PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL MIKROBA PADA KUE BASAH DI KECAMATAN PAHANDUT KOTA PALANGKA RAYA
OLEH :
DINDA HELDAWATI SEPTRILA
14.71.015499
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul "Uji Angka Lempeng Total Mikroba Pada Kue Basah Di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya " telah disetujui untuk diteruskan sebagai penelitian Karya Tulis Ilmiah pada program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Palangka Raya, Mei 2017
Mengetahui,
Pembimbing I
M. Rizki Fadhil P., M.Si., Apt
Pembimbing II
Guntur Satrio P., M.Si., Apt
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul "Uji Angka Lempeng Total Mikroba Pada Kue Basah Di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya", dengan baik dan lancar.
Dalam menyelesaikan penulisan proposal ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pada Dosen Program Studi D-III Farmasi yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga selama ini. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan proposal ini sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
Dalam proses pembuatan proposal KTI ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Bapak Dr. H. Bulkani., M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Bapak Dr. Sonedi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Ibu Rabiatul Adawiyah S.Farm., Apt selaku Plt. Ketua Program Studi D-III Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Ibu Dra. Hj. Agustinawati U, M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan doa, bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
Bapak M. Rizki Fadhil P., M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan doa, bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis.
Bapak Guntur Satrio P., M.Si., Apt selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan doa, bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi penulis.
Dosen-dosen Program Studi D-III Farmasi yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang sangat berharga selama duduk di bangku perkuliahan.
Kedua orang tua, kakak dan adik serta teman-teman kami yang tak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan kepada kami.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan masukan hingga terselesaikannya penulisan proposal KTI ini.
Penulis menyadari bahwa proposal KTI ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan ini, akhir kata semoga proposal KTI ini bermanfaat untuk kita semua.
Palangka Raya, Mei 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Definisi kesehatan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Secara umum kesehatan merupakan hal utama yang sangat diperlukan dalam diri setiap orang karena kesehatan merupakan faktor utama penentu kelangsungan hidup kita. Tanpa adanya kesehatan, seluruh aktivitas yang akan kita lakukan tidak akan berjalan dengan lancar.
Salah satu faktor yang dapat mendukung manusia dalam memelihara kesehatan adalah makanan. Makanan dalam ilmu kesehatan adalah setiap substrat yang dapat dipergunakan untuk proses di dalam tubuh. Terutama untuk membangun dan memperoleh tenaga bagi kesehatan sel tubuh (Irianto, 2013). Makanan menurut WHO (World Health Organization) yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansi-substansi yang dipergunakan untuk pengobatan.
Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Makanan sangat mempengaruhi kesehatan seseorang. Manusia membutuhkan makanan sebagai sumber tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi haruslah bergizi, aman dan higienis, dimana makanan tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan dan layak untuk dikonsumsi.
Namun, makanan sangatlah rentan terkontaminasi oleh kontaminan kimia dan kontaminan biologi. Di Indonesia, masalah keamanan pangan masih sering terjadi terutama saat ditemukan produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dalam peredaran. Banyak kasus penyakit dan keracunan melalui makanan yang sebagian besar belum dilaporkan dan belum diindentifikasi penyebabnya, masih banyak ditemukan sarana produksi dan distribusi pangan yang tidak memenuhi persyaratan, terutama pada industri kecil atau industri rumah tangga, industri jasa boga dan penjual makanan seperti kue, serta rendahnya pengetahuan dan kepedulian konsumen tentang keamanan pangan.
Makanan dapat terkontaminasi mikroba antara lain karena mengolah makanan dengan tangan kotor, alat masak dan makan yang kotor, makanan yang disimpan tanpa tutup, makanan mentah dan matang disimpan bersama-sama, makanan terkontaminasi kotoran akibat hewan yang berkeliaran di sekitarnya, pengolah makanan yang sakit (carier) penyakit, pasar yang kotor, banyak insekta, dan sebagainya (Slamet, 2009).
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit yang berasal dari makanan terkontaminasi diantaranya adalah Salmonella, Botulism, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus. Makanan yang tercemar bakteri Salmonella akan menyebabkan gejala penyakit diantaranya diare, muntah dan panas (Irianto, 2013). Penyakit-penyakit ini akan lebih mudah menjangkiti orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh karena faktor dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik). Oleh karena itu, untuk menjamin kesehatan dan keselamatan konsumen, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium bakteriologik secara berkala.
Makanan yang diolah secara massal seperti berbagai macam jajanan, makanan katering dan makanan yang dijual di berbagai warung, bahkan mungkin juga yang dijual di restoran bisa menyebabkan penyakit jika makanan tersebut tidak dimasak dan tidak disajikan secara higienis. Bahkan, yang dimasak sendiri di rumah pun tidak luput dari kontaminasi atau pencemaran mikroorganisme patogen bila kita tidak menjaga kebersihan dengan baik sewaktu menyiapkan, memasak, dan menyajikan makanan yang akan dikonsumsi (Irianto, 2013).
Pengawasan pada pangan siap saji dan industri rumah tangga serta pangan jajanan anak sekolah (PJAS) menemukan berbagai cemaran pada pangan. Pada Tahun 2011, terhadap 4808 sampel pangan jajanan anak sekolah juga dilakukan pengujian terhadap parameter uji cemaran mikroba, dengan hasil : 789 (16,41%) sampel mengandung ALT melebihi batas maksimal, 570 (11,86%) sampel mengandung bakteri Coliform melebihi batas maksimal, 253 (5,26%) sampel mengandung Angka Kapang-Khamir melebihi batas maksimal, 149 (3,10%) sampe tercemar E.coli, 18 (0,37%) sampel tercemar S.aureus dan 13 (0,27%) sampel tercemar Salmonella (Badan POM, 2011). Data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan Tahun 2011, S.aureus dan B.cereus merupakan penyebab KLB terkonfirmasi. Cemaran logam kadmium diduga menjadi penyebab KLB.
Oleh karena itu, terhadap bahan makanan, sejak bahan baku, selama proses, selama pengolahan dan penyimpanan, selalu diusahakan untuk tidak dikenai dan ditumbuhi mikroba tersebut (Supardi, 1998). Khususnya bagi bahan baku yang rentan menjadi media bagi mikroba seperti santan, hendaknya diberikan perhatian yang ekstra dalam prosesnya. Pangan yang menggunakan bahan baku santan contohnya adalah kue basah. Kue basah merupakan jajanan dan makanan dijual di warung yang disajikan sebagai makanan ringan (camilan), contohnya seperti kue apem, onde-onde dan nagasari yang lumayan banyak digemari oleh masyarakat.
Di Kota Palangka Raya, kue basah sering dijual dengan cara menjajakan kuenya diatas sebuah meja, terkadang bisa diberikan penutup, terkadang hanya dibiarkan terbuka. Kemudian lokasi penjualan lebih dominan di tempat yang ramai seperti pasar dan deretan warung di pinggir jalan. Hal ini perlu dipertanyakan kebersihan dari makanan tersebut, mengingat penjualan makanan ini rentan terhadap kontaminasi bakteri, yang dapat membahayakan kesehatan. Selain itu, dalam proses produksinya, perlu diperhatikan hygiene makanan yang akan diolah agar tidak menjadi sumber penyakit akibat kesalahan dalam produksi.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, di temukan suatu metode yang di gunakan untuk menguji kelayakan suatu makanan yang dinamakan uji ALT (Angka Lempeng Total). Melalui uji Angka Lempeng Total ini dapat diketahui apakah suatu makanan itu layak atau tidak untuk di konsumsi, setelah hasil perhitungan angka lempeng totalnya dibandingkan dengan tabel ALT yang telah di tetapkan (BPOM RI, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang "Uji Angka Lempeng Total Mikroba Pada Kue Basah Di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya".
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah penelitian yaitu:
Makanan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia.
Salah satu indikator makanan yang sehat adalah makanan yang bebas dari cemaran mikroba.
Makanan yang diolah secara massal berpeluang untuk terkontaminasi oleh mikroba.
Salah satu jajanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah kue basah.
Untuk mengetahui angka kuman pada kue basah, dapat dilakukan Uji Angka Lempeng Total (ALT).
Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah disebutkan, adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
Makanan yang akan dianalisis adalah kue basah yang dibeli di Pasar Besar Kota Palangka Raya dan di Jalan Cempaka Kota Palangka Raya dengan memilih 3 jenis kue basah yaitu kue apem, nagasari dan onde-onde.
Metode Uji Angka Lempeng Total (ALT) pada kue basah yang digunakan pada penelitian ini adalah metode hitung cawan.
Perhitungan hanya dilakukan jika mengandung 30-300 koloni.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalahnya yaitu berapakah Angka Lempeng Total (ALT) yang diperoleh dari perhitungan cawan pada sampel kue basah yang dijual di Kecamatan Pahandut Kota Palangkaraya?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jumlah mikroba dengan metode angka lempeng total (ALT) yang terdapat pada pada kue basah yang dijual di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya apakah sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh BPOM tahun 2012 tentang Pedoman Kriteria Cemaran Pada Pangan Siap Saji Dan Pangan Industri Rumah Tangga.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, yaitu:
Manfaat Bagi Peneliti
Dapat memperdalam keterampilan dan ketelitian terhadap teknik pemeriksaan angka lempeng total dengan metode hitung cawan serta dapat mengetahui cemaran kuman dari makanan yang akan diteliti.
Manfaat Bagi Pedagang
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan kepada pedagang untuk dapat memperhatikan hygiene makanan yang akan diproduksi dan pada saat proses penjualan.
Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati dalam membeli jajanan makanan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kue Basah
Makanan merupakan salah satu sumber energi vital manusia agar ia dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik untuk bekerja, berolah raga, belajar, bermain, dan sebagainya. Ada beberapa jenis makanan yaitu makanan pokok dan makanan ringan (camilan). Makanan pokok contohnya nasi dan makanan ringan salah satunya kue basah. Kue basah merupakan makanan kecil yang biasa dijadikan alternatif camilan. Kue basah terbuat dari bahan seperti tepung, air, telur, dan pemanis (Tarwotjo, 1998).
Menurut Koswara (2006), istilah kue basah sering disebut juga kue jajan pasar, karena memang banyak dijual di pasar-pasar, baik pasar tradisional maupun pasar malam. Bahkan pada masa sekarang telah memasuki pasar swalayan atau pusat pembelanjaan modern. Sebenarnya, kue basah merupakan bagian dari kekayaan makanan tradisional yang jenis dan ragamnya berlimpah. Tiap daerah atau propinsi di negara Indonesia mempunyai makanan tradisional sendiri, termasuk jenis dan ragam kue basah yang ada. Ragam kue basah yang ada biasanya disesuaikan dengan kesediaan bahan baku di daerah tersebut.
Mikroba
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti bakteri, virus, dan fungi. Mikroorganisme dapat ditemukan di semua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, di segala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer (udara) serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit (Irianto, 2013).
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus. Bakteri merupakan mikroba prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 μm, berbentuk elips, bola, batang atau spiral. Selain berinteraksi intraspesies, mikroba tersebut juga berinteraksi secara interspesies dengan manusia, tumbuhan, dan hewan. Dalam interaksinya dengan manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat menguntungkan dan merugikan. Contohnya bakteri patogen Escherichia coli dan kelompok bakteri Coliform dapat menyebabkan diare, kolera dan penyakit saluran pencernaan lainnya. Kapang dan khamir menyebabkan penyakit karena menghasilkan racun (mikotoksin) dan menginfeksi permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut (mikosis superfisial), serta menyerang jaringan dalam tubuh melalui peredaran darah (mikosis sistemik) (Waluyo, 2009).
Analisis Mikroorganisme Makanan
Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator makanan atau indikator keamanan makanan (Irianto, 2013).
Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap setiap bahan pangan tidak sama tergantung dari berbagai faktor seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan, cara penanganan dan konsumsinya, kelompok konsumennya, dan berbagai faktor lainnya (Irianto, 2013).
Pengujian mikrobiologi dikelompokan ke dalam empat bagian, terdiri dari cara pengambilan contoh, uji kuantitatif mikroba pada bahan pangan, uji bakteri patogen, dan uji mikrobiologi terhadap beberapa makanan khusus. Uji bakteri patogen terdiri dari beberapa pengelompokan lagi, dan dapat dibedakan atas beberapa tahap yaitu uji penduga, uji penguat dan uji identifikasi lengkap. Tetapi tidak semua tahap perlu dilakukan terhadap suatu bahan pangan, tergantung dari tujuan analisis serta waktu dan biaya yang tersedia (Irianto, 2013).
Angka Lempeng Total
Definisi Angka Lempeng Total ( ALT)
Uji Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba pada suatu sampel. ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung, intepretasi hasil berupa angka dalam koloni (CFU) per koloni/g (BPOM RI, 2009).
Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa. Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C (Wibowo, 1989).
Bahan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml atau per gram atau per cm (jika pengambilan sampel dilakukan pada permukaan), memerlukan perlakuan pengenceran sebelumnya ditumbuhkan pada medium agar di dalam cawan petri. Setelah inkubasi, akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30 sampai 300 koloni. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal, yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Metode ini dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate) (Waluyo, 2008).
Prinsip Pemeriksaan ALT
Prinsip metode hitung cawan adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop (Waluyo, 2008).
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Uji ALT
Metode hitung cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menghitung jumlah mikroba sehingga ini menjadi kelebihan dari ALT diimana kelebihan tersebut karena alasan-alasan sebagai berikut (Soetarto, 2008) :
Hanya sel yang masih hidup yang dihitung.
Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus.
Selain keuntungan-keuntungan tersebut, metode hitung cawan juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut (Soetarto, 2008) :
Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk satu koloni.
Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.
Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Angka Lempeng Total
Laporan dari hasil menghitung dengan metode Angka Lempeng Total menggunakan suatu standar yang disebut Standard Plate Counts (SPC) sebagai berikut (Waluyo, 2008) :
Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 30-300.
Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni.
Satu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni.
Kemudian dihitung dengan rumus :
Angka Kuman = P - kontrol x pengenceranN = koloni/gram
Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petri disk, koloni demikian dinamakan spreader.
Perbandingan jumlah bakteri hasil pengenceran yang berturut-turut antara pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata. Tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai jumlah mikroba dari hasil pengenceran sebelumnya. Jika sudah dilakukan pengulangan dan hasil pemeriksaan antara yang pertama dan kedua tidak ada perbedaan yang signifikan maka hasilnya dirata-rata. Dalam Standard Plate Counts (SPC) ditentukan cara pelaporan dan perhitungan koloni sebagai berikut :
Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yakni angka pertama (satuan) dan angka kedua (desimal) jika angka sama dengan atau lebih besar daripada 5, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua. Sebagai contoh, didapatkan 1,7 × 104 unit koloni/gram atau 2,0 × 104 unit koloni/gram.
Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni per cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Karena itu, jumlah koloni pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan faktor pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung.
Jika jumlah cawan dari dua tingkat pengenceran dihasilkan koloni dengan jumlah antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua, dilaporkan rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan faktor pengencerannya. Jika perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah lebih besar daripada 2, yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
Jika digunakan dua cawan petri (duplo) per pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh dari satu. Oleh karena itu, harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kedua cawan duplo dengan koloni antara 30 dan 300.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan dimulai sejak penelitian ini disetujui oleh Ketua Program Studi D-III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen atau percobaan (experiment research) dengan pendekatan laboratorium yang dilakukan melalui serangkaian percobaan. Penelitian eksperimen atau percobaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Ciri khusus dari penelitian eksperimen adalah adanya percobaan atau trial (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian ini dilakukan dengan menghitung mikroorganisme dalam makanan yang dilakukan terhadap jumlah koloni kuman pada setiap lempeng dengan bantuan alat penghitung koloni listrik atau Quebec.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kue basah yang dijual di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya.
Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 3 jenis kue basah yaitu kue apem, nagasari, dan onde-onde di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya.
Instrumen Penelitian
Alat
Penelitian ini menggunakan beberapa peralatan: pembakar Bunsen, penangas air, penghitung koloni listrik atau Quebec, timbangan analitik, kaca arloji steril, blender dengan enam piala gelas steril, cawan-cawan petri steril, pipet 1 mL steril, ose inokulasi, gelas ukur, beaker glass, Erlenmeyer, tabung reaksi steril, batang pengaduk, oven, autoklaf, laminar air flow (BSC) dan pensil penanda alat gelas.
Bahan
Penelitian ini menggunakan beberapa bahan: aquadest steril, alkohol 70%, serbuk NA, dan sampel kue basah.
Prosedur Penelitian
Sterilisasi Alat
Peralatan perlu disterilkan terlebih dahulu seperti piala gelas, kaca arloji, pipet 1 mL, cawan petri, gelas ukur, beaker glass, dan Erlenmeyer dengan cara memasukan ke dalam oven selama 30 menit pada suhu 180ºC.
Pengambilan Sampel
Sampel dibeli dari 2 penjual kue basah yang ada di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya dan dibawa ke laboratorium mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Buka plastik steril yang telah disiapkan didekat api bunsen.
Dalam waktu cepat masukan sampel kedalam plastik steril dan ditutup.
Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)
Ditimbang serbuk NA sebanyak 30 g.
Dimasukan kedalam Erlenmeyer yang bersih dan kering.
Ditambahkan 750 mL aquadest kedalam erlenmeyer yang berisi serbuk NA.
Serbuk dicampur serta dipanaskan, lalu diaduk sampai larut.
Disterilisasi media pada autoklaf dengan suhu 121ºC selama 15 menit.
Dinginkan hingga suhu 40-45ºC dan tuang dalam cawan petri.
Setelah didinginkan, medium dapat dibungkus dengan plastik dan disimpan dalam pendingin sampai waktu digunakan.
Pengenceran Sampel
Tandailah tiga set cawan Petri (masing-masing terdiri atas 6 cawan Petri) dengan nama ketiga sampel makanan yang akan diuji dan pengencerannya (10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5) serta kontrol.
Masukkan 20 g sampel makanan yang ditimbang dengan kaca arloji steril, ke dalam piala gelas blender steril sesuai dengan label yang telah diberikan.
Ditambahkan 180 mL aquadest steril ke dalam setiap piala gelas dan blenderlah setiap campuran selama 5 menit. Akan didapatkann pengenceran 1:10 (10-1).
Pipet 0,1 mL ke dalam cawan Petri yang berlabel 10-2 untuk pengenceran 10-2.
Pindahkan 1 mL suspensi sampel kue basah ke dalam blanko air steril 99 mL untuk mendapatkan pengenceran 10-3 yang kemudian dihomogenkan.
Dengan menggunakan pipet yang berbeda, pindahkan 1 mL ke dalam lempeng yang berlabel 10-3 untuk pengenceran 10-3.
Pipet 0,1 mL ke dalam cawan Petri yang berlabel 10-4 untuk pengenceran 10-4.
Pindahkan 1 mL suspensi sampel kue basah ke dalam blanko air steril 99 mL untuk mendapatkan pengenceran 10-5 yang kemudian dihomogenkan.
Dengan menggunakan pipet yang berbeda, pindahkan 1 mL ke dalam lempeng yang berlabel 10-5 untuk pengenceran 10-5.
Pada lempeng yang berlabel "kontrol", dimasukkan 15 mL NA.
Ditambahkan masing-masing 15 mL NA yang dicarikan dan didinginkan ke dalam lempeng-lempeng tersebut. Putar lempeng dengan perlahan untuk mendapatkan distribusi yang merata dan biarkan lempeng agar memadat.
Ulangi langkah b-k untuk sampel kue basah jenis lainnya.
Inkubasi seluruh lempeng dengan posisi terbalik selama 24 sampai 48 jam pada suhu 37oC.
Pembacaan Hasil dan Pelaporan
Pembacaan hasil:
Hitung koloni yang tumbuh pada tiap-tiap cawan Petri.
Koloni-koloni yang bergabung menjadi satu atau membentuk satu deretan/koloni yang terlihat sebagai garis tebal atau jumlah koloni meragukan dihitung sebagai 1 (satu) koloni kuman.
Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada cawan Petri berisi kontrol.
Bila jumlah koloni pada cawan Petri kontrol lebih besar dari 10, pemeriksaan harus diulang karena sterilisasi dianggap kurang baik.
Pemeriksaan ulang harus menggunakan NA/Plate Count Agar dari pembuatan baru
Pelaporan:
Pelaporan berdasarkan pada perhitungan angka kuman yang diperoleh. Perhitungan hanya dilaksanakan pada cawan Petri yang menghasilkan jumlah koloni antara 30-300 serta jumlah pada cawan Petri kontrol lebih kecil dari 10. Jumlah koloni pada masing-masing cawan Petri ini harus terlebih dahulu dikurangi dengan jumlah koloni pada cawan Petri kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tentang Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan. Jakarta : Kepala BPOM.
BPOM RI. 2012. Pedoman Kriteria Cemaran Pada Pangan Siap Saji Dan Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta : Kepala BPOM.
Cappuccino, James G., Sherman, Natalie. 2013. Manual Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.
Irianto, Koes. 2013. Mikrobiologi Medis. Bandung : Alfabeta.
Koswara, S. 2006. Lebih Akrab Dengan Kue Basah, (http://www.ebookpangan.com, diakses 28 Desember 2015). Dalam Saputra, R. F. 2016. Analisis Cemaran Mikroba Pada Kue Basah Di Pasar Kahayan Kota Palangkaraya. Palangka Raya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Slamet, J.S. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Dalam Juniar, Riska. 2016. Pemeriksaan Angka Lempeng Total (Alt) Bumbu Sate Pada Pedagang Sate Yang Dijual Di Wilayah Kelurahan Ciamis. Ciamis : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
Soetarto, E. S., Suharni. T. T., Nastiti. S. Y., dan Sembiring L. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Yogyakarta : Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Dalam Juniar, Riska. 2016. Pemeriksaan Angka Lempeng Total (Alt) Bumbu Sate Pada Pedagang Sate Yang Dijual Di Wilayah Kelurahan Ciamis. Ciamis : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
Tarwotjo, Soejoeti. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Dalam Saputra, R. F. 2016. Analisis Cemaran Mikroba Pada Kue Basah Di Pasar Kahayan Kota Palangkaraya. Palangka Raya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Waluyo. .2008. Mikrobiologi Umum Edisi Revisi. Malang: UMM Press. Dalam Juniar, Riska. 2016. Pemeriksaan Angka Lempeng Total (Alt) Bumbu Sate Pada Pedagang Sate Yang Dijual Di Wilayah Kelurahan Ciamis. Ciamis : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang : UMM Press. Dalam Saputra, R. F. 2016. Analisis Cemaran Mikroba Pada Kue Basah Di Pasar Kahayan Kota Palangkaraya. Palangka Raya : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Wibowo, Djoko dan Ristanto. 1987. Mikrobiologi dalam Pengolahan Pangan. Ghalia Indo: Jakarta.