PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR KAJIAN SLOPE STABILITY DALAM RANGKA OPTIMALISASI PENGGALIAN BATUBARA ANTARA FINAL SLOPETAL UTARA DENGAN TAL SELATAN
Diajukan untuk Penelitian Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya
Oleh HERMANTO TARIHORAN 03101002066
UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK
2014 IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITAIAN TUGAS AKHIR MAHASISWA 1. JUDUL : ANALISIS DAN RANCANGAN TEKNIS KEMANTAPAN
LERENG MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN BATAS BISHOP DI PT. NUSANTARA THERMAL COAL, MUARO BUNGO, JAMBI 2. PENGUSUL a. Nama b. Jenis kelamin c. Nim d. Semester e. Fakultas/jurusan f. No.handphone g. Email h. No fax fakultas
: : : : : : : :
Hermanto Tarihoran laki-laki 03101002066 VIII (delapan) Teknik/Teknik Pertambangan 085263588679
[email protected] -
3. Lokasi Penelitian : PT. Nusantara Thermal Coal Indralaya, Juni 2014 Pengusul,
Hermanton Tarihoran NIM.03101002066 Pembimbing Proposal,
DR. Ir. H. Syamsul Komar NIP. 195210181988031001
Menyetujui : Ketua jurusan teknik pertambangan Fakultas teknik universitas sriwijaya
Hj.Rr.Harminuke Eko Handayani, ST,MT. NIP. 196902091997032001
I.
JUDUL PENERAPAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD UNTUK ANALISA DAN KAJIAN TEKNIS KEMANTAPAN LERENG DI PT. NUSANTARA THERMAL COAL, MUARO BUNGO, JAMBI
II. BIDANG ILMU TEKNIK PERTAMBANGAN III. PENDAHULUAN Salah satu masalah yang dihadapi dalam aktivitas penambangan adalah kestabilan lereng bukaan tambang. Permintaan pasar akan batubara membuat perusahaan harus mengejar target produksi. Hal ini terkadang membuat aktivitas penambangan tidak memperhatikan batas aman ketinggian dan kemiringan lereng tambang. Pengusahaan untuk meminimalkan stripping ratio juga menyebabkan geometri aman luput dari perhatian. Dalam kenyataannya sering terjadi longsoran- longsoran pada lereng tambang baik dalam skala kecil maupun besar. Tidak terkecuali pada aktivitas penambangan di PT. Nusantara Thermal Coal, Muaro Bungo Jambi. Pada salah satu area penambangannya terdapat lereng- lereng tambang yang dinilai terlalau terjal, da nada beberapa lereng yang menunjukkan gejala- gejala akan longsor dengan terlihatnya penurunan- penurunan permukaan tanah. Untuk mendapatkan solusi yang optimal dari permasalahan tersebut, maka dibutuhkan analisis kestabilan dari suatu lereng untuk mengetahui penyebanya dan melakukan perbaikan- perbaikan untuk mengetahui geometri lereng yang aman. Hingga saat ini telah banyak berkembang metode untuk menganalisis stabilitas lereng yang pada umumnya menggunakan metode keseimbangan batas (limit equilibrium) salah satunya adalah kesetimbangan batas bishop. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode kesetimbangan batas yang menggunakan input data berupa kohesi, bobot isi dan sudut geser
dalam. Setelah dilakukan analisa akan didapatkan data output berupa factor keamanan (FK).
IV. RUMUSAN MASALAH 1. Apa penyebab kelongsoran yang terjadi pada lereng tambang 2. Bagaimana analisa terhadap lereng tambang yang dianggap tidak aman 2. Bagaimana Desain lereng yang aman untuk mengatasi kelongsoran pada lereng. V. PEMBATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis kestabilan lereng dengan menggunakan metode kesetimbangan batas bishop. Dengan menggunakan parameter- paremeter input berupa data kohesi, sidut geser dalam, bobot isi. Akivitas tektonik, peledakan dan getaran alat mekanis tidak dimasukkan ke dalam perhitungan. VI. TUJUAN PENELITIAN 1. Memperoleh parameter- parameter masukan untuk analisis dan rancangan kemantapan lereng tambang PT. Nusantara Thermal Coal 2. Mengetahui penyebab kelongsoran pada lereng tambang PT. Nusantara Thermal Coal 3. Memberikan rancangan teknik kemantapan lereng berupa geometri lereng yang aman untuk PT. Nusantara Thermal Coal VII. TINJAUAN PUSTAKA 7.1 Kemantapan lereng tambang terbuka Dalam mendesain lereng tambang terbuka ada terdapat tiga komponen utama. Yang pertama adalah sudut kemiringan pit secara keseluruhan (overall pit slope angel) puncak (crest) hingga (toe), gabungan ramp dan bench. Hal ini memungkinkan variasi dalam mendesain kemiringan lereng. Lereng dibuat lebih landai pada material lemah dan lebih curam pada material yang kompak. Variasi slope angel juga bergantung pada kondisi geologi dan layout ramp. Komponen yang kedua adalah inter- ramp slope yaitu sudut yang dibentuk antara dua ramp.
Dan komponen ketiga adalah bench face angel yaitu sudut lereng yang dibentuk oleh gabungan beberapa jenjang diantara dua jalan angkut (C Wyllie dan W Mah, 2004). Beberapa faktor yang yang berpengaruh dalam mendesain lereng adalah tinggi lereng, keadaan geologi, kekuatan batuan, tekanan air tanah, dan kerusakan akibat aktivitas peledakan. Dalam penggalian batubara yang terus- menerus akan menyebabkan kedalaman pit semakin bertambah maka perlu diperhatikan agar overall slope tidak terlalu terjal (C Wyllie dan W Mah, 2004).
Sumber: E Hoek dan J Bray 1974
GAMBAR 8.1 GEOMETRI LERENG TAMBANG TERBUKA Lereng disekitar ramp juga sebaiknya dibuat lebih landai untuk mengurangi resiko kelongsoran pada jalan tambang. Pertimbangan berbeda dimungkinkan untuk slope tanpa jalan tambang (ramp). Sedangkan pada lereng yang terdapat air tanah yang signifikan maka proses drainase diperlukan untuk mengurangi tekanan air tanah sehingga lereng dapat dibuat lebih terjal (C Wyllie dan W Mah, 2004). Faktor keamanan (FS) merupakan metode yang palig sering digunakan dan sudah diterapkan dalam berbagai macam keadaan geologi. Kondisi dimana keadaan gaya penahan terhadap longsoran lebih besar dari gaya penggeraknya
maka lereng tersebut akan berada dalam keadaan yang mantap atau stabil. (seteffen, et,al). Tetapi apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya penggeraknya maka lereng tarsebut menjadi tidak mantap dan longsoran akan terjadi. Kestabilan suatu lereng dapat dihitung dengan perbandingan antara gaya penahan dan gaya penggerak yang menghasilkan suatu angka yang disebut factor keamanan (safety factor). Nilai factor keamanan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan (8-1) sebagai berikut (C Wyllie dan W Mah, 2004): FK =
∑ Gaya Penahan ∑ Gayapenggerak
…..……...………………………………… (8-1)
FK =
cA+W cos α tanθ W sin α
……...………………………………..… (8-2)
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 8.2 DIAGRAM MOHR Gaya penahan dan gaya penggerak pada persamaan 8-2 dapat dilihat pada gambar 8.2. c, σ’, �, τ, τs secara berurut adalah angka kohesi, tegangan normal, sudut geser dalam, kuat geser, dan teganan geser. Apabila harga FK dari suatu lereng > 1.0 maka lereng tersebut dapat dikatakan aman. Sedangkan bila harga suatu FK dari suatu lereng < 1.0 maka lereng tersebut dalam keadaan tidak aman
dan kemungkinan besar akan longsor. Pada tambang terbuka factor keamanan yang pada umumnya digunakan adalah anatar 1.2- 1.4, dengan menggunakan kesetimbangan batas untuk menghitung nilai factor keamanan secara langsung (C Wyllie dan W Mah, 2004). Jika bidang luncur dalam keadaan bersih dan tidak terdapat suatu infilling serta kohesinya mendekati nol, maka persamaan 8-2 dapat disederhanakan menjadi: FS=
cos α . tan θ sin α
……...……………………………….…… (8-3)
Atau FS=
tan θ tan α
……...…………………………………… (8-4)
Persamaan 8-3 dan 8-4 berlaku dalam keadaan ideal dimana bidang luncur dalam keadaan bersih dan tidak ada system penyangga. Nilai factor keamanan bernilai satu jika besar sudut geser dalam dan dip bidang luncur sama besar. 7.2 Faktor- factor yang mempengaruhi kestabilan lereng 7.2.1 Faktor pembentuk gaya penahan a. Jenis batuan Batuan beku, sedimen, dan mentamorf tertentu yang masih segar dan belum mengalami pelapukan pada umumnya memiliki kestabilan lereng yang baik, terutama jika batuan tersebut tersebar secara luas. Batuan beku biasanya terbentuk dari mineral- mineral kristalin yang tersusun sedemikian rupa sehingga batuan tersebut kuat dan kompak,karna Kristal- kristalnya terikat satu sama lain dengan baik. Kuat Tarik dan kuat tekan batuan ini pada umumnya sangat tinggi (Huddson dan Harrison, 1997) Batuan sedimen yang terkonsolidasi dengan baik sehingga ikatan Antara masing- masing butirnya kuat juga mempunyai kekuatan batuan yang tinggi. Tetapi sedimen yangbelum terkosolidasi tidak memiliki kekuatan batuan yang tinggi.
Kekuatan batuan sedimen juga dipengaruhi oleh kekuaatan mineral-
mineral penyusunnya (Huddson dan Harrison, 1997).
Batuan metamorf yang terdiri dari satu macam mineral yang kuat dan mempunyai ukuran- ukuran butir yang homogeny juga mempunyai kekuatan yang tinggi (kuarsit dan marmer). Sedangkan batuan marmer yang bertekstur schiss atau gneiss mempunyai kekuatan yang tidak sama pada arah- arah yang berbeda karena dipengaruhi oleh orientasi Kristal (Huddson dan Harrison, 1997). b. kekuatan batuan Batuan utuh (intact rock) mempunyai mempunya kuat tekan yang tinggi dan mempunya sudut geser dalam yang besar merupakan batuan yang sangat stabil terhadap longsoran. Batuan dengan kekuatan seperti ini, umumya adalah batuan beku yaitu granit, andesit, basalt dan lain- lain, beberapa jenis batuan sedimen yaitu batu pasir, breksi, dan lain- lain, dan batuan metamorf yaiut batu marmer, kuarsit dan lain- lain. Untuk batuan- batuan tersebut diatas umumnya tidak mempunyai masalah dengan kemantapan lerengnya kecuali kalau batuan tersebut tidak utuh dan dengan adanya bidang- bidang lemah (massa batuan). Sudut lereng pada batuan yang kuat tersebut bias mencapai 90 o atau bahkan lebih dari 90o dan dengan tinggi yang besar pula (Huddson dan Harrison, 1997). Kekuatan batuan dinyatakan oleh sifat- sifat mekaniknya yang brupa parameter- parameter kuat tekan uniaxial , kohesi (c), dan sudut geser dalam ( �). Dalam analisis kemantapan lereng parameter- parameter yang penting adalah harga- harga c dan � yang merupakan sifat asli kekuatan batuan (Huddson dan Harrison, 1997). 7.2.2 Faktor pembentuk gaya pengerak Gaya penggerak umumnya dipegaruhi oleh gravitasi, sehingga berat dari bagian lereng yang bersangkutan adalah merupakan salah satu gaya penggerak yang memacu terjadinay longsoran. Parameter- parameter yang pentimg sebagai pembentuk gaya penggerak adalah (Huddson dan Harrison, 1997): a. bobot isi Batuan yang mempunya bobot yang besar akan memberikan beban atau gaya yang besar pula pada lereng. b. Kandungan air tanah
keberadaan air sebagai moisture air tanah maupun air pori tanah pada lereng yang bersangkutan akan memberikan beban tambahan pada lereng. c. Sudut lereng dan tinggi lereng Sudut dan tinggi lereng yang besar akan memberikan volume material yang besar yang akan membuat beban lereng semakin besar. 7.2.3 Faktor yang mengurangi gaya penahan. a. proses pelapukan Pelapukan kimia
terjadi
dimana- mana terutama di daerah tropis dimana
kelembapan dan suhu udara yang tinggi. Pelapukan yang terjadi pada batuan mengubah komposisi mineralogi batuan yang beresangkutan. Seperti system Kristal, kemas dan tekstur. Karena berubahnya sebagian atau seluruh mineral mneral yang ada menjadi mineral lain sebagai reaksi kimia denga air, asam, udara, dan gas- gas lainnya. Sehingga kekuatan batuan akanberubah drastis (Huddson dan Harrison, 1997). b. bidang lemah proses secara alamiah seperti tektonik, perubahan temperature, atau pengurangan beban vertical dapat mengakibatkan perubahan struktur pada batuan dan menghasikan bidang- bidang lemah yang berupa sesar, kekar dan retakanretakan lainnya. Dengan munculnya bidang lemah tersebut maka batuan yang tadinya utuh akan berubah menjadi massa batuan yang memiliki kekuatan batuan yang jauh lebih kecil dari sebelumya. Selain itu beban yang diterima masa batuan juga akan diteruskan secara anisotrop ke sekitarnya, sehingga dengan demikian kestabilan lereng juga akan menurun (Huddson dan Harrison, 1997). c. Aktivitas manusia Aktivitas manusia yang langsung mempengaruhi kesetimbangan muka bumi dalam hal ini kemantapan lereng Antara lain adalah penggalian dan penimbunan (tambang, jalan raya, saluran air, bangunan- bangunan sipil lainnya). Dengan adanya aktivitas penggalian dan penimbunan maka geometri muka bumi berubah dan terjadi pengurangan penyangga atau penambahan beban yang mengakibatkan perubahan kesetimbangan tanah atau lereng. Untuk timbunan,
juga terjadi perubahan parameter- parameter kekuatan batuan, yaitu berubahnya harga kohesi (c), dan sudut geser dalam sebagai akibat dari pengghancuran atau perubahan tekstur tanah atau batuan (Huddson dan Harrison, 1997). 7.2.4 Faktor yang memperbesr gaya penggerak. Selain pengurangan kekuatan batuan, penambahan beban atau gaya penggerak juga dapat mengakibatkan lereng yang tadinya mantap menjadi tidak mantap. perubahan ini dapat terjadi secara alamiah maupun akibat aktivitas manusia secara langsung atau tidak langsung (Huddson dan Harrison, 1997). a. Aktivitas tektonik Terjadinya pengangkatan dan penurunan muka bumi akan mengakibatkan terjadinya perubahan arah dan besar gaya- gaya yang bekerja pada suatu titik tertentu dikulit bumi. Misalnya pada suatu daerah dengan morfologi datar atau landai. Terjadinya pengangkatan ataupun penurunan akan mengakibatkan daerah tersebut akan berubah menjaid terjal. Akibatnya rona muka bumi akan berubah dan beban pada lereng- lereng baru akan lebih besar sehingga menghasilkan ketidakmantapan lereng. b. Penambahan beban akibat penimbunan Timbunan material tanah atau batuan maupun bangunan diatas disuatu lereng akan memperbesar gaya penggerakdan dapat mengakibatkan longsoran pada lereng tersebut. c. penambahan air tanah Penambahan air tanah pada pori- pori mauun celah- celah tanah atau batuan jelas akan memperbesar gaya pengerak yangdapat mengakibatkan longsoran. Penambahan air tanah ini dapat terjadi karena alam yaitu huaj dan banjir, dan aktivitas manusia yaitu irigasi, drainsae dan lain- lain. 7. 3 Longsoran Longsoran bisa terjadi secara alami mupun karena aktivitas manusia. Jika ditinjau dari mekanisme dan bentuk bidang longsornya, terdapat beberapa jenis longsoran yang dapat terjadi seperti longsoran bidang (plan failure), longsoran baji (wedge failure), dan longsoran guling (toppling failure). Kondisi
dan jenis material berpengaruh terhadao terjadinya longsoran. (C Wyllie dan W Mah, 2004). a. longsoran bidang Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidang luncur yang dianggap rata.bidang sesar tersebut dapat berupa rekahan, sesar, ataupun bidang perlapisan batuan.
Sumber: DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 8.3 LONGSORAN BIDANG b. longsoran baji Longsoran baji dapat terjadi pada suatu lereng batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah yang saling berpotongan.sudut perpotongan Antara dua bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dala batuannya dan lebih kecil dari kemiringan lerengnya.
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 8.4 LONGSORAN BAJI c. longsoran guling Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya.
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 8.5 LONGSORAN GULING d. Longsoran busur Longsoran jenis ini sering terjadi dialam terutama pada material tanah atau batuan yag lunak.untuk longsoran pada batuan dapat terjadi apabila batuan mempunyai pelapukan yang tinggi dan mempunyai spasi kekar yang rapat. Sehingga batuan tersebut akan mempumyai sifat seperti tanah.
Sumber: E Hoek dan J Bray, 1974 dalam DC Wyllie dan CM Mah, 2004
GAMBAR 5.6 LONGSORAN BUSUR
7.5 Metode kesetimbangan batas bishop Menurut Lee W. Anbramson (2002), mmetode kesetimbangan batas bishop menggunakan metode irisan yakni membagi masa tanah ke dalam irisan yang lebih kecil untuk menentukan faktor keamanan lereng tersebut. Metode ini memenuhi kesetimbangan gaya vertical untuk setiap irisan dan kesetimbangan momen terhadap titik pusat lingkaran. Metode ini mengganggap gaya geser pada antar irisan adalah nol. Metode ini mengasumsikan bidang luncur berupa sirkular dan gaya horizontal cukup untuk mendefenisikann gaya- gaya yang berkerja dalam tiap irisan. Menurut C Wyllie dan W Mah (2004), untuk lereng yang mempunyai bidang kritis berupa busur lingkaran, angka keamanannya dapat dicari dengan menggunakan metode bishop dengan hasil yang memuaskan dan dapat dipercaya. Komponen- komponen yang digunakan dalam perhitungan dapat dilihat pada (gambar 8.3) di bawah ini.
Sumber: (C Wyllie dan W Mah, 2004) GAMBAR 8.3 METODE BISHOP DALAM ANALISA KELONGSORAN BUSUR Gaya normal dalam tiap irisan diadapatkan dengan menjumlahkan seluruh gaya- gaya dalam arah vertical. Sedangkan factor keamanan ditentukan dengan penjumlahan momen- momen dengan titik pusat yang sama. Bentuk umum persamaan metode ini adalah: 1 FK =¿ ∑(c'b+(W-ub)tan�) WSinberat α (N) Keterangan: W=∑gaya
Sec α 1+tan ϕ tanα 1+ FK
………………..8.2
α = sudut kemiringan segmen (0) �= sudut geser dalam (0) c = kohesi FK= Faktor keamanan u = tekanan air pori VIII. METODOLOGI PENELITIAN 8.1 Studi pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum didaerah penelitian secara langsung. Studi pendahuluan meputi observasi aktivitas kerja dan produksi batubara secara keseluruhan serta melakukan survey atau wawancara mengenai kondisi umum dan permasalahan- permasalahan yang terjadi selama aktivitas produksi. 8.2 Identifikasi masalah Setelah melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan pekerja, penulis mendapatkan informasi- informasi awal yang terjadi dalam aktivitas produksi terutama dalam permasalahan kestabilan lereng. Dari hasil observasi dan
wawancara tersebut akan diketahui masalah- masalah yang terjadi terutama masalah yang berhubungan dengan kestabilan lereng. 8.3 Studi literature Setelah permasalahan teridentifikasi, maka perlu dilakuakan studi pustaka atau studi literatur. Studi pustaka dilakuakan dengan mencari referensi berupa buku- buku, jurnal, dan hasil- hasil penelitian. Studi literature merupakan dasar dari penelitian yang dilakuakn untuk mendapatkan solusi ari permasalahan.
8.4 Perumusan masalah Setelah identifikasi masalah dan studi literatur dilakukan maka selanjutnya dilakukan perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian dan akan menjadi bahan bahasan dalam pengoalahan dan analisis data. 8.5 Pengumpulan data Data yang akan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh denga pengamatan dan penghitungan langsung dari lapangan. Sedangakan data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian terdahulu dari perusahaan. 8.5.1 Data Primer Data yang akan diambil adalah data orientasi lereng yang akan diteliti. Orientasi yang dilakukan meliputi pengukuran sudut lereng tunggal yangdapat dugunakan sebagai bahan korelasi dengan hasil survey dan pemetaan, kondisi dan jenis batuan yang terdapat pada lereng tambang sebagai bahan korelasi dengan log bor eksplorasi serta mengamati keberadaan air limpasan untuk mengetahui kondisi muka air tanah unutk analisa kemantapan lereng. 8.5.2 Data sekunder Data- data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Log bor eksplorasi Log bor eksplorasi digunakan untuk mengetahui lapisan batuan pada lokasi penelitian berupa dip lapisan dan jenis batuan yang berguna untuk pembuatan penampang lithologi.
b. sifat fisik material Sifat fisik material digunakan untuk perhitungan analisis kestabilan lereng. Sifat fisik tersebut meliputi bobot is basah (�s), bobot isi kering (�d) dan bobot isi natural (�n) dan derajat kejenuhan (S) c. parameter uji laboratorium Dari uji laboratoruim akan diperoleh data berupa tegangan normal, dan tegangan geser yang dapat digunakan untuk menentukan nilai parameter kekuatan batuan seperti kohesi (c), sudut geser dalam (�). d. Monitoring Slope Monitoring slope berfungsi untuk terus memantau kemantapan lereng yang sedang diamati apakah terjadi pergerakan pada lereng tersebut. Hasil monitoring dapat memberi masukan untuk menganalisis apakah lereng tersebut stabil atau telah mengalami pergerakan. e. Topografi actual Topografi ini digunakan untuk membuat penampang analisis kestabila lereng. 8.6 Pengolahan dan analisis data Pada penelitian ini penulis menggunakan metode kesetimbangan batass bishop untuk menganalisis kestabilan lereng. Data yang akan diolah adalah properti massa batuan. Properti massa batuan merupakan parameter masuakan yang digunakan untuk analisis kestabilan lereng menggunakan metode kesetimbangan batas bishop. Properti massa batuan meliputi Physical Properties yaitu bobot isi basah (�s), dan mechanical properties yaitu kohesi (c), dan sudut geser dalam (�). Penentuan properti massa batuan ditentukan dengan uji laboratorium. 8.7 Pembuatan penampang lereng Pembuatan penampang lereng sangat dibutuhkan untuk analisis dengan menggunakan kesetimbangan batas bishop. Pembuatan penampang ini harus mendekati dengan kondisi aktualnya baik geometri, dikontinuitas, kondisi geologi, kondisi pembebanan, dan kondisi air tanah. Semua aspek tersebut harus mendekati kondisi aktual sehingga memberikan tingkat keyakinan yang tinggi.
8.8 Analisis kestabilan lereng Setelah melakukan pengoalahan dan analisis data dan pembuatan penampang lereng langkah selnjutnya adalah menganalisis kestabilan lereng untukmendapatkan parameter output sebagai interpretasi lereng dalam keadaan stabil atau tidak. 8.9 Kesimpulan dan saran Tahap ini adalah tahap menyimpulkan mengenai kestabilan lereng yang diteliti, serta memberikan saran berupa geometri lereng yang aman. I.
JADWAL PELAKSANAAN Penelitian ini direncanakan akan dilakukan selama 2 bulan, yaitu dari tanggal 18 September s/d 18 November 2014, dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:
J. DAFTAR PUSTAKA D.C Wyllie, C.W. Mah,2004, Rock Slope Engineering Civil and Mining 4-ed, Spoon Press, London and Newyork Hoek, E,. 2006, Praktical Rock Engineering, Canada Giani. G.P,1988, Rock slope Stability Analysis, Associazione Mineraria Sulbapina, Turin
Hudson, Harrison. 1997. Engineering Rock Mechanic An Introduction to The Principle. Pergamon. London I. Abramson, Lee W. 2002. Slope Stability and Stabilization Method. Jhon Willey and Sons, Inc. New York