RESENSI JUDUL
:
PENGARANG
SUNGAI
:
Nugroho
Notosusanto
PENERBIT
:
TAHUN JUMLAH
TERBIT :
HALAMAN
4
: (Lembar)
SUNGAI Sersan Kasim menyeberangi sebuah sungai. Salah satu sungai yang terbasar di Jawa Tengah: Sungai Serayu. Sersan kasim adalah Kepala Regu 3, Peleton 2 dari kompi TNI terakhir yang akan kembali ke daerah operasinya di Jawa Barat. Jam satu malam cuaca gulita dan murung, hujan turun selembut embun namun cukup membasahkan. Hati-hati kasim memimpin anak buahnya menuruni tebing yang curam dan licin. Pada bulan februari 1948. Sersan kasim juga menyeberangi Sungai Serayu dengan kompinya. Tatkala itu mereka berjalan ke arah timur. Persetujuan Renville telah ditandatangani dan pasukan-pasukan TNI harus hijrah dari kantong-kantong dalan wilayah de facto Belanda. Sersan Kasim telah setengah tahun menikah. Istrinya yang belia sudah lima bulan mengandung. Tapi untuk melahirkan anaknya, Aminah telah menggunakan sisa-sisa tenaga rapuhnya yang terakhir. Ia meninggal sehari kemudian karena kepayahan. Acep anaknya dapat dipertahankan hidupnya berkat rawatan khusus para dokter dan juru rawat di rumah sakit tentara. Sersan Kasim menuruni tebing yang curam. Dengan cermat dia memperbaiki letak selimut berlapis dua yang menutupi acep dalam gendongan. Acep biji matanya, harapan idam-idamannya. Samar-samar Sersan Kasim melihat pandangan tertuju kepadanya “Bagaimana bayimu?“ tanya Komandan.”Tidur Pak,” jawab kasim singkat. ”Kalau pikiranmu berubah, masih ada waktu untuk menitipkannya kepada barisan keluarga." Kasim tak segera menjawab. Sebenarnya pikirnnya melayang kepada wanita dan kanak-kanak yang dititipkan kepada Pak Lurah dan penduduk Karangboga. Kasim merasa pandangan komandan tertuju kepadanya dan anaknya. Kasim tahuapa arti pandangan itu. Ya , ia tahu apa maknanya. Komandannya bertanya, apakah ia menyadari, bahwa tangis satu bayi dapat membawah kebinasaan bagi seluruh kompi. Bahwa bayinya, si Acep, dapat membahayakan jiwa lebih dari seratus orang prajurit. Itulah yang tersirat dalam pandangan komandan. 13 Samar-samar sersan kasim mendengar derau sungai di bawah. Dia bayangkan kesunyian malam yang aman, dirobek-robek olek letusan senjata. Dia bayangkan kompinya terjebak di tengah-tengah sungai, tak berdaya. Acep bergerak-gerak dalam gendongan bapaknya. Kasim merasa anaknya menyusup-nyusupkan kepala ke dadanya, ke ketiaknya, seakan-akan mencari perlindungan yang lebih aman. Rasa sayangnya membual keluar dan menyesakkan kerongkongan kasim. Anakku yang tak sempat mengenal ibunya , pikirnya. Sersan kasim membelai anaknya dalam gendongan. ”Saya minta izin membawahnya sendiri, Pak Letnan,“ katanya. “Insya “Baiklah
”Kau
yakin
dia
Allah, kalau
begitu.
tidak tidak Hati-hati Hati-hati
menangis?” .” saja."
“Siap pak, terima kasih.” Di hulu sungai sebuah peluru kembang api di tembak ke udara. Di tengah-tengah peleton 2 itulah Acep menangis pada dada bapaknya. Juga sersan kasim tidak sadar. Ia hanya tahu, anaknya menangis, setiap saat ada musuh dapat menumpas mereka dengan senapan mesin
dan mortir di bawah cahaya peluru kembang api yang telah mereka tembakkan. Sejurus kemudian suara Acep mulai meredup. Sesaat lagi lenyap sama sekali. Kembang api di langit mulai mati, dan kelam mulai menyelimuti suasana di lembah sungai itu. Kini yang terdengar hanya derau air yang tak putus-putusnya ditingkah oleh kwek-kwek-wkek katak di tepian. Beberapa menit kemudian kompi menghela napas lega dan selamat tiba di seberang. Komandan kompi tampil ke muka. Ia menghampiri kasim. Ia menggenggam tangan kanan sersannya dalam kedua belah tangan. Matanya merah, tidak hanya kurang tidur. Dalam angan-angannya terbayang Nabi Ibrahim, yang siap mengorbankan putranya. Tapi ia tak berkata apa-apa. Matahari telah naik, menhalau kabut ke mana-mana, nemanasi bumi yang lembab oleh hujan semalam. Sersan kasim berjalan dengan sten tergantung sunyi pada bahunya. Jauh di bawah, di lembab yang dalam, sungai serayu sayup-sayup menderau. Sersa kasim, membajir,menghanyutkan.dan di bawah, sungai mengalir terus. Kelebihan: “Cerpen ini memiliki alur flash back. Dimulai dari Sersan Kasim sebagai kepala regu 3, pleton 2 akan menyebrangi sungai. Lalu masuk ke pengenalan Sersan Kasim. Setengah tahun menikah, isteri hamil. Acep dilahirkan dan Aminah sang isteri meninggal. Berlanjut ke pengawasan Belanda dengan komandan, menyebrangi sungai dalam deras hujan dan Acep menangis
dan
berakhir
pada
penguburan
Acep
di
sebuah
desa.
Cerpen berjudul sungai juga penggunakan penokahan Dia-an pada zaman penjajahan Belanda dan mengangkat tema kecintaan seorang Ayah kepada Anaknya. Mengenai latar atau setting juga digambarkan dengan sangat sangat jelas. Yakni, tempat: tempat: Sungai Serayu; dan waktu: Malam Malam gelap gulita
saat
hujan
deras
dan
air
sungai
tetap
mengalir.”
Kelemahan: “Penggambaran tokoh yang kurang begitu begitu spesifik. Hanya menggunakan sudut pandang Diaan
dan
tidak
Manfaat
memakai
suut
pandang
bagi
Aku-an.” Akuan.” pembaca:
“Pembaca diajak untuk merenungkan kembali betapa pentingnya kecintaan pada keluarga dan betapa berharganya keluarga. Tidak bisa ditandingi oleh apapun juga. Karena kekutan cinta
lebih
dashyat
ledakan
boom.”
Penutup: “Bahwa cinta terhadap keluarga itu lebih berharga nilainya dari pada segala harta benda yang ada di dunia ini. Sehingga apapun akan diperjuangkan hanya untuk mempertahankan keutuhan keluarga. Karena cinta orang tua kepada anaknya sungguh mulia