BAB I PENDAHULUAN
A. Genus (kelompok)
Pseudomonas
Pseudomonas berasal dari bahasa yunani yaitu pseudo berarti palsu dan monas berarti satu unit. Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik
yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas
sp.
dengan
senyawa
hidrokarbon.
Kemampuan
bakteri
Pseudomonas sp. dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan
biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp. berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon. Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air. Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H 2 atau CO sebagai sumber karbon katalase positif. Kelompok Pseudomonas adalah batang gram-negatif, bergerak, aerob; beberapa di antaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas ditemukan secara luas di tanah, air, tumbuhan dan hewan. Dalam jumlah kecil, Pseudomonas aeruginosa sering terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit
manusia dan merupakan patogen utama dari kelompoknya. Spesies Pseudomonas lain jarang menyebabkan penyakit. Klasifikasi Pseudomonas didasarkan pada homologi rRNA/DNA dan ciri khas biakan yang lazim. Pseudomonas yang penting dalam bidang kedokteran dicantumkan pada tabel 1.1.
Pseudomonas biasanya ditemukan hidup di dalam intestin dan tidak
menyebabkan gangguan.
Pseudomonas seruginosa ( pyocyanea ) merupakan
spesies yang ditentukan sebagai mikroorganisme patogen pada luka dan luka bakar: pus berwarna hijau kebiruan dan mempunyai bau khas; otitis eksterna; infeksi saluran kencing; meningitis. Mikroorganisme ini dapat menyebabkan bahaya di rumah sakit pada masa yang akan datang karena kemampuannya untuk hidup pada berbagai temperatur, resisten terhadap antibiotika, resisten terhadap desinfektan lemah, mampu mengkontaminasi cairan streil, sumbat botol, tetes mata, salep, alat pelembab ventilator mekanik dan inkubator bayi. Salah satu spesies dari genus Pseudomonas yaitu Pseudomonas aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di
lingkungan yang lembab di rumah sakit. Bakteri ini dapat tinggal pada manusia yang normal, dan berlaku sebagai saprofit. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal.
B. Kelompok
Pseudomonas
1. Bakteri Pseudomonas aeruginosa a. Morfologi Pseudomonas aeruginosa bergerak dan berbentuk batang, berukuran
sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram-negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek. b. Klasifikasi Ilmiah Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas aeruginosa
c. Biakan Psedomonas aeruginosa adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis perbenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis atau menyerupai anggur. Beberapa strain menghemolisis darah. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni bulat halus dengan warna fluoresensi kehijauan. Bakteri ini sering menghasilkan piosianin, pigmen kebiru-biruan yang tak berfluoresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Spesies Pseudomonas lain tidak menghasilkan piosianin. Banyak strain Pseudomonas aeruginosa juga menghasilkan pigmen pioverdin yang berfluoresensi, yang
memberi warna kehijauan pada agar. Beberapa strain menghasilkan pigmen piorubin yang berwarna merah gelap atau pigmen piomelanin yang hitam. Pseudomonas aeruginosa dalam biakan dapat menghasilkan berbagai
jenis koloni, sehingga memberi kesan biakan dari campuran berbagai spesies bakteri. Pseudomonas aeruginosa yang jenis koloninya berbeda dapat mmepunyai aktivitas biokimia dan enzimatik yang berbeda dan pola kepekaan antimikroba yang berbeda pula. Biakan dari pasien dengan fibrosis kistik sering menghasilkan Pseudomonas aeruginosa yang membentuk koloni sangan mukoid sebagai hasil produksi berlebihan dari alginat, suatu eksopolisakarida. d. Ciri-ciri Pertumbuhan Psedumonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu 37-42 oC; pertumbuhannya pada suhu 42 oC membantu membedakan spesies ini dari spesies Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak meragikan karbohidrat. tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen yang khas, dan pertumbuhan pada suhu 42 oC. Untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dengan Pseudomonas yang lain berdasarkan aktivitas biokimiawi,
dibutuhkan pemujian dengan berbagai substrat.
Grup dan subgrup Homologi rRNA
Genus dan Spesies
I.
Grup fluoresen
Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas fluorescens Pseudomonas putida
Grup nonfluoresen
Pseudomonas stutzeri Pseudomonas mendocina Pseudomonas alcaligenes Pseudomonas pseudoalcaligenes
II
Pseudomonas pseudomallei Pseudomonas mallei Pseudomonas cepacia Pseudomonas picketti
III dan IV
Berbagai spesies yang jarang diisolasi dari manusia Xanthomonas maltophilia
V
Tabel 1.1. Klasifikasi Pseudomonas yang menyebabkan penyakit pada manusia
e. Siklus Hidup Adanya rangsangan dari lingkungan (luar tubuh) akan memicu pengaturan yang memberikan sinyal kepada system penginderaan berupa sinyal mikroba. Kemudian bakteri ini akan membenrtuk sel planktonik yang kemudian membuat formasi biofilm. Pembentukan biofilm dimulai dengan terangkatnya mikroorganisme bebas-mengambang ke permukaan. Koloni pertama menuju ke permukaan secara perlahan (gaya van der Waals yang reversible). Jika koloni tidak segera dipisahkan dari permukaan, mereka dapat membuat diri mereka lebih permanen dengan menggunakan struktur sel adhesi seperti pili. Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan situs adhesi lebih beragam dan mulai membangun matriks yang memegang biofilm bersama-sama. Tahap akhir pembentukan biofilm dikenal sebagai
pembangunan, dan tahap di mana biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam bentuk dan ukuran. Perkembangan biofilm memungkinkan untuk koloni sel agregat (ies) menjadi semakin resisten antibiotik. Formasi biofilm ini akan mengirimkan sinyal ke sel inang. Setelah proses pembentukkan biofilm, sel inang
mengirimkan sinyal sitokinesis kepada bakteri ini yang kemudian
menghasilkan sinyal adanya molekul metabolit sekunder. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami
penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya.
Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas
aeruginosa
merupakan
patogen
nosokomial,
cara
pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh. f. Struktur Antigen & Toksin Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel epitel inang. Simpai polisakarida membentuk koloni mukoid yang terlihat pada biakan dari penderita penyakit fibrosiskistik. Lipopolisakarida, yang
terdapat
dalam
berbagai
imunotipe,
bertanggungjawab
untuk
kebanyakan sifat endotoksik organisme itu. Pseudomonas aeruginosa dapat ditentukan tipenya berdasarkan imonotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Kebanyakan isolat Pseudomonas aeruginosa dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstrasel, termasuk elastase, protease, dan dua hemolisin: suatu fosfolipase C yang tidak tahan panas dan suatu glikolipid yang tahan panas.
Banyak strain Pseudomonas aeruginosa menghasilkan eksotoksin A, yang menyebabkan nekrosis jaringan dan dapat mematikan hewan bila disuntikan dalam bentuk murni. Toksin ini menghambat sintesis protein dengan cara kerja yang sama kerja toksin difteria, meskipun stuktur kedua toksin itu tidak sama. Antitoksin terhadapat eksotoksin A sitemukan dalam serum beberapa manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi Pseudomonas aeruginosa yang berat. g. Patogenesis Pseudomonas aeruginosa hanya bersifat patogen bila masuk ke daerah
yang fungsi pertahanannya abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit “robek”
k arena
kerusakan jaringan langsung; pada pemakaian kateter
intravena atau kateter air kemih; atau terdapat netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni selaput mukosa atau kulit, menginfasi secara lokal, dan menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh pili, enzim, dan toksin, yang diuraikan diatas. Lipopolisakarida berperan langsung dalam menyebabkan demam, syok, oliguria, leukositosis dan leukopenia, disseminated intravascular coagulation , dan respiratory distress syndrom pada orang dewasa. Pseudomonas aeruginosa (dan spesies lain, misalnya Pseudomonas cepacia, Pseudomonas putida) resisten terhadap banyak obat antimikroba
sehingga akan berkembang biak bila bakteri flora normal yang peka ditekan. h. Gambaran Klinik Pseudomonas aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka
bakar, menimbulkan nanah hijau kebiruan; meningitis; bila masuk bersama kateter dan instrumen lain atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran napas, terutama dari respirator yang terkontaminasi, mengakibatkan pneumonia yang disertai dengan nekrosis. Bakteri sering ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang. Bakteri ini dapat menyebabkan otitis ekterna infasif (maligna) pada penderita diabetes.
Infeksi mata, yang dapat dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata, sering terjadi setelah cedera atau pembedahan. Pada bayi atau orang yang lemah, Pseudomonas aeruginosa dapat menyerang aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal; ini biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma yang mendapat obat antineoplastik atau terapi radiasi, dan pada penderita
dengan
luka
bakar
berat.
Pada
sebagian
besar
infeksi
Pseudomonas aeruginosa, gejala dan tanda-tandanya bersifat nonspesifik dan
berkaitan dengan organ yang terlibat. Kadang-kadang, verdoglobin (suatu produk pemecahan hemoglobin) atau pigmen yang berfluoresen dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urin dengan penyinaran fluoresen ultraungu. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi pada sepsis akibat Pseudomonas aeruginosa; lesi yang disebut ektima gangrenosum ini dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi nanah.
Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada bahan pewarnaan Gram dari lesi ektima, dan biakannya positif. Ektima gangrenosum tidak lazim pada bakteremia akibat organisme selain Pseudomonas aeruginosa.
i. Tes Diagnostik Laboratorium 1) Bahan Bahan dari lesi kulit, nanah, urin, darah, cairan spinal, dahak dan bahan lain harus diambil seperti yang ditunjukkan oleh jenis infeksi. 2) Sediaan Apus Batang Gram-negatif sering terlihat dalam sediaan apus. Tidak ada ciri-ciri morfologi khusus yang membedakan pseudomonas dari batang enterik atau batang gram-negatif yang lain. 3) Biakan Bahan ditanam pada lempeng agar darah dan perbenihan diferensial yang biasa digunakan untuk menumbuhkan batang gram-negatif enterik. Pseudomonas tumbuh dengan mudah pada kebanyakan perbenihan ini,
tetapi mungkin tumbuh lebih lambat dibanding batang enterik lain. Pseudomonas aeruginosa tidak meragikan laktosa dan dengan mudah
dibedakan dengan bakteri peragi laktosa. Biakan merupakan tes khusus untuk diagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa. j. Pengobatan Infeksi Pseudomonas aeruginosa yang penting dalam klinik tidak boleh diobati dengan terapi obat-tunggal, karena keberhasilan terapi semaacam itu rendah dan bakteri dapat dengan cepat menjadi resisten. Penisilin yang bekerja aktif terhadap pseudomonas aeruginosa-tikarsilin, mezlosilin, dan piperasilin-digunakan dalam kombinasi dengan aminoglikosida, biasanya dengan gentamisin, tobramisin, atau amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain aztreonam; imipenem; kuinolon baru,
termasuk
siprofloksasin.
Sefalosporin
generasi
baru,
seftazidim
dan
sefoperakson aktif melawan Pseudomonas aeruginosa; seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi Pseudomonas aeruginosa. Pola kepekaan Pseudomonas aeruginosa bervariasi secara geografik, dan tes kepekaan harus dilakukan sebagai pedoman untuk memilih terapi antimikroba. k. Epidemiologi dan Pengendalian
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, dan metode
untuk mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial dan lain. Karena pseudomonas dapat tumbuh dalam lingkungan yang basah, perhatian khusus dapat ditunjukkan pada bak cuci, bak air, pancuran, bak air panas, dan daerah basah lainnya. Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan terhadap thiosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat yang diberikan pada penderita dengan resiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian terhadap sepsis pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara eksperimental pada penderita leukemia, luka bakar, fibrosiskistik dan imunosupresi. 2. Bakteri Pseudomonas pseudomallei a. Morfologi dan Biakan Pseudomonas pseudomallaei adalah basil gram-negatif yang kecil,
dapat bergerak dan aerobik. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada perbenihan bakteriologik standar, membentuk koloni yang bervariasi dari mukoid dan halus sampai kasar dan berkerut (membutuhkan waktu 72 jam) dan berwarna dari kecoklatan sampai jingga. Bakteri tumbuh pada suhu 42 oC dan mengoksidasi glukosa, laktosa, dan berbagai karbohidrat lain. b. Klasifikasi Ilmiah Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas pseudomallei
c. Gambaran Klinis Pseudomonas pseudomallei menyebabkan melioidosis, suatu penyakit
seperti kalenjar yang endemik pada hewan dan manusia terutama di Asia Tenggara dan Australia bagian utara. Organisme ini adalah saprofit alami
yang dapat dibiak dari tanah, air segar, beras, dan sayur-sayuran. Infeksi pada manusia berasal dari sumber-sumber tersebut melalui kontaminasi melalui luka
dikulit
dan
mungkin
melalui
pernapasan.
Infeksi
Pseudomonas
pseudomallei epizootik terjadi pada sapi, domba, babi, kuda, dan hewan lain,
walaupun hewan-hewan ini tidak tampak sebagai reservoir utama bagi organisme. Melioidosis dapat bermanifestasi sebagai infeksi yang akut, subakut, atau kronik. Masa inkubasi dapat singkat 2-3 hari, tetapi masa latennya dapat terjadi berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Infeksi supuratif setempat dapat terjadi pada tempat inokulasi dimana terjadi perlukaan kulit. Infeksi lokal dapat menimbulkan infeksi bentuk septikemik akut dengan melibatkan banyak organ. Tanda-tanda dan gejalanya bergantung pada tempat utama yang terkena. Bentuk melioidosis yang paling sering adalah infeksi paru, yang dapat menjadi pneumonitis primer ( Pseudomonas pseudomallei ditularkan melalui saluran napas bagian atas atau nasofaring) atau berlanjut menjadi infeksi supuratif setempat dan bakteremia. Pasien dapat mengalami demam dan leukositosis, dengan pemadatan lobus atas. Selanjutnya, pasien menjadi tidak demam lagi, sementara itu timbul kavitas pada lobus atas, menghasilkan gambaran yang mirip dengan tuberkulosis pada film sinar-X. Beberapa pasien mengalami infeksi supuratif kronik dengan abses pada kulit, otak, paru, miokardium, hati, tulang, dan tempat-tempat lain. Pasien dengan infeksi supuratif kronik mungkin tidak demam dan mengalami penyakit yang berkembang lambat. Infeksi laten kadang-kadang teraktivasi kembali sebagai akibat penekanan fungsi imun. Diagnosis melioidosis harus dipertimbangkan pada pasien yang berasal dari daerah endemik dengan penyakit paru lobus atas yang fulminan atau penyakit sistemik yang tidak dapat diterangkan. Pewarnaan Gram pada bahan yang sesuai akan memperlihatkan basil Gram-negatif yang kecil; pewarnaan bipolar (gambaran titik aman). Terlihat dengan pewaarnaan biru metilen atau pewarnaan Wright. Biakan yang positif bersifat diagnostik. Tes serologi yang
positif membantu secara diagnostik dan merupakan bukti dari infeksi pada masa lalu. d. Pengobatan Melioidosis menimbulkan angka kematian yang tinggi jika tidak diobati. Mungkin diperlukan drainase pembedahan pada infeksi setempat. Uji kepekaan antibiotik merupakan panduan penting untuk pengobatan. Pseudomonas pseudomallei biasanya peka terhadap berbagai antibiotik,
antara
lain
tetrasiklin,
sulfonamida,
trimetoprim-sulfametoksazol,
kloramfenikol, amoxicillin atau tikarsilin dengan asam klavulanat, piperasilin, imipenem, dan sefalosporin generasi ketiga. Pasien dengan infeksi yang berat sebaiknya diobati secara parenteral (misalnya, trimetoprim-sulfametoksazol atau sefalosporin generasi ketiga seperti seftazidim); terapi kombinasi dapat memberi hasil. Terapi oral untuk pasien dengan penyakit yang tidak begitu berat dapat dengan tetrasiklin, trimetoprim-sulfametoksazol, atau kloramfenikol, seringkali dalam bentuk kombinasi. Lamanya pengobatan antimikroba paling sedikit 8 minggu; pengobatan selama 6 bulan sampai 1 tahun harus dipertimbangkan bagi pasien dengan lesi supuratif ekstrapulmoner. Sering terjadi kekambuhan melioidosis, dan pilihan yang tepat serta lamanya pengobatan antibiotik untuk mencegah kekambuhan belum dapat ditetapkan. Tidak terdapat vaksin atau cara-cara pencegahan yang spesifik. 3. Bakteri Pseudomonas mallei a. Morfologi Pseudomonas mallei adalah batang Gram-negatif, aerob, kecil, tak
berpigmen dan tak bergerak, yang tumbuh dengan mudah pada sebagian besar perbenihan bakteriologi. b. Klasifikasi Ilmiah Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas mallei
c. Gambaran Klinis Bakteri ini menyebabkan glander , penyakit kuda yang dapat menular pada manusia. Pada kuda, penyakit ini terutama bermanifestasi sebagai penyakit paru-paru, lesi ulseratif subkutan, dan penebalan saluran getah bening dengan nodul; juga terjadi penyakit sistemik. Infeksi manusia, yang dapat berakibat fatal, biasanya dimulai sebagai bisul pada kulit atau selaput mukosa diiukuti dengan limfangitis dan sepsis. Penghirupan bakteri ini dapat mengakibatkan pneumonia primer. Diagnosis berdasarkan pada peningkatan titer aglutinin dan biakan bakteri dari lesi lokal pada manusia atau kuda. Penderita pada manusia dapat diobati secara efektif dengan tetrasiklin ditambah suatu aminoglikosida. Penyakit ini dikendalikan dengan membantai kuda atau keledai yang terinfeksi, dan sekarang hal ini sangat langka. Di beberapa negara, infeksi laboratorium merupakan satu-satunya sumber penyakit ini. 4. Bakteri Pseudomonas lain Beberapa dari berbagai spesies Pseudomonas dicantumkan pada tabel 1.1.;
kadang-kadang
pseudomonas
ini
merupakan
patogen
oportunistik.
Pseudomonas cepacia kadang-kadang dibiakkan dari pasien dengan fibrosis
kistik. Diagnosis infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas ini dibuat dengan membiakkan
bakteri dan mengidentifikasinya dengan reaksi pembeda pada
serangkaian substrat biokimia. Di antara pseudomonas-pseudomonas ini banyak yang mempunyai pola kepekaan antimikroba yang berbeda dari pola kepekaan Pseudomonas aeruginosa.
5. Bakteri Xanthomonas maltophilia a. Morfologi dan Biakan Xanthomonas maltophilia adalah nama yang telah diterima secara luas
bagi
organisme
yang
sebelumnya
disebut
Pseudomonas
maltophilia .
Xanthomonas maltophilia adalah batang gram-negatif yang hidup bebas yang
tersebar di lingkungan. Pada agar darah, koloni berwarna hijau-lembayung muda atau abu-abu. Organisme ini bersifat oksidase-negatif dan lisin dekarboksilase-positif. Xanthomonas maltophilia umumnya tidak membentuk pigmen dan enzim seperti yang dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan yang berkaitan dengan virulensi Pseudomonas aeruginosa. b. Klasifikasi Ilmiah Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Order
: Pseudomonadales
Family
: Pseudomonadaceae
Genus
: Pseudomonas
Species
: Pseudomonas maltophilia
c. Patogenesis Xanthomonas maltophilia adalah penyebab penting dari infeksi yang
didapat di rumah sakit pada penderita yang menerima terapi antimikroba dan pada penderita yang sistem imunnya terganggu. Bakteri ini telah diisolasi dari berbagai tempat anatomi, seperti sekresi saluran pernapasan, air kemih, cedera kulit, dan darah. Isolat sering merupakan bagian dari flora campuran yang terdapat dalam bahan pemeriksaan. Bila biakan darah member hasil positif, hal ini biasanya berhubungan dengan penggunaan kateter plastik intravena. d. Pengobatan Xanthomonas
maltophilia
biasanya
peka
terhadap
trimetoprim-
sulfametokasazol dan tahan terhadap antimikroba yang biasa digunakan seperti sefalosporin, penisilin antipseudomonas, aminoglikosida, imipenem, dan kuinolon. Penggunaan obat-obatan secara luas terhadap Xanthomonas maltophilia memainkan peranan penting dalam menimbulkan resistensi
sehingga meningkatkan frekuensi penyakit.