Judul : Belajar Konsep Logika
Pengarang : Murtadha Muthahhari
Tempat Terbit : Yogyakarta
Penerbit : Rausyan Fikr Institute
Cetakan : Ketiga
Jumlah Hal. : 167 Halaman
Jumlah Bab : XV
Materi Buku
Pada pembahasan awal buku ini, penulis memaparkan tentang defenisi mantik dimana mantik bisa didefenisikan sebagai aturan berfikir benar antara hukum serta aturan yang digunakan sebagai alat ukur (falsumeter) dari argumentasi atas topik-topik ilmiah maupun filosofis sehingga kesimpulan tidak menjadi salah. Sementara maudhu (subjek) mantik membahas seputaran mu'arrif (defenisi) dan hujjah (argumentasi).
Dalam pembahasan selanjutnya, penulis membahas tentang pembagian dari pengetahuan dimana penulis juga merujuk pada pembagian pengetahuan menurut al-Farabi yang membagi pengetahuan atas tashawur (konsepsi) dan tashdiq (pengetahuan yang terhukumi). Sebagai suatu kesimpulan bagi Murthada Muthahhari bahwa ilmu merupakan sebuah gambaran tentang maklum (pengetahuan) yang terdapat dalam pikiran ayang juga membahasan tentang kulli (universalitas) dan juz'I (particular) yang mana berkisar tentang asensi yang nantinya tasdhiqat merupakan lanjutan dari tashawurat bisa dihukumi sebagai kulli atau jus'I.
Mantik memiliki tanggung jawab pada dua hal yakni menjelaskan cara men"ta'rif"kan (mendefenisikan) sebuah "arti" dan juga mantik bertanggung jawab untuk menjelaskan cara memberi argumen untuk menetapkan sebuah tujuan tertentu. Selanjutnya hal yang sangat penting juga dalam mantik ialah pembahasan tentang qadhiyah. Qadhiyah (kalimat) menurut para mantiqiyyun (pakar logika) adalah murakab taan khabar atau qadhiyah juga bisa didefeniskan sebagai susunan kata (kalimat) sempurna yang menentukan suatu kenyataan dimasa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang dengan kemungkinan benar atau salah. Qadiyah sendri terbagi atas dua yakni qadhiyah hamliyah dan qadhiyah syartiyah. Qadhiyah hamliyah merupakan susuna kata yang teridiri atas maudhu (subjek) dan juga mahmul (predikat) sedangkan qadhiyah syartiyah merupakan kalimat yang terdiri dari dua atau lebih hamliyah yang terjalin nisbah (hubungan) didalamnya.
Hukum-hukum qadhiyah membahas tentang relasi-relasi ketika suatu qadhiyah dibandingkan dengan qadhiyah yang lain. Pada saat qadhiyah dibandingkan dengan qadhiyah yang lain akan terdapat salah satu dari empat relasi yang akan terjadi yakni tanaqud (kontradiksi), tadhad (kontrariasi), dukhul tadha tahta tadhad (interferensi subkontrarisasi), dan tadhakhul (interferensi). Adapun yang sering dibahas dalam mantik yaitu tanaqud (kontradiksi) sehingga Murtadha Muthahhar menulis tema tersendiri tentang pembahasan ini. Pembahasan ini berkenaan dengan kontradiksi antar qadhiyah yang satu dengan qadhiyah yang lain juga persoalan 'ask yaitu hukum qadhiyah apabila salah satu qadhiyah itu benar, maka 'ask qadhiyah tersebut pun menjadi benar
Selanjutnya tentang qiyas yang membahas tentang fikr (penalaran). Antara keduanya saling memiliki kaitan namun fikr lebih kepada aktivitas yang dilakukan olah pikiran , sedangkan qiyas digunakan pada kandungan fikr yang terdiri atas beberapa qadhiyah yang tersusun serta memiliki hubungan tertentu. Kemudian memberikan hujjah (argumentasi) yang bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu analogi, istiqra (induksi), dan juga qiyas (silogisme).
Qiyas dibagi menjadi dua yakni qiyas iqtirani (silogisme kategoris) dan istisnai (silogisme hipotesis). Qiyas istisna terdiri dari syartiyah, muttasilah, ataupun munfasilah. Istisnai bisa terbentuk dalam empat bentuk yakni isbatu al muqadam (afirmasi, anteseden), nafyu al muqadam (negasi anteseden), isbatu al tali (negasi konsekuensi), dan nafyu al tali (negasi konsekuensi). Adapun dalam iqtirani suatu natijah (kesimpulan) akan terjadi apabila terdapat dua mukadimah (premis) secara terpisah, yaitu mencakup premis minor dan premis mayor yang mana harus memilik penghubung.
Pada bagian akhir, buku ini membahas tentang nilai-nilai qiyas. Menurut para ahli, nilai mantik dipandang dari dua sudut, yaitu (1) dari segi kebenaran dan (2) dari segi keuntungan atau kegunaan. Seperti yang sudah dibahas pada bagian sebelumnnya bahwa qiyas adalah juga bagian dari fikr dan berkaitan dengan mantik yaitu sebagai cara berfikir benar dan agar terhindar dari kesalahan berfikir.
Namun sebagian kalangan beranggapan bahwa metode-metode mantiq bernilai nihil, salah, dan tidak autentik. Sementara sebagaian yang lain mengatakan tidak salah namun juga tidak berguna, mengetahui atau tidak sama saja. Fungsi mantik yang disebut-sebut sebagai "alat" bagi ilmu-ilmu lain, yang akan menjaga pikiran dari kesalahan dalam berfikir, dan sebagainya, tak akan didapatkan darinya. Oleh karena itu meluangkan waktu untuk itu adalah sia-sia.
Di dalam dunia Islam maupun Eropa, terdapat banyak tokoh yang menentang nilai mantk dari segi kebenaran maupun kegunaan. Dikalangan muslimin, di kalangan urafa (irfan/ tasawuf), mutakallim (ahli kalam/ teologi), dan muhadditsin (ahli hadis), dapat ditemukan tokoh-tokoh tersebut seperti Abu Said Abul Khair, Sairafi, Ibnu Taimiyah, Jalaluddin Suyuthi, dan Amin Astarabadi. Di Eropa juga ada banyak yang menyerang logika Aristoteles. Menurut mereka, logika ini terabolisi (terhapus; hilang dari peredaran) laksana "model kosmis Ptolemaeus. Akan tetapi, para teoritikus mengetahui bahwa logika Aritoteles berbeda dari model Ptolemaeus. Ia tak hanya bertahan dan masih memiliki pendukung, bahkan para penentang pun mengakui kebenarannya. Di Eropa banyak tokoh yang menonjol dalam dalam menentang logika Aristoteles ini. Mereka antara lain adalah Francis Bacon, Rene Descartes, John Stuart Mill, dan yang kontemporer adalah Bertrand Russell.
Itulah tema-tema inti yang dibahas dalam buku "Belajar Konsep Logika" yang ditulis oleh Murtadha Muthahhari.
Buku ini sebenarnya tidak memiliki tema-tema baru. Namun hal menarik dari buku tersebut adalah pada penerapan ilmu mantik terhadap sebuah penalaran yang bisa diterapakan oleh siapapun pada saat akan melakukan penelitian. Buku tersebut menjelaskan tentang perbedaan logika Aristoteles yang cenderung menalar dari umum ke khusus (deduktif) dengan penalaran yang banyak dipakai oleh ilmuan moderen saat ini yang cenderung menggunakan penalaran dari khusus ke umum (induktif). Hal ini menunjukkan bahwa buku ini sangat bermanfaat bagi peneliti-peneliti pemula karena akan sangat membantu dalam memberikan gambaran bagaimana menalar yang benar baik itu dalam memberikan hipostesi ataupun pada saat memberikan argumen-argumen tantang hasil pengamatan peneliti tersebut.
Keunggulan dari buku ini yaitu dengan pemaparan setiap tema yang cukup mendetail dan pembahasan setiap tema terstruktur dari awal hingga akhir sehingga mempermudah dalam mengkaji setiap bab atau tema karena pembahasan yang penting untuk didahulukan terletak diawal bab sehingga sangat membantu dalam memahami tema-tema barikutnya. Disamping kelebihan buku ini, juga terdapat kelamahan didalamnya yaitu dalam pemaparannya sangat banyak menggunakan istilah-istilah berbahasa Arab dimana nantinya bagi pembaca yang kurang memahami tentang bahasa Arab akan kesulitan dalam menghapal setiap istilah-istilah yang digunakan. Meskipun pada bagian akhir dari buku ini telah dicantumkan istilah-istilah logika dalam Islam namun hal tersebut masih cukup merepotkan bagi pembaca untuk terus membolak-balik buku dalam proses membacanya.
Sebagai kesimpulan, pengkaji memberikan garis besar tentang pembahasan dalam buku tersebut. Buku tersebut menjelaskan tentang mantik sebagai ilmu alat yang bisa diterapkan pada disiplin ilmu lain dalam rangka memberikan defenisi dan argumen-argumen yang benar terhadap kajian-kajian yang diteliti. Secara tidak langsung, dalam buku ini juga memuat tentang mantik sebagai ilmu itu sendiri yang hingga saat ini masih tetap diperdebatkan tentang nilai-nilai kebenaran dan kegunaanya oleh sebagian pemikir dan ilmuan.
LAPORAN
KAJIAN BUKU
"Belajar Konsep Logika"
NAMA: MISRAN
NIM: 16.19.2.02.0009
Dosen Mata Kuliah:
Prof. Dr. H. M. Said Mahmud, Lc, MA
Dr. Hasbi, M.Ag
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IAIN PALOPO
2016
GAMBAR SAMPUL BUKU