2 6. Dewita Pramesti sebagai Perawat 3 7. Talia Puspita Adianti sebagai Perawat 4 8. Asti Pratiwi sebagai Narator
Perawat 1
:
Selamat siang anak-anak perkenalkan kami dari RS.A ingin memberikan sedikit roleplay tentang apa sih bahaya merokok jika kita merokok dan kami meminta waktu kalian kira-kira 45 menit ya adek-adek, bersedia?
Audience
:
iya Ners bersedia
Bu Guru
:
Nanti didengarkan baik-baik ya. Untuk kakak mahasiswa silakan..
Perawat 2
:
Baik mari kita mulai ya ....
................... Suatu pagi yang cerah terdapat segerombolan anak SMA yang sedang kumpul bersama teman-temanya disebuah warung. Tetapi salah satu diantara mereka sedih karena mempunyai masalah dengan keluarganya. Anton Budi
Candra
: :
:
He kenapa kamu dari tadi diam saja? Ada masalah? Iya nih kenapa kamu diam saja? Gak asik banget. Cerita dong sama kita. siapa tau kita bisa bantu Aku lagi ada masalah dengan keluarga nih... Lagi kepikiran banget... Lagi gak tenang banget. Ada gak sih obat atau sesuatu yang bisa bikin aku tenang? Kamu berdua ada usul gak?
Anton
:
Wah kebetulan bro ini aku ada sesuatu yang bisa bikin kamu tenang.
Candra
:
Apaan emang? jangan macem-macem ya
32
6
Budi
:
Halah santai aja nanti juga kamu nambah
Anton
:
(Nyerahin rokok) ini coba aja pasti kamu tenang nanti
Candra
:
Gamau ah kalo rokok. Nanti aku dimarahin dan pasti bisa sakit
Budi
:
Halah gapapa udah coba aja enak kok pasti bikin kamu ketagihan.
Anton
:
Iyaa coba aja dulu. Kan belum mencoba. Ayo coba
Chandr a
:
(Mencoba dan menghisap rokok) huk huk huk ... Aduh sesak dada aku... tolong tolong.......
Anton
:
Kenapa kamu? haduh norak
Budi
:
Eh gimana sih kamu. Gak ditolongin malah dikatain. Tolongin si C kasihan sakit dia
Chandra
:
Tolong beneran sakit dadaku... (akhirnya pingsan)
Anton
:
Haduh gimana ini .. Kamu sih maksain dia buat ngerokok..
Budi
:
Anton
:
Kan kamu juga tadi yang nawarin kok jadi nyalahin aku sih .. ayo kita bawa ke puskesmas dekat sini aja .. Ayoo Beberapa saat kemudian....... Setelah sampai puskesmas
Anton & Budi
:
Ners Ners tolong teman saya ners tidak sadar
Perawat 1 :
Ini ada apa ? kenapa ini ?
Anton
Tolong Ners dia tidak sadar (sambil tergesa-gesa)
:
Perawat 1 :
Iya kenapa ? tolong ceritakan kepada ners pelan-pelan . tarik nafas terlebih dahulu .. (sambil memeriksa)
Anton
:
Dia dadanya sesak Ners ..
Perawat 1 :
Iya kenapa dadanya bisa sesak ?
Budi
Tadi dia kami paksa untuk merokok ners .. soalnya dia lagi ada masalah jadi
:
saya kasih rokok buat menenangkan hatinya agar tidak sedih lagi Perawat 1 :
Haduh adek apa yang kalian lakukan itu salah .. kenapa kalian memaksa teman kalian untuk merokok .. kalau sudah kejadian seperti ini siapa yang bingung ? siapa yang takut ? kalian sendiri kan ?
33 7
Anton
:
Iya ners.. saya juga tidak tau kalau keadaanya bakalan seperti ini .. tolong ners bantu teman saya ..
Perawat 1 :
Baiklah kalian tunggu dulu di luar ya, Ners akan menangani temen kalian dulu (sambil menutup pintu ruang UGD).
Anton & Budi
Baik Ners. :
……………………….
Perawat 1 beserta perawat lainnya sedang menangani si Candra di dalam ruangan Beberapa saat kemudian…….
Perawat 2 : Anton & Budi
:
Budi
:
Perawat 2 :
(keluar ruangan dan menemui Anton dan Budi) adek-adek apakah benar kalian teman dari adek Candra? Iya Ners benar. Bagaimana keadaan teman saya Ners? Adek-adek teman kalian keadaanya kritis, karena asap rokok yang berada di paru-parunya banyak, sehingga teman kalian keracunan dan harus dirawat di dulu sampai keadaannya benar-benar membaik.
Anton
:
Tapi masih bisa disembuhkan kan Ners? (dengan wajah ketakutan).
Budi
:
Iya Ners, bagaimana Ners? (dengan wajah yang gelisah).
Perawat 2 :
Untuk sembuh total kemungkinan tidak bisa adek-adek, karena paru-paru dia sudah terpapar asap rokok, dan sudah menyebabkan infeksi di dalam paru-parunya.
Anton & Budi
(hanya terdiam dan saling bertatap muka). :
Perawat 2 :
Makanya dek jangan main-main dengan yang namanya rokok, sudah tau kan apa akibatnya dari merokok? kalian masih muda dan masih banyak mimpi-mimpi yang bisa kalian raih dan ada orang tua kalian yang harus kalian bahagiakan, jadi jauhi rokok ya dek, karena merokok itu dapat mengganggu kesehatan. Kalian,bisa terkena penyakit jantung
coroner,
kanker paru-paru, serangan jantung, dan masih banyak lagi.Dan sekali kalian menghirup asap rokok sudah banyak racun dalam tubuh kalian yang
34
8